Anda di halaman 1dari 14

SPESIES SERANGGA YANG

MERUSAK TANAMAN
PALAWIJA DAN TANAMAN
TAHUNAN
OLEH :
Desi Rimawan
200301116
Agroteknologi 2
01 SERANGGA YANG MERUSAK TANAMAN
JAGUNG

Hama pengerek batang jagung


(Ostinia furnacalis) Klasifikasi

Menurut Kalshoven (1981) Klasifikasi penggerek


batang jagung Ostinia furnacalis adalah sebagai berikut :

Domain : Eukaryota
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Noctuidae
Genus : Ostinia
Spesies : Ostinia fulnacalis

https://
banten.litbang.pertanian.go.id/new/images/pdf/hamajag
ung.pdf
Biologi Serangga

Cara Hidup

Serangga Ostinia furnacalis berkembang dalam suatu siklus hidup dengan


metamorfosis sempurna (holometabola). Hama ini menyerang batang jagung
dalam fase vegetatif ataupun fase generatif. Imago dari hama ini berbentuk
ngengat kecil berwarna kekuningan dengan rentang sayap 27 mm. Ngengat aktif
pada malam hari, dan menghasilkan beberapa generasi pertahun, umur imago/
ngengat dewasa 7-11 hari (Dinas ketahanan pangan dan perikanan, 2020).

Proses kopulasi O. furnacalis terjadi saat malam hari. Serangga betina akan
menunjukkan perilaku memanggil (calling behaviour) terhadap serangga jantan
sebelum melakukan kopulasi (Nishe 2012).

http://
docplayer.info/38853167-Tinjauan-pustaka-ostrinia-furnacalis-diklasifikasikan-se
bagai-berikut.html
Morfologi

Telur penggerek batang berbentuk seperti sisik ikan, berukuran 0,90 mm. Siklus Hidup
Larva yang baru menetas berwarna putih bening dengan caput berwarna
hitam. siklus hidup Ostinia furnacalis
Pupa betina lebih besar dan lebar dibandingkan pupa jantan. Pupa betina meliputi stadia telur, larva, pupa, dan
dengan ciri goresan berbentuk “V” pada abdomen terakhir, dan pupa imago.
jantan dengan ciri tanpa goresan berbentuk “V” pada abdomen terakhir. Stadia telur O. furnacalis berlangsung
Imago jantan dan imago betina dibedakan berdasarkan warna, ukuran, selama 3−4 hari, stadia larva selama
dan bentuk abdomennya. Imago jantan berwarna lebih terang, berukuran 17−30 hari, stadia pupa selama 7−9
lebih kecil, dan ujung abdomennya lebih runcing dan menjulur hari, dan stadia imago selama 2−7
dibandingkan imago betina. Panjang imago jantan berkisar antara 1-1,5 hari. Stadia larva terdiri dari lima
cm dan imago betina berukuran antara 1,3-2 cm hidup selama 6-11 hari. instar dengan lama masing-masing
Sehingga total lama seluruh siklus dari telur hingga imago mati instar berkisar antara 1-5 hari.
berlangsung selama 27-34 hari (Arif Mukhtar, 2015). Dengan demikian, siklus hidup dari
telur hingga menjadi ngengat adalah
https:// 27−46 hari dengan rata-rata 37,50
123dok.com/document/1y99olvy-biologi-penggerek-batang-jagung-ostri hari (Nonci 2004).
nia-furnacalis-guenee-diberi.html
Cara Merusak Tanaman
Penggerek batang jagung (Ostrinia fulnacalis) ini mulai
merusak tanaman dengan meletakkan telur pada permukaan
bawah daun, saat tanaman berumur 3-4 minggu setelah tanam,
setelah telur menetas, larva tersebut akan menggerek daun muda
yang masih menggulung. Serangan ditandai dengan adanya
lubang kecil pada daun.

Larva instar I, II, dan III akan menimbulkan kerusakan pada


daun dan bunga jantan, dan pada saat memasuki fase
pertumbuhan generatif larva instar IV dan V akan mulai
menyerang batang, bahkan sampai pada tongkol (Inday
pangumpia, 2019).

https://
ejournal.unsrat.ac.id/index.php/cocos/article/viewFile/25578/25
228
Teknik Pengendalian
a). Kultur teknis
- Waktu tanam yang tepat,
- Tumpangsari jagung dengan kedelai atau kacang tanah.
- Pemotongan sebagian bunga jantan (4 dari 6 baris tanaman).

b). Pengendalian hayati


Pemanfaatan musuh alami seperti : Parasitoid Trichogramma spp. Parasitoid tersebut dapat memarasit
telur Ostinia furnacalis. Predator Euborellia annulata memangsa larva dan pupa O. furnacalis. Bakteri
Bacillus thuringiensis Kurstaki, Cendawan sebagai entomopatogenik adalah Beauveria bassiana dan
Metarhizium anisopliae mengendalikan larva O. Furnacalis.

c). Pengendalian kimiawi


Penggunaan insektisida yang berbahan aktif monokrotofos, triazofos, diklhrofos, dan karbofuran efektif
untuk menekan serangan penggerek batang jagung (BPTP Banten, 2019).
Sumber : https://banten.litbang.pertanian.go.id/new/images/pdf/hamajagung.pdf
02 SERANGGA YANG MERUSAK TANAMAN
KELAPA SAWIT
Hama Kumbang Tanduk
(Oryctes rhinoceros)
Klasifikasi

Menurut Kalshoven (1981) , klasifkasi kumbang badak


adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Coleoptera
Famili : Scarabaeidae
Genus : Oryctes
Spesies : Oryctes rhinoceros L.
Biologi Serangga

• Kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros) dewasa berwarna hitam


kecokelatan dan berukuran cukup besar (panjangnya sekitar 3-5
cm dan lebar sekitar 2-3 cm) (Warisno, 2003).
• Kumbang badak Oryctes rhinoceros mengalami metamorfosis
sempurna (hemimetabola), dan berkembang biak agak lambat.
• Kumbang ini memiliki kepala kecil, tetapi memiliki sebuah
tanduk (cula) pada kepalanya, yang menjadi ciri khasnya.
• Cula kumbang jantan lebih panjang dari cula kumbang betina.
• Selain itu kumbang ini mempunyai mandibel yang kuat.
Mandibel ini berfungsi untuk melubangi pohon
(Pallipparambil, 2015).
• Kumbang O. rhinoceros dewasa betina dapat hidup sampai 274
hari, sedangkan kumbang dewasa jantan dapat hidup sampai
192 hari (PPKS, 2010).
• Kumbang tanduk biasannya bersarang di kayu lapuk, kompos,
tandan kosong, batang kelapa dan batang kelapa sawit busuk
yang lembab (Lubis, 2008).
Siklus Hidup

Siklus hidup Oryctes bervariasi tergantung pada habitat dan kondisi lingkungannya. Musim kemarau yang
panjang dengan jumlah makanan yang sedikit akan memperlambat perkembangan larva serta ukuran dewasa yang
lebih kecil dari ukuran normal. Satu siklus hidup hama ini dimulai dari telur sampai dewasa sekitar 6-9 bulan
(Riostone, 2010).
Telur
Stadium telur berkisar antara 11-13 hari, namun rata-rata berlangsung selama 12 hari (Kalshoven, 1981). Seekor
kumbang betina mampu bertelur sebanyak 35-70 butir atau lebih. Telur O. rhinoceros berbentuk bulat, berwarna
putih, dan berukuran panjang sekitar 2,5 mm dan lebar 2 mm. Setelah sekitar 12 hari telur akan menetas dan
menuju ke stadium larva (Pracaya, 2009).
Larva
Stadium larva berlangsung selama 2-4 bulan bahkan ada pula yang mencapai 4-5 bulan. Stadium larva terdiri dari
tiga instar. Larva (lundi atau uret) dewasa memiliki panjang 12 mm, dengan kepala berwarna merah kecoklatan
dan tubuh bagian belakang lebih besar daripada tubuh bagian depan. Badan larva berbulu pendek dan pada bagian
ekor bulu-bulu tersebut tumbuh rapat. Larva hidup dari sisa-sisa tumbuhan yang telah membusuk, kotoran ternak,
sampah, dan lain-lain, hingga berkembang menjadi kepompong (Mohan, 2006). Larva lebih menyukai
membentuk kokon di dalam tanah yang lembab, pada kedalaman sekitar 30 cm.
Pupa
Stadium pupa terdiri atas 2 fase: Fase I (selama 1 bulan),
merupakan perubahan bentuk dari larva ke pupa. Fase II
(selama 1 minggu), merupakan perubahan bentuk dari pupa Fase Hidup Oryctes Jangka Waktu (hari)

menjadi imago dan masih berdiam dalam kokon (Riostone, Telur 8-12
2010). Oryctes rhinoceros yang baru muncul dari pupa akan
Instar Pertama 10-21
tetap tinggal di tempatnya selama 5-20 hari, kemudian
terbang keluar (Prawirosukarto et al., 2003). Ukuran pupa Instar Kedua 12-21
lebih kecil dari larvanya, kerdil, bertanduk dan berwarna
Instar Ketiga 60-165
merah kecoklatan dengan panjang 3-5 cm yang terbungkus
kokon dari tanah yang berwarna kuning (Kalshoven, 1981). Prapura 8-13

Pupa 17-28
Imago
Dewasa Betina 274
Stadium dewasa (imago) memiliki panjang 30-57 mm dan
lebar 14-21 mm, dengan satu tanduk yang menonjol pada Dewasa jantan 192

bagian kepala, imago jantan lebih kecil dari imago betina, Total 115-260
berwarna merah sawo atau hitam kecoklatan (Wood, 1968;
Bedford, 1976).
Cara Merusak Tanaman
Stadium hama yang berbahaya adalah stadium imago (dewasa) yang berupa
kumbang (Suhardiyono, 1995).
Oryctes rhinoceros mulai menyerang tanaman kelapa sawit ketika ditanam di
lapangan sampai umur 2,5 tahun dengan cara merusak titik tumbuh sehingga terjadi
kerusakan pada daun muda (Susanto, 2005; Utomo et al., 2008).
Oryctes rhinoceros umumnya menyerang tanaman kelapa sawit muda dan akibatnya
dapat menurunkan produksi tandan buah segar (TBS), bahkan menyebabkan
tanaman muda mati mencapai 25% (Jackson & Klein, 2006). O. rhinoceros tidak
hanya pada kelapa sawit muda tetapi juga pada kelapa sawit tua (Winarto, 2005).

Oryctes rhinoceros pada tanaman muda, mulai menggerek dari bagian samping
bonggol pada ketiak pelepah terbawah, langsung ke arah titik tumbuh kelapa sawit.
Diameter lubang gerekan dapat mencapai 4,5 cm dan panjang lubang hasil galian
sepanjang 5-60 cm dalam sehari (Pallipparambil, 2015). Bila gerekan sampai ke
titik tumbuh, kemungkinan tanaman akan mengalami kematian. Pucuk kelapa sawit
yang terserang, apabila nantinya membuka pelepah daunnya akan kelihatan seperti
kipas atau berbentuk segitiga atau seperti huruf “V” (Prawirosukarto et al., 2003).
Teknik Pengendalian
a). Kultur teknis
- Penanaman Legume Cover Crop (LCC) sebanyak 750 biji/hektar
- Melakukan pengamatan/monitoring lanjutan terhadap serangan hama Oryctes di kebun secara berkala (maksimal
1 bulan sekali)
- Memberikan butiran garam kasar 200 g/tanaman kelapa sawit.
b). Fisik dan mekanik
- Pengumpulan/pengutipan imago Oryctes secara manual di sekitar tanaman kelapa sawit yang terserang.
- Melakukan pembongkaran rumpukan bahan organik yang tidak terdekomposisi sempurna (seperti batang kelapa
sawit dan tunggul tanaman lain yang sudah melapuk) dengan cangkul / mesin karena dapat menjadi tempat
makan dan sarang perkembangbiakan (breeding site) bagi hama Oryctes rhinoceros dan dilakukan pengutipan
ulat/larva O. rhinoceros secara manual, kemudian dikumpulkan dan dimatikan.
- Pemasangan perangkap feromon berbahan aktif ethyl-4-methyloctanoat untuk memerangkap imago rhinoceros
dengan dosis 1 sachet feromon/ha. Feromon dapat bertahan selama 2 bulan di lapangan. Pemasangan perangkap
feromon dilakukan berulang sampai serangan hama O. rhinoceros menurun/terkendali (Alouw dan Hosang,
2007).
Feromon yang biasa dipakai adaalah feromon agregat, berguna sebagai alat kendali populasi hama dan sebagai perangkap massal.
Feromon ini dapat menarik 21-31% imago jantan dan 67-79% imago betina. Penggunaan feromon dapat menurunkan populasi O.
rhinoceros di lapangan. Setiap bulannya 5-27 ekor kumbang per hektar dapat terperangkap (Santi & Sumaryo, 2008).
d). Hayati / Biologi
- Sisa – sisa tumpukan tumbang batang kelapa sawit (chipping) ditaburi dengan jamur anisopliae dengan
dosis 25 g/m2 atau disemprot larutan jamur M. anisopliae hingga cukup basah dengan dosis 10 g/l air.

e.) Kimiawi
- Penggunaan insektisida butiran yang mengandung bahan aktif karbosulfan 5% maupun karbofuran 5%
yang bersifat kontak dan sistemik efektif mengendalikan kumbang O. rhinoceros. Cara penggunaannya
dengan cara ditabur di bagian pucuk tanaman dengan dosis 10-15 g/pucuk/pangkal pelepah tanaman muda
(TBM) dengan interval 3 minggu hingga 1 bulan. Dosis dapat ditingkatkan sesuai umur tanaman
(Ditjenbun, 2020).
Sumber :
http://lib.unnes.ac.id/28960/1/4411411010.pdf
https
://ditjenbun.pertanian.go.id/pengendalian-hama-oryctes-rhinoceros-pada-kegiatan-peremajaan-kelapa-sawit-ra
kyat-di-kabupaten-ogan-komering-ilir
/
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/15392/BAB%20II.pdf?sequence=3&isAllowed=y#:~:
text=Kumbang%20badak%20Oryctes%20rhinoceros%20mengalami%20metamorfosis%20sempurna%20dan
%20berkembang%20biak,dalam%20waktu%208%2D12%20hari
Terimakasih

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,


including icons by Flaticon, and infographics & images by
Freepik.

Anda mungkin juga menyukai