Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN PRAKTIKUM

PARIWISATA ALAM

ACARA V

PENILAIAN POTENSI PRODUK WISATA ALAM DENGAN


MENGGUNAKAN METODE GUNN (1979), YANG DIMODIFIKASI

Disusun oleh:
Nama : Arifah Nur Afifi
NIM : 20/459079/KT/09244
Co-Ass : Ivania Ayu Puspitasari
Shift : 1 (Kamis, 13.00)

LABORATORIUM PARIWISATA ALAM


DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2021
ACARA V

PENILAIAN POTENSI PRODUK WISATA ALAM DENGAN MENGGUNAKAN


METODE GUNN (1979), YANG DIMODIFIKASI

ABSTRAK

Metode Gunn (1979) merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk menilai
potensi produk wisata, salah satunya wisata alam. Pada praktikum kali ini, metode yang
digunakan yakni metode Gunn (1979) yang telah dimodifikasi. Penilaian potensi wisata alam
yang dilakukan di Taman Nasional Meru Betiri, Jawa Timur. Penilaian potensi wisata alam di
taman nasional ini dilakukan berdasarkan tabel indeks penilaian yang telah dibuat pada
praktikum sebelumnya, untuk selanjutnya penilaian dilakukan pada sembilan faktor yang
dibagi ke dalam beberapa faktor serta masih dibagi ke dalam beberapa parameter. Penilaian
potensi produk wisata alam di Taman Nasional Meru Betiri menunjukkan nilai yang
bervariasi pada masing-masing faktor. Secara keseluruhan, hasil pengamatan menunjukkan
bahwa Taman Nasional Meru Betiri memiliki potensi wisata alam yang tinggi dengan total
dari rerata nilai sembilan faktor sebesar 80,8333; nilai tersebut masuk dalam rentang >60
yang menyatakan bahwa potensi produk wisata alam tinggi.

Kata kunci: Metode Gunn (1979) yang dimodifikasi, penilaian potensi wisata alam, Taman
Nasional Meru Betiri.

ABSTRACT

The Gunn method (1979) is a method that can be used to assess the potential of tourism
products, especially nature tourism. In this practicum, the method used is the Gunn method
(1979) which has been modified. Assessment of the potential for natural tourism conducted in
Meru Betiri National Park, East Java. The assessment of the potential for natural tourism in
this national park is carried out based on the assessment index table that has been made in
the previous practicum, then the assessment is carried out on nine factors which are divided
into several factors and are still divided into several parameters. Th e assessment of the
potential of natural tourism products in Meru Betiri National Park shows varying values for
each factor. Overall, the observations show that Meru Betiri National Park has a high natural
tourism potential with a total of nine factors average value of 80.8333; this value is in the
range >60 which means that the potential for natural tourism products is high.

Keywords: Gunn (1979) modified method, assessment of natural tourism potential, Meru
Betiri National Park.

I. TUJUAN
Tujuan dari praktikum acara V ini adalah agar mahasiswa dapat
memraktikkan prinsip penilaian potensi produk wisata alam dengan Metode Gunn
(1979), yang dimodifikasi.

II. DASAR TEORI


Dalam bidang pariwisata, dikenal tiga elemen penting yakni atraksi,
aksesibilitas, dan amenitas. Ketiga elemen tersebut menjadi komponen penting dalam
pariwisata kaitannya dengan pengelolaan serta pengembangan suatu destinasi wisata
sehingga dapat menarik banyak wisatawan untuk berkunjung pada destinasi wisata
tersebut. Sehingga dalam hal ini, ketiga elemen tersebut menjadi fokus utama dalam
penilaian potensi wisata, khususnya pada wisata alam di hutan atau yang biasa disebut
sebagai ekowisata. Hutan sebagai destinasi wisata mempunyai daya tarik tersendiri
dibandingkan destinasi wisata lain. Daya tarik yang ada biasanya berupa bentang alam
yang luas beserta tingkat keanekaragaman hayatinya yang tinggi. Selain itu, hutan
sebagai pembentuk iklim mikro juga menjadi salah satu daya tarik yang tidak mudah
ditemukan di tempat lain. Wisatawan yang berkunjung ke hutan dengan tujuan
berwisata dapat menikmati atraksi wisata alam sekaligus belajar terkait pentingnya
konservasi hutan beserta lingkungan alam yang ada di sekitar. (Munawar dan Nawir,
2018). Taman Nasional Meru Betiri merupakan salah satu hutan lindung berbasis
taman nasional yang terletak di Jawa Timur. Secara geografis, taman ini berada pada
113°58’38” – 113°58’30” BT dan 8°20’48” – 8°33’48” LS. Taman nasional ini
terletak di dua kabupaten yakni Kabupaten Jember dan Kabupaten Banyuwangi.
Berdasarkan SK Dirjen KSDAE Nomor: SK.382/KSDAE/SET/KSA.0/9/2016 tanggal
30 September 2016, taman nasional ini memiliki luas sebesar 52.626,04 Ha. Taman
Nasional Meru Betiri memiliki total tiga ekosistem hutan yakni hutan rawa, hutan
tropis dataran rendah, serta hutan mangrove.
III. ALAT DAN BAHAN
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum acara V ini adalah sebagai berikut.
Alat :
1. Tabel Indeks Model Gunn (1979)
2. Form/tabel pendukung
3. Laptop/hp
4. Alat tulis
Bahan :
1. Instrumen (hasil kerja praktikum acara IV)
2. Data sekunder (literatur/video)
IV. CARA KERJA
Adapun cara kerja dari praktikum acara V ini adalah sebagai berikut.

• Tabel 1 diperoleh dari data hasil praktikum acara IV.


1.

• Tabel 2 diisi dengan kolom 1-3 berupa elemen, kategori


faktor, dan faktor diisi sesuai tabel 1. Kolom 4 diisi
2. sesuai informasi yang diperoleh dari literatur.

• Tabel 2 kolom 5 diisi berupa data sekunder dari


dokumen data sekunder.
3.

• Tabel 2 kolom 6 diisi berdasarkan data dari kolom 5,


dilakukan penilaian kualitas parameter dengan melihat
4. rentang dari tabel 1.

• Tabel 2 kolom 7 diisi dengan interpretasi kualitas


parameter berdasarkan nilai skala kualitas parameter
5. yang diperoleh dan tertulis di kolom 6.

• Tabel indeks telah selesai dibuat.


6.

• Tabel 3 kolom 1-7 diisi sesuai dengan yang ada pada


tabel 2. Dihitung total nilai indeks dari ke-9 KF.
7.

Total nilai (bobot) indeks dari ke-9 KF akan menjadi gambaran nilai potensi wisata
alam yang dikandung oleh lanskap. Berikut merupakan klasifikasi indeks beserta
interpretasinya.
< 33 = Potensi Produk Wisata Alam Rendah
34 – 67= Potensi Produk Wisata Alam Sedang
>67 = Potensi Produk Wisata Alam Tinggi
V. HASIL DAN PERHITUNGAN
Tabel 1. Tabel Indeks Faktor Produk Wisata (Alam) Destinasi (Gunn, 1979)

Skala
No. Faktor Index Sangat Sangat
Lemah Sedang Kuat
Lemah Kuat
1 Air, kehidupan air 15 0-3 4-6 7-9 10-12 13-15
Penutupan vegetasi, satwa
2 30 0-6 7-12 13-18 19-24 25-30
liar, satwa pengganggu
3 Iklim, atmosfir 5 0-1 2 3 4 5
4 Topografi, tanah, geologi 10 0-2 3-4 5-6 7-8 9-10
Sejarah, etnisitas,
5 6 0 1 2-4 5 6
arkeologi, legenda
6 Estetika 10 0-1 2-3 4-6 7-8 9-10
7 Institusi, industri, atraksi 4 0 1 2 3 4
8 Pusat-pusat pelayanan 5 0 1 2-3 4 5
9 Transportasi, akses 15 0-3 4-6 7-9 10-12 13-15
JUMLAH 100
Tabel 2. Kompilasi Data Awal

Nilai
Kualitas
Paramet
Nilai/Kondisi er
Hasil (berdasa
Pengukuran/Pen rkan
Elemen gamatan (sesuai pada 5
InterpratasiK
N Produk Kategori yang tertulis di rentang
Faktor Parameter ualitas Sumber
o. Wisata Faktor dokumen nilai
Parameter
Alam sumber data paramet
sekunder) (dan er yang
satuannya, jika dibuat
ada) berdasar
kan
pustaka
terkait)
(0) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Supangat, A.B. (2012). Karakteristik
hidrologi berdasarkan parameter
Air,
K Atraksi Debit air Sangat morfometri DAS di kawasan Taman
Kehidup Air 500 m³/detik 14
F1 Alam sungai Kuat Nasional Meru Betiri. Jurnal
an Air
Penelitian Hutan dan konservasi
Alam, 9(3), 275– 283.
Supangat, A.B. (2012). Karakteristik
hidrologi berdasarkan parameter
1.815,1 morfometri DAS di kawasan Taman
Runoff Lemah 5
mm²/detik Nasional Meru Betiri. Jurnal
Penelitian Hutan dan konservasi
Alam, 9(3), 275– 283.
Fatmawati, N., Mustapit, & Sofia.
Penutup (2018). Faktor-Faktor Yang
an Komposisi Mendasari Masyarakat Sekitar
Jumlah Jenis Sangat
Vegetasi Jenis 518 28 Taman Nasional Meru Betiri dalam
Pohon Kuat
K Atraksi , Satwa Vegetasi Mengekploitasi Rafflesia
F2 Alam Liar, Zollingeriana Kds. JSEP 11(2), 55-
Satwa 65.
Penggan
Sangat
ggu Satwa Liar Jenis Satwa 336 26
Kuat
Sangat suhu taman nasional meru betiri -
Suhu
K Atraksi Iklim, 26° C Kuat 5 Penelusuran Google
Iklim
F3 Alam atmosfir Sangat suhu taman nasional meru betiri -
Kelembaban
96% Kuat 5 Penelusuran Google
Kelerengan
(kelerengan
yang makin
landai makin
disukai
karena relatif
AZWAR, F., MASY, B., &
aman dan
GARTESIASIH, D. POTENSI
nyaman
HIJAUAN PAKAN DAN DAYA
untuk Topografi
DUKUNG KAWASAN HUTAN
aktivitas tergolong datar
DENGAN TUJUAN KHUSUS
pengunjung sampai
Topogra (KHDTK) KEMAMPO SEBAGAI
K Atraksi dan bergelombang
fi, tanah, Topografi Kuat 7 AREAL PENANGKARAN RUSA
F4 Alam pembanguna ringan dengan
geologi SAMBAR (Rusa unicolor) (Food
n fasilitas kelerengan 0–
Forage Potential and Carrying
pendukung. 10% (Mualimin
Capacity of Kemampo Forest Area
Dengan dan Islam 2012)
with Special Objectives (KHDTK)
demikian,
as Sambar deer (Rusa unicolor)
dalam
Captive Breeding Area).
konteks ini,
kelerengan
yang makin
landai
kualitasnya
makin baik)
Memiliki jenis
tanah Podsolik
Merah Kuning
(Podsolik):
warna tanah
antara Coklat
Kekuningan-
Coklat
AZWAR, F., MASY, B., &
Kekuningan
GARTESIASIH, D. POTENSI
Gelap; tekstur
HIJAUAN PAKAN DAN DAYA
liat-liat lempung
DUKUNG KAWASAN HUTAN
Jenis Tanah berdebu;
DENGAN TUJUAN KHUSUS
(jenis tanah struktur gumpal
(KHDTK) KEMAMPO SEBAGAI
yang tidak membulat dan
Kuat 7 AREAL PENANGKARAN RUSA
rawan erosi, gumpal
SAMBAR (Rusa unicolor)(Food
kualitasnya bersudut;
Forage Potential and Carrying
makin baik) memiliki
Capacity of Kemampo Forest Area
kondisi struktur
with Special Objectives (KHDTK)
tanah yang
as Sambar deer (Rusa unicolor)
bersifat ; sifat
Captive Breeding Area).
kimia tanah
yaitu:
kemasaman
tanah antara
sangat asam
sampai cukup
asam (pH 4,6 -
5,8)
Kawasan hutan
Meru
Betiri pertama
kali
ditetapkan
sebagai
hutanlindung
pada
Keberadaan
tahun 1931 oleh
dan
pemerintahan https://rimbakita.com/taman-
Sejarah Kemenarikan Kuat 5
Sejarah, belanda. nasional-meru-betiri/
Sejarah pada
Etnisitas lalu diperkuat
Kawasan
K Amenit , pada
F5 as Arkeolo tahun 1938.
gi, sekarang
Legenda digunakan
sebagai
tempat
pelestarian
harimau jawa
Keberadaan
dan 4 suku (jawa,
Kemenarikan soing, https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupa
Etnisitas Kuat 5
Etnisitas madura, dan ten_Jember
pada tionghoa)
Kawasan
Keberadaan Ditemukan situs
dan megalitik yang https://kumparan.com/banyuwangi_c
Kemenarikan sebagian onnect/dialog-pemanfaatan-situs-
Arkeologi lemah 1
Arkeologi kawasanya mulyosari-kalibaru-sebagai-objek-
pada terletak di wisata-sejarah-1uNv5fkxOe3/1
Kawasan TN Meru Betiri
terdapat mitos
Keberadaan
tentang
dan
manusia kerdil
Kemenarikan https://www.youtube.com/watch?v=
Legenda di Lemah 1
Legenda vJoKWMUatts
Pantai bandeallit
pada
di TN Meru
Kawasan
Betiri
Terdapat tebing-
tebing di pinggir
pantai dan
sungai-sungai
kecil yang
mengelilinginya.
Hamparan hutan
yang luas
Keindahan
menjadi sarana
Perpaduan
untuk wisata
Pemandanga
K Atraksi berpetualang Sangat https://www.pesonaindo.com/keinda
Estetika Estetika n di Kawasan 9
F6 Alam dan dapat Kuat han-taman-nasional-meru-betiri/
(menurut
dinikmati dari
persepsi
jarak dekat.
pengamat)
Secara
menyeluruh,
perpaduan unsur
vegetasi, tanah,
dan air menjadi
suatu
pemandangan
yang indah
Terdapat Puspaningrum, D. (2015). Kearifan
beberapa Home lokal dalam pengelolaan sumberdaya
Institusi, Keberadaan
K Amenit Industry seperti Sangat alam hutan dan ekosistem (SDHAE)
Industri, Industri Home 4
F7 as Alam pembuatan Kuat pada masyarakat desa penyangga
Atraksi Industry
kripik pisang Taman Nasional Meru Betiri. JSEP
dan industri gula (Journal of Social and Agricultural
jawa Economics), 8(1), 11-24.

Anggana, A. F., Cahyono, S. A., &


Keberadaan Terdapat lahan
Lastiantoro, C. Y. (2019).
Sektor pertanian dan
Keanekaragaman hayati di lahan
Pertanian memiliki
Kuat 3 rehabilitasi Taman Nasional Meru
yang peluang yang
Betiri dan implikasi kebijakannya:
Mendukung tinggi untuk
Kasus Desa Wonoasri. Jurnal Ilmu
Wisata Alam pertanian
Lingkungan, 17(2), 283-290.
Atraksi wisata
budaya yang
Keberadaan sering
Atraksi dikunjungi
Komersial wisatawan
Lain (bisa berupa wisata
alam bisa agro dan
non alam, aktivitas Sangat
Atraksi 4
yang berada masyarakat Kuat
di sekitar berupa cara
kawasan pembuatan gula
hutan yang jawa (nderes)
sedang mulai dari
dikaji) pengambilan air
kelapa sampai
proses
pembuatan
gulanya

Pengamatan
Keberadaan telur penyu dan Indarto, dkk. (2018). Jendela Meru
Kuat 3
Even Populer pelepasan anak Betiri. Jember: Balai Taman
penyu Nasional Meru Betiri
Tersedia
fasilitas
akomodasi
berupa homestay
Pusat- dan hotel yang
Ketersediaan
K Amenit Pusat Fasilitas berada di sekitar Sangat https://www.nativeindonesia.com/ta
Fasilitas 5
F8 as Pelayan Akomodasi kawasan taman Kuat man-nasional-meru-betiri/
Akomodasi
an nasional, berikut
tempat parkir,
tempat ibadah,
fasilitas MCK
serta jasa tour
selama
perjalanan
wisata.

Ketersediaan
rumah makan
yang berdiri
sendiri jarang
ditemukan,
Ketersediaan
Rumah fasilitas ini https://www.nativeindonesia.com/ta
Rumah Lemah 1
Makan menjadi satu man-nasional-meru-betiri/
Makan
dengan fasilitas
hotel yang
berada di sekitar
kawasan taman
nasional.
Terdapat
beberapa http://ksdae.menlhk.go.id/info/8257/
Ketersediaan
Klinik/Puske puskesmas di tn-meru-betiri-bersiap-dalam-
Klinik/Puske Sedang 3
smas sekitar kawasan menghadapi--tatanan-baru-
smas
Taman Nasional pariwisata-alam.html
Meru Betiri.
Terdapat balai
dan total 10
Ketersediaan resort dalam
Pos
Pos kawasan Taman https://merubetiri.id/website/detailko
Keamanan/Ti Kuat 4
Keamanan/Ti Nasional Meru nten/16
m SAR
m SAR Betiri serta
terdapat tim
rescue.
Ketersediaan Jaringan internet
Warnet/Kem http://www.banyuwangibagus.com/2
Warnet/Kem tersedia di
udahan Sedang 3 014/06/taman-nasional-meru-
udahan dalam homestay
sinyal betiri.html
Sinyal atau hotel.
Toko
perbelanjaan
Ketersediaan
Toko jarang atau https://www.nativeindonesia.com/ta
Toko Lemah 1
Perbelanjaan sukar ditemukan man-nasional-meru-betiri/
Perbelanjaan
dalam kawasan
taman nasional.
Terdapat
mushola dan
masjid serta
tempat ibadah
Ketersediaan http://www.banyuwangibagus.com/2
Tempat lain seperti
Tempat Kuat 4 014/06/taman-nasional-meru-
Peribadatan gereja, pura, dan
Peribadatan betiri.html
vihara yang
berbaur dengan
pemukiman
warga setempat.
Keterjangkau
Akses dapat
an Lokasi
melalui jalan
oleh
tol , jalan raya, Sangat
Kendaraan 14
dan jalan Kuat
Roda Empat
setapak. Jalanan
di Segala
berupa aspal
Musim https://merubetiri.id
Transpo Kemudahan
K Aksesbi Akses
rtasi, Transportasi
F9 litas kendaraan
Akses dan Akses
Keterjangkau umum untuk ke
an Lokasi TN Meru Betiri
Sangat
oleh sangat mudah 14
Kuat
Transportasi ditemukan mulai
Umum dari angkutan
umus maupun
bus https://merubetiri.id
TN Meru Betiri
Estimasi berjarak 64 km
Jarak Lokasi dari Jember, dan
Kuat 12
dari Ibukota berjarak 103 km
Kecamatan dari
Banyuwangi https://merubetiri.id

Tabel 3. Kompilasi Data Akhir

Nilai/Kondisi Konversi
Elemen
Hasil Nilai (5) ke
Produk Kategori
No. Faktor Parameter Pengamatan Kualitas Nilai Keterangan
Wisata Faktor
(dan satuannya, Parameter Skala
Alam
jika ada) Indeks *)
(0) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

Air, Debit air sungai 500 m³/detik Sangat Kuat 15


Atraksi
KF1 Kehidupan Air
Alam
Air
1.815,1
Runoff Lemah 5
mm²/detik
KF air,
kehidupan air
berperan kuat
Rata-Rata Nilai Skala Indeks KF I 10
dalam
mendukung
pembangunan
wisata alam,
karena nilai
indeksnya 10
berada di
antara
rentang nilai
indeks 10-12
menurut
Tabel 1, yang
berarti
termasuk
dalam
rentang skala
kuat

Penutupan Penutupan Vegetasi Jumlah Jenis Pohon 518 Sangat Kuat 28


Vegetasi,
Atraksi
KF2 Satwa Liar,
Alam
dan Satwa
Pengganggu Satwa Liar Jumlah Jenis Fauna 336 Sangat Kuat 26
KF
Penutupan
vegetasi,
satwa liar,
satwa
pengganggu
berperan
sangat kuat
dalam
mendukung
pembangunan
wisata alam,
Rata-Rata Nilai KF II 27 karena nilai
indeksnya
(27) berada di
antara
rentang nilai
indeks 25-30
menurut
Tabel 1, yang
berarti
termasuk
dalam
rentang skala
Sangat Kuat
Atraksi Iklim, Suhu 26° C Sangat Kuat 5
KF3 Iklim
Alam atmosfir Kelembaban 96% Sangat Kuat 5
KF iklim
atmosfir
berperan
sangat kuat
dalam
pembangunan
wisata alam,
kaena
mempunyai
nilai indeks 5
Rata-Rata Nilai KF III 5
dimana
berada
diantara
rentang
indeks 5
menurut tabel
1 yang berarti
masuk ke
rentang skal
sangat kuat
Topografi
tergolong datar
sampai
Topografi,
Atraksi bergelombang
KF4 tanah, Topografi Tingkat kelerengan Kuat 7
Alam ringan dengan
geologi
kelerengan 0–
10% (Mualimin
dan Islam 2012)
Memiliki jenis
tanah Podsolik
Merah Kuning
(Podsolik):
warna tanah
antara Coklat
Kekuningan-
Coklat
Kekuningan
Gelap; tekstur
liat-liat lempung
Jenis Tanah (jenis berdebu;
tanah yang tidak struktur gumpal
rawan erosi, Jenis tanah membulat dan Kuat 7
kualitasnya makin gumpal
baik) bersudut;
memiliki kondisi
struktur tanah
yang bersifat ;
sifat kimia tanah
yaitu:
kemasaman
tanah antara
sangat asam
sampai cukup
asam (pH 4,6 -
5,8)
7
Kawasan hutan
Meru
Betiri pertama
kali
ditetapkan
sebagai
hutanlindung
pada
Keberadaan dan tahun 1931 oleh
Kemenarikan pemerintahan
Sejarah Kuat 5
Sejarah pada belanda.
Kawasan lalu diperkuat
Sejarah, pada
Etnisitas, tahun 1938.
KF5 Amenitas
Arkeologi, sekarang
Legenda digunakan
sebagai
tempat
pelestarian
harimau jawa
Keberadaan dan 4 suku (jawa,
Kemenarikan soing,
Etnisitas Kuat 5
Etnisitas pada madura, dan
Kawasan tionghoa)
Keberadaan dan Ditemukan situs
Kemenarikan megalitik yang
Arkeologi lemah 1
Arkeologi pada sebagian
Kawasan kawasanya
terletak di
TN Meru Betiri

Terdapat mitos
tentang
Keberadaan dan
manusia kerdil
Kemenarikan
Legenda di Lemah 1
Legenda pada
Pantai bandeallit
Kawasan
di TN Meru
Betiri
KF Sejarah,
Etnisitas,
Arkeologi,
Legenda
berperan
lemah dalam
mendukung
pembangunan
Rata-Rata Nilai KF V 3 wisata
alam, karena
nilai
indeksnya (1)
berada
antara
rentaing nilai
1 menurut
tabel 1
, yang berarti
termasuk
dalam
rentang
skala lemah

Terdapat tebing-
tebing di pinggir
pantai dan
sungai-sungai
kecil yang
mengelilinginya.
Hamparan hutan
yang luas
Keindahan menjadi sarana
Perpaduan untuk wisata
Atraksi
KF6 Estetika Estetika Pemandangan di berpetualang Sangat Kuat 9
Alam
Kawasan (menurut dan dapat
persepsi pengamat) dinikmati dari
jarak dekat.
Secara
menyeluruh,
perpaduan unsur
vegetasi, tanah,
dan air menjadi
suatu
pemandangan
yang indah

KF estetika,
keindahan
perpaduan
pemandangan
di kawasan
berperan
Rata-Rata Nilai KF VI 9
sangat kuat
dalam
mendukung
pembangunan
wisata alam,
karena nilai
indeksnya 9
berada di
antara
rentang nilai
indeks 9-10
menurut
Tabel 1, yang
berarti
termasuk
dalam
rentang skala
sangat kuat.
Terdapat
Keberadaan Home berbagai industri
Sangat kuat 4
Industry kripik dan gula
jawa
Industri
Keberadaan Sektor
Pertanian yang Terdapat sektor
Kuat 3
Institusi, Mendukung Wisata pertanian
KF7 Amenitas Industri, Alam
Atraksi Keberadaan Atraksi
Atraksi
Komersial Lain
utamanya
(bisa alam bisa non
berupa wisata
Atraksi alam, yang berada Sangat kuat 4
agro dan meliha
di sekitar kawasan
pengolahan gula
hutan yang sedang
jawa
dikaji)
Kegiatan
populer seperti
Keberadaan Even melihat telur
Kuat 3
Populer penyu dan
melepas anak
penyu
KF air,
kehidupan air
berperan kuat
dalam
mendukung
pembangunan
wisata alam,
karena nilai
indeksnya
(3.5) berada
Rata-Rata Nilai KF VII 3,5
di antara
rentang nilai
indeks 3 (3-
3.9) menurut
Tabel 1, yang
berarti
termasuk
dalam
rentang skala
kuat
Tersedia fasilitas
akomodasi
berupa homestay
dan hotel yang
berada di sekitar
kawasan taman
Ketersediaan
Fasilitas nasional, berikut
Fasilitas Sangat Kuat 5
Akomodasi tempat parkir,
Akomodasi
tempat ibadah,
fasilitas MCK
serta jasa tour
selama
Pusat-Pusat perjalanan
KF8 Amenitas
Pelayanan wisata.
Ketersediaan
rumah makan
yang berdiri
sendiri jarang
ditemukan,
Ketersediaan fasilitas ini
Rumah Makan Lemah 1
Rumah Makan menjadi satu
dengan fasilitas
hotel yang
berada di sekitar
kawasan taman
nasional.
Terdapat
beberapa
Ketersediaan puskesmas di
Klinik/Puskesmas Sedang 3
Klinik/Puskesmas sekitar kawasan
Taman Nasional
Meru Betiri.
Terdapat balai
dan total 10
resort dalam
Ketersediaan Pos
Pos Keamanan/Tim kawasan Taman
Keamanan/Tim Kuat 4
SAR Nasional Meru
SAR
Betiri serta
terdapat tim
rescue.
Jaringan internet
Ketersediaan
Warnet/Kemudahan tersedia di
Warnet/Kemudahan Sedang 3
sinyal dalam homestay
Sinyal
atau hotel.
Toko
perbelanjaan
Ketersediaan Toko jarang atau
Toko Perbelanjaan Lemah 1
Perbelanjaan sukar ditemukan
dalam kawasan
taman nasional.
Terdapat
mushola dan
masjid serta
tempat ibadah
Ketersediaan lain seperti
Tempat Peribadatan Kuat 4
Tempat Peribadatan gereja, pura, dan
vihara yang
berbaur dengan
pemukiman
warga setempat.
KF Pusat-
pusat
Pelayanan
cukup
berperan
dalam
mendukung
pembangunan
wisata alam,
Rata-Rata Nilai KF VIII 3
karena nilai
indeksnya (3)
berada di
rentang nilai
indeks 2-3
menurut
Tabel 1, yang
berarti
termasuk
dalam
rentang skala
Sedang.

Akses dapat
Keterjangkauan
melalui jalan
Lokasi oleh
tol , jalan raya,
Kendaraan Roda Sangat Kuat 14
dan jalan
Empat di Segala
setapak. Jalanan
Musim
berupa aspal
Akses kendaraan
umum untuk ke
TN Meru Betiri
Kemudahan Keterjangkauan
Transportasi, sangat mudah
KF9 Aksesbilitas Transportasi dan Lokasi oleh Sangat Kuat 14
Akses ditemukan mulai
Akses Transportasi Umum
dari angkutan
umus maupun
bus
TN Meru Betiri
berjarak 64 km
Estimasi Jarak
dari Jember, dan
Lokasi dari Ibukota Kuat 12
berjarak 103 km
Kecamatan
dari
Banyuwangi
KF
Aksebilitas,
Transportasi
dan akses
berperan
cukup kuat
dalam
mendukung
pembangunan
wisata alam,
karena nilai
Rata-Rata Nilai KF IX 13,333333
indeksnya
13,33 berada
di antara
rentang nilai
indeks 13 -
15 menurut
Tabel 1, yang
berarti
termasuk
dalam skala
sangat kuat
Potensi
wisata alam
di TN Meru
Total dari Rerata Nilai Indeks dari Ke-9 80,833333
Betiri
termasuk
berpotensi
tinggi, karena
total nilai
rerata nilai
indeks dari
ke-9 faktor
>60
VI. PEMBAHASAN
Dalam praktikum acara V ini, dilakukan penilaian potensi wisata dengan
menggunakan metode Gunn (1979) dengan menggunakan instrumen yang telah
disiapkan di praktikum acara IV. Metode Gunn seperti yang telah disinggung pada
praktikum acara sebelumnya yakni merupakan salah satu metode untuk menilai
potensi wisata alam yang dibagi ke dalam sembilan faktor dengan masing-masing
faktor akan ditentukan indeks penilaian serta skalanya. Lanskap atau kawasan hutan
yang dikaji pada praktikum ini sama dengan praktikum acara IV yakni penilaian
potensi wisata dilakukan pada Taman Nasional Meru Betiri di Jawa Timur. Pada
praktikum acara V ini, sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya yakni penilaian
dilakukan dengan menggunakan instrumen penilaian yang telah ditentukan di
praktikum acara IV berdasarkan metode Gunn (1979) berupa tabel indeks penilaian
terhadap sembilan faktor meliputi air, kehidupan air; penutupan vegetasi, satwa liar,
satwa pengganggu; iklim, atmosfer; topografi, tanah, geologi; sejarah etnisitas,
arkeologi, legenda; estetika; institusi, industri, atraksi; pusat-pusat pelayaran; serta
transportasi, akses. Dari tabel tersebut telah diperoleh indeks penilaian serta skala
indeks penilaian pada masing-masing faktor. Penilaian pada masing-masing faktor
didasarkan pada informasi dari data sekunder berupa literatur ataupun video tayangan
terkait TNMB. Dari data sekunder tersebut kemudian akan dilakukan penilaian
berdasarkan parameter, kondisi parameter, dan kualitas dari parameter yang diukur
dari tiap-tiap faktor. Selanjutnya, akan diinterpretasikan kualitas parameter tersebut ke
dalam angka berdasarkan dari skala indeks penilaian dari tabel 1. Kemudian pada tabel
3, interpretasi kualitas parameter tersebut akan dikonversi menjadi nilai sesuai dengan
skala indeks penilaian tabel 1. Nilai-nilai tersebut kemudian dihitung rerata dari tiap-
tiap faktor (KF), lalu dari rerata tersebut nantinya akan dihitung rerata keseluruhan
untuk selanjutnya akan menjadi gambaran nilai potensi wisata alam dari TNMB.
Untuk melakukan penilaian potensi wisata alam, sebagaimana praktikum acara IV
yakni dilakukan pembuatan tabel indeks penilaian terlebih dahulu. Dari sembilan
faktor tersebut, ditentukan penilaian terlebih dahulu pada TNMB berdasarkan data
sekunder yang diperoleh dari literatur atau pada website resmi TNMB untuk
ditentukan nilai indeks dari tiap-tiap faktor. Pengamatan telah dilakukan dan nilai
indeks dari tiap-tiap faktor juga telah ditentukan, langkah selanjutnya yakni dibuat
skala penilaian akan dibagi dalam lima skala dari sangat lemah, lemah, sedang, kuat,
hingga sangat kuat. Pembuatan skala penilaian ini berdasarkan nilai indeks yang telah
diperoleh pada kolom sebelumnya. Skala penilaian dimulai dari 0 untuk skala sangat
lemah, untuk kemudian berlanjut sampai skala sangat kuat dengan nilai yang sama
dengan nilai indeks pada kolom sebelumnya. Setelah tabel indeks selesai, baru
kemudian beralih untuk menilai potensi berdasarkan sembilan kategori faktor yang
akan dibagi menjadi beberapa faktor, dan pada setiap faktor akan dibagi lagi menjadi
beberapa parameter.
Berdasarkan data hasil pengamatan, dapat dilihat di tabel 2 pada KF1 yang
masuk dalam kategori atraksi alam, penilaian dilakukan pada faktor air serta
kehidupan air. Menurut data sekunder yang telah diperoleh, tercatat debit air dari
sungai yang ada di TNMB yakni sebesar 500m 3/detik, kecepatan ini dinilai sangat kuat
dengan interpretasi kualitas sebesar 14. Sementara untuk runoff atau aliran permukaan
yakni sebesar 1.815,1 mm2/detik, kecepatan ini dinilai lemah dengan interpretasi
kualitas sebesar 5. Rerata nilai dari kedua parameter tersebut berdasarkan tabel 3 yakni
10, nilai tersebut berdasarkan skala indeks penilaian tabel 1 termasuk sangat kuat
sehingga dapat diartikan bahwa adanya faktor air dan kehidupan air di TNMB sangat
mendukung pembangunan wisata alam. Selanjutnya, yang kedua yakni pada KF2
dilakukan penilaian potensi atraksi alam pada kategori faktor penutupan vegetasi,
satwa liar, satwa pengganggu. Faktor yang pertama yakni komposisi jenis vegetasi,
parameter yang dihitung berupa jumlah jenis pohon. Di TNMB, tercatat terdapat 518
jenis pohon, kualitas parameter dinilai sangat kuat dengan interpretasi kualitas yang
diberikan sebesar 28. Faktor yang kedua yakni satwa liar, parameter yang dihitung
berupa jenis satwa yang diperoleh yakni sebanyak 336 jenis. Beberapa jenis yang ada
di TNMB yakni meliputi bunga langka Rafflesia zollingeriana, kemudian vegetasi
hutan mangrove seperti bakau, api-api, waru, nyamplung, rengas, bungur, pulai, benda,
Bruguiera sp., Sonneratia sp., Balanophora fungosa, lalu beberapa jenis tanaman obat
serta 27 jenis anggrek. Untuk satwa liar, di TNMB terdapat spesies banteng, monyet
ekor panjang, macan tutul, kucing hutan, rusa, bajing terbang ekor merah, ajag, merak,
penyu belimbing, penyu sisik, penyu hijau, penyu lekang, Accipiter trivirgatus, Falco
moluccensis, Hieraaetus kienerii, Otus lempiji, Glaucidium castanopterum, dan elang
Spizaetus alboniger. (Wind, 2020). Kualitas parameter tersebut dinilai sangat kuat
dengan interpretasi kualitas parameter yang diberikan sebesar 26. Rerata nilai dari
kedua parameter tersebut sebagaimana di tabel 3 yakni sebesar 27, nilai tersebut
berdasarkan skala indeks penilaian pada tabel 1 termasuk dalam skala antara 25 -30
sehingga dinilai Sangat Kuat sehingga dapat diartikan bahwa faktor penutupan
vegetasi serta satwa liar yang ada di TNMB sangat mendukung pembangunan wisata
alam. Pada KF3, yakni penilaian potensi atraksi alam kategori iklim dan atmosfer,
parameter yang dihitung yakni suhu dan kelembaban. Suhu yang tercatat yakni sekitar
26°C yang dinilai sangat kuat dan untuk kelembaban sendiri tercatat sebesar 96% yang
juga dinilai sangat kuat. Kedua parameter tersebut masing-masing diinterpretasikan
kualitasnya sebesar 5 sehingga rerata nilai yang diperoleh juga 5. Nilai tersebut
berdasarkan pada skala indeks termasuk sangat kuat sehingga dapat diartikan bahwa
faktor iklim dan atmosfer di TNMB juga sangat mendukung pembangunan wisata
alam di sana. Pada KF4 dilakukan penilaian potensi atraksi alam menurut topografi,
tanah dan geologinya. TNMB memiliki topografi yang datar hingga bergelombang
ringan dengan kelerengan berkisar 0-10%. Dengan kondisi topografi seperti ini, maka
dapat dikatakan kualitas dari topografi itu sendiri dinilai kuat. Sementara itu, jenis
tanah yang ada di TNMB ini memiliki jenis tanah podsolik merah kuning dengan
warna tanah antara coklat kekuningan hingga coklat kekuningan gelap. Tekstur
tanahnya lempung berdebu, dengan struktur gumpal membulat dan gumpal bersudu t,
serta memiliki kemasaman tanah antara cukup asam hingga sangat asam. Kualitas dari
parameter ini dinilai kuat sebagaimana dengan topografinya, keduanya juga dinilai
masing-masing 7 sehingga rerata nilai yang diperoleh juga 7. Dari nilai tersebut,
berdasarkan pada skala indeks penilaian termasuk dalam skala kuat sehingga dapat
dikatakan bahwa faktor topografi dan jenis tanah yang ada di TNMB mendukung
pembangunan wisata alam yang ada. Pada KF5 dilakukan penilaian potensi terhadap
amenitas yakni pada kategori faktor sejarah, etnisitas, arkeologi, dan legenda. TNMB
memiliki sejarah yakni mulai ditetapkan sebagai hutan lindung sejak tahun 1931 oleh
pemerintahan Belanda, kemudian diperkuat pada tahun 1938 hingga akhirnya kini
dijadikan sebagai tempat pelestarian harimau jawa. Taman Nasional Meru Betiri
merupakan taman nasional yang sekaligus berbatasan dengan kehidupan masyarakat
sekitar di beberapa wilayahnya yakni berupa pemukiman penduduk serta perkebunan.
(Anggana et al., 2019), sehingga keberadaan dan kemenarikan etnisitas kawasan
dinilai kuat dengan adanya empat suku yang mendiami pemukiman tersebut yakni
suku Jawa, suku Soing, suku Madura, serta terdapat orang Tionghoa. Kedua parameter
tersebut dinilai memiliki kualitas kuat dengan masing-masing interpetrasi kualitas
sebesar 5. Dari segi arkeologi, di TNMB telah ditemukan situs megalitik yang
sebagian kawasannya terletak di taman nasional ini, lebih tepatnya di Jember,
Bondowoso dan Banyuwangi. Situs megalitik ini dikenal dengan istilah kelompok
budaya megalit Besuki. (Winardi, et al., 2018). Namun karena keberadaannya yang
tidak banyak disebabkan sebagian besar terdapat di Kabupaten Bondowoso, maka
dapat dikatakan bahwa keberadaan situs ini terbilang bernilai lemah. Kemudian, di
TNMB ini juga dikenal mitos yakni tentang manusia kerdil yang terdapat di Pantai
Bandeallit. Namun, keberadaan mitos ini pun tidak dapat dikatakan berkesan sehingga
nilainya juga lemah. Rerata yang diperoleh dari keempat parameter tersebut yakni
hanya sebesar 3, di mana menurut skala indeks penilaian tergolong lemah. Hal ini
menandakan bahwa elemen amenitas dari faktor ini tergolong kurang mendukung
pembangunan wisata alam yang ada. Pada KF6, dilakukan penilaian potensi atraksi
alam yang dilihat dari faktor estetika. Penilaian ini didasarkan pada parameter
keindahan perpaduan pemandangan di kawasan menurut persepsi pengamat. Dari data
sekunder yang diperoleh, di TNMB tercatat memiliki tebing-tebing di pinggir pantai
serta sungai-sungai kecil yang mengelilingi. Selain itu, hamparan hutan yang luas juga
dimanfaatkan sebagai sarana wisata berpetualang yang dapat dinikmati dari jarak
dekat. Secara keseluruhan, perpaduan vegetasi, tanah dan air menjadi pemandangan
yang indah di TNMB sendiri. Kualitas parameter ini dinilai sangat kuat dengan nilai
yang diperoleh yakni sebesar 9, sehingga dapat dikatakan bahwa nilai estetika yang
ada di TNMB sangat mendukung pembangunan wisata pada kawasan tersebut. Pada
KF7, dilakukan penilaian potensi amenitas pada kawasan menurut institusi, industri
serta atraksi yang ada di TNMB. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya yakni,
wilayah TNMB berbatasan dengan pemukiman masyarakat di beberapa wilayahnya.
Sebagai salah satu bentuk pemanfaatan komoditas yang ada, masyarakat di sekitar
desa penyangga melakukan usaha pembuatan atau home industry kripik pisang.
Masyarakat tersebut melakukan usaha dengan menggunakan teknologi lokal yang ada
dengan memanfaatkan komoditas pisang di Desa Kebunrejo, Kecamatan Kalibaru,
Kabupaten Banyuwangi. (Puspaningrum, 2015). Selain itu, masyarakat yang hidup di
pemukiman tersebut juga bermatapencaharian menjadi petani. Beberapa tanaman yang
dibudidayakan yakni seperti kopi, sengon, serta kelapa yang dimanfaatkan untuk
dikonsumsi sekaligus dijadikan kerajinan. Berdasarkan data tersebut, dikatakan bahwa
sektor industri masyarakat yang tinggal di pemukiman yang berbatasan dengan
wilayah TNMB dinilai sangat kuat dengan interpretasi kualitas sebesar 4, sementara
dari sektor pertanian sendiri dinilai kuat dengan interpretasi kualitas sebesar 3.
Selanjutnya dari segi atraksi, TNMB memiliki atraksi berupa wisata agro serta
terdapat pengolahan gula jawa yang dihasilkan dari kelapa. Namun, di TNMB ini lebih
terkenal dengan adanya kegiatan konservasi Penyu Hijau (Chelonia mydas) di pantai
di kawasan TNMB, khususnya di Pantai Sukamade yang pada pengamatan ini masuk
dalam parameter Keberadaan Even Populer. Konservasi Penyu Hijau yang dilakukan
di pantai ini merupakan penyelamatan Penyu yang bersifat semi alami dengan adanya
penetasan penyu yang sengaja dibangun. (Andriyono dan Mubarak, 2011). Potensi
amenitas dari kedua parameter tersebut dinilai sangat kuat untuk atraksi wisata agro,
dengan interpretasi kualitas sebesar 4 dan kuat untuk keberadaan konservasi Penyu
Hijau dengan interpretasi kualitas sebesar 3. Rerata nilai yang diperoleh pada KF7 ini
yakni sebesar 3,5; yang apabila menurut skala indeks penilaian tabel 1 maka termasuk
dalam skala kuat sehingga dapat dikatakan bahwa faktor institusi, industri serta atraksi
yang ada mendukung pembangunan wisata di TNMB. Pada KF8, penilaian potensi
wisata dilakukan pada elemen amenitas menurut faktor keberadaan pusat-pusat
pelayanan. Di TNMB, keberadaan pusat-pusat pelayanan ini bervariasi nilainya. Untuk
ketersediaan fasilitas akomodasi yakni berupa homestay dan hotel dinilai sangat kuat
dengan interpretasi kualitas parameter sebesar 5. Untuk pusat-pusat pelayanan berupa
adanya pos keamanan/tim SAR serta ketersediaan tempat peribadatan, nilai yang
diperoleh masing-masing sama yakni kuat dengan interpretasi kualitas parameter
sebesar 4. Untuk pusat pelayanan berupa keberadaan unit kesehatan seperti
klinik/puskesmas dan ketersediaan warnet/kemudahan sinyal, nilai yang diperoleh
berada pada skala sedang dengan masing-masing interpretasi kualitas parameter
sebesar 3. Sementara untuk ketersediaan rumah makan dan toko perbela njaan, hanya
ditemukan sedikit saja dalam kawasan sehingga nilai parameter yang diperoleh berada
pada skala lemah dengan interpretasi kualitas parameter sebesar 1. Rerata yang
diperoleh dari keenam parameter tersebut yakni 3. Nilai ini termasuk dalam skala
Sedang, sehingga dikatakan bahwa keberadaan pusat-pusat pelayanan yang ada di
kawasan terbilang cukup mendukung pembangunan wisata yang ada. Yang terakhir
yakni dilakukan penilaian potensi pada elemen aksesibilitas berupa transportasi dan
akses menuju TNMB. Lokasi TNMB dikatakan mudah diakses oleh kendaraan roda
empat dan transportasi umum, hal ini dikarenakan akses jalan yang menuju lokasi
terbilang sangat memadai dengan adanya jalan tol, jalan raya, dan jalan setapak, serta
jalanan yang berupa aspal sehingga mendukung kendaraan roda empat sekaligus
angkutan umum sampai bus untuk mengakses lokasi TNMB dengan mudah. Dari data
tersebut, ditentukan bahwa kualitas kedua parameter tersebut sangat kuat dengan
interpretasi kualitas parameter sebesar 14. Sementara itu, berdasarkan parameter
estimasi jarak lokasi dari ibukota kecamatan, TNMB memiliki jarak sekitar 64 km dari
Jember dan berjarak 103 km dari Banyuwangi. Kualitas parameter ini dinilai kuat
dengan interpretasi kualitas parameter sebesar 13. Rerata nilai KF9 yang diperoleh
dari ketiga parameter tersebut yakni sebesar 13,3333. Nilai ini termasuk dalam skala
sangat kuat sehingga dapat dikatakan bahwa elemen aksesibilitas yang ada di TNMB
sangat mendukung pembangunan wisata alam yang ada dalam kawasan. Dari sekian
faktor yang telah ditentukan reratanya masing-masing, diperoleh total dari rerata nilai
indeks dari sembilan faktor tersebut yakni sebesar 80,83333. Nilai ini berada di
rentang >60, sehingga dikatakan bahwa potensi produk wisata alam di Taman
Nasional Meru Betiri termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa
Taman Nasional Meru Betiri memiliki potensi wisata alam yang tinggi dan pantas
untuk dikunjungi sebagai salah satu destinasi wisata berbasis alam yang ada di Jawa
Timur.
Berdasarkan praktikum acara IV dan V yang telah dilakukan dengan
menggunakan metode Gunn (1979), metode ini dapat dikatakan cenderung lebih
mudah dalam pembuatan instrument penilaiannya apabila dibandingkan dengan
metode lain seperti metode Priskin (2001) atau metode BLM. Dalam penggunaan
metode ini, penentuan nilai indeks dilakukan langsung pada sembilan kategori faktor
penilaian yang sudah cukup jelas. Akan tetapi, penilaian ini juga menimbulkan adanya
kebingungan karena faktor yang dinilai tidak langsung diklasifikasikan menurut tiga
elemen yakni atraksi, aksesibilitas, dan amenitas pada penyiapan instrumennya,
melainkan baru dilakukan pada penilaian di tabel 2 dan 3. Hal ini berbeda dengan
metode Priskin (2001) yang telah dilaksanakan di acara sebelumnya, yang penilaian
potensi langsung dibedakan menurut ketiga elemen tersebut.
Hasil pengamatan dan penilaian potensi wisata alam di Taman Nasional Meru
Betiri menunjukkan bahwa terdapat beberapa prospek pengembangan wisata yang
dapat dilakukan di taman nasional tersebut. Hal ini terkait dengan beberapa parameter
yang ditemukan masih dalam skala lemah hingga sedang, seperti pada kategori pusat-
pusat pelayanan yang berskala sedang dan pada kategori sejarah, etnisitas, arkeologi,
dan legenda. Oleh karena itu, perlu ditingkatkan lagi untuk keberadaan pusat-pusat
pelayanan seperti rumah makan dan toko perbelanjaan, serta untuk unit kesehatannya
dan juga kemudahan sinyal. Namun. tentu saja pengembangan tersebut perlu
memperhatikan konsep pengelolaan yang melindungi lingkungan secara berkelanjutan
yang sesuai dengan prinsip pengelolaan alam berdasarkan peraturan pemerintah yakni
konservasi, edukasi, ekonomi serta peran serta masyarakat. Selain itu, keberadaan situs
megalitik yang ada juga sebaiknya perlu untuk lebih diperhatikan dan dipelihara
dengan lebih baik sehingga pengunjung juga dapat menikmati situs, sekaligus dapat
digunakan sebagai pusat penelitian bagi para arkeolog. Sementara itu, dari segi
konservasi air. Meskipun dari data dikatakan bahwa potensi wisata pada kategori ini
dikatakan sangat kuat, namun menurut penelitian yang dilakukan oleh Supangat
(2012), perlu adanya tindakan pengelolaan di TNMB yang bertujuan untuk menjaga
dan meningkatkan kontinuitas serta kualitas sumber daya air dari sungai yang
alirannya keluar dari kawasan taman nasional. Dalam hal ini, solusinya adalah dengan
cara menjaga wilayah hulu DAS yang berada di zona inti dan zona rimba dengan
tujuan agar tetap berhutan.

VII. KESIMPULAN
Dari kegiatan penilaian potensi wisata alam menggunakan metode Gunn
(1979) pada praktikum acara V ini, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.
1. Penilaian menggunakan metode Gunn (1979) yang dimodifikasi dilakukan dengan
melakukan pengamatan pada sembilan kategori faktor yang sudah mencakup
elemen atraksi, amenitas, serta aksesibilitas. Penilaian ini didasarkan pada tabel
indeks penilaian pada tabel 1, kemudian dilakukan penentuan nilai berdasarkan
parameter dari tiap faktor pada tabel 2, yang nantinya akan diperoleh total dari
rerata nilai kesembilan faktor pada tabel 3.
2. Taman Nasional Meru Betiri memiliki potensi wisata alam yang tinggi, hal ini
dinyatakan dengan total dari rerata sembilan faktor yang masuk dalam rentang
>60 yakni sebesar 80,83333.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Andriyono, Sapto dan A. Shofy Mubarak. 2011. Korelasi Perubahan Garis Pantai
terhadap Konservasi Penyu Hijau (Chelonia mydas) di Taman Nasional Meru
Betiri, Jawa Timur. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 3(2): 139-143.
Anggana, Alvian Febry, S. Andy Cahyono, C. Yudi Lastiantoro. 2019.
Keanekaragaman Hayati di Lahan Rehabilitasi Taman Nasional Meru Betiri
dan Implikasi Kebijakannya: Kasus Desa Wonoasri. Jurnal Ilmu Lingkungan.
17(2): 283-290.
Munawar Adib dan Nawir. 2018. Potensi Wisata Alam dalam Kawasan Hutan,
Pemanfaatan dan Pengembangan (Studi Kasus di Kabupaten Maros Sulawesi
Selatan). Inti Mediatama. Makassar.
Puspaningrum, Diah. 2015. Kearifan Lokal dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam
Hutan dan Ekosistem (SDHAE) pada Masyarakat Desa Penyangga Taman
Nasional Meru Betiri. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian. 8(1): 11-24.
Supangat, Agung B. 2012. Karakteristik Hidrologi Berdasarkan Parameter Morfometri
DAS di Kawasan Taman Nasional Meru Betiri. Jurnal Penelitian Hutan dan
Konservasi Alam. 9(3): 275-283.
Winardi, Uji Nugroho, Agus Suwignyo, Baha’Uddin, Sri Margana. 2018. Identifikasi
dan Inventarisasi Permasalahan Pelestarian Situs Makam Megalitikum di
Distrik Mulyosari, Kecamatan Malangsari, Kabupaten Banyuwangi, Jawa
Timur. Bakti Budaya. 1(1): 30-44.
Wind, Ajeng. 2020. Taman Nasional Jawa, Taman Nasional Tertua di Indonesia.
Bhuana Ilmu Populer. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai