(GERIATRI)
DIABETES MELITUS TIPE II PADA LANSIA
MODUL KOMPREHENSIF
KELOMPOK VI
Sub Kelompok 17
Pembimbing :
AP Dr R.M. Nugroho Abikusuno, MD, Msc, DrPH.
Anggota Kelompok :
Rizka Indayani
Rizky Eka Adeliani
Ruth Astry Evangelia
Safinah Aulia Sani
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
nikmat dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Penulisan
makalah ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan modul
Komprehensif di Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti. Makalah ini dapat
tersusun atas bimbingan AP Dr R.M. Nugroho Abikusuno, MD, Msc, DrPH. Kami
mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah bekerja sama dalam
pengambilan data selama di RW 003 Kelurahan Krendang Kecamatan Tambora
yang sangat kooperatif dan menerima kami dengan baik, dan kepada pihak-pihak
yang membantu dalam penulisan makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
HALAMAN
KATA PENGANTAR .............................................................................................2
DAFTAR ISI ............................................................................................................3
DAFTAR TABEL ....................................................................................................5
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................6
3
BAB III HASIL PBL.....................................................................................16
A. Identitas Pasien ...........................................................................16
B. Hasil Pemeriksaan Puskesmas ...................................................16
C. Anamnesis ..................................................................................16
D. Pemeriksaan Fisik .......................................................................17
E. Pemeriksaan penunjang ...............................................................18
F. Diagnosis Kerja ...........................................................................19
G. Geriatric Assessment ..................................................................19
H. Hasil Kunjungan Rumah.............................................................19
BAB IV PEMBAHASAN..............................................................................21
A. Analisis Penyakit .........................................................................21
B. Analisis Assessment Geriatri .......................................................22
C. Rencana Penatalaksanaan.............................................................22
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................24
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................25
LAMPIRAN ..........................................................................................................27
4
DAFTAR TABEL
HALAMAN
Tabel 1 Plan of Action (POA) ................................................................................27
5
DAFTAR LAMPIRAN
HALAMAN
Lampiran 1. Plan of Action ....................................................................................27
Lampiran 2. Hasil Kunjungan PBL........................................................................29
Lampiran 3. Kuesioner Kemandirian ADL ............................................................31
Lampiran 4. Keusioner Tokyo Metropolitan Index Gerontology ...........................31
Lampiran 5. Kuesioner Rapid Cognitive Screen ....................................................31
Lampiran 6. Kuesioner Geriatric Depression Scale ..............................................32
Lampiran 7. Kuesioner Frailty Questionnaire Screening Tool .............................32
Lampiran 8. Kuesioner Nutrition Assessment Questionnaire ................................33
Lampiran 9. Kuesioner Pengukuran Antropometri
6
BAB I
PENDAHULUAN
7
1.2 Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka masalah yang
dapat dirumuskan adalah:
a. Faktor resiko dan perilaku apa saja yang ditemukan pada pasien
sehingga pasien menderita gejala tersebut
b. Mengetahui intervensi yang sudah dilakukan untuk menangani gejala
penyakit
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Meningkatkan kualitas hidup masyarakat khususnya usia lanjut
1.3.2 Tujuan khusus
Mengetahui kondisi lingkungan di Kelurahan Krendang
Mengetahui keluhan kesehatan yang timbul di masyarakat terutama
usia lanjut di Kelurahan Krendang
Memahami tentang penyakit pasien dan menerapkan pelayanan
kedokteran keluarga secara komprehensif dan holistik serta peran
aktif pasien dan keluarga
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat untuk ilmu pengetahuan
Sebagai informasi mengenai kondisi lingkungan dan kesehatan
masyarakat khususnya usia lanjut di Kelurahan Krendang
1.4.2 Manfaat untuk profesi
Sebagai informasi bagi pemberi layanan kesehatan yang hendak
melakukan peninjauan lanjutan mengenai kondisi kesehatan masyarakat
khususnya usia lanjut di Kelurahan Krendang
1.4.3 Manfaat untuk masyarakat
Sebagai pengetahuan baru serta diharapkan dapat meningkatkan
kesadaran masyarakat mengenai kondisi lingkungan tempat tinggal dan
kesehatan masyarakat khususnya usia lanjut
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Lansia
2. 1.1 Definisi
Menurut Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun
1998, lanjut usia atau yang sering dikenal dengan lansia adalah
seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas. Ditinjau dari
aspek kesehatan, kelompok lansia akan mengalami penurunan derajat
kesehatan baik secara alamiah maupun akibat penyakit (menular dan
tidak menular).(1)
2.1.2 Klasifikasi
Menurut WHO, kelompok lanjut usia dibagi menjadi
1) Usia pertengahan (middle age) : usia 45 – 59 tahun
2) Lansia (elderly) : usia 60 – 74 tahun
3) Lansia tua (old) : usia 75 – 90 tahun
4) Lansia sangat tua (very old) : usia diatas 90 tahun.(7)
9
2.2.2 Klasifikasi
Menurut ADA 2009, Diabetes Mellitus diklasifikasikan menjadi
1) Diabetes tipe I : (terjadi destruksi sel , biasanya menyebabkan
defisiensi insulin absolut)
2) Diabetes tipe II : terjadi defek sekretorik dengan resistensi insulin,
defisiensi insulin bersifat relatif)
3) Diabetes tipe spesifik lain
A. Defek genetik pada fungsi sel
B. Defek genetik pada peran insulin
C. Penyakit pada bagian eksokrin pankreas
D. Endokrinopati
E. Diinduksi obat atau kimia
F. Infeksi
G. Bentuk umum diabetes yang dimediasi kekebalan
H. Sindrom genetik lainnya
4) Diabetes gestasional : diabetes pada kehamilan.(9)
2) Jenis kelamin
Lebih sering ditemukan pada pria.(12)
10
Dapat dimodifikasi
1) Obesitas
Pada obesitas, pankreas harus bekerja lebih keras untuk
menormalkan kadar gula darah yang tinggi karena asupan
makanan yang berlebih dengan cara memperbanyak
hormon insulin yang meningkatkan risiko terjadinya
resistensi insulin.(10)
2) Aktivitas fisik
Saat beraktivitas sejumlah gula akan dimetabolisir untuk
dijadikan sumber ATP, sehingga jumlah gula dalam tubuh
akan berkurang dan kebutuhan hormon insulin untuk juga
berkurang.(10)
3) Pola makan
Asupan makanan dengan indeks glikemik tinggi dan lemak
trans yang berlebih dapat meningkatkan risiko terjadinya
resistensi insulin.(11)
2.2.4 Patofisiologi
Patofisiologi diabetes melitus pada usia lanjut belum dapat
diterangkan seluruhnya, namun didasarkan atas faktor-faktor yang
muncul oleh perubahan proses menuanya sendiri. Timbulnya resistensi
insulin pada usia lanjut disebabkan oleh 4 faktor utama yaitu :
Perubahan komposisi tubuh
Penurunan jumlah masa otot dan peningkatan jumlah jaringan
lemak mengakibatkan menurunnya jumlah dan sensitivitas
reseptor insulin.
11
Menurunnya aktifitas fisik
Penurunan aktifitas fisik akan mengakibatkan penurunan jumlah
reseptor insulin.
Perubahan neurohormonal
Penurunan kadar DHEAS (dehydroepandrosterone) plasma dan
IGF-1 (Insulin-like Growth Factor) plasma. Penurunan hormon
tersebut akan menurunkan sensitivitas reseptor insulin sehingga
ambilan glukosa juga menurun.(8)
Pada usia lanjut diduga terjadi age related metabolic adaptation, oleh
karena itu munculnya diabetes pada usia lanjut kemungkinan karena
aged related insulin resistance atau aged related insulin inefficiency
sebagai hasil dari preserved insulin action despite age.(13)
2.2.5 Diagnosis
Manifestasi Klinis
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) membagi
alur diagnosis DM menjadi dua bagian besar berdasarkan ada
tidaknya gejala khas DM. Gejala klasik DM teridiri dari :
1. Poliuria
2. Polidipsia
3. Polifagia
4. Berat badan mernurun tanpa sebab yang jelas
Gejala lain DM terdiri dari :
1. Lemas
2. Kesemutan
12
3. Luka yang sulit sembuh
4. Gatal
5. Mata kabur
6. Disfungsi ereksi (pria) dan pruritus vulva (wanita).(14)
Apabila terdapat gejala klasik DM, pemeriksaan glukosa darah
abnormal satu kali saja sudah cukup untuk menegakkan
diagnosis, namun jika tidak ada maka diperlukan dua kali
pemeriksaan.(8)
13
Tata cara pelaksanaan TTGO, dipergunakan acuan dari WHO
seperti berikut :
2.2.7 Tatalaksana
Pilihan utama terapi DM pada lansia adalah terapi non
farmakologik yang bertujuan untuk mengubah gaya hidup
(lifestyle) yang meliputi :
1) Diet
Diberikan sesuai dengan jumlah kalori sesuai dengan
status gizinya. Komposisi normal biasanya 60-65%
14
karbohidrat kompleks, 20% protein dan 15-20%
lemak ditambah dengan suplemen dan vitamin.
2) Olahraga
Disesuaikan dengan kapasitas fungsionalnya.
Gerakan atau latihan dapat secara aktif dengan
berjalan atau pasif di tempat tidur.(12,8)
15
BAB III
HASIL PENGALAMAN BELAJAR LAPANGAN
A. Identitas Pasien
Nama : Bapak Suhar
Umur : 66 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Krendang Tengah Rt. 7/Rw. 3, Krendang,
Tambora,
Jakarta Barat
Pekerjaan : Pengangguran
Pendidikan : Tamat SD
Penghasilan : Rp.30.000/hari
Kepemilikan : Rumah, toko
Status perkawinan: Menikah
Keluarga : 10 orang anak.
Pasien tinggal bersama 10 orang anak, 9 diantaranya
telah
berkeluarga.
C. Anamnesis
Keluhan utama : Pasien mengaku merasakan sakit seperti
ngilu pada tungkai kiri bagian atas hingga
bawah dan mengeluh batuk.
16
Riwayat penyakit keluarga : Ayah dan ibu : tidak DM, istri : hipertensi,
anak: belum ada yang terkena DM.
Riwayat trauma : Tidak ditemukan.
D. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Tampak sakit ringan.
Kesadaran : Compos mentis.
Tanda vital :
Nadi : 80x/menit.
Nafas : 24x/menit.
Suhu : 36,2C.
Tekanan darah : 130/80 mmHg.
17
Status gizi :
Bentuk badan : Kurus.
Berat badan : 53,5 kg.
Tinggi badan : 144 cm.
Tinggi lutut : 46,5 cm (rumus humlea : 22,1)
BMI : 25,8 (normal/risiko menengah)
Status Generalis
Kulit : Tidak ada kelainan.
THT :
Telinga : Dx : tampak serumen yang kering menutupi, sn :
bersih.
Hidung : Tidak terdapat polip, tidak hiperemis, tidak ada
sinusitis.
Thorax :
Paru-paru : Suara barrel chest pada paru kanan, wheezing -/-,
ronkhi -/-.
Jantung : BJ I-II murni, murmur (-), gallop (-).
E. Pemeriksaan penunjang
Pasien belum pernah melakukan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan
yang direncanakan untuk dilakukan adalah rontgen.
18
F. Diagnosis kerja dan diagnosis multiaksial
Diagnosis kerja : DM tipe 2, disertai dementia.
Diagnosis multiaksial :
Axis I : Demensia
II : (-)
III : DM tipe 2
IV : Kehilangan pekerjaan
V : 55
Pengukuran antropometri :
Lingkar lengan atas (LLA) : 16,5 cm
Lingkar betis : 29,5 cm
Lingkar pinggang : 89 cm
Genggam tangan : 20 mmHg
Tinggi lutut : 46,5 cm (rumus chumlea : 155 cm)
19
Kamar tidur : 5 kamar tidur, kamar berantakan,
pencahayaan
Kurang, tidak terdapat ventilasi.
20
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Analisis penyakit
Bapak Suhar, 66 tahun dulunya berprofesi sebagai supir perusahaaan swasta.
Namun sejak usia 52 tahun ketika Beliau tiba-tiba jatuh sakit dan harus menjalani
pengobatan dan juga operasi, Pak Suhar sudah tidak bekerja lagi. Beliau adalah
seorang pasien Diabetes Mellitus tipe 2 yang sudah berhenti menjalani pengobatan.
Istrinya mengaku bahwa Pak Suhar sudah sembuh dari penyakit diabetesnya, maka
dari itu Beliau sudah tidak meminum obat dan berhenti melakukan suntikan insulin.
Saat ini hanya rutin meminum ekstrak manggis. Namun ketika pada hari Rabu, 24
Oktober 2018 kami melakukan pemeriksaan gula darah puasa kepada Pak Suhar
menggunakan glucosemeter didapatkan hasil 269 mg/dL maka dari itu kami
menyimpulkan bahwa Pak Suhar masih mengidap penyakit Diabetes Mellitus.
Saat ini Pak Suhar merasakan linu apabila berjalan. Dari hasil pengukuran
lingkar betis kiri didapatkan lingkar betis Pak Suhar lebih kecil dari seharusnya.
Kami menyimpulkan telah terjadi atrofi yang mana kemudian menyebabkan rasa
linu apabila berjalan, karena ekstremitasnya tidak kuat untuk menopang berat
tubuh. Atrofi ini mungkin terjadi karena pada saat sakit dulu Pak Suhar sempat tidak
bisa berjalan selama dua tahun.
Dari hasil anamnesis baik dengan Pak Suhar sendiri maupun dengan istrinya,
kami mendapatkan bahwa beberapa kali Pak Suhar salah memberikan informasi
ataupun tidak konsisten dalam menjawab. Ditambah lagi informasi dari istrinya
bahwa terakhir kali Beliau keluar rumah sendiri, Beliau tersesat ke daerah lain yang
jauh dari tujuan sebenarnya. Selanjutnya dari hasil pemeriksaan menggunakan
asesmen kami mendapatkan bahwa Pak Suhar menderita Demensia. Menurut kami
demensia ini merupakan konsekuensi dari bertambahnya usia, namun pada kasus
Pak Suhar kejadian demensianya dipercepat karena adanya diabetes mellitus.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa diabetes yang tidak terkontrol dapat
menyebabkan demensia karena pada pasien diabetes terjadi penurunan volume
darah termasuk darah yang menuju ke otak. Kurangnya suplai darah ini
mengakibatkan kerusakan otak sehingga menurunkan fungsi kognitif dari
penderitanya. Selain itu menurut kami kondisi ini diperberat dengan sifat Pak Suhar
yang pendiam, jarang berkomunikasi dengan orang sekitar.
Saat ini pasien sedang batuk. Dari hasil auskultasi thorax ditemukan suara
barrel chest pada paru kanan sehingga kami memikirkan beberapa diagnosis
banding yaitu emfisema dan tuberkulosis. Karena pada pasien diabetes terjadi
penurunan sistem imun sehingga sangat mungkin untuk terserang penyakit infeksi.
Namun diperlukan pemeriksaan penunjang lain seperti rontgen thorax untuk dapat
mengkonfirmasi.
21
B. Analisis asesmen geriatri
1. Kuesioner kemandirian ADL&TMIG : skor 16 (tergantung ringan) & 1
(taraf kurang)
Pada pemeriksaan ini didapatkan hasil demensia. Hal ini yang menjadi
acuan kami dalam mendiagnosis Pak Suhar mengidap demensia ditambah
dengan hasil anamnesis yang sudah dijabarkan di Bab III.
Dari asesmen ini didapatkan Pak Suhar tidak mengalami depresi. Ditambah
Pak Suhar masih berfikiran positif dan juga bersyukur terhadap hidup yang
dijalani saat ini.
Pak Suhar tidak beresiko untuk mengalami penurunan berat badan. Pada
saat anamnesis dengan istri Pak Suhar memang sangat fokus dalam
mengatur makanan yang dimakan oleh Pak Suhar.
C. Rencana penatalaksanaan
Farmakoterapi :
Pak Suhar harus berkonsultasi ke dokter untuk mendapatkan obat untuk
penyakit diabetesnya. Baik dalam bentuk obat oral ataupun harus kembali ke
suntikan insulin. Begitu pula untuk demensianya, perlu dilakukan pemeriksaan
yang lebih dalam oleh dokter spesialis untuk mengkonfirmasi dan juga menilai
22
apakah perlu diberikan pengobatan atau tidak. Untuk mengkonfirmasi masalah paru
sebaiknya dilakukan rontgen thorax terlebih dahulu.
Non-farmakoterapi :
23
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pada pasien ini (Pak Suhar, 66 tahun) masalah kesehatan yang paling utama
adalah penyakit diabetesnya. Hal ini yang harus segera ditatalaksana dan pak Suhar
harus kembali mengkonsumsi obat penurun gula darah. Selain itu karena pengaruh
usia Pak Suhar juga mengalami demensia, yang mana terjadinya demensia ini
dipercepat karena penyakit diabetesnya. Untuk penyakit-penyakit lainnya
merupakan konsekuensi dari penuaan (ageing) yang mana tidak dapat dihentikan
namun dapat diperlama untuk terjadinya apabila menjalani hidup sehat dengan
berolahraga dan mengatur makanan dan juga menjaga kebersihan diri serta
lingkungan tempat tinggal.
24
DAFTAR PUSTAKA
25
13. Henderina.. DM Pada Lansia, Kasus Besar Interna. Available at :
http//www.scribd.com/doc/72458847/dm-pada-lansia. Accesed on
October 24, 2018
14. PERKENI. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus
Tipe 2 di Indonesia 2015. PB PERKENI. 2015. Available at :
http://pbperkeni.or.id/doc/konsensus.pdf Accesed on October 24, 2018
26
LAMPIRAN
A. Plan of Action
Kegiatan Tujuan Sasaran Tempat Penanggung Pelaksana Waktu Dana Metode
Jawab
1. Perbaikan kondisi - Menciptakan Lansia dan Krendang Dinas sosial Dinas Secep-atnya Berkisar : Dengan mendaftarkan ke
keadaan rumah rumah ramah keluarga. Tengah rt sosial dan Rp. 100- program bedah rumah gratis.
dengan : lansia. 7/3 pemerinta 150juta
a. Perbaikan ventilasi - Mengurangi h setempat
b. Perbaikan sanitasi risiko lansia
c. Pembersihan vektor terjatuh.
d. Pembuangan barang - Mengurangi
yang sudah tidak penularan
dipakai penyakit
e. Melakukan menular
pembangunan jamban
f. Memisahkan dapur
dengan toilet
2. Pengobatan secara Menurukan dan Lansia dan Krendan Puskesmas, Puskesmas Secepatnya Berkisar -Program kesling di
farmako : mengontrol gula keluarga g Tengah dan Rp. 500- puskesmas
Meminum obat anti darah. rt 7/3, pemerintah 1juta -Edukasi ke keluarga.
diabetes puskesm setempat
Secara non farmako : as
a. Perubahan pola
hidup
27
b. Menjaga pola
makan
c. Aktivitas
olahraga ringan
d. Support dari
keluarga
e. Pemeriksaan gula
darah secara rutin
3. Pendampingan Mencegah Keluarga Krendan Puskesmas Puskesmas Secepatnya Gratis -Edukasi keluarga mengenai
oleh keluarga hilang oleh g tengah demensia.
karena demensia Rt &.3
28
I. Foto Kunjungan
Warung
Rumah
29
Rumah
30
K. Rapid cognitive screen
(RCS)
31
M. Simpified Nutrition Assesment Questionnaire (SNAQ)
32
33