TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Coleoptera
Family : Scarabaeidae
Genus : Oryctes
Kumbang ini berukuran 40-50 mm, berwarna coklat kehitaman, pada bagian
kepala terdapat tanduk kecil, Pada ujung perut yang betina terdapat bulu-
bulu halus sedangkan pada yang jantan tidak berbulu. Kumbang
menggerek pupus yang belum terbuka mulai dari pangkal pelepah, terutama
pada tanaman muda di areal peremajaan (Purba. 2005).
3
Berpengaruh baik pada aspek fisiologis maupun tingkah laku dari hama
serta memenuhi syarat untuk digunakan dalam pengendalian hama
insektisida nabati bersifat mudah terurai di alam, sehingga diharapkan tidak
meninggalkan residu di tanah maupun pada produk pertanian. Relatif aman
terhadap organisme bukan sasasran termasuk terhadap musuh alami hama.
sehingga menjanga keseimbangan ekosistem. Selain itu insektisida alami
dapat dipadukan dengan komponen pengendalian hama lain dan dapat
memperlambat resistensi.
2.2.1. Telur
4
mula bentuknya jorong, kemudian berubah agak membulat , Telur yang
baru diletakkan panjangnya 3mm dan lebar 2mm (Gultom, 2010).
2.2.2. Larva
5
2.2.3. Pupa
Pupa terlihat menyerupai larva, hanya saja lebih kecil dari larva instar
terakhir dan menjadi berkerut serta akktif bergerak ketika diganggu. Lama
stadia pupa berlangsung 8-13 hari. Pupa berwarna cokelat kekuningan,
berukuran sampai 50 mm dengan waktu 17-28 hari. Pupa kemudian
berubah menjadi imago ( Sudharto, 1990).
2.2.4 Imago
6
Gambar 2.4. Imago O.rhinoceros
Sumber : (Pratiwi,2019)
7
O.rhinoceros mulai menyerang tanaman kelapa sawit ketika ditanam di
lapangan sampai umur 2,5 tahun dengan cara merusak titik tumbuh sehingga
terjadi kerusakan pada daun muda O.rhinoceros umumnya menyerang
tanaman kelapa sawit muda dan akibatnya dapat menurunkan produksi
tandan buah segar (TBS), bahkan menyebabkan tanaman muda mati
mencapai 25% Namun akhir-akhir ini, serangan O. rhinoceros tidak hanya
pada kelapa sawit muda tetapi juga pada kelapa sawit tua (Winarto, 2005).
Ciri kerusakan dan gejala serangan pada kelapa sawit memiliki kesamaan
pada kelapa (Cocos nucifera). O.rhinoceros pada tanaman muda, mulai
menggerek dari bagian samping bonggol pada ketiak pelepah terbawah,
langsung ke arah titik tumbuh kelapa sawit. Diameter lubang gerekan dapat
mencapai 4,5 cm dan panjang lubang hasil galian sepanjang 5-60 cm dalam
sehari. Bila gerekan sampai ke titik tumbuh, kemungkinan tanaman akan
mengalami kematian. Pucuk kelapa sawit yang terserang, apabila nantinya
membuka pelepah daunnya akan kelihatan seperti kipas atau berbentuk
segitiga atau seperti huruf “V” (Prawirosukarto., 2003).
8
tersebut diganti dengan karbofuran yang penggunaannya pada interval 4-6
minggu untuk mengendalikan kumbang dewasa. Pasaribu dan De Chenon
(2005) mencatat beberapa jenis insektisida yang digunakan untuk
9
Rekomendasi untuk perangkap massal adalah meletakkan satu perangkap
untuk dua hektar lahan (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003).
a. Kelebihan
1. Degradasi yang cepat oleh sinar matahari.
2. Pengaruh terhadap hama cepat, dengan menghentikan nafsu makan
serangga.
3. Toksisitas umumnya rendah terhadap hewan dan relatif aman bagi
manusia dan lingkungan.
4. Memiliki spektrum pengendalian yang luas dan bersifat selektif.
b. Kekurangan
1. Cepat terurai dan daya kerjanya relatif lambat sehingga aplikasinya
lebih sering.
2. Daya racunnya rendah, tidak langsung mematikan .
3. Produksinya belum dapat dilakukan dalam jumlah besar karena
keterbatasan bahan baku .
4. Kurang praktis.
10
Pestisida nabati diartikan sebagai pestisida yang bahan dasarnya
berasal dari tumbuhan karena terbuat dari bahan-bahan alami, maka
jenis pestisida ini mudah terurai di alam sehingga residunya mudah
hilang sehingga relatif aman bagi manusia. Beberapa tanaman yang dapat
digunakan sebagai pestisidan antara lain mimba, tembakau, mindi,
srikaya, mahoni, sirsak, tuba, dan juga berbagai jenis gulma seperti
babadotan (Samsudin, 2008 )
Setiap tanaman yang mengandung racun bagi serangga memiliki
konsentrasi yang berbeda-beda, bahwa semakin tinggi konsentrasi, maka
jumlah racun yang mengenai kulit serangga makin banyak, sehingga dapat
menghambat pertumbuhan dan menyebabkan kematian serangga lebih
banyak (Sutoyo dan Wirioadmodjo, 1997).
2.6 Tumbuhan Sirih (Piper betle L.)
11
Menurut (Maryani, 2004). Sirih merupakan tanaman menjalar dan
merambat pada batang pokok di sekelilingnya dengan daunnya yang
memiliki bentuk pipih seperti gambar hati, tangkainya agak panjang, tepi
daun rata, ujung daun meruncing, pangkal daun berlekuk, tulang daun
menyirip, dan daging daun yang tipis. Permukaan daunnya berwarna hijau
dan licin, sedangkan batang pohonnya berwarna hijau tembelek atau hijau
agak kecoklatan dan permukaan kulitnya kasar serta berkerut-kerut. Sirih
hidup subur dengan ditanam di atas tanah gembur yang tidak terlalu lembab
dan memerlukan cuaca tropika dengan air yang mencukupi. Sirih
merupakan tumbuhan obat yang sangat besar manfaatnya. Dalam
farmakologi Cina, sirih dikenal sebagai tanaman yang memiliki sifat hangat
dan pedas.
Divisio : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Piperales
Family : Piperaceae
Genus : Piper
2.6.2 Morfologi
Tanaman merambat ini bisa mencapai tinggi 15 m. Batang sirih
berwarna coklat kehijauan,berbentuk bulat, beruas dan merupakan
tempat keluarnya akar. Daunnya yang tunggal berbentuk jantung,
berujung runcing, tumbuh berselan seling,bertangkai, dan mengeluarkan
bau yang sedap bila diremas. Panjangnya sekitar 5-8 cm dan lebar 2 -5 cm.
12
Bunganya majemuk berbentuk bulir dan terdapat daun pelindung ± 1
mm berbentuk bulat panjang. Pada bulir jantan panjangnya sekitar 1,5 3
cm dan terdapat dua benang sari yang pendek sedang pada bulir betina
panjangnya sekitar 1,5 -6 cm dimana terdapat kepala putik tiga sampai lima
buah berwarnaputih dan hijau kekuningan. Buahnya buah buni berbentuk
bulat berwarna hijau keabu-abuan. Akarnya tunggang, bulat dan berwarna
coklat kekuningan (Julia,2013).
13
pertumbuhan larva karena eugenol berbau sangat menyengat dan terasa
pedas.
Dilihat dari kandungan kimia yang terkandung dalam daun sirih,tentu saja
daun sirih memiliki potensi untuk dijadikan insektisida alami yang ramah
lingkungan.
2.7 Ekstraksi
a) Maserasi
Maserasi istilah aslinya adalah macerare (bahasa Latin, artinya merendam).
Cara ini merupakan salah satu cara ekstraksi, dimana sediaan cair yang
dibuat dengan cara mengekstraksi bahan nabati yaitu direndam
menggunakan pelarut bukan air (pelarut nonpolar) atau setengah air,
misalnya etanol encer, selama periode waktu tertentu sesuai dengan aturan
dalam buku resmi kefarmasian (Hamdani, 2014)
Maserasi adalah salah satu jenis metoda ekstraksi dengan sistem tanpa
pemanasan atau dikenal dengan istilah ekstraksi dingin, jadi pada metoda ini
pelarut dan sampel tidak mengalami pemanasan sama sekali. Sehingga
14
maserasi merupakan teknik ekstraksi yang dapat digunakan untuk senyawa
yang tidak tahan panas ataupun tahan panas (Hamdani, 2014).
Metode maserasi umumnya menggunakan pelarut non air atau pelarut non-
polar. Teorinya, ketika simplisia yang akan di maserasi direndam dalam
pelarut yang dipilih, maka ketika direndam, cairan penyari akan menembus
dinding sel dan masuk ke dalam sel yang penuh dengan zat aktif dan karena
ada pertemuan antara zat aktif dan penyari itu terjadi proses pelarutan (zat
aktifnya larut dalam penyari) sehingga penyari yang masuk ke dalam sel
tersebut akhirnya akan mengandung zat aktif, katakan 100%, sementara
penyari yang berada di luar sel belum terisi zat aktif (0%) akibat adanya
perbedaan konsentrasi zat aktif di dalam dan di luar sel ini akan muncul
gaya difusi, larutan yang terpekat akan didesak menuju keluar berusaha
mencapai keseimbangan konsentrasi antara zat aktif di dalam dan di luar sel.
Proses keseimbangan ini akan berhenti, setelah terjadi keseimbangan
konsentrasi (istilahnya “jenuh”)
15