Disusun oleh:
03015172
Dokter Pembimbing:
1
I. IDENTITAS PASIEN
Nama Lengkap : Nn. Khaerunnisa
Tempat dan Tanggal Lahir : Jakarta, 25 Oktober 1987
Umur : 32 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Belum menikah
Pendidikan Terakhir : SMK
Pekerjaan : Pialang saham
Bangsa/Suku : Betawi
Agama : Islam
Alamat : Jl. Sawah Lio RT 01 RW 06, Jakarta Barat
Dokter yang Merawat : dr. Willy Steven, dr, Sp.KJ
Tanggal Masuk RSJSH : 9 Maret 2019
Ruang Perawatan : Ruang Kenanga
Rujukan/ Datang sendiri/ Keluarga : Diantar Keluarga
Alloanamnesis
• Tanggal 31 Maret 2019, pukul 16.00, dilakukan kepada Ibu melalui telefon.
2
A. KELUHAN UTAMA
Pasien memainkan pisau tajam di dalam rumahnya dan mengatakan bahwa orang
yang dahulu pernah menculiknya harus mati beberapa jam SMRS.
3
alasan orang tersebut menolak untuk memberinya sebuah bakwan. Ibu pasien
mencari pasien melalui poster, kepolisian, dan program televisi sampai pasien
ditemukan di tahun 2007. Semenjak kejadian penculikan tersebut, pasien berperilaku
aneh seperti berbicara sendiri seolah – olah ada yang berbicara dengannya dan
mengaku dirinya adalah seorang laki – laki. Pasien juga sering ditemukan sedang
menangis dan berdiam di kamarnya, namun pasien menolak untuk mengutarakan
perasaannya dan bercerita.
Akhir – akhir ini, pasien lebih sering marah – marah, gelisah dan mudah
tersinggung jika apa yang dia inginkan tidak terpenuhi. Pasien mengaku tidak dapat
memulai tidur maupun mempertahankan tidurnya. Sejak kecil, pasien mengaku
melihat hal – hal yang orang lain tidak lihat seperti pocong dan kuntilanak. Ketika
pasien SD, pasien pernah dilecehkan oleh keponakan ayahnya (AA Mail) di
kamarnya saat pasien sedang belajar.
Ini merupakan keluhan yang kedua kali. Pada tahun 2007 pasien pernah
berperilaku seperti ini dan dibawa ke RSJSH, dirawat selama 1 minggu dan
meminum obat Risperidon, Triheksifenidil, dan Lorazepam. Keluhan berkurang
semenjak meminum obat, namun penggunaan obat berhenti selama 2 bulan pada
tahun 2019 dikarenakan obat habis.
Ketika pertama kali masuk RSJSH, pasien datang disertai dengan penyakit
dermatitis pedis dan diberi obat Hidrokortison. Pasien tidak mempunyai riwayat
kejang, trauma kepala, hipertensi atau diabetes melitus.
4
4. Grafik Perjalanan Penyakit
5
D. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI
3. Riwayat Pendidikan
Pasien menjalani pendidikan hingga bangku SMK. Pasien mengawali kegiatan
sekolah saat berusia 7 tahun. Pasien menyelesaikan pendidikan SD, SMP, dan SMK
tepat waktu.
6
4. Riwayat Pekerjaan
Pasien sempat bekerja sebagai pegawai toko pakaian, bagian komputer, sampai yang
terakhir sebagai bagian saham di daerah sudirman. Pasien telah berhenti bekerja
semenjak tahun 2005.
5. Kehidupan Beragama
Pasien beragama Islam. Pasien taat dalam beribadah, sholat 5 waktu, berpuasa dan
mengaji.
E. RIWAYAT KELUARGA
Pasien merupakan anak keempat dari enam bersaudara. Pasien merupakan anak
perempuan satu - satunya. Pasien mempunyai 3 orang kakak laki - laki yang berusia 42
tahun, 38 tahun, dan 34 tahun. Pasien juga mempunyai 2 orang adik laki – laki berusia 28
tahun dan 23 tahun. Ayah pasien meninggal sekitar 17 tahun yang lalu karena penyakit
kanker tulang. Ibu pasien masih sehat. Dikeluarga pasien tidak ada yang memiliki
keluhan hal yang sama seperti pasien. Di keluarga pasien juga tidak ada riwayat penyakit
medis seperti kejang, trauma kepala, hipertensi ataupun diabetes melitus.
7
Genogram Keluarga:
Keterangan:
= Perempuan = Pasien = Laki-laki
= meninggal = meninggal
8
B. ALAM PERASAAN
1. Mood : hipotim
2. Afek : labil, skala diferensiasi luas
3. Keserasian : serasi
C. GANGGUAN PERSEPSI
a. Halusinasi : (+) visual, auditorik, dan taktil (seksual)
b. Ilusi : (-) tidak ada
c. Depersonalisasi : (+) menganggap dirinya seorang laki - laki
d. Derealisasi : (+) mengira orang lain adalah ayahnya
D. PROSES PIKIR
1. Arus pikir
a. Produktivitas : cukup ide
b. Kontinuitas : asosiasi longgar
c. Hendaya bahasa : Tidak ada
2. Isi pikir
a. Waham : kejar
b. Preokupasi : (+) kejadian – kejadian traumatik
c. Obsesi : (-) Tidak ada
d. Fobia : (-) Tidak ada
E. PENGENDALIAN IMPULS
Terganggu
F. DAYA NILAI
1. Daya nilai sosial : terganggu
2. Uji daya nilai : tidak dilakukan
3. RTA : terganggu
9
G. TILIKAN
Derajat I à menyangkal penuh mengenai penyakitnya tersebut
H. RELIABILITAS
Dapat dipercaya à Pasien dapat menceritakan apa yang ia rasakan dan ia yakini
10
o Auskultasi: suara napas vesikular +/+, tidak ada suara napas tambahan
(ronkhi -/-, wheezing -/-)
• Jantung:
o Inspeksi: ictus cordis tidak tampak
o Palpasi: ictus cordis teraba, tidak teraba thrill
o Perkusi: batas jantung dalam batas normal
o Auskultasi: BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)
• Abdomen:
o Inspeksi: bentuk datar
o Palpasi: supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba membesar
o Perkusi: timpani seluruh lapang abdomen
o Auskultasi: bising usus (+) 2 kali/menit
• Ekstremitas: akral hangat, oedem (-), CRT < 2 detik
Status Neurologis
Saraf kranial : dalam batas normal
Tanda rangsang meningeal : negatif
Refleks fisiologis : ++ (normal)
Refleks patologis : tidak ada
Motorik : dalam batas normal
Sensorik : dalam batas normal
Fungsi Luhur : baik
Gangguan Khusus : tidak ada
Gejala EPS : akatisia (-), parkinsonisme (bradikinesia, Rigiditas
,Resting tremor) (-), tonus otot baik, distonia (-)
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Dilakukan pemeriksaan darah lengkap dengan hasil normal
11
VI. IKTHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Seorang perempuan berusia 32 tahun datang diantar oleh keluarganya
karena pasien bermain dengan pisau tajam di dalam rumahnya beberapa jam SMRS.
Pasien mengatakan bahwa orang yang dahulu pernah menculiknya harus mati.
Menurut pasien, pada saat itu pasien teringat – ingat kembali kejadian pada saat dia
diculik 14 tahun yang lalu. Pikiran – pikiran tersebut muncul kembali semenjak
pasien berhenti minum obat.
` Satu hari sebelumnya, pasien marah dan mengamuk dengan alasan ketika
pasien sedang duduk, pasien merasa kemaluan nya bergetar dan melihat sosok
makhluk yang pasien yakini adalah makhluk astral yang ingin menculiknya. Pasien
memiliki penglihatan seperti melihat makhluk halus, mendengar bisikan, dan
merasakan getaran pada kemaluannya. Selain itu, pasien mengaku dirinya seorang
laki – laki dan mengatakan bahwa orang lain adalah ayahnya. Pasien mempunyai
keyakinan adanya makhluk astral yang ingin menculiknya. Pasien sering ditemukan
sedang menangis dan berdiam di kamarnya, namun pasien menolak untuk
mengutarakan perasaannya dan bercerita.
Sebaliknya, pasien sekaranf lebih sering marah – marah dan gelisah.
Pasien mengaku tidak dapat memulai tidur maupun mempertahankan tidurnya.
Keluhan ini sudah terjadi semenjak tahun 2007, pasien mulai mengalami halusinasi,
depersonalisasi, derealisasi, waham, gangguan mood, dan gangguan tidur. Pada
tahun 2019 bulan Maret pasien mulai mengamuk dan marah – marah lagi karena
pasien putus minum obat dengan alasan obat habis. Karena tidak minum obat, gejala
– gejala tersebut mulai muncul kembali, sebab itu pasien akhirnya di rawat di RSJSH
selama 3 minggu.
12
VII. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Aksis III :-
GAF HLPY : 70 - 61
Aksis I :
• Terdapat distress / penderitaan yang dirasakan pasien : merasa ada yang ingin
menculiknya, merasa terganggu oleh halusinasi visual dan auditoriknya, gelisah,
gangguan mood
• Terdapat disabilitas / hendaya pada pasien : tidak dapat tidur, tidak dapat
bekerja, hendaya sosial, hendaya dalam penilaian realita
13
- Gangguan bukan merupakan gejala intoksikasi zat
• Pasien tidak mempunyai riwayat penggunaan narkoba, alkohol, ataupun zat
adiktif lainnya
• Dari hasil pemeriksaan urin tidak terdapat tanda – tanda intoksikasi zat
• Ada gejala psikotik seperti waham kejar, halusinasi (auditorik, visual, dan
seksual), depersonalisasi, derealisasi
Aksis IV :
- Masalah dengan keluarga : tidak ada
- Masalah dengan Lingkungan sosial : ada
- Masalah Pendidikan : tidak ada
14
- Masalah Ekonomi : tidak ada
- Masalah Pekerjaan : ada
- Akses Kepelayanan Kesehatan : ada
- Masalah Psikososial : tidak ada
Aksis V :
IX. PROGNOSIS
- Ad vitam : ad bonam
- Ad functionam : dubia ad bonam (selama pasien meminum obat dengan rutin
dan dosis tepat, gejalanya akan terkontrol)
- Ad sanationam : dubia ad bonam
15
XI. DAFTAR MASALAH
1. Organobiologik : Tidak ditemukan kelainan fisik yang bermakna, namun diduga
terdapat ketidakseimbangan neutotransmiter
2. Psikiatrik : Terdapat hendaya dalam menilai realita dan gangguan mood
3. Sosial : Terdapat hendaya sosial dan pekerjaan
XII. TERAPI
1. Rawat Inap
Dengan indikasi:
§ Adanya risiko melukai diri sendiri atau orang lain
§ Gejala psikotik yang berat
§ Observasi lebih lanjut
2. Psikofarmakologi
1. Risperidone 2 x 2 mg
2. Divalproat 2 x 250 mg
3. Diazepam 1 x 5 mg
3. Psikoedukasi
Psikoedukasi bertujuan untuk mendukung terapi pasien, membantu pasien dalam
menemukan cara mengatasi masalahnya, dan mencegah timbulnya gejala yang sama saat
pasien mendapat stressor psikologis.
- Edukasi terhadap pasien:
• Pasien diberi informasi mengenai penyakit yang dideritanya, gejala, dampak,
faktor-faktor penyebab, pengobatan, dan resiko kekambuhan agar pasien tetap taat
meminum obat dan segera datang ke dokter bila timbul gejala serupa di kemudian
hari.
• Memotivasi pasien untuk keteraturan minum obat dan kontrol
- Psikoterapi
• Psikoterapi ini dapat dilakukan dengan bimbingan, reassurance, serta terapi
kelompok
16
- Terapi kognitif perilaku
• Dilakukan untuk merubah keyakinan yang salah dari pasien
Follow Up pasien
Tanggal S O A P
Pasien tampak TD : 120 / Aksis I : F25 1. Risperidone
senang, 90 Skizoafektif 2 x 2 mg
pembicaraan HR : 80 x Aksis II : ciri 2. Divalproat
banyak, afek luas, RR : 18 x kepribadian skizoid 2 x 250 mg
27 - 03 – halusinasi masih S : 36,6 oC Aksis III : tidak ada 3. Diazepam
2019 ada namum pasien Aksis IV : Riwayat 1 x 5 mg
menolak untuk penculikan, pelecehan
mebicarakannya seksual dan
secara detil ketidakteraturan minum
obat.
Pasien tampak sedih TD : 119 / Aksis I : F25.2 1. Risperidone
01 – 04 – dan menangis 90 Skizoafektif Tipe 2 x 2 mg
2019 ketika pasien HR : 80 x Campuran 2. Divalproat
menceritakan RR : 21 x Aksis II : ciri 2 x 250 mg
17
kejadian traumatik, S : 36,6oC kepribadian skizoid 3. Diazepam
afek sempit dan Aksis III : tidak ada 1 x 5 mg
dalam, halusinasi Aksis IV : Riwayat
berkurang namun penculikan, pelecehan
masih ada, pasien seksual dan
mulai mau bercerita ketidakteraturan minum
tentang masa obat.
kecilnya dan
kejadian – kejadian
traumatik di
hidupnya
18