PLANKTONOLOGI
Disusun oleh :
Kelompok 5
I Kadek Alamsta Suarjuniarta
1713521035
UNIVERSITAS UDAYANA
BUKIT JIMBARAN
2018
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan laporan akhir praktikum
Planktonologi dengan baik dan tepat waktu.
Laporan ini saya buat untuk memenuhi laporan praktikum mata kuliah
planktonologi. Saya juga berterima kasih kepada Para Dosen pengampu yaitu Gde
Raka Angga Kartika, S.Pi., MP, Ayu Putu Wiweka Krisna Dewi, S.ST.Pi., MP.
Dewa Ayu Angga Pebriani S.Pi., MP . Saya berharap dengan laporan praktikum
ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita
mengenai Planktonologi. Saya juga menyadari sepenuhnya dalam laporan akhir ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap
adanya kritik, saran dan usulan yang membangun agar laporan ini jadi lebih baik
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa adanya saran yang membangun.
Semoga laporan akhir yang sederhana ini dapat dipahami oleh siapapun
yang membacanya. Sekiranya laporan akhir ini dapat berguna bagi kami maupun
orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf jika ada kata-kata yang
kurang berkenan dan mohon kritik saran yang membangun demi perbaikan masa
depan
Penyusun
2
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR ........................................................................................... 2
DAFTAR ISI.......................................................................................................... 3
1.4 Manfaat...................................................................................................... 10
3
3.3Metode Praktikum ........................................................................................ 35
BAB V PENUTUP............................................................................................... 97
5.1 Kesimpulan............................................................................................... 97
4
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.7Bacillariophyceae……………………………………………………11
5
DAFTAR TABEL
Tabel 4.14 Hasil perhitungan dari tolak ukur kelimpahan fitoplankton pada titik
1…………………………………………………………….…………………… 73
6
Tabel 4.20 Kelimpahan Fitoplankton di titik 5……………………………………75
Tabel 4.24 Hasil perhitungan dari tolak ukur kelimpahan fitoplankton pada titik
2…………………………………………………………………………………..78
7
BAB I
PENDAHULUAN
8
(Reynolds et al. 1984). Faktor penunjang pertumbuhan fitoplankton sangat
kompleks dan saling berinteraksi antara faktor fisika-kimia perairan seperti
intensitas cahaya, oksigen terlarut, stratifikasi suhu, dan ketersediaan unsur hara
nitrogen dan fosfor, sedangkan aspek biologi adalah adanya aktivitas pemangsaan
oleh hewan, mortalitas alami, dan dekomposisi (Goldman dan Horne, 1983).
Suatu perairan dikatakan produktivitas jika dalam perairan tersebut selain
intensitas cahaya dapat menembus jauh sampai kekedalaman perairan serta
kecerahan perairan tersebut baik, jumlah fitoplankton dan zooplankton juga
mempengaruhi produktivitas suatu perairan karena jumlahnya yang melimpah
didalam perairan tersebut akan meningkatkan jumlah produksi dari ikan maupun
organisme yang membutuhkan jasad renik berupa zooplankton dan fitoplankton di
perairan tersebut. Tetapi dibalik fenomenanya ini, plankton dapat berdampak buruk
bagi sumberdaya perairan, dengan meningkatnya plankton secara besar-besaran
atau terjadi blooming, akan mengganggu organisme perairan, dimana
keberadaannya dapat membuat organisme lain yang berada disuatu perairan mati
secara missal (Yuliana, 2012).
Dari informasi diatas maka dipandang perlu untuk lebih jauh mengenal
plankton terutama zooplankton dan fitoplankton serta kelimpahannya dan
keanekaragamannya disuatu perairan. Untuk mengetahui lebih jelas maka
dilakukanlah praktikum planktonologi ini.
9
2. Mengukur kualitas kimiawi air yang mempengaruhi komunitas plankton
(kandungan karbon dioksida terlarut, atau dissolved oxygen, pH,
tcmperatur, transparansi/ ecnetrasi cahaya dan lainnya.
3. Mengukur kualitas fisik badan air: temperatur udara dan badan air,
kedalaman air, arah arus air (kalau ada pasang surut) dan penetrasi
/transparansi cahaya matahari.
4. Mengamati berbagai aktifitas atau kcgiatan yang mempcngaruhi
ekosistcm perairan lokasi yang dijadikan studi pada praktikum ini.
1.4 Manfaat
1. Mahasiswa dapat mempelajari komunitas plankton (Fitoplankton dan
Zooplankton) yang terdapat pada badan air.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pantai Semawang
Pantai Semawang masih segaris dengan Pantai Sanur, melihat dari peta letak
kedua pantai ini tepat bersebelahan. Secara administratif Pantai terletak di
Kecamatan Denpasar Selatan dan Denpasar Timur, Kota Denpasar. Kawasan Pantai
Sanur di Denpasar Selatan meliputi wilayah Kelurahan Sanur, wilayah Desa Sanur
Kaja, wilayah Desa Sanur Kauh, serta di Kecamatan Denpasar Timur meliputi
wilayah Desa Kesiman Petilan dan wilayah Desa Kesiman Kertalangu (Astuti,
2002).
Kawasan pariwisata Sanur memiliki garis pantai dengan panjang ± 8 km,
merupakan pantai di sebelah Timur yang membentang dari utara ke selatan
termasuk pantai semawang, pantai mertasari dan pantai karang . Kawasan
pariwisata Sanur berada pada ketinggian antara 0 – 6 mdpl (meter di atas permukaan
laut) dengan untuk wilayah (relief) datar dengan kemiringan lereng antara 0 – 2 %
dan di beberapa bagian wilayah Sanur merupakan daerah bergelombang dan
berombak dengan kemiringan lereng antara 3 – 8 %. Sebagai daerah pantai,
kawasan Sanur merupakan daerah yang relatif datar sehingga berpotensi untuk
tergenang di beberapa tempat pada musim penghujan (Gautama, 2011).
11
2.2 Plankton
Sumber : (Satino,2003)
Gambar 2.2 Plankton
Istilah plankton pertama kali digunakan oleh Victor Hensen pada tahun1887.
Kata plankton berasal dari bahasa Yunani yang berarti pengembara (Sulistyawati,
1982; Sachlan, 1987). Menurut Nontji (1987) plankton adalah organisme baik
hewan maupun tumbuhan yang hidup melayang diperairan, kemampuan geraknya
sangat terbatas sehingga organisme tersebut selalu terbawa arus. Dan Odum (1994)
menyatakan bahwa plankton adalah organisme yang mengapung diperairan dan
pergerakanya kurang lebih tergantung pada arus, secara keseluruhan plankton tidak
dapat bergerak melawan arus.
Difinisi tentang plankton telah banyak dikemukakan oleh para ahli dengan
pendapat yang hampir sama yakni seluruh kumpulan organisme baik hewan
maupun tumbuhan yang hidup terapung atau melayang di dalam air, tidak dapat
bergerak atau dapat bergerak sedikit dan tidak dapat melawan arus. Jenis organisme
yang hidup mengembara mengikuti arus dengan cara menempel pada benda-benda
terapung sedangkan ia sendiri tidak dapat berenang bebas disebut pseudoplankton.
Termasuk kelompok pseudoplankton adalah organisme penempel seperti teritip
(Bernacle dan Lepas). Individu plankton (plankter) umumnya berukuran
mikroskopis, meskipun demikian ada pula plankter yang berukuran beberapa meter
misalnya Scyphozoa (Coelenterata) dapat mencapai ukuran 1 m dengan tentakel
sepanjang 25 m. Zooplankton juga dapat bersifat sebagai pleuston (Physalia dan
Velella) dan hyponeuston (Sulawesty, 2008).
Plankton adalah organisme yang melayang-layang pada badan air dan
pergerakannya sangat dipengaruhi oleh arus. Ukuran plankton sangat bervariasi
12
tergantung pada jenis dan penggolongan plankton namun umumnya mempunyai
ukuran microscopic. Ukuran yang sangat kecil inilah sehingga untuk mempelajari
plankton dipelajari metode khusus yang berbeda dengan penelitian terhadap
organisme lain umumnya (Kasim dan Wanurgaya, 2009).
2.2.1 Fitoplankton
13
2.2.1.1 Peranan Fitoplankton
fitoplankton menempati tempat yang terendah sebagai produser
primer. Rantai makanan grazing di laut dimulai dari fitoplankton sebagai
produser dan zooplankton sebagai konsumer (grazer). Apabila terjadi
kematian baik fitoplankton maupun zooplankton maka akan menjadi
mata rantai pertama dalam rantai makan detritus (detritus food chain).
Kedua rantai makanan tersebut menjadi siklus dasar dalam produksi di
laut (Sunarto, 2008).
Peranan fitoplankton dalam ekosistem perairan marin demikian
penting, yakni selain sebagai penyedia energi, beberapa jenis di
antaranya Gymnodinium mikroadriaticum (Dinoflagellata/Pyrrophyta)
membentuk simbiont sebagai zoox (zooxanthelae) yang mampu
bersimbiosis dengan hewan koral (Coelenterata). Zoox inilah yang
memberi warna-warni exotic pada koral hidup. Peranan lain dalam
ekosistem perairan marin adalah pada kasus-kasus kematian ikan/udang
secara mendadak dalam jumlah besar di tambak-tambak di wilayah
pantai, tidak bisa dijawab dengan hanya analisis fis-kim kualitas air
semata ( Wibisono, 2005).
2.2.2.2 Habitat Fitoplankton
Fitoplankton dapat ditemukan di beberapa jenis perairan, yaitu
laut, danau, sungai, kolam dan waduk. Fitoplankton dapat hidup di
berbagai kedalaman, asalkan masih terdapat cahaya matahari yang
mencukupi untuk melakukan fotosintesis (Fachrul, 2007: 90). Sifat khas
fitoplankton menurut Fachrul (2007: 90) adalah mampu berkembang
secara berlipat ganda dalam waktu yang relatif singkat, tumbuh dengan
kerapatan tinggi, melimpah dan terhampar luas. Fitoplankton
memperoleh energi melalui proses yang dinamakan fotosintesis,
sehingga harus berada pada bagian permukaan permukaan (disebut
sebagai zona euphotic) laut, danau atau perairan lainnya.
2.2.1.3 Morfologi Fitoplankton
Struktur morfologi fitoplankton bermacam-macam, ada yang
uniseluler dan multiseluler, berbentuk benang, bulat, oval, hidup
14
tunggal maupun berkelompok (Reynolds, 1984). Sel dari fitoplankton
memiliki dinding sel, membran plasma, membran nukleus,
mitokondria, lisosom, badan golgi, retikulum endoplasma, pyrenoid
dan plastid tetapi memiliki ribosom (Reynolds, 1984). Dinding sel pada
fitoplankton ada yang terdiri dari selulosa, silika, pektin dsb.
Fitoplankton dapat bergerak sedikit, dengan silia atau pun flagela,
tetapi tidak mempunyai daya untuk melawan arus air dan fitoplankton
umumnya berwarna, hal ini dikarenakan fitoplankton memiliki klorofil
yang terkandung dalam kloroplas (Sachlan, 1972: 11)
2.2.1.4 Jenis-jenis Fitoplankton
1. Cyanophyceae
15
mempunyai inti yang sempurna (Sachlan, 1982). Reproduksi
Cyanophyceae dengan pembelahan diri (cell division). Pada
proses ini terjadi pemisahan sel keturunan yang kemudian
tumbuh dan berkembang membentuk koloni atau filament
(Bold and Wyne, 1985). Bentuk koloni dan fillament
Cyanophyceae dihasilkan oleh fragmentasi sel induk yang
kemudian memisah dan menjadi individu baru. Potongan
fragment dari trichome disebut hormogonia dan dihasilkan
dari proses pemisahan pada dinding sel trichome atau oleh sel
yang mati dan menjadi separation disc (Sharma, 1992).
2. Dinophyceae
16
epitheca (episome/epicone) dan bagian bawah (antapical) yang
disebut hipotheca (hyposome/hypocome) diantaranya terdapat
satu bagian seperti sabuk yang disebut girdle (cingulum).
Selain girdle terdapat suatu lekukan yang berawal pada girdle
dan mengarah ke antapical, yaitu sulcus. Bagian yang
memperlihatkan sulcus disebut dorsal. Girdle dan sulcus
masing-masing memiliki satu flagel, yaitu flagel transversum
(dalam girdle) dan flagel longitudinal (dalam sulcus). Fungsi
flagel transversum adalah untuk berenang sedangkan flagel
longitudinal digunakan untuk kemudi. Oleh karena itu gerak
dari Dinoflagellata merupakan gerak memutar atau berguling-
guling. Kedua flagel bermuara pada lubang pertemuan antar
sulcus dan girdle (Boney,1989).
3. Chlorophyceae
17
Banyak diantara anggota divisi ini yang benar-benar
menyerupai tumbuhan. Keberadaan dinding sel yang terdiri
dari klorofil a dan b adalah ciri-ciri tumbuhan dan hal ini
menunjukkan bahwa alga hijau merupakan kerabat dekat
protista. Reproduksi dilakukan dengan pembelahan biasa.
Dinding sel terbuat dari selulosa, hydroxyl-proline
glucosides, xilans, dan mannans. Kelas ini biasanya
melimpah pada perairan yang relatif tenang. (Arinardi et al.,
1997).
4. Bacillariophyceae
18
5. Pyrrhophyta
Sumber: (Russel,1970)
Gambar 2.8 Pyrrhophyta
19
2.2.2 Zooplankton
Zooplankton adalah plankton yang bersifat hewani dengan bentuk yang
sangat beraneka ragam. Zooplankton terdiri dari bermacam larva dan bentuk
dewasa yang mewakili hampir seluruh filum hewan, Zooplankton memiliki
ukuran yang lebih besar dari fitoplankton (Nontji, 1987).
Berdasarkan daur hidupnya, golongan zooplankton terbagi menjadi dua
yaitu holoplankton dan meroplankton, Holoplankton adalah zooplankton
yang menghabiskan semasa hidupnya sebagai plankton, sedangkan
meroplankton adalah zooplankton yang hanya sebagian daur hidupnya saja
yang bersifat sebagai plankton (Nybakken, 1992).
2.2.2.1 Peranan Zooplankton
Zooplankton berperan sebagai produsen sekunder ataupun
konsumen primer. Zooplankton sering melakukan gerakan naik turun
pada perairan yang disebut migrasi vertikal. Gerakan tersebut
dimaksudkan untuk mencari makanan yaitu fitoplankton yang bergerak
naik ke permukaan dan biasanya dilakukan pada malam hari, sedang
gerakan ke dasar perairan dilakukan fitoplankton pada siang hari.
Gerakan pada malam hari lebih banyak dilakukan karena adanya
variasi makanan yaitu fitoplankton lebih banyak, selain itu
dimungkinkan karena zooplankton menghindari sinar matahari
langsung. (Nontji, 2008).
Peranan zooplankton sebagai konsumen tingkat pertama yang
menghubungkan fitoplankton dengan pemangsa kecil maupun besar,
dapat mempengaruhi kompleks atau tidaknya rantai makanan di dalam
ekosistem perairan. Secara garis besar dapat dijelaskan bahwa
fitoplankton yang mampu membentuk bahan organik dalam proses
fotosintesisnya, akan dimangsa oleh zooplankton yang pada waktunya
akan dimakan oleh ikan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
banyaknya ikan di suatu perairan tergantung dari banyaknya makanan
yang tersedia, dalam hal ini yaitu berupa plankton. Berdasarkan proses
diatas bahwa data keberadaan fitoplankton dan zooplankton di suatu
20
perairan dapat digunakan sebagai salah satu indikator untuk
mengetahui kesuburan perairan (Arinardi et al., 1997).
21
2.2.2.4 Jenis – jenis Zooplankton
1. Protozoa
22
menunjukkan suatu siklus hidup yang terkait dengan periode
planktonik (Bambang, 2004).
3. Ctenophora
23
4. Annelida
Sumber : (Hutabarat,1986).
Gambar 2.13 Arthropoda
24
yang sukar dicernakan. Salah satu subklasnya yang penting bagi
perairan adalah Copepoda yang merupakan Crustacea
holoplanktonik berukuran kecil yang mendominasi zooplankton di
semua laut dan samudera (Nybakken, 1992).
5. Moluska
Sumber : (Kaswadji,1976).
Gambar 2.14 Moluska
25
6. Echinodermata
26
7. Chordata
27
gelombang cahaya, transparansi, pantulan dari permukaan air, letak lintang,
dan musim. Intensitas cahaya diatas 50 % dan dibawah 50 % kemelimpahan
fitoplankton sangat sedikit. Hal ini akan menyebabkan proses fotosintesis
tidak berjalan dengan maksimal. Ada dua hal yang yang mendukung
fenomena ini yaitu, pada intensitas cahaya yang tinggi, fotosintesis pada
alga mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena intensitas cahaya
yang tinggi akan merusakkan klorofil, sehingga proses fotosintesis akan
mengalami gangguan dan tidak berjalan dengan baik. Begitu pula
sebaliknya jika intensitas cahaya sangat rendah, maka proses
fotosintesisnya juga tidak berjalan dengan baik, karena jumlah cahaya yang
tidak mencukupi untuk melakukan proses fotosintesis (Castro dan Huber
2000; Goldman dan Horne 1983;
B. Salinitas
Salinitas di estuari berfluktuatif secara dramatis dari waktu ke waktu.
Ketika air laut dengan salinitas sekitar 35 ‰ bercampur dengan air tawar
yang berasal dari sungai dengan salinitas 0 ‰. Proses percampuran ini
kemudian membentuk gradien salinitas yaitu 5-30 ‰ yang merupakan nilai
salinitas di estuari normal. Untuk dapat bertahan hidup di ekosistem estuari
yang memiliki banyak variabel, fitoplankton yang hidup di estuari harus
dapat beradaptasi dan bertoleransi dengan adanya fluktuasi salinitas.
Distribusi dan kemelimpahan fitoplankton di estuari secara kontinyu
berubah akibat adanya perubahan salinitas dalam waktu yang singkat,
seperti pada saat masuknya aliran air tawar, pasang surut, dan masuknya
air karena hujan. Sedangkan dalam jangka waktu yang lama, seperti naik
dan turunnya permukaan air laut karena mencairnya es di kutub (Castro
dan Huber 2000).
Hampir semua organisme laut dapat hidup pada daerah yang
mempunyai perubahan salinitas yang sangat kecil, misalnya daerah
estuaria adalah daerah yang mempunyai salinitas rendah karena adanya
sejumlah air tawar yang masuk yang berasal dari daratan dan juga
disebabkan karena adanya pasang surut di daerah ini kisaran salinitas yang
28
normal untuk kehidupan organisme di laut adalah berkisar antara 30-35
ppm (Gosari,2002).
C. Turbiditas
Jumlah partikel-partikel suspensi yang terdapat dalam air di estuari
pada setiap tahunnya adalah sangat besar, oleh sebab itu turbiditas di
estuari sangat tinggi. Tingginya turbiditas terjadi pada saat tingginya suplai
air dari sungai. Secara umum turbiditas rendah di sekitar mulut estuari,
dimana jumlah air laut lebih besar. Pengaruh turbiditas adalah
menyebabkan penetrasi cahaya yang masuk ke dalam air sangat rendah.
Hal ini akan menyebabkan penurunan proses fotosintesis yang dilakukan
oleh fitoplankton. Pada akhirnya hal ini akan mengurangi produktivitas
estuari tersebut.Sumich 1999).
D. Nutrien
Tidak hanya carbon dioxida, air dan sinar matahari yang dibutuhkan
untuk melakukan proses fotosintesis. Banyak nutrien yang dibutuhkan
fitoplankton untuk pertumbuhan dan reproduksi terutama nitrat (NO3-),
ammonium (NH4+) dan phosphat (PO43-). Produktifitas primer yang
dilakukan oleh fitoplankton sangat membutuhkan nutrien dalam jumlah
besar. Nutrien yang paling banyak dibutuhkan adalah nitrogen dan
phosphat. Nitrogen dibutuhkan untuk membuat asam amino dan asam
nukleat, sedangkan phosphat diperlukan untuk membuat tenaga (ATP).
Sehingga nutrien merupakan faktor pembatas bagi pertumbuhan dan
perkembangan fitoplankton. Selain nitrogen dan phosphat, fitoplankton
juga membutuhkan bahan organik yang lainnya yaitu C, H, O, dan vitamin.
Di lokasi yang nutriennya melimpah akan direspon dengan melimpahnya
fitoplankton. (Castro dan Huber 2000, Nybakken 1993,
Fitoplankton memiliki mekanisme respon terhadap phosphat. Pada
saat konsentrasi phosphat di perairan rendah maka fitoplankton akan
mengeluarkan enzim alkaline phosphatases. Enzim ini dikeluarkan untuk
membebaskan phosphat dari molekul organik. Ketika di perairan
konsentrasi phosphatnya tinggi maka fitoplankton akan merespon dengan
mekanisme luxury consumption. Mekanisme ini adalah mengambil PO4
29
dari perairan dan menyimpan phosphat tersebut dalam sel dalam bentuk
granula PO4, dan akan digunakan jika kondisi phosphat di lingkungan
sedikit atau kurang. Genus fitoplankton yang dapat melakukan Luxury
consumption adalah Asterionella, selenastrum, dan cyclotella (Goldman
dan Horne 1983)
E. Suhu
Suhu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan fitoplankton. Intensitas cahaya dibutuhkan untuk
meningkatkan pertumbuhan fitoplankton, sepanjang meningkatnya suhu.
Reaksi fotosintesis pada fitoplankton memiliki batasan intensitas cahaya.
Reaksi ini memiliki suhu tersendiri, kecuali suhu di bawah 5 0 C. Interaksi
antara cahaya dan temperatur akan memberikan gambaran profil vertikal
dari distribusi fitoplankton. Fitoplankton terdistribusi berdasarkan
intensitas cahaya dan suhu. Suhu minimal fitoplankton dapat melakukan
proses fotosintesis adalah 5 0 C. Semakin tinggi suhu dan semakin tinggi
intensitas cahaya, maka proses fotosintesis semakin tinggi. Suhu
maksimal fitoplankton melakukan fotosintesis adalah 300 C. Ini
menggambarkan fitoplankton terdistribusi di gradien suhu dari 5 – 300 C.
(Wetzel 2000).
2.3.2 Parameter Kimia
A. Oksigen terlarut
Oksigen terlarut diperlukan oleh tumbuhan air, plankton dan fauna air
untuk bernapas serta diperlukan oleh bakteri untuk dekomposisi. Dengan
adanya proses dekomposisi yang dilakukan oleh bakteri menyebabkan
keadaan unsur hara tetap tersedia di perairan. Hal ini snagat menunjang
pertumbuhan air, plankton dan perifiton (Mujib, 2010).
B. PH
Derajat keasaman (ph) berpengaruh sangat besar terhadap tumbuh-
tumbuhan dan hewan air sehingga sering digunakan sebagai petunjuk untuk
menyatakan baik atau tidaknya kondisi air sebagai media hidup. Apabila
derajat keasaman tinggi apakah itu asam atau basa menyebabkan proses
fisiologis pada plankton terganggu (Mujib, 2010).
30
· C. Salinitas
Salinitas berperanan penting dalam kehidupan organisme, misalnya
distribusi biota akuatik. Menyatakan bahwa pada daerah pesisir pantai
merupakan perairan dinamis, yang menyebabkan variasi salinitas tidak
begitu besar. Organisme yang hidup cenderung mempunyai toleransi
terhadap perubahan salinitas sampai dengan 15 ‰ (Nybakken 1992).
· D. Nutrisi
Nutrisi sangat berperan penting untuk pertumbuhan plankton, nutrisi
yang paling penting dalam hal ini adalah nitrat ( NO3 ) dan phosphat ( PO4
) phytoplankton mengkonsumsi nitrogen dalam banyak bentuk, seperti
nitrogen dari nitrat, ammonia, urea, asam amino. Tetapi phytoplankton lebih
cendrung mengkonsumsi nitrat dan ammonia. Nitrat lebih banyak didapati
di dasar yang banyak mengandung unsur organik ketimbang dari air laut,
nitrat juga bisa diperoleh dari siklus nitrogen. Nitrogen dari nitrat adalah
salah satu unsur penting untuk pertumbuhan blue green alga dan
phytoplankton lainnya (Mujib, 2010).
31
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
32
DO meter digunakan untuk
mengukur kadar oksigen
yang ada pada suatu
2 DO meter perairan.
Refraktometer digunakan
untuk mengukur
kadar/konsentrasi zat telarut
7 Refraktometer dalam perairan
33
Botol sampel/botol UC
digunakan untuk menaruh
sampel fitoplankton dan
zooplankton yang sudah di
8 Botol Sampel 2 ambil
34
Lugol digunakan untuk
memperjelas warna pada
fitoplankton dan
1 Lugol zooplankton.
35
2. Di celupkan DO meter pada air sampel yang telah diambil
sebelumnya
3. Ditunggu hingga angka di DO meter sudah tidak bergerak
4. Dicatat angka pada layar DO meter
5. Dibilas kembali ujung DO meter menggunakan aquadest
b. Pengukuran Salinitas
1. Diambil refraktometer kemudia dibilas ujungnya dengan aquadest
2. Diambil air sampel kemudian diteteskan pada ujung refraktometer
hingga menutupi seluruh permukaan lalu tutup dengan penutupnya
3. Diamati angka pada refraktometer, salinitas diukur dengan melihat
angka yang muncul di batas gelap dan terang refractometer.
4. Dibilas kembali refraktometer menggunakan aquadest
c. Pengukuran Kecerahan
1. Dimasukkan secchi disk kedalam air
2. Dicatat H1 yaitu hingga secchi disk tidak terlihat pertama kali
3. Ditarik secchi disk keatas
4. Dicatat H2 yaitu hingga secchi disk terlihat pertama kali
5. Tali secchi disk ditarik keatas sampai terlihat pertama kalinya.
d. Pengukuran Kekeruhan
1. Diambil air sampel kemudian dimasukkan kedalam botol
2. Diletakkan botol ke dalam turbidimeter
3. Ditekan tombol On agar turbidimetr menyala
4. Ditunggu hingga angka keluar pada layer turbidimeter
5. Dicatat angka pada layer turbidimeter
2. Prosedur Sampling Plankton
1. Disiapkan plankton net kemudian botol sampel dipasang pada bagian
bawah dari plankton net.
2. Diambil air menggunakan ember kemudian dituang ke plankton net
sebanyak 20 kali
3. Dituang air yang tersaring di botol sampel ke dalam botol UC
4. Diteteskan Lugol sebanyak 20 tetes dan formalin sebanyak 7 tetes ke
dalam botol UC yang berisi air sampel.
36
5.Disimpan botol UC .
3. Pengamatan Plankton
1. Disiapkan Mikroskop binokuler, object glass dan Sedgwick rafter.
2. Dibersihkan object glass dan Sedgwick rafter menggunakan aquadest
kemudian dikeringkan dengan cara ditotol menggunakan tissue
3. Diletakkan object glass diatas Sedgwick rafter dengan posisi object
glass menyilang
4. Dikocok sampel plankton yang ada di botol UC, lalu diambil
menggunakan pipet tetes.
5. Diteteskan sampel secara perlahan menggunakan pipet tetes hingga
menutupi Sedgwick rafter, pastikan tidak ada gelembung udara
didalamnya.
a. Kelimpahan Plankton
𝐴 𝐶 1
𝑁=𝑛𝑥 ( ) 𝑥 ( ) 𝑥 ( )
𝐵 𝐷 𝐸
Keterangan :
A = Jumlah kotakan pada Sedgwich Rafter
B = Jumlah kotakan yang diamati
C = Volume air sampel yang tersaring (ml)
E = Volume air yang disaring (m3)
N = Kelimpahan (sel/m3)
n = Jumlah individu perlapang pandang
37
b. Indeks Keanekaragaman
s
′
H = − ∑(Pi) (log2Pi)
i−1
Dimana:
H’ : Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener
S : Jumlah spesies
Pi : Proporsi jumlah individu jenis ke-i dengan jumlah individu
total sampel
c. Indeks Keseragaman
𝑯′ 𝑯′
𝑱′ = =
𝒍𝒐𝒈𝟐 𝑺 𝑯𝒎𝒂𝒌𝒔
Dimana:
J’ : Indeks keseragaman (Evenness index)
H’ : Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener
S : Jumlah spesies
Kisaran indeks keanekaragaman (H’) diklasifikasikan sebagai berikut :
0 < H’ <1.5 = keanekaragaman rendah
1.5 < H’ <3.5 = keanekaragaman sedang
H’>3.5 = keanekaragaman tinggi
Nilai indeks keanekaragaman (H’) dikaitkan dengan tingkat pencemaran
adalah sebagai berikut:
H’>3 = tidak tercemar
1 < H’ <3 = tercemar sedang
0 < H’ <1 = tercemar berat
Kenekaragaman rendah berarti kondisi perairan labil karena
perairan tersebut hanya cocok bagi jenis tertentu. Keanekaragaman sedang
atau moderat menandakan organisme tersebut menyebar merata.
Keanekaragaman tinggi atau stabil menandakan jenis organisme variasinya
tinggi dan didukung oleh faktor lingkungan yang prima untuk semua jenis
yang hidup dalam habitat bersangkutan (Odum 1993).
38
d. Indeks Dominansi
𝒔 𝒔
𝒏𝒊 𝟐
𝑪 = ∑ ( ) = ∑ 𝑷𝒊𝟐
𝑵
𝒊=𝟏 𝒊=𝟏
Dimana:
C : Indeks dominansi (Index of dominance)
ni : Nilai dari setiap spesies (jumlah jenis individu ke-i)
N : Nilai total dari seluruh spesies (jumlah individu total yang telah
ditemukan)
Pi : Perbandingan jumlah individu jenis ke-i dengan jumlah individu
total yang telah ditemukan.
Nilai indeks dominansi berkisar antara 0-1. Nilai yang mendekati nol
menunjukan bahwa tidak ada genus dominan dalam komunitas. Sebaliknya,
nilai yang mendekati 1 meunjukan adanya genus yang dominan. Hal
tersebut menunjukan bahwa kondisi struktur komunitas.
39
BAB IV
40
4.1.2 Hasil Pengamatan Fitoplankton
a. Data Pengamatan Fitoplankton Titik 1
Tabel 4.2 Data Pengamatan Titik 1
Titik 1
1. Gambar Pengamatan Gambar Literature
Perbesaran: 10x
41
2. Gambar Pengamatan Gambar Literatur
Pembesaran: 10x
42
3. Gambar Pengamatan Gambar Literature
Perbesaran: 10x
Jumlah spesies: 1
Penjelasan Umum Klasifikasi
Kesimetrian: + Kingdom : Plantae
Senyawa Toksik: + Filum : Bacillariophyta
Penjelasan lainnya: Kelas : Bacillariophyceae
Amphipleura sp. memiliki katup Ordo : Naviculales
yang berbentuk linier sampai Family : Amphipleuraceae
berbentuk seperti belah ketupat. Genus : Amphipleura
Memiliki striae yang sangat Spesies : Amphipleura sp.
halus.
Sumber: (Mereschkowky, 1901)
Sumber: ()
4. Gambar Pengamatan Gambar Literatur
Perbesaran: 10x
43
Kesimetrian: + Kingdom : Plantae
Senyawa Toksik: + Filum : Bacillariophyta
Penjelasan lainnya: Kelas : Bacillariophyceae
Nitzschia memiliki peran Ordo : Bacillariales
penting dalam ekosistem Family : Bacillariaceae
perairan sebagai produsen Genus : Nitzschia
primer. Sebagian besar hidup Spesies : Nitzschia sp.
tunggal atau melekat satu sama
lain dalam rantai sel atau
kolonial agregasi.
Faktor lingkungan yang
berpengaruh terhadap
pertumbuhan antara lain cahaya,
temperature, salinitas, pH dan
tekanan.
Nitzschia sp. dapat bereproduksi Sumber: (Botes, 2001)
secara seksual. Ukuran sel
Nitzschia sp secara bertahap
akan berkurang lalu mati apabila
mereka tidak mengalami
reproduksi seksual.
Sumber : (Richmond, 2004 ;
Fogg dan Thake, 1987 ;
Davidovich dan Bates, 2002)
5. Gambar Pengamatan Gambar literatur
Pembesaran: 10 x
44
Penjelasan Umum Klasifikasi
Kesimetrian : + Kingdom : Chromista
Senyawa Toksik : - Filum : Ochrophyta
Penjelasan lainnya: Kelas : Bacillanophyceae
Pleurosigma sp. memiliki Ordo : Naviculales
banyak sel (uniseluler) dengan Family : Pleurosigmataceae
sel yang memanjang berbentuk Genus : Pleurosigma
seperti baling-baling dengan Spesies : Pleurosigma sp.
kedua sel meruncing. Sel
memanjang dan sigmoid,
ornamentasi tipe pennate,
kromatofor di batasi oleh dua
pita, satu pita untuk setiap Sumber: (W. Smith, 1852)
katup, rafe dan katup sigmoid.
Jumlah spesies: 1
45
Skeletonema memiliki warna Ordo : Bidulphiales
biru kehijauan, berbentuk Family : Thalassiosiraceae
filamen yang panjang. Bagian Genus : Skeletonema
dalam terlihat seperti ada garis Spesies : Skeletonema sp.
sekat-sekat yang cukup banyak,
sehingga terlihat seperti
kumpulan dari kotak-kotak.
Selnya bersatu membentuk
filamen lurus. Ruang antara sel-
sel per individu sering lebih
besar dari sel-sel itu sendiri,
filamen mungkin sendiri atau
tumpeng tindih dengan filamen
yang lain. Sumber : (Botes, 2003)
Sumber : (Botes, 2003)
b. Data Pengamatan Fitoplankton Titik 2
Tabel 4.3 Data Pengamatan Titik 2
Gambar Pengamatan Gambar Literatur
Perbesaran : 40x
46
berkisar antara 4-15 mikron. Akan Genus : Skeletonema
tetapi, alga ini dapat membentuk Spesies : Skeletonema costatum
untaian rantai yang terdiri dari
beberapa sel. Sel yang berbentuk
kotak terdiri atas epiteka pada bagian
atas dan hipoteka pada bagian bawah.
Bagian hipoteka memiliki lubang-
lubang yang berpola khas dan indah
yang terbuat dari silicon oksida. Pada
setiap sel dipenuhi oleh sitoplasma.
47
terendah 6 ppt dan tertinggi 48 ppt, Spesies : Nitzchia sp.
pada suhu 5oC - 30 oC
48
c. Data Pengamatan Fitoplankton Titik 3
Tabel 4.3 Data Pengamatan Titik 3
Titik 3
1. Gambar Pengamatan Gambar Literature
Perbesaran: 10x
49
Jumlah spesies: 1
Sumber : (Nybakkes, 1992)
50
Sumber: (Kurniastuty, 1995)
Jumlah spesies: 1
Penjelasan Umum Klasifikasi
Kesimetrian: + Kingdom : Plantae
Senyawa Toksik: - Filum : Chrysophyta
Penjelasan lainnya: Kelas : Bacillariophyceae
Skeletonema costatum merupakan Ordo : Centrales
alga bersel tunggal dengan ukuran Family : Coscinodiscaceae
kisarab 4-15 mikron dan Genus : Skeletonema
merupakan diatom dari golongan Spesies : Skeletonema
centrales yang mempunyai bentuk costatum
silinder dan sebagian besar hidup
di air laut. Habitatnya hidup di air
tawar dan laut yang mempunyai Sumber: (Kurniastuty, 1995)
intensitas cahaya 500-12000 lux.
Sumber : (Djariijah, 1995 ;
Isnasetyo dan Kurniastuty, 1995).
51
Sumber: (Kicolek, 2011)
Jumlah spesies: 1
Penjelasan Umum Klasifikasi
Kesimetrian: + Kingdom : Plantae
Senyawa Toksik: - Filum : Bacillariophyta
Penjelasan lainnya: Kelas : Bacillariophyceae
Nitzschia sp. merupakan Ordo : Bacillariales
mikroalga yang termasuk dalam Family : Bacillariaceae
Bacillariophyceae. Mempunyai Genus : Nitzschia
peran penting dalam ekosistem Spesies : Nitzschia sp.
perairan sebagai produsen primer
sebagian besar hidup tunggal atau
melekat satu sama lain dalam
rantai sel atau koloni agresi.
Dalam budidaya Nitzschia sp.
dapat tumbuh pada salinitas
terendah 6ppt dan tertinggi 48ppt,
pada suhu 3-30o C untuk
pertumbuhan optimal.
Sumber : (Thessen et al, 2005) Sumber: (Botes, 2001)
5. Gambar Pengamatan Gambar literatur
Pembesaran: 10 x
Jumlah spesies/koloni: 1
Sumber: (Ehrenberg, 1838)
52
Penjelasan Umum Klasifikasi
Kesimetrian : + Kingdom : Chromista
Senyawa Toksik : - Filum : Ochrophyta
Penjelasan lainnya: Kelas : Bacillanophyceae
Memiliki katuplinier lanset Ordo : Naviculales
sampai sedikit dan bentuk belah Family : Amphipleuraceae
ketupat dengan ujung akut Genus : Aphipleura
dibulatkan, strine sangat halus. Spesies : Amphineura sp.
53
yang dapat pecah menjadi
fragmen yang disebut
hormogonia. Hormogonia dapat Sumber : (Guiry, 2011)
menjadi filament baru panjang.
Sumber : (Guiry, 2014)
54
Sumber : (Basmi, 1995)
Sumber : (Nybakkes, 1992)
55
4. Gambar Pengamatan Gambar Literatur
Perbesaran: (10x10)
56
Gambar Pengamatan Gambar literatur
Pembesaran: (10 x10)
5.
Jumlah spesies/koloni: 1
Sumber: (Ehrenberg, 1838)
Penjelasan Umum Klasifikasi
Kesimetrian : + Kingdom : Chromista
Senyawa Toksik : - Filum : Ochrophyta
Penjelasan lainnya: Kelas : Bacillanophyceae
Memiliki katuplinier lanset sampai Ordo : Naviculales
sedikit dan bentuk belah ketupat Family : Amphipleuraceae
dengan ujung akut dibulatkan, strine Genus : Aphipleura
sangat halus. Spesies : Amphineura sp.
57
Oscillatoria sp. merupakan Family : Oscillatoriaceae
mikroalga yang termasuk dalam Genus : Oscillatoria
golongan sianobakteri. Memiliki sel Spesies : Oscillatoria sp.
membentuk filament panjang yang
dapat pecah menjadi fragmen yang
disebut hormogonia. Hormogonia
dapat menjadi filament baru panjang.
Sumber : (Guiry, 2014) Sumber : (Guiry, 2011)
58
D. Data Pengamatan Fitoplankton Titik 5
Tabel 4.5 Data Pengamatan Titik 5
1. Gambar Pengamatan Gambar Literatur
Perbesaran : 10x
59
2. Gambar Pengamatan Gambar Literatur
Perbesaran : 10×
Jumlah Spesies/koloni: 1
60
3. Gambar Pengamatan Gambar Literatur
Perbesaran: 10×
61
Penjelasan Umum Klasifikasi
Kesimetrian: + Kingdom : Plantae
Senyawa Toksik: - Filum : Heterokontophyta
Skeletonema sp memiliki diameter Kelas : Bacillariophyceae
sel berukuran 4 hingga 12 µm. Ordo : Centrales
Terdapat furtoportulatertutup dengan Family : Coscinodiscaceae
rongga kecil yang sering terlihat di Genus : Skeletonema
bagian pangkal dan membentuk Spesies : Skeletonema sp
untaian memmanjang mulai dari
rongga menuju bagian akhir. Masing-
masing bagian tersebut berhubungan
dengan dua bagian tubuh menyerupai
katup yang berkaitan.
62
Penjelasan Umum Klasifikasi
Kesimetrian: + Kingdom : Plantae
Senyawa Toksik: + Filum : Bacillariophyta
Coscinodiscus sp memiliki bentuk Kelas : Bacillariophyceae
tubuh radial (Bulat). Coscinodiscus Ordo : Coscinodiscales
sp hidup di Perairan laut secara Family : Coscinodiscaceae
soliter. Dinding sel nya tersusun yang Genus : Coscinodiscus
merupakan pembatas antara Spesies : Coscinodiscus sp
kerangka luar bagi sitoplasma dan
vakuola serta nukleus. Hidup pada
temperatur optimum 25̊ C dan
salinitas 36%.
63
Kesimetrian: + Kingdom : Plantae
Senyawa Toksik: - Filum : Bacillariophyta
Amphora sp adalah salah satu jenis Kelas : Bacillariophyceae
fitoplankton yang memiliki bentuk Ordo : Thalassophysales
20-30 µm dan berbentuk Family : Catenulaceae
pertumbuhan uniseluler. Dalam Genus : Amphora
reproduksinya berupa Vegetatif Spesies : Amphora sp
Jumlah spesies/koloni: 1
Sumber: (Guiry, 2011)
Penjelasan Umum Klasifikasi
Kesimetrian : + Kingdom : Plante
Senyawa Toksik : - Filum : Chrysophyta
Penjelasan lainnya: Kelas : Coscinodiscophyceae
Leptocylindrus sp. Merupakan Ordo : Leptocylindrales
makroalga yang memiliki peran Family : Leptocylindraceae
penting diperairan laut, memiliki Genus : Leptocylindrus
bentuk yang panjang dengan rantai Spesies : Leptocylindrus sp.
64
ketat dan permukaan katup
berbatasan, memiliki diameter
(sumbu apical) = 5-16 µm, memiliki
membrane sel yang sangat tipis dan
terhubung oleh protoplasma
(Leviton, 2001).
Pembesaran : 10 x
65
setal mengarah keluar pada sudut-
sudut gabungan sel tersebut (Castro Sumber : (Duek Lee and Hwan
dan Huber, 2007). Lee, 2011)
3 Gambar Pengamatan Gambar Literatur
Pembesaran 10x
66
4 Gambar Pengamatan Gambar Literatur
Perbesaran: 10x
67
4.1.3 Data Pengamatan Zooplankton
a. Data Pengamatan Titik 1 Zooplankton
Tabel 4.7 Data Pengamatan Zooplankton Titik 1
Titik 1
1. Gambar Pengamatan Gambar Literature
Perbesaran: 40x
68
menunjukkan adanya pemisahan Sumber: (H. Mine, 1840)
yang jelas.
Sumber: (Humes, 1994 ; Wyrtki,
1961)
2. Gambar Pengamatan Gambar Literatur
Pembesaran : 40x
69
3. Gambar Pengamatan Gambar Literature
Perbesaran: 40x
70
b. Data Pengamatan Zooplankton Titik 2
Tabel 4.8 Data Pengamatan Zooplankton Titik 2
Gambar Pengamatan Gambar Literatur
Perbesaran : 10x10
71
Penjelasan Umum Klasifikasi
Kesimetrian : - Kingdom : Animalia
Senyawa Toksik : klorofrom Filum/Divisi : Anthropoda
Penjelasan lainnya : Kelas : Cortaceae
Nauplius sp memiliki antena dan pada Ordo : copepode
ujung antena terdapat seta ( rambut). Family : opepodeae
Habitatnya diperairan laut dan tawar Genus : Naplius
Nauplius sp adalah zooplankton yang Spesies : Nauplius sp
memakan detritus. Nauplius tembus
cahaya di bawah mikrop dengan bercak
merah atau orange.
Perbesaran : 10x10
72
payau dan tawar. Dinding tubuh
dhapnia sp. Transparan sehingga
organ-organ internalnya akan tampak
jelas dibawah mikroskop cahaya
Sumber : Fachrul,2006
Sumber : Penrak, 1959
c. Data Pengamatan Zooplankton Titik 3
Tabel 4.9 Data Pengamatan Zooplankton Titik 3
1 Gambar Pengamatan Gambar literatur
Pembesaran: (10 x10)
Jumlah spesies/koloni: 1
Sumber: (Narren, A, 2018)
Penjelasan Umum Klasifikasi
Kesimetrian : - Kingdom : Chromista
Senyawa Toksik : Filum : Ciliophora
Penjelasan lainnya: Kelas : Oligotrichea
Memiliki bentuk cilia yang berbeda Ordo : Choreotrichida
bentuk dan ukuran yaitu 2 macam Family : Ptychocylididae
disekitar mulut dan lainnya Genus : Favella
dibagian tubuh yang lain. Spesies : Favella sp
73
Pembesaran : (10x)
Jumlah spesies: 1
Sumber :
74
Penjelasan Umum Klasifikasi
Kesimetrian: - Kingdom : Animalia
Senyawa Toksik: Filum : Arthropoda
Penjelasan lainnya: Kelas : Branchiopoda
Daphnia sp. Merupakan salah satu Ordo : Cladocera
hewan poikiloterm sehingga naik Family : Daphnidae
turunnya temperature lingkungan Genus : Daphnia
dapat mempengaruhi denyut Spesies : Daphnia sp.
jantung memiliki dinding tubuh
transparan sehingga organ-
organnya internalnya akan tampak
jelas dibawah mikroskop cahaya.
Daphnia berpotensi sebagai
indicator pencemaran yang
diakibatkan bahan kimia seperti
herbisida dan senyawa aktif metil.
Jumlah spesies :
75
Penjelasan Umum Klasifikasi
Kesimetrian: - Kingdom : Animalia
Senyawa Toksik: + Filum : Arthropoda
Penjelasan lainnya: Kelas : Maxillopoda
Copepoda sp. Paling banyak Ordo : Calanoida
ditemukan di lingkungan dan Family : Calanidae
ekosistem perairan. Tergolong Genus : copepoda
parasit karena dapat menyerang Spesies : Copepoda sp.
tubuh ikan bagian luar yaitu insang.
Memiliki warna umum keabu-
abuan dan kecoklatan. Hidup di air
tawar, payau dan laut. Hidup pada
salinitas 25-35 ppt dan hidup pada
suhu 17-30ºC, dengan pH 8.
Jumlah spesies/koloni: 1
Sumber: (Narren, A, 2018)
76
Penjelasan Umum Klasifikasi
Kesimetrian : - Kingdom : Chromista
Senyawa Toksik : Filum : Ciliophora
Penjelasan lainnya: Kelas : Oligotrichea
Memiliki bentuk cilia yang berbeda Ordo : Choreotrichida
bentuk dan ukuran yaitu 2 macam Family : Ptychocylididae
disekitar mulut dan lainnya Genus : Favella
dibagian tubuh yang lain. Spesies : Favella sp
77
Sumber : (Richmod, 2001) Sumber : (Richmod, 2001)
3 Gambar Pengamatan Gambar Literatur
Pembesaran : (10x)
Jumlah spesies: 1
Sumber :
Penjelasan Umum Klasifikasi
Kesimetrian: - Kingdom : Animalia
Senyawa Toksik: Filum : Arthropoda
Penjelasan lainnya: Kelas : Branchiopoda
Daphnia sp. Merupakan salah satu Ordo : Cladocera
hewan poikiloterm sehingga naik Family : Daphnidae
turunnya temperature lingkungan Genus : Daphnia
dapat mempengaruhi denyut Spesies : Daphnia sp.
jantung memiliki dinding tubuh
transparan sehingga organ-
organnya internalnya akan tampak
jelas dibawah mikroskop cahaya.
Daphnia berpotensi sebagai
indicator pencemaran yang
diakibatkan bahan kimia seperti
herbisida dan senyawa aktif metil.
Sumber : (Susanto, 1989 ) Sumber : (Pennak, 1989)
78
4 Gambar Pengamatan Gambar Literatur
Perbesaran: (10x)
Jumlah spesies :
79
e. Data Pengamatan Zooplankton 5
Tabel 4.11 Data Pengamatan Zooplankton Titik 5
Titik 5
1 Gambar Pengamatan Gambar literatur
Pembesaran: 10x
80
4.1.4 Hasil Perhitungan Plankton
4.1.4.1 Hasil Perhitungan Fitoplankton
a. Titik 1
- Perhitungan Menggunakan Sadgwich Rafter di Titik
𝐴 𝐶 1
𝑁=𝑛𝑥𝑥 𝑥
𝐵 𝐷 𝐸
1000 100 𝑚𝑙 1
𝑁 = 27𝑥 𝑥 𝑥
1000 1 𝑚𝑙 0,1 𝑚3
𝑁 = 27 𝑥 103 𝑠𝑒𝑙/𝑚3
Tabel 4.12 Kelimpahan Fitoplankton Titik 1
No Nama Spesies Jumlah Kelimpahan Spesies
1 Amphipleura sp 1 1 𝑥 103 𝑠𝑒𝑙/𝑚3
2 Chaetoceros sp 10 10 𝑥 103 𝑠𝑒𝑙/𝑚3
3 Oschillatoria sp 7 7 𝑥 103 𝑠𝑒𝑙/𝑚3
4 Nitzschia sp 3 3 𝑥 103 𝑠𝑒𝑙/𝑚3
5 Skeletonema sp 2 2 𝑥 103 𝑠𝑒𝑙/𝑚3
6 Synedra sp 2 2 𝑥 103 𝑠𝑒𝑙/𝑚3
7 Tabellaria sp 2 2 𝑥 103 𝑠𝑒𝑙/𝑚3
Tabel 4.13 Perhitungan Keanekaragaman fitoplankton titik 1
Pi Ln
Kelas Ni N Pi Pi2 Ln Pi Pi H max
-
Bacillariophyceae 20 27 0.7407 0.5487 0.3001 -0.2223 0.6931
-
Cyanophyceae 7 27 0.2593 0.0672 1.3499 -0.3500 0.6931
Indeks
Keanekaragaman
(H') 0.2223
Indeks
Keseragaman (E) 0.3207
81
Indeks Dominansi
(D) 0.6159
b. Titik 2
- Perhitungan Menggunakan Sadgwich Rafter di Titik
2
𝐴 𝐶 1
𝑁=𝑛× × ×
𝐵 𝐷 𝐸
1000 100 𝑚𝑙 1
𝑁 = 9𝑥 𝑥 𝑥
1000 1 𝑚𝑙 0,1 𝑚3
𝑁 = 9𝑥103 𝑠𝑒𝑙/𝑚3
Tabel 4.14 Hasil perhitungan dari tolak ukur kelimpahan fitoplankton pada titik 1
No Nama spesies Jumlah Kelimpahan Kelas
1 Nitzchia 3 3𝑥103 𝑠𝑒𝑙/𝑚3
2 Skeletonema 3 3𝑥103 𝑠𝑒𝑙/𝑚3
3 licmophora 3 3𝑥103 𝑠𝑒𝑙/𝑚3
Tabel 4.15 Hasil Perhitungan Keanekaragaman Plankton pada titik 2
Nama Kelas Ni N Pi Pi2 ln Pi Pi ln Pi ln S
bacillariophyceae 9 9 1 1 0 0 0
Indeks Keanekaragaman (H') 0
Indeks Keseragaman ( E ) 0
Indeks Dominansi (D) 1
c. Titik 3
- Perhitungan Menggunakan Sadgwich Rafter di Titik
3
𝐴 𝐶 1
𝑁=𝑛𝑥 𝑥 𝑥
𝐵 𝐷 𝐸
1000 100 𝑚𝑙 1
𝑁 = 10 𝑥 𝑥 𝑥
1000 1 𝑚𝑙 0,1 𝑚3
𝑁 = 1 𝑥 104 𝑠𝑒𝑙/𝑚3
82
Tabel 4.16 Kelimpahan fitoplankton titik 3
No Nama Spesies Jumlah Kelimpahan Spesies
1 Achnanthes sp 1 1 𝑥 103 𝑠𝑒𝑙/𝑚3
2 Amphineura sp 2 2 𝑥 103 𝑠𝑒𝑙/𝑚3
4 Nitzchia sp 1 1 𝑥 103 𝑠𝑒𝑙/𝑚3
6 Oscillatoria sp 1 1 𝑥 103 𝑠𝑒𝑙/𝑚3
3 Pleurosigma sp 1 1 𝑥 103 𝑠𝑒𝑙/𝑚3
7 Rhizosolenia sp 3 3 𝑥 103 𝑠𝑒𝑙/𝑚3
5 Skeletonema sp 1 1 𝑥 103 𝑠𝑒𝑙/𝑚3
1000 100 𝑚𝑙 1
𝑁 = 29 𝑥 𝑥 𝑥
1000 1 𝑚𝑙 0,1 𝑚3
𝑁 = 29 𝑥 103 𝑠𝑒𝑙/𝑚3
83
Tabel 4.18 Hasil Pengamatan Sadgwich Titik 1
No Nama Spesies Jumlah Kelimpahan Spesies
1 Amphipleura sp 1 1 𝑥 103 𝑠𝑒𝑙/𝑚3
2 Ampora sp 5 5 𝑥 103 𝑠𝑒𝑙/𝑚3
3 Oschillatoria sp 2 2 𝑥 103 𝑠𝑒𝑙/𝑚3
4 9 9 𝑥 103 𝑠𝑒𝑙/𝑚3
5 Skeletonema sp 7 7 𝑥 103 𝑠𝑒𝑙/𝑚3
6 Achnanthes sp 1 1 𝑥 103 𝑠𝑒𝑙/𝑚3
7 Tabellaria sp 1 1𝑥 103 𝑠𝑒𝑙/𝑚3
8 Spirulina sp 1 1𝑥 103 𝑠𝑒𝑙/𝑚3
9 Rifularia sp 1 1𝑥 103 𝑠𝑒𝑙/𝑚3
10 Cocinodiscus sp 1 1𝑥 103 𝑠𝑒𝑙/𝑚3
Indeks 0.313228137
Keanekaragama
n (H')
Indeks 0.45189268
Keseragaman
(E0
Indeks 0.68489893
Dominansi (D)
84
e. Titik 5
- Perhitungan Menggunakan Sadgwich Rafter di Titik
5
𝐴 𝐶 1
𝑁=𝑛𝑥 𝑥 𝑥
𝐵 𝐷 𝐸
1000 100 𝑚𝑙 1
𝑁 = 10 𝑥 𝑥 𝑥
1000 1 𝑚𝑙 0,1 𝑚3
𝑁 = 1 𝑥 104 𝑠𝑒𝑙/𝑚3
Tabel 4.20 Kelimpahan Fitoplankton di titik 5
No Nama Spesies Jumlah Kelimpahan spesies
1 Leptocylindrus sp 1 1 x 103 sel/m3
Tabel 2 Skeletonema sp 5 5 x 103 sel/m3
4.21 3 Chaetoceros sp 1 1 x 103 sel/m3
Perhitungan 4 Nitzschia sp 1 1 x 103 sel/m3
Keanekaragaman Plankton titik 5
Pi Ln
Kelas Ni N Pi Pi² Ln Pi Pi H max
-
Coscinodiscophycea 0.12 0.015 0.0156 0.693147
e 1 8 5 6 -0.125 3 2
-
0.87 0.765 0.7656 0.693147
Bacillariophyceae 7 8 5 6 -0.875 3 2
Indeks
Keanekaragaman 0.015625
Indeks Keseragaman 0.02254211
Indeks Dominansi 0.015625
85
4.1.1 Hasil Pengamatan Zooplankton
Berikut merupakan hasil perhitungan daripada Fitoplankton
sebagai bahan pengamatan
𝐴 𝐶 1
𝑁=𝑛𝑥 𝑥 𝑥
𝐵 𝐷 𝐸
1000 100 𝑚𝑙 1
𝑁 =5𝑥 𝑥 𝑥
1000 1 𝑚𝑙 0,1 𝑚3
𝑁 = 5 𝑥 103 𝑠𝑒𝑙/𝑚3
86
Indeks
Dominansi (D) 0.68
𝐴 𝐶 1
𝑁=𝑛× × ×
𝐵 𝐷 𝐸
1000 100 𝑚𝑙 1
𝑁 = 4𝑥 𝑥 𝑥
1000 1 𝑚𝑙 0,1 𝑚3
𝑁 = 4𝑥103 𝑠𝑒𝑙/𝑚3
Tabel 4.24 Hasil perhitungan dari tolak ukur kelimpahan fitoplankton pada titik 2
No Nama spesies Jumlah Kelimpahan Kelas
- -
0.7 0.562 0.2876 0.2157 0.69314
Crustacean 3 4 5 5 8 6 7
- -
0.2 0.062 1.3862 0.3465 0.69314
Maxillopoda 1 4 5 5 9 7 7
Indeks Keanekaragaman
(H') -0.562335145
87
Indeks Keseragaman ( E ) -0.811278124
1000 100𝑚𝑙 1
𝑁 =4𝑥 𝑥 𝑥
1000 1 𝑚𝑙 0,1 𝑚3
𝑁 = 4 𝑥 103 𝑠𝑒𝑙/𝑚3
Tabel 4.26 Kelimpahan zooplankton titik 3
No Nama Spesies Jumlah Kelimpahan Spesies
1 Daphnia sp. 1 1 𝑥 103 𝑠𝑒𝑙/𝑚3
2 Copepoda sp. 1 1 𝑥 103 𝑠𝑒𝑙/𝑚3
3 Nauplii sp. 1 1 𝑥 103 𝑠𝑒𝑙/𝑚3
4 Favella sp. 1 1 𝑥 103 𝑠𝑒𝑙/𝑚3
-
1 0.062 1.3862 0.34657 1.3862
Branchiopoda
4 0.25 5 9 4
- 1.3862
1 0.062 1.3862 0.34657
Magnoliopsida
4 0.25 5 9 4
- 1.3862
1 0.062 1.3862 0.34657
Maxillopoda
4 0.25 5 9 4
88
- 1.3862
1 0.062 1.3862 0.34657
Oligotrichea
4 0.25 5 9 4
Indeks
Keanekaragaman
(H') 1.3862
Indeks
Keseragaman (E) 1
Indeks Dominansi
(D) 0.3549
𝐴 𝐶 1
𝑁=𝑛𝑥 𝑥 𝑥
𝐵 𝐷 𝐸
1000 100 𝑚𝑙 1
𝑁 = 21𝑥 𝑥 𝑥
1000 1 𝑚𝑙 0,1 𝑚3
89
Maxilopoda 8 21 0.38095 0.14512 - -0.7353 1.09861
2 5 1.9301 2
6
Magnoliopsida 8 21 0.38095 0.14512 - -0.7353 1.09861
2 5 1.9301 2
6
Crustacea 5 21 0.23809 0.05668 - - 1.09861
5 9 2.8701 0.6833 2
7 7
Indeks 0.73529973
Keanekaragama
n (H')
Indeks 0.669298658
Keseragaman (
E)
Indeks 0.145124717
Dominansi (D)
𝐴 𝐶 1
𝑁=𝑛𝑥 𝑥 𝑥
𝐵 𝐷 𝐸
1000 100 𝑚𝑙 1
𝑁 = 10 𝑥 𝑥 𝑥
1000 1 𝑚𝑙 0,1 𝑚3
𝑁 = 1 𝑥 104 𝑠𝑒𝑙/𝑚3
90
Tabel 4.31 Perhitungan Keanekaragaman Plankton di titik 5
Pi Ln H
Kelas Ni N Pi Pi² Ln Pi Pi max
Maxillopoda 1 1 1 1 -1 -1 0
Indeks
Keanekaragama
n 1
Indeks
Keseragaman 0
Indeks
Dominansi 1
4.1 Pembahasan
4.2.1 kualitas Air
140
120
100
80
60
40
20
0
Suhu Salinitas PO Kecerahan Kekeruhan
91
antara 5,45¬7,00 mg/ cukup baik bagi proses kehidupan biota perairan. Semakin
rendah nilai DO suatu perairan, maka semakin tinggi pencemaran suatu ekosistem.
Pada praktikum kali ini didapatkan rata-rata hasil pengukuran suhu dari setiap
titik yaitu titik 1: 34.23°C, titik 2: 36.08°C titik 3: 36.06°C titik 4: 34.7°C dan titik
5: 33.83°C .Pengukuran kualitas air suhu pada setiap titik dapat dikatakan melebihi
suhu optimal perairan, karena menurut Kurniastuti (1995), menyatakan suhu yang
sesuai dengan fitoplankton berkisar antara 25-30°C, sedangkan yang sesuai untuk
pertumbuhan zooplankton berkisar antara 15-30°C.
Pada praktikum kali ini didapatkan rata-rata hasil pengukuran salinitas dari
setiap titik yaitu, titik 1: 32.3 ppm, titik 2: 30 ppm, titik 3: 31.67 ppm, titik 4: 31.3
ppm dan titik 5: 29.67. Pengukuran kualitas air yaitu salinitas pada titik 1 dapat
dikatakan mendekati salinitas optimal sedangkan pada titik 2, 3, 4 dan 5 melebihi
salinitas optimal, karma menurut Romimohtarto dan Thayib (1982) mengemukakan
bahwa untuk daerah pesisir salinitas berkisar antara 32-34 ppt, pada Laut terbuka
salinitas berkisar 33-37 ppt dengan ratarata 35 ppt.
Pada praktikum kali ini didapatkan rata-rata hasil pengukuran kecerahan dari
setiap titik yaitu, titik 1: 67,5 cm, titik 2: 118 cm, titik 3: 119 cm, titik 4: 34,6 cm
dan titik 5:125 cm. Pengukuran kualitas air yaitu kecerahan, pada titik 5 memiliki
kecerahan yang kurang atau paling dalam, karena kecerahan sangat berperan bagi
fitoplankton untuk melakukan fotosintesis.
Pada praktikum kali ini didapatkan rata-rata hasil pengukuran kekeruhan dari
setiap titik yaitu, titik 1: 2,05 NTU, titik 2: 3,7 NTU, titik 3: 30,73 NTU, titik 4:
4,03 NTU dan titik 5:6,2 NTU. Pengukuran kualitas air yaitu kekeruhan pada titik
3 memiliki kekeruhan paling tinggi sehingga itu mengakibatkan pertumbuhan
organisms terhambat, karma menu. Hutagalung et at (1997) kekeruhan yang tinggi
mengakibatkan pertumbuhan organisme yang menyesuaikan diri pada air yang
jernih menjadi terhambat dan dapat pula menyebabkan kematian karma
mengganggu proses respirasi suatu organisme.
Pada Praktikum kali ini dalam kondisi fisik air ketika melakukan pengukuran
kualitas air yaitu warna air pada titik 1, 2, 3, 4 adalah jernih. Sedangkan pada titik
5 berwarna keruh. Kondisi cuaca dari titik 1 sampai 5, yaitu cerah.
92
4.2.2 Hasil Perhitungan Fitoplankton dan Zooplankton
FOTPLANKTON
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4 Titik 5
93
Pada titik 4 memperoleh 10 spesies dengan jumlah total keseluruhan 29
plankton. Jenis plankton yang paling banyak ditemukan adalah Nitzschia sp . Jadi
didalam suatu perairan pada titik 4 fitoplankton yang mendominasi adalah
Nitzschia sp. Indeks keanekaragaman pada titik yaitu 0.313228137. Indeks
keseragamannya 0.45189268. Serta indeks dominansinya adalah 0.68489893.
ZOOPLANKTON
1.5
0.5
0
Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4 Titik 5
-0.5
-1
Pada praktikum kali ini dari pengamatan dan identifikasi yang telah dilakukan
pada setiap titik, didapat hasil jumlah dari indeks keanekaragaman, keseragaman,
94
dan dominasi pada spesies zooplankton dari titik 1 hingga titik 5. Pada titik 1
memperoleh 3 spesies plankton dengan jumlah total keseluruhan 5 plankton. Jenis
plankton yang paling banyak ditemukan adalah Copepoda sp. Jadi didalam suatu
perairan pada titik 1 zooplankton yang mendominasi adalah Copepoda sp. Indeks
keanekaragaman pada titik 1 yaitu 0.500402424. Indeks keseragamannya yaitu
0.721928095 . Serta indeks dominansinya adalah 0.68.
Pada titik 2 memperoleh 3 spesies dengan jumlah total keseluruhan 4
plankton. Jenis plankton yang paling banyak ditemukan adalah Daphnia sp. Jadi
didalam suatu perairan pada titik 2 zooplankton yang mendominasi adalah Daphnia
sp. Indeks keanekaragamannya yaitu -0.562335145. Indeks keseragamannya-
0.811278124 . Serta indeks dominansinya adalah 0.625.
95
Pada titik 7 memiliki indeks dominansi yang paling tinggi yaitu 1 tetapi memiliki
indeks keanekaragaman yang sangat rendah.
96
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat kami sampaikan setelah melaksanakan praktikum
adalah mengenai kedisiplinan dari praktikan. Untuk kedepannya kami berharap
semua praktikan dapat mengikuti arahan dengan baik dari dosen maupun asisten
dosen agar keadaan tetap kondusif
97
DAFTAR PUSTAKA
Bengen, D.G., 2000. Sinopsis Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir. Pusat
Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan . Institut Pertanian Bogor. Bogor,
Indonesia.
Bold, H.C. and M.J. Wynne. 1985. Introduction to the Algae: Structure and
Reproduction. Prentice-Hall Inc. United States of America. 718 hal.
Bougis. P., 1976 : Marine Plankton Ecology Nort Holland Publishing, Co. Me.
New York, Pp 15 – 16.
Castro, P and M. E. Huber. 2003. Marine Biology : Fourth Edition. The McGraw-
Hill Companies. New York.
98
Dawes, C. J. 1981. Marine Botany. John Wiley and John, Inc. New York. 628 pp.
cemaran Air dan Strategi Penanggulangannya. JAI. 2 (1). 16-29.
Gautama RS. 2011. Pengendalian dan Pengolahan Air Limbah Tambang. Pusat
Studi Lingkungan Hidup Institut Teknologi Bandung. 1 – 51.
Goldman, C.R dan A.J. Horne. 1983. Limnology. Mac Graw Hill Int. Book
Company. Tokyo. 464 hlm.
99
Kaswadji, R.F. (1976). Studi Pendahuluan Tentang Penyebaran dan
Kemelimpahan Phytoplankton di Delta Upang, Sumatera Selatan. Karya
Ilmiah Fakultas Perikanan IPB, Bogor
Kennish, M.J., 1990. Ecology of estuaries., Vol II : Biological aspects. CRC Press
Inc. Boca Raton. USA.391p.
Kimball, J. W. 1994. Biologi Umum. Edisi kelima. Gajah mada university press.
Yogyakarta. HLM 173-189.
Lalli, C.M. and. T.. Parsons, 1997. Biological Oceanography, An introduction. 2nd
Edition. Pergamon Press, Oxford. 301 p
Newell, G.E. and R.C. Newell. 1977. Marine Plankton : A Practical Guide.
Hutchison.
Purwanti, A. A., Sunarto, & Setyaningsih, R. (2005). Kuaitas Air Tanah di Sekitar
Aliran Sungai Pepe Surakarta. Jurnal BioSMART, 7 (1). 66-71
100
Reynolds et al. 1984. The Ecology of Freshwater Phytoplankton. University Pierre
et Marie Curie: Paris
Russel, W.D. (1970). A Life of Invertebrates. New York: Mac Millan, Publishing
Co.Inc
Sumich, J. L. 1992. Introduction to the Biology of Marine Life. 5th Edition. WCB,
Wm. C. Brown Publisher, USA.
Wetzel, R.G and G.E, Likens, 2000. Limnological Analyses 3rd Ed. Springer
Verlag. New York.
101
LAMPIRAN
102