Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU PEMULIAAN TERNAK

Disusun oleh :

Kelas F

Kelompok 13

Siti Agniya Sri Hartati 200110180026

Rifqy 200110180277

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2020
LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN

LAPORAN AKHIR PAKTIKUM ILMU PEMULIAN TERNAK

TAHUN AKADEMIK TAHUN 2019/2020

Disusun Oleh :

NAMA NPM TANDA TANGAN


1. Siti Agniya Sri Hartati 200110180026 ……………………….
2. Rifqy 200110180277 ……………………….

Telah diterima dan disahkan oleh Dosen Mata Kuliah Ilmu Pemulian Ternak pada
April 2020.

Menerima dan Mengesahkan

Dosen Mata Kuliah Ilmu Pemulian Ternak

Dr. Johar Arifin, S.Pt, MP

NIP. 197404262006041001

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Laporan Praktikum Mata
Kuliah Pemuliaan Ternak ini dengan tepat pada waktunya.

Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan laporan ini, penulis mengharapkan hal tersebut dijadikan motivasi dan
evaluasi dalam membuat tulisan karya Ilmiah yang lebih baik lagi di hari yang akan datang.

Akhir kata kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan laporan ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala urusan kita. Demikianlah laporan ini kami buat, atas perhatian dan
kesempatannya untuk membaca kami ucapkan terima kasih.

Sumedang, April 2020

Penyusun

3
DAFTAR ISI

Bab Halaman

HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………. i

KATA PENGANTAR………………………………………………….. ii

DAFTAR ISI…………………………………………………………… iii

DAFTAR TABEL………………………………………………………. iv

I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………….. 1
1.2 Tujuan dan Kegunaan………………………………………… 2
1.3 Metode Pelaksanaan Praktikum ……………………………… 2

II HASIL PRAKTIKUM
2.1 Pendugaan Nilai Ripitabilitas……………………………… 3
2.1.1 Tujuan Praktikum………………………………………….. 3
2.1.2 Data Praktikum…………………………………………….. 3
2.1.3 Analisis………………………………………………………4
2.1.4 Hasil dan Pembahasan……………………………………… 4
2.1.5 Kesimpulan…………………………………………………. 6

2.2 Pendugaan Nilai Heretabilitas Pola Half- Sib…….……… 6


2.2.1Tujuan Praktikum………………………………………….. 6
2.2.2 Data Praktikum…………………………………………….. 6
2.2.3 Analisis………………………………………………………6
2.2.4 Hasil dan Pembahasan……………………………………… 8
2.2.5 Kesimpulan…………………………………………………. 9
2.3 Indeks Seleksi…………………………………….………… 10
2.3.1Tujuan Praktikum………………………………………….. 10
2.3.2Data Praktikum…………………………………………….. 10
2.3.3Analisis……………………………………………………… 10
2.3.4 Hasil dan Pembahasan……………………………………… 11
2.3.5 Kesimpulan…………………………………………………. 12

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………. 13

4
DAFTAR TABLE

Tabel 2.1. Data Lemak Susu……………………………….. 3


Tabel 2.2. Sidik Ragam /Komponen Ragam………………. 3

Table 2.3. Hasil Perhitungan Pendugaan Nilai Ripitabilitas. 4


Tabel 2.4. Sidik Ragam……………………………………. 4
Table. 2.5. Pengukuran Performans Pejantan…………… 6

Tabel 2.6. Hasil Nilai Heritabilitas……………………….. 8


Table 2.7. Sumber Variasi………………………………….. 8

Table.2.8. Pengukuran Performans dari 10 individu ternak… 10

Table 2.9. Hasil Perhitungan Pengukuran Performa Dari 10 Individu Ternak.. 11

5
I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemuliaan ternak diartikan sebagai suatu teknologi beternak untuk meningkatkan

mutu genetik. Mutu genetik merupakan kemampuan warisan yang berasal dari tetua dan

moyang individu. Kemampuan ini akan dimunculkan setelah bekerja sama dengan pengaruh

faktor lingkungan di tempat ternak tersebut dipelihara. Pemuliaan ternak dapat ditinjau

sebagai suatu metode, maka dalam mencapai tujuan memerlukan unsur – unsur pengamatan,

percobaan, definisi, penggolongan, pengukuran, generalisasi, serta tindakan lainnya.

