Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRATIKUM

DASAR-DASAR PERLINDUNGAN & KESEHATAN HUTAN


ACARA II
PENGENALAN KERUSAKAN HUTAN DAN
PENYEBAB AKIBAT SERANGGA HAMA

Oleh :

Nama : Galuh Sekar Ardhanariswari

NIM : 19/442295/KT/08993

Shift : Jumat, 13.00 WIB

Co-Ass : Alif Brilianto

LABORATORIUM PERLINDUNGAN DAN KESEHATAN HUTAN


DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2020
ACARA II
PENGENALAN KERUSAKAN HUTAN DAN
PENYEBAB AKIBAT SERANGGA HAMA

I. TUJUAN
Pratikum ini dilakukan bertujuan untuk :
1. Mengenal kerusakan hutan akibat serangan serangga hama penyebab
2. Mengenal serangga penyebab kerusakan hutan yang menyertai gejala yang
tampak
3. Mengenal ciri morfologi serangga pada tanaman hutan
4. Dapat membedakan gejala kerusakan tanaman dari hasil hutan yang disebabkan
oleh serangga dengan kerusakan yang disebabkan oleh penyebab lainya.

II. ALAT DAN BAHAN


Alat dan bahan yang digunakan dalam acara ini yaitu :
1. Kerusakan pucuk oleh Heteropsila cubana,serangga hama kutu loncat.
2. Kerusakan batang oleh Captocernes curfignatus, serangga rayap basah.
3. Kerusakan batang oleh serangga penggerek batang, hama Xystrocera festiva.
4. Kerusakan batang oleh serangga penggerek batang, hama Xyleutes ceramica
(ngengat)
5. Kerusakan pada daun oleh serangga perusak daun, hama Pteroma plagiopheleps
(Ulat Kantong)
6. Kerusakan sebagian daun Tectona grandis oleh ulat Hyblea puera (Teak Leaf
Defoliator) dan ulat Eutectona machaeralis (Skeletonizer)
7. Kerusakan oleh serangga penghisap cairan pohon, Scale Insect( Fam. Coccidae).
8. Kerusakan semai jati oleh Scale Insect (Fam. Pseudococci).

III. CARA KERJA


Cara kerja yang dilakukan dalam pratikum ialah :

Pengamatan terhadap Penggambaran gejala Penulisan ordo, tipe


preparat terhadap gejala yang nampak dan mulut, ciri-ciri dan arti
dan serangga penyebab hama serngga penting hama penyebab

Dilakukan pengamatan tentang gejala kerusakan dan hama serangaa, penyebab


penyakit pada setiap bahan atau preparat yang sedang dipakai. Kemudian digambarkan
berupa gejala yang nampak dan hama serangga penyebab penyakit. Kemudian
dilakukan penulisan ordo, tipe mulut, ciri-ciri dan arti penting hama penyakit.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Penyakit atau kerusakan ialah segala penyimpangan yang terjadi dari keadaan normal
fisiologi ataupun dari bagian tanaman. Sedangkan patogen merupakan setiap agen
biologis yang bisa menyebabkan penyakit dengan proses yang bersifat parasitik.
Kemudian penyakit bisa disebabkan oleh faktor biotik dan faktor abiotik (Sastrahidayat,
2013).
Serangga hama ialah serangga penyebab dari berbagai macam kerusakan yang terjadi
pada pohon yang diakibatkan dari aktivitas makan suatu serangga. Kemudian kerusakan
juga bisa terjadi dikarenakan adanya interaksi antara serangga dan mikroorganisme.
Interaksi tersebut dapat menimbulkan kerusakan, munculnya penyakit dikarenakan
serangga tersebut memiliki racun yang dapat diinjeksikan ke pohon sehingga
mengakibatkan adanya ketidakseimbangan proses fisilogis pada pohon yang telah
terinjeksi (Latumahina dkk., 2020).
Penyakit biotik adalah penyakit yang terjadi pada tumbuhan yang disebabkan oleh
faktor biotik atau komponen biologis. Lalu penyakit ini biasanya menimbulkan infeksi
sehingga beresiko besar dapat menularkan penyakit. Komponen biologis tersebut yaitu
seperti hama, jamur, bakteri, virus dan lainya (Subyanto, 2000 dalam Ramadhan dkk.,
2020).

1) Nama Penyakit : Serangga Perusak Pucuk


Nama Hama : Heteropsila cubana (Kutu Loncat)
Ordo : Homoptera

Penyakit yang disebabkan oleh serangga perusak pucuk dengan nama hama
Heteropsila cubana (Kutu Loncat) yang termasuk dalam ordo Homoptera dengan
inang berupa lamtoro. Ordo homoptera memiliki tipe mulut berupa pencucuk dan
pengisap. Termasuk dalam serangga holometabola yaitu memiliki metamorfosis yang
sempurna, dengan fase menyerang pada tanaman yaitu pada fase imago dengan cara
menghisap cairan pada musim kemarau. Tanda yang muncul yaitu ditemukanya
serangga kutu loncat tersebut. Kemudian gejalanya berupa pucuk dan daun muda
mulai menguning dikarenakan cairan tanaman sudah habis diserap oleh kutu loncat
yang diawali dengan pucuk layu, lalu mengering dan bisa menyebabkan kematian.
Gejala yang timbul sesuai dengan pendapat Ulyani dkk (2019), yaitu kutu loncat
mengakibatkan defoliasi dan serangan yang cukup parah hingga mengakibatkan
kematian pada suatu tanaman. Pohon lamtoro memiliki musuh utama yaitu berupa
hama kutu loncat. Kutu loncat menyerang pada bagian tanaman berupa tangkai,
kuncup daun, tunas dan daun muda, sehingga sangat menghambat proses
pertumbuhan lamtoro.
Menurut Firmansyah (2017), Kutu loncat ialah hama lamtoro yang mengakibatkan
daun- daunya mati. Kemudian dalam pengendalian hama ini cukup sulit dikarenakan
hama kutu loncat ini termasuk hama yang baru di indonesia. Karena pada tahun
1980-an pohon lamtoro didatangkan dari Amerika sehingga predator alami nya juga
berasal dari Amerika yaitu predator Curinus coeruleus Mulsant. Maka dari itu
pengedalian yang cukup sulit untuk dilakukan, dan pada saat mendatangkan pohon
lamtoro tersebut sudah terinfeksi dengan kutu loncat.
Pencegahan yang dapat dilakukan yaitu pengaturan jarak tanam, monitoring,
pembersihan gulma. Lalu pengendalian secara mekanis dengan dilakukanya
pemangkasan, secara biologis dengan musuh alaminya yaitu berupa kepik, kumbang
toksi, dan pengendalian secara kimia menggunakan insektisida.

2) Nama Penyakit : Serangga Perusak Batang


Nama Hama : Caprocernes curfignatus (Rayap Basah)
Ordo : Isoptera

Penyakit yang disebabakan oleh serangga perusak batang, dengan nama hama
yaitu Caprocernes curfignatus (Rayap Basah), yang termasuk dalam ordo Isoptera.
Dengan tipe mulut pengigit atau pengunyah, lalu termasuk dalam jenis holometabola
yaitu metamorfosis sempurna. Mekanisme penyerangan pada fase nimfa secara
berkoloni.
Rayap ialah jenis serangga perusak kayu sehingga merupakan hama tanaman yang
berdampak sangat merugikan. Lalu rayap merupakan serangga selulolitik yang
menyebar pada suatu ekosistem dengan rentang dan distribusi yang luas. Karena
rayap mampu membangun koloninya di area hutan, ataupun padang rumput bahkan
di tempat dekat dengan aktivitas manusia yaitu pada perkebunan dan perumahan
(Wikantyoso dkk., 2017).
Kemudian ciri-ciri dari rayap basah yaitu rayap yang menyerang kayu mati dan
lembab. Lalu rayap basah ini bersarang dalam, namun tidak berhubungan dengan
tanah. Sehingga seranganya pada kayu basah atau lembab ataupun pohon mati yang
sudah membusuk. Rayap basah akan membuat sarang dalam kayu yang membusuk
atau basah seperti tonggak-tonggak kayu ataupun kayu gelondongan. Rayap basah
tidak memiliki kasta pekerja sehingga tugas pekerja dilakukan oleh nimfa, maka dari
itu penyerangan oleh rayap basah dilakukan pada fase nimfa (Wibowo dkk., 2018).
Gejala yang muncul yaitu pada batang terdapat lubang dan keropos, sedangkan
untuk tanda yaitu terdapatnya rumah serta hama rayap basah. Selanjutnya
pengendalian secara mekanis dilakukan dengan dikeroknya rumah atau ditebang
bagian batang yang telah rusak oleh hama, pengendalian secara biologis dengan cara
mendatangkan musuh alami yaitu seperti aves, dan pengendalian secara kimia ialah
berupa pemberian insektisida. Sedangkan pencegahan dilakukan dengan adanya
pengaturan jarak tanam sera pembersihan gulma.

3) Nama Penyakit : Serangga Penggerek Batang


Nama Hama : Xystrocera festiva (Penggerek Batang)
Ordo : Coleoptera

Kerusakan yang diakibatkan oleh serangga penggerek batang, dengan nama hama
Xystrocera festiva,yang termasuk dalam ordo Coleoptera dengan tipe mulut penggigit
dan pengunyah. Merupakan jenis serangga yang holometabola atau bermetamorfosis
sempurna, Dengan mekanisme penyerangan pada fase larva tidak tergantug dengan
musim. Tanda dari serangga penggerek batang ini, yaitu ditemukanya serbu gerek
dan hasil sekresi dari serangga tersebut. Lalu gejala yang timbul dari serangan hama
yaitu terdapat lubang gerek (arah gerek, geokstasis positif yang arahnya ke bawah).
Serangan yang terjadi secara berulang-ulang, dengan jumlah larva boktor yang
semakin bertambah akan menyebabkan kematian pada pohon. Serangan boktor ini
juga mengakibatkan patahnya batang bagian yang diserang oleh hama. Patahnya
batang tersebut terjadi karena terkena terpaan angin. Adanya kerusakan pada batang
sengon dengan berupa adanya lubang dan saluran gerek mengakibatkan volume serta
kualitas kayu yang dihasilkan menurun (Supriatna dkk., 2017).
Hama penggerek batang sengon yaitu Xystrocera festiva, hama ini sering disebut
dengan hama boktor. Serangan pada hama ini yaitu diawali dengan kumbang betina
meletakkan telur dengan jumlah yang banyak secara berkelompok. Kemudian telur
berkembang menjadi larva, dan fase larva ini merupakan fase yang akan merusak
pada tanaman sengon. Penyerangan tersebut dengan cara larva mulai memakan kulit
bagian dalam beserta dengan kayu gubal pada bagian luar (Nuraeni dkk., 2016).
Pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dilakukan multikultur atau monitoring.
Selanjutnya pengendalian secara biologi dengan cara mendatangkan musuh alaminya
yaitu berupa jamur Beaufera baesena. Lalu pengendalian secara mekanis yaitu
dengan cara ditebang, dan pengendalian secara kimia dengan pemberian insektisida.

4) Nama Penyakit : Serangga Penggerek Batang


Nama Hama : Xyleutes ceramica (Ngengat)
Ordo : Lepidoptera

Serangga penggerek batang, dengan hama berupa Xyleutes ceramica atau sering
disebut dengan ngengat, merupakan ordo lepidoptera. Pada ordo lepidotera tipe
mulut fase larva yaitu tipe mulut penggigit dan pengunyah, kemudian pada fase
imago yaitu tipe mulut pencucuk dam penghisap. Kemudian termasuk jenis
holometabola yaitu metamorfosis sempurna.
Serangga penggerek batang menyerang pada fase larva, dengan inang yaitu
Gmelina arborea. Tanda dari serangan hama yaitu ditemukannya serbuk gerek dan
lubang gerek (arah geokstatis negatif yaitu arah ke atas). Hama akan memulai
seranganya dengan memakan empulur pada batang tanaman. Kemudian hama
serangga ini memiliki satu lubang saja untuk jalur masuk dan keluar si ngengat. Hal
tersebut sesuai dengan pendapat Triyogo dkk (2019), yaitu tipe kerusakan akibat
serangga Xyleutes ceramica yaitu berupa gerekan tunggal dengan arah gerekan
cenderung ke atas bagian pohon. Sehingga serangan larva bersifat negatif geokstasis,
bergerak ke arah tajuk pohon. Karena pada arah ke tajuk pohon banyak tersedianya
bahan nutrisi dan banyak bagian kayu yang masih muda. Lalu larva akan bergerak
terus mencapai empulur berubah bergerak vertikal ke arah tajuk. Lalu larva akan
berdiam diri pada bagian tersebut dan berkembang menjadi fase prapupa dan larva
kembali bergerak turun ke arah lubang masuk.
Selanjutnya pencegahan terhadap hama Xyleutes ceramica ialah dengan cara
multikutur. Lalu pengendalian secara mekanis dengan cara ditebang, dan secara
biologis dengan menggunakan musuh alaminya dan kimia dengan cara
penyemprotan fumigan. Hal tersebut sesuai dengan Mulyana (2010), cara
pengendalian hama penggerek batang dilakukan dengan penggunaan insektisida
fumigan, namun pemberian fumigan harus perlu diatur dengan praktis silvikultur dan
pengendalian mekanis. Praktik silvikultur bisa dengan cara mengatur tanaman yang
ditumpangsarikan, dengan memilih tanaman tumpang sari yang berumur pendek agar
ruang tumbuh di bawah tajuk pohon tidak terlalu lembab. Kemudian adanya
pengendalian mekanis apabila kondisi batang sudah parah terinfeksi oleh hama.

5) Nama Penyakit : Serangga Perusak Daun


Nama Hama : Pteroma plagiopheleps (Ulat Kantong)
Ordo : Lepidoptera

Serangga perusak daun, dengan hama Pteroma plagiopheleps,yang termasuk


dalam ordo Lepidoptera, memiliki tipe mulut penggigit dan pengunyah. Lalu
termasuk dalam jenis serangga holometabola yaitu bermetamorfosis sempurna.
Serangga perusak daun ini sering disebut dengan ulat kantong yang bisa berasal dari
dua famili yaitu famili tineidae yaitu dari seresah daun, dan famili phycidae yang
berasal dari ranting-ranting.
Pteroma merupakan jenis ulat kantong dengan ukuran yang kecil, dimana
kantungnya terbuat dari serpihan-serpihan daun, dan bagian luarnya berbentuk kasar
dan berwarna coklat namun bagian dalamnya halus. Lalu larva memakan daun
sehingga menimbulkan lubang-lubang kecil yang akan mengakibatkan daun berubah
warna menjadi kuning dan berakhir dengan warna kecoklatan, dan menyebabkan
daun rontok (defoliasi). Kemudian apabila larva berubah menjadi pupa, ia akan
berpindah dari permukaan atas ke permukaan bawah dan membuat tali dari benang
sutera sehingga posisinya mengantung dan menutup lubang anterior dan posterior
kantung (Anggraeni dkk., 2017).
Kemudian untuk mekanisme penyerangan yaitu pada fase larva dan pada musim
kemarau, dengan inangnya ialah Terminalia catappa. Tanda dari adanya serangan
hama yaitu terdapat adanya ulat kantong, dengan gejala yang muncul yaitu pada daun
yang berlubang dan berwana kecoklatan sehingga menganggu proses fotosintesis.
Selanjutnya pencegahan dapat dilakukan dengan monitoring dan pengaturan jarak
tanam. Sedangkan pengendalian secara biologis yaitu musuh alaminya yaitu burung
dan pengendalian mekanis dengan diambil ulatnya, serta bisa dilakukan pengendalian
kimia dengan menggunakan insektisida.
Pengendalian hama ulat kantong bisa dilakukan dengan penyemprotan pestisida
berbahan aktif organofosfat, namun dalam penggunaanya harus memperhatikan
waktu dan cara dikarenakan ulat kantong memiliki pelindung yang melindungi ulat
tersebut. Kemudian pengendalian dapat dilakukan dengan menggunakan daun suren.
Pemakaian daun suren sebagai pemberantas hama yang bersifat ramah lingkungan.
Karena menurut uji laboratorium larutan daun suren terhadap ulat kantong
menunjukan tingkat kematian sampai 100% di hari ketujuh. Hal tersebut
dikarenakan daun suren memiliki 41 bahan aktif yang memiliki sifat sapat
menghambat daya makan dari ulat kantong, sehingga tidak mengakibatkan kematian
langsung pada ulat kantong (Hadiati dkk., 2015)

6) Nama Penyakit : Teak Leaf Defoliator dan Skeletonizer


Nama Hama : Hyblea puera dan Eutectona machaeralis
Ordo : Lepidoptera
Penyakit Teak Leaf Defoliator disebabkan oleh ulat Hyblea puera,dan penyakit
Skeletonizer yang disebabkan oleh hama Eutectona machaeralis. Dengan kedua
hama tersebut berasal dari ordo Lepidoptera yang memiliki tipe mulut pada larva
yaitu pengunyah dan termasuk serangga jenis holometabola, yaitu bermetamorfosis
sempurna. Tanda yang muncul dari kedua hama tersebut ialah ditemukanya ulat.
Lalu untuk gejala agak berbeda yaitu apabila penyakit Teak Leaf Defoliator daunya
belubang dan hanya tersisa bagian tulang primer daun dan tulang sekunder daun.
Sedangkan pada penyakit Skeletonizer menyisakan bagian daun yaitu tulang primer,
sekunder dan tersier daun.
Hama defoliator dengan hama Hyblea puera dan Eutectona machaeralis
merupakan hama pada tanaman jati, yang menyerang pada bagian daun. Kemudian
untuk hama Hyblaea puera hama pemakan daun yang cara menyerangnya pada fase
larva. Awalnya yiatu larva memakan bagian daun yang lunak, lalu meninggalkan
urat-urat pada dan tulang-tulang daun dan ulat dewasa akan memakan seluruh bagian
daun keculai tulang daun yang besar. Sedangkan pada hama Eutectona
machaeralis,hama pemakan daun yang menyerang bagian jaringan parenkim yang
berwarna hijau dan bagian lunak diantara tulang-tulang dan urat-urat daun (Umarella
dkk., 2016).
Ulat Hyblea puera,sering disebut dengan ulat jati dikarenakan jenis ulat sering
menyerang pada daun jati. Namun jenis imago yang ditemukan pada batang tanaman
jati bersifat tidak menganggu kehidupan tanaman. Sedangkan hama ulat ini akan
menyerang pada tanaman jati yang diawali pada musim penghujan (Napitu dkk.,
2018).
Selanjutnya penceegahan yang dapat dilakukan ialah dengan cara monitoring dan
pengaturan jarak tanam. Kemudian untuk pengendalian secara mekanik dengan
mengambil ulat tersebut, dan pengendalian secara biologis dengan menggunakan
musuh alaminya yaitu semut atau belalang sembah, lalu pengendalian secara kimia
dengan menggunakan vaksin MRV.

7) Nama Penyakit : Serangga Penghisap Cairan Pohon


Nama Hama :Scale Insect(Fam. Coccideae)
Ordo : Hemiptera
Penyakit serangga penghisap cairan pohon, dengan nama hama Scale Insect(Fam.
Coccideae),termasuk dalam ordo hemiptera. Yang memiliki tipe mulut ialah tipe
mulut pencucuk dan penghisap. Kemudian termasuk dalam jenis hemimetabola yaitu
metamorfosis tidak sempurna. Tanda yang muncul dari serangan hama yaitu
ditemukanya serangga yaitu di dalam bintil. Bintil-bintil yang terdapat pada bagian
tumbuhan tersebut biasanya ditemukan serangga. Lalu gejala yang timbul ialah
daunya layu dan kering, dan bagian batang serta cabang pohon juga mengalami
kekeringan. Selanjutnya pencegahan dilakukan dengan cara monitoring dan
pengaturan jarak tanam. Sedangkan pengendalian secara mekanis yaitu dengan bintil
hitam dihilangkan atau diambil, dan pengendalian biologis dengan menggunakan
musuh alami, lalu untuk pengendalian secara kimia dengan pemberian insektisida.
Serangga penghisap cairan tumbuhan, menyerang pada jaringan floem atau xylem
dengan cara mengisap cairan. Akibat dari adanya penghisapan cairan tersebut,
terhambatnya pertumbuhan akar dan daun yang terbentuk menjadi sedikit. Kemudian
pada serangga penghisap cairan tumbuhan memiliki tipe mulut mandibula dan
maksila dan membentuk stilet. Dari stilet yang tajam, dan panjang membuat hama
serangga bisa menembus jaringan jauh yang berada dibawah epidermis. Stilet
tersebut dapat dilihat dari alat stilet fotofag hemiptera yaitu dengan proses penetrasi
stilet masuk ke dalam jaringan tumbuhan (Nuraeni, 2020).

8) Nama Penyakit : Kerusakan semai jati


Nama Hama : Scale Insect(Fam.Pseudococci)
Ordo : Hemiptera

Penyakit kerusakan semai jati, dengan nama hama Scale


Insect(Fam.Pseudococci), yang termasuk dalam ordo hemiptera. Dengan tipe mulut
berupa tipe mulut pencucuk dan penghisap. Lalu hama serangga ini menyerang pada
fase imago dan pada awal musim kemarau. Tanda yang muncul dari adanya serangan
hama yaitu adanya sekresi berwarna putih (bekas sekresi) yang sering disebut dengan
kutu putih. Kemudian kutu putih tersebut bersimbiosis dengan semut yang dijadikan
sebagai sumber makanan bagi semut yang mengandung glukosa. Sedangkan gejala
yang muncul yaitu daun layu dan kering.
Hama ini biasanya menyerang bagian tanaman yaitu pucuk daun yang memiliki
jaringan meristem. Kemudian akan mengakibatkan pucuk daun yang diserang hama
akan menjadi keriting dan berakibat tumbuh tanaman menjadi abnormal. Maka dari
itu hama ini sering menyerang tanaman jati pada tingkat tumbuh semai (Pattiwael,
2018).
Kutu putih ini akan menempel pada pertulangan daun yaitu diantara pertemuan
daun dan batang yang masih muda. Kemudian hama ini menyerang dengan cara
menghisap cairan tanaman, dikarenakan hama serangga ini memiliki tipe mulut yaitu
tipe penghisap. Adanya cairan tanaman yang diserap oleh hama serangga
mengakibatkan tanaman menjadi layu kemudian akan bekerut dan menguning dan
akan gugur (Rampung dkk., 2020).
Selanjutnya pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan cara monitoring dan
adanya pengaturan jarak tanam. Sedangkan untuk pengendalian mekanis dengan cara
diambil atau dikerok kutu putih tersebut, pengendalian kimia dengan cara furadan
yaitu insektisida berupa pupuk ataupun bisa menggunakan larutan sabun.

V. KESIMPULAN
Dari pratikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Kerusakan hutan yang diakibatkan karena serangga tergantung dengan jenis
serangga hama. Bentuk kerusakan berdasarkan dengan bagian tumbuhan yang
diserang yaitu terdiri dari serangga perusak daun, serangga penggerek batang,
serangga pengisap cairan pohon, serangga perusak pucuk dan cabang serta
serangga perusak anakan.
2. Bentuk kerusakan pada serangga perusak daun yaitu hamanya berupa
Pteroma plagiopheleps (Ulat Kantong) dengan gejala daun berlubang dan
berwarna coklat, lalu serangga penggerek batang disebabkan oleh hama
Xystrocera festiva gejala yang timbul yaitu adanya lubang gerek yang bersifat
geokstatis positif, dan, hama Xyleutes ceramica gejala berupa lubang gerek
bersifat geokstatis negatif, sedangkan pada serangga perusak batang oleh
hama Caprocernes curfignatus (Rayap Basah) gejala berupa batang
berlubang dan keropos, serangga perusak daun oleh ulat Hyblea puera (Teak
Leaf Defoliator) dan ulat Eutectona machaeralis (Skeletonizer) gejala yaitu
daun berlubang .Lalu kerusakan oleh serangga penghisap cairan pohon
dengan hama Scale Insect( Fam. Coccidae) gejala daun mengalami layu dan
kering, dan kerusakan semai jati oleh Scale Insect (Fam. Pseudococci berupa
kematian pada semai).
3. Mengenal ciri morfologi serangga pada tanaman hutan, yaitu berupa dengan
adanya perbedaan tipe mulut pada setiap ordo serangga hama. : Homoptera
memiliki tipe mulut berupa pencucuk dan pengisap. Ordo Isoptera dengan
tipe mulut pengigit atau pengunyah. Ordo Coleoptera dengan tipe mulut
penggigit dan pengunyah. Ordo Lepidoptera tipe mulut pada larva yaitu
pengunyah. Lalu ordo Hemiptera dengan tipe mulut ialah tipe mulut
pencucuk dan penghisap.
4. Gejala kerusakan tanaman dari hasil hutan yang disebakan oleh serangga,
yaitu memiliki ciri dari bekas bagian tumbuhan yang dimakan oleh serangga.
Lalu dari bekas gigitan tersebut bisa diidentifikasi dengan tipe mulut setiap
ordo, jadi kerusakan akibat dari hama serangga dapat langsung diketahui
dengan ditemukanya serangga tersebut atau bekas sekeresi. Kemudian jika
dibandingkan dengan kerusakan yang disebabkan oleh penyebab lain biasaya
gejalanya akan timbul perlahan-lahan dan baru terlihat ketika sudah terinfeksi
parah.

VI. DAFTAR PUSTAKA


Anggraeni, I., & Ismanto, A. 2017. Keanekaragaman Jenis Ulat Kantong Yang
Menyerang Di Berbagai Pertanamanan Sengon (Paraserianthes falcataria (L).
Nielsen) di Pulau Jawa. Sains Natural. Vol 3(2): 184-192.

Firmansyah, A. P. 2017. Pengantar Perlindungan Tanaman. Makassar. CV. Inti


Media.

Hadiati, S., dan Apriyanti, L.H. 2015. Bertanam Jambu Biji di Pekarangan. Jakarta.
Agriflo.

Latumahina, F. S., Wattimea, C. M., Sahusilawane, A.M., Kembauw, E., Tjoa, M.,
Lelloltery, H., Tuheteru, F.D., Mardiatmoko, G.M., Abdulah, L dan Cahyono,
T.D. 2020. Pengelolaan Hutan untuk Kemakmuran Masyarkat Pulau-
Pulau Kecil di Maluku. Yogyakarta. Deepublish.
Mulyana, D., dan Asmarahman, C. 2010. 7 Jenis Kayu Penghasil Rupiah. Jakarta. Pt
AgroMedia Pustaka.

Napitu, B., Bintani, K. M., & Pandjaitan, P. B. (2018). Inventarisasi Hama Tanaman
Jati Unggul Nusantara di Kebun Percobaan Universitas Nusa Bangsa Cogreg,
Bogor. Nusa Sylva. Vol 12(2): 35-46.

Nuraeni, Sitti. 2020. Perlindungan dan Pengamanan Hutan. Makassar. Fakultas


Kehutanan Universitas Hasanuddin.
Nuraeni, Y., Anggraeni, I., & Nuroniah, H. S. 2016. Keanekaragaman Serangga
Yang Berpotensi Hama Pada Tanaman Kehutanan. In Seminar Nasional PBI.
Vol 1(1): 1-9

Pattiwael, M. 2018. Analisis Tingkat Kerusakan Tanaman Jati (Tectona grandis Lf)
Akibat Serangan Hama di Kelurahan Klamalu Distrik Mariat Kabupaten
Sorong. Ilmiah Pertanian dan Kehutanan. Vol 5(2): 89-96.

Ramadhan, M., Naemah, D., dan Yamani, A. 2020. Analisis Intensitas Kerusakan
Mahoni (Swietenia Mahagoni) Akibat Serangan Hama Dan Penyakit
Tumbuhan. Sylva Scienteae. Vol 3(4) : 667-674.
Rampung, A. M., Seran, W., & Rammang, N. 2020. Identifikasi Hama Pada
Tanaman Jati (Tectona Grandis Lf) Di Udukama, Kecamatan Tasifeto Barat,
Kabupaten Belu. Wana Lestari. Vol 2(1): 21-27.

Sastrahidayat, Rochdjatun. I. 2013. Epidemiologi Kuantitatif Penyakit Tumbuhan.


UB Press.
Supriatna, A. H., Haneda, N. F., & Wahyudi, I. 2017. Sebaran Populasi, Persentase
Serangan, Dan Tingkat Kerusakan Akibat Hama Boktor Pada Tanaman
Sengon: Pengaruh Umur, Diameter, Dan Tinggi Pohon. Silvikultur Tropika.
Vol 8(2): 79-87.

Triyogo, A., Sumardi, S., & Trisyono, Y. A. (2019). Identifikasi Hama Penggerek
Batang dan Deskripsi Kerusakan pada Tanaman Melina (Gmelina
arborea). Biota: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati, 15(1), 141-148.

Ulyani, U., Rusdy, A., & Hasnah, H. 2019. Preferensi Arthropoda terhadap Warna
Perangkap pada Pertanaman Kopi Arabika di Desa Atang Jungket Kabupaten
Aceh Tengah. Ilmiah Mahasiswa Pertanian. Vol 4(2): 168-177.

Umarella, U., & Karepesina, S. 2016. Inventarisasi Hama Pada Areal Tanaman Jati
Di Desa Liang Kecamatan Salahutu. BIMAFIKA: Jurnal MIPA,
Kependidikan dan Terapan. Vol 2(2): 235-238.

Wibowo, A., & Anggraeni, P. 2018. POTENSI PENGEMBANGAN STANDAR


NASIONAL INDONESIA (SNI) PRODUK FURNITUR DARI KAYU.
Standardisasi. Vol 20(1): 57-68.

Wikantyoso, B., Himmi, S. K., & Yusuf, S. (2017, October). Laporan Kasus
Serangan Rayap pada Buah Mangga: Sebuah Fleksibilitas Perilaku Makan?.
In Seminar Nasional PEI Cabang.Vol 1(1) : 1-6.

VII. LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai