Anda di halaman 1dari 25

Tugas MK Valuasi Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan

(ESL 434)
Kelas Kamis (13.00-15.00) Paralel (1)

ANALISIS VALUASI EKONOMI KAWASAN


TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO (TNGGP)

Disusun oleh:
Kelompok 5
1. Siti Maryamah G24170005
2. Rahmad Auliya Tri Putra G24170006
3. Nurul Kamilati G24170012
4. Citra Musafira Isni Wahid G24170077

Asisten Dosen :
Fitria Dewi Raswatie, SP., M.Si.
Dr. Nuva, SP., M.Sc.

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN


FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2019
1

DAFTAR ISI

BAB I Pendahuluan..............................................................................................2
1.1 Latar Belakang ...................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................2
1.3 Tujuan.................................................................................................3
BAB II Metodologi ................................................................................................4
2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian.....................................................................4
2.2 Metode Pengumpulan Data......................................................................4
2.3 Analisis Data.............................................................................................4
2.3.1 Productivity Approach....................................................................4
2.3.2 Replacement Cost.........................................................................5
2.3.3 Contingent Valuation Method........................................................6
2.3.4 Travel Cost Method........................................................................8
BAB III Gambaran Umum Lokasi..........................................................................9
BAB IV Pembahasan..........................................................................................10
4.1 Karakteristik Responden.........................................................................10
4.2 Productivity Approach.............................................................................12
4.3 Replacement Cost..................................................................................13
4.4 Contingent Valuation Method..................................................................14
4.5 Travel Cost Method..................................................................................18
4.6 Persepsi..................................................................................................18
4.7 Pengelola................................................................................................19
BAB V Penutup ..................................................................................................21
5.1 Kesimpulan..............................................................................................21
5.2 Kendala di Lapang...................................................................................21
5.3 Saran.......................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................23
2

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) adalah salah satu


taman nasional yang terletak di Provinsi Jawa Barat. Ditetapkan pada tahun
1980, taman nasional ini merupakan salah satu yang tertua di Indonesia. TN
Gunung Gede Pangrango terutama didirikan untuk melindungi dan
mengkonservasi ekosistem dan flora pegunungan yang cantik di Jawa Barat.
Dengan luas 24.270,80 hektare, wilayahnya terutama mencakup dua puncak
gunung Gede dan Pangrango beserta tutupan hutan pegunungan di
sekelilingnya. Pada rentang tahun 1950 sampai 1998, kawasan di sekitar telaga
digunakan oleh PT Dieng Jaya sebagai tempat pembibitan jamur. Tapi kemudian,
ketika terjadi krisis ekonomi, tempat pembibitan ini ditutup. Saat ini, masih
terdapat beberapa bangunan yang dulunya digunakan sebagai tempat
pembibitan jamur.

Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) Sebagai suatu


kawasan konservasi sekaligus Ruang Terbuka Hijau yang memiliki peranan
penting bagi dunia pengetahuan Penilaian terhadap suatu kawasan wisata
memiliki peranan penting dalam menjaga kelestarian sekaligus melakukan
pengembangan yang sustainable. Maka dari itu dilakukan valuasi ekonomi
dengan metode Contingent Valuation Method guna mengetahui nilai serta
manfaat keberadaan kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
(TNGGP).

Valuasi Ekonomi akan menggunakan metode Productivity Approach,


Replacement Cost, dan Cost Valuation Method (CVM). Contingent Valuation
Method (CVM) merupakan metode langsung penilaian ekonomi melalui
pertanyaan kemauan membayar seseorang (Willingness to Pay = WTP).
Pendekatan ini digunakan untuk menentukan nilai ekonomi non guna, nilai yang
hilang akibat kerusakan lingkungan, maupun penentuan nilai ekonomi dalam
rangka perlindungan keanekaragaman hayati (Fauzi 2014).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalahnya adalah:


1. Bagaimana perhitungan nilai ekonomi kawasan Taman Nasioanl Gunung
Gede Pangrango dengan menggunakan teknik Productivity Approach ?
2. Bagaimana perhitungan nilai ekonomi kawasan Taman Nasioanl Gunung
Gede Pangrango dengan menggunakan teknik Replacement Cost?
3. Bagaimana perhitungan nilai ekonomi kawasan Telaga Merdada dengan
menggunakan teknik Cost Valuation Method (CVM)?
3

4. Bagaimana perhitungan nilai ekonomi kawasan Telaga Merdada dengan


menggunakan teknik Travel Cost Method (TCM)?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui perhitungan nilai ekonomi Desa Ciloto melalui Productivity


Approach
2. Mengetahui perhitungan nilai ekonomi Desa Ciloto dengan menggunakan
teknik Replacement Cost
3. Mengetahui perhitungan nilai ekonomi Desa Ciloto melalui Cost Valuation
Method (CVM)
4. Mengetahui perhitungan nilai ekonomi Desa Ciloto melalui ITCM
4

BAB II

METODOLOGI

2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi kegiatan fieldtrip dan pengambilan data dilakukan di Taman


Nasional Gunung Gede Pangrango yang termasuk dalam tiga wilayah kabupaten
di Provinsi Jawa Barat, yaitu Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi dan
Kabupaten Cianjur. Taman Nasional Gunung Gede Pangrango memberikan
berbagai jasa lingkungan yang dapat dimanfaatkan baik langsung maupun tidak
langsung yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Lokasi tersebut dipilih karena
sesuai dengan kriteria pengambilan datapada Mata Kuliah Valuasi Ekonomi.
Pengambilan data dilakukan pada hari Sabtu 9 November 2019 pukul 10.00
sampai 15.00 WIB.

2.2 Metode Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik wawancara secara


langsung terhadap responden di sekitar Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango, Desa Ciloto, Desa Ciputri, Desa Cimacan dan Desa Sukatani.
Sasaran dari penelitian ini yaitu petani, masyarakat, pengunjung dan pengelola.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif-kuanitatif.
Dengan menggunakan metode tersebut, peneliti berusaha mengumpulkan data
yang memenuhi kriteria, menganalisis, menafsirkan data yang diperoleh dari
berbagai situasi, sikap serta pandangan yang terjadi di dalam masyarakat yang
menjadi objek penelitian dan berusaha mengungkap fakta, keadaan,
fenomena,dan keadaan yang terjadi saat penelitian berlangsung yang terkait
dengan jasa lingkungan dan keterlibatan masyarakat dalam upaya melestarikan
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango serta menarik sebuah kesimpulan.

2.3 Analisis Data

2.3.1 Productivity Approach

Pendekatan produktivitas (Productivity approach) merupakan salah satu


metode yang dapat digunakan dalam menilai barang dan jasa lingkungan
berdasarkan market based approach. Metode ini pada umumnya digunakan
untuk mengestimasi nilai ekonomi barang dan jasa lingkungan yang
5

berkontribusi terhadap produksi barang yang dapat diperdagangkan secara


komersial. Metode ini dapat diaplikasikan ketika barang dan jasa lingkungan
atau ekosistem serta input-input lainnya digunakan sebagai aspek dalam
produksi barang- barang komersial.

Nilai jasa lingkungan air dari Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
dalam penelitian ini diestimasi dengan melihat dari penggunaan air tersebut.
Pada umumnya, air tersebut digunakan untuk mengairi tanaman oleh petani.
Oleh karena itu, untuk mengestimasi nilai jasa lingkungan air Taman
Nasional Gunung Gede Pangrango dibutuhkan data-data seperti jenis
komoditi yang ditanam, luas tanam, rata-rata hasil panen, harga jual setiap
komoditi, dan biaya-biaya lainnya yang dikeluarkan oleh petani untuk satu
kali tanam.

2.3.2 Replacement Cost

Replacement Cost Method merupakan metode yang mengestimasi nilai


jasa lingkungan sebagai biaya pengganti jasa tersebut dengan barang dan
jasa alternatif buatan.Biaya pengganti tersebut muncul dari adanya kerugian
ekonomi yang ditanggung oleh masyarakat akibat perubahan kualitas
lingkungan. Pada dasarnya, metode ini mengasumsikan bahwa jumlah uang
yang dikeluarkan masyarakat untuk mengganti jasa lingkungan secara umum
sama dengan manfaat yang hilang dari jasa yang tersedia untuk
masyarakat.Dengan kata lain,replacement cost menggambarkan nilai dari
jasa lingkungan yang bisa ditiru menggunakan teknologi.

Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan untuk


mengestimasi nilai jasa lingkungan air Telaga Merdada dari biaya pengganti
yang dikeluarkan oleh masyarakat untukmemperoleh sumber air lainnya
dalam memenuhi kebutuhkan sehari-hari yaitu berupa besarnya biaya yang
dikeluarkan untuk memperoleh air dari sumber mata air terdekat maupun
biaya untuk menggunakan air PDAM.

Data yang dibutuhkan untuk mengestimasi replacement cost yaitu total


pemakaian air per hari, biaya yang dikeluarkan untuk medapatkan air (biaya
transportasi, biaya pembelian alat dan bahan), biaya pengganti untuk
pembangunan sumur, biaya pengganti air dari PDAM atau biaya pengganti
air dari mobil tangki (jumlah air yang dibutuhkan, harga air, dan frekuensi
6

pembelian). Kemudian, dihitung rata-rata biaya pengganti sumber air yang


dilakukan oleh masyarakat. Rata-rata biaya yang dikeluarkan masing-masing
responden dihitung dengan menggunakanpersamaan berikut :

Keterangan :

RBP = Rata-rata biaya pengganti (Rp/bulan)

BPi = Jumlah biaya pengganti responden ke-i (Rp/bulan)

i = Responden ke-i (i 1, 2, 3, …., 110)

2.3.3 Contingent Valuation Method

Contingent Valuation Method (CVM) merupakan metode langsung


penilaian ekonomi melalui pertanyaan kemauan membayar seseorang
(Willingness to Pay = WTP). Pendekatan ini digunakan untuk menentukan
nilai ekonomi nonguna, nilai yang hilang akibat kerusakan lingkungan,
maupun penentuan nilai ekonomi dalam rangka perlindungan
keanekaragaman hayati (Fauzi 2014).

Ide yang mendasari metode ini adalah bahwa sesungguhnya setiap orang
memiliki preferensi yang tersembunyi untuk semua komoditas lingkungan.
Diasumsikan bahwa setiap orang memiliki kemampuan untuk
mentransformasikan preferensi-preferensi tesebut ke dalam satuan moneter
(Tresnadi 2000). Berdasarkan asumsi tersebut, CVM menilai barang dan jasa
lingkungan dengan menanyakan responden salah satu pertanyaan berikut:

a. Berapa jumlah maksimum uang yang akan dibelanjakan oleh Anda atau
rumah tangga Anda (willingness to pay) setiap bulan atau tahun untuk
memperoleh perbaikan kualias lingkungan (environment improvement).
b. Berapa jumlah minimum uang yang Anda atau rumah tangga Anda dapat
terima (willingness to accept) setiap bulan atau tahun untuk menerima
kerusakan atau penurunan kualitas lingkungan (environment
detetioration).
7

Kedua pertanyaan di atas penting dalam membentuk pasar hipotetik


perubahan lingkungan, yaitu pasar yang terbentuk dimana responden
ingin membeli (WTP) dan menerima (WTA) barang-barang lingkungan
pada kondisi kualitas yang lebih baik atau lebih buruk (Putri 2013).

Kedua pertanyaan di atas penting dalam membentuk pasar hipotetik


perubahan lingkungan, yaitu pasar yang terbentuk dimana responden ingin
membeli (WTP) dan menerima (WTA) barang-barang lingkungan pada
kondisi kualitas yang lebih baik atau lebih buruk (Putri 2013).

Contingent Valuation Method bertujuan untuk mengestimasi nilai (harga)


atau penawaran yang mendekati keadaan yang sebenarnya jika pasar dari
barang tersebut benar-benar ada. Oleh karena itu, pasar hipotetik (kuesioner
dan responden) sebisa mungkin mendekati kondisi pasar yang sebenarnya.
Responden harus mengenal dengan baik ‘barang’ yang dinyatakan dalam
kuesioner dan alat hipotetik yang digunakan untuk pembayaran, seperti pajak
dan biaya masuk (retribusi) secara langsung yang dikenal sebagai alat
pembayaran (Triani 2009). CVM dilakukan melalui enam tahap, yaitu
membangun pasar hipotetik, memunculkan/menghasilkan nilai tawaran (bid),
menduga nilai rata-rata WTP, menduga kurva nilai tawaran (bid curve),
agregasi data, dan evaluasi.

Data yang diperoleh dihasilkan melalui metode dichotomous choice.


Metode tersebut digunakan dalam menanyakan kesediaan responden untuk
membayar sejumlah uang guna terlibat dalam program
konservasi/pelestarian Telaga Merdada agar tetap terjaga sehingga dapat
memberikan manfaat bagi kehidupan masyarakat sekitar. Dichotomous
Choice hanya memiliki dua kemungkinan jawaban, yaitu “ya” atau “tidak”
(Fauzi 2014).

Keunggulan dari metode dichotomous choice CVM ini adalah setiap


responden hanya diberikan satu pertanyaan yang relatif mudah dijawab dan
metode ini lebih mendekati perilaku pasar dari konsumen yang mengambil
keputusan untuk membeli atau tidak terhadap harga yang ditawarkan.Metode
ini dianggap sesuai dengan mekanisme insentif yang ditawarkan jika
konsumen mendapatkan informasi yang mencukupi serta mengurangi beban
konsumen jika harus memilih secara terbuka maupun jamak (Fauzi 2014).
8

Model dichotomous choice CVM juga menunjukkan bagaimana sikap


lingkungan yang signifikan yang menentukan seseorang setuju atau tidak
untuk terjadinya perbaikan. Sikap yang peduli lingkungan menghasilkan
peluang yang lebih tinggi untuk seseorang menjawab “ya”, sehingga ukuran
rata-rata nilai WTP sensitif terhadap perubahan sikap lingkungan (Kotchen
dan Reiling 1999).

2.3.4 Travel Cost Method

Travel Cost Method (TCM) adalah penilaian ekonomi yang digunakan


untuk menghitung nilai barang atau jasa yang tidak dapat diperoleh melalui
harga pasar seperti taman hutan, ekosistem, pantai, dll (Limaei et al. 2014).
Hal ini dapat diasumsikan bahwa nilai suatu tempat tercermin dari berapa
banyak orang yang mau membayar untuk sampai ke sana. Metode ini juga
dapat disebut Revealed Preference Method. Metode ini pada awalnya
diperkenalkan oleh Clawson (1959) dan telah dimodifikasi oleh sejumlah
peneliti.

Clawson (1960) menjelaskan bahwa menempatkan nilai yang akurat dan


nilai yang dapat diterima outdoor recreation akan bermanfaat dalam
pengelolaan sumber daya dengan cara yang berbeda. Pertama,
menyediakan sarana untuk membandingkan pentingnya rekreasi dengan
penggunaan lain dari sumber daya yang sama. Kedua, nilai rekreasi yang
akan disediakan oleh tempat rekreasi yang diajukan akan memberikan suatu
ukuran keinginan untuk melakukan investasi yang diperlukan dalam proyek.
Ketiga, nilai rekreasi akan memberikan batas atas biaya yang mungkin
dibebankan untuk penggunaannya.
9

BAB III

GAMBARAN UMUM LOKASI

Taman Nasional Gunung GedePangrango (TNGGP) merupakan salah


satu dari 5 taman nasional pertama yang ditetapkan di Indonesia oleh Menteri
Pertanian pada tahun 1980. Penetapan kawasan Gunung Gede-Pangrango
diawali dengan penetapan kawasan tersebut sebagai Cagar Biosfer Cibodas
tahun 1977 oleh UNESCO Man and Biosphere kemudian diikuti dengan
penetapan sebagai taman nasional oleh Menteri Pertanian tanggal 6 Maret 1980.
Berdasarkan SK Menhut No. 17/Kpts-I/2003, kawasan ini mencakup luasan
21.975 ha. TNGGP terletak di Provinsi Jawa Barat yang merupakan zona inti dari
Cagar Biosfer Cibodas. Taman nasional ini secara geografis terletak pada posisi
6°10’-6°51’ LS dan 106°51-107°02’ BT dan memiliki curah hujan antara 3000-
4200 mm/tahun. Berdasarkan klasifikasi iklim dari Schmidt dan Ferguson, tipe
hujan kawasan TNGGP termasuk tipe A dengan nilai Q berkisar antara 5-9%.
Temperatur di kawasan ini berkisar antara 0 oC (di puncak Gede-Pangrango)
sampai dengan 18oC (di kawasan Cibodas) dengan kelembapan udara relatif
berkisar antara 80-90%. Jenis tanah yang terdapat di kawasan ini terdiri dari jenis
tanah regosol dan litosol, asosiasi andosol dan latosol dan asosiasi jenis latosol
dan regosol. (Rozak et al. 2017).

Kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGP) mempunyai


peranan yang penting dalam penyediaan air permukaan maupun air bawah
tanah karena di kawasan ini tertutup hutan seluas 21.976 ha dan terdapat kurang
lebih 50 sungai dan anak sungai. Pada umumnya sungai-sungai tersebut
mengalir sepanjang tahun dengan debit yang relatif tetap dengan fluktuasi yang
tidak tinggi. Sungai-sungai yang berhulu di TNGP ini antara lain Sungai Cimandiri
yang mengalir ke arah selatan dan bermuara di Pelabuhan Ratu. Sungai Cisarua
dan Cinagara mengalir ke arah barat dan menyatu dengan Sungai Ciliwung dan
Kali Angke yang bermuara di Laut Jawa. Sungai Cikundul dan Cijeruk Leutik
mengalir ke arah timur dan menyatu dengan Sungai Citarum. Sungai-sungai
tersebut merupakan sumber pasokan air bersih dan pengairan untuk pertanian di
Kabupaten Sukabumi, Bogor dan Cianjur (Rushayati 2006). Taman Nasional
Gunung Gede Pangrango (TNGGP) menjadi destinasi wisata favorit bagi
masyarakat di kota besar karena memiliki potensi alam yang menarik dan mudah
diakses. Berdasarkan data kunjungan tahun 2008-2012, jumlah pengunjung
mengalami peningkatan 1%-19% kecuali pada Tahun 2012 yang menurun
sebanyak 4%. Jumlah rata-rata pengunjung adalah 191-234 orang/hari (Sudrajat
et al. 2016).
10

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Responden


Karakteristik responden di kawasan Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango (TNGGP) diperoleh berdasarkan wawancara yang dilakukan
terhadap 238 responden. Karakteristik umum responden yang akan dijelaskan
pada tulisan ini meliputi terdiri dari beberpa variabel, meliputi jenis kelamin, usia,
pendidikan formal yang pernah ditempuh, jenis dan bidang pekerjaan, dan
pendapatan individu per bulan. Responden yang diambil tersebar dari beberapa
wilayah di sekitar TNGGP yang meliputi desa Ciloto Kampung Geger
Bintang, Desa Saputri Kampung pasir Sarongge, Desa Cimacan, Desa Sukatani
Kampung Gunung Putri, dan pengunjung TNGGP.

Gambar 1 Karakteristik jenis kelamin responden

Berdasarkan gambar diatas, dari jumlah responden sebanyak 238 orang


didapatkan hasil bahwa 68% responden adalah laki-laki atau sekitar 156 orang
responden, dan 32% responden adalah perempuan atau sekitar 72 responden.
11

Gambar 2 Karakteristik usia responden

Gambar 2 merupakan karakteristik usia responden yang telah dibagi


menjadi lima kategori. Berdasarkan persentase jumlah responden, responden
dengan usia dibawah 20 tahun memiliki persentase sebesar 7% atau sebanyak
12 responden, responden dengan usia rentang 21-30 tahun memiliki persentase
sebesar 44% atau sebanyak 71 orang, responden dengan usia 31-40 tahun
memiliki persentase 25% atau sebanyak 41 orang, responden dengan usia 41-50
tahun memiliki persentase 14% atau sebanyak 22 orang, dan responden yang
berada di usia 50 tahun keatas memiliki persentase sebesar 10% atau sebanyak
17 orang.

Gambar 3 Karakteristik jenis pekerjaan responden

Responden yang terdapat pada wilayah sekitar TNGGP memiliki


pekerjaan yang berbeda-beda antara lain petani, wiraswasta, PNS, Pegawai
swasta, pelajar dan lain-lain. Presentasi pekerjaan paling banyak terdapat pada
12

ranah petani yaitu sebesar 40% atau 94 responden, disusul dengan wiraswasta
sebanyak 19% atau 45 responden, sedangkan jenis pekerjaan paling sedikit dari
responden yang diwawancarai yaitu berprofesi sebagai PNS yang hanya sebesar
2%.

Gambar 4 Karakteristik penghasilan responden

Gambar diatas merupakan sebaran penghasilan responden yang berada


di sekitar TNGGP. Rata-rata penghasilan responden berada pada rentang
Rp.1.000.000 – Rp.3.000.000 yaitu pada persentase 52% atau sekitar 76
responden.

4.2 Productivity Approach


Penilaian ekosistem dengan metode produktivitas bisa dihitung dari nilai
ekonomi dari sumberdaya yang ada di wilayah tersebut:

Nilai Ekonomi SDA = Total Output- Total input


Jasa lingkungan yang disediakan oleh Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango memebutuhkan valuasi ekonomi untuk menetukan besarnya
nilai jasa lingkungan yang sebenarnya telah disediakan oleh TNGGP,
salah satu teknik valuasi yang dapat digunakan untuk memvaluasi
Telaga Merdada adalah dengan pendekatan fungsi produksi atau
Productivity Approach. Berikut ini merupakan perhitungan dari pendekata
productivity approach:
13

A. Nilai manfaat
Nilai manfaat produksi dari Sumber daya alam di wilayah TNGGP
didapatkan dari total output yang dihasilkan, dimana total output didapat
dari jumlah produktivitas yang dikalikan dengan jumlah harga.

Nilai manfaat = total produksi komoditas 1 + total produksi komoditas 2+


total produksi komoditas 3+ total produksi komoditas 4 + total produksi
komoditas 5.

= Rp. 1.124.010.000 + Rp. 528.846.000 + Rp. 536.464.800 + Rp.


300.388.000 + Rp.239.450.000

= Rp. 2.729.158.800

B. Total biaya produksi


Nilai biaya produksi yang dikeluarkan untuk proses pertanian di wilayah
TNGGP didapatkan dari total nilai yang dikeluarkan oleh petani untuk
menghasilkan komoditas yang ditanam. Adapun perhitungan jumlah nilai
produksi disajikan sebagai berikut:
Nilai produksi = Komoditas 1 + Komoditas 2 +komoditas 3 + Komoditas
4 + Komoditas 5

= Rp. 483.079.525 + Rp. 210.810.602 + Rp. 134.966.100 + Rp.


32.746.100 + Rp. 24.917.100

= Rp. 886.519.427

C. Nilai ekonomi
Nilai ekonomi sumberdaya alam wilayah TNGGP dengan menggunakan
pendekatan productivity approach dapat dicari dengan melaukan penilain
terhadap nilai manfaat dan nilai produksi. Adapun perhitungan terhadap
nilai ekonomi melalu productivity approach disajikan sebagai berikut:
Nilai ekonomi = Nilai manfaat – Nilai biaya produksi

= Rp. 2.729.158.800 – Rp. 886.519.427

= Rp.1.842.639.373

4.3 Replacement Cost


Biaya pengganti atau Replacement Cost adalah biaya yang dibutuhkan
untuk mengembalikan fungsi sumber air atau pengganti air. Pengganti air bisa
14

dengan pembangunan sumur (water pump), pembuatan water base, dan


penggunaan air PDAM. Pemakain air yang biasa digunakan oleh koresponden
adalah untuk mandi, mencuci, kakus, memasak dan air minum, dan irirgasi.
Koresponden mendapatkan air dari TNGGP yang dialirkan ke rumah-rumah
warga dengan menggunakan pipa. Pengaliran air dilakukan setiap saat air
mengalir tanpa ada batasnya.

Biaya pengganti sumber air dapat dihitung dengan mengetahui biaya


pengganti untuk pembangunan sumur, water base, dan penggunaan air dari
PDAM. Adapun biaya pengganti yang yang dihasilkan adalah:

1. Biaya pembangunan sumur jika tidak ada mata air adalah Rp


687.500/sumur dengan kuantitas jumlah yang memakai hanya 2
responden.
2. Biaya pengganti air dari PDAM jika tidak ada mata air adalah Rp
5000/bulan dengan kuantitas jumlah yang memakai hanya 7 responden.
3. Biaya pengganti listrik pompa air sebesar Rp.100.000 dengan kuantitas
jumlah yang memakai 1 responden.

4.4 Contingent Valuation Method


Metode Valuasi Kontingensi (Contingent Valuation Method)
memungkinkan semua komoditas yang tidak diperdagangkan di pasar dapat
diestimasi nilai ekonominya. CVM adalah cara perhitungan secara langsung,
dalam hal ini langsung menanyakan kesediaan untuk membayar (willingness to
pay) kepada masyarakat dengan titik berat preferensi individu menilai benda
publik yang penekanannya pada standar nilai uang/moneter (Hanley dan Spash
1993). CVM adalah metode teknik survei untuk menanyakan penduduk tentang
nilai atau harga yang mereka berikan terhadap komoditi yang tidak memiliki
pasar, seperti barang lingkungan, jika pasarnya betul-betul tersedia atau jika ada
cara-cara pembayaran lain seperti pajak diterapkan.
15

Gambar 5 Grafik frekuensi relative masyarakat dalam menerima dan menolak

Gambar 5 merupakan grafik frekuensi relatif masyarakat dalam


menerima maupun menolak bid yang telah di tawarkan. Hasil dari grafik
tersebut menunjukkan semakin tinggi bid yang ditawarkan maka semakin
sedikit orang yang mau menerima yang ditunjukkan dengan menurunnya
kurva accept hingga 0. Semakin tinggi bid yang ditawarkan maka semakin
tinggi orang yang menolak bid tersebut, sehingga kurva reject naik hingga
1.

Tabel 1 Mean WTP non parametric masyarakat

Mean WTP non


Parametric