PARIWISATA
ACARA IV
PEMBUATAN INSTRUMEN PENILAIAN POTENSI PRODUK WISATA ALAM
DENGAN MENGGUNAKAN METODE GUNN (1979) YANG DIMODIFIKASI
Oleh :
NIM : 19/442295/KT/08993
ABSTRAK
Pratikum ini bertujuan untuk mampu mempraktikkan pembuatan instrumen
penilaian potensi produk wisata alam dengan menggunakan Metode Gunn (1979)
yang telah dimodifikasi. Penilaian potensi wisata alam pada praktikum ini dilakukan
di Taman Nasional Gunung Merapi dengan menggunakan Metode Gunn (1979) yang
dimodifikasi. Metode Gunn (1979) merupakan salah satu metode untuk menilai
potensi pengembangan wisata alam suatu lokasi. Pada praktikum ini, data diperoleh
dari sumber data sekunder dan data atau informasi yang tertayang di video maupun
dari berbagai sumber. Dengan melakukan penilaian 3 elemen produk wisata yang
digambarkan dalam 9 faktor. Kemudian dari pratikum yang dilakukan didapatkan
nilai indeks pada 9 faktor yaitu apabila faktor air, kehidupan air sebesar 15, faktor
penutupan vegetasi, satwa liar, satwa pengganggu bernilai sebesar 18, faktor iklim,
atmosfir dan topografi, tanah, geologi bernilai indeks sebesar 12, lalu faktor sejarah,
etnisitas, arkeologi, legenda bernilai sebesar 6, faktor estetika bernilai 13, faktor
institusi, industri, atraksi bernilai 5, faktor pusat-pusat pelayanan bernilai 4 serta
faktor transportasi, akses sebesar 15, dengan nilai total indeks sama dengan 100.
Kata kunci: wisata alam, potensi, metode Gunn
I. TUJUAN
Tujuan dari pratikum Acara IV ini adalah mahasiswa dapat mempraktikkan
pembuatan instrumen penilaian potensi produk wisata alam dengan menggunakan
Metode Gunn (1979) yang telah dimodifikasi.
dilakukan penentuan
dilakukan bobot daru
pengamatan tabel kesembilan faktor
dibuat rentang skla
indeks faktor dengan dilakukan
dari pembobotan
produksi wisata pengamatan
nilai tersebut
alam destinasi terhadap situasi
Gunn(1979) Taman Nasional
Gunung Merapi
V. HASIL
Tabel 1. Tabel Indeks Faktor Produksi Wisata (Alam) Destinasi (Gunn, 1979)
sebagai Konsep Acuan dalam Membuat Konsep Penilaian Potensi Produk Wisata
Alam pada Kawasan Hutan yang Dikaji
Skala
No. Faktor Index Sangat
Lemah Sedang Kuat Sangat Kuat
Lemah
1 Air, kehidupan air 15 0 1-4 5-8 9-12 15
Penutupan vegetasi, satwa
2 18
liar, satwa pengganggu 0 1-6 7-12 13-18 18
3 Iklim, atmosfir 12 0 1-3 4-6 7-9 10-12
4 Topografi, tanah, geologi 12 0 1-3 4-6 7-9 10-12
Sejarah, etnisitas, arkeologi,
5 6
legenda 0 1-2 3-4 5 6
6 Estetika 13 0 1-4 5-8 9-12 13
7 Institusi, industri, atraksi 5 0 1 2-3 4 5
8 Pusat-pusat pelayanan 4 0 1 2 3 4
9 Transportasi, akses 15 0 1-4 5-8 9-12 15
JUMLAH 100
VI. PEMBAHASAN
Pada pratikum acara 4 ini dijelaskan tentang bagaimana menghitung potensi
produk wisata alam dengan menggunakan metode Gunn (1979), dalam pratikum ini
menggunakan data sekunder berasal dari dokume atau publikasi, dengan mengamati ti
kondisi dan situasi Taman Nasional Gunung Merapi. Dalam metode Gunn (1979) ini
dilakukan penilaian terhadap ketiga elemen produk wisata alam yaitu atraksi,
aksesibilitas dan amenitas. Dari ketiga elemen tersebut, tergambarkan pada penilaian 9
faktor yaitu untuk elemen atraksi alam terdiri dari faktor air, kehidupan air, faktor
penutupan vegetasi satwa liat, satwa pengganggu, faktor iklim, atmosfir, faktor
topografi, tanah, geologi dan faktor estetika. Kemudian untuk elemen amenitas terdiri
dari faktor sejarah, etnisitas, arkeologo, legenda, faktor institusi, industri, atraksi dan
faktor pusat-pusat pelayanan, sedangkan untuk elemen aksesibilitas terdiri dari faktor
transportasi, akses.
Dalam metode Gunn (1979), mengatakan bahwa apabila suatu obyek wisata alam
akan bersifat kawasan yang potensial untuk dikembangkan, apabila memiliki
komponen-komponen potensial yang dapat dikembangkan. Menurut Gunn (1979),
suatu aspek daya tarik pariwisata dapat berkembang di suatu wilayah. Karena pada
dasarnya pada suatu wilayah memiliki daya tarik yang dapat mendorong wisatawan
untuk mengunjungi tempat wisata. Daya tarik tersebut bukan hanya atraksi yang ada di
tempat wisata tersebut namun juga adanya daya tarik wisata berupa perjalanan
berpetualang (Akib, 2018). penilaian potensi tersebut memperhatikan beberapa aspek
untuk pengembangan wisata. Menurut Gunn (1979), aspek tersebut terdiri dari aspek
daya tarik wisata yaitu aspek yang berkaitan dengan daya tarik yang dapat mendorong
wisatawan untuk dapat mengunjunginya. Lalu ada aspek akesesibilitas yang berkaitan
dengan komponen infrastruktur yang penting dalam destinasi baik itu fisik atau non
fisik, kemudian juga ada aspek aktivitas dan fasilitas yang bermanfaat untuk sebagai
pelengkap untuk memenuhi kebutuhan wisatawan (Danar dan Widodo., 2018).
Kelebihan dalam metode priskin ini yaitu dapat melakukan penilaian potensi pada
setiap elemen produk wisata alam, lalu dalam penilaian menggunakan pengisian nilai
index pada setiap elemen yang tergambarkan pada ke-sembilan faktor produk wisata
alam, maka dari itu dalam penilaian potensi produk wisata alam menggunakan metode
Gunn lebih mudah diterapkan dan lebih mudah dipahami dan hasil pengamatan yang
didapat lebih rinci karena metode ini juga menganalisis elemen-elemen vital sumber
daya tarik pariwisata yang terdapat di daerah tujuan atau destinasi wisata. Sedangkan
kekurangan dari metode Gunn yaitu hasil pengamatan yang bersifat subyektif karena
berdasarkan pengamatan dari apa yang ada di lokasi sehingga setiao orang akan
memiliki penilaian indeks yang berbeda-beda, kemudian hasil pengamatan kurang bisa
representatif dengan kesuluruhan kondisi pada tempat wisata.
Untuk pembuatan tabel tabel indeks, pertama dilakukan pengamatan terhadap
Tabel Indeks Faktor Produk Wisata (Alam) Destinasi (Gunn, 1979) sebagai Konsep
Acuan dalam Membuat Instrumen Penilaian Potensi Produk Wisata Alam pada
Kawasan Hutan yang Dikaji, kemudian untuk penentuan nilai indeks dari kesembilan
faktor, dengan kesembilan faktor termasuk dalam ketiga elemen produk wisata alam
yaitu atraksi alam, aksesibilitas dan amenitas. Dengan elemen atraksi alam terdiri dari
faktor air, kehidupan air, faktor penutupan vegetasi satwa liat, satwa pengganggu,
faktor iklim, atmosfir, faktor topografi, tanah, geologi dan faktor estetika dengan total
nilai 70. Kemudian untuk elemen amenitas terdiri dari faktor sejarah, etnisitas,
arkeologo, legenda, faktor institusi, industri, atraksi dan faktor pusat-pusat pelayanan
dengan nilai bobot maksimum 15, sedangkan untuk elemen aksesibilitas terdiri dari
faktoe transportasi, akses dengan nilai bobot maksimum 15. Kemudian untuk
pembobotan nilai tersebut dengan cara dilakukan pengamatan terhadap situasi dan
kondisi Taman Nasional Gunung Merapi dengan cara mengkali informasi berdasarkan
video atau data sekunder lain yang berkaitan dengan sembilan faktor tersebut. Setalah
dilakukan pembobotan nilai, maka dibuat rentang skala dari sangat lemah hingga saat
kuat, dengan cara memencarkan nilai bobot indeks faktor secara proporsional pada ke-
5 rentang skala. Sehingga tabel indeks bisa digunakan untuk instrumen penilaian
potensi produk wisata alam.
Praktikum kali ini dilakukan pengamatan terhadap Taman Nasional Gunung
Merapi. Dalam melakukan pengamatan pada wisata alam ini dibantu menggunakan
video profil Taman Nasional Gunung Merapi dan data sekunder dari penelitian
ataupun berita terkait. Pengamatan digunakan untuk mengisi tabel indeks faktor
Produk Wisata (Alam) Destinasi (Gunn, 1979). Penilaian kondisi hasil pengamatan
didasarkan tayangan video dan pencarian hasil data sekunder dari penelitian serta
berita terkait. Dari pengamatan didapatkan hasil pada elemen atraksi yang terdiri dari
faktor air, kehidupan air memiliki indeks sebesar 15 dengan alasanya adanya sumber
air yaitu berupa adanya telaga Muncar, Umbulwadon dan lainya. Lalu pada faktor
penutupan vegetasi, satwa liar, satwa penggangu memiliki nilai indeks 18, alasanya
karena adanya primata yang simbolik dari Taman Nasional Gunung Merapi yaitu
Monyet Ekor Panjang di sekitar taman nasional. Kemudian untuk faktor iklim,atmosfir
memiliki nilai indeks sebesar 12, karena adanya intensitas hujan yang tinggi
dikarenakan dataran tinggi, dan pada faktor topografi , tanah, geologi memiliki nilai
indeks sebesae 12 karena topografinya beranekaragam seperti bukit dan pegunungan
yang terjal, serta faktor estetika memiliki nilai indeks sebesar 13 karena adanya
pemandangan yang indah yaitu berupa keterpaduan diversitas flora yang tinggi serta
aspek lainya yang mendukung. Selanjutnya pada elemen amenitas yang terdiri dari
faktor sejarah, etnisitask arkeologi, legenda yang memiliki nilai indeks sebesar 6
karena adanya beraneka ragam sejarah, etnitas, arkeologi dan legenda yang menarik
yang berkaitan dengan letusan gunung merapi. Lalu pada faktor institusi, industri,
atraksi memiliki indeks sebesar 5 karena tersedianya sumber penghidupan yang
melimpah sebagai contoh sumber air. Hal itu mempengaruhi adanya pengembangan
institusi, industri, dan atraksi di sana , lalu pada faktor pusat-pusat pelayanan
memiliki nilai indeks sebesar 4 karena tersedianya pusat pelayan yang cukup
memadai. Kemudian pada elemen aksesibilitas yang tergambarkan pada faktor
transportasi, akses memiliki nilai indeks sebesar 15 karena dapat diakses oleh semua
kendaraan termasuk jeep, namun kondisi jalan agak berlubang, lalu apabila nilai
indeks yang dihasilkan bila dijumlahkan memiliki nilai sebesar 100. Setelah dihasilkan
nilai indeks pada setiap faktor tersebut, maka dapat dibuat rentang pada setiap faktor,
rentang tersebut dibagi menjadi beberapa skal yaitu sangat lemah, lemah, sedang, kuat
dan sangat kuat.
Dari adanya penilaiian potensi produk wisata alam tersebut, akan dapat diperoleh
srategi dalam pengelolaan dan pengembangan obyek wisata. Pengembangan
pariwisata ini diperlukan memerhatikan beberapa aspek terkait komponen produk
wisata alam. Produk wisata alam tersbeut terdiri dari wisatawan, aksesibilitas, atraksi,
amenitas yang berkaitan dengan fasilitas pelayanan serta kondisi lingkungan, karena
dari lingkungan yang terjaga maka akan mendukung suatu kawasan wisata menjadi
daerah tujuan dari para wisatawan (Ramdan dkk., 2016).
Sehingga jika dilihat dari nilai indeks yang diperoleh dari pengamatan diperlukan
adanya prospek pengembangan untuk meningkatkan nilai indeks Taman Nasional
Gunung Merapi yaitu dengan cara menyediakan pusat-pusat pelayanan yang lebih
memadai, dari terpenuhinya pusat-pusat pelayanan tersebut maka akan membangun
juga institusi, industri dan atraksi, karena dengan adanya pusat pelayanan yang
lengkap, akan menarik para pengusahan untuk membangun industri pariwisata yang
membangun fasilitas Taman Nasional Gunung Merapi. Kemudian dari nilai indeks
faktor sejarah, etnisitas, arkeologi dan legenda untuk meningkatkan nilai indeks faktor
tersebut bisa dengan cara membangun museum yang berkaitan dengan sejarahm
etnitas serta legenda tentang letusan gunung merapi, hal ini bisameningkatkan dan
mengembangkan atraksi sejarah yang ada di Taman Nasional Gunung Merapi. Lalu
untuk meningkatkan nilai indeks transpotasi, akses yaitu dengan memperbaiki kondisi
akses jalan menuju Taman Nasional Gunung Merapi. Sedangkan untuk meningkatkan
atraksi alam bisa dengan cara tetap menjaga kondisi diversitas serta lingkungan sekitar
Taman Nasional Gunung Merapi. Lalu menurut Amarrohman dkk (2018), dalam
pengembangan pariwisata harus memadukan dua sisi yaitu sisi permintaan (demand
side) dan sisi pasokan (supply side). Maka dari itu keberhasilan dalam pengembangan
pariwisata suatu daerah tergantung dengan kemampuan perencanaan dalam
menggabungkan kedua sisi tersebut secara seimbang. Maka dari itu dalam
pengembangan Taman Nasional Gunung Merapi harus memadukan sisi permintaan
dari pihak wisatawan dengan sisi pasokan yaitu fasilitas dan atraksi yang dimiliki oleh
Taman Nasional Gunung Merapi, apakah sudah sesuai atau perlu ditingkatkan.
VII. KESIMPULAN
Dari pratikum yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa penilaian
potensi wisata dengan menggunakan metode Gunn memodifikasi data sekunder yang
diperoleh dari video maupun penelitian serta berita terkait. Dan dari hasil pengamatan
didapatkan nilai indeks pada kesembilan faktor yaitu apabila faktor air, kehidupan air
sebesar 15, faktor penutupan vegetasi, satwa liar, satwa pengganggu bernilai sebesar
18, faktor iklim, atmosfir dan topografi, tanah, geologi bernilai indeks sebesar 12, lalu
faktor sejarah, etnisitas, arkeologi, legenda bernilai sebesar 6, faktor estetika bernilai
13, faktor institusi, industri, atraksi bernilai 5, faktor pusat-pusat pelayanan bernilai 4
serta faktor transportasi, akses sebesar 15, dengan nilai total indeks sama dengan 100.
IX. LAMPIRAN
Tabel 2. Alasan Pembobotan Index per Faktor