Anda di halaman 1dari 54

HAMA TANAMAN KENTANG

Dr. Rusli Rustam, SP., M.Si

FAKLUTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU


PEKANBARU
2023

Rabu, 29 Maret 2023


Pendahuluan
Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan
tanaman pangan dunia setelah padi, gandum
dan jagung

Kentang merupakan salah satu komoditas


penting di Indonesia yang mempunyai potensi
dan prospek untuk mendukung program
diversifikasi pangan dalam rangka mewujudkan
ketahanan pangan berkelanjutan.

Usaha peningkatan produksi kentang


dipengaruhi adanya faktor pembatas penting
di lapangan antara lain adanya serangan
hama tanaman
Taksonomi Kentang
Kentang (Solanum tuberosum L.) termasuk jenis tanaman sayuran semusim, berumur
pendek dan berbentuk perdu/semak. Kentang termasuk tanaman semusim karena
hanya satu kali berproduksi, setelah itu mati. Umur tanaman kentang antara 90-180
hari. Taksomi kentang adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Solanum
Spesies : Solanum tuberosum L. (Setijo pitojo, 2004)
Hama yang menyerang Tanaman Kentang

1. Ulat Penggerek Umbi Kentang (Pthorimaea operculella)


2. Ulat grayak (Spodoptera litura)
3. Orong-orong (Gryllotalpa sp)
4. Hama trips (Thrips tabaci)
5. Kutu daun (Myzus persicae Sulz)
6. Ulat Tanah (Agrotis ipsilon)
7. Penggorok Daun (Liriomyza huidrobrensis)
Hama yang menyerang Tanaman Kentang

Ulat grayak Orong-orong


(Spodoptera litura) (Gryllotalpa sp)

Hama trips Kutu daun


( Thrips sp ) (Aphis sp)
1. Ulat Penggerek Umbi Kentang (Pthorimaea operculella)

Klasifikasi :

Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Gelechiidae
Ordo : Lepidoptera
Famili : Gelechiidae
Spesies : Pthorimaea operculella
Morfologi Pthorimaea operculella

1. TELUR

 Berukuran kecil
 Bentuk bulat panjang
 Diletakkan di bawah permukaan daun atau pada permukaan
umbi yang muncul di permukaan tanah.
 Telur diletakkan tunggal.
 Satu ngengat betina dapat menghasilkan 150 – 200 butir telur
Morfologi Pthorimaea operculella
2. LARVA

 Larva berwarna putih abu-abu dengan corak merah muda, kepalanya hitam dengan
pelindung seperti perisai.
 anjang tubuh 11 mm.
 Lama stadium 10 – 16 hari.
Morfologi Pthorimaea operculella
3. PUPA

 Pupa terdapat dalam lubang gerekan.


 Selama penyimpanan, pupa terdapat pada bagian luar
umbi, biasanya pada mata tunas atau pada rak
gudang penyimpanan.
 Lama stadium 6 – 9 hari.
Morfologi Pthorimaea operculella
4. Imago

 Berwarna coklat kelabu.


 Berukuran 10 – 15 mm.
 Aktif malam hari (nocturnal).
 Pada siang hari bersembunyi di bawah daun, atau pada rak-rak di
gudang penyimpanan.
 Lama hidup ngengat betina 7 – 16 hari, ngengat jantan 3 – 9 hari.
Siklus Hidup Pthorimaea operculella
GEJALA SERANGAN
 Gejala serangan P. operculella pada umbi kentang ditandai dengan adanya “kotoran” di sekitar mata tunas.
 Bila umbi yang terserang dibelah, maka akan terlihat lorong-lorong (liang korok) yang dibuat larva sewaktu
memakan umbi.
 Kerusakan berat sering terjadi pada umbi kentang yang disimpan di dalam gudang selama 3-4 bulan.
 Apabila umbi bibit yang terserang dipaksanakan untuk ditanam, umbi akan busuk disebabkan oleh
masuknya air melalui lubang bekas gerekan sehingga tanamankentang akan mati pada umur 30-45 hari
setelah tanam
PENGENDALIAN
1. Penggunaan bibit yang sehat

2. Secara kultur teknis


 Menimbun atau membumbun umbi kentang dari permukaan tanah pada saat
umur tanaman 60 hst untuk menghindari ulat tidak masuk umbi.
 membersihkan dan memusnahkan sisa tanaman kentang yang ada di kebun.

3. Secara biologis
 menggunakan parasitoid Pristomerus sp dan Diadegma sp.

4. Penyimpanan digudang dilakukan dengan cara menabur serbuk daun tembelekan

setebal 2 cm pada permukaan umbi kentang atau dengan insektisida Sevin 5 D


sebanyak 1,5 kg/ton bibit kentang.
3. Secara kimiawi,
 AE 2 larva/tanaman. Pengamatan dilakukan setiap minggu. Dosis sesuai anjuran.
2. Ulat grayak (Spodoptera litura)
Klasifikasi :

Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insekta Ulat grayak
(Spodoptera litura)

Ordo : Lepidoptera
Famili : Noctuidae
Genus : Spodoptera
Spesies : Spodoptera litura
Morfologi Spodoptera litura
1. Telur

 Telur diletakkan pada malam hari secara berkelompok


dalam satu kelompok telur terdapat kurang lebih 80 butir
telur, yang diletakkan pada permukaan daun, peletakan
telur selain pada daun bawang dan juga pada gulma
yang tumbuh disekitar pertanaman bawang merah.

 Seekor serangga betina dapat menghasilkan kurang


lebih 2000 sampai 3000 butir telur

 Telur-telur dapat menetas dalam waktu 3-5 hari dan


telur umumnya menetas pada pagi hari
Morfologi Spodoptera litura
a) Spodoptera litura larva instar satu biasanya hidup secara
2. Larva bergerombol di sekitar tempat menetasnya telur

b) Larva mengalami perubahan warna sesuai dengan perubahan


instar yang dialaminya. Larva instar satu biasanya berwarna hijau
muda, kemudian berubah menjadi hijau tua saat memasuki instar
dua. Pada larva instar tiga dan empat warnanya menjadi hijau
kehitam-hitaman pada bagian abdomen, pada abdomen terdapat
garis hitam yang melintang.

c) Larva instar satu mempunyai panjang sekitar 1,2-15 mm, larva


instar dua 2,5-3 mm, larva instar tiga 6,2-8 mm, larva instar empat
12,5-14 mm dan instar akhir antara 2.5-3.0 cm (Klana 2011)
Morfologi Spodoptera litura
Ulat berkepompong di dalam tanah,membentuk pupa
3. Pupa
tanpa rumah pupa (kokon), berwarna coklat kemerahan
dengan panjang sekitar 1,60 cm. Siklus hidup berkisar
antara 30−60 hari. Lama stadium pupa 8−11 hari
(Marwoto dan Suharsono, 2008)

Menurut Pracaya (2007), setelah cukup dewasa, yaitu


lebih kurang berumur dua minggu, ulat mulai
berkepompong di dalam tanah. Pupanya dibungkus
dengan tanah,
Morfologi Spodoptera litura
4. Imago Sayap ngengat bagian depan berwarna coklat atau
keperakan, dan sayap belakang berwarna keputihan
dengan bercak hitam. Kemampuan terbang ngengat pada
malam hari mencapai 5 km

Natawigena (1990), menyebutkan bahwa panjang tubuh


ngengat betina kurang lebih 17 mm, sedangkan ngengat
jantan kira-kira 14 mm. Warna ngengat abu-abu dengan
tanda bintik- bintik pada bagian sayapnya. Ngengat S. litura
bertelur dalam 2-6 hari. Rata-rata umur ngengat kurang
lebih 4 hari.
Siklus Hidup Spodoptera litura
Gejala Serangan Spodoptera litura
1. Gejala :
 Ulat menyerang pada umbi hingga habis dan
menghitam.
 Ulat ini saat memasuki stadia larva, termasuk
hewan yang sangat rakus. Hanya dalam waktu
yang tidak lama, daun-daun cabai bisa rusak. Ulat
setelah dewasa berubah menjadi sejenis ngengat
akan memakan daun-daunan pada masa larva
untuk menunjang perkembangan metamorfosisnya.
 Ulat menyerang daun dengan memakan bagian
epidermis dan jaringan hingga habis daunnya.
Pengendalian Spodoptera litura
 Memangkas daun yang telah ditempeli
Kultur Teknis
telur lalu penyemprotan Natural Vitura dan
sanitasi lingkungan.

 Pengendalian dengan Azordin, Diazinon


Kimiawi
60 EC, Sumithion 50 EC..
3. Orong-orong (Gryllotalpa sp)
Klasifikasi :

Kerajaan : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Orthoptera
Orong-orong
Upaordo : Ensifera (Gryllotalpa sp)

Famili : Gryllotalpidae
Spesies : Gryllotalpa sp
Marfologi Gryllotalpa sp
Anjing tanah (orong-orong) memiliki ukuran tubuh sedang, hidup di dalam tanah, warnanya
1
coklat hingga gelap, tubuhnya ditutupi dengan kulit yang tebal sebagai pelindung.

Memiliki sepasang tungkai depan yang termodifikasi berbentuk cangkul dan berfungsi untuk
2
berenang dan menggali tanah. Anjing tanah muda memiliki sepasang sayap yang pendek.

Dalam musim kawin serangga ini dapat terbang hingga 8 km. Pada musim kawin, serangga
3
tanah ini dapat mengeluarkan suara melalui mekanisme mirip jangkrik (dengan organ stridulasi).

Suaranya monoton, tanpa jeda, melengking dan menggangu pendengaran. Bersuara di mulut
4 lubang persembunyiannya (liang). Jika didekati atau merasa ada yang mengganggu, ia akan
berhenti bersuara dan bersuara kembali ketika sudah merasa aman.
Jenis-jenis Gryllotalpa sp
Di seluruh belahan bumi, terdapat bermacam-macam jenis Anjing tanah
(Orong-orong). Sekitar 30-an jenis anjing tanah yang telah teridentifikasi, 4
jenis diantaranya terdapat di Indonesia.

Jenis-jenis anjing tanah yang tersebar di Indonesia, terutama di Indonesia


bagian barat hingga pulau Sumba adalah
1. Gryllotalpa hirsuta,
2. Gryllotalpa africana,
3. Gryllotalpa longipennis dan
4. Gryllotalpa fusca.
Siklus Hidup Gryllotalpa sp
Anjing tanah adalah hewan yang agak jarang terlihat karena lebih
suka bersembunyi dalam lubang dan aakti! “pada malam hari mencari
makan.

Habitat yang disukai adalah ladang yang kering,  “pekarangan, serta


la"angan rumput. Hewan ini dapat ditemukan di semua tempat, kecuali
daerah dekat kutub bumi.

Perannya dalam kehiduhan manusia tidak terlalu penting. Hewan ini


kadang&kadang digolongkan sebagai hama karena perilakunya
merusak “perakaran atau juga memakan
Gejala Serangan Gryllotalpa sp
Hama ini memotong tanaman pada pangkal batang danorang sering
keliru dengan gejala kerusakan yang disebabkan oleh penggerek
batang (sundep) orong-orong merusak akar mudadan bagian pangkal
tanaman yang berada di bawah tanah

Hidup dibawah tanah yang lembab dengan membuat terowongan.


Memakan hewan-hewan kecil (predator), tetapi tingkat kerusakan
tanaman lebih besar dari “pada manfaatnya sebagai predator. Nimfa
muda memakan humus dan akar tanaman, imago betina sayapnya
berkembang setengah, yang jantan dapat mengerik di senja hari.
Pengendalian Gryllotalpa sp
Mekanik 1. Perataan tanah agar air tergenang merata;

Fisik 1. Penggunaan umpan (sekam dicampur insektisida);

1. Penggunaan insektisida (bila diperlukan) yang


Kimia berbahan aktif karbofuran atau fipronil.

2. Menggunakan tepung Sevin 85 S yang dicampur


dengan pupuk kandang
4. Hama trips (Thrips tabaci )
Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Thysanoptera
Famili : Thripidae Hama trips
Subfamili : Thripinae ( Thrips sp )
Genus : Thrips
Spesies : ( Thrips tabaci )
Marfologi Thrips tabaci
Thrips adalah kelompok serangga berukuran kecil, bertubuh ramping, yang
termasuk ke dalam ordo Thysanoptera (thysanos = umbai; pteron =
sayap). Thrips adalah kata Yunani yang juga bisa berarti kutu kayu.

Metamorfosis thrips di antara tipe hemimetabola (sederhana) dan


sempurna, karena melewati masa prepupa dan pupa yang inaktif. Jadi,
dua tahap nimfa sifatnya aktif, diikuti oleh tahap ketiga yang disebut
prepupa, dan tahap keempat yang berupa pupa

Thrips mempunyai alat mulut yang bertipe pencucuk-pengisap,


Marfologi Thrips tabaci
Telur dari hama ini berbentuk oval atau bahkan mirip seperti ginjal
manusia. Ordo ini dibagi menjadi dua sub-ordo, yaitu Terebrantia dan
1. Telur
Tubulifera.

Dua subordo ini dibedakan oleh bentuk ujung abdomen. Thrips


Terebrantia mempunyai ujung abdomen berbentuk tumpul, dan
mempunyai ovipositor untuk menyisipkan telur, sedangkan thrips
Tubulifera mempunyai ujung abdomen berbentuk silinder. Telur
Tubulifera dikeluarkan melalui ovipositor yang dapat ditarik ulur.

Telur ini diletakkannya dalam jumlah yang banyak, dengan rata-rata 80 butir
tiap induk. Letak telur akan mudah diketahui dengan memperhatikan bekas
tusukan pada bagian tanaman tersebut dan biasanya disekitar jaringan
tersebut terdapat pembengkakan.
Marfologi Thrips tabaci
Larva yang baru menetas segera memakan jaringan
2. Larva tanaman. Nimfa Mereka sangat mobile dan sering
berpindah ke bagian lain dari tanaman.

Nimfa trips instar pertama berbentuk seperti


kumparan, berwarna putih jernih dan mempunyai 2
mata yang sangat jelas berwarna merah, aktif
bergerak memakan jaringan tanaman.

Sebelum memasuki instar kedua warnanya berubah


menjadi kuning kehijauan, berukuran 0,4 mm,
kemudian berganti kulit.
Marfologi Thrips tabaci
3. Fase Pra-pupa dan Fase dewasa (imago) adalah tahap reproduksi
Pupa dan bersayap. Thrips adalah penerbang yang
buruk, tetapi sayap berumbai mereka
memungkinkan mereka untuk dengan mudah
dibawa oleh angin
Marfologi Thrips tabaci
Imoga akan bergerak lebih cepat dibanding
Fase Dewasa
dengan nimfanya, telah memiliki sayap yang
ukurannya relatif panjang dan sempit, imago
ini tubuhnya berwarna kuning pucat sampai
kehitam-hitaman.

Serangga dewasa berukuran 1-2 mm. Imago


betina dapat bertelur sampai 80 butir yang
diletakkannya ke dalam jaringan epidhermal
daun dengan bantuan ovipositornya yang
tajam
Siklus Hidup Thrips tabaci
Gejala Serangan Thrips tabaci
Pada daun terdapat bercak-bercak
berwarna putih, selanjutnya
berubah menjadi abu-abu perak
dan kemudian mengering.
Serangan dimulai dari ujung-
ujung daun yang masih muda
Pengendalian Thrips tabaci
1. Pengendalian Secara Mekanis 3. Pengendalian Secara Biologi
1. Melakukan pembersihan manual menggunakan
Memanfaatkan musuh alami trips yaitu
kuas dan larutan air sabun.
2. Menyediakan kondisi pertumbuhan yang baik predator kumbang macan Coccinellidae.
bagi tanaman untuk memastikan pertumbuhan
yang cepat. 4. Pengendalian Secara Kimia
3. Membajak dan mengerikan, dan solarisation
dapat membunuh kepompong di tanah dari Dengan menggunakan insektisida yang diizinkan
tanaman sebelumnya. oleh Menteri Pertanian. Terutama di pengujung
musim penghujan, ketika thrips dengan mudah
2. Pengendalian Secara Fisik berkembangbiak, pengendalian harus dilakukan
dengan insektisida seperti Regent 50 SC
Memasang perangkap perekat misalnya dengan berbahan aktif fipronil atau Decis 25 EC yang
menggunakan Insect Adhesif Trap Paper (IATP) berbahan aktif zat deltamethrin dan Agrimec 18
berwarna kuning. EC berbahan aktif abamectin.
5. Kutu daun (Myzus persicae Sulz)
Klasifikasi :

Kingdom : Animalia
Kelas : Hexapoda
Ordo : Homoptera
Famili : Aphididae Kutu daun
(Aphis sp)

Genus : Myzus
Spesies : Myzus persicae Sulz
Marfologi Myzus persicae Sulz
Meilin (2014) menyatakan bahwa kutu
daun tidak bersayap tubuhnya berwarna
merah atau kuning atau hijau dan Tanaman inangnya lebih dari 400 jenis, dengan inang
panjangnya 1,8 – 2,3 mm, kepala dan utama pada sayuranadalah cabai, kentang dan tomat.
dada kutu daun berwarna coklat dengan Kutu ini dapat berperan sebagai vektor lebih dari
perut hijau kekuningan, panjang antena 90 jenis virus penyakit pada sekitar 30 famili tanaman
sama dengan badannya. antara lain meliputi jenis kacang-kacangan, bit-gula,
tebu, kubis-kubisan, tomat, kentang, jeruk dan
Kutu daun memiliki ukuran yang sangat tembakau
kecil namun bisa terlihat jika kutu daun
bergerombol di bagian bawah helaian
daun atau pada pucuk tanaman. Nimfa
dan imago mempunyai sepasang tonjolan
pada ujung abdomen yang disebut
kornikel
Siklus hidup Myzus persicae Sulz
Kutu daun mengalami metamorfosis peurometabola dan terdapat tiga stadia, yaitu telur, nimfa,
dan imago dalam perkembangannya.

Seekor imago dapat menghasilkan 50 keturunan dalam waktu satu minggu pada suhu yang
sesuai yaitu pada suhu >250C - <28,50C. Jika lebih dari 28,50C maka reproduksinya akan
terhenti.
Siklus hidup hama ini dapat berlangsung selama 18 hari. Selama tidak mengalami gangguan dan
makanan cukup tersedia, kejadian tersebut berlangsung terus menerus sampai populasi menjadi
pada

Nimfa kutu daun Myzus persicae Sulz. terdiri atas 4 instar. Nimfa-nimfa yang dihasilkan tersebut
pada 7 - 10 hari kemudian akan menjadi dewasa dan dapat menghasilkan keturunan lagi.
Lanjutan... Siklus hidup
Gejala Serangan
Kutu daun yang berada pada permukaan bawah daun mengisap
cairan daun muda dan bagian tanaman yang masih muda. Daun
yang terserang akan tampak berbercak-bercak. Hal ini akan
menyebabkan daun menjadi keriting.

Pada bagian tanaman yang terserang akan didapati kutu yang


bergerombol. Bila terjadi 10 serangan berat daun akan berkerut-kerut
(menjadi keriput), tumbuhnya kerdil, berwarna kekuningan, daun-daunnya
terpuntir, menggulung kemudian layu dan mati.
Pengendalian
Pengendalian mekanik dan fisik Pengendalian Kimia

Pengendalian dengan cara bercocok Penyemprotan Pestona atau BVR


tanam, penggunaan varietas tahan hama,
pengendalian hayati dengan musuh alami
seperti parasitoid dan predator, pengendalian
dengan peraturan, serta penggunaan pestisida
botanik dan pestisida anorganik.
6. Ulat Tanah (Agrotis ipsilon)
Klasifikasi :
Kerajaan : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Noctuidae
Tribus : Noctuini
Genus : Agrotis
Spesies : Agrotis ipsilon
Marfologi Agrotis ipsilon
Telur diletakkan satu-satu atau dalam kelompok.
1. Telur Bentuk telur seperti kerucut terpancung dengan garis
tengah pada bagian dasarnya 0,5 mm.

Telur diletakkan satu-satu atau dalam kelompok.


Bentuk telur seperti kerucut terpancung dengan garis
tengah pada bagian dasarnya 0,5 mm.

Seekor betina dapat meletakkan 1.430 – 2.775 butir


telur. Warna telur mula-mula putih lalu berubah menjadi
kuning, kemudian merah disertai titik coklat kehitam-
hitaman pada puncaknya. Titik hitam tersebut adalah
kepala larva yang sedang berkembang di dalam telur.
Menjelang menetas, warna telur berubah menjadi gelap
agak kebiru-biruan. Stadium telur berlangsung 4 hari.
Marfologi Agrotis ipsilon
Larva yang baru lahir panjang nya 1/25 inchi
2. Larva dan larva dewasa mendekati 2 inchi. Larva
gemuk, berbentuk silinder, dan berwarna
coklat gelap hingga abu-abu. Kepala berwarna
cokelat tua dengan dua titik putih. Larva
berkembang selama 28-34 hari.

Larva menghindari cahaya matahari dan bersembunyi di permukaan


tanah kira-kira sedalam 5 – 10 cm atau dalam gumpalan tanah. Larva
aktif pada malam hari untuk menggigit pangkal batang. Larva yang baru
keluar dari telur berwarna kuning kecoklat-coklatan dengan ukuran
panjang berkisar antara 1 – 2 mm. Larva mengalami 5 kali ganti kulit.
Larva instar terakhir berwarna coklat kehitam­-hitaman. Panjang larva
instar terakhir berkisar antara 25 – 50 mm.
Marfologi Agrotis ipsilon
3. Pupa
Pembentukan pupa terjadi di
permukaan tanah. Pupa berwarna
cokelat terang atau cokelat gelap.

Lama stadia pupa 5 – 6 hari.


Marfologi Agrotis ipsilon
3. Imago
Imago sayapnya sepanjang 1-5 atau 8 hingga
2 inchi. Sayap depan berwarna abu-abu
dengan tanda hitam. Tubuhnya berwarna abu-
abu. Betina dapat menghasilkan telur
sebanyak 1800 telur. Serangga ini hidup
secara soliter.
Gejala Serangan
Gejala pada tanaman terlihat adanya batang terpotong di
dekat permukaan tanah atau tanaman menjadi layu

Ulat menyerang tanaman dengan cara memotong batang


muda atau tangkai daun, lalu bagian tanaman ini sering
ditarik ke tempat persembunyiannya.
Pengendalian
Pengendalian secara Mekanis

yaitu dengan mengumpulkan larva serangga pada sekitar tanaman,


penggunaan umpan beracun dengan pestisida atau dengan pemakaian
insektisida yang bersifat sistemik
Pengendalian secara Fisik

Penggunaan Lampu Perangkap


Ditujukan sebagai alat memonitoring serangga juga dapat digunakan sebagai alat
pengendali terutama untuk mengurangi populasi serangga hama.
Pengendalian secara
biologi /hayati
Penanaman tanaman refugia
Yakni penanam bunga-bungaan, misal ; krisan, bunga matahari dll. Tujuannya adalah
untuk menarik serangga predator dan sarang bagi mereka.
7. Penggorok Daun (Liriomyza huidrobrensis)

Klasifikasi :

Kerajaan : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Famili : Agromyzidae
Genus : Liriomyza
Spesies : Liriomyza huidrobrensis
Marfologi Liriomyza huidrobrensis
Siklus hidup Liriomyza sp. berlangsung selama 22-25 hari. Telur yang diletakkan pada bagian
epidermis akan menetas setelah 2-4 hari. Stadium larva berlangsung selama 6-12 hari dan terdiri
dari tiga instar.

Larva instar kedua dan ketiga merupakan larva yang paling besar menimbulkan kerusakan. Pada
fase berikutnya, larva akan berubah menjadi pupa, yang bersembunyi di dalam tanah atau di
antara daun. Setelah delapan hari, stadium pupa selesai dan berubah menjadi lalat dewasa.

Lalat ini akan berkembang baik pada saat cuaca panas dan kelembaban rendah. Pada suhu 25-
32°C dengan kelembaban udara rendah, lalat dewasa akan terangsang untuk kawin dan
menghasilkan keturunan baru. Sehingga pada suhu yang demikian, berpotensi terjadi serangan
berat lalat penggorok daun Liriomyza sp. dengan tingkat kerugian yang dialami oleh petani sangat
tinggi.
Gejala Serangan Liriomyza huidrobrensis

Gejala serangan ditandai adanya bintik-bintik putih dan alur korokan yang berwarna putih pada
permukaan daun (Gambar B).

Serangga dewasa lalat pengorok daun berupa lalat kecil yang berukuran ±2 mm (Gambar A). 
Larva  aktif  mengorok  dan  membuat  lubang  pada  jaringan  daun. 
Pengendalian Liriomyza huidrobrensis
Pengendalian ini menitikberatkan pada teknologi dan pola budi daya yang
Pengendalian kultur teknis dilakukan oleh petani. Pembersihan lahan dari gulma atau tanaman
pengganggu perlu dilakukan secara berkala.

Pengendalian mekanis Menggunakan perangkap kuning, yang terbuat dari papan atau plastik
lembaran berukuran 15 x 15 cm yang telah dioleskan perekat, vaselin, oli,
atau minyak goreng pada perangkap tersebut.

Upaya pengendalian ini menitikberatkan pada pemanfaatan musuh


Pengendalian biologis alami Liriomyza sp. Salah satu parasitoid yang cukup efektif untuk
mengendalikan hama ini adalah Hemiptarsenus
varicorni, H. varicornis (Hymenoptera : Eulophidae). Parasitoid ini banyak
ditemukan di arela pertanaman kentang.

Pengendalian kimiawi Beberapa jenis insektisida yang bisa digunakan untuk


mengendalikan Liriomyza sp. antara lain, siromazin, abamektin, atau
klorfenapir. Gunakan insektisida tersebut secara berseling. Dosis dan
konsentrasi sesuai pada kemasan.
Sekian…..

Jangan lupa untuk mempelajari kembali


materi ini di rumah…

THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai