Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

PARIWISATA ALAM
ACARA III
PENILAIAN POTENSI PRODUK WISATA ALAM DENGAN MENGGUNAKAN
METODE PRISKIN (2001), YANG DIMODIFIKASI

Disusun oleh:
Nama : Barrotut Taqiyyah
NIM : 20/461973/KT/09356
Shift : Kamis, pukul 13.00 WIB
Co-Ass : Riska Annisa Mayfinda

LABORATORIUM PENGELOLAAN PARIWISATA ALAM


DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2021
ACARA III
PENILAIAN POTENSI PRODUK WISATA ALAM
DENGAN MENGGUNAKAN METODE PRISKIN (2001), YANG DIMODIFIKASI

Abstrak
Suatu kawasan bisa dijadikan sebagai objek wisata apabila memiliki aspek-aspek yang
memungkinkannya menjadi kawasan wisata. Metode Priskin merupakan metode yang
digunakan untuk mengidentifikasi dan menilai sumber daya yang relevan untuk
pengembangan wisata alam pada skala regional. Aspek-aspek tersebut dijelaskan dalam
Metode Priskin yang meliputi aspek atraksi, aksesibilitas, fasilitas pendukung, dan tingkat
degradasi lingkungan. Metode Priskin yang digunakan berupa hasil modifikasi dari Metode
Priskin yang digunakan pada daerah pesisir. Pada metode ini, tingkat penilaian berupa tingkat
kuantitatif atau scoring. Penilaian potensi kawasan sebagai objek wisata dengan metode ini,
memiliki hal-hal yang harus diperhatikan. Tingkat subjektivitas dari metode ini bisa cukup
tinggi mengingat data yang didapat berasal dari pengamatan pribadi dan pengalaman orang
lain.
Kata kunci : Metode Priskin, Atraksi, Subjektifitas tinggi.

I. TUJUAN
Tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa mampu melakukan penilaian
potensi produk wisata alam dengan menggunakan Metode Priskin (2001), yang
Dimodifikasi.
II. DASAR TEORI
Setiap negara memiliki upaya untuk memaksimalkan atau mengoptimalkan
potensi-potensi sumber daya yang ada dalam kawasan negaranya, sehingga dapat
meningkatkan pendapatan daerahnya. Begitu pula dengan Indonesia yang sedang
menggalakkan potensi sumber dayanya. Menurut Rahman dan Prakoso (2012) Salah
satu sektor yang berpotensi di Indonesia adalah pariwisata. Hal tersebut dikarenakan
Indonesia memiliki keanekaragaman baik flora, fauna, budaya, dan adat istiadat.
Adanya berbagai keanekaragaman tersebut yang dapat dimanfaatkan secara optimal
sebagai objek wisata (Ginting dkk, 2013).
Atraksi wisata merupakan pertimbangan pertama dalam melakukan
perjalanan. Tanpa keberadaan obyek dan daya tarik wisata tidak akan ditemui
pelayanan penunjang kepariwisataan lainnya (Spillane, 1985). Apabila suatu kawasan
ingin dijadikan sebagai objek wisata, maka perlu diperhatikan aspek-aspek pendukung
yang menunjang hal tersebut. Priskin (2001) menyatakan bahwa suatu kawasan
menjadi potensial dikembangkan sebagai objek wisata alam bila memiliki komponen-
komponen potensial untuk dijaga dan dikembangkan. Rangkuti (2013) menjelaskan
bahwa dalam menyusun formulasi strategis disusun dengan menggunakan hasil
analisis SWOT dengan menggabungkan berbagai indikator yang terdapat dalam
kekuatan, kelemahan peluang, dan ancaman. Hal tersebut dilakukan untuk memberi
gambaran tentang kawasan wisata yang akan dibangun.
Penilaian potensi produk wisata dapat dilakukan dengan Metode Priskin.
Metode Priskin merupakan metode yang digunakan untuk mengidentifikasi dan
menilai sumber daya yang relevan untuk pengembangan wisata alam pada skala
regional. Menurut Priskin (2001) mengungkapkan bahwa tujuan dari pengembangan
metode ini adalah untuk mengetahui potensi produk pada wisata alam dengan cara
menilai kualitas dan kuantitas sumber daya alam yang tersedia. Menurut Damanik dan
Weber (2006), kawasan memiliki dua aspek infrastruktur yaitu infrastruktur fisik dan
non fisik, dimana infrastruktur fisik terdiri dari aksesibitas, fasilitas, penataan
kawasan dan keberadaan objek wisata, sedangkan non fisik meliputi keamanan dan
kenyamanan, juga persepsi masyarakat tentang pariwisata. Aspek-aspek tersebut
menjadi informasi sebagai perumusan strategi pengembangan pariwisata.

