PENDAHULUAN
dewasa ini sangat diminati untuk dikelola atau ditanam (dibudidayakan), baik oleh
pihak Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Perkebunan Swasta Nasional atau Asing.
Namun petani (Perkebunan Rakyat) karena ekonominya cukup tinggi, para investor
Secara umum penguasaan lahan perkebunan kelapa sawit untuk tahun 2011
didominasi oleh perkebunan milik rakyat, kemudian diurutan kedua perkebunan milik
swasta, dan diurutan ketiga perkebunan milik Negara. Dengan demikian areal
pertahun, dan perkebunan swasta ( pengusaha nasional dan asing ) tumbuh 12,8 %
pertahun. Lahan sawit rakyat tahun 2011 ada 3,8 juta ha (48 %), BUMN 617 ribu ha
(7%), dan swasta 3,2 juta ha (45%). Sejalan dengan itu budidaya tanaman kelapa
2011).
Hama adalah salah satu faktor yang sangat penting yang harus diperhatikan
dalam pembudidayaan tanaman kelapa sawit. Hama dapat menyerang tanaman kelapa
sawit mulai dari pembibitan hingga tanaman menghasilkan. Ada beberapa cara yang
2
dapat dilakukan untuk mengendalikan hama dan penyakit pada tanaman kelapa sawit
perusak (pemakan) daun, perusak akar dan batang(serangga) dan sebagian lagi
Tikus sawah banyak dijumpai diseluruh tempat dan paling banyak merusak
tanaman pangan khususnya padi. Tubuh tikus berwarna kelabu gelap, bagian
punggung berwarna coklat muda berbercak hitam, perut dan dada berwarna
keputihan. Panjang antara kepala hingga badan 130 – 210 mm, panjang badannya dari
hidung sampai ujung ekor 270 – 370 mm, panjang ekor sama atau lebih pendek dari
panjang badan, dengan berat rata-rata sekitar 500 gr. Tikus memiliki indera
penciuman dan pendengaran yang tajam, tikus betina mempunyai 6 pasang puting
susu yang terletak dikiri dan kanan pada bahagian dada dan perut memanjang
sepanjang badan. Tikus sawah dapat berkembang biak pada umur 1,5 – 5 bulan
setelah kawin. Seekor tikus betina dapat melahirkan 8 ekor anak setiap melahirkan
(Arifin, 1995).
I.3. Tujuan
PEMBAHASAN
Tikus merupakan salah satu hama penting di indonesia yang dapat merusak
tanaman kelapa sawit, serangan hama tikus di tanaman kelapa sawit yang
tanaman menghasilkan (TM). Pada perkebunan kelapa sawit, tikus dapat hidup dan
berikut: Makanan Karbohidrat : Umbut dan buah/bunga kelapa sawit, akar dan biji
rumput. Lemak : Buah kelapa sawit, serangga, siput/keong dan lain-lain. Protein :
bijian, tanah dan bahan organik. 2. Air : Tempat-tempat berair dan bagian-bagian
tanaman. 3. Lindungan : Tempat perlindungan yang aman bagi tikus antara lain
adalah : Tumpukan kayu dan bahan organik lainnya, tanaman penutup tanah
kacangan yang lebat, diantaranya pangkal pelepah kelapa sawit ataupun membuat
Tikus adalah mamalia yang termasuk dalam suku muride. Spesies tikus yang
paling di kenal adalah mencit (Mus sp) serta tikus got (Rattus rattus norvegius) yang
di temukan hampir di semua negara dan merupakan suatu organisme model yang
Phylum : Chordata
Famili : Muridae
Genus : Rattus-rattus
Tikus berkembang biak dengan sangat cepat, tikus menjadi dewasa dalam arti
dapat kawin pada usia 2 – 3 bulan. Masa bunting tikus betina sangat singkat kira –
kira 19 – 21 hari. Jumlah anak yang di hasilkan setiap sekali melahirkan berkisar
antara 4-13 ekor (rata-rata 7 ekor) nyinying. Namun kematian banyak pula terjadi,
sehingga rata-rata hanya tinggal 6 ekor dari tiap kelahiran tergantung dari jenis dan
keadaan di lapangan. Dan setelah melahirkan tikus tersebut sudah siap kawin lagi
perlu makanan yang banyak dan mengandung tepung. Pada musim kering jika air
tanah, sarang biasanya di buat lebih dari satu pintu, pintu utama untuk jalan keluar
dan masuk setiap hari dan pintu darurat yang digunakan dalam keadaan
6
membahayakan, misalnya pada saat dikejar predator tikus akan keluar dari pintu yang
susah untuk di jangkau. Pintu darurat ini disamarkan dengan cara ditutupinya dengan
Pada tanaman muda tikus menyerang titik tumbuh atau umbut, sehingga dapat
menyebabkan tanaman mati. Tingkat kematian tanaman dapat mencapai 20% atau
lebih sehingga harus di lakukan penyisipan tanaman. Hal ini akan memakan biaya
yang tinggi dan tertundanya sebagian tanaman untuk mulai di panen. Pada tanaman
menghasilkan tikus akan mengerat bunga, buah muda maupun buah yang lebih tua.
