Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PRAKTIKUM PENGANTAR PERLINDUNGAN TANAMAN

PENGENALAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN

DISUSUN OLEH :

AVIFAH NUR AINI

2004010050

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2021
Sabtu, 20 November 2021

ACARA 2

PENGENALAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN

A. TUJUAN
1. Mempelajari macam-macam gulma, hama, dan jamur yang menyerang
tanaman.
2. Mempelajari klasifikasi dari gulma, hama, dan jamur yang menyerang
tanaman.
3. Mempelajari ciri-ciri atau morfologi dari hama, gulma, dan jamur yang
menyerang tanaman.
4. Mempelajari cara pengendalian terhadap gulma, hama, dan jamur yang
menyerang tanaman.

B. DASAR TEORI
Hama, penyakit tumbuhan, dan gulma merupakan organisme
pengganggu tanaman (OPT) yang dapat merugikan produksi tanaman atau
merusak bahan simpanan. Serangannya dapat teradi sejak mulai
penanaman hingga panen, serta hasil panen di simpan gudang (Siti
Herlinda, dkk., 2015).
Hama tanaman adalah semua hewan yang merusak tanaman atau
hasilnya, karena aktifitas hidupnya sehingga menimbulkan kerugian.
Hama tanaman ini adalah salah satu faktor penting yang ikut menentukan
berhasil tidaknya usaha pertanian. Golongan hewan yang hidup sebagai
hama tanaman adalah serangga, tungau, vertebrata, dll (Siti Herlinda, dkk.,
2015).
Hama dikategorikan sebagai organisme pengganggu tanaman
memiliki ciri-ciri antara lain: 1) ukuran hama yang relatif lebih besar dari
mikroorganisme, dapat dilihat langsung dengan mata, 2) berasal dari
golongan avertebrata hama (serangga) dan vertebrata ham (kelompok
burung, tikus, babi), 3) hama merusak bagian dari tanaman yang
menyebabkan bagian tanaman hilang atau berlubang karena tusukan stilet
dari hama yang menyebabkan tanaman mengalami kerugian secara
ekonomi, 4) pada saat terlihatnya gejala serangan, serangan hama lebih
mudah diatasi (Simluhtan Kementerian Pertanian, 2019).
Hama merupakan musuh petani yang berpotensi merusak tanaman.
Hama termasuk ke dalam kingdom animalia, dimana yang berpotensi
sebagai hama tanaman dibagi ke dalam 3 filum yaitu: filum Mollusca,
filum Chordata, dan filum Arthropoda (Cheppy Wati, dkk. 2021).
Serangga hama dapat berdampak buruk pada produksi pertanian.
Serangan hama dapat menyebabkan permasalahan dengan cara merusak
tanaman dan menurunkan produksi tanaman, menyebabkan parasit pada
ternak, dan menjadi parasit yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Hama
yang merupakan sebagain besar berasal dari kelas insekta. Dan Sebagian
kecil berasal dari hewan vertebrata (Cheppy Wati, dkk. 2021).
Gulma merupakan salah satu organisme pengganggu tanaman yang
menghambat pertumbuhan, perkembangan, dan produktivitas tanaman.
Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh di sekitar tanaman yang
dibudidayakan dan kehadirannya tidak diinginkan karena dapat merugikan
tanaman yang dibudidayakan (Prayogo et al, 2017).
Kehadiran gulma di suatu areal pertanaman secara umum
memberikan pengaruh negatif terhadap tanaman, karena gulma memiliki
daya kompetitif yang tinggi sehingga memungkinkan terjadinya
persaingan cahaya, 𝐶𝑂2, air, unsur hara, ruang tumbuh yang digunakan
secara bersamaan. Gulma dapat merugikan tanaman yang dibudidayakan
karena disebabkan oleh adanya persaingan antara tanaman utama sehingga
mengurangi kemampuan berproduksi, terjadi persaingan dalam
pengambilan air, unsur-unsur hara dari tanah, cahaya dan ruang lingkup,
pengotoran kualitas produksi pertanian, misalnya pengotoran benih oleh
biji-biji gulma. Gulma juga dapat mengeluarkan suatu zat yang sifatnya
beracun yang biasanya dikenal dengan nama alelopati, sehingga merusak
pertumbuhan tanaman dan gangguan kelancaran pekerjaan para petani
(Taulu, 2014).
Persaingan antara tanaman dan gulma dapat mengakibatkan
pertumbuhan tanaman budidaya tertekan, menghambat kelancaran
aktivitas pertanian, estetika lingkungan tidak nyaman dan meningkatkan
biaya pemeliharaan (Kilkoda et al, 2015). Kemampuan tanaman dalam
bersaing dengan gulma ditentukan oleh spesies gulma, kepadatan gulma,
lama persaingan, cara budidaya dan varietas yang ditanam, serta tingkat
kesuburan tanah.
Jamur atau fungi adalah suatu tumbuhan yang sangat sederhana,
berinti, berspora, tidak berklorofil, berupa sela tau benang bercabang-
cabang dengan dinding dari selulosa atau khitin atau keduanya dan
umumnya berkembang biak secara seksual dan aseksual. Jamur terbagi
menjadi dua golongan yaitu jamur yang uniseluler disebut khamir dan
jamur yang multiseluler disebut kapang. Jamur juga terbagi dalam dua
golongan berdasarkan ukuran yaitu mikrofungi merupakan jamur yang
strukturnya hanya dapat dilihat dengan mikroskop dan makrofungi yaitu
jamur yang membentuk tubuh buah yang terbagi lagi dalam dua golongan
yaitu jamur yang dapat dimakan dan jamur yang beracun (Suryani, dkk.
2020).
Hama dan penyakit tanaman dapat menyebar dengan 3 cara, yaitu
perdagangan atau migrasi, pengaruh lingkungan seperti faktor cuaca,
angin, percikan air hujan, dan yang ketiga yaitu faktor biotik berupa
serangga atau vektor lainnya (Cheppy Wati, dkk. 2021).
Permasalahan organisme pengganggu tanaman dapat dicegah
dengan menjaga kesehatan tanaman yaitu budidaya tanamab sehat, seperti
dengan menggunakan benih bersertifikat, memilih varietas tanaman yang
tahan penyakit, melakukan rotasi tanaman yang bukan satu famili dengan
tanaman yang ditanam di area yang sama selama beberapa tahun berturut-
turut, mempertahankan nutrisi tanah seperti pemberian pupuk dengan
dosis yang tepat. Pengolahan tanaman juga dapat dilakukan dengan cara
irigasi yaitu mengairi tanaman dengan benar. Menjaga agar pertanaman
bebas gulma. Penggunaan pestisida kimia merupakan alternatif terakhir,
karena penggunaan pestisida yang terlalu sering akan berdampak negatif
bagi lingkungan dan dapat membunuh serangga yang menguntungkan
(Cheppy Wati, dkk. 2021).

C. ALAT DAN BAHAN


Alat: alat tulis (kertas hvs A4, pensil, penghapus, bolpoin, dan penggaris).
Bahan:
1. Beberapa contoh jenis hama, yaitu kutu daun, kepik hijau, capung,
lalat, kutu beras, jangkrik, belalang, dan semut hitam.
2. Beberapa contoh jenis gulma, yaitu putri malu, wedelia, bandotan,
bayam duri, alang-alang, eceng gondok, rumput teki, dan rumput
kenop.
3. Dua contoh jenis jamur, yaitu Rhizoctonia solani dan Fusarium
oxysporum.

D. CARA KERJA
1. Menyiapkan peralatan dan bahan yang digunakan.
2. Mengamati bahan praktikum, yaitu 8 (delapan) jenis hama, 8 (delapan)
jenis gulma, dan 2 (dua) jenis jamur yang menyerang tanaman.
3. Menggambar 8 (delapan) jenis hama, 8 (delapan) jenis gulma, dan 2
(dua) jenis jamur yang menyerang tanaman.
4. Menulis informasi mengenai klasifikasi dari 8 (delapan) jenis hama, 8
(delapan) jenis gulma, dan 2 (dua) jenis jamur yang menyerang
tanaman.

E. HASIL PENGAMATAN
Terlampir.
F. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini yaitu mengenai pengenalan organisme
pengganggu tanaman. Dimana praktikum ini dilaksanakan pada Sabtu, 20
November 2021 dimulai pada pukul 08.00 sampai pukul 12.00, di
laboratorium agroteknologi, Fakultas Agama Islam Universitas
Muhammadiyah Purwokerto. Berikut adalah penjelasan mengenai hasil
praktikum kali ini.
Organisme Penganggu Tanaman (OPT) adalah semua organisme
yang dapat merusak, mengganggu kehidupan, atau menyebabkan kematian
tumbuhan. Yang termasuk dalam OPT adalah hama, penyakit, gulma, dan
virus. Berdasarkan praktikum kali ini, terdapat 8 (delapan) jenis hama, 8
(delapan) jenis gulma, dan 2 (dua) jenis jamur yang menyerang tanaman.
Yaitu sebagai berikut:
1. Gulma

Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh pada waktu dan tempat yang
tidak tepat atau tumbuhan yang tumbuh dan tidak dikehendaki. Gulma
(tumbuhan liar) telah menjadi pioneer dan berperan penting dalam
mempertahankan lingkungan seperti tanah pertanian bero, hutan,
padang gembalaan, dan wilayah tergenang yang selama ini tidak
terjamah kehidupan manusia. Berikut beberapa jenis gulma yang
menyerang tanaman:

1) Putri Malu
Putri malu atau Mimosa pudica adalah perdu pendek
anggota suku polong-polongan yang mudah dikenal karena
daun-daunnya yang dapat secara cepat menutup/layu
dengan sendirinya saat disentuh. Walaupun sejumlah
anggota polong-polongan dapat melakukan hal yang sama,
puti malu bereaksi lebih cepat daripada jenis lainnya.
Kelayuan ini bersifat sementara karena setelah beberapa
menit keadaannya akan pulih seperti semula. Berikut
klasifikasi ilmiah tanaman puti malu:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Subfamili : Mimosoideae
Genus : Mimosa
Spesies : Mimosa pudica
Morfologi. Terdapat dua spesies yang memiliki morfologi
daun yang mirip, yaitu putri malu merambat dan putri malu
yang berdiri tegak. Daun dari kedua spesies ini termasuk
daun majemuk. Putri malu termasuk daun tidak lengkap
(daun bertangkai), bentuk daun memanjang dengan
perbandingan panjang : lebar 3:1, ujung daun runcing,
pangkal daun rompang, tepi daun rata, pertulangan daun
menyirip, daging daun seperti kertas dan permukaan daun
licin mengkilat, kasab serta termasuk macam daun
majemuk menyirip genap.
Pengendalian. Tumbuhan ini bisa dikendalikan dengan
cara penyemprotan herbisida ataupun dengan cara manual
yakni dengan cara menggali dan mencabutnya. Karena
ditumbuhi duri, maka mencabutnya memerlukan cangkul
atau sarung tangan supaya tidak terluka.
2) Wedelia
Tumbuhan wedelia berasal dari Amerika Tengah dan pulau
Karibia. Wedelia adalah salah satu jenis tanaman liar yang
hidup di kawasan dengan iklim tropis. Tanaman ini mudah
ditemukan di area perkebunan dan pesawahan, padang
rumput serta di pinggir jalan. Wedelia masuk ke dalam
golongan tanaman herba. Tanaman herba adalah tanaman
yang tumbuh rendah tidak bisa tinggi. Berikut klasifikasi
tanaman wedelia:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae
Genus : Wedelia
Spesies : Wedelia trilobata (L.) Hitchc.
Morfologi. Wedelia tumbuh dengan panjang antara 18
hingga 24 inchi. Wedelia tumbuh menjalar membentuk
suatu bentangan seperti tikar yang menutupi tanah. Daun
wedelia berwarna hijau cerah dengan panjang daun antara
1-3 inchi. Permukaan daun wedelia berbulu dan tepi daun
bergerigi. Sebagian besar bentuk daun wedelia adalah
lonjong. Bunga wedelia berwarna kuning cerah, berukuran
kecil dengan kelopak bunga melingkar seperti bunga
matahari. Putik dan benang sari melingkar penuh di tengah
kelopak bunga. Wedelia berkembang biak secara vegetatif
alami yaitu dengan cara merunduk. Batang tanaman yang
menyentuh tanah akan tumbuh akar dan menjadi tumbuhan
baru. Batang wedelia berwarna hiau terang dengan bulu
halus menutupi seluruh bagian batang.
Pengendalian. Gulma ini dikendalikan dengan cara
mencabut atau mencangkulnya. Bisa juga menggunakan
herbisida, dengan cara menutupi tanaman non target dengan
kantong plastik atau lembaran plastik, karena herbisida juga
berdampak pada tumbuhan yang terkena zat racunnya.
3) Bandotan
Bandotan dengan nama latin Ageratum conyzoides L.,
merupakan tumbuhan liar tetapi lebih dikenal sebagai
tanaman pengganggu (gulma). Umumnya tanaman ini
tumbuh liar bersama alang-alang, dapat ditemukan di
pekarangan rumah, tepi jalan atau selokan, bahkan di kebun
atau ladang. Berikut klasifikasi tanaman bandotan:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae
Genus : Ageratum
Spesies : Ageratum conyzoides L.
Morfologi. Bentuk daun bandotan berbentuk bulat telur
termasuk daun tidak lengkap karena tidak memiliki upih
daun. Perbandingan panjang dan lebar daun bandotan yaitu
2:1. Ujung daun runcing, pangkal daun membulat, tepi
daun bertoreh bergerigi dengan sinus yang tidak dalam.
Pertulangan daun menyirip, permukaan daun berkerut dan
berambut halus serta termasuk daun tunggal berhadapan.
Dalimartha (2008) menyebut daun bandotan memiliki
bentuk melebar pada bagian pangkal daun. Dan menyebut
daun bandotan memiliki bulu halus pada bagian atas dan
bawah daun.
Pengendalian. Gulma ini bisa dikendalikan dengan cara
pengolahan tanah secara berulang dengan traktor,
penyiangan gulma secara manual dengan alat/cangkul dan
alat potong rumput.
4) Bayam Duri
Gulma bayam duri tergolong kedalam gulma yang berdaun
lebar. Bayam duri seringkali ditemukan tumbuh secara liar
di kebun-kebun, tepi jalan, tanah kosong dari dataran
rendah sampai dengan ketinggian 1.400 meter diatas
permukaan laut. Berikut klasifikasi tanaman bayam duri:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Caryophyllales
Famili : Amaranthaceae
Genus : Amaranthus
Spesies : Amaranthus spinosus L.
Morfologi. Bayam duri merupakan herba semusim dan
tingginya mencapai 50-80 cm. Tumbuhan ini memiliki akar
tunggang. Batang basah berduri seringkali bercabang
banyak, berbentuk bulat dan licin. Daun berupa daun
tunggal, berwarna kehijauan, bentuk bundar telur
memanjang, dengan panjang 1,5 – 6,0 cm dan lebar 0,5 -
9,0 cm. Tata letak daun yang berselang-seling dengan
bagian daun yang tidak lengkap, pada ujung daun bayam
terdapat ujung daun yang terbelah. Bunga pada bayam
adalah bunga yang tidak lengkap. Bunga dalam tukal yang
rapat, bentuk bulir atau bercabang pada pangkalnya. Bulir
ujung sebagian besar jantan, tidak berduri menempel mula-
mula naik lalu menggantung. Tukal betina dengan 2 duri
lurus yang lancip, dan menjauhi batang. Buah bulat
memanjang dengan tutup yang rontok dan berbiji. Biji
kecil-kecil dan berwarna hitam.
Pengendalian. Gulma bisa dikendalikan dengan cara
mekanik, kultur teknik, dan juga penggunaan herbisida
sintetik. Akan tetapi penggunaan herbisida secara terus
menerus akan menyebabkan pencemaran lingkungan,
matinya musuh alami, residu, dan lain sebagainya. Oleh
karena itu, muncullah alternatif lain yaitu dengan
menggunakan senyawa kimia dari ekstrak tumbuh-
tumbuhan. Senyawa golongan fenol dari tumbuhan bisa
dimanfaatkan sebagai herbisida nabati.
5) Alang-Alang
Alang-alang mempunyai daya adaptasi yang tinggi,
sehingga mudah tumbuh di mana-mana dan sering menjadi
gulma yang merugikan para petani. Gulma alang-alang
dapat bereproduksi secara vegetatif dan generatif atau
tumbuh pada jenis tanah yang beragam (Moenandir, 1988).
Berikut merupakan klasifikasi alang-alang:
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Imperata Cirillo
Spesies : Imperata Cylindrical (L) Raeusch
Morfologi. Akar tanaman alang-alang berbentuk rimpang
yang menjalar dan berbuku buku. Akarnya keras meskipun
berbentuk rimpang. Batang alang-alang berbentuk
menjulang naik dan pendek, tingginya 20 cm sampai 1,5
meter. Batang berbentuk silinder berdiameter 2-3 mm dan
beruas ruas. Di bagian ujung di tumbuhi tunas baru. Daun
tanaman ini termasuk tidak lengkap. Daunnya berbentuk
garis memanjang seperti pita dan berujung runcing. Panjang
daunnya sekitar 12-80 cm. Ujungnya berbentuk lancip.
Bunga alang-alang merupakan bunga majemuk. Terbentuk
dalam malai sekitar 6-28 cm dan berambut panjang. Bunga
berbentuk silinder dan bergolongan bunga hermaprodit.
Letak bunganya bersusun. Buah alang-alang adalah berjenis
bulir, berukuran kecil yang bertangkai pendek. Ukurannya
1 mm dan berwarna cokelat tua. Bentuk bijinya berbentuk
jorong.
Pengendalian. Alang-alang bisa dikendalikan secara
manual, aman dan tidak mencemari lingkungan yaitu
dengan membabat, membakar, dan mencangkul.
Berdasarkan beberapa hasil penelitian, teknologi alternatif
yang dipakai adalah sekali-kali alang-alang terkendali harus
diikuti oleh pola budidaya tanaman pangan yang tepat
sesuai dengan tipe tanah, iklim, dan kebutuhan petani atas
wilayah.
6) Eceng Gondok
Eceng gondok adalah jenis tanaman tropis yang termasuk
ke dalam Pontedericeae. Eceng gondok didata termasuk
sebagai tanaman dengan produktivitas dan laju
pertumbuhan yang paling cepat di antara seluruh tanaman
air di dunia. Eceng gondok adalah gulma pengganggu bagi
perairan. Biasanya cepat berkembang diperairan yang
terkena limbah, karena eceng gondok ini dapat mengikat
logam berat dalam air, seperti besi, seng, tembaga, dan
raksa. Berikut adalah klasifikasi tanaman eceng gondok:
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Commelinales
Famili : Pontederiaceae
Genus : Eichhornia Kunth
Spesies : Eichhornia Crassipes
Morfologi. Ciri utama eceng gondok adalah hidup
mengapung di permukaan air. Tumbuhan ini memiliki akar
serabut seperti rambut untuk menyerap nutrisi. Tinggi
tanaman mulai 40-80 cm dan tidak memiliki batang sejati.
Bentuk daunnya tunggal, berbentuk oval, permukaannya
licin dan berwarna hijau. Pada bagian ujung serta pangkal
daun cenderung meruncing dengan pangkal tangkal daun
lumayan menggelembung. Jenis bunga eceng gondok
temasuk bunga majemuk, berbentuk bulir dan kelopaknya
berbentuk tabung. Bijinya berwarna hitam dan berbentuk
bulat. Ketika berbuah, buahnya berbentuk kotak, memiliki
tiga ruang dan berwarna hijau.
Pengendalian. Gulma ini bisa dikendalikan dengan cara
penyemprotan herbisida ataupun dengan cara di angkut
secara langsung.
7) Rumput Teki
Teki ladang atau Cyperus rotundus L. adalah gulma
pertanian yang biasa dijumpai di lahan terbuka. Teki sangat
adaptif dan karena itu menjadi gulma yang sangat sulit
dikendalikan. Teki menyebar di seluruh penjuru dunia,
tumbuh baik bila tersedia air cukup, toleran terhadap
genangan, mampu bertahan pada kondisi kekeringan.
Berikut klasifikasi dari rumput teki:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Cyperales
Famili : Cyperaceae
Genus : Cyperus
Spesies : Cyperus rotundus L.
Morfologi. Memiliki akar serabut yang tumbuh
menyamping dengan membentuk umbi yang banyak, tiap
umbi mempunyai mata tunas, umbi tidak tahan kering
selama 14 hari dibawah sinar matahari maka daya
tumbuhnya akan hilang. Memiliki batang tumbuh tegak,
berbentuk tumpul atau segitiga. Daun berbentuk garis,
mengelompok dekat pangkal batang terdiri dari 4-10 helai,
pelepah daun tertutup tanah, helai daun berwarna hijau
mengkilat. Bunga bulir tunggal atau majemuk, mengelopak
atau membuka, berwarna coklat, mempunyai benang sari
tiga helai, kepala sari kuning cerah, tangkai putik bercabang
tiga. Tinggi tanaman bisa mencapai 50 cm.
Pengendalian. Pengendalian rumput teki bisa dilakukan
secara biologis, mekanis, dan kimiawi. Pengendalian secara
biologis dilakukan dengan memanfaatkan agen pengendali
berupa organisme. Pengendalian secara mekanis dilakukan
dengan mencabut dan membabat tanaman gulma sehingga
area perkebunan menjadi bersih. Upaya tanah dengan
mencangkul juga bisa mematikan rumput teki sekaligus
memperbaiki kualitas dan struktur tanah. Pengendalian
secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan bahan-
bahan kimia tertentu. Bahan yang paling sering diterapkan
tidak lain adalah herbisida.
8) Rumput Kenop
Rumput kenop memunyai rimpang yang menjalar dan
beruas menghasilkan tunas dari buku-bukunya. Tumbuhan
ini lazimnya tumbuh rapat membentuk ‘sheet’ dan kepala
bunganya yang keputih-putihan terlihat agak menyolok.
Rumpu ini termasuk gulma yang umum pada tanah
alluvial/hidromorfik, yang menimbulkan masalah
persaingan di pembibitan dan jalur tanaman muda. Berikut
klasifikasi dari rumput kenop:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Cyperales
Famili : Cyperaceae
Genus : Cyperus
Spesies : Cyperus kyllingia Endl.
Morfologi. Tanaman ini memiliki batang yang tegak atau
melengkung, berbentuk segitiga dan permukaannya licin,
tebal penampangnya 1-2 mm tingginya 5-45 cm,
mempunyai rimpang yang menjalar dan beruas, mempunyai
umbi yang kecil, daun-daun yang terdapat di bagian
pangkal dari batang. Memiliki akar rimpang yang berwarna
merah. Akarnya merupakan sitem percabangan serabut.
Berbentuk kecil seperti benang. Memiliki daun berbentuk
garis dengan parit memanjang yang agak dalam di bagian
tengah, ujungnya agak runcing, tepi bagian atas agak kasar
bila diraba. Memiliki Panjang 5-15 cm dan lebar 2-5 mm.
bunga terbentuk di ujung batang, berwarna hijau pucat atau
keputih-puthan, terdiri dari satu sampai empat kepala bunga
yang kompak, kepala bunga tengah berbentuk bulat/ bulat
telur atau elips dengan ukurang 8-12 mm dan lebar 6-10
mm. memiliki bulir yang berbentuk bulat telur/elips yang
lepas, panjangnya 3-3,5 mm. berwarna hijau pucat.
Memiliki benang sari tiga biji yang berbentuk bulat dengan
panjang 1,25-1,5 mm dan berwarna coklat kehitam-
hitaman.
Pengendalian. Gulma ini dikendalikan secara manual yang
memerlukan pengdongkelan umbi dan rimpangnya agar
efektif. Pengendalian secara kimia yang terbaik dilakukan
dengan herbisida sistemik seperti glyphosate. Bila
menggunakan herbisida, kontak perlu dua atau tiga kali
aplikasi.
2. Hama
Hama tanaman adalah berbagai jenis hewan yang aktivitas
hidupnya merusak tanaman budidaya dan sudah merugikan secara
ekonomi. Hama tumbuhan adalah organisme yang menyerang
tumbuhan sehingga pertumbuhan dan perkembangannya terganggu.
Hama merusak tanaman secara langsung, yaitu menyerang bagian-
bagian tanaman seperti akar, batang, daun, bunga, buah, atau tanaman
seluruhnya. Berikut beberapa hama yang menyerang tanaman:
1) Kutu daun
Kutu daun adalah spesies serangga kecil pemakan getah
tanaman. Kutu daun hidup secara berkelompok. Berwarna
hitam, coklat, atau hijau. Kutu daun berukuran kecil dan
panjangnya antara 1-2 mm. Kutu daun merupakan salah
satu hama yang paling merusak pada tanaman. Berikut
merupakan klasifikasi dari kutu daun:
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Hemiptera

Super famili : Aphidoidea

Spesies : Arcythosiphon pisum


Morfologi. Kutu daun tidak bersayap tubuhnya berwarna
merah atau kuning atau hijau dan panjangnya 1,8 – 2,3 mm,
kepala dan dada kutu daun berwarna coklat dengan perut
hijau kekuningan, panjang antena sama dengan badannya.
Kutu daun memiliki ukuran yang sangat kecil namun bisa
terlihat jika kutu daun bergerombol di bagian bawah
helaian daun atau pada pucuk tanaman. Nimfa dan imago
mempunyai sepasang tonjolan pada ujung abdomen yang
disebut kornikel. Ujung kornikel pada kutu daun berwarna
hitam.
Siklus hidup. Siklus hidup kutu daun dimulai dari telur,
nimfa dan imago. Telur menetas pada umur 3 sampai 4 hari
setelah diletakkan di daun, kemudian menjadi nimfa
dimana stadia nimfa berumur 14 sampai 18 hari kemudian
berubah menjadi imago. Imago kutu daun mulai
bereproduksi pada umur 5 sampai 6 hari setelah perubahan
dari nimfa menjadi imago. Imago kutu daun dapat bertelur
sampai 73 butir telur selama hidupnya. Serangan kutu daun
umumnya dimulai dari permukaan daun bagian bawah,
pucuk tanaman, kuncup bunga, dan batang muda
Cara penyerangan. Bagian tanaman yang diserang oleh
kutu daun biasanya pucuk tanaman dan daun muda dengan
cara menusukkan bagian stylet lalu menghisap nutrisi
tumbuhan inang. Daun yang diserang akan mengkerut,
mengeriting dan melingkar, menyebabkan pertumbuhan
tanaman terhambat dan tanaman menjadi kerdil. Kutu daun
tidak hanya menghisap sari makanan, tetapi juga berperan
sebagai vektor penyebar virus (Meilin, 2014).
Pengendalian. Pengendalian hama ini bisa dilakukan
dengan 2 cara, yaitu secara teknis dan kimiawi.
Pengendalian secara teknis bisa dilakukan dengan
menginfestasikan musuh alami. Sedangkan pengendalian
secara kimiawi bisa dilakukan dengan penyemprotan
insektisida yang mengandung fipronil atau diafenthiuron
lebih baik penyemprotan dilakukan pada sore hari.
2) Kepik hijau
Kepik hijau adalah hama yang sering menyerang polong
dan biji menjadi mengempis dan membusuh hingga
berwarna hitam. Kepik hijau tersebar luas di daerah yang
beriklim tropis. Di Indonesia, kepik hijau menyerang
tanaman kedelai, padi, jagung, tembakau, kentang, cabai,
dan tanaman polong-polongan. Berikut merupakan
klasifikasi dari kepik hijau:
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Hemiptera

Super famili : Pentatomoidea


Famili : Pentatomoidea
Spesies : Nezara viridula
Morfologi. Secara morfologi, bagian kepala dan torak
kepik hijau mempunyai kombinasi warna jingga atau
kuning kehijauan dengan tiga bitnik hijau di punggung.
Pada sisi kiri dan kanan toraks terdapat duri yang
merupakan ciri khas hama ini. Serangga ini memiliki tubuh
pipih persegi lima dengan panjang sekitar 1 cm. Kepik
hijau mempunyai sayap dengan setengah tipis setengah
tebal dan alat mulut menusuk-mengisap. Nimfa kepik hijau
memiliki warna berbeda, awalnya berwarna coklat muda,
kemudian berubah menjadi hitam dengan bitnik putih lalu
menjadi hijau.
Siklus hidup. Kepik hijau memiliki siklus hidup yang
sempurna, mulai dari telur, larva, kepompong, dan serangga
dewasa. Telurnya berbentuk lonjong dan berwarna kuning
akan menetas dalam jangka waktu kurang lebih satu
minggu. Telur tersebut akan berkembang menjadi larva
yang bertubuh panjang, berkaki enam dan diselimuti bulu.
Larva tersebut akan memakan makanan sesuai dengan
makanan induknya. Setelah larva berkembang, mereka akan
berganti kulit dan berubah menjadi kepompong dan
menempel pada ranting dan daun. Setelah kurang lebih satu
minggu, kepompong akan berubah menjadi serangga
dewasa.
Cara penyerangan. Kepik hijau hinggap pertama kali di
pertanaman pada waktu berbunga. Dengan tujuan untuk
meletakkan telurnya pada permukaan daun. Seekor imago
betina kepik hijau memproduksi telur 104-470 butir yang
diletakkan berkelompok pada permukaan daun bagian atas
maupun bawah. Telur akan menetas kurang lebih enam
hingga tujuh hari setelah diletakkan imago. Telur yang
menetas membentuk nimfa I yang berlangsung selama
enam hari sebelum berganti kulit menjadi nimfa II. Nimfa
II juga berlangsung selama enam hari, nimfa III, IV, dan V
hanya berlangsung lima hari.
Pengendalian. Hama kepik hijau bisa dikendalikan dengan
menanam tanaman secara serempak tidak lebih dari 10 hari,
menggilir tanaman yang bukan inangnya, mengumpulkan
nimfa dan kepik hijau dewasa untuk dimusnahkan, menjaga
kebersihan lahan dari tanaman gulma. Penggunaan
pestisida menjadi alternatif terakhir apabila populasi hama
sudah melampaui ambang batas ekonomi.
3) Capung
Capung mempunyai peranan penting pada ekosistem
persawahan. Capung dapat berfungsi sebagai predator, baik
dalam bentuk nimfa maupun dewasa dan memangsa
berbagai jenis serangga serta organisme lain termasuk
serangga dan hama tanaman padi. Bagi serangga lain,
capung bisa dianggap sebagai monster. Capung berfungsi
sebagai pengendali hama karena mereka memangsa
nyamuk, lalat, rayap, semut, dan serangga lainnya. Berikut
merupakan klasifikasi dari capung:
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Odonota

Famili : Libellalidae

Genus : Pantala

Spesies : Pantala flavercens

Morfologi. Pantala flavescens merupakan jenis capung


anggota kelompok Anisoptera. Capung jenis ini memiliki
tubuh berukuran besar dengan panjang abdomen antara 29-
35 mm. Ciri lain P. flavescens adalah memiliki tubuh
dengan warna dominan kuning pada seluruh tubuhnya
dengan corak-corak keputihan pada seluruh tubuh, kaki
berwarna hitam dan memiliki corak berwarna hitam pada
ruas-ruas ekornya. Ciri spesifik yang menjadi ciri khas dari
P. flavescens adalah sayap belakangnya yang berlekuk pada
bagian pangkalnya dan memiliki ukuran yang lebih lebar
dari pada sayap depannya. Pantala flavescens memiliki
warna tubuh dominan kuning kemerahan dan terdapat garis
berwarna hitam dan melebar membentuk bercak di ruas 8-
9, memiliki sayap transparan dengan pterostigma merah
kecoklatan, warna tubuh merah pada jantan dan kuning
pada betinanya. Capung ini memiliki kebiasaan terbang
yang lebih tinggi daripada anggota famili Libellulidae
lainnya.
Siklus hidup. Capung berkembang biak dengan cara
bertelur. Telur capung diletakkan pada tumbuhan yang
berada di air dan menetas menjadi nimfa. Sebagian besar
siklus hidup capung dihabiskan dalam bentuk nimfa,
didalam air dengan menggunakan insang internal untuk
bernafas. Setelah mengalami pergantian kulit 10-15 kali
menjadi nimfa tua. Nimfa memangsa jentik-jentik nyamuk,
ikan-ikan kecil dan organisme akuatik kecil lainnya. Ketika
mencapai titik tumbuh maksimal, nimfa akan naik
kepermukaan air dan menempel pada benda-benda yang
ada disekitarnya untuk melakukan pergantian kulit yang
terakhir. Seluruh proses siklus tersebut dapat berlangsung
dalam waktu 6 bulan, tetapi bagi kebanyakan spesies
membutuhkan waktu 1 atau 2 tahun.
Cara penyerangan. Ditahap metamorfosis, larva capung
bisa memangsa larva serangga lain, berudu hingga ikan.
Capung memangsa lalat buah yang merusak mangga. Di
sawah, capung melahap walang sangit dan berbagai hama
padi lainnya. Sedangkan di perkotaan, capung mengurangi
populasi nyamuk yang membahayakan manusia. Capung
dapat mengkonsumsi mangsa hingga 15% dari berat
tubuhnya sendiri setiap hari. Selain itu, capung dapat
dijadikan sebagai indikator kualitas ekosistem.
Pengendalian. Pengendalian capung bisa dengan cara
membersihkan sumber air, memelihara hewan lain, dan
memodifikasi kebun dengan cara memastikan tanaman
tidak terlalu banyak air supaya capung tidak
berkembangbiak disana.
4) Lalat
Lalat adalah jenis serangga dari ordo diptera. Hama lalat
dapat merusak tanaman buah dan sayur. Tanaman yang
terkena serangan lalat memiliki daya rusak hampir 50%.
Berikut merupakan klasifikasi dari lalat:
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Diptera

Famili : Drosophilidae

Genus : Drosophila

Spesies : Drosophila melanogaster


Morfologi. D. melanogaster memiliki ciri-ciri dengan
panjang tubuh lalat dewasa 2-3 mm. kepala berbentuk elips
dengan antena yang berbentuk tidak runcing dan
bercabang-cabang. Thorax berwarna krem, ditumbuhi
banyak bulu dengan warna dasar putih. Abdomen
bersegmen lima, segmen terlihat dari garis-garis hitam yang
terletak pada abdomen. Memiliki sayap normal yang
panjang dan lurus, bermula dari thorax hingga melebihi
abdomen dengan warna transparan. Tubuh berwarna coklat
kekuningan dengan faset mata berwarna merah berbentuk
elips. Selain itu, D. melanogaster normal mempunyai mata
oceli dengan ukuran lebih kecil daripada mata majemuk,
berada pada bagian atas kepala, diantara dua mata majemuk
dan berbentuk bulat.
Siklus hidup. Drosophila melanogaster mengalami
metamorphosis sempurna, yang berarti siklus hidupnya
terdiri dari fase telur, larva, pupa, dan imago. Siklus
hidupnya dimulai dari tahap telur. Telur ini berbentuk
lonjong dengan panjang ± 0,5 mm, pada salah satu ujung
telur terdapat sepasang filamen yang berfungsi untuk
mencegah tenggelamnya telur dalam media dan untuk
membantu pernapasa. Setelah menetas larva akan
mengalami 3 tahapan, yaitu larva instar 1, larva instar 2,
dan larva instar 3. Larva instar 1 muncul setelah telur
menetas, sehari kemudian larva instar 1 berubah menjadi
larva instar 2 dan setelah sehari larva instar 2 berubah
menjadi larva instar 3. Sebelum pupasi, larva instar 3 akan
merayap pada bagian yang kering, biasanya pada dinding
botol atau pada kertas pupasi yang disediakan. Larva
kemudian membentuk tanduk pupal. Kulit terakhir larva
akan menjadi kulit pupa, mengeras dan menggelap. D.
melanogaster dewasa atau imago muncul dari puparium
melalui operculum.
Cara penyerangan. Lalat betina dengan ovipositornya
menusuk buah dan meletakkan telurnya dalam lapisan
epidermis. Pada waktu menetas, larvanya akan memakan
daging buah hingga warna buah menjadi jelek dan tidak
dapat dimakan. Biasanya serangan lalat ini diikuti hama
lain. Telur kadang diletakkan tidak hanya di dalam buah,
tetapi juga pada bunga dan batang. Batang yang terserang
akan menjadi bisul. Sementara itu buahnya akan menjadi
kecil dan berwarna kuning.
Pengendalian. Pengendalian secara teknis dapat dilakukan
dengan kultur teknis dengan sanitasi lahan,
mencangkul/membalikkan tanah agar larva menjadi pupa,
serta pupa yang telah tebentuk naik dan terkena sinar
matahari sehingga dapat menyebabkan kematian pada pupa,
membakar sampah, ranting/daun serta buah yang terkena
serangan.
5) Kutu beras
Sitophilus oryzae L. atau biasa disebut kutu beras dikenal
sebagai kumbang bubuk beras, hama ini bersifat kosmopolit
atau tersebar luas diberbagai tempat di dunia. Kerusakan
yang ditimbulkan oleh kutu beras ini termasuk berat,
bahkan sering dianggap sebagai hama paling merugikan
produk pepadian. Berikut klasifikasi dari kutu beras:
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Coleoptera

Famili : Curculionidae

Genus : Sitophilus

Spesies : Sitophilus oryzae L.


Morfologi. Morfologi dan biologi Sitophilus oryzae L.
imago muda berwarna coklat merah dan umur tua berwarna
hitam. Pada kedua sayap depannya terdapat 4 bintik kuning
kemerah-merahan (masing-masing sayar terdapat 2 bintik).
Kumbang ini mempunyai moncong panjang, warna cokelat
kehitaman dan kadang-kadang ada 4 bercak kemerahan
pada elytranya, umur dapat mencapai 5 bulan. Jika akan
bertelur, kumbang betina membuat liang kecil dengan
moncongnya sedalam kurang lebih 1 mm. Kumbang betina
menggerek butiran beras dengan moncongnya dan
meletakkan sebutir telur lalu lubang itu ditutup dengan
sekresi yang keras.
Siklus hidup. Siklus hidup hama selama 30 - 45 hari pada
kondisi optimum yaitu pada suhu 29ºC, kadar air biji 14%
dan pada kelembapan 70%. Imago dapat hidup cukup lama
tanpa makan sekitar 36 hari, dengan makanan umurnya
mencapai 3-5 bulan bahkan satu tahun.
Cara penyerangan. Kutu beras bersifat polifa bubuk beras
selain merusak butiran beras, juga merusak simpanan
jagung, padi, kacang tanah, gablek, kopra, dan butiran
lainnya. Kerusakan yang diakibatkan oleh kutu beras dapat
tinggi pada keadaan tertentu sehingga kualitas beras
menurun. Biji-biji hancur dan berdebu dalam waktu yang
cukup singkat, serangan hama dapat mengakibatkan
perkembangan jamur sehingga produk beras rusak, bau
apek yang tidak enak dan tidak dapat dikonsumsi. Akibat
dari serangan kutu beras menyebabkan butir-butir beras
menjadi berlubang kecil-kecil. Sehingga mengakibatkan
beras menjadi mudah pecah dan remuk menjadi tepung.
Pengendalian. Hama ini dapat dikendalikan dengan
penjemuran bahan-bahan yang terserang pada terik
matahari, pengaturan penyimpanan bahan dengan baik dan
teratur pada tempat yang kering dan terawatt dengan baik
serta melakukan fumigasi. Cara pengendalian hama kutu
beras juga dapat dilakukan dengan modifikasi fisik tempat
penyimpanan seperti menaikkan atau menurunkan suhu
sampai tingkat dimana pertumbuhan serangga dapat
dihambat.
6) Jangkrik
Jangkrik adalah serangga bertubuh kecil yang kebanyakan
berbentuk silindris. Jangkrik telah dipelihara manusia sejak
lama. Habitat jangkrik adalah pada lingkungan dengan
intensitas cahaya rendah bersuhu 20-32°C dan kelembapan
65-80%, menyukai tempat persembunyian, dan hidup
berkoloni atau bergerombol. Berikut merupakan klasifikasi
dari jangkrik:
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Orthoptera

Super famili : Farmicoidea

Morfologi. Morfologi tubuh jangkrik pada umumnya


terdiri dari tiga bagian, yaitu kepala, toraks, dan abdomen.
Kepala terdiri dari mata tunggal yang tersusun dalam satu
segitiga tumpul, sepasang antenna, satu mulut, dan dua
pasang sungut. Toraks merupakan tempat melekatnya enam
tungkai dan empat sayap. Abdomen pada bagian posterior
terdiri dari ruas-ruas. Ujung abdomen pada jantan dan
betina terdapat sepasang cerci yang panjang serta tajam dan
berfungsi sebagai penerima rangsang atau pertahanan
apabila ada musuh dari belakang. Jangkrik berbentuk bulat
panjang, berwarna coklat muda sampai tua, dan hitam.
Bentuk jangkrik betina dan jantan agak berbeda, pada
betina mempunyai ovipositor panjang bentuk seperti
rambut kaku yang muncul dari ruas abdomen terakhir.
Venasi sayap depan jangkrik betina berbentuk garis-garis
lurus, sedang pada jantan venasi berbentuk tidak beraturan
ada yang melingkar dan ada yang lurus.
Siklus hidup. Siklus hidupnya dimulai dari telur kemudian
menjadi jangkrik muda (nimfa) dan melewati beberapa kali
stadium instar sebelum menjadi jangkrik dewasa (imago)
yang ditandai dengan terbentuknya dua sayap. Waktu yang
dibutuhkan nimfa untuk tumbuh dewasa tergantung pada
cuaca, spesies, dan jenis makanannya. Perkembangan telur
selama proses penetasan dapat dibagi dalam tiga tahap,
yaitu tahap telur muda, telur remaja, dan telur tua. Setelah
6-11 hari telur menetas menjadi jangkrik nimfa. Bentuk
nimfa sama seperti jangkrik dewasa, hanya berbeda pada
ukurannya. Nimfa berukuran lebih kecil dan sayap belum
menutup penuh pada abdomen atau masih dalam
pertumbuhan. Dalam siklus hidup ini membutuhkan waktu
2-3 bulan tergantung jenisnya.
Cara penyerangan. Jangkrik menyerang dengan cara
menggigit dan memotong tanaman pada daun dan batang
yang masih muda.
Pengendalian. Pengendalian hama ini dengan cara
melindungi tanaman dengan bumbung bambu. Pemasangan
bumbung bambu dilakukan setelah 1-3 hari setelah tanam.
Semakin lambat pemasangan bumbung, maka serangan
akan mendahuluinya atau memberi kesempatan jangkrik
untuk merusaknya. Cara pemasangannya adalah dengan
menancapkan bumbung bambu ke dalam tanah sedalam
kurang lebih 6 cm. posisi tanaman terdapat di dalam
bumbung bambu, sehingga dapat terlindungi dari pengaruh
luar.
7) Belalang
Belalang adalah salah satu jenis hewan herbivora yang
termasuk dalam ordo orthoptera. Hewan ini memiliki dua
antena bagian kepala yang jauh lebih pendek dari bentuk
tubuh. Belalang merupakan serangga berukuran 45-55 mm
(jantan) dan 15-75 mm (betina). Tubuhnya terdiri dari
kepala, dada, dan perut. Berikut merupakan klasifikasi dari
belalang:
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Orthoptera

Super famili : Farmicoidea

Morfologi. Belalang memiliki 3 bagian tubuh utama yaitu


kepala, dada, dan perut. Selain itu terdapat anggota tubuh
lainnya seperti kaki yang bersendi berjumlah 6, sayap 2
pasang untuk terbang dan sepasang antena sebagai alat
sensor. Kaki pada belalang memiliki 2 fungsi yang berbeda
seperti kaki pada bagian depan digunakan untuk berjalan
dan bagian kaki yang lebih panjang digunakan untuk
melompat. Belalang tidak memiliki telinga tetapi bisa
merasakan getaran di udara dengan bantuan alat sensor
yang disebut dengan tympanum. Pada belalang tympanum
terletak di abdomen pertama. Belalang memiliki lima mata
yang terdiri dari mata (2 compound eye dan 3 ecelli). Alat
pernafasan belalang berupa trakea. Belalang merupakan
serangga dengan kerangka luas (exoskeleton).
Siklus hidup. Belalang merupakan kelompok serangga
hemimetabola yaitu serangga yang mengalami
metamorfosis tidak sempurna. Tahapan perkembangannya
adalah telur, kemudian menjadi nimfa yaitu belalang muda
yang memiliki bentuk tubuh yang sama dengan fase dewasa
dan belalang akan mengalami pergantian kulit pada fase ini.
Selanjutnya nimfa akan berubah menjadi imago yang
merupakan fase yang ditandai dengan berkembangnya
semua organ tubuh dengan baik, termasuk alat
pekembangbiakan dan sayap (Wilemse, 2001).
Cara penyerangan. Serangga ini termasuk pemakan
tumbuhan dan sering merusak tanaman. Adapun alat
mulutnya bertipe penggigit pengunyah. Hama ini
menyerang tanaman muda dan tua dengan merusak
tanaman pada bagian daun dan pucuk. Kadang-kadang pada
musim kering dapat menyebabkan kerusakan parah. Daun
yang dimakan menjadi berlubang, tulang daun dan urat-urat
daun tidak dimakan. Lubang akibat serangan belalang
tepinya bergerigi kasar tidak beraturan, sedangkan akibat
serangan ulat lebih halus.
Pengendalian. Belalang dapat dikendalikan dengan kultur
teknis, hayati, dan kimiawi. Pengendalian secara kultur
teknis dapat dilakukan dengan pengolahan tanah dengan
membajak lahan, agar telur belalang terpapar sinar matahari
dan mati. Melakukan sanitasi gulma dan membakar
sampah. Pengendalian hayati bisa dilakukan dengan
memanfaatkan predator alami yang efektif memangsa
kantung telur belalang yang ada di dalam tanah.
Pengendalian kimiawi bisa dengan cara menggunakan
insektisida berbahan aktif asepat, diazinon, karbosulfan
untuk mengendalikan belalang.
8) Semut hitam
Semut merupakan serangga sosial yang termasuk ke dalam
famili formicidae yang keberadaannya sangat erat dengan
manusia. Keberadaan semut biasanya dijadikan indicator
hayati yang digunakan sebagai alat monitoring perubahan
kualitas dari suatu lingkungan. Selain itu, semut juga
memiliki sifat ekologis dalam membantu tumbuhan,
misalnya menggemburkan tanah, sebagai predator yang
penting dalam melindungi tanaman dari serangan hama.
Berikut merupakan klasifikasi semut:
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Hymeaoptera

Upordo : Apocrita

Infraordo : Aculeata

Super famili : Farmicoidae

Famili : Formicidae
Morfologi. Bagian tubuh semut terbagi menjadi 3 bagian,
yaitu kepala, toraks, dan abdomen. Terdapat ciri khas pada
abdomen semut yaitu ruas abdomen bagian depan lebih
kecil dibandingkan dengan abdomen bagian belakang.
Sehingga terlihat seperti pinggang. Semut memiliki bentuk
kepala majemuk serta sepasang antena yang membentuk
siku yang berfungsi untuk mencium bau dan menyentuh.
Ukuran semut betina reproduktif lebih besar serta memiliki
sayap dengan ukuran sayap depan lebih luas dan panjang
dibandingkan dengan sayap belakang.
Siklus hidup. Semut termasuk serangga yang memiliki
siklus hidup yang sempurna. Tahapan metamorfosis ini
meliputi telur, larva, pupa, dan dewasa. Telur akan menetas
menjadi larva kurang lebih setelah 9-10 hari. Larva yang
baru menetas akan menjadi larva instar 1 setelah kurang
lebih 3 hari, dan masih mendapatkan makanan dari
induknya. Sedangkan larva generasi selanjutnya akan
mendapatkan makanan dari kasta pekerja. Setelah
mengalami molting beberapa kali, larva tersebut akan
berkembang menjadi pupa. Ketika semua organ sudah
sempurna, maka kasta pekerja akan menarik semut muda
dari pupa. Semut muda akan berkembang menjadi semut
dewasa dalam beberapa hari. Perkembangan semut dari
telur menjadi dewasa membutuhkan waktu kurang lebih 6
minggu.
Cara penyerangan. Semut biasanya tidak
menyerang tanaman secara langsung. Akan tetapi serangga-
serangga kecil seperti kutu daun atau kutu putihlah yang
dapat merusak tanaman. Selain itu semut juga sering
membuat sarang di dalam tanaman dan itu sangatlah
mengganggu. Keberadaan semut juga bisa menjadi tanda
adanya masalah lain pada tanaman, dan mungkin saja
membuatnya menjadi lebih parah jika dibiarkan.
Pengendalian. Cara mengendalikan semut bisa dengan
menggunakan kulit jeruk, larutan sabun buatan, menebar
rempah-rempah, dan meletakkan tanaman yang dibenci
semut.
3. Jamur (Fungi)
1) Rhizoctonia solani
Cendawan R. solani adalah patogen tular tanah yang banyak
merusak tanaman, mempunyai kemampuan adaptasi yang
tinggi, dan dapat bertahan hidup dalam tanah dengan waktu
yang lama dalam bentuk sclerotia. Berikut merupakan
klasifikasi R. solani:
Kingdom : Fungi
Kelas : Deuteromycetes
Ordo : Agonomycetales
Family : Agnomycetaceae
Genus : Rhizoctonia
Spesies : Rhizoctonia solani Khun.
Morfologi. Jamur R. solani memiliki ciri-ciri, tidak
membentuk konidia, hifa muda tidak berwarna, hifa dewasa
berwarna putih, hingga coklat kehitaman, panjang hifa 8-12
µm, memiliki septa. Hifa biasanya membentuk percabangan
dengan sudut 90°. Kumpulan hifa membentuk sklerotia yang
mengumpul terpusat pada satu titik dan menyebar dikoloni.
Pembentukan sklerotia dirangsang oleh faktor peningkatan
suhu.
Gejala penyakit. Gejala penyakit berupa bercak nekrotik
(matinya jaringan tanaman) berukuran lebar, tidak beraturan,
dan agak basah. Seluruh organ tanaman yang ada di atas tanah
(kanopi) meliputi daun, tangkai, batang, dan polong terinfeksi
jamur tersebut. Pada bercak-bercak nekrotik rata-rata muncul
koloni jamur berupa miselia yang menggumpal mirip kapas.
Miselia tersebut dapat tumbuh menjalar ke daun dan polong
sehat yang terdekat sehingga terbentuk rangkaian benang putih
mirip sarang laba-laba, dan antar kanopi menjadi lengket satu
dengan yang lain. Daun dan tangkai dengan intensitas penyakit
yang parah akhirnya membusuk, mengering dan gugur. Infeksi
pada polong menyebabkan polong busuk, hampa dan kering.
Tanaman yang diserang. Cendawan ini mempunyai
kisaran inang yang luas, antara lain padi, kacang hijau, kacang
tanah, kedelai, ubi jalar, pisang, jeruk, gandum, keladi, dan
kentang.
2) Fusarium oxysporum
Jamur ini menyerang pertanaman dan penyebarannya sangat
luas hampir di seluruh dunia. Jamur ini menghasilkan tiga
macam toksin yang menyerang pembuluh xylem yaitu asam
fusaric, asam dehydrofusaric dan lycomarasmin. Toksin-toksin
tersebut akan mengubah permeabilitas membrane plasma dari
sel tanaman inang sehingga mengakibatkan tanaman yang
terinfeksi lebih cepat kehilangan air dari pada tanaman yang
sehat. Berikut klasifikasi dari Fusarium oxysporum:
Kingdom : Fungi
Divisi : Ascomycota
Kelas : Sordariomycetes
Ordo : Hypocreales
Family : Nectriaceae
Genus : Fusarium
Spesies : Fusarium oxysporum
Morfologi. Morfologi dari Fusarium oxysporum yaitu
memiliki struktur yang terdiri dari mikronidia dan makronidia.
Permukaan koloninya berwarna ungu, tepinya bergerigi,
permukaannya kasar berserabut dan bergelombang. Di alam,
jamur ini membentuk konidium. Konidiofor bercabang-cabang
dan makro konidium berbentuk sabit, bertangkai kecil, sering
kali berpasangan. Miselium terutama terdapat di dalam sel
khususnya di dalam pembuluh, juga membentuk miselium yang
terdapat di antara sel-sel, yaitu di dalam kulit dan di jaringan
parenkim di dekat terjadinya infeksi. Fusarium oxysporum
adalah fungi aseksual yang menghasilkan tiga spora yaitu
mikronidia, makronidia, dan klamidospora. Mikronidia adalah
spora dengan satu atau dua sel yang dihasilkan Fusarium
oxysporum pada semua kondisi dan dapat menginfeksi
tanaman. Makronidia adalah fungi dengan tiga sampai lima sel
biasanya ditemukan pada permukaan.
Gejala penyakit. Gejala permulaan dari serangan penyakit ini
adalah terjadinya pemucatan daun dan tulang daun, diikuti
dengan merunduknya tangkai daun. Daun layu dan lambat laun
berwarna kuning, tangkai daun tersebut bila disentuh akan
mudah lepas dan jatuh dari batang utama. Kelayuan terjadi
mulai dari daun terbawah dan terus ke daun bagian atas,
kelayuan tanaman mungkin hanya terjadi sebagian saja atau
dapat juga secara keseluruhan.
Tanaman yang diserang. Tanaman inangnya antara lain ialah
buncis, cabai kentang, kacang panjang, labu, mentimun, oyong,
paria, seledri, semangka, tomat, dan terung.

G. KESIMPULAN
1. Dalam praktikum kali ini jenis gulma yang menyerang tanaman yaitu
putri malu, wedelia, bandotan, bayam duri, alang-alang, eceng gondok,
rumput teki, dan rumput kenop. Jenis hama tanaman berasal dari filum
Mollusca, Chordata, dan Arthropoda. Namun, dalam praktikum kali
ini mengamati jenis hama yang berasal dari filum Arthropoda, yaitu
kutu daun, kepik hijau, capung, lalat, kutu beras, jangkrik, belalang,
dan semut hitam. Sedangkan jenis fungi yang diamati yaitu
Rhizoctonia solani dan Fusarium oxsyporum.
2. Klasifikasi adalah pembagian sesuatu menurut kelas-kelas. Dalam ilmu
pengetahuan, klasifikasi adalah proses pengelompokkan benda
berdasarkan ciri persamaan dan perbedaan. Klasifikasi gulma dapat
diamati dari kingdom, divisi, class, ordo, famili, genus, dan spesies.
Klasifikasi hama dapat diamati dari kingdom, filum, class, ordo,
famili, genus, dan spesies.
3. Morfologi meruapakan sebuah cabang yang mempelajari tentang
bentuk struktur/bentuk luar dari sebuah organisme. Setiap gulma,
hama, dan jamur memiliki ciri morfologi yang berbeda. Tapi bisa
diamati melalui bentuk tubuh seperti gulma, bisa diamati dari akar,
batang, daun, bunga, dan buah. Sedangkan pada hama bisa diamati dari
kepala, dan bentuk badan.
4. Cara pengendalian gulma, hama, dan jamur bisa dilakukan secara
kimiawi maupun fisik. Cara pengendalian secara fisik dapat dilakukan
dengan pengolahan tanah, pembabatan gulma, penggenangan,
pembakaran, dan pemberian mulsa.
DAFTAR PUSTAKA
Cheppy, W., Arsi, Tili K., Riyanto, Yogi N., Intan N. 2021. Hama dan
Penyakit Tanaman. Yayasan Penulis Kita.
Dalimartha, S. 2008. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Puspa Swara:
Jakarta.
Herlinda, S., dan Chandra Irsan. 2015. Penuntun Praktikum Dasar-Dasar
Perlindungan Tanaman. Unsri Press: Palembang.
Kilkoda, A.K., T. Nurmala, dan D. Widayat. 2015. Pengaruh keberadaan
gulma (Ageratum conyzoides dan Boreria alata) terhadap
pertumbuhan dan hasil tiga ukuran varietas kedelai (Glycine max
L. Merr) pada percobaan pot bertingkat. Jurnal Kultivasi 14: 1-9.
Meilin, A. 2014. Hama dan Penyakit Pada Tanaman Cabai Serta
Pengendaliannya. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP):
Jambi.
Moenandir, J. 1988. Pengantar Ilmu dan Pengendalian Gulma. Rajawali
Press: Jakarta.
Prayogo, D.P., H.T. Sebayang, dan A. Nugroho. 2017. Pengaruh
pengendalian gulma pada pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai
(Glycine max L. Merr) pada berbagai system olah tanah. Jurnal
Produksi Tanaman 5: 24-32.
Suryani Yani, Opik T., dan Yuni Kulsum. 2020. Mikologi. PT. Freeline
Cipta Granesia: Sumatera Barat.
Taulu, L.A. 2014. Pengaruh Ketinggan Tempat Terhadap Perkembangan
Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) Pada Tanaman Padi Di
Sulawesi Utara. Prosiding Balai Pengkaian Teknologi Pertanian
Sulawesi Utara: Manado.
Willemse, L. P. M. 2001. Fauna Malesiana Guide to Pest Orthoptera of
Indomalayan Region. Buckhuy Publisher: Netherlands.
H. LAMPIRAN
No. Gambar Keterangan
1. Kingdom: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Fabales
Famili: Fabaceae
Subfamili: Mimosoideae
Genus: Mimosa
Spesies: Mimosa pudica
2. Kingdom: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Asterales
Famili: Asteraceae
Genus: Wedelia
Spesies: Wedelia trilobata
3. Kingdom: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Asterales
Famili: Asteraceae
Genus: Ageratum
Spesies: Ageratum
conyzoides L.
4. Kingdom: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Caryophyllales
Famili: Amaranthaceae
Genus: Amaranthus
Spesies: Amaranthus
spinosus L.
5. Kingdom: Plantae
Divisi: Tracheophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Poales
Famili: Poaceae
Genus: Imperata Cirillo
Spesies: Imperata cylindrical
L.
6. Kingdom: Plantae
Divisi: Tracheophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Poales
Famili: Poaceae
Genus: Eichhornia Kunth
Spesies: Eichhornia
crassipes
7. Kingdom: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Liliopsida
Ordo: Cyperales
Famili: Cyperaceae
Genus: Cyperus
Spesies: Cyperus rotundus L.
8. Kingdom: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Liliopsida
Ordo: Cyperales
Famili: Cyperaceae
Genus: Cyperus
Spesies: Cyperus kyllingia
Endl.
9. Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Hemiptera
Super famili : Aphidoidea
Spesies : Arcythosiphon
pisum

10. Kingdom : Animalia


Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Hemiptera
Super famili: Pentatomoidea
Famili : Pentatomoidea
Spesies : Nezara viridula

11. Kingdom: Animalia


Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Odonota
Famili : Libellalidae
Genus : Pantala
Spesies : Pantala flavercens

12. Kingdom : Animalia


Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Famili : Drosophilidae
Genus : Drosophila
Spesies : Drosophila
melanogaster

13. Kingdom: Animalia


Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Coleoptera
Famili : Curculionidae
Genus : Sitophilus
Spesies : Sitophilus oryzae L.

14. Kingdom : Animalia


Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Orthoptera
Super famili : Farmicoidea

15. Kingdom : Animalia


Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Orthoptera
Super famili : Farmicoidea
16. Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Hymeaoptera
Upordo : Apocrita
Infraordo : Aculeata
Super famili : Farmicoidae
Famili : Formicidae

17. Kingdom : Fungi


Kelas : Deuteromycetes
Ordo : Agonomycetales
Family : Agnomycetaceae
Genus : Rhizoctonia
Spesies : Rhizoctonia solani
Khun.

18. Kingdom : Fungi


Divisi : Ascomycota
Kelas : Sordariomycetes
Ordo : Hypocreales
Family : Nectriaceae
Genus : Fusarium
Spesies:Fusarium oxysporum

Anda mungkin juga menyukai