Anda di halaman 1dari 13

HAMA TANAMAN

DISUSUN OLEH : ALEXANDER SINAGA


NPM : 19.061.111.020
JURUSAN : AGROTEKNOLOGI
DOSEN PEMBIMBING : Nelly M.R. Sinaga, SP. M. MA

UNIVERSITAS DARMA AGUNG MEDAN


FAKULTAS PERTANIAN
2021
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tumbuhan tidak selamanya bisa hidup tanpa gangguan. Kadang tumbuhan
mengalami gangguan oleh binatang atau organisme kecil (virus, bakteri, atau
jamur). Hewan dapat disebut hama karena mereka mengganggu tumbuhan
dengan memakannya. Belalang, kumbang, ulat, wereng, tikus, walang sangit
merupakan beberapa contoh binatang yang sering menjadi hama tanaman.
Gangguan terhadap tumbuhan yang disebabkan oleh virus, bakteri, dan
jamur disebut penyakit. Tidak seperti hama, penyakit tidak memakan
tumbuhan, tetapi mereka merusak tumbuhan dengan mengganggu proses –
proses dalam tubuh tumbuhan sehingga mematikan tumbuhan. Oleh karena
itu, tumbuhan yang terserang penyakit, umumnya, bagian tubuhnya utuh.
Akan tetapi, aktivitas hidupnya terganggu dan dapat menyebabkan kematian.
Untuk membasmi hama dan penyakit, sering kali manusia menggunakan
obat – obatan anti hama. Pestisida yang digunakan untuk membasmi
serangga disebut insektisida. Adapun pestisida yang digunakan untuk
membasmi jamur disebut fungsida. Pembasmi hama dan penyakit
menggunakan pestisida dan obat harus secara hati – hati dan tepat guna.
Pengunaan pertisida yang berlebihan dan tidak tepat justru dapat
menimbulkan bahaya yang lebih besar. Hal itu disebabkan karena pestisida
dapat menimbulkan kekebalan pada hama dan penyakit. Oleh karena itu
pengguna obat – obatan anti hama dan penyakit hendaknya diusahakan
seminimal dan sebijak mungkin. Secara alamiah, sesungguhnya hama
mempunyai musuh yang dapat mengendalikannya. Namun, karena ulah
manusia, sering kali musuh alamiah hama hilang. Akibat hama tersebut
merajalela. Salah satu contoh kasus yang sering terjadi adalah hama tikus.
Sesungguhnya, secara ilmiah, tikus mempunyai musuh yang memangsanya.
Musuh alami tikus ini dapat mengendalikan jumlah populasi tikus.
Musuhnya tikus itu ialah Ular, Burung hantu, dan elang. Sayangnya binatang
– binatang tersebut ditangkapi oleh manusia sehingga tikus tidak lagi
memiliki pemangsa alami. Akibatnya, jumlah tikus menjadi sangat banyak
dan menjadi hama pertanian.

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Hama
Hama adalah organisme yang dianggap merugikan serta kehadirannya tidak
diinginkan dalam kegiatan sehari-hari manusia. Meski ditujukan untuk semua
organisme, namun istilah hama cenderung digunakan kepada hewan
pengganggu tumbuhan.

Hewan juga bisa disebut sebagai hama apabila menyebabkan kerusakan pada
ekosistem alami atau menjadi agen penyebaran penyakit pada manusia.
Misalnya adalah tikus dan lalat yang dapat menyebarkan wabah, serta nyamuk
yang menjadi vektor malaria.

Pada bidang pertanian dan perkebunan, hama merupakan organisme


pengganggu tanaman yang menyebabkan kerusakan fisik. Sehingga sebutan
hama tumbuhan ditujukan untuk semua hewan yang merugikan dalam kegiatan
pertanian dan perkebunan.

Berkaitan dengan hama, muncul pula istilah “suci hama” yang merupakan
padanan kata “steril” atau terbebas dari penyebab kontaminasi.
B. Jenis-jenis Hama Tumbuhan
Macam hama tanaman dapat dibedakan berdasarkan golongannya, antara lain:
1. Hama Mamalia
Mamalia terdiri dari berbagai macam spesies yang dapat dianggap sebagai hama
tumbuhan. Hama mamalia umumnya berpotensi menimbulkan kerugian yang
sangat serius.

Hama dari golongan ini biasanya diisi oleh binatang herbivora atau pemakan
tumbuhan, sehingga jika populasinya tidak terkontrol maka akan merugikan
tanaman budidaya. Kerugian yang dimaksud adalah kerusakan tanaman, bahkan
meningkatkan risiko gagal panen.

2. Hama Serangga
Selain mamalia, golongan serangga juga berpotensi sebagai hama tanaman.
Serangga hama dapat menyebabkan kerugian dalam suatu ekosistem budidaya
dengan merusak tanaman secara langsung, seperti memakan bagian tanaman
serta menjadi vektor penyebar penyakit tanaman.

Umumnya serangga yang dikategorikan sebagai hama memiliki populasi yang


besar dan tidak terkendali. Kerugian masing-masing serangga hama juga
ditentukan oleh tipe mulut yang dimiliki serangga tersebut.
Beberapa jenis mulut serangga yang menyebabkan kerugian bagi tanaman
adalah tipe menggigit-mengunyah. Serangga jenis ini akan memotong atau
mengigit serta mengunyah bagian tanaman, terutama daun, batang, serta buah
yang menyebabkan kerusakan, pembusukan bahkan kematian tanaman.
Tipe mulut lainnya adalah menusuk-menghisap. Serangga bermulut seperti ini
memiliki mulut seperti jarum dan pisau. Kerusakan yang diakibatkan dari jenis
ini berupa bekas tusukan yang dilakukan untuk mengisap cairan dari dalam
tanaman.
Selain itu, beberapa jenis serangga hama juga mengeluarkan cairan toksik atau
beracun sehingga sel-sel tanaman mati atau mengalami nekrosis terlebih dahulu.

3. Hama Aves
Aves atau burung juga dapat menjadi hama pertanian maupun perkebunan.
Umumnya burung merupakan hewan pemakan biji-bijian yang berpotensi
menjadi hama tanaman seperti padi, jagung, kedelai dan sebagainya.

Ketika hama burung menyerang dalam jumlah besar, maka produk biji dari
tanaman akan berkurang drastis atau bahkan habis. Umumnya hama burung
menyerang secara bergerombol dan menyebabkan kerugian serta gagal panen.

4. Nematoda
Nematoda adalah organisme berupa cacing gilig atau cacing gelang. Hewan ini
hidup pada rentang lingkungan yang sangat luas karena mampu beradaptasi
dengan berbagai ekosistem. Sebagian besar dari organisme ini merupakan
parasit dan dapat dikategorikan sebagai hama tanaman.

5. Gastropoda
Gastropoda lebih dikenal dengan siput dan siput telanjang yang berasal dari
filum moluska. Jenis hama ini meliputi seluruh siput dan siput telanjang dengan
berbagai ukuran, mulai dari ukuran mikroskopis hingga berukuran besar.
Umumnya hama ini akan merusak daun sehingga menghentikan pertumbuhan
tanaman.
C. Contoh Hama Tanaman
Berikut ini adalah contoh hama tanaman yang sering menyerang budidaya
pertanian dan perkebunan, antara lain:

1. Hama Wereng
Wereng merupakan serangga sejenis kepik yang menyerang tumbuhan dan
menyebabkan daun dan batang berlubang. Serangan yang terlanjur parah akan
mengakibatkan daun menguning, kering, layu dan mati.

Serangan hama wereng dapat dikendalikan secara kimiawi, yaitu dengan


menyemprotkan insektisida. Penyemprotan ini harus dilakukan dengan alat
pelindung diri memadai, seperti baju lengan panjang, sarung tangan, masker,
topi, kacamata, sepatu, serta dilakukan dengan tidak melawan arah angin agar
cairan yang disemprotkan tidak berbalik atah dan meracuni petani.
2. Hama Gangsir
Gangsir adalah sejenis serangga yang biasanya menyerang tanaman muda,
misalnya tanaman yang baru dipindah dari persemaian. Gigitan gangsir akan
menyebabkan batang tanaman putus atau patah sehingga tanaman mati. Hama

gangsir biasanya menyerang pada malam hari. Hewan ini mendiami kawasan
pertanian dan perkebunan dengan membuat lubang sedalam 90 cm dalam tanah
dengan ciri khas adanya onggokan pada permukaan liang.
Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan tidak menanam bibit terlalu muda.
Sedangkan untuk mengendalikannya, kita dapat menyiram larutan insektisida
pada lubang sarang kemudian menutupnya dengan tanah.
3. Hama Tikus
Tikus merupakan hama tanaman yang sangat merugikan petani, umumnya
menyerang pada masa persemaian, pertumbuhan, pembungaan, panen dan
penyimpanan, terutama pada biji-bijian, umbi dan buah.
Hama tikus sangat sulit dikendalikan karena hewan pengerat ini memiliki
kemampuan adaptasi yang sangat baik. Laju berkembang biak tikus juga sangat
cepat sehingga populasinya sulit dikendalikan.

Tanda-tanda tanaman pertanian dan perkebuan diserang oleh hama tikus adalah
adanya kerusakan tanaman, jejak dan kotoran tikus, bekas potongan tanaman
yang dirusak tikus, serta terdapat liang.

Untuk mengendalikannya, ada beberapa usaha yang bisa dilakukan seperti


pemberian racun tikus, gropyokan atau memburu dan membunuh tikus,
emposan atau membakar campuran belerang dan jerami, memelihara predator
tikus (burung hantu, ular sawah, kucing), serta penanaman serentak agar
serangan tikus tidak terpusat.

4. Lalat Buah
Lalat buah umumnya menyerang tanaman buah saat musim Hujan. Lalat betina
akan menusuk buah-buahan dan meletakkan telur ke dalam daging buah.
Setelah telur menetas maka belatung akan memakan buah tersebut sehingga
buah busuk.

Untuk mengendalikannya kita bisa mengupayakan sanitasi lingkungan dengan


membersihkan seluruh buah yang rontok, memasang perangkap sex pheromon,
serta penyemprotan insektisida secara berselang seling terutama saat pagi hari
berembun.
5. Hama Walang Sangit
Walang sangit biasanya menyerang tanaman padi. Setiap bertelur, walang sangit
betina dapat menghasilkan 100 sampai 200 butir telur. Telur tersebut diletakkan
pada daun bendera tanaman padi yang kemudian menetas menjadi limfa
berwarna hijau dan berubah menjadi cokelat.

Nimafa dan imago walang sangit akan menyerah buah padi yang sedang matang
susu dengan menghisap cairan buah sehingga buah padi hampa. Para petani
biasanya mengendalikan hama ini dengan melakukan penanaman serentak,
sanitasi tanaman, serta penyemprotan insektisida sesuai dosis.
6. Hama Artona
Artona termasuk lepidotera atau kupu yang merusak tumbuhan saat stadia larva.
Artona biasanya menjadi hama untuk tanaman kelapa. Ulat yang menetas akan
menyerang dan menyebabkan gejala titik-titik pada daun. Ulat yang tumbuh
besar kemudian menyebabkan gejala berupa garis-garis pada daun.

Ulat tersebut kemudian memakan daun kelapa serta tulang daun. Pengendalian
hama artona biasanya dilakukan dengan memangkas daun kelapa yang terserang
agar ulat dan kepompong terbuang.

D. Teknik Pengendalian Hama Terpadu (PHT)

1. Pengertian PHT
Pengertian pengendalian hama terpadu (pht) adalah suatu konsep atau cara
berpikir dalam upaya pengendalian populasi atau tingkat serangan hama dengan
menerapkan berbagai teknik pengendalian yang dipadukan dalam satu kesatuan
untuk mencegah kerusakan tanaman dan timbulnya kerugian secara ekonomis
serta mencegah kerusakan lingkungan dan ekosistem. Dengan kata lain,
pengendalian hama terpadu adalah pengendalian hama dan penyakit tanaman
dengan pendekatan ekologi yang bersifat multi-disiplin untuk mengelola
populasi hama dan penyakit dengan menerapkan berbagai teknik pengendalian
yang kompatibel.
2. Prinsip Dasar Pengendalian Hama Terpadu
Sistem pengendalian hama terpadu (pht) memiliki 4 prinsip dasar yang
mencerminkan konsep pengendalian hama dan penyakit yang berwawasan
lingkungan serta mendorong penerapan pht secara nasional untuk pembangunan
pertanian yang berkelanjutan. Empat prinsip dasar dalam penerapan pht tersebut
adalah sebagai berikut ;
 Budidaya Tanaman Sehat
 Memanfaatkan Musuh alami
 Pengamatan dan pemantauan rutin
 Petani sebagai ahli PHT

3. Ciri-ciri PHT
Pengendalian hama terpadu merupakan sistem pengendalian hama dan penyakit
yang berkawasan lingkungan untuk pembangunan pertanian yang berkelanjutan.
Oleh karena itu suatu konsep pengendalian hama dapat dikatakan sebagai sistem
pht jika mencerminkan konsep pengendalian hama dan penyakit yang ramah
lingkungan, dengan ciri-ciri sebagai berikut
1). Penerapan sistem pengendalian hama terpadu (pht) dilakukan secara
bersistem, terpadu dan terkoordinasi dengan baik,
2). Sasarannya adalah produksi dan ekonomi tercapai tanpa merusak
lingkungan hidup dan aman bagi kesehatan manusia,
3). Mempertahankan produksi dan mengedepankan kualitas produk pertanian,
4). Mempertahankan populasi hama atau tingkat serangan hama
5). Mengurangi dan membatasi penggunaan pestisida kimia,
6). Penggunaan pestisida kimia merupakan alternatif terakhir apabila teknik
pengendalian yang ramah lingkungan tidak mampu mengatasi.

4. Komponen Penting PHT


√ Pengendalian Secara Fisik
Pengendalian hama secara fisik merupakan upaya atau usaha dalam
memanfaatkan atau mengubah faktor lingkungan fisik sehingga dapat
menurunkan populasi hama dan penyakit. Tindakan pengendalian hama secara
fisik dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu ; pemanasan, pembakaran,
pendinginan, pembasahan, pengeringan, lampu perangkap, radiasi sinar infra
merah, gelombang suara dan penghalang/pagar/barier.

√ Pengendalian Secara Mekanik


beberapa contoh tindakan secara mekanik dalam pengendalian hama antara lain
sebagai berikut :
a).    pengumpulan hama dan telurnya menggunakan tangan,
b).    rogesan, yaitu pemotongan pucuk tebu yang terserang penggerek pucuk
tebu (schirpophaga nivella),
c).    memangkas cabang, ranting atau bagian tanaman lainnya yang terserang
hama atau penyakit,
d).    rampasan, yaitu pengumpulan seluruh buah ketika terjadi serangan berat
penggerek buah kopi (stephanoderes hampei),
e).    gropyokan, yaitu perburuan hama tikus disuatu daerah yang luas secara
serentak,
f).    pemasangan perangkap hama,
g).    pembungkusan buah

√ Pengendalian Kultur Teknik


Beberapa tindakan dalam cara bercocok tanam yang dapat mengurangi atau
menekan populasi dan serangan hama antara lain sebagai berikut ;
a). Mengurangi kesesuaian ekosistem hama dengan melakukan sanitasi,
modifikasi inang, pengelolaan air, dan pengolahan lahan,
b). Mengganggu kontinuitas penyediaan keperluan hidup hama, yaitu
dilakukan dengan cara pergiliran tanaman, pemberoan dan penanaman
serempak pada suatu ilayah yang luas,
c). Pengalihan populasi hama menjauhi pertanaman, misalnya dengan
menanam tanaman perangkap,
d). Pengurangan dampak kerusakan oleh hama dengan cara mengubah
toleransi inang

√ Pengendalian Secara Hayati


Pengendalian secara hayati adalah pengendalian hama atau penyakit dengan
memanfaatkan agens hayati (musuh alami) yaitu predator, parasitoid, maupun
patogen hama. Contohnya adalah sebagai berikut ;

a). Predator (binatang yang ukuran tubuhnya lebih besar sebagai pemangsa
yang memakan binatang yang lebih kecil sebagai mangsa) ; contohnya
memanfaatkan ular sebagai predator hama tikus atau kumbang coccinelid
sebagai pemangsa kutu daun.
b). Parasitoid (binatang yang hidup diatas atau didalam tubuh binatang lain
yang lebih besar yang merupakan inangnya) ; contoh trichoderma sp, sebagai
parasit telur penggerek batang padi.
c). Patogen hama (mikroorganisme penyebab penyakit organisme hama),
organisme tersebut meliputi nematoda, protozoa, rikettsia, bakteri atau virus ;
contoh paecilomyces sp. Jamur patogen telur nematoda puru akar.

√ Pengendalian Dengan Peraturan/Regulasi


Pengendalian dengan peraturan perundangan yaitu pencegahan penyebaran /
perpindahan dan penularan organisme pengganggu tanaman melalui kebijakan
perundangan yang ditetapkan oleh pemerintah.

dasar hukum pencegahan dengan peraturan adalah sebagai berikut ;

1. UU no. 16 th 1992 : karantina hewan, ikan dan tumbuhan


2. pp no. 6 th 1995 : perlindungan tanaman
3. pp no. 14 th 2000 : karantina tumbuhan

√ Pengendalian Secara Kimiawi


Pengendalian hama dan penyakit tanaman secara kimiawi menggunakan
pestisida sintetis kimia adalah alternatif terakhir apabila cara-cara pengendalian
yang lain tidak mampu mengatasi peningkatan populasi hama yang telah
melampaui ambang kendali. Tujuan penggunaan pestisida merupakan koreksi
untuk menurunkan populasi hama atau penyakit sampai pada batas
keseimbangan. Penggunaan pestisida juga harus tepat sasaran, tepat dosis dan
tepat waktu.
Kesimpulan
Dari penjelasan-penjelasan yang diuraikan di atas maka dapat disimpulkan
bahwa perlindungan tanaman merupakan upaya upaya melindungi tanaman dari
organisme pengganggu tanaman sejak di lapangan (kebun/lahan pertanian
lainnya) sampai pasca panen.

Anda mungkin juga menyukai