Selain itu tikus juga membawa brondolan kesarangnya sehingga secara langsung
dapat mengurangi produksi sampai 5% atau lebih 240 kg minyak sawit/ha/tahun jika
populasi tikus mencapai 306 ekor/ha. Keretan tikus pada buah dapat menyebabkan
peningkatan asam lemak bebas (ALB). Bunga yang di serang akan menyebabkan
persentase buah pada tandan menjadi rendah. Serangan pada bunga sering terjadi
pada musim kering. Menurut lubis (2008) menyatakan bahwa, lambung tikus yang di
belah menunjukan lebih dari 80% berupa daging buah (mesocarp) ditambah buah
kurang dalam menanamnya bibit menjadi terbuka sehingga cepat mati karena cara
atas tanah, daun dan pupus menjadi layu dan kering, dan tanaman menjadi patah. Jika
terlalu dalam maka titik tumbuh turut rusak dan tanaman akan mati. Jika titik tumbuh
tanaman tersebut tidak rusak, maka tanaman dapat tumbuh lagi. Bekas tanaman yang
di serang oleh tikus daun-daunnya kelihatan seperti dipangkas dengan pisau tumpul.
dengan pukulan, diburuanjing, menggunakan perangkap dan lain sebagainya. Cara ini
akan berhasil bila diorganisir dengan baik dan dilakasanakan serentak, sebagai contoh
1,5–2 meter yang salah satu ujungnya dibiarkan tertutup dan ujung lainnya dilubangi.
Pemasangan dilakukan sore hari ditempat yang biasa dilalui tikus, diharapkan tikus
akan masuk ke dalam lubang perangkap dan bersembunyi, pada waktu pagi diambil
8
ada baiknya dengan menggunakan umpan yang tidak langsung membunuh dengan
cepat, misalnya umpan racun (rodentisida) yang membunuh secara perlahan antara
lain Klerat RM-B adalah rodentisida racun anti koagulan generasi baru yang
umpan padatan, segi empat, berwarna hijau kebiru-biruan, berisi butiran beras, siap di
pakai untuk mengendalikan tikus sawah Rattus argentiventer dan tikus semak Rattus
tiomanicus. Klerat RM-B sangat aktif mengandalikan berbagai jenis tikus juga efektif
terhadap tikus yang telah kebal terhadap racun anti koagulan lainnya. Daya toksisitas
terhadap tikus sangat tinggi sehingga cukup dengan sekali makan umpan tanpa
Merupakan salah satu alternatif yang tepat untuk mencapai produksi tinggi
serta linkungan lestari. Konsep ini dimulai di indonesia sepuluh tahun yang lalu.
Konsep PHT lahir karena manusia dihadapkan pada masalah besar, yakni
semakin sangat pelik, karena penggunaan yang terus menerus, pemakaian pupuk
secara berlebihan dan penggunaan pestisida secara tidak tepat, baik mengenai aplikasi
maupun dosisnya. Dalam mengatasi hama dengan PHT ini, dibutuhkan berbagai
penyakit tanaman, sosial ekonomi dan kerja sama dengan penyuluhan pertanian.
sendiri.
PHT adalah salah satu langkah peniruan yang seksama yang jumlahnya cukup
tepat tentang keanekaan seleksi yang terlihat bekerja di alam, dengan tujuan untuk
menghilangkan tekanan seleksi dari satu faktor saja. Pada umumnya dengan
dan memadukan dengan bahan kimia untuk menjaga agar populasi hama tetap tidak
berarti secara ekonomi. Dengan demikian PHT bukanlah suatu eradikasi atau
hama.
10
1. Identifikasi dan analisis kedudukan hama Apakah hama yang akan dikelola
migrant. Perhatian utama dalam pengelolaan hama nanti adalah hama utama,
studi tentang interaksi musuh alami dan dinamika populasinya, serta studi
b. Komponen PHT
Pengolahan tanah
Varietas tahan
Pengaturan pemupukan
Menjaga kebersihan
Patogen (mikroba)
Mengusir hama
Penggunaan pestisida
KESIMPULAN
1. Hama tikus bersifat merusak. Serangan hama tikus di tanaman kelapa sawit yang
2. Metode pengendalian hama tikus dapat dilakukan secara mekanis, kimia maupun
PHT.
3. Pengendalian PHT Merupakan salah satu alternatif yang tepat untuk mencapai
Saran
Arifin, M. 1995. Kajian Sifat Fisika Tanah Dan Berbagai Penggunaan Lahan Dalam
Hubungannya Dengan Pendugaan Erosi Tanah. Jurnal Pertanian MAPETA
Vol. XII. (2) : 72 – 144.
Lubis, A.U. 2008. Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq) Di Indonesia Edisi Ke-2
Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan.
Sembiring, Dalan Malem, 2011, Isolasi Dan Analisis Komponen Kimia Minyak Atsiri
Dari Daun Tumbuhan Binara (Artemisia Vulgaris L.) Di Daerah Kecamatan
Sibolangit Kabupaten Deli Serdang Dengan GC-MS Dan FT-IR, Tesis,
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera
Utara Medan.
Sunarko. 2007. Perunjuk Praktis Budidaya Dan Pengolahan Kelapa Sawit. Jakarta.
Agromedia Pustaka.