Anda di halaman 1dari 16

Tugas Mata Kuliah Pengendalian Vektor

Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengendalian Vektor Dosen Pengampu : Widya Hary C., S.KM, M.Kes

Disusun Oleh : Nama NIM Rombel : Inggitha Ajeng Irina Sutopo : 6411411252 : 01

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013

A. Pengertian Hama Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan dipengaruhi oleh banyak faktor, mulai dari kesuburan tanah, organisme kecil (virus, bakteri, atau jamur), hingga adanya hama yang mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang dibudidayakan manusia, seperti gangguan oleh binatang. Binatang disebut hama karena mereka bersifat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan dengan cara memakan tumbuhan yang dibudidayakan manusia. Yang dimaksud dengan hama adalah semua binatang yang mengganggu dan merugikan tanaman yang diusahakan manusia. Hama tanaman sering disebut serangga hama (pest) atau dalam dunia pertanian dikenal sebagai musuh petani. Para ahli pertanian membuat beberapa versi pengertian (definisi) hama tanaman, diantaranya sebagai berikut: 1. Organisme jahat yang mempunyai kemampuan untuk merusak, mengganggu, atau merugikan organisme lainnya (inang). 2. Organisme yang memusuhi (merugikan) kesejahteraan manusia 3. Setiap spesies organisme yang dalam jumlah besar tidak kita kehendaki kehadirannya 4. Organisme yang merugikan dari segi andangan manusia. 5. Organisme hidup yang merupakan saingan kita dalam memenuhi kebutuhan pangan dan pakaian, ata menyerang kita secara langsung. Berdasarkan pernyataan (pendapat) di atas, hama tanaman dalam arti luas adalah semua organisme atau binatang yang karena aktivitas hidupnya merusak

tanaman sehingga menimbulkan kerugian ekonomi bagi manusia. Apabila pengertian hama itu hewan yang merugikan, maka serangga hama didefinisikan sebagai serangga yang mengganggu dan atau merusak tanaman haik secara ekonomis atau estetis. Hama tumbuhan umumnya kelompok serangga, kelompok terdiri dari serangga berguna (Helful or beneficial insect) dan serangga merugikan (Harmful or injerious insect) Serangga merugikan terdiri dari : 1. Poisonous insect seperti ulat bajra/ulat api, lebah 2. Pest yaitu crop pest seperti serangga hama pada tanaman yang dibudidayakan, Plnat pest seperti serangga hama pada tanaman hutan atau tanaman sayura lainnya. 3. Stored groin pest seperti serangga hama gudang 4. House hold pest seperti serangga hama pada rumah tangga, contohnya serangga kecoa

5. Dometic animal pest seperti serangga hama pada luka yang diderita hewan ternak. 6. Disease pests seperti serangga yang menyebabkan berbagai penyakit ataupun vektor penyakit.

B. Jenis-Jenis Hama Binatang yang termasuk hama dikelompokkan ke dalam beberapa golongan, yaitu sebagai berikut : 1. Serangga Pada suatu ekosistem pertanian ada serangga yang merusak tanaman sehingga menimbulkan kerugian yang cukup besar, terdapat populasi serangga yang tidak begitu tinggi tetapi merugikan tanaman, bahkan ada pula serangga yang populasinya sangat rendah dan kerusakan yang diderita tanaman kurang diperhitungkan. Untuk lebih jelasnya serangga-serangga yang diuraikan diatas dikategorikan : a. Major pest/Main pest/Key pest atau hama penting/hama utama, adalah serangga hama yang selalu menyerang tanaman dengan intensitas serangga yang berat sehingga diperlukan pengendalian. Terdapat satu atau dua species serangga hama utama di suatu daerah. Hama utama untuk tiap daerah dapat sama atau berbeda dengan daerah lain pada tanaman yang sama. Sebagai contoh hama utama pada tanaman padi dapat berupa wereng coklat, penggerek batang, ganjur karena serangga hama tersebut dapat menimbukan kerugian yang cukup besar sehingga diperlukan strategi pengendaliannya. b. Secondery pest/Potensial pest adalah hama yang pada keadaan normal akan menyebabkan kerusakan yang kurang berarti tetapi kemungkinan adanya perubahan ekosistem akan dapat meningkatkan populasinya sehingga intensitas serangan sangat merugikan. Sebagai contoh hama putih atau Nymphula depunctalis Guene pada tanaman padi kurang merugikan tanaman pada populasi masih rendah. Apabila ekosistem pesawahan dialiri dengan cukup bukan mustahil populasi hama putih itu akan meningkat. c. Incldently pest/occasional pest adalah hama yang menyebabkan kerusakan tanaman sangat kecil/kurang berarti tetapi sewaktu-waktu populasinya dapat meningkat dan akan menimbulkan kerusakan ekonomi pada tanaman. Sebagai contoh serangga hama belalang yang memakan daun padi biasanya terjadi pada tanaman, padi, setempat-setempat.

d. Migratory pest adalah hama yang bukan berasal dari agroekosistem setempat tetapi datang dari luar secara periodik yang mungkin menimbulkan kerusakan ekonomi. Sebagai contoh belalang kembara atau Locusta migratoria yang datang secara periodik dan memakan berbagai tanaman sepanjang wilayah yang dilalui dengan populasi yang sangat tinggi Terdapat beberapa contoh hama perusak tanaman yang termasuk kedalam kategori serangga antara lain: a. Wereng coklat (Nilaparvata lugens) yang menyerang tanaman padi b. Sangit (Leptocorisa acuta) yang menyerang biji padi yang masih muda dan lunak. Akibatnya biji padi menjadi kosong, kadang berisi tetapi isinya tidak sempurna. c. Kutu daun (Aphis sp.) yang merusak beberapa jenis tanaman d. Kumbang tanduk atau wangwung (Artona cartoxantha dan Oryctes rhinoceros) yang menyerang tanaman kelapa e. Chilo sp. Yang merusak tunas dan batang tebu f. Ulat penggerek (Tryporiza innotata) menyerang tanaman padi

2. Mamalia Binatang menyusui (mamalia) juga dapat menjadi hama tanaman. Jenis mamalia yang biasanya menyerang tanaman pertanian, antara lain: a. Bajing (Callosciurus notatus Boddaert) yang merusak pohon kelapa. b. Codot (Cynopterus sphink Vahl) yang gemar memakan bunga pisang, buah pepaya dan jambu biji. c. Kera bedes (Macaca fascicularis Raffles) yang seringkali menyerang lading ubi kayu, jagung dan padi. d. Tikus belukar (Rattus tiomanicus Miller) yang merusak tangkai tandan buah kelapa sawit e. Tikus sawah (Rattus argentiventer Robinson & Kloss) yang mengerat bagian pangkal batang yang muda, makan bunga dan buah padi serta merusak persemaian kelapa sawit.

3. Aves Selain dari kelompok serangga dan mamalia, hama yang menyerang tanaman juga berasal dari kelompok burung (aves). Umumnya, burung menyerang areal persawahan padi secara bergerombol pada saat padi sedang disemaikan

ataupun ketika hampir masa panen. Kelompok burung yang menjadi hama pada tanaman padi, antara lain: a. Baya (Ploceus philippinus) b. Bondol hijau (Erythrina prasina Sparman) c. Burung gereja (Passer montanus Oates) d. Gelatik (Padda oryzifora Linnaeus) e. Burung pipit f. Perkutut

4. Molusca Dari filum Mollusca ini yang anggotanya berperan sebagai hama adalah dari klas Gastropoda yang salah satu jenisnya adalah Achatina fulica Bowd atau bekicot, Pomacea ensularis canaliculata (keong emas). Binatang tersebut memiliki tubuh yang lunak dan dilindungi oleh cangkok (shell) yang keras. Pada bagian anterior dijumpai dua pasang antene yang masing-masing ujungnya terdapat mata. Pada ujung anterior sebelah bawah terdapat alat mulut yang dilengkapi dengan gigi parut (radula). Lubang genetalia terdapat pada bagian samping sebelah kanan, sedang anus dan lubang pernafasan terdapat di bagian tepi mantel tubuh dekat dengan cangkok/shell.

C. Faktor-Faktor Terjadinya Hama 1. Perubahan Lingkungan Pada ekosistem alami makanan jumlah hama terbatas dan musuh alami berperan aktif selain hambatan lingkungan, sehingga populasi serangga rendah. Sebaliknya pada ekosistem pertanian, terutama yang monokultur makanan serangga relatif tidak terbatas sehingga populasi bertambah dengan cepat tanpa dapat diimbangi oleh musuh alaminya. Sebagai contoh Kumbang kentang Colorado (Leptinotarsa decei) yang sebelumnya serangga tersebut hidup di berbagai tanaman famili Solanaceae liar di hutan-hutan, populasi masih rendah. Begitu hutan dibuka dan diubah menjadi kebun kentang maka populasinya meningkat dengan cepat dan menjadi hama kentang yang sangat merugikan. 2. Perpindahan Tempat Serangga hama dapat berpindah tempat secara aktif maupun pasif. Perpindahan tempat secara aktif dilakukan oleh imago dengan cara terbang atau

berjalan. Secara pasif dilakukan oleh faktor lain seperti, tertiup angin atau terbawa pada tanaman yang dipindahkan oleh manusia. Di tempat yang baru populasi serangga ini bertambah dengan cepat bila faktor lingkungan mendukungnya. Sebagai contoh Kutu loncat lamtoro (Heteropsylla cubana) yang berasal dari Amerika tengah, kemudian bermigrasi ke negara pasifik dan akhirnya sampai ke Indonesia. Kutu loncat di Indonesia tumbuh cepat sekali sehingga ratusan hektar tanaman lamtoro diserangnya. Musuh alami yang efektif untuk Kutu loncat lamtoro yaitu Kumbang predator Curinus cocruleus belum tersedia di Indonesia, sehingga harus di datangkan dari Hawai. Setelah pengembangan predator Curinus, populasi kutu loncat lamtoro mulai dapat dikendalikan. 3. Aplikasi Insektisida Yang Tidak Bijaksana Penggunaan insektisida yang tidak bijaksana akan menyebabkan

permasalahan hama semakin kompleks, banyak musuh alami yang mati sehingga populasi hama bertambah tinggi disamping berkembangnya resistensi, resurgensi dan munculnya hama sekunder. Resistensi terhadap insektisida bisa terjadi jika digunakan jenis Insektisida yang lama (bahan aktif sama atau kelompok senyawa yang sama) secara terus-menerus, terutama dosis yang digunakan tidak tepat (dosis sublethal). Pada populasi hama di alam terjadi keragaman genetik antara individuindividunya. Ada individu yang tahan terhadap suatu jenis insektisida dan ada yang tidak tahan. Bila digunakan jenis insektisida yang sama secara terus menerus maka individu yang ada dalam populasi tersebut akan terseleksi menjadi individu yang tahan. Apabila serangga tersebut berkembangbiak dan masih digunakan insektisida yang sama dengan dosis yang sama maka jumlah individu yang tahan akan semakin banyak demikian seterusnya. Apabila hama tersebut berkembangbiak dan masih digunakan insektisida yang sama dengan dosis yang sama maka jumlah individu yang tahan akan semakin banyak demikian seterusnya. Penyebab utama terjadinya resurgensi adalah terbunuhnya musuh alami serangga hama tersebut pada waktu aplikasi insektisida. Musuh alami umumnya lebih rentan terhadap insektisida dibandingkan serangga hama. Apabila populasi hama tersebut meningkat lagi pada generasi berikutnya atau datang dari tempat lain maka tidak ada lagi musuh alaminya yang mengendalikan serangga populasi serangga hama meningkat.

Munculnya hama sekunder pada ekosistem pertanian karna insektisida yang ditujukkan untuk mengendalikan hama utama, akan membunuh pula musuh alami hama utama dan musuh alam hama sekunder. Dalam kondisi demkian komposisi hama pada beberapa generasi berikutnya mungkin akan berubah. hama sekunder akan menjadi hama utama dan hama utama menjadi hama sekunder.

D. Cara Merusak Dan Gejala Kerusakan Hama tanaman memiliki cara tersendiri dalam merusak tumbuhan yang akan diserang, dampak dari perusakan yang dilakukan oleh hama tersebut akan mengakibatkan suatu gejala kerusakan yang khas pada tanaman yang diserangnya. Cara merusak tumbuhan yang dilakukan oleh hama dapat diketahui melalui tipe alat dari serangga tersebut. Tipe-tipe mulut dari hama terbagi atas, tipe mulut menggigit dan mengunyah (mandibulate), tipe mulut menghisap/ menjilat (labellate), serta tipe mulut menusuk dan menghisap (haustelate). Selain dari tipe mulutnya hama tanaman dibedakan berdasar cara merusak dan gejala kerusakannya, hama dikelompokkan menjadi : 1. Hama pemakan Tipe mulut mandibulate, bagian dimakan daun, batang akar. 2. Hama penyebab puru (bengkak) Hama merusak dalam jaringan tanaman melalui jaringan muda. Puru terbentuk karena adanya skresi dari hama tersebut. 3. Penggerek Merusak dengan jalan mengebor bagian tanman dan hidup dalam bagian yang digerek. 4. Hama penusuk penghisap Biasanya tipe mulutnya penusuk penghisap, hama manusuk lapisan epidermis dan menghisap cairan tanaman, sehingga bekas tusukan timbul bercak-berca. Golongan ini juga berfungsi sebagai fektor penyakit. 5. Hama pengorok Memakan daging daun dengan meninggalkan epidermisnya saja sehingga daun akan tampak transparan. 6. Hama penggulung Merusak dengan jalan menggulung bagian daun kemudian memakan dari dalam gulungan.

E. Taktik Pengendalian Pengendalian hama merupakan setiap usaha atau tindakan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung untuk mengusir, menghindari dan membunuh spesies hama agar populasinya tidak mencapai aras yang secara ekonomi merugikan. Pengendalian hama tidak dimaksudkan untuk meenghilangkan spesies hama sampai tuntas, melainkan hanya menekan populasinya yang secara ekonomi tidak merugikan. Oleh karena itu, taktik pengendalian apapun yang diterapkan dalam pengendalian hama haruslah tetap dapat dipertanggungjawabkan secara ekonomi dan secara ekologi. Falsafah pengendalian hama yang harus digunakan adalah

Pengelolaan/Pengendalian hama Terpadu (PHT) yang dalam implementasinya tidak hanya mengandalkan satu taktik pengendalian saja. Taktik pengendalian yang akan diuraikan berikut ini mengacu pada buku karangan Metcalf (1975) dan Matsumura (1980) yang terdiri dari : 1. Pengendalian secara mekanik Pengendalian mekanik mencakup usaha untuk menghilangkan secara langsung hama serangga yang menyerang tanaman. Pengendalian mekanis ini biasanya bersifat manual. Mengambil hama yang sedang menyerang dengan tangan secara langsung atau dengan melibakan tenaga manusia telah banyak dilakukan oleh banyak negara pada permulaan abad ini. Cara pengendalian hama ini sampai sekarang masih banyak dilakukan di daerah-daerah yang upah tenaga kerjanya masih relatif murah. Contoh pengendalian mekanis yang dilakukan di Indonesia terhadap ulat pucuk daun tembakau oleh Helicoverpa sp. Untuk mengendalikan hama ini para petani pada pagi hari turun ke sawah untuk mengambil dan mengumpulkan ulat-ulat yang berada di pucuk tembakau. Ulat yang telah terkumpul itu kemudian dibakar atau dimusnahkan. 2. Pengendalian secara fisik Pengendalian ini dilakukan dengan cara mengatur faktor-faktor fisik yang dapat mempengaruhi perkembangan hama, sehingga memberi kondisi tertentu yang menyebabkan hama sukar untuk hidup.

Bahan-bahan simpanan sering diperlakukan denagn pemanasan (pengeringan) atau pendinginan. Cara ini dimaksudkan untuk membunuh atau menurunkan populasi hama sehingga dapat mencegah terjadinya peledakan hama. Bahanbahan tersebut biasanya disimpan di tempat yang kedap udara sehingga serangga yang bearada di dalamnya dapat mati lemas oleh karena CO2 dan nitrogen. Pengolahan tanah dan pengairan dapat pula dimasukkan dalam pengendalian fisik; karena cara-cara tersebut dapat menyebabkan kondisi tertentu yang tidak cocok bagi pertumbuhan serangga. Untuk mengendalikan nematoda dapat dilakukan dengan penggenangan karena tanah yang mengandung banyak air akan mendesak oksigen keluar dari partikel tanah. Dengan hilangnya kandungan O2 dalam tanah, nematoda tidak dapat hidup lebih lama. 3. Pengendalian hayati Pengendalian hayati adalah pengendalian hama dengan menggunakan jenis organisme hidup lain (predator, parasitoid, pathogen) yang mampu menyerang hama. Di suatu daerah hampir semua serangga dan tunggau mempunyai sejumlah musuh-musuh alami. Tersedianya banyak makanan dan tidak adanya agen-agen pengendali alami akan menyebabkan meningkatnya populasi hama. Populasi hama ini dapat pula meningkat akibat penggunaan bahan-bahan kimia yang tidak tepat sehingga dapat membunuh musuh-musuh alaminya. Sebagai contoh, meningkatnya populasi tunggau di Australia diakibatkan meningkatnya penggunaan DDT. Dua jenis organisme yang digunakan untuk pengendalian hayati terhadap serangga dan tunggau adalah parasit dan predator. Selain menggunakan parasit dan predator pengendalian secara hayati atau dapat juga disebut pengendalian secara biologi terhadap serangga hama dapat dilakukan dengan : a. Introduksi, yakni upaya mendatangkan musuh alami dari luar (exotic) ke wilayah yang baru (ada barier ekologi). b. Konservasi, yakni upaya pelestarian keberadaan musuh alami di suatu wilayah dengan antara lain melalui pengelolaan habitat. c. Augmentasi, parasit dan predator lokal yang telah ada diperbanyak secara masal pada kondisi yang terkontrol di laboratorium sehingga jumlah agensia sangat banyak, sehingga dapat dilepas ke lapangan dalam bentuk pelepasan inundative. 4. Pengendalian dengan varietas tahan

Beberapa varietas tanaman tertentu kuran dapat diserang oleh serangga hama atau kerusakan yang diakibatkan oleh serangan hama relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan varietas lain. Varietas tahan tersebut mempunyai satu atau lebih sifat-sifat fisik atau fisiologis yang memungkinkan tanaman tersebut dapat melawan terhadap serangan hama. Mekanisme ketahanan tersebut secara kasar dapat dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu : a. Toleransi Tanaman yang memiliki kemampuan melawan serangan serangga dan mampu hidup terus serta tetap mampu berproduksi, dapat dikatakan sebagai tanaman yang toleran terhadap hama. Toleransi ini sering juga tergantung pada kemampuan tanaman untuk mengganti jaringan yang terserang, dan keadaan ini berhubungan dengan fase pertumbuhan dan kerapatan hama yang menyerang pada suatu saat. b. Antibiosis Tanaman-tanaman yang mengandung toksin (racun) biasanya memberi pengaruh yang kurang baik terhadap serangga. Tanaman yang demikian dikatakan bersifat antibiosis. Tanaman ini akan mempengaruhi banyaknya bagian tanaman yang dimakan hama, dapat menurutkan kemampuan berkembang biak dari hama dan memperbesar kematian serangga. Tanaman kapas yang mengandung senyawa gossypol dengan kadar tinggi mempunyai ketahanan yang lebih baik bila dibandingkan dengan yang mengandung kadar yang lebih rendah, karena bahan kimia ini bekerja sebagai antibiosis terhadap jenis serangga tertentu. c. Non prefens Jenis tanaman tertentu mempunyai sifat fisik dan khemis yang tidak disukai serangga. Sifat-sifat tersebut dapat berupa tekstur, warna, aroma atau rasa dan banyaknya rambut sehingga menyulitkan serangga untuk meletakkan telur, makan atau berlindung. Pada satu spesies tanaman dapat pula terjadi bahwa satu tanaman kurang dapat terserang serangga dibanding yang lain. Hal ini disebabkan adanya perbedaan sifat yang ada sehingga dapat lebih menarik lagi bagi serangga untuk memakan atau meletakkan telur. Contoh pengendalian hama yang telah memanfaatkan varietas tahan adalah pengendalian terhadap wereng coklat pada tanaman padi, pengendalian

