Oleh :
NIM : 19/442295/KT/08993
I. TUJUAN
Pratikum ini dilakukan bertujuan untuk :
1. Mengenal kerusakan hutan akibat serangan serangga hama penyebab
2. Mengenal serangga penyebab kerusakan hutan yang menyertai gejala yang
tampak
3. Mengenal ciri morfologi serangga pada tanaman hutan
4. Dapat membedakan gejala kerusakan tanaman dari hasil hutan yang disebabkan
oleh serangga dengan kerusakan yang disebabkan oleh penyebab lainya.
Penyakit yang disebabkan oleh serangga perusak pucuk dengan nama hama
Heteropsila cubana (Kutu Loncat) yang termasuk dalam ordo Homoptera dengan
inang berupa lamtoro. Ordo homoptera memiliki tipe mulut berupa pencucuk dan
pengisap. Termasuk dalam serangga holometabola yaitu memiliki metamorfosis yang
sempurna, dengan fase menyerang pada tanaman yaitu pada fase imago dengan cara
menghisap cairan pada musim kemarau. Tanda yang muncul yaitu ditemukanya
serangga kutu loncat tersebut. Kemudian gejalanya berupa pucuk dan daun muda
mulai menguning dikarenakan cairan tanaman sudah habis diserap oleh kutu loncat
yang diawali dengan pucuk layu, lalu mengering dan bisa menyebabkan kematian.
Gejala yang timbul sesuai dengan pendapat Ulyani dkk (2019), yaitu kutu loncat
mengakibatkan defoliasi dan serangan yang cukup parah hingga mengakibatkan
kematian pada suatu tanaman. Pohon lamtoro memiliki musuh utama yaitu berupa
hama kutu loncat. Kutu loncat menyerang pada bagian tanaman berupa tangkai,
kuncup daun, tunas dan daun muda, sehingga sangat menghambat proses
pertumbuhan lamtoro.
Menurut Firmansyah (2017), Kutu loncat ialah hama lamtoro yang mengakibatkan
daun- daunya mati. Kemudian dalam pengendalian hama ini cukup sulit dikarenakan
hama kutu loncat ini termasuk hama yang baru di indonesia. Karena pada tahun
1980-an pohon lamtoro didatangkan dari Amerika sehingga predator alami nya juga
berasal dari Amerika yaitu predator Curinus coeruleus Mulsant. Maka dari itu
pengedalian yang cukup sulit untuk dilakukan, dan pada saat mendatangkan pohon
lamtoro tersebut sudah terinfeksi dengan kutu loncat.
Pencegahan yang dapat dilakukan yaitu pengaturan jarak tanam, monitoring,
pembersihan gulma. Lalu pengendalian secara mekanis dengan dilakukanya
pemangkasan, secara biologis dengan musuh alaminya yaitu berupa kepik, kumbang
toksi, dan pengendalian secara kimia menggunakan insektisida.
Penyakit yang disebabakan oleh serangga perusak batang, dengan nama hama
yaitu Caprocernes curfignatus (Rayap Basah), yang termasuk dalam ordo Isoptera.
Dengan tipe mulut pengigit atau pengunyah, lalu termasuk dalam jenis holometabola
yaitu metamorfosis sempurna. Mekanisme penyerangan pada fase nimfa secara
berkoloni.
Rayap ialah jenis serangga perusak kayu sehingga merupakan hama tanaman yang
berdampak sangat merugikan. Lalu rayap merupakan serangga selulolitik yang
menyebar pada suatu ekosistem dengan rentang dan distribusi yang luas. Karena
rayap mampu membangun koloninya di area hutan, ataupun padang rumput bahkan
di tempat dekat dengan aktivitas manusia yaitu pada perkebunan dan perumahan
(Wikantyoso dkk., 2017).
Kemudian ciri-ciri dari rayap basah yaitu rayap yang menyerang kayu mati dan
lembab. Lalu rayap basah ini bersarang dalam, namun tidak berhubungan dengan
tanah. Sehingga seranganya pada kayu basah atau lembab ataupun pohon mati yang
sudah membusuk. Rayap basah akan membuat sarang dalam kayu yang membusuk
atau basah seperti tonggak-tonggak kayu ataupun kayu gelondongan. Rayap basah
tidak memiliki kasta pekerja sehingga tugas pekerja dilakukan oleh nimfa, maka dari
itu penyerangan oleh rayap basah dilakukan pada fase nimfa (Wibowo dkk., 2018).
Gejala yang muncul yaitu pada batang terdapat lubang dan keropos, sedangkan
untuk tanda yaitu terdapatnya rumah serta hama rayap basah. Selanjutnya
pengendalian secara mekanis dilakukan dengan dikeroknya rumah atau ditebang
bagian batang yang telah rusak oleh hama, pengendalian secara biologis dengan cara
mendatangkan musuh alami yaitu seperti aves, dan pengendalian secara kimia ialah
berupa pemberian insektisida. Sedangkan pencegahan dilakukan dengan adanya
pengaturan jarak tanam sera pembersihan gulma.
Kerusakan yang diakibatkan oleh serangga penggerek batang, dengan nama hama
Xystrocera festiva,yang termasuk dalam ordo Coleoptera dengan tipe mulut penggigit
dan pengunyah. Merupakan jenis serangga yang holometabola atau bermetamorfosis
sempurna, Dengan mekanisme penyerangan pada fase larva tidak tergantug dengan
musim. Tanda dari serangga penggerek batang ini, yaitu ditemukanya serbu gerek
dan hasil sekresi dari serangga tersebut. Lalu gejala yang timbul dari serangan hama
yaitu terdapat lubang gerek (arah gerek, geokstasis positif yang arahnya ke bawah).
Serangan yang terjadi secara berulang-ulang, dengan jumlah larva boktor yang
semakin bertambah akan menyebabkan kematian pada pohon. Serangan boktor ini
juga mengakibatkan patahnya batang bagian yang diserang oleh hama. Patahnya
batang tersebut terjadi karena terkena terpaan angin. Adanya kerusakan pada batang
sengon dengan berupa adanya lubang dan saluran gerek mengakibatkan volume serta
kualitas kayu yang dihasilkan menurun (Supriatna dkk., 2017).
Hama penggerek batang sengon yaitu Xystrocera festiva, hama ini sering disebut
dengan hama boktor. Serangan pada hama ini yaitu diawali dengan kumbang betina
meletakkan telur dengan jumlah yang banyak secara berkelompok. Kemudian telur
berkembang menjadi larva, dan fase larva ini merupakan fase yang akan merusak
pada tanaman sengon. Penyerangan tersebut dengan cara larva mulai memakan kulit
bagian dalam beserta dengan kayu gubal pada bagian luar (Nuraeni dkk., 2016).
Pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dilakukan multikultur atau monitoring.
Selanjutnya pengendalian secara biologi dengan cara mendatangkan musuh alaminya
yaitu berupa jamur Beaufera baesena. Lalu pengendalian secara mekanis yaitu
dengan cara ditebang, dan pengendalian secara kimia dengan pemberian insektisida.
Serangga penggerek batang, dengan hama berupa Xyleutes ceramica atau sering
disebut dengan ngengat, merupakan ordo lepidoptera. Pada ordo lepidotera tipe
mulut fase larva yaitu tipe mulut penggigit dan pengunyah, kemudian pada fase
imago yaitu tipe mulut pencucuk dam penghisap. Kemudian termasuk jenis
holometabola yaitu metamorfosis sempurna.
