Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH PBL KESEHATAN LANSIA

(GERIATRI)
DIABETES MELITUS TIPE II PADA LANSIA
MODUL KOMPREHENSIF

KELOMPOK VI
Sub Kelompok 17

Pembimbing :
AP Dr R.M. Nugroho Abikusuno, MD, Msc, DrPH.
Anggota Kelompok :
Rizka Indayani
Rizky Eka Adeliani
Ruth Astry Evangelia
Safinah Aulia Sani

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TRISAKTI
TAHUN AJARAN 2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
nikmat dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Penulisan
makalah ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan modul
Komprehensif di Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti. Makalah ini dapat
tersusun atas bimbingan AP Dr R.M. Nugroho Abikusuno, MD, Msc, DrPH. Kami
mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah bekerja sama dalam
pengambilan data selama di RW 003 Kelurahan Krendang Kecamatan Tambora
yang sangat kooperatif dan menerima kami dengan baik, dan kepada pihak-pihak
yang membantu dalam penulisan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang


membutuhkan. Penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan kekurangan atau kekeliruan yang mungkin ada tanpa
disadari oleh penulis.

Jakarta, Oktober 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN
KATA PENGANTAR .............................................................................................2
DAFTAR ISI ............................................................................................................3
DAFTAR TABEL ....................................................................................................5
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................6

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................7


1.1 Latar belakang ......................................................................................7
1.2 Perumusan Masalah .............................................................................8
1.3 Tujuan ..................................................................................................8
1.3.1 Tujuan umum .............................................................................8
1.3.2 Tujuan khusus ............................................................................8
1.4 Manfaat ................................................................................................8
1.4.1 Manfaat bagi ilmu pengetahuan .................................................8
1.4.2 Manfaat bagi profesi ..................................................................8
1.4.3 Manfaat bagi masyarakat ...........................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lansia ................................................................................................9
2.1.1 Definisi .....................................................................................9
2.1.2 Klasifikasi .................................................................................9
2.2 Diabetes Mellitus ...............................................................................9
2.2.1 Definisi .....................................................................................9
2.2.2 Klasifikasi ...............................................................................10
2.2.3 Faktor Risiko ..........................................................................10
2.2.4 Patofisiologi ............................................................................11
2.2.5 Diagnosis ................................................................................12
2.2.6 Kriteria Diagnostik .................................................................13
2.2.7 Tatalaksana .............................................................................14

3
BAB III HASIL PBL.....................................................................................16
A. Identitas Pasien ...........................................................................16
B. Hasil Pemeriksaan Puskesmas ...................................................16
C. Anamnesis ..................................................................................16
D. Pemeriksaan Fisik .......................................................................17
E. Pemeriksaan penunjang ...............................................................18
F. Diagnosis Kerja ...........................................................................19
G. Geriatric Assessment ..................................................................19
H. Hasil Kunjungan Rumah.............................................................19

BAB IV PEMBAHASAN..............................................................................21
A. Analisis Penyakit .........................................................................21
B. Analisis Assessment Geriatri .......................................................22
C. Rencana Penatalaksanaan.............................................................22
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................24
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................25
LAMPIRAN ..........................................................................................................27

4
DAFTAR TABEL

HALAMAN
Tabel 1 Plan of Action (POA) ................................................................................27

5
DAFTAR LAMPIRAN

HALAMAN
Lampiran 1. Plan of Action ....................................................................................27
Lampiran 2. Hasil Kunjungan PBL........................................................................29
Lampiran 3. Kuesioner Kemandirian ADL ............................................................31
Lampiran 4. Keusioner Tokyo Metropolitan Index Gerontology ...........................31
Lampiran 5. Kuesioner Rapid Cognitive Screen ....................................................31
Lampiran 6. Kuesioner Geriatric Depression Scale ..............................................32
Lampiran 7. Kuesioner Frailty Questionnaire Screening Tool .............................32
Lampiran 8. Kuesioner Nutrition Assessment Questionnaire ................................33
Lampiran 9. Kuesioner Pengukuran Antropometri

6
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 1998
tentang Kesejahteraan Lanjut Usia yang dimaksud dengan lanjut usia
(lansia) adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.(1) Pada
tahun 2010, di Indonesia jumlah lansia yaitu 26 lansia per 100 anak. Hal ini
meningkat menjadi 73 lansia per 100 anak pada tahun 2035.(2)
Menurut Depkes, Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit
gangguan metabolik akibat pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau
tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif.(3)
Perkiraan terbaru menunjukkan prevalensi DM secara global yaitu 382 juta
orang pada tahun 2013, diperkirakan akan meningkat menjadi 592 juta pada
tahun 2035. Terdapat 2 tipe diabetes yaitu diabetes tipe 1 dan tipe 2 (> 85%
dari total prevalensi diabetes). Kedua tipe diabetes dapat menyebabkan
komplikasi seperti retinopati, nefropati dan neuropati, penyakit jantung
iskemik, stroke dan penyakit pembuluh darah perifer.(4)
WHO mendefinisikan demensia sebagai sindrom yang terjadi akibat
dari penyakit otak yang bersifat kronis atau progresif. Terdiri dari
kerusakan fungsi kortikal seperti memori, pemahaman, bahasa. Gangguan
ini sering terlihat bersamaan dengan perubahan emosi, perilaku sosial atau
motivasi.(5) Prevalensi demensia meningkat dari sekitar 2-3% pada lansia
yang berusia 70-75 tahun hingga 20-25% pada lansia yang berusia  85
tahun.(6)
Berdasarkan hasil pengamatan, penulis tertarik melakukan
pengamatan lanjutan mengenai faktor yang berhubungan dengan nyeri kaki
pada pasien di Kelurahan Krendang, Tambora, Jakarta Barat.

7
1.2 Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka masalah yang
dapat dirumuskan adalah:
a. Faktor resiko dan perilaku apa saja yang ditemukan pada pasien
sehingga pasien menderita gejala tersebut
b. Mengetahui intervensi yang sudah dilakukan untuk menangani gejala
penyakit

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Meningkatkan kualitas hidup masyarakat khususnya usia lanjut
1.3.2 Tujuan khusus
 Mengetahui kondisi lingkungan di Kelurahan Krendang
 Mengetahui keluhan kesehatan yang timbul di masyarakat terutama
usia lanjut di Kelurahan Krendang
 Memahami tentang penyakit pasien dan menerapkan pelayanan
kedokteran keluarga secara komprehensif dan holistik serta peran
aktif pasien dan keluarga

1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat untuk ilmu pengetahuan
Sebagai informasi mengenai kondisi lingkungan dan kesehatan
masyarakat khususnya usia lanjut di Kelurahan Krendang
1.4.2 Manfaat untuk profesi
Sebagai informasi bagi pemberi layanan kesehatan yang hendak
melakukan peninjauan lanjutan mengenai kondisi kesehatan masyarakat
khususnya usia lanjut di Kelurahan Krendang
1.4.3 Manfaat untuk masyarakat
Sebagai pengetahuan baru serta diharapkan dapat meningkatkan
kesadaran masyarakat mengenai kondisi lingkungan tempat tinggal dan
kesehatan masyarakat khususnya usia lanjut

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Lansia
2. 1.1 Definisi
Menurut Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun
1998, lanjut usia atau yang sering dikenal dengan lansia adalah
seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas. Ditinjau dari
aspek kesehatan, kelompok lansia akan mengalami penurunan derajat
kesehatan baik secara alamiah maupun akibat penyakit (menular dan
tidak menular).(1)

2.1.2 Klasifikasi
Menurut WHO, kelompok lanjut usia dibagi menjadi
1) Usia pertengahan (middle age) : usia 45 – 59 tahun
2) Lansia (elderly) : usia 60 – 74 tahun
3) Lansia tua (old) : usia 75 – 90 tahun
4) Lansia sangat tua (very old) : usia diatas 90 tahun.(7)

2.2 Diabetes Mellitus


2.2.1 Definisi
DM adalah suatu kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik
peningkatan kadar gula darah (hiperglikemia) yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Hiperglikemia
kronik pada diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang,
disfungsi atau kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal,
saraf, jantung dan pembuluh darah.(8)

9
2.2.2 Klasifikasi
Menurut ADA 2009, Diabetes Mellitus diklasifikasikan menjadi
1) Diabetes tipe I : (terjadi destruksi sel , biasanya menyebabkan
defisiensi insulin absolut)
2) Diabetes tipe II : terjadi defek sekretorik dengan resistensi insulin,
defisiensi insulin bersifat relatif)
3) Diabetes tipe spesifik lain
A. Defek genetik pada fungsi sel 
B. Defek genetik pada peran insulin
C. Penyakit pada bagian eksokrin pankreas
D. Endokrinopati
E. Diinduksi obat atau kimia
F. Infeksi
G. Bentuk umum diabetes yang dimediasi kekebalan
H. Sindrom genetik lainnya
4) Diabetes gestasional : diabetes pada kehamilan.(9)

2.2.3 Faktor Risiko


Faktor risiko terjadinya Diabetes Mellitus dalam garis besar dibagi
menjadi dua
Tidak dapat dimodifikasi
1) Usia
Pada lanjut usia, terjadi perubahan – perubahan yang
menyebabkan kemunduran fungsi tubuh, salah satunya
adalah penurunan sekresi hormon insulin.(12)

2) Jenis kelamin
Lebih sering ditemukan pada pria.(12)

10
Dapat dimodifikasi
1) Obesitas
Pada obesitas, pankreas harus bekerja lebih keras untuk
menormalkan kadar gula darah yang tinggi karena asupan
makanan yang berlebih dengan cara memperbanyak
hormon insulin yang meningkatkan risiko terjadinya
resistensi insulin.(10)

2) Aktivitas fisik
Saat beraktivitas sejumlah gula akan dimetabolisir untuk
dijadikan sumber ATP, sehingga jumlah gula dalam tubuh
akan berkurang dan kebutuhan hormon insulin untuk juga
berkurang.(10)

3) Pola makan
Asupan makanan dengan indeks glikemik tinggi dan lemak
trans yang berlebih dapat meningkatkan risiko terjadinya
resistensi insulin.(11)

2.2.4 Patofisiologi
Patofisiologi diabetes melitus pada usia lanjut belum dapat
diterangkan seluruhnya, namun didasarkan atas faktor-faktor yang
muncul oleh perubahan proses menuanya sendiri. Timbulnya resistensi
insulin pada usia lanjut disebabkan oleh 4 faktor utama yaitu :
 Perubahan komposisi tubuh
Penurunan jumlah masa otot dan peningkatan jumlah jaringan
lemak mengakibatkan menurunnya jumlah dan sensitivitas
reseptor insulin.

11
 Menurunnya aktifitas fisik
Penurunan aktifitas fisik akan mengakibatkan penurunan jumlah
reseptor insulin.

 Perubahan pola makan


Pada usia lanjut disebabkan berkurangnya gigi geligi sehingga
presentase bahan makanan karbohidrat meningkat

 Perubahan neurohormonal
Penurunan kadar DHEAS (dehydroepandrosterone) plasma dan
IGF-1 (Insulin-like Growth Factor) plasma. Penurunan hormon
tersebut akan menurunkan sensitivitas reseptor insulin sehingga
ambilan glukosa juga menurun.(8)

Pada usia lanjut diduga terjadi age related metabolic adaptation, oleh
karena itu munculnya diabetes pada usia lanjut kemungkinan karena
aged related insulin resistance atau aged related insulin inefficiency
sebagai hasil dari preserved insulin action despite age.(13)

2.2.5 Diagnosis
Manifestasi Klinis
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) membagi
alur diagnosis DM menjadi dua bagian besar berdasarkan ada
tidaknya gejala khas DM. Gejala klasik DM teridiri dari :
1. Poliuria
2. Polidipsia
3. Polifagia
4. Berat badan mernurun tanpa sebab yang jelas
Gejala lain DM terdiri dari :
1. Lemas
2. Kesemutan

12
3. Luka yang sulit sembuh
4. Gatal
5. Mata kabur
6. Disfungsi ereksi (pria) dan pruritus vulva (wanita).(14)
Apabila terdapat gejala klasik DM, pemeriksaan glukosa darah
abnormal satu kali saja sudah cukup untuk menegakkan
diagnosis, namun jika tidak ada maka diperlukan dua kali
pemeriksaan.(8)

2.2.6 Kriteria Diagnostik


Untuk penyeragaman diagnosis, dipergunakan acuan berupa
klasifikasi diagnosis berdasarkan kriteria ADA berikut :

Gambar 1. Kriteria Diagnostik DM menurut American


Diabetes Association (ADA).(14)

13
Tata cara pelaksanaan TTGO, dipergunakan acuan dari WHO
seperti berikut :

Gambar 2. Cara pelaksanaan TTGO menurut WHO 1994.(14)

Di interpretasikan sebagai berikut :

Gambar 3. Kadar tes laboratorium darah untuk diagnosis diabetes


dan pradiabetes.(14)

2.2.7 Tatalaksana
Pilihan utama terapi DM pada lansia adalah terapi non
farmakologik yang bertujuan untuk mengubah gaya hidup
(lifestyle) yang meliputi :
1) Diet
Diberikan sesuai dengan jumlah kalori sesuai dengan
status gizinya. Komposisi normal biasanya 60-65%

14
karbohidrat kompleks, 20% protein dan 15-20%
lemak ditambah dengan suplemen dan vitamin.

2) Olahraga
Disesuaikan dengan kapasitas fungsionalnya.
Gerakan atau latihan dapat secara aktif dengan
berjalan atau pasif di tempat tidur.(12,8)

Terapi farmakologik diberikan bersama dengan pengaturan gaya


hidup sehat. Terapi farmakologik terdiri dari :
A. Obat Antihiperglikemik Oral
Berdasarkan cara kerjanya, dibagi menjadi 5 golongan
1) Pemacu Sekresi Insulin (Insulin Secretagogue) :
Sulfonilurea dan Glinid.
2) Peningkat Sensitivitas terhadap Insulin : Metformin,
Thiazolidindion.
3) Penghambat Absorbsi Glukosa di saluran cerna :
Penghambat Alfa Glukosidase
4) Penghambat DPP-IV (Dipeptidyl Peptidase-IV)
5) Penghambat SGLT-2 (Sodium Glucose Co-
transporter 2)

B. Obat Antihiperglikemik Suntik


Termasuk antihiperglikemik suntik, yaitu insulin, agonis
GLP-1 (Glucose Like Peptide-1) dan kombinasi
keduanya.(14)

15
BAB III
HASIL PENGALAMAN BELAJAR LAPANGAN

A. Identitas Pasien
Nama : Bapak Suhar
Umur : 66 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Krendang Tengah Rt. 7/Rw. 3, Krendang,
Tambora,
Jakarta Barat
Pekerjaan : Pengangguran
Pendidikan : Tamat SD
Penghasilan : Rp.30.000/hari
Kepemilikan : Rumah, toko
Status perkawinan: Menikah
Keluarga : 10 orang anak.
Pasien tinggal bersama 10 orang anak, 9 diantaranya
telah
berkeluarga.

B. Hasil pemeriksaan di Puskesmas


Tidak ada kunjungan.

C. Anamnesis
Keluhan utama : Pasien mengaku merasakan sakit seperti
ngilu pada tungkai kiri bagian atas hingga
bawah dan mengeluh batuk.

Riwayat penyakit sekarang : Keluhan ngilu pada luka pasca operasi


diabetes melitus pada 14 tahun yang lalu di
tungkai kiri bagian atas dan bawah sejak 2
bulan yang lalu. Keluhan dirasakan hilang
timbul, akan semakin terasa ketika akan
berdiri. Rasa nyeri tidak disertai perasaan
panas, kebas atau baal. Keluhan batuk baru
dirasakan sejak 2 hari yang lalu, batuk tidak
disertai sakit pada tenggorokan, dan sesak
napas. Belum diobati.

Riwayat penyakit dahulu : Diabetes mellitus tipe 2, pasien mengetahui


DM tersebut setelah mengalami drop,
sampai harus dilarikan ke RS. Pasien juga
mengaku sampai melakukan operasi di
tungkai atas hingga bawah kiri (terdapat 16
luka jahitan).

16
Riwayat penyakit keluarga : Ayah dan ibu : tidak DM, istri : hipertensi,
anak: belum ada yang terkena DM.
Riwayat trauma : Tidak ditemukan.

Riwayat pemakaian obat :


 Pilkita/jamu (1x1 hari sebelum tidur)
 Insulin IV
 Mastin/OHT (1x1 hari setelah makan, @2 pil)

Riwayat Perilaku :
 Kegiatan sehari-hari berjemur badan di bawah sinar matahari
 Olahraga ringan yaitu jalan santai kurang lebih 100 meter
 Tidur setelah berjemur jam 10.00-12.00
 Makan snack pagi (contoh : tape uli rebus) jam 09.00
 Pola makan 2x sehari (siang : jam 12.00 nasi+tongkol, sore :
jam 17.00 nasi+tempe+tahu+cumi) dengan porsi ½ centong nasi
= 2-3 sdm

Hubungan sosial : Hubungan dengan keluarga, tetangga dan
teman perkumpulan baik.

Akses pelayanan kesehatan : Memiliki kartu jaminan kesehatan yaitu


BPJS.

Tempat berobat : Puskesmas (sebagai tempat


pertama kali saat drop, kemudian di ujuk
ke RS. Tarakan).
Lingkungan tempat tinggal :
 Rumah tidak ramah lansia.
 Sanitasi buruk, ventilasi dan pencahayaan kurang.
 Tidak terdapatnya jamban/WC.
 Terdapat sumber pencemaran, berupa vektor seperti tikus,
kucing, dll.
 Hunian padat penduduk
 Rumah padat barang yang tidak terpakai.

D. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Tampak sakit ringan.
Kesadaran : Compos mentis.
Tanda vital :
 Nadi : 80x/menit.
 Nafas : 24x/menit.
 Suhu : 36,2C.
 Tekanan darah : 130/80 mmHg.

17
Status gizi :
 Bentuk badan : Kurus.
 Berat badan : 53,5 kg.
 Tinggi badan : 144 cm.
 Tinggi lutut : 46,5 cm (rumus humlea : 22,1)
 BMI : 25,8 (normal/risiko menengah)

Status Generalis
Kulit : Tidak ada kelainan.

Kepala : Tidak ada kelainan.

Mata : Tampak garis putih dipinggir lensa, pupil bulat pupil


+/+.

THT :
 Telinga : Dx : tampak serumen yang kering menutupi, sn :
bersih.
 Hidung : Tidak terdapat polip, tidak hiperemis, tidak ada
sinusitis.

Leher : Tidak terdapat pembesaran KGB, dan tiroid tidak


teraba.

Thorax :
 Paru-paru : Suara barrel chest pada paru kanan, wheezing -/-,
ronkhi -/-.
 Jantung : BJ I-II murni, murmur (-), gallop (-).

Abdomen : Lemas, datar, bising usus +, nyeri tekan -, hepar


teraba, murphy sign -, schuffner -, shifting dullnes -, mc
burney -.

Ekstremitas : ROM normal, tonus otot normal, akral hangat,


perfusi perifer normal.

E. Pemeriksaan penunjang
Pasien belum pernah melakukan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan
yang direncanakan untuk dilakukan adalah rontgen.

18
F. Diagnosis kerja dan diagnosis multiaksial
Diagnosis kerja : DM tipe 2, disertai dementia.
Diagnosis multiaksial :
Axis I : Demensia
II : (-)
III : DM tipe 2
IV : Kehilangan pekerjaan
V : 55

G. Rapid geriatric assessment


ADL : Skor 14
TMIG : Skor 2
RCS : Skor 4
GDS : Skor 4
SNAQ : Skor 16
FQST : Skor 1

Pengukuran antropometri :
 Lingkar lengan atas (LLA) : 16,5 cm
 Lingkar betis : 29,5 cm
 Lingkar pinggang : 89 cm
 Genggam tangan : 20 mmHg
 Tinggi lutut : 46,5 cm (rumus chumlea : 155 cm)

H. Hasil kunjungan rumah


 Tanggal kunjungan rumah : Senin 22 Oktober, dan Rabu 24
Oktober 2018.
 Lokasi (denah rumah) : Lampiran.
 Kondisi rumah : Tidak ramah lansia.
 Ventilasi : Tidak ada.
 Pencahayaan : Kurang.
 Lingkungan sekitar : Padat.
 Sumber air bersih, dan minum: PAM.
 Pembuangan sampah : Diambil setiap hari.
 Kamar mandi : Tidak terawat, lantai basah, dan
licin, kurangnya
pencahayaan, tidak adanya jamban,
bersamaan
dengan dapur, tidak adanya
pegangan untuk
lansia.
 Dapur : Barang berantakan, bersamaan
dengan tempat
cuci baju, dan kamar mandi.

19
 Kamar tidur : 5 kamar tidur, kamar berantakan,
pencahayaan
Kurang, tidak terdapat ventilasi.

20
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Analisis penyakit
Bapak Suhar, 66 tahun dulunya berprofesi sebagai supir perusahaaan swasta.
Namun sejak usia 52 tahun ketika Beliau tiba-tiba jatuh sakit dan harus menjalani
pengobatan dan juga operasi, Pak Suhar sudah tidak bekerja lagi. Beliau adalah
seorang pasien Diabetes Mellitus tipe 2 yang sudah berhenti menjalani pengobatan.
Istrinya mengaku bahwa Pak Suhar sudah sembuh dari penyakit diabetesnya, maka
dari itu Beliau sudah tidak meminum obat dan berhenti melakukan suntikan insulin.
Saat ini hanya rutin meminum ekstrak manggis. Namun ketika pada hari Rabu, 24
Oktober 2018 kami melakukan pemeriksaan gula darah puasa kepada Pak Suhar
menggunakan glucosemeter didapatkan hasil 269 mg/dL maka dari itu kami
menyimpulkan bahwa Pak Suhar masih mengidap penyakit Diabetes Mellitus.

Saat ini Pak Suhar merasakan linu apabila berjalan. Dari hasil pengukuran
lingkar betis kiri didapatkan lingkar betis Pak Suhar lebih kecil dari seharusnya.
Kami menyimpulkan telah terjadi atrofi yang mana kemudian menyebabkan rasa
linu apabila berjalan, karena ekstremitasnya tidak kuat untuk menopang berat
tubuh. Atrofi ini mungkin terjadi karena pada saat sakit dulu Pak Suhar sempat tidak
bisa berjalan selama dua tahun.

Dari hasil anamnesis baik dengan Pak Suhar sendiri maupun dengan istrinya,
kami mendapatkan bahwa beberapa kali Pak Suhar salah memberikan informasi
ataupun tidak konsisten dalam menjawab. Ditambah lagi informasi dari istrinya
bahwa terakhir kali Beliau keluar rumah sendiri, Beliau tersesat ke daerah lain yang
jauh dari tujuan sebenarnya. Selanjutnya dari hasil pemeriksaan menggunakan
asesmen kami mendapatkan bahwa Pak Suhar menderita Demensia. Menurut kami
demensia ini merupakan konsekuensi dari bertambahnya usia, namun pada kasus
Pak Suhar kejadian demensianya dipercepat karena adanya diabetes mellitus.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa diabetes yang tidak terkontrol dapat
menyebabkan demensia karena pada pasien diabetes terjadi penurunan volume
darah termasuk darah yang menuju ke otak. Kurangnya suplai darah ini
mengakibatkan kerusakan otak sehingga menurunkan fungsi kognitif dari
penderitanya. Selain itu menurut kami kondisi ini diperberat dengan sifat Pak Suhar
yang pendiam, jarang berkomunikasi dengan orang sekitar.

Saat ini pasien sedang batuk. Dari hasil auskultasi thorax ditemukan suara
barrel chest pada paru kanan sehingga kami memikirkan beberapa diagnosis
banding yaitu emfisema dan tuberkulosis. Karena pada pasien diabetes terjadi
penurunan sistem imun sehingga sangat mungkin untuk terserang penyakit infeksi.
Namun diperlukan pemeriksaan penunjang lain seperti rontgen thorax untuk dapat
mengkonfirmasi.

21
B. Analisis asesmen geriatri
1. Kuesioner kemandirian ADL&TMIG : skor 16 (tergantung ringan) & 1
(taraf kurang)

Hasil kuesioner kemandirian ADL menunjukkan Pak Suhar tergantung pada


orang lain dalam melakukan beberapa kegiatan sehari-hari seperti duduk
ataupun berdiri. Sedangkan untuk naik turun tangga Pak Suhar sudah tidak
bisa lagi melakukannya. Sedangkan pada kuesioner TMIG pak Suhar hanya
mampu untuk mengunjungi rumah tetangga sesekali.

2. Rapid cognitive screen : skor 4 (demensia)

Pada pemeriksaan ini didapatkan hasil demensia. Hal ini yang menjadi
acuan kami dalam mendiagnosis Pak Suhar mengidap demensia ditambah
dengan hasil anamnesis yang sudah dijabarkan di Bab III.

3. Geriatric depression scale : skor 4 (normal)

Dari asesmen ini didapatkan Pak Suhar tidak mengalami depresi. Ditambah
Pak Suhar masih berfikiran positif dan juga bersyukur terhadap hidup yang
dijalani saat ini.

4. Nutrition assessment quest : skor 16 (tidak beresiko)

Pak Suhar tidak beresiko untuk mengalami penurunan berat badan. Pada
saat anamnesis dengan istri Pak Suhar memang sangat fokus dalam
mengatur makanan yang dimakan oleh Pak Suhar.

5. Frailty quest screening tool : skor 1 (pre-frail)

Pak Suhar beresiko untuk mengalami kerentaan karena kurangnya aktivitas


sehari-hari. Dalam satu hari Pak Suhar hanya melakukan jalan <100 meter
untuk berjemur. Setelah itu Beliau akan kembali ke rumah dan hanya duduk
ataupun tidur.

C. Rencana penatalaksanaan

Farmakoterapi :
Pak Suhar harus berkonsultasi ke dokter untuk mendapatkan obat untuk
penyakit diabetesnya. Baik dalam bentuk obat oral ataupun harus kembali ke
suntikan insulin. Begitu pula untuk demensianya, perlu dilakukan pemeriksaan
yang lebih dalam oleh dokter spesialis untuk mengkonfirmasi dan juga menilai

22
apakah perlu diberikan pengobatan atau tidak. Untuk mengkonfirmasi masalah paru
sebaiknya dilakukan rontgen thorax terlebih dahulu.

Non-farmakoterapi :

Pak Suhar harus menambahkan aktivitas ringan dalam kegiatan sehari-


harinya. Selain itu juga rutin melakukan pemeriksaan ke Puskesmas apalagi Pak
Suhar merupakan anggota BPJS. Untuk diet, perlu dipertahankan untuk menjaga
asupan nutrisi yang sesuai.

Edukasi kepada keluarga :

Penyakit diabetes mellitus merupakan penyakit yang tidak bisa disembuhkan,


namun bisa dikontrol. Pasien harus mengkonsumsi obat seumur hidup, maka dari
itu diperlukan peran keluarga untuk mendukung dan juga mengingatkan pasien
sehingga pasien teratur meminum obatnya. Selain itu, pasien harus senantiasa
diajak berkomunikasi sehingga fungsi kognitifnya tetap terjaga, sifat pendiam
pasien seharusnya bukan menjadi alasan untuk tidak berkomunikasi dengan pasien.
Kemudian kebersihan rumah dan lingkungan harus diperhatikan. Barang-
barang yang tidak dipakai sebaiknya dibuang atau dipindahkan keluar rumah karena
pasien geriatri apalagi yang mempunyai penyakit tertentu sangat mudah terkena
infeksi. Ventilasi dan sanitasi rumah harus diperbaiki, bukan hanya untuk
kepentingan Pak Suhar tapi juga untuk kesehatan semua penghuni rumah. Keluarga
juga harus saling membantu untuk menjaga kebersihan personal pasien mengingat
pasien sudah sulit melakukannya sendiri.

23
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pada pasien ini (Pak Suhar, 66 tahun) masalah kesehatan yang paling utama
adalah penyakit diabetesnya. Hal ini yang harus segera ditatalaksana dan pak Suhar
harus kembali mengkonsumsi obat penurun gula darah. Selain itu karena pengaruh
usia Pak Suhar juga mengalami demensia, yang mana terjadinya demensia ini
dipercepat karena penyakit diabetesnya. Untuk penyakit-penyakit lainnya
merupakan konsekuensi dari penuaan (ageing) yang mana tidak dapat dihentikan
namun dapat diperlama untuk terjadinya apabila menjalani hidup sehat dengan
berolahraga dan mengatur makanan dan juga menjaga kebersihan diri serta
lingkungan tempat tinggal.

24
DAFTAR PUSTAKA

1. InfoDATIN. Situasi dan Analisis Lanjut Usia. Jakarta : Kementrian


Kesehatan RI Pusat Data dan Informasi, 2014. Hal 1
2. Adioetomo SM, Mujahid G. Indonesia on the Threshold of Population
Ageing. UNFPA; 2014
3. Kementrian Kesehatan RI. InfoDATIN Pusat Data dan Informasi
Kementrian Kesehatan RI: Situasi dan Analisis Diabetes. 2014
4. Forouhi NG, Wareham NJ. Epidemiology of diabetes. Elsevier; 2014
5. Dening T, Sandilyan MB. Dementia: definitions and types.
ResearchGate; 2015. Available at:
https://www.researchgate.net/publication/276295931
6. Rizzi L, Rosset I, Cruz MR. Global Epidemiology of Dementia:
Alzheimer’s and Vascular Types. Hindawi; 2014. Doi:
http://dx.doi.org/10.1155/2014/908915
7. Jazmi SM. Faktor Risiko terjadinya Rematik Artritis pada Lansia di
Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas II Baturraden. Purwokerto.
Purwokerto : Universitas Muhammadiyah Purwokerto, 2016.
8. Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam
AF, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed 4. Jakarta : Interna
Publishing, 2014. Jilid II Hal 2325, 2422.
9. American Diabetes Association. Diagnosis and classification of
diabetes mellitus. Diabetes Care. 2010; 33 Suppl 1(Suppl 1):S62-9.
doi: [10.2337/dc10-S062]
10. Irawan, D. 2010. Prevalensi dan Faktor Risiko Kejadian Diabetes
Melitus Tipe 2 di Daerah Urban Indonesia (Analisa Data Sekunder
Riskesdas 2007). Tesis. Depok : FKM UI.
11. Chan JCN, et al. Diabetes in Asia : Epidemiology, Risk Factors, and
Pathophysiology. JAMA. 2009, May ; 301(20)
12. Sepriana R. Prevalens dan Determinan Diabetes Mellitus di Poli Lansia
Puskesmas Kecamatan Jatinegara Jakarta Timur tahun 2011. Jakarta :
Universitas Indonesia, 2012.

25
13. Henderina.. DM Pada Lansia, Kasus Besar Interna. Available at :
http//www.scribd.com/doc/72458847/dm-pada-lansia. Accesed on
October 24, 2018
14. PERKENI. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus
Tipe 2 di Indonesia 2015. PB PERKENI. 2015. Available at :
http://pbperkeni.or.id/doc/konsensus.pdf Accesed on October 24, 2018

26
LAMPIRAN

A. Plan of Action
Kegiatan Tujuan Sasaran Tempat Penanggung Pelaksana Waktu Dana Metode
Jawab
1. Perbaikan kondisi - Menciptakan Lansia dan Krendang Dinas sosial Dinas Secep-atnya Berkisar : Dengan mendaftarkan ke
keadaan rumah rumah ramah keluarga. Tengah rt sosial dan Rp. 100- program bedah rumah gratis.
dengan : lansia. 7/3 pemerinta 150juta
a. Perbaikan ventilasi - Mengurangi h setempat
b. Perbaikan sanitasi risiko lansia
c. Pembersihan vektor terjatuh.
d. Pembuangan barang - Mengurangi
yang sudah tidak penularan
dipakai penyakit
e. Melakukan menular
pembangunan jamban
f. Memisahkan dapur
dengan toilet
2. Pengobatan secara Menurukan dan Lansia dan Krendan Puskesmas, Puskesmas Secepatnya Berkisar -Program kesling di
farmako : mengontrol gula keluarga g Tengah dan Rp. 500- puskesmas
Meminum obat anti darah. rt 7/3, pemerintah 1juta -Edukasi ke keluarga.
diabetes puskesm setempat
Secara non farmako : as
a. Perubahan pola
hidup

27
b. Menjaga pola
makan
c. Aktivitas
olahraga ringan
d. Support dari
keluarga
e. Pemeriksaan gula
darah secara rutin
3. Pendampingan Mencegah Keluarga Krendan Puskesmas Puskesmas Secepatnya Gratis -Edukasi keluarga mengenai
oleh keluarga hilang oleh g tengah demensia.
karena demensia Rt &.3

28
I. Foto Kunjungan

Warung

Rumah

29
Rumah

J. Kuesioner Kemandirian (ADL + TMIG)

30
K. Rapid cognitive screen
(RCS)

L. Geriatric Depression Scale (GDS)

31
M. Simpified Nutrition Assesment Questionnaire (SNAQ)

N. Frailty Screening Tool

32
33

Anda mungkin juga menyukai