terhadap kutu loncat pada lamtoro, pengendalian terhadap Empoasca pada tanaman kapas. 5. Pengendalian hama dengan cara bercocok tanam Pada dasarnya pengendalian ini merupakan pengendalian yang belerja secara alamiah, karena sebenarnya tidak dilakukan pembunuhan terhadap hama secara langsung. Pengendalian ini merupakan usaha untuk mengubah lingkunagn hama dari keadaan yang cocok menjadi sebaliknya. Dengan mengganti jenis tanaman pada setiap musim, berarti akan memutus tersedianya makanan bagi hama-hama tertentu. Sebagai contoh dalam pengendalian hama wereng coklat (Nilaparvata lugens) diatur pola tanamnya, yakni setelah padi-padi, pada periode berikutnya supaya diganti dengan palawija. Cara ini dimaksudkan untuk menghentikan

berkembangnya populasi wereng. Cara di atas dapat pula diterapkan pada hama lain, khususnya yang memiliki inang spesifik. Kebaikan dari pengendalian hama dengan mengatur pola tanam adalah dapat memperkecil kemungkinan terbentuknya hama biotipe baru. 6. Pengendalian hama dengan sanitasi dan eradikasi Beberapa jenis hama mempunyai makanan, baik berupa tanaman yang diusahakan manusia maupun tanaman liar (misal rumput, semak-semak, gulam dan lain-lain). Pada pengendalian dengan cara sanitasi eradikasi dititikberatkan pada kebersihan lingkungan di sekitar pertanaman. Kebersihan lingkungan tidak hanya terbatas di sawah yang ada tanamannya, namun pada saat bero dianjurkan pula membersihkan semak-semak atau turiang-turiang yang ada. Pada musim kemarau sawah yang belum ditanami agar dilakukan pengolahan tanah terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan untuk membunuh serangga-serangga yang hidup di dalam tanah, memberikan pengudaraan (aerasi), dan membunuh rerumputan yang mungkin merupakan inang pengganti suatu hama tertentu. 7. Pengendalian kimiawi Bahan kimia akan digunakan untuk mengendalikan hama bilamana pengendalian lain yang telah diuarikan lebih dahulu tidak mampu menurunkan populasi hama yang sedang menyerang tanaman. Kelompok utama pestisida yang digunakan untuk mengendalikan serangga hama dengan tunggau adalah insektisida, akarisida dan fumigan, sedang jenis pestisida yang lain diberi nama masing-masing sesuai dengan hama

sasarannya. Dengan demikian penggolongan pestisida berdasar jasad sasaran dibagi menjadi : a. Insektisida, racun yang digunakan untuk memberantas jasad pengganggu yang berupa serangga. Contoh : Bassa 50 EC Kiltop 50 EC dan lain-lain. b. Nematisida, racun yang digunakan untuk memberantas jasad pengganggu yang berupa cacing-cacing parasit yang biasa menyerang akar tanaman. Contoh : Furadan 3 G. c. Rodentisida, racun yang digunakan untuk memberantas binatang-binatang mengerat, seperti misalnya tupai, tikus. Contoh : Klerat RM, Racumin, Caumatatralyl, Bromodoiline dan lain-lain. d. Herbisida, digunakan untuk mengendalikan gulam (tanaman pengganggu). Contoh : Ronstar ODS 5/5 Saturn D. e. Fungisida, digunakan untuk memberantas jasad yang berupa cendawan

(jamur). Contoh : Rabcide 50 WP, Kasumin 20 AB, Fujiwan 400 EC, Daconil 75 WP, Dalsene MX 2000. f. Akarisida : yaitu racun yang digunakan untuk mengendalikan jasad pengganggu yang berupa tunggau. Contoh : Mitac 200 EC, Petracrex 300 EC. g. Bakterisida : yaitu racun yang digunakan untuk mengendalikan penykit tanaman yang disebabkan oleh bakteri. Contoh : Ffenazin-5-oksida (Staplex 10 WP).

F. Contoh Hama dan Pengendaliannya 1. Tikus Tikus merupakan hama yang sering kali membuat pusing para petani. Hal ini disebabkan tikus sulit dikendalikan karena memiliki daya adaptasi, mobilitas, dan kemampuan untuk berkembang biak yang sangat tinggi. Masa reproduksi yang relative singkat menyebabkan tikus cepat bertambah banyak. Potensi

perkembangbiakan tikus sangat tergantung dari makanan yang tersedia. Tikus sangat aktif di malam hari. Tikus menyerang berbagai tumbuhan. Bagian tumbuhan yang disarang tidak hanya bijibijian tetapi juga batang tumbuhan muda. Yang membuat para tikus kuat memakan bijibijian sehingga merugikan para petani adalah gigi serinya yang kuat dan tajam, sehingga tikus mudah untuk memakan bijibijian. Tikus membuat

lubanglubang pada pematang sawah dan sering berlindung di semaksemak. Apabila keadaan sawah itu rusak maka berarti sawah tersebut diserang tikus. Untuk mengatasi serangan hama tikus, dapat dilakukan caracara sebagai berikut : 1. Membongkar dan menutup lubang tempat bersembunyi para tikus dan menangkap tikusnya. 2. Menggunakan musuh alami tikus, yaitu ular. 3. Menanam tanaman secara bersamaan agar dapat menuai dalam waktu yang bersamaan pula sehingga tidak ada kesempatan bigi tikus untuk mendapatkan makanan setelah tanaman dipanen. 4. Menggunakan rodentisida (pembasmi tikus) atau dengan memasang umpan beracun, yaitu irisan ubi jalar atau singkong yang telah direndam sebelumnya dengan fosforus. Peracunan ini sebaiknya dilakukna sebelum tanaman padi berbunga dan berbiji. Selain itu penggunaan racun harus hati hati karena juga berbahaya bagi hewan ternak dan manusia.

2. Wereng Wereng adalah sejenis kepik yang menyebabkan daun dan batang tumbuhan berlubang-lubang, kemudian kering, dan pada akhirnya mati. Hama wereng ini dapat dikendalikan dengan cara-cara sebagai berikut : a. Pengaturan pola tanam, yaitu dengan melakukan penanaman secara serentak maupun dengan pergiliran tanaman. Pergiliran tanaman dilakukan untuk memutus siklus hidup wereng dengan cara menanam tanaman palawija atau tanah dibiarkan selama 1-2 bulan. b. Pengandalian hayati, yaitu dengan menggunakan musuh alami wereng, misalnya laba-laba predator Lycosa Pseudoannulata, kepik Microvelia douglasi dan Cyrtorhinuss lividipenis, kumbang Paederuss fuscipes, Ophinea nigrofasciata, dan Synarmonia octomaculata. c. Pengandalian kimia, yaitu dengan menggunakan insektisida, dilakukan apabila cara lain tidak mungkin untuk dilakukan. Penggunaan insektisida diusahakan sedemikan rupa sehingga efektif, efisien, dan aman bagi lingkungan.

3. Walang Sangit

Walang sangit (Leptocorisa acuta) merupakan salah satu hama yang juga meresahkan petani. Hewan ini jika diganggu, akan meloncat dan terbang sambil mengeluarkan bau. Serangga ini berwarna hijau kemerah-merahan. Walang sangit muda (nimfa) lebih aktif dibandingkan dewasanya (imago), tetapi hewan dewasa dapat merusak lebih hebat karenya hidupnya lebih lama. Walang sangit dewasa juga dapat memakan biji-biji yang sudah mengeras, yaitu dengan mengeluarkan enzim yang dapat mencerna karbohidrat.Walang sangit menghisap butir-butir padi yang masih cair. Biji yang sudah diisap akan menjadi hampa, agak hampa, atau liat. Kulit biji iu akan berwarna kehitamhitaman. Faktor-faktor yang mendukung yang mendukung populasi walang sangit antara lain sebagai berikut. a. Sawah sangat dekat dengat perhutanan. b. Populasi gulma di sekitar sawah cukup tinggi c. Penanaman tidak serentak Untuk mengatasi serangan hama tikus, dapat menggunakan cara pengendalian sebagai berikut : a. Menanam tanaman secara serentak. b. Membersihkan sawah dari segala macam rumput yang tumbuh di sekitar sawah agar tidak menjadi tempat berkembang biak bagi walang sangit. c. Menangkap walang sangit pada pagi hari dengan menggunakan jala penangkap. d. Penangkapan menggunakan unmpan bangkai kodok, ketam sawah, atau dengan alga. e. Melakukan pengendalian hayati dengan cara melepaskan predator alami beruba laba laba dan menanam jamur yang dapat menginfeksi walang sangit. f. Melakukan pengendalian kimia, yaitu dengan menggunakan insektisida.

4. Ulat Kupukupu merupakan serangga yang memiliki sayap yang indah dan benarekaragam. Kupukupu meletakkan telurnya dibawah daun dan jika menetas menjadi larva. Kita bisa sebut larva kupukupu sebagai ulat. Pada fase ini, ulat aktif memakan dedaunan bahkan pangkal batang, terutama pada malam hari. Daun yang dimakan oleh ulat hanya tersisa rangka atau tulang daunya saja. Untuk mengatasi serangan ulat, dapat menggunakan cara pengendalian sebagai berikut :

a. Membuang telur telur kupu kupu yang melekat pada bagian bawah daun. b. Menggenangi tempat persemaian dengan air dalam jumlah banyak sehingga ulat akan bergerak ke atas sehingga mudah untuk dikumpulkan dan dibasmi. c. Apabila kedua cara diatas tidak berhasil, maka dapat dilakukan penyemprotan dengan menggunakan pertisida.

5. Penggerek Batang Penggerek batang adalah hama yang ulatnya hidup dalam batang padi. Hama ini berubah menjadi ngengat berwarna kuning atau coklat, biasanya 1 larva berada dalam 1 anakan. Ngengat aktif di malam hari. Larva betina menaruh 3 massa telur sepanjang 7-10 hari masa hidupnya sebagai serangga dewasa. Massa telur penggerek batang kuning berbentuk cakram dan ditutupi oleh bulu-bulu berwarna coklat terang dari abdomen betina. Setiap massa telur mengandung sekitar 100 telur. Untuk mengatasi serangan hama penggerek batang, dapat menggunakan cara pengendalian sebagai berikut : a. Lindungi agen pangendalian hayati, untuk melindungi musuh alami penggerek batang, jangan gunakan pestisida berspektrum luas, misalnya methyl parathion. b. Sayat ujung helaian daun sebelum tanam pindah.-Telur-telur penggerek batang kuning diletakkan dekat ujung helaian daun. Dengan menyayat bibit sebelum tanam pindah, pengalihan telur dari persemaian ke sawah dapat dikurangi. c. Tanam sedikit terlambat untuk menghindari ngengat penggerek batang kuning. d. Jemur atau hamparkan jerami di bawah sinar matahari untuk membunuh larva yang terdapat di situ. e. Jaring larva penggerek batang pada daun yang mengapung dengan jaring. f. Olah dan genangi sawah setelah panen. Untuk mengatasi serangan hama penggerek batang secara kimiawi, dapat menggunakan Insektisida sistemik berbentuk granular seperti karbofuran, bensultap, bisultap, karbosulfan, dimehipo, atau fipronil yang masuk ke dalam tanaman, merupakan bahan kimia yang dapat Beluk pada stadia reproduktif. Sundep. Larva penggerek batang padi putih. Imago penggerek batang padi putih. Imago penggerek batang padi merah jambu. Larva penggerek batang padi merah jambu. mengendalikan penggerek setelah masuk ke dalam batang. Penyemprotan efektif untuk kupu-kupu. Sebagaimana halnya dengan pestisida lainnya, keuntungan dari penggunaan

insektisida harus mempertimbangkan risiko terhadap kesehatan dan lingkungan. Penggunaan insektisida yang tidak sesuai akan mengganggu keseimbangan alami karena terbunuhnya musuh alami hama penggerek batang, menyebabkan resurjensi atau ledakan serangan hama. Sebelum menggunakan pestisida, hubungi petugas perlindungan tanaman atau penyuluh untuk mendapatkan saran dan petunjuk. Baca petunjuk yang tertera di label dengan teliti setiap sebelum pestisida digunakan.

Anda mungkin juga menyukai