Selanjutnya metode tersebut juga membutuhkan langkah – langkah penentuan masalah,

perumusan hipotesis, pengumpulan data, penurunan kesimpulan dan pengujian hasil. Oleh

karena itu, pengembangan pemuliaan ternak memerlukan penelitian dan penerapan hasil

penelitian yang berkelanjutan.

Penelitian pemuliaan ternak khususnya seleksi, pada dasarnya mempunyai tiga

tujuan. Pertama, untuk menguji teori seleksi, kedua mengumpulkan data parameter genetik,

respons fisiologik yang selanjutnya digunakan untuk menyempurnakan metode seleksi.

Ketiga, digunakan untuk membandingkan kriteria seleksi atau sistem perkawinan yang

digunakan. Konsep dasar program pemuliaan ternak adalah memilih kelompok individu

generasi sekarang untuk dapat dijadikan tetua generasi yang akan datang. Tetua untuk

generasi selanjutnya tergantung atau dipengaruhi oleh variansi genetik yang ada di dalam
populasi yang akan diperbaiki. Genetik dalam suatu individu berisi data – data sifat yang

akan diturunkan dari suatu individu ke individu generasi selanjutnya. Perbaikan genetik

individu tersebut dilalukan dengan memperhatikan frekuensi gen dan frekuensi zigotik,

kawin acak, frekuensi perkawinan dan faktor yang mempengaruhi perubahan gen.

Pengaruh genetik maupun lingkungan menyebabkan timbulnya keragaman pada

pengamatan berbagai karakteristik kuantitatif. Berapa bagian dari perbedaan yang terukur

pada individu akan diwariskan kepada keturunan. Dari Ilmu Genetika telah dipahami bahwa

hanya efek genetik yang ditimbulkan oleh gen –gen dalam kromosom yang mungkin

1
diwariskan, sedang efek lingkungan tidak dapat diwariskan. Selain itu, diketahui pula bahwa

masing – masing gen mempunyai cara bereaksi yang berbeda, secara aditif, dominan atau

epistatik. Efek gen tidak dapat diketahui secara langsung, yang dapat diupayakan adalah

mengadakan penaksiran tersebut ditaksir terpisah dari efek dominan dan epistatik terhadap

keragaman fenotipik, yaitu dengan koefisien heritabilitas dan koefisien repitabilitas. Nilai

koefesien heretabilitas atau repitabilitas dan fenotip diketahui dapat mengetahui seberapa

besar nilai pemuliaan ternak.

1.2 Tujuan Dan Kegunaan


1) Mengetahui nilai repitabilitas pada suatu ternak dalam pemuliaan ternak berkaitan
dengan ketelitian seleksi.
2) Mengetahui nilai heritabilitas suatu ternak dalam pemulian ternak.

1.3 Metode Pelakasanaan Praktikum

1) Metode Ripitabilitas

a) Penjelasan materi dan prosedur praktikum oleh dosen pengampu.

b) Mengerjakan soal berkaitan dengan menghitung nilai ripitabilitas suatu sifat.

2) Metode Heritabilitas

a) Penjelasan materi dan prosedur praktikum oleh dosen pengampu.

b) Mengerjakan soal berkaitan dengan pendugaan nilai heritabilitas Pola Half-Sib

dengan Analisis Ragam

3) Metode Indeks Seleksi

a) Penjelasan materi dan prosedur praktikum oleh dosen pengampu.

b) Mengerjakan soal berkaitan dengan Menyusun Indek Seleksi Analisis data untuk

menyusun indek seleksi.

2
II

HASIL PRAKTIKUM

2.1 Pendugaan Nilai Ripitabilitas


2.1.1 Tujuan Praktikum
Mengetahui dan memahami bagaimana menganalisis nilai rifitabilitas suatu sifat.
2.1.2 Data Praktikum
Hitunglah nilai Ripitabilitas pada data lemak susu produksi peternakan rakyat di
Kabupaten Ciamis untuk sampel ternak berikut ini :

Tabel 2.1. Data Lemak Susu

Pengukuran Individu Total


Ke 1 2 3 4 5 6 7 8
1 4.20 5.04 4.10 3.89 3.78 3.78 3.57 3.36
2 4.20 4.52 4.62 3.99 4.10 3.78 3.99 3.78
3 4.41 4.41 4.10 4.10 4.20 3.78 3.89 3.89
∑𝑥
∑𝑥2
Tabel 2.2. Sidik Ragam /Komponen Ragam

