Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tujuan utama pembangunan sektor pertanian baik dunia maupun kawasan adalah
untuk menaikkan produksi pertanian guna meningkatkan pendapatan petani dan untuk
memenuhi kebutuhan hidup masyarakat, khususnya kebutuhan pangan penduduk yang
populasinya meningkat dengan cepat. Pada tahun ini penduduk di dunia diperkirakan
mencapai belasan milyar dimana tiga perempat dari populasi ini hidup di negara berkembang
dan lebih kurang separuhnya hidup di kawasan Asia dan Pasifik. Permintaan akan pangan,
sandang, perumahan, pendidikan, kesehatan, dan gaya hidup semakin meningkat. Ini berarti
diperlukan lahan yang semakin luas, produksi bahan pangan, sandang, dan papan yang
semakin meningkat pula (Triharso, 1974).

Salah satu Kendala dalam pembangunan sektor pertanian yang berasal dari faktor biotik
adalah adanya gangguan dari OPT yang terdidi atas hama, penyakit, dan gulma. Menurut
Triharso (1994) gangguan adalah setiap perubahan pertanaman yang mengarah pada
pengurangan kuantitas atau kualitas dari hasil yang diharapkan.Oleh karena itu, dalam
makalah ini akan dibahas tentang organisme-organisme pengganggu tanaman yang slama ini
telah merugikan pertanian di seluruh dunia.

Hama dan penyakit pada tanaman merupakan salah satu kendala yang sangat mengganggu
dalam usaha pertanian. Serangannya pada tanaman dapat datang secara mendadak dan dapat
bersifat eksplosif (meluas) sehingga dalam waktu yang relatif singkat seringkali dapat
mematikan seluruh tanaman dan dapat menimbulkan gagal panen (puso).

Akibat serangan hama, produktivitas tanaman menjadi menurun, baik kualitas maupun
kuantitasnya. Oleh karena itu kehadirannya perlu dikendalikan, apabila populasinya di lahan
telah melebihi batas ambang ekonomi (AE). Gangguan dan serangan itu bisa menghambat
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Hama yang menyerang tanaman ada beraneka
ragam, misalnya yaitu wereng, gangsir, tikus, ulat tanah, lalat buah, walang sangit, dan kutu.
Selain itu, tanaman juga bisa terserang berbagai macam penyakit. Penyakit tanaman bisa
disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, dan alga. Petani terus berfikir bagaimana cara
mengendalikan tanaman dari gangguan hama dan penyakit. Tidak sedikit para petani masih
tergantung kepada pestisida kimia untuk mengendalikan hama dan penyakit. Selain yang
harganya mahal, pestisida kimia juga banyak memiliki dampak buruk bagi lingkungan dan
kesehatan manusia.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Organisme Pengganngu Tanaman

Dalam pertanian, organisme pengganggu tanaman adalah semua organisme yang


dapat menyebabkan penurunan potensi hasil yang secara langsung karena menimbulkan
kerusakan fisik, gangguan fisiologi dan biokimia, atau kompetisi hara terhadap tanaman
budidaya.OPT juga bisa diartikan sebagai faktor biotik (mahluk hidup) yang
menyebabkan gangguan pada tanaman.

Sedangkan menurut (Mulyaman, 2008) organisme penganggu tanaman (OPT) merupakan


faktor pembatas produksi tanaman di Indonesia baik tanaman pangan, hortikultura maupun
perkebunan.

2.2 Hama Sebagai Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)

Sebagaimana lazimnya penanaman tumbuhan, ancaman yang paling ditakuti oleh


petani adalah kemunculan organisme pengganggu tanaman. Organisme-organisme
pengganggu tanaman tersebut diantaranya yaitu :

1. Hama

Hama adalah organisme yang merusak tanaman dan secara ekonomik merugikan manusia.

Untuk mengenal berbagai jenis binatang yang dapat berperan sebagai hama, maka akan
dipelajari bentuk atau morfologi, khususnya morfologi luar (external morphology)
binatang penyebab hama. Tetapi, tidak semua sifat morfologi tersebut akan dipelajari dan
yang dipelajari hanya terbatas pada morfologi penciri dari masing-masing golongan. Hal
ini bertujuan untuk mempermudah dalam melakukan identifikasi atau mengenali jenis -
jenis hama yang dijumpai di lapangan.

Animal Kingdom terbagi menjadi beberapa golongan besar yang masing-masing


disebut Filum. Beberapa filum yang anggotanya diketahui berpotensi sebagai hama
tanaman adalah:

a. Filum Nematoda

Nematoda umumnya berukurab kecil, tidak berwarna, Molluscabentuknya menyerupai


cacing atau belut, mata, sistem organ tubuh, sirkulasi dan sistem respirasi kurang
berkembang tapi sistem ekskresi, pencernaan, reproduksi maupun syaraf berkembang
baik.

Paling banyak nematoda parasit bersifat polifagus dan menyerang pada banyak tanaman
inang, berkembang sangat cepat untuk menghasilkan beberapa generasi tiap tahunnya dan
dengan mudah mampu tersebar dan menyebar secara luas.

2
Beberapa contoh ari nematode parasit antara lain yaitu Aphelenchoides ritzemabosi, A.
bessy, Ditylenchus dapsaci merupakan finematoda yang menyerang akar tanaman dan
beberapa paras yang menyerang bagian tanaman.

b. Filum Mollusca

Dari filum Mollusca ini yang anggotanya berperan sebagai hama adalah dari kelas
Gastropoda yang salah satu jenisnya adalah Achatina fulica Bowdn (bekicot), Pomacea
ensularis canaliculata (keong emas). Binatang tersebut memiliki tubuh yang lunak dan
dilindungi oleh cangkok (shell) yang keras.

Pada bagian anterior dijumpai dua pasang antene yang masing-masing ujungnya terdapat
mata. Pada ujung anterior sebelah bawah terdapat alat mulut yang dilengkapi dengan gigi
parut (radula). Lubang genetalia terdapat pada bagian samping sebelah kanan, sedang anus
dan lubang pernafasan terdapat di bagian tepi mantel tubuh dekat dengan cangkok/shell.

Bekicot aktif pada malam hari serta hidup baik pada kelembaban tinggi. Pada siang hari
biasanya bersembunyi pada tempat-tempat terlindung atau pada dinding-dinding
bangunan, pohon atau tempat lain yang tersembunyi.

c. Filum Chordata

Anggota Filum Chordata yang umum dijumpai sebagai hama tanaman adalah dari kelas
Mammalia (Binatang menyusui). Namun, tidak semua binatang anggota kelas Mammalia
bertindak sebagai hama melainkan hanya beberapa jenis (spesies) saja yang benar - benar
merupakan hama tanaman.

Jenis - jenis tersebut antara lain bangsa kera (Primates), babi (Ungulata), beruang
(Carnivora), musang (Carnivora) serta bangsa binatang pengerat (ordo rodentina).

d. Filum Arthopoda

Merupakan filum terbesar di antara filum - filum yang lain karena lebih dari 75 % dari
binatang-binatanag yang telah dikenal merupakan anggota dari filum ini. Karena itu,
sebagian besar dari jenis-jenis hama tanaman juga termasuk dalam filum Arthropoda.

Anggota dari filum Arthropoda yang mempunyai peranan sebagai hama tanaman
adalah kelas Arachnida (tunggau) dan kelas Insecta atau Hexapoda (serangga).

1) Kelas Arachnida

Tanda - tanda morfologi yang khas dari anggota kelas Arachnida ini adalah:

• Tubuh terbagi atas dua daerah (region), yaitu cephalothorax (gabungan caput dan
thorax) dan abdomen

• Tidak memiliki antene dan mata facet

• Kaki empat pasang dan beruas - ruas.

3
Dalam kelas Arachnida ini, yang banyak berperan sebagai hama adalah dari ordo Acarina
atau sering disebut mites (tunggau).

Morfologi dari mites ini antara lain, segmentasi tubuh tidak jelas dan dilengkapi dengan
bulu - bulu (rambut) yang kaku dan cephhalothorax dijumpai adanya empat pasang kaki.
Alat mulut tipe penusuk dan pengisap yang memiliki bagian - bagian satu pasang
chelicerae (masing - masing terdidi dari tiga segmen) dan satu pasang pedipaalpus.
Chelicerae tersebut membentuk alat seperti jarum sebagai penusuk.

Beberapa jenis hama dari ordo Acarina antara lain adalah :

Tetranychus cinnabarinus Doisd atau hama tunggau merah / jingga pada daun ketela

pohon

Brevipalpus obovatus Donn (tunggau daun teh)

Tenuipalpus orchidarum Parf (tunggau merah pada anggrek).

2) Kelas Insekta (Hexapoda / serangga)

Anggota beberapa ordo dari kelas Insekta dikenal sebagai penyebab hama tanaman,
namun ada beberapa yang bertindak sebagai musuh alami hama (parasitoid dan predator)
serta sebagai serangga penyerbuk.

Secara umum morfologi anggota kelas Insekta ini adalah:

• Tubuh terdiri atas ruas - ruas (segmen) dan terbagi dalam tiga daerah, yaitu caput,
thorax dan abdomen

• Kaki tiga pasang, pada thorax

• Antene satu pasang

• Biasanya bersayap dua pasang namun ada yang hanya sepasang atau bahkan tidak
bersayap sama sekali.

2.3 Macam-Macam Hama Pada Tumbuhan

1. Wereng

Wereng yaitu sejenis kepik yang menyerang tumbuhan dan menyebabkan daun dan
batang menjadi berlubang-lubang.

Jika serangannya parah maka daun akan berakibat menguning, kering, dan akhirnya mati.
Wereng bisa dikendalikan secara kimiawi, misalnya dengan penyemprotan menggunakan
insektisida. Menyemprot dengan pestisida harus menggunakan baju lengan panjang,

4
sarung tangan, penutup muka (masker), topi, sepatu, dan diupayakan tidak melawan arah
angin.

2. Gangsir

Gangsir ialah binatang yang sering menyerang tanaman yang masih muda, misalnya
pada tanaman yang baru dipindah dari persemaian. Gigitan gangsir mengakibatkan
tanaman mati karena batangnya putus atau patah. Potongan pangkal batang itu biasanya
tidak dimakan tapi hanya diputus.

Serangan gangsir biasanya terjadi pada malam hari. Gangsir membuat liang di dalam tanah
sampai kedalaman 90 cm dengan ciri khas ada onggokan tanah di permukaan liang.

Pencegahan yang bisa dilakukan antara lain dengan tidak menanam bibit yang terlalu
muda karena disukai gangsir. Adapun pengendalian terhadap gangsir bisa dilakukan
dengan menyiram larutan insektisida pada liang gangsir kemudian ditutup dengan tanah.

3. Tikus

Tikus adalah hama tanaman yang sangat merugikan petani karena mengakibatkan
sebagai berikut :

 Menyerang tanaman pada masa persemaian, pertumbuhan, pembungaan, panen,


hingga masa penyimpanan.
 Sulit dikendalikan karena mempunyai daya adaptasi yang baik.
 Mempunyai kemampuan berkembang biak yang tinggi dan penyebarannya cepat.
Tikus betina bisa melahirkan 4 sampai dengan 12 anak dalam satu siklus
reproduksi.
 Memakan bagian tanaman seperti biji-bijian, umbi tanaman, dan buah.
 Selain itu, tikus juga merusak pada batang tanaman. Tanda-tanda serangan tikus
antara lain yaitu adanya kerusakan tanaman, ada jejak dan kotoran tikus, adanya
bekas potongan-potongan pada tanaman yang dirusak tikus, serta adanya liang
tikus.

Pengendalian tikus bisa dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut.

 Pemberian racun tikus yang sifatnya akut. Racun ini jika termakan oleh tikus bisa
membunuh tikus hanya dalam beberapa jam.
 Gropyokan, yakni memburu dan membunuh tikus secara beramai-ramai dalam
suatu desa atau wilayah kelompok tani.
 Emposan, yakni dengan membakar sebuah campuran belerang dan jerami
diarahkan ke dalam liang tikus. Sebelumnya lubang-lubang yang ada ditutup agar
tidak ada tikus yang lari keluar melalui lubang lain.
 Pengendalian biologis yaitu dilakukan dengan melepaskan musuh alami, misalnya
burung hantu, kucing, dan ular sawah.
 Penanaman padi secara serentak, yaitu agar serangan tikus tidak memusat pada
salah satu wilayah persemaian.

5
4. Lalat buah

Lalat buah biasanya menyerang pada tanaman pada waktu musim hujan. Lalat betina
menusuk buah-buahan dengan alat peletak telur untuk memasukkan telurnya ke dalam
daging buah. Telur akan menetas dan menjadi belatung yang memakan buah tersebut
sehingga buah akan busuk dan rusak.

Pengendalian lalat buah bisa dilakukan dengan cara sebagai berikut.

 Sanitasi lingkungan dengan membersihkan semua buah yang rontok.


 Pemasangan pada perangkap berupa sex pheromon.
 Penyemprotan insektisida secara berselang-seling. Penyemprotan ini dilakukan
pada pagi hari ketika masih ada embun.

5. Walang sangit

Walang sangit adalah serangga hama tanaman padi. Setiap kali bertelur, serangga
betina bisa menghasilkan 100–200 butir telur. Telur-telur tersebut diletakkan pada daun
bendera tanaman padi. Telur yang telah menetas akan menjadi nimfa yang berwarna hijau
dan berangsur-angsur menjadi coklat. Nimfa dan imago menyerang buah padi yang sedang
matang susu dengan cara menghisap cairan buah sehingga mengakibatkan buah menjadi
hampa.

Pengendalian terhadap wereng coklat bisa dilakukan dengan cara menanam secara
serentak, sanitasi tanaman yang terserang, atau dengan penyemprotan insektisida dengan
dosis yang sesuai.

6. Artona

Hama ini temasuk lepidoptera (kupu yang merusak tanaman ketika stadia larva).
Artona menjadi hama bagi tanaman kelapa. Ulat yang baru menetas menyerang dengan
menimbulkan suatu gejala serangan titik-titik pada daun. Setelah agak besar, ulat akan
menimbulkan gejala serangan garis-garis pada daun.

Selanjutnya, ulat yang cukup besar memakan daun kelapa berikut tulang daunnya
sehingga daun kelapa hanya tinggal lidinya saja. Pengendalian terhadap artona ini
dilakukan dengan memangkas daun kelapa yang sudah terserang agar ulat dan
kepompongnya ikut terbuang.

Pengendalian hayati dengan melepas parasit Apanteles artonae. Pada areal pertanaman
yang luas bisa dilakukan penyemprotan dengan larutan insektisida yang sifatnya sistemik
atau racun perut.

Upaya pengendalian dan pemberantasan hama tanaman secara garis besar bisa dilakukan
melalui dua macam cara, yaitu secara kimiawi dan secara biologi.

6
2.4 Kerugian Yang Diakibatkan Oleh Hama

Dalam pertanian, hama adalah organisme pengganggu tanaman yang menimbulkan


kerusakan secara fisik, dan ke dalamnya praktis adalah semua hewan yang menyebabkan
kerugian dalam pertanian.

Hama adalah sekelompok organisme pengganggu tanaman yagn dapat merusak


tanaman budidaya baik secara fisik maupun fisiologisnya. Dampak kerugian akibat serangan
hama tersebut adalah :

1. Gagal Panen

Akibat serangan hama yang paling ditakuti oleh para petani adalah terjadinya gagal
panen. Kegagalan ini dikarenakan hama yang menyerang tanaman menjadikan tanaman
sebagai bahan makanan, dan tempat tinggal bagi mereka. Hama merusak tanaman dengan
cara :

a. Menghisap cairan tanaman

b. Memotong batang tanaman baik yang muda maupun tua

c. Memakan daun muda dan tua serta tunas-tunas muda pada tanaman

d. Menghisap cairan dan memakan daging buah yang dapat menurunkan nilai ekonomis

buah

e. Memnbuat rumah atau sarang sebagai tempat tinggal dan berkembang biak baik pada

batang, daun maupaun buah

2. Menurunnya Jumlah Produksi Tanaman

Dengan serangan yang dilakukan oleh hama pada tanaman maka tanaman tidak
akan mampu menghasilkan produksi secara maksimal karena terjadinya pembatasan
pertumbuhan akibat hama yang berada pada tanaman budidaya. Hal ini disebabkan karena
proses fisiologi tanaman yang terganggu. Dengan daun dan batang serta tunas-tunas muda
yang habis dimakan oleh hama secara tidak langsung tanaman tidak dapat melaukan proses
fotosintesis untuk menghasilkan produksi dengan baik bahkan tidak dapat melakukan
fotosentesis

3. Pertumbuhan Tanaman yang Terganggu

Serangan hama dapat meyebabkan pertumbuh tanaman menjadi terhambat dan


bahkan tidak jarang mengalami stagnan pertumbuhan atau kerdil. Seperti serangan hama
wereng pada tanaman padi yang dapat mengakibatkan tanaman padi menjadi kerdi dan tidak
dapat berproduksi.

7
4. Menurunkan Nilai Ekonomis Hasil Produksi

Hama yang menyerang pada buah atau bagian tanaman yang memiliki nilai ekonomis
akan menjadi menurun. Hal ini disebabkan, hama merusak bagian-bagian buah mupun daun
tanaman. Dimana penurunan ini karena adanya bagian yang diseranga oleh hama mengalami
cacat dan busuk serta mengandung ulat atau larva-larva hama. Sehingga produksi tidak dapat
dikonsumsi.

5. Kerugian bagi para Petani

Dampak ini timbul karena tidak adanya produksi yang dihasilkan oleh
tanaman atau gagal panen serta turunnya nilai ekonomis hasil produksi. Kerugian ini
disebabkan tidak adanya pendapatan petani sedangkan biaya budidaya tanaman telah mereka
keluarkan dalam jumlah yang sangat besar baik dari segi pengolahan lahan, benih,
penanaman serta perawatan. Sedangkan hasilnya tidak meraka dapatkan. Hal ini semakain
memperpuruk kondisi dan iklim pertanian di indonesia

6. Terjadinya Alih Fungsi Lahan

Alih fungsi lahan dilakukan oleh para petani dikarenakan pendapatan yang mereka
dapatkan tidak sesuai dengan pengeluaran yang dilakakan dalam usaha pertanian. Sehingga
muncul pemikiran untuk mengalih fungsikan lahan pertanian yagn subur ke bidang usaha lain
yang lebih menjanjikan keuntungan bagi mereka. Kondisi seperti ini semakin memperpuruk
iklim pertanian di indonesia serta ketahan bahan pangan dalam negri.

7. Degradasi Agroekosistem

Degradasi ekosistem terjadi karena adanya usaha yng dilakukan oleh para petani
dalam penaggulangan serangan hama yang tidak memikirikan dampak negatif terhadap
lingkungan serta komponen-komponen penyusun agroekosistem. Pencemaran lingkungan
tersebut kerena adanya zat-zat yang berbahaya akibat digunakannya pestisida. Dengan
adanya penanggulanag serangan hama yang tida sesuai ini menyebabkan terjadinya degradasi
ekosistem alami.

8. Munculnya resistensi dan returgensi hama

Dengan penanggulangan serangan hama yang tidak sesuai akan menyebabkan


resistensi atau kekebalan hama terhadap pestisida dan returgensi atau ledakan jumlah
populasi hama yang berakibat pada damapa kerugian aygn lebih komplek dalam usaha
budidaya tanaman itu sendiri.

8
2.5 Gejala Kerusakan Yang Ditimbulkan Oleh Hama

a. Gejala

Gejala adalah kedaan patologi dan fisiologi dari tumbuhan terhadap akitivitas dari patogen
atau faktor yang lain. Gejala ialah perubahan yang terjadi pada suatu tanamanbudi daya
akibat serangan hama.

b. Kerusakan

Kerusakan adalah kehilangan yang dirasakan oleh tanaman akibat serangan OPT antara
lain dalam bentuk penurunan kuantitas dan kualitas produksi. Kerusakan adalahkondisi
abnormal yang terjadi pada tanaman akibat serangan hama, dimana kondisi tersebut
menyebabkan tanaman mengalami penurunan kapasitas produksi.

c. Tanda

Tanda adalah semua pengenal dari penyakit selain reaksi tumbuhan inang (gejala), misalnya
bentuk tubuh buah parasit, miselium, warna spora, bledeok, lendir dan sebagainya. Tanda
adalah bekas atau jejak yang ditinggalkan oleh hama pada bagian tanaman.

2.5.1 Tipe mulut serangga dan gejala kerusakannya

a. Tipe alat mulut menggigit mengunyah

Jenis alat mulut ini terdiri atas sepasang bibir, organ penggiling untuk menyobek dan
menghancur serta organ tipis sebagai penyobek. Makanan disobek kemudian dikunyah lalu
ditelan. Secara struktural alat makan jenis ini terdiri dari:

 Labrum, berfungsi untuk memasukkan makanan ke dalam rongga mulut.

9
 Epifaring, berfungsi sebagai pengecap.
 Mandibel, berfungsi untuk mengunyah, memotong, atau melunakkan makanan.
 Maksila, merupakan alat bantu untuk mengambil makanan. Maxila memiliki empat
cabang, yaitu kardo, palpus, laksinia, dan galea.
 Hipofaring, serupa dengan lidah dan tumbuh dari dasar rongga mulut.
 Labium, sebagai bibir bawah bersama bibir atas berfungsi untuk menutup atau
membuka mulut. Labium terbagi menjadi tiga bagian, yaitu mentum, submentum, dan
ligula. Ligula terdiri dari sepasang glosa dan sepasang paraglosa.

Identifikasi berdasarkan gejala serangannya yakni dengan memperhatikan tipe alat mulut
menggigit dan mengunyah maka akan ditemukan bagian tanaman yang hilang, apakah
dimakan, digerek atau digorok.Contoh serangga dengan tipe alat mulut menggigit mengunyah
yaitu ordo Coleoptera, Orthoptera, Isoptera, dan Lepidoptera.

b. Tipe alat mulut meraut dan menghisap

Tipe alat mulut ini diwakili oleh tipe alat mulut lebah madu Apis cerana (Hymenoptera,
Apidae) merupakan tipe kombinasi yang struktur labrum dan mandibelnya serupa dengan tipe
alat mulut menggigit mengunyah, tapi maksila dan labiumnya memanjang dan menyatu.
Glosa merupakan bagian dari labium yang berbentuk memanjang sedangkan ujungnya
menyerupai lidah yang berbulu disebut flabelum yang dapat bergerak menyusup dan menarik
untuk mencapai cairan nektar yang ada di dalam bunga. Hama ini meraut jaringan hingga
keluar cairan , cairan ini kemudian dihisap paruh konikal. Jaringan yang terserang cenderung
berwarna putih atau belang yang kemudian tampak mengerut.

c. Tipe alat mulut menjilat mengisap (Sponge)

Tipe alat mulut ini misalnya pada alat mulut lalat (Diptera). Pada bagian bawah kepala
terdapat labium yang bentuknya berubah menjadi tabung yang bercelah. Ruas pangkal tabung
disebut rostrum dan ruas bawahnya disebut haustelum. Ujung dari labium ini berbentuk
khusus yang berfungsi sebagai pengisap, disebut labellum. Bahan pangan padat menjadi
lembek dan busuk akibat ludah yang dikeluarkan hama ini untuk melunakkan makanan,
kemudian baru dihisapnya.

d. Tipe Alat Mulut Mengisap

Tipe alat mulut ini biasanya terdapat pada ngengat dan kupu-kupu dewasa (Lepidoptera)
dan merupakan tipe yang khusus, yaitu labrum yang sangat kecil, dan maksila palpusnya
berkembang tidak sempurna. Labium mempunyai palpus labial yang berambut lebat dan
memiliki tiga segmen. Bagian alat mulut ini yang dianggap penting dalam tipe alat mulut ini
adalah probosis yang dibentuk oleh maksila dan galea menjadi suatu tabung yang sangat

10
memanjang dan menggulung. Biasanya dimiliki oleh imago dari ordo lepidoptera. Serangga
dewasa umumnya bukan merupakan hama yang bertindak sebagai hama adalah serangga
yang mempunyai alat mulut mengunyah pada stadia larva.

e. Tipe Alat Mulut Menusuk Mengisap

Kepik, mempunyai alat mulut menusuk mengisap, misalnya Scotinophara (Heteroptera). Alat
mulut yang paling menonjol adalah labium, yang berfungsi menjadi selongsong stilet.Ada
empat stilet yang sangat runcing yang berfungsi sebagai alat penusuk dan mengisap cairan
tanaman. Keempat stilet berasal dari sepasang maksila dan mandibel ini merupakan suatu
perubahan bentuk dari alat mulut serangga pengunyah. Serangga hama dengan tipe alat
mulutnya menusuk dan mengisap gejala serangan yang ditimbulkan yaitu pada bagian
tanaman akan ditemukan bekas tusukan stilet yang akan menyebabkan terjadinya perubahan
warna atau perubahan bentuk pada bagian tanaman yang diserangnya. (Gendroyono, 2006)

2.6 Teknik Pengendalian Hama

BENTUK-BENTUK PENGENDALIAN HAMA TANAMAN

Beberapa bentuk pengendalian hama tanaman yaitu :

1. Pengendalian secara Bercocok Tanam

2. Pengendalian dengan Varietas Tahan

3. Pengendalian secara Fisik dan Mekanik

4. Pengendalian secara Biologi (Hayati)

5. Pengendalian secara Kimiawi

6. Pengelolaan Hama Terpadu

1. Pengendalian Secara Bercocok Tanam

Prinsip pengendalian hama secara bercocok tanam adalah menciptakan kondisi agro
ekosistem tidak sesuai untuk kehidupan dan perkembangbiakan hama tanaman. Sehingga
dapat nengurangi laju peningkatan populasi hama. Selain itu juga menciptakan kondisi
lingkungan yang sesuai untuk perkembangan musuh alami. Pengendalian hama secara
bercocok tanam merupakan tindakan preventif atau pencegahan sehingga harus dilakukan
jauh-jauh sebelum ada serangan hama.

Kelebihan & Kekurangan Pengendalian Hama Secara Bercocok Tanam

11
(+) Merupakan teknik budidaya untuk meningkatkan produktivitas hasil-hasil pertanian.

(+) Tidak memerlukan pengeluaran biaya tambahan.

(+) Tidak menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan pada lingkungan.

(+) Dapat dengan mudah dilakukan dengan oleh petani.

(-) Hasilnya tidak dapat diperhitungkan secara pasti

(-) Kurang efektif, sehingga teknik ini harus dipadukan dengan cara-cara pengendalian lain

Beberapa Teknik Pengendalian Hama Secara Bercocok Tanam

a. Sanitasi

Artinya membersihkan sisa-sisa atau bagian-bagian tanaman setelah panen. Sisa-sisa atau
bagian-bagian tanaman tersebut seringkali dijadikan sebagai :

- Tempat berlindung

- Tempat berdiapause

- Tempat tinggal sementara sebelum tanaman utama ditanam kembali

Dengan melakukan sanitasi berarti kita telah mengurangi populasi awal dari hama tersebut
sehingga kerusakan yang ditimbulkan pada tanaman berikutnya menjadi berkurang.