Serangga penggerek batang menyerang pada fase larva, dengan inang yaitu
Gmelina arborea. Tanda dari serangan hama yaitu ditemukannya serbuk gerek dan
lubang gerek (arah geokstatis negatif yaitu arah ke atas). Hama akan memulai
seranganya dengan memakan empulur pada batang tanaman. Kemudian hama
serangga ini memiliki satu lubang saja untuk jalur masuk dan keluar si ngengat. Hal
tersebut sesuai dengan pendapat Triyogo dkk (2019), yaitu tipe kerusakan akibat
serangga Xyleutes ceramica yaitu berupa gerekan tunggal dengan arah gerekan
cenderung ke atas bagian pohon. Sehingga serangan larva bersifat negatif geokstasis,
bergerak ke arah tajuk pohon. Karena pada arah ke tajuk pohon banyak tersedianya
bahan nutrisi dan banyak bagian kayu yang masih muda. Lalu larva akan bergerak
terus mencapai empulur berubah bergerak vertikal ke arah tajuk. Lalu larva akan
berdiam diri pada bagian tersebut dan berkembang menjadi fase prapupa dan larva
kembali bergerak turun ke arah lubang masuk.
Selanjutnya pencegahan terhadap hama Xyleutes ceramica ialah dengan cara
multikutur. Lalu pengendalian secara mekanis dengan cara ditebang, dan secara
biologis dengan menggunakan musuh alaminya dan kimia dengan cara
penyemprotan fumigan. Hal tersebut sesuai dengan Mulyana (2010), cara
pengendalian hama penggerek batang dilakukan dengan penggunaan insektisida
fumigan, namun pemberian fumigan harus perlu diatur dengan praktis silvikultur dan
pengendalian mekanis. Praktik silvikultur bisa dengan cara mengatur tanaman yang
ditumpangsarikan, dengan memilih tanaman tumpang sari yang berumur pendek agar
ruang tumbuh di bawah tajuk pohon tidak terlalu lembab. Kemudian adanya
pengendalian mekanis apabila kondisi batang sudah parah terinfeksi oleh hama.
V. KESIMPULAN
Dari pratikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Kerusakan hutan yang diakibatkan karena serangga tergantung dengan jenis
serangga hama. Bentuk kerusakan berdasarkan dengan bagian tumbuhan yang
diserang yaitu terdiri dari serangga perusak daun, serangga penggerek batang,
serangga pengisap cairan pohon, serangga perusak pucuk dan cabang serta
serangga perusak anakan.
2. Bentuk kerusakan pada serangga perusak daun yaitu hamanya berupa
Pteroma plagiopheleps (Ulat Kantong) dengan gejala daun berlubang dan
berwarna coklat, lalu serangga penggerek batang disebabkan oleh hama
Xystrocera festiva gejala yang timbul yaitu adanya lubang gerek yang bersifat
geokstatis positif, dan, hama Xyleutes ceramica gejala berupa lubang gerek
bersifat geokstatis negatif, sedangkan pada serangga perusak batang oleh
hama Caprocernes curfignatus (Rayap Basah) gejala berupa batang
berlubang dan keropos, serangga perusak daun oleh ulat Hyblea puera (Teak
Leaf Defoliator) dan ulat Eutectona machaeralis (Skeletonizer) gejala yaitu
daun berlubang .Lalu kerusakan oleh serangga penghisap cairan pohon
dengan hama Scale Insect( Fam. Coccidae) gejala daun mengalami layu dan
kering, dan kerusakan semai jati oleh Scale Insect (Fam. Pseudococci berupa
kematian pada semai).
3. Mengenal ciri morfologi serangga pada tanaman hutan, yaitu berupa dengan
adanya perbedaan tipe mulut pada setiap ordo serangga hama. : Homoptera
memiliki tipe mulut berupa pencucuk dan pengisap. Ordo Isoptera dengan
tipe mulut pengigit atau pengunyah. Ordo Coleoptera dengan tipe mulut
penggigit dan pengunyah. Ordo Lepidoptera tipe mulut pada larva yaitu
pengunyah. Lalu ordo Hemiptera dengan tipe mulut ialah tipe mulut
pencucuk dan penghisap.
4. Gejala kerusakan tanaman dari hasil hutan yang disebakan oleh serangga,
yaitu memiliki ciri dari bekas bagian tumbuhan yang dimakan oleh serangga.
Lalu dari bekas gigitan tersebut bisa diidentifikasi dengan tipe mulut setiap
ordo, jadi kerusakan akibat dari hama serangga dapat langsung diketahui
dengan ditemukanya serangga tersebut atau bekas sekeresi. Kemudian jika
dibandingkan dengan kerusakan yang disebabkan oleh penyebab lain biasaya
gejalanya akan timbul perlahan-lahan dan baru terlihat ketika sudah terinfeksi
parah.
Hadiati, S., dan Apriyanti, L.H. 2015. Bertanam Jambu Biji di Pekarangan. Jakarta.
Agriflo.
Latumahina, F. S., Wattimea, C. M., Sahusilawane, A.M., Kembauw, E., Tjoa, M.,
Lelloltery, H., Tuheteru, F.D., Mardiatmoko, G.M., Abdulah, L dan Cahyono,
T.D. 2020. Pengelolaan Hutan untuk Kemakmuran Masyarkat Pulau-
Pulau Kecil di Maluku. Yogyakarta. Deepublish.
Mulyana, D., dan Asmarahman, C. 2010. 7 Jenis Kayu Penghasil Rupiah. Jakarta. Pt
AgroMedia Pustaka.
Napitu, B., Bintani, K. M., & Pandjaitan, P. B. (2018). Inventarisasi Hama Tanaman
Jati Unggul Nusantara di Kebun Percobaan Universitas Nusa Bangsa Cogreg,
Bogor. Nusa Sylva. Vol 12(2): 35-46.
Pattiwael, M. 2018. Analisis Tingkat Kerusakan Tanaman Jati (Tectona grandis Lf)
Akibat Serangan Hama di Kelurahan Klamalu Distrik Mariat Kabupaten
Sorong. Ilmiah Pertanian dan Kehutanan. Vol 5(2): 89-96.
Ramadhan, M., Naemah, D., dan Yamani, A. 2020. Analisis Intensitas Kerusakan
Mahoni (Swietenia Mahagoni) Akibat Serangan Hama Dan Penyakit
Tumbuhan. Sylva Scienteae. Vol 3(4) : 667-674.
Rampung, A. M., Seran, W., & Rammang, N. 2020. Identifikasi Hama Pada
Tanaman Jati (Tectona Grandis Lf) Di Udukama, Kecamatan Tasifeto Barat,
Kabupaten Belu. Wana Lestari. Vol 2(1): 21-27.
Triyogo, A., Sumardi, S., & Trisyono, Y. A. (2019). Identifikasi Hama Penggerek
Batang dan Deskripsi Kerusakan pada Tanaman Melina (Gmelina
arborea). Biota: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati, 15(1), 141-148.
Ulyani, U., Rusdy, A., & Hasnah, H. 2019. Preferensi Arthropoda terhadap Warna
Perangkap pada Pertanaman Kopi Arabika di Desa Atang Jungket Kabupaten
Aceh Tengah. Ilmiah Mahasiswa Pertanian. Vol 4(2): 168-177.
Umarella, U., & Karepesina, S. 2016. Inventarisasi Hama Pada Areal Tanaman Jati
Di Desa Liang Kecamatan Salahutu. BIMAFIKA: Jurnal MIPA,
Kependidikan dan Terapan. Vol 2(2): 235-238.
Wikantyoso, B., Himmi, S. K., & Yusuf, S. (2017, October). Laporan Kasus
Serangan Rayap pada Buah Mangga: Sebuah Fleksibilitas Perilaku Makan?.
In Seminar Nasional PEI Cabang.Vol 1(1) : 1-6.
VII. LAMPIRAN