Disusun oleh :
Kelas F
Kelompok 13
Rifqy 200110180277
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2020
LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN
Disusun Oleh :
Telah diterima dan disahkan oleh Dosen Mata Kuliah Ilmu Pemulian Ternak pada
April 2020.
NIP. 197404262006041001
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Laporan Praktikum Mata
Kuliah Pemuliaan Ternak ini dengan tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan laporan ini, penulis mengharapkan hal tersebut dijadikan motivasi dan
evaluasi dalam membuat tulisan karya Ilmiah yang lebih baik lagi di hari yang akan datang.
Akhir kata kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan laporan ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala urusan kita. Demikianlah laporan ini kami buat, atas perhatian dan
kesempatannya untuk membaca kami ucapkan terima kasih.
Penyusun
3
DAFTAR ISI
Bab Halaman
KATA PENGANTAR………………………………………………….. ii
DAFTAR TABEL………………………………………………………. iv
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………….. 1
1.2 Tujuan dan Kegunaan………………………………………… 2
1.3 Metode Pelaksanaan Praktikum ……………………………… 2
II HASIL PRAKTIKUM
2.1 Pendugaan Nilai Ripitabilitas……………………………… 3
2.1.1 Tujuan Praktikum………………………………………….. 3
2.1.2 Data Praktikum…………………………………………….. 3
2.1.3 Analisis………………………………………………………4
2.1.4 Hasil dan Pembahasan……………………………………… 4
2.1.5 Kesimpulan…………………………………………………. 6
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………. 13
4
DAFTAR TABLE
5
I
PENDAHULUAN
mutu genetik. Mutu genetik merupakan kemampuan warisan yang berasal dari tetua dan
moyang individu. Kemampuan ini akan dimunculkan setelah bekerja sama dengan pengaruh
faktor lingkungan di tempat ternak tersebut dipelihara. Pemuliaan ternak dapat ditinjau
sebagai suatu metode, maka dalam mencapai tujuan memerlukan unsur – unsur pengamatan,
perumusan hipotesis, pengumpulan data, penurunan kesimpulan dan pengujian hasil. Oleh
karena itu, pengembangan pemuliaan ternak memerlukan penelitian dan penerapan hasil
tujuan. Pertama, untuk menguji teori seleksi, kedua mengumpulkan data parameter genetik,
Ketiga, digunakan untuk membandingkan kriteria seleksi atau sistem perkawinan yang
digunakan. Konsep dasar program pemuliaan ternak adalah memilih kelompok individu
generasi sekarang untuk dapat dijadikan tetua generasi yang akan datang. Tetua untuk
generasi selanjutnya tergantung atau dipengaruhi oleh variansi genetik yang ada di dalam
populasi yang akan diperbaiki. Genetik dalam suatu individu berisi data – data sifat yang
akan diturunkan dari suatu individu ke individu generasi selanjutnya. Perbaikan genetik
individu tersebut dilalukan dengan memperhatikan frekuensi gen dan frekuensi zigotik,
kawin acak, frekuensi perkawinan dan faktor yang mempengaruhi perubahan gen.
pengamatan berbagai karakteristik kuantitatif. Berapa bagian dari perbedaan yang terukur
pada individu akan diwariskan kepada keturunan. Dari Ilmu Genetika telah dipahami bahwa
hanya efek genetik yang ditimbulkan oleh gen –gen dalam kromosom yang mungkin
1
diwariskan, sedang efek lingkungan tidak dapat diwariskan. Selain itu, diketahui pula bahwa
masing – masing gen mempunyai cara bereaksi yang berbeda, secara aditif, dominan atau
epistatik. Efek gen tidak dapat diketahui secara langsung, yang dapat diupayakan adalah
mengadakan penaksiran tersebut ditaksir terpisah dari efek dominan dan epistatik terhadap
keragaman fenotipik, yaitu dengan koefisien heritabilitas dan koefisien repitabilitas. Nilai
koefesien heretabilitas atau repitabilitas dan fenotip diketahui dapat mengetahui seberapa
1) Metode Ripitabilitas
2) Metode Heritabilitas
b) Mengerjakan soal berkaitan dengan Menyusun Indek Seleksi Analisis data untuk
2
II
HASIL PRAKTIKUM
Keterangan :
n = jumlah Individu
m = jumlah pengukuran per individu = jumlah untuk setiap individu
K = jumlah catatan per individu
3
2.1.3 Analisis
Model Analisis Statistik, apabila tidak ada faktor yang mempengaruhi sifat yang diteliti,
model statistiknya bisa dengan rancangan acak lengkap. Berdasarkan kemiripan antar catatan
individu dengan interclass korelasi. Dengan rumus matematis sebagai berikut : Yij = μ + αi + eij
μ = rata-rata populasi.
Αi = pengaruh individu ke i-j
eij = simpangan pengaruh lingkungan dalam individu
Ʃ(X2) 54,728 65,280 54,964 47,862 48,738 42,865 63,757 40,710 418,905
n= 8 k= 3 N= 24
1) FK = Total ∑X² = (418,91) ² = 412,3446
N 24
Antar
Individu 7 2,3938 0,46071429 σe^2+k*σw^2
(W)
Dalam 16 4,1672 0,074725 σe^2
4
Individu
( E)
TOTAL 23 6,561
5) σ² E = 0,074725
6) σ² w = 0,128663
❑
7) ❑ σ² w
r = σ² E + kσ² w = 0,860442
8) S.EI = 0,050234
Pembahasan :
Pengetahuan tentang ripitabilitas suatu sifat itu dapat mengetahui batas minimum nilai
heritabilitas dari sifat yang diamati. Jika ragam lingkungan permanen sama dengan nol berarti
lingkungan permanen tidak memberikan pengaruh atau respon, sehingga nilai r=h²,
sedangkan jika ragam lingkungan n = 8 k = 3 N = 24, FK 412,3446 JKTotal 6.561 JKW
2.3938, JKE 4.1672. Sumber Keragaman db JK KT Komponen Antar Individu 7 4.80535
0.686479 𝜎𝐸 2 + 𝑘𝜎𝑊 2 Dalam Individu 24 41.3618 1.723408 𝜎𝐸 2 Total 31 46.16715 7
permanen tidak sama dengan nol maka lingkungan permanen memberikan respon atau
pengaruh sehingga r > h2. Menurut Hardjosubroto (1994), jika rumus ripitabilitas
dibandingkan dengan heritabilitas, maka angka pengulangan merupakan batas maksimum
dari angka pewarisan, atau angka pengulangan selalu lebih besar atau sama dengan angka
pewarisan (r ≥ h2 ). Berdasarkan hasil perhitungan yang sudah dilakukan, didapatkan nilai
ripitabilitas sebesar 0.167054 dan nilai SEI 0.050234. Besarnya nilai ripitabilitas dipengaruhi
oleh ragam genetic dan ragam lingkungan permanen, dan nilai standar error dipengaruhi oleh
ragam lingkungan temporer. Ripitabilitas digolongkan ke dalam rendah jika nilainya kurang
dari 0.2, sedang jika nilainya berkisar antara 0.2 dan 0.4, dan tinggi jika nilainya lebih besar
dari 0.4 (Noor, 2010). Dengan adanya pernyataan tersebut. Berarti nilai ripitabilitas yang
kami dapatkan termasuk kedalamkategori rendah.
5
2.1.5 Kesimpulan
1 1,84 1,92 2
2 2,1 2,19 1,88
3 1,88 1,89 1,93
4 2,03 1,96 1,75
5 1,88 1,93 1,81
6 1,75 1,94 1,84
Ʃ(Y2)
2.2.3 Analisis
6
perbandingan antara besaran ragam genotipe terhadap besaran total ragam
fenotip dari suatu karakter. Nilai perbandingan tersebut diberi simbol h2, dan
besarnya ialah:
G E
ragam genotipe, dan Σe2 adalah total ragam lingkungan. Besar kecilnya nilai
heritabilitas (h2), berkisar antara 0 sampai 1,0. Heritabilitas untuk sifat yang
ekstrim jarang diperoleh untuk sifat kuantitatif ternak. Nilai heritabilitas sama
dengan nol artinya semua keragaman sifat ditentukan oleh pengaruh
lingkungan, sedangkan nilai heritabilitas sama dengan satu berarti semua
keragaman sifat ditentukan oleh faktor genetik. Sehingga untuk kedua nilai
7
ekstrim tersebut tidak mungkin, karena setiap individu ternak akan
memperoleh pengaruh genetik dan lingkungan.
2.2.4 Hasil dan Pembahasan
1 1,84 1,92 2
2 2,1 2,19 1,88
3 1,88 1,89 1,93
4 2,03 1,96 1,75
5 1,88 1,93 1,81
6 1,75 1,94 1,84
FK = Y2 = 66,4162 = 66,202
N 18
= 0,182
Total 17 0,21431111
8
σ2 w = 0,0101
σ2 s = 0,000581
t = σ2 s = 0,054331
σ2 w + σ2 s
0,22. Ini sesuai dengan literatur bahwa besar kecilnya nilai heritabilitas (h2),
berkisar antara 0 sampai 1,0. Heritabilitas menunjukkan bagian atau
persentase dari keragaman fenotipik yang disebabkan oleh keragaman
9
Dapat mengetahui dan memahami bagaimana penyusuanan indeks seleksi berdasarkan
suatu sifat dalam suatu populasi ternak yang diamati.
Sehingga dapat dihitung nilai indeks dengan menjumlah nilai pemuliaan dengan
menggunakan rumus : Index NP = NP1 +NP2
10
ID Produksi Berat NP NP Berat Index
Ranking
Ternak Susu Test Sapih (kg) Produksi Sapih NP
Day (liter) Susu Test Total
Day
A 6.0 25.5 -0.418 -0.03 -0.448 8
B 7.3 24.7 -0.158 0.43 0.272 5
C 7.9 25.6 -0.038 0.02 -0.058 6
D 8.0 25.4 -0.018 -0.08 -0.089 7
E 8.2 26.8 0.022 0.62 0.642 2
F 8.4 24.0 0.062 -0.78 -0.718 10
G 8.5 24.3 0.082 -0.63 -0.548 9
H 8.8 27.6 0.142 1.02 1.162 1
I 8.8 25.9 0.142 0.17 0.312 3
J 9.0 25.8 0.182 0.12 0.302 4
Rata- 8.09 25.56
Rata
11
Penting diperhatikan adalah masing-masing sifat memiliki koefisien (bobot) yang
berbeda-beda tergantung pada nilai ekonominya. Penentuan koefisien masing-masing sifat
dipengaruhi oleh banyak faktor menyangkut demand konsumen, harga pasaran, biaya
produksi, dsb. Sehingga penentuan koefisien secara kasar dapat diperkirakan berdasarkan atas
persentase saja dengan mengingat total koefisien semau sifat yang dipakai untuk menentukan
indeks adalah 1 atau 100% (Warwick, 1987).
Dengan demikian metode IS lebih akurat untuk seleksi ternak dibanding metode NP
karena semua variabel sifat produksi ikut dianalisis. Nilai NP yang negatif menunjukkan
bahwa kedudukan ternak dalam suatu populasi berada di bawah rata-rata populasinya
(Hardjosubroto, 1994).
2.3.5 Kesimpulan
Rangking tertinggi atau ranking 1 ternak sapi bali yaitu ternak yang memiliki ID
ternak J berdasarkan perhitungan indeks nilai pemuliaan. Urutan ranking indeks nilai
pemuliaan sapi bali dari yang terkecil sampai tertinggi yaitu ternak ID A, B, C, I, D, F, G, H,
E, dan J. Ranking indeks nilai pemuliaan dapat dilihat dari perhitungan produksi susu test day
laktasi 1 dan produksi susu test say laktasi 2.
Semakin tinggi pruksi susu sapi diatas rata-rata maka nilai pemuliaan akan semakin tinggi
12
DAFTAR PUSTAKA
Becker, W.A. 1992. Manual of Quantitative Genetiks. 5th ed. Academia Enterprises.
Pullman. USA.
Morristiana K.S.P., H. Indijani, D. S. Tasripin. 2017. Pendugaan Nilai Ripitabilitas dan Daya
Produksi Susu 305 Hari Sapi Perah Fries Holland Di Pt. Ultra Peternakan Bandung
Selatan (UPBS). Universitas Padjadjaran. Sumedang.
Preston, T. R. and M. B. Willis. 1974. Intensive Beef Production. Pergamon Press. Oxford.
New York. Toronto. Sydney.
13