Jadi sanitasi dapat dilakukan terhadap :

- Sisa-sisa tanaman yang masih hidup

- Bagian-bagian tanaan yang terserang hama

- Sisa-sisa tanaman yang telah mati

- Bagian tanaman yang jatuh atau tertinggal pada permukaan tanah

b. Pengolahan Tanah

Ada spesies serangga tertentu yang sebagian siklus hidupnya dalam tanah. Contoh: Agrotis
iphsilon. Jika tanah diolah serangga tersebut akan terangkat ke atas, mati karena sengatan
sinar matahari ataupun ditemukan oleh musuh-musuh alaminya seperti Heliothis sp.

c. Pengairan

Pada daerah yang beririgasi teknis, pengaturan air terutama untuk sawah dapat digunakan
untuk pengendalaian hama tertentu pada tanaman padi.

d. Pergiliran Tanaman

12
Tujuannya adalah untuk memutuskan siklus hidup hama tertentu. Caranya jangan menanam
spesies tanaman yang menjadi inang dari hama tertentu.

Contoh : Padi --) Kacang-kacangan --) Padi

Hama pada padi bukan hama pada kacang-kacangan.

d. Penanaman Serentak

Penanaman serentak dimaksudkan agar ketersediaan bahan makanan untuk hama menjadi
lebih singkat dan pada suatu saat pertanaman tidak ada populasi hama dan populasi hama
dapat dihambat.

e. Pengaturan Jarak Tanam

Jarak tanam sangat berpengaruh pada pertumbuhan tanaman dan juga terhadap populasi hama
per unit waktu. Serta berpengaruh terhadap perilaku hama dalam mencari makan dan tempat
bertelur. Hasil penelitian di IRRI terlihat bahwa jarak tanam padi yang lebar sangat
menurunkan populasi wereng coklat (Nilaparvata lugens).

f. Pemupukan

Tanaman teh yang terserang hama penggerek batang (Xylobarus fornicatus) di Srilanka dapat
dikurangi intensitas serangannya dengan pemberian pupuk N yang cukup. Unsur N dapat
merangsang jaringan baru pada bagian yang rusak.

g. Penanaman Tanaman Perangkap

Tanaman perangkap adalah tanaman yang sengaja ditanam untuk menarik dan memusatkan
hama pada tanaman tersebut untuk kemudian dikendalikan dengan pestisida. Contoh : kacang
hijau dan jagung yang di tanam diantara tanaman kapas dapat mengurangi populasi
Sundapteryx dan Heliothis sp. Pada tanaman kapas.

h. Tumpang Sari

Tumpang sari merupakan menanam tanaman yang berbeda dua atau lebih untuk pengendalian
hama.

2. Pengendalian Dengan Varietas Yang Tahan

Daya tahan tanaman terhadap hama didefinisikan sebagai sifat-sifat yag diturunkan oleh
tanaman yang mempengaruhi derajat kerusakan oleh serangga hama

Tanaman yang tahan adalah tanaman yang menderita kerusakan yang lebih sedikit bila
dibandingkan dengan tanaman lain dalam keadaan lingkungan yang sama dengan tingkat
populasi hama yang sama. Jadi tanaman yang tahan, kehidupan dan perkembangbiakan hama
menjadi lebih terhambat dibandingkan apabila populasi tersebut berada pada tanaman yang

13
peka atau tidak tahan. Sifat ketahanan ini merupakan sifat asli yang diturunkan atau terbawa
oleh faktor genetik.

Tiga Mekanisme Ketahanan Tanaman Menurut Painter 1951

1. Preference = Antixenosis, yaitu tanaman tidak dipilih oleh serangga sebagai makanan,
tempat bertelur dan tempat berlindung.

Ada dua faktor yang mendasari tanaman sehingga tidak dipilih oleh hama yaitu :

1. Tanaman tidak memiliki sifat-sifat yang menyebabkan serangga hama tertarik (sifat
Atraktan).

2. Tanaman memiliki sifat-sifat yang menolak (Repellent) yang mengalahkan sifat-sifat yang
menyebabkan serangga hama tertarik.

Contoh : Sundapteryx sp. tidak tertarik pada tanaman kapas yang berbulu lebat, karena dapat
menghalangi stylet untuk menghisap cairan pada tanaman tersebut.

2. Antibiosis

Tanaman ini akan memberikan efek negatif pada serangga hama apabila memakan tanaman
tersebut.

Antibiosis berhubungan dengan :

- Rendahnya kualitas makanan pada tanaman inang.

- Mengurangi jumlah makanan yang diambil oleh hama.

- Adanya zat-zat beracun yang terdapat pada tanaman.

- Efek negatif yang paling mudah terlihat pada hama adalah :

- Kematian serangga pada stadia larva atau nimfa

- Mortalitas pupa meningkat.

- Imago yang muncul dari pupa tidak normal dan kesuburannya berkurang.

- Stadia imago berkurang.

- Tidak mampu melakukan diapause dengan sempurna.

- Perilaku gelisah pada saat makan tanaman yang tahan.

Kesemua efek negatif ini dapat mengurangi populasi hama tersebut. Contoh : kandungan
gossifo pada kapas sehingga tahan pada Helicoverpa. Kandungan Dimboa pada tanaman
jagung (Ostrinia sp.), Kandungan asparagia pada padi (Nilaparvata lugens)

3. Toleransi

14
Adalah kemampuan tanaman untuk tumbuh atau sembuh kembali dari kerusakan yang
disebabkan oleh serangga hama. Sehingga serangga hama tidak berpengaruh pada hasil.

Mekanisme toleransi dapat terjadi karena faktor-faktor sebagai berikut:

- Kekuatan tanaman secara umum.

- Pertumbuhan kembali jaringan yang rusak.

- Ketegaran batang dari perebahan.

- Produksi cabang-cabang tambahan.

- Pemanfaatan lebih efisien oleh serangga.

Kelebihan penggunaan varietas tahan :

- Penggunaannya praktis dan mmenguntungkan secara ekonomi.

- Sasaran pengendalian yang spesifik

- Efektivitas pengendalian bersifat kumulatif dan persisten terhadap populasi

- Kompabilitas dengan komponen PHT lainnya.

- Dampak pada lingkungan terbatas.

Kekurangan penggunaan varietas yang tahan:

- Varietas yang tahan daya tahannya terbatas hanya spesies hama tertentu saja.

- Varietas belum tentu disenangi oleh petani

- Memperkenalkan varietas tahan memerlukan waktu untuk penyuluhan.

- Biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh varietas tahan cukup besar.

- Tidak mudah menggabungkan ketahanan suatu varietas / plasma nuftah kedalam varietas
baru.

- Dapat menghasilkan biotipe baru pada serangga hama.

3. Pengendalian Fisik & Mekanik

 Pengendalian Fisik

Merupakan usaha dengan menggunakan atau mengubah faktor lingkungan fisik sedemikian
rupa sehingga dapat mematikan atau menurunkan populasi hama yang ditujukan khusus
untuk membunuh hama.

15
Beberapa perlakuan atau tindakan yang termasuk pengendalian fisik antara lain:

a. Perlakuan Panas

Perlakuan dengan panas yang paling berhasil apabila dilakukan pada ruang tertutup. Seperti
di gudang penyimpanan untuk mematikan hama gudang.

b. Penggunaan Lampu Perangkap

Ditujukan sebagai alat memonitoring serangga juga dapat digunakan sebagai alat pengendali
terutama untuk mengurangi populasi serangga hama.

c. Penghalang atau Barrier

Dimaksudkan untuk membatasi pergerakan serangga hama sehingga tidak menjadi masalah
bagi petani. Berbagai bentuk penghalang misalnya berupa pemtang yang ditinggikan, adanya
lubang atau selokan jebakan yang dibuat disekeliling pertanaman. buah yang di bungkus
dimaksudkan untuk mencegah serangga meletakkan telur pada buah tersebut.

Contoh : Nangka yang dibungkus, untuk mencegah lalat buah meletakkan telur.

 Pengendalian Secara Mekanik

Bertujuan untuk mematikan hama secara langsung baik dengan tangan atau dengan bantuan
alat atau bahan lain.

Cara pengendalian secara mekanik antara lain:

- Pengambilan dengan tangan, cara ini merupakan teknik yang paling sederhana dan murah.

Contoh : Tryporiza innotata kelompok telurnya dikumpul.

- Gropyokan, cara ini untuk mematikan tikus baik yang ada di dalam sarang maupun yang
berada di luar sarang, dengan menggunakan alat pemukul.

- Memasang perangkap, serangga dapat diperangkap dengan menggunakan berbagai jenis


perangkap, seperti lem lalat dan perangkap tikus.

- Pengusiran, orang-orangan sawah untuk mengusir burung atau dengan bunyi-bunyian.

Kelebihan dan kekurangan pengendalian secara fisik dan mekanik :

- Tidak menimbulkan pencemaran pada lingkungan.

- Dapat dipadukan dengan cara pengendalian lainnya.

- Memerlukan tenaga yang banyak

- Tidak dapat dilakukan untuk lokasi yang luas secara kontinyu.

16
4. Pengendalian Secara Biologi (Hayati)

Pengendalian hayati adalah suatu pengendalian hama yang dilakukan secara sengaja
memanfaatkan atau memanipulasi musuh-musuh alami untuk menurunkan populasi hama.

Pengendalian hayati dalam pengertian ekologi didefinisikan sebagai pegaturan populasi


organisme dengan musuh-musuh alami hingga kepadatan populasi organisme tersebut berada
dibawah rata-ratanya atau lebih rendah di bandingkan apabila musuh alami tidak ada.

Pengendalian alami adalah merupakan proses pengendalian yang berjalan dengan sendiri
tanpa ada campur tangan manusia. Pengendalian alami terjadi tidak hanya karena bekerjanya
musuh-musuh alami tetapi juga karena bekerjanya komponen-komponen ekosistem.

Komponen-komponen pengendalian hayati dapat berupa :

a. Parasitoid dan Parasit

Parasit adalah binatang atau organisme yang hidup didalam atau pada organisme lain yang
lebih besar yang merupakan inangnya. Karena memakan atau menghisap cairan inangnya.

Parasitoid adalah serangga yang memarasit serangga lain. Pada parasitoid yang bertindak
sebagai parasit adalah stadia pradewasa, sedangkan imagonya hidup bebas dan tidak terikat
pada inangnya.

Faktor-faktor yang mendukung efektivitas pengendalian dengan parasitoid yaitu :

- Daya kelangsungan hidupnya baik

- Hanya satu atau sedikit individu inang yang diperlukan untuk melengkapi siklus hidupnya.

- Populasi parasitoid dapat bertahan meskipun dalam keadaan populasi yang rendah.

- Memiliki inang yang sempit.

- Kelemahan parasitoid sebagai pengendali:

- Daya cari inang seringkali dipengaruhi oleh cuaca

- Serangga betina yang berperan utama karena mereka yang melakukan pencarian inang
untuk peletakan telur.

- Parasitoid yang memiliki daya cari inang biasanya jumlah telurnya sedikit.

b. Predator.

Predator merupakan organisme yang hidup bebas dengan memakan atau memangsa
organisme yang lain.

17
Perbedaan antara parasitoid dengan predator

- Parasitoid umumnya nersifat monofag atau oligofag, sedangkan predator bersifat poliphag.

- Parasitoid hanya memerlukan satu inang untuk perkembangannya, sedangkan predator


memerlukan banyak mangsa untuk menyelesaikan siklus hidupnya.

- Yang mencari inang pada parasitoid adalah imago betina, sedangkan pada predator yang
mencari mangsa adalah jantan dan betina, juga pradewasanya.

- Predator mematikan mangsa untuk dirinya, sedangkan parasitoid mematikan inang untuk
keturunannya.

- Parasitoid ukuran tunuhnya lebih kecil dibanding inangnya,, predator ukuran tubuhnya lebih
besar dari mangsanya.

- Metamorfosis parasitoid adalah sempurna, sedangkan predator ada yang sempurna dan tidak
sempurna.

- Parasitoid memarasit inangya pada stadia tertentu, misalnya larva. Sedangkan predator
memangsa semua stadia perkembangan mangsanya.

- Parasitoid mematikan inangya memerlukan waktu yang agak lama, predator mematikan
mangsanya dalam waktu yang singkat.

c. Patogen

Serangga seperti juga organisme lainnya dalam hidupnya juga diserang oleh banyak patogen
atau penyakit yang disebabkan oleh: Virus, Cendawan, Bakteri, Nematoda, dan Protozoa.

Beberapa patogen yang dalam kondisi lingkungan tertentu merupakan faktor mortalitas utama
pada populasi serangga. Oleh karena kemampuannya membunuh serangga hama sehingga
sejak lama patogen digunakan dalam pengendlian hayati

Penerapan Pengendalian Hayati

1. Introduksi

Introduksi artinya memasukkan atau mengimpor musuh alami dari suatu daerah atau negeri
ke daerah lain sering kali cara ini disebut sebagai cara klasik

Contoh : Introduksi Tetrastichus brontispae untuk mengendalikan Brontispa longissima dari


pulau Jawa ke Sulawesi Selatan. Introduksi Curinus coreolius dari Hawaii untuk
mengendalikan Heteropsylla cubana (kutu loncat) di indonesia.

2. Augmentasi

18
Augmentasi merupakan teknik penambahan musuh alami secara periodik dengan tujuan
untuk meningkatkan jumlah dan pengaruh musuh alami

3. Konservasi

Konservasi merupakan usaha untuk mempertahankan atau melestrarikan musuh lami yang
telah ada di suatu daerah . tekhnik ini bnertujuan untuk menghindarkan tindakan yang dapat
menurunkan populasi musuh alami conto penggunaan pestisida

5 Pengendalian Hama secara kimiawi

Definisi : Pengendalian hama dengan menggunakan bahan kimia beracun untuk melindungi
tanaman atau hasil tanaman.Bahan kimia tersebut disebut Pestisida (pest=hama. Sida=racun)

Keuntungan penggunaan pestisida :

1. Praktis.

2. Cepat.

3. Sifat-sifat, penggunaan dan cara aplikasinya mempunyai kisaran yang luas.

Keterbatasan penggunaan pestisida :

1. Resistensi

2. Membunuh organisme non target

3. Ledakan hama sekunder

4. Polusi lingkungan

5. Harga relatif tinggi

6. Dalam PHT penggunaan pestisida dapat dikategorikan 3 macam yaitu :

1. Penyemprotan pestisida didasarkan pada pemilihan waktu yang tepat, yaitu dtujukan pada
titik lemah dari siklus hidup serangga.

2. Pengendalian dengan pestisida digunakan untuk mengatasi keadaan epidemik yakni


apabila semua tindakan pengendalian tidak mampu untuk mencegah peningkatan populasi
hama hingga mencapai ambang kerusakan ekonomis.

3. Perlakuan pestisida harus dilakaukan secara selektif dan sesuai dengan dosis anjuran.

19
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Hama ialah hewan yang mengganggu atau merusak tanaman sehingga pertumbuhan
dan perkembangan pada tumbuhan terganggu. Hama bisa merusak tanaman secara langsung
maupun tidak langsung. Gangguan atau serangan hama bisa terjadi sejak benih, pembibitan,
pemanenan, hingga di gudang penyimpanan.

Gangguan dan serangan itu bisa menghambat pertumbuhan dan perkembangan


tanaman. Hama yang menyerang tanaman ada beraneka ragam, misalnya yaitu wereng,
gangsir, tikus, ulat tanah, lalat buah, walang sangit, dan kutu. Selain itu, tanaman juga bisa
terserang berbagai macam penyakit. Penyakit tanaman bisa disebabkan oleh virus, bakteri,
jamur, dan alga.

Manfaat dari PHT adalah ekonomis, efektif, tidak mencemari lingkungan dan
kesehatan, terhindar dari resurgensi (Timbul kembali) dan resistensi (ketahanan) hama, tidak
membunuh hewan yang berguna bagi usaha pertanian, terjadi keseimbangan ekosistem, dan
sistem berlangsung dalam waktu yang lama

20
DAFTAR PUSTAKA

Agus, Nurariaty. 2008. Identifikasi Hama Tanaman. Jurusan hama dan penyakit tanaman
Fakultas Pertanian-Universitas Hasanuddin. Makassar

Anonymousa, 2013. Pengertian Hama, gejala , Kerusakan dan Tanda.


http://laporanpraktikumpertanian.blogspot.com/ diunduh tanggal 19 Maret 2013

Anonymousb, 2013. Tipe mulut serangga.


http://majalahserangga.wordpress.com/2011/08/05/mengenal-alat-mulut-serangga/ diunduh
19 Maret 2013

Anonymousc, 2013. Gambar serangga hama dan inang. http://google.image.com/ Diunduh 19


Maret 2013

Gendroyono, Heru. 2006. Perlindungan Tanaman. Balai Proteksi Tanaman Pangan dan
Hortikultura. Kalimantan Timur

Raharjo, B. T. 2013. Ilmu Hama Tanaman. Kuliah Ilmu Hama Tanaman. FP-UB. Malang

21

Anda mungkin juga menyukai