III. ALAT DAN BAHAN


Adapun alat dan bahan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Alat tulis
2. Microsoft Excel
3. Alat tulis
4. Data sekunder
5. Tally sheet
IV. CARA KERJA
Cara kerja pada praktikum acara 3 ini adalah sebagai berikut:

jumlahkan
Lakukan skor pada
Siapkan Cari 3 pengolaha tiap buat interpretas
form video n data dan elemen klasifikasi ikan dan
pengamat yang ditentukan dan nilai skor kemudian
an berasal mereprese nilai dimasukk dan berikan
dari acara ntasikan kepenting an ke interpretas pembahas
2 ketiga site an untuk tabel inya an
ketiga site rekapitula
si.

Deskripsi :
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah dengan menyiapkan form data yang
berasal dari acara II. Kemudian cari 3 video yang merepresentasikan mengenai Hutan
Wanagama, Hutan Pinus Mangunan, dan Taman Nasional Gunung Merapi – Zona
Sleman. Kemudian dilakukan pengolahan data yang didapatkan dari video-video
tersebut dan kemudain diinterpretasikan dengan nilai rentang pada form acara II.
Setelah itu ditentukan nilai kepentingan untuk setiap faktor dan kemudian dihitung
jumlah nilai tiap elemen. Kemudian skor total tiap elemen tersebut dimasukkan ke
dalam tabel bantu rekapitulasi. Selanjutnya adalah mengi terpretasikan nilai-nilai
tersebut sesuai dengan tabel yang telah tersedia.

V. HASIL DAN PERHITUNGAN


Adapun hasil dan perhitungan dari praktikum acara 3 ini adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Form Penentuan Indikator dari Empat Elemen Potensi Produk Wisata Alam

Elemen Produk Wisata Alam Nilai Hasil Pengamatan (bisa kuantitatif ataupun
No.
dan Indikatornya (beserta kualitatif, sesuai dengan ketersediaan data/informasi
satuannya, jika ada) dari indikator yang bersangkutan)

HW HPM TNGM-ZS
1 2 3 4 5
A. Atraksi (0-10)
1 Diversitas Flora 150 87 135
Diversitas Skenis atau
2 36 40 39
Keindahan
3 Peluang Rekreasi 89 90 91
4 Peluang Bertualang 30 24 31
5 Sumber Air 19 14 20
6 Kegiatan sosial budaya 80 60 70
7 Wisata Edukasi 10 7 9
8 Pemandangan yang Indah 90 87 87
9 Menarik secara ilmiah 87 69 80
10 Fitur geologis 50 24 52
B. Aksesibilitas (0-5)
1 Tipe Jalan 3 5 4
2 Kelas Kendaraan 4 3 4
C. Fasilitas Pendukung (0-1)
1 Fasilitas Toilet 1 1 1
2 Meja Piknik 1 1 1
3 Tempat duduk/bangku 1 1 1
4 Barbecue 0 0 1
5 Tempat sampah 1 1 1
6 Akses untuk penyandang cacat 0 1 1
Naungan seperti pentupan
7 kanopi baik dari vegetasi alam 1 1 1
(3)/shelter (0-4)
Tingkat Kerusakan
D.
Lingkungan (0-10)
1 Sampah 29 40 44
2 Gulma 62 45 50
3 Penyakit 48 41 36
4 Dampak Kebakaran 47 15 50
5 Erosi 33 35 36
6 Penginjak-injak Vegetasi 14 18 14
7 Pencemaran udara 4 7 7
Struktur bangunan yang
8 22 34 32
merusak
9 Longsor 65 58 70
10 Tracks 8 7 8
Tabel 2. Form untuk Penentuan Besaran Skala Kepentingan Indikator pada Keempat
elemen Produk Wisata Alam
Sk Skal
ala a
N Elemen Produk Wisata Alam dan Nilai Hasil
Rentang Ku Kep
o. Indikatornya Pengamatan
alit entin
as gan
H
H TNG
P
W M-ZS
M
1 2 3 4 5 6 7 8
A
Atraksi (0-10)
.
1-15 0 0
16-30 1 1
31-45 2 2
46-60 3 3
61-75 4 4
15
1 Diversitas Flora 87 135 76-90 5 5
0
91-105 6 6
106-120 7 7
121-135 8 8
135-150 9 9
>150 10 10
1-4 0 0
5-8 1 1
9-12 2 2
13-16 3 3
17-20 4 4
2 Diversitas Skenis atau Keindahan 36 40 39 21-24 5 5
25-28 6 6
29-32 7 7
33-36 8 8
36-40 9 9
>40 10 10
1-9 0 0
10-18 1 1
19-27 2 2
28-36 3 3
3 Peluang Rekreasi 76 90 91 37-45 4 4
46-54 5 5
55-63 6 6
64-72 7 7
73-81 8 8
82-90 9 9
≥91 10 10

1-3 0 0
4-6 1 1
7-9 2 2
10-12 3 3
13-15 4 4
4 Peluang Bertualang 30 24 31 16-18 5 5
19-21 6 6
22-24 7 7
25-27 8 8
28-31 9 9
>31 10 10
1-2 0 0
3-4 1 1
5-6 2 2
7-8 3 3
9-10 4 4
5 Sumber Air 18 14 20 11-12 5 5
13-14 6 6
15-16 7 7
17-18 8 8
19-20 9 9
>20 10 10
1-8 0 0
9-16 1 1
17-24 2 2
25-32 3 3
33-40 4 4
6 Kegiatan sosial budaya 80 60 70 41-48 5 5
49-56 6 6
56-64 7 7
65-72 8 8
73-80 9 9
>80 10 10
1 0 0
2 1 1
3 2 2
4 3 3
7 Wisata Edukasi 10 7 9
5 4 4
6 5 5
7 6 6
8 7 7
9 8 8
10 9 9
>10 10 10
1-9 0 0
10-18 1 1
19-27 2 2
28-36 3 3
37-45 4 4
8 Pemandangan yang Indah 90 87 87 46-54 5 5
55-63 6 6
64-72 7 7
73-81 8 8
82-90 9 9
>90 10 10
1-8 0 0
9-16 1 1
17-24 2 2
25-32 3 3
33-40 4 4
9 Menarik secara ilmiah 80 69 70 41-48 5 5
49-56 6 6
56-64 7 7
65-72 8 8
73-80 9 9
>80 10 10
1-5 0 0
6-10 1 1
11-15 2 2
16-20 3 3
21-25 4 4
1
Fitur geologis 50 24 50 26-30 5 5
0
31-35 6 6
36-40 7 7
41-45 8 8
46-50 9 9
>50 10 10
62 50
JUMLAH 602
0 2
B
Aksesibilitas (0-5) 0 0
.
Sangat
1 1
Kurang
1 Tipe Jalan 3 5 4
Kurang 2 2
Cukup 3 3
Baik 4 4
Sangat Baik 5 5

tidak
terdapat 0 0
akses
tdk dapat
1 1
dilewati
dapat
dilewati 2 2
pejalan kaki
dapat
2 Kelas Kendaraan 4 2 4
dilewati 3 3
roda dua
dapat
dilewati 4 4
roda empat
dapat
dilewati
5 5
kendaraan
besar
JUMLAH 7 7 8
C
Fasilitas Pendukung (0-1)
.
Tidak Ada 0 0
1 Fasilitas Toilet 1 1 1
Ada 1 1
Tidak Ada 0 0
2 Meja Piknik 1 1 1
Ada 1 1
Tidak Ada 0 0
3 Tempat duduk/bangku 1 1 1
Ada 1 1
Tidak Ada 0 0
4 Barbecue 0 0 1
Ada 1 1
Tidak Ada 0 0
5 Tempat sampah 1 1 1
Ada 1 1
Tidak Ada 0 0
6 Akses untk penyandang cacat 0 1 1
Ada 1 1

Naungan seperti pentupan kanopi baik Tidak Ada 0 0


7 1 1 1
dari vegetasi alam (3)/shelter (0-4)
Ada 1 1
JUMLAH 5 6 7
D Tingkat Kerusakan Lingkungan (0-
0 0 0
. 10)
0 0 0
1 Sampah 55 33 42
1-6 1 1
7-12 2 2
13-18 3 3
19-24 4 4
25-30 5 5
31-36 6 6
37-42 7 7
43-48 8 8
49-54 9 9
>55 10 10
1-6 0 0
7-12 1 1
13-18 2 2
19-24 3 3
25-30 4 4
2 Gulma 61 45 50 31-36 5 5
37-42 6 6
43-48 7 7
49-54 8 8
54-60 9 9
>61 10 10
0 0 0
1-7 1 1
8-14 2 2
15-21 3 3
22-28 4 4
3 Penyakit 60 40 64 29-35 5 5
35-42 6 6
43-49 7 7
50-56 8 8
57-63 9 9
>64 10 10
1-5 0 0
6-10 1 1
11-15 2 2
16-20 3 3
21-25 4 4
4 Dampak kebakaran 47 15 50 26-30 5 5
31-35 6 6
36-40 7 7
41-45 8 8
46-50 9 9
>50 10 10
1-5 0 0
5 Erosi 30 40 50
6-10 1 1
11-15 2 2
16-20 3 3
21-25 4 4
26-30 5 5
31-35 6 6
36-40 7 7
41-45 8 8
46-50 9 9
>50 10 10
1-3 0 0
4-6 1 1
7-9 2 2
10-12 3 3
13-15 4 4
6 Struktur bangunan yang merusak 22 30 27 16-18 5 5
19-21 6 6
22-24 7 7
25-27 8 8
28-30 9 9
>30 10 10
0 0 0
0.1-1.8 1 1
1.9-3.6 2 2
3.7-5.4 3 3
5.5-7.2 4 4
7 Penginjak-injakan vegetasi 14 17 14 7.3-9 5 5
9.1-10.8 6 6
10.9-12.6 7 7
12.7-14.4 8 8
14.5-16.2 9 9
>17 10 10
1-3 0 0
4-6 1 1
7-9 2 2
10-12 3 3
13-15 4 4
8 Struktur bangunan yang merusak 22 30 27 16-18 5 5
19-21 6 6
22-24 7 7
25-27 8 8
28-30 9 9
>30 10 10
1-8 0 0
9 Longsor 58 65 80
9-16 1 1
17-24 2 2
25-32 3 3
33-40 4 4
41-48 5 5
49-56 6 6
56-64 7 7
65-72 8 8
73-80 9 9
>80 10 10
0 0 0
1 1 1
2 2 2
3 3 3
4 4 4
1
Track 10 7 8 5 5 5
0
6 6 6
7 7 7
8 8 8
9 9 9
>10 10 10
37 32
JUMLAH
9 2 412
Keterangan: HW = Hutan atau KHDTK Wanagama; HPM =
Hutan Pinus Mangunan; TNGM-ZS = Taman Nasional Gunung
Merapi Zona Sleman.

Tabel 3. Rekapitulasi Total Skor Nilai Kepentingan Indikator pada Empat Elemen
Produk Wisata Alam di Tiga Site Pengamatan

Elemen Produk Wisata Total Nilai Kepentingan Indikator


Alam pada Elemen Produk Wisata Alam

Lokasi HW HPM TNGM-ZS


Atraksi 96 84 99
Aksesibilitas 7 10 8
Fasilitas Pendukung 8 8 10
Degradasi Lingkungan 90 81 94

Tabel 4. Klasifikasi Nilai Kepentingan dari Empat Elemen Produk Wisata Alam

Elemen Klasifikasi Rentang Nilai Kepentingan

Atraksi Diversitas Rendah 0-33


Diversitas Sedang 34-66
Diversitas Tinggi 67-100
Tanpa akses/atau hanya
Aksesibilitas Kurang
4WD
Kurang hingga Sedang 4WD/mungkin 2WD
Sedang 4WD, 2WD, bus mini
Semua kendaraan/gravel
Sedang hingga Baik
road
Semua kendaraan/sealed
Baik
road
Fasilitas
Tanpa fasilitas 0
pendukung
Fasilitas kurang 1-5
Fasilitas dasar 6-10
Degradasi
Rendah 0-20
lingkungan
Rendah hingga sedang 21-40
Sedang 41-60
Sedang hingga tinggi 61-80

Tabel 5. Klasifikasi Atraksi Pariwisata Alam Regional


Persentase
Jumlah Site
Kelas Atraksi Nilai dari Region
(buah)
(%)
1 2 3 4
Diversitas Rendah 0-33 0 0
Diversitas Sedang 34-66 0 0
Diversitas Tinggi 67-100 3 100
Total n/a 3 100

Tabel 6. Klasifikasi Sumber Daya Pariwisata Alam berdasarkan pada Kondisi


Aksesibilitas.

Jumlah Site Persentase dari Region


Kelas Aksesibilitas Nilai
(buah) (%)
-1 -2 -3 -4
Tanpa akses/atau hanya
Kurang
4WD
Kurang hingga
4WD/mungkin 2WD 0 0
Sedang
Sedang 4WD, 2WD, bus mini 1 33,33333333
Sedang hingga Semua kendaraan/gravel
1 33,33333333
Baik road
Semua kendaraan/sealed
Baik 1 33,33333333
road
Total n/a 3 100

Tabel 7. Klasifikasi Sumber Daya Pariwisata Alam berdasarkan pada Ketersediaan


Fasilitas Pendukung.
Kelas Fasilitas Jumlah Site
Nilai Persentase dari Region (%)
Pendukung (buah)
-1 -2 -3 -4
Tanpa fasilitas 0 0 0
Fasilitas kurang (1-5) 0 0
Fasilitas dasar (6-10) 3 100
Total n/a 3 100

Tabel 8. Klasifikasi Sumber Daya Pariwisata Alam berdasarkan pada Tingkat


Degradasi Lingkungan.
Kelas Degradasi Nilai Jumlah Site (buah) Persentase dari Region (%)
-1 -2 -3 -4
Rendah 0-20 0 0
Rendah hingga
21-40 0 0
Sedang
Sedang 41-60 0 0
Sedang hingga Tinggi 61-80 0 0
Tinggi 81-100 3 100
Total n/a 3 100

VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum acara 3 ini membahas mengenai penilaian potensi wisata pada
beberapa site dengan Metode Priskin yang telah dimodifikasi. Metode Priskin
merupakan metode yang digunakan untuk mengidentifikasi dan menilai sumber daya
yang relevan untuk pengembangan wisata alam pada skala regional. Metode ini
dilakukan dengan cara scoring dari indikator yang telah ditentukan seperti atraksi,
fasilitas pendukung, aksesibilitas dan tingkat degradasi lingkungan.
Terdapat kelemahan dan kelebihan dari pemakaian metode ini. Kelebihannya
adalah mampu menggambarkan tingkat kualitas dari indikator-indikator yang diamati
melalui skor yang diberikan. Sedangkan kelemahannya adalah bersifat subjektif
tergantung orang yang melakukan penilitian serta memerlukan modifikasi jika
diterapkan pada tempat lain. Dibandingkan dengan Metode BLM, Metode Priskin
dapat dibilang lebih akurat karena terdapat lebih banyak indikator yang mencirikan
suatu site.
Dalam metode Priskin, terdapat empat indikator di dalamnya seperti atraksi,
aksesibilitas, fasilitas pendukung, dan tingkat degradasi lingkungan. Atraksi ini
merupakan alasan utama bagi pengunjung unutk berkunjung serta menggambarkan
tentang daya tarik apa yang membuat suatu lokasi wisata tersebut layak dikunjungi.
Atraksi ini bisa mencakup aspek kenampakan alam, sosial budaya masyarakat,
lingkungan, maupun hal-hal menarik lainnya yang membuatnya unik dan menarik
bagi para pengunjung. Aksesibilitas berkaitan dengan seberapa mudahnya suatu lokasi
wisata tersebut dapat dijangkau atau aksesbilitas juga bermakna kemudahan produk
wisata untuk dapat dinikmati oleh pengunjung. Fasilitas pendukung bertujuan untuk
memberikan kenyamanan bagi pengunjung, jika fasilitas pendukung kurang maka
akan menyebabkan pengunjung tidak ingin datang lagi. Dengan demikian, fasilitas
pendukung sangat penting bagi suatu tempat wisata. Tingkat degradasi lingkungan
diperlukan untuk mengetahui kerusakan ekosistem pada kawasan wisata.
Pengamatan berada pada 3 lokasi yang berbeda, yakni Hutan Wanagama
(HW), Hutan Pinus Mangunan (HPM), dan Taman Nasional Gunung Merapi
(TNGM). Dalam pengamatannya sendiri dilakukan secara virtual dengan menonton
video dari platform youtube tentang lokasi yang akan kita amati. Skor tertinggi pada
elemen atraksi ditempati oleh TNGM-ZS dengan skor sebesar 99. Skor 99 termasuk
ke dalam klasifikasi diversitas tinggi. Hal ini dikarenakan TNGM-ZS memiliki luasan
yang paling besar dibandingkan HW dan HPM. Dengan luas yang besar maka dapat
didirikan berbagai jenis wisata alam sesuai dengan potensi yang dapat ditemukan.
Selain itu, TNGM-ZS merupakan wilayah dataran tinggi sehingga memiliki
keanekaragaman hayati yang unik dan tidak dapat dijumpai di kawasan dataran
rendah. Selain itu TNGM-ZS juga mendapatkan skor tertinggi pada elemen fasilitas
pendukung dengan skor 10 yang berarti taman nasional ini memiliki fasilitas
pendukung yang memumpuni bagi oengunjung dan juga tertinggi pada degradasi
lingkungan dengan skor 94 yang berarti TNGM-ZS mengalami kerusakan lingkungan
yang baik dikarenakan oleh manusia maupun alam. Dari segi alam, kerusakan seperti
bekas kebakaran dapat disebabkan karena adanya letusan Gunung Merapi. Manusia
berperan dalam pembuangan sampah yang masih sembarangan. Hal ini sering
dijumpai pada kawasan wisata alam Tlogo Muncar, dimana peengunjung memberi
monyet makanan berupa kacang-kacangan yang kemudian sampahnya hanya
tergeletak begitu saja tanpa ada yang membersihkan.
Berdasarkan hasil dari pengamatan dan penilaian, Hutan Wanagama perlu
dikembangkan terutama dalam hal aksesibilitas sehingga pengunjung pun dapat lebih
mudah untuk menjangkau lokasi tersebut. Hutan Pinus Mangunan perlu
pengembangan dalam hal atraksi sehingga lebih menarik minat pengunjung agar dapat
berkunjung. Taman Nasional Gunung Merapi perlu dilakukan upaya untuk mengatasi
tingginya nilai degradasi lingkungan, agar baik dari pengunjung maupun satwa di
TNGM-ZS sama-sama nyaman dan merasa terlindungi.

VII. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari praktikum acara 3 ini adalah pada
penilaian metode Priskin ini dilakukan dengan cara scoring dari elemn-elemen yang
telah ditentukan. Selain itu, dalam penilaiannya sendiri juga diberi rentang berdasar
skala kualitas dan skala kepentingan. Dari kegiatan praktikum ini, dapat disimpulkan
bahwa TNGM-ZS mendapatkan skor pengamatan tertinggi dari ketiga elemen yang
ada, yakni atraksi, fasilitas pendukung, dan degraasi lingkungan. Sedangkan Hutan
Pinus Mangunan menempati skor tertinggi pada elemen aksesibilitas.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Damanik, J. dan H. F. Weber. 2006. Perencanaan Ekowisata. Dari Teori ke Aplikasi.
Yogyakarta: Pusat Studi Pariwisata UGM dan Penerbit Andi.
Ginting, I. A., Patana, P., dan Rahmawaty, R. 2013. Penilaian dan Pengembangan
Potensi Objek dan Daya Tarik Wisata Alam di Taman Wisata Alam (TWA)
Sibolangit (Assessment and Development of Object Potency and Pull Factor
of Ecotourism at Sibolangit Recreational Park). Peronema Forestry Science
Journal. Vol 2(1): 74-81.
Priskin, J. 2001. Assessment Of Natural Resource For Nature-Based Tourism: The
Case of The Central Coast Region of Western Australia. Tourism Management
Journal. Vol 22: 634-648.
Rangkuti, F. 2013. SWOT Balanced Scorecard: Teknik Menyusun Strategi Korporat
yang Efektif Plus Cara Mengelola Kinerja dan Resiko. Jakarta: PT Gramedia
Pusataka Utama.
Spillane, James J. 1985. Ekonomi Pariwisata, Sejarah dan Prospeknya. Yogyakarta:
Kanisius.

Anda mungkin juga menyukai