Sumber Derajat Jumlah Kuadrat Komponen


Keragaman Bebas Kuadrat Tengah Ragam
Antar 𝑛–1 𝐽𝐾𝑤 𝐾𝑇𝑤
Individu
Dalam 𝑛(𝑚 – 1) 𝐽𝐾𝐸 𝐾𝑇𝐸
Individu
𝐸

Keterangan :
n = jumlah Individu
m = jumlah pengukuran per individu = jumlah untuk setiap individu
K = jumlah catatan per individu

3
2.1.3 Analisis

Model Analisis Statistik, apabila tidak ada faktor yang mempengaruhi sifat yang diteliti,
model statistiknya bisa dengan rancangan acak lengkap. Berdasarkan kemiripan antar catatan
individu dengan interclass korelasi. Dengan rumus matematis sebagai berikut : Yij = μ + αi + eij

Yij = respon observasi

μ = rata-rata populasi.
Αi = pengaruh individu ke i-j
eij = simpangan pengaruh lingkungan dalam individu

Pengukur Individu Total


an ke- 1 2 3 4 5 6 7 8

1 4,2 5,04 4,1 3,89 3,78 3,78 3,57 3,36


2 4,2 4,52 4,62 3,99 4,1 3,78 5,99 3,78
3 4,41 4,41 4,1 4,1 4,2 3,78 3,89 3,89

Ʃ 12,81 13,97 12,82 11,98 12,08 11,34 13,45 11,03 99,48

Ʃ(X2) 54,728 65,280 54,964 47,862 48,738 42,865 63,757 40,710 418,905

2.1.4 Hasil dan Pembahasan


Table 2.3. Hasil Perhitungan Pendugaan Nilai Ripitabilitas

n= 8 k= 3 N= 24
1) FK = Total ∑X² = (418,91) ² = 412,3446

N 24

2) JKTotal = ∑X² - FK = 418,9056 – 412,3446 = 6,561


3) JKW = 2,3938
4) JKE = JKTotal – JKW = 6,561 – 2,3938 = 4,1672

Tabel 2.4. Sidik Ragam


Sumber Jumlah
Derajat Kuadrat Komponen
Keragama Kuadra
bebas Tengah ragam
n t

Antar
Individu 7 2,3938 0,46071429 σe^2+k*σw^2
(W)
Dalam 16 4,1672 0,074725 σe^2

4
Individu
( E)

TOTAL 23 6,561    

5) σ² E = 0,074725
6) σ² w = 0,128663

7) ❑ σ² w

r = σ² E + kσ² w = 0,860442

8) S.EI = 0,050234

Pembahasan :

Ripitabilitas merupakan suatu pengukuran kesamaan antara pengukuran suatu sifat


yang diukur berkali-kali pada ternak yang sama selama ternak tersebut hidup. Nilai
ripitabilitas berada di kisaran 0 sampai dengan 1, jika nilai ripitabilitas semakin mendekati
angka 1 maka menunjukan bahwa kemampuan ternak untuk mengulangi sifat produksi susu
pada periode laktasi berikutnya akan tinggi (Morristiana, dkk, 2017). Menurut Becker (1992),
nilai ripitabilitas diperoleh dengan cara korelasi dalam kelas (intraclass corelation) sesuai
dengan pendekatan.

Pengetahuan tentang ripitabilitas suatu sifat itu dapat mengetahui batas minimum nilai
heritabilitas dari sifat yang diamati. Jika ragam lingkungan permanen sama dengan nol berarti
lingkungan permanen tidak memberikan pengaruh atau respon, sehingga nilai r=h²,
sedangkan jika ragam lingkungan n = 8 k = 3 N = 24, FK 412,3446 JKTotal 6.561 JKW
2.3938, JKE 4.1672. Sumber Keragaman db JK KT Komponen Antar Individu 7 4.80535
0.686479 𝜎𝐸 2 + 𝑘𝜎𝑊 2 Dalam Individu 24 41.3618 1.723408 𝜎𝐸 2 Total 31 46.16715 7
permanen tidak sama dengan nol maka lingkungan permanen memberikan respon atau
pengaruh sehingga r > h2. Menurut Hardjosubroto (1994), jika rumus ripitabilitas
dibandingkan dengan heritabilitas, maka angka pengulangan merupakan batas maksimum
dari angka pewarisan, atau angka pengulangan selalu lebih besar atau sama dengan angka
pewarisan (r ≥ h2 ). Berdasarkan hasil perhitungan yang sudah dilakukan, didapatkan nilai
ripitabilitas sebesar 0.167054 dan nilai SEI 0.050234. Besarnya nilai ripitabilitas dipengaruhi
oleh ragam genetic dan ragam lingkungan permanen, dan nilai standar error dipengaruhi oleh
ragam lingkungan temporer. Ripitabilitas digolongkan ke dalam rendah jika nilainya kurang
dari 0.2, sedang jika nilainya berkisar antara 0.2 dan 0.4, dan tinggi jika nilainya lebih besar
dari 0.4 (Noor, 2010). Dengan adanya pernyataan tersebut. Berarti nilai ripitabilitas yang
kami dapatkan termasuk kedalamkategori rendah.

5
2.1.5 Kesimpulan

Nilai ripitabilitas yang didapatkan sebesar 0,167054 dan termasuk


kedalam ripitabilitas kategori rendah (r < 0,2).

2.2 Pendugaan Nilai Heretabilitas Pola Half- Sib


2.2.1 Tujuan praktikum
Dapat mengetahui dan memahami pendugaan nilai heretabilitas pola Half-Sib.
2.2.2 Data Praktikum
Table. 2.5. Pengukuran Performans Pejantan

Pejanta Pejanta Pejanta


No Total
n1 n2 n3

1 1,84 1,92 2
2 2,1 2,19 1,88
3 1,88 1,89 1,93
4 2,03 1,96 1,75
5 1,88 1,93 1,81
6 1,75 1,94 1,84  

Ʃ(Y2)

k=6 n=3 N=18

2.2.3 Analisis

Menghitung heritabilitas digunakan untuk menunjukan bagian dari


keragaman total (yang diukur dengan ragam) dari suatu sifat yang
diakibatkan oleh pengaruh genetik. Secara statistik merupakan reaksi
observased fenotipik variance, yang disebabkan perbedaan hereditas diantara
gen dan kombinasi gen genotipe individu-individu sebagai suatu unit.
Heritabilitas dari sesuatu karakter dapat didefinisikan sebagai suatu

6
perbandingan antara besaran ragam genotipe terhadap besaran total ragam

fenotip dari suatu karakter. Nilai perbandingan tersebut diberi simbol h2, dan
besarnya ialah:

G E

dimana σ 2 merupakan total ragam genotipe, dan σ 2 adalah total ragam


lingkungan.
Keragaman yang teramati pada sesuatu sifat harus dapat dibedakan
apakah disebabkan oleh faktor keturunan atau faktor-faktor lingkungan.
Sehingga diperlukan suatu pernyataan yang bersifat kuantitatif antara peranan
faktor keturunan relatif terhadap faktor-faktor lingkungan dalam memberikan
penampilan akhir atau fenotipe yang kita amati. Heritabilitas yang demikian,
kita sebut sebagai heritabilitas dalam arti sempit, yang besarnya dapat
dirumuskan sebagai berikut:

dimana Σa2 adalah ragam genetik-aditif, sedangkan Σg2 merupakan total

ragam genotipe, dan Σe2 adalah total ragam lingkungan. Besar kecilnya nilai

heritabilitas (h2), berkisar antara 0 sampai 1,0. Heritabilitas untuk sifat yang

ekstrim jarang diperoleh untuk sifat kuantitatif ternak. Nilai heritabilitas sama
dengan nol artinya semua keragaman sifat ditentukan oleh pengaruh
lingkungan, sedangkan nilai heritabilitas sama dengan satu berarti semua
keragaman sifat ditentukan oleh faktor genetik. Sehingga untuk kedua nilai

7
ekstrim tersebut tidak mungkin, karena setiap individu ternak akan
memperoleh pengaruh genetik dan lingkungan.
2.2.4 Hasil dan Pembahasan

Tabel 2.6. Hasil Nilai Heritabilitas


Pejanta Pejanta Pejanta
No Total
n1 n2 n3

1 1,84 1,92 2
2 2,1 2,19 1,88
3 1,88 1,89 1,93
4 2,03 1,96 1,75
5 1,88 1,93 1,81
6 1,75 1,94 1,84  

Ʃ 11,48 11,83 11,21 34,52

Ʃ(Y2) 22,0478 23,3847 20,9835 66,416

k=6 n=3 N=18

FK = Y2 = 66,4162 = 66,202
N 18

JK Total = ∑ Y2 – FK = 66,416 – 66,202 = 0,214

JK Pejantan = ∑((∑x)2) – FK = 0,032

JK Galat = JK Total – JK Pejantan


= 0,214 – 0,032

= 0,182

Table 2.7. Sumber Variasi.

Sumber Variasi db JK KT Komponen

Antar Pejantan 2 0,03221111 0,0136 σw^2 + k*σs^2


Galat 15 0,1821 0,0101 σw^2

Total 17 0,21431111    

8
σ2 w = 0,0101
σ2 s = 0,000581

t = σ2 s = 0,054331

σ2 w + σ2 s

h2 = 4t = 4(0,054331) = 0,217326 = 0,22

Dari hasil perhitungan diatas diperoleh nilai heritabilitasnya sebesar

0,22. Ini sesuai dengan literatur bahwa besar kecilnya nilai heritabilitas (h2),
berkisar antara 0 sampai 1,0. Heritabilitas menunjukkan bagian atau
persentase dari keragaman fenotipik yang disebabkan oleh keragaman

genetik additif. Semakin tinggi nilai h2 dapat diartikan bahwa keragaman


sifat produksi lebih banyak dipengaruhi oleh perbedaan genotipe ternak
dalam populasi, dan hanya sedikit pengaruh keragaman lingkungan.
Nilai heritabilitas dibedakan atas tiga kategori yaitu kecil, sedang dan
besar. Nilai heritabilitas dikatakan kecil (rendah) jika nilainya 0 – 0,2;
sedang: 0,2 – 0,4 dan besar (tinggi) jika bernilai lebih dari 0,4. Preston dan
Willis (1974) mengklasifikasikan nilai heritabilitas, dikatakan rendah jika
kurang dari 0,25, sedang jika nilainya 0,25 – 0,50 dan besar jika bernilai
lebih dari 0,50. Menurut Hardjosubroto (1994), nilai heritabilitas dikatakan
rendah apabila bernilai kurang dari 0,10; sedang jika nilainya antara 0,10 –
0,30 dan tinggi jika lebih dari 0,30.
2.2.5 Kesimpulan
Pada hasil perhitungan diatas diperoleh nilai heritabilitas (h2) sebesar 0,22 Maka dapat
dikatakan data diatas memiliki nilai heritabilitas sedang.

2.3 Indeks Seleksi


2.3.1 Tujuan praktikum

9
Dapat mengetahui dan memahami bagaimana penyusuanan indeks seleksi berdasarkan
suatu sifat dalam suatu populasi ternak yang diamati.

2.3.2 Data Praktikum


Table.2.8. Pengukuran Performans dari 10 individu ternak

ID Produksi Berat Sapih NP NP Berat Index


Ternak Susu Test (kg) Produksi Sapih NP Ranking
Day (liter) Susu Test Total
Day
A 6.0 25.5
B 7.3 24.7
C 7.9 25.6
D 8.0 25.4
E 8.2 26.8
F 8.4 24.0
G 8.5 24.3
H 8.8 27.6
I 8.8 25.9
J 9.0 25.8
Rata – rata

Heritabilitas Produksi susu test day = 0.2

Heritabilitas Berat Sapih = 0.5

2.3.3 Analisis Hasil

Dengan adanya nilai heretabilitas, maka nilai pemuliaan masing-masing perpormans


dicari terlebih dulu dengan menggunakan rumus :NP Produksi Susu Test Day =
h2Produksi Susu Test Day (Pi- Ṕ ¿

Sehingga dapat dihitung nilai indeks dengan menjumlah nilai pemuliaan dengan
menggunakan rumus : Index NP = NP1 +NP2

2.3.4 Hasil dan Pembahasan


Table 2.9. Hasil Perhitungan Pengukuran Performa Dari 10 Individu Ternak

10
ID Produksi Berat NP NP Berat Index
Ranking
Ternak Susu Test Sapih (kg) Produksi Sapih NP
Day (liter) Susu Test Total
Day
A 6.0 25.5 -0.418 -0.03 -0.448 8
B 7.3 24.7 -0.158 0.43 0.272 5
C 7.9 25.6 -0.038 0.02 -0.058 6
D 8.0 25.4 -0.018 -0.08 -0.089 7
E 8.2 26.8 0.022 0.62 0.642 2
F 8.4 24.0 0.062 -0.78 -0.718 10
G 8.5 24.3 0.082 -0.63 -0.548 9
H 8.8 27.6 0.142 1.02 1.162 1
I 8.8 25.9 0.142 0.17 0.312 3
J 9.0 25.8 0.182 0.12 0.302 4
Rata- 8.09 25.56
Rata

Heritabilitas Produksi susu test day = 0.2

Heritabilitas Berat Sapih = 0.5

Perhitunagan dilakukan menggunakan rumus


NP Produksi Susu Test Day = h2Produksi Susu Test Day (Pi- Ṕ ¿
Index NP = NP1 +NP2
Hasil perhitungan menyusun indeks seleksi berdasarkan fenotip poduksi susu dan
berat sapih saja, ternak H menempati urutan pertama, kemudian ternak E, I, dan seterusnya.
Rata-rata nilai indeks adalah nol (0), dengan demikian ternak yang mempunyai nilai indeks
negatif, performa nya dibawah rata-rata populasi.
Pembahasan Seleksi merupakan suatu proses dimana individu-individu tertentu dalam
suatu populasi dipilih dan diternakkan untuk tujuan produksi yang lebih baik (segi kuantitas
dan kualitas) pada generasi selanjutnya. Indeks seleksi merupakan salah satu prosedur seleksi
sifat berganda yang penting dalam program pemuliaan. Metode ini menyangkut penentuan
nilai masing-masing sifat yang diseleksi dan nilai-nilai ini akan memberikan sejumlah score
(nilai) yang menjadi indek ternak yang bersangkutan. Ternak dengan total score tertinggi
(indeks) dipilih untuk tujuan seleksi.

11
Penting diperhatikan adalah masing-masing sifat memiliki koefisien (bobot) yang
berbeda-beda tergantung pada nilai ekonominya. Penentuan koefisien masing-masing sifat
dipengaruhi oleh banyak faktor menyangkut demand konsumen, harga pasaran, biaya
produksi, dsb. Sehingga penentuan koefisien secara kasar dapat diperkirakan berdasarkan atas
persentase saja dengan mengingat total koefisien semau sifat yang dipakai untuk menentukan
indeks adalah 1 atau 100% (Warwick, 1987).
Dengan demikian metode IS lebih akurat untuk seleksi ternak dibanding metode NP
karena semua variabel sifat produksi ikut dianalisis. Nilai NP yang negatif menunjukkan
bahwa kedudukan ternak dalam suatu populasi berada di bawah rata-rata populasinya
(Hardjosubroto, 1994).

2.3.5 Kesimpulan
Rangking tertinggi atau ranking 1 ternak sapi bali yaitu ternak yang memiliki ID
ternak J berdasarkan perhitungan indeks nilai pemuliaan. Urutan ranking indeks nilai
pemuliaan sapi bali dari yang terkecil sampai tertinggi yaitu ternak ID A, B, C, I, D, F, G, H,
E, dan J. Ranking indeks nilai pemuliaan dapat dilihat dari perhitungan produksi susu test day
laktasi 1 dan produksi susu test say laktasi 2.
Semakin tinggi pruksi susu sapi diatas rata-rata maka nilai pemuliaan akan semakin tinggi

12
DAFTAR PUSTAKA

Becker, W.A. 1992. Manual of Quantitative Genetiks. 5th ed. Academia Enterprises.
Pullman. USA.

Hardjosubroto, W. 1994. Aplikasi Pemuliaan Ternak di Lapangan. PT Gramedia Widiasarana


IndoMorristiana K.S.P., H. Indijani, D. S. Tasripin. 2017. Pendugaan Nilai
Ripitabilitas dan Daya Produksi Susu 305 Hari Sapi Perah Fries Holland Di Pt. Ultra
Peternakan Bandung Selatan (UPBS). Universitas Padjadjaran. Sumedang.

Morristiana K.S.P., H. Indijani, D. S. Tasripin. 2017. Pendugaan Nilai Ripitabilitas dan Daya
Produksi Susu 305 Hari Sapi Perah Fries Holland Di Pt. Ultra Peternakan Bandung
Selatan (UPBS). Universitas Padjadjaran. Sumedang.

Noor, R. R. 2010. Genetika Ternak. Penebar Swadaya, Jakarta.

Preston, T. R. and M. B. Willis. 1974. Intensive Beef Production. Pergamon Press. Oxford.
New York. Toronto. Sydney.

Warwick, E.J.,J.M.Astuti. dan W. Hardjosubroto. 1987. Pemuliaan Ternak. Gadjah Mada


University Press. Yogyakarta.nesia. Jakarta.

13

Anda mungkin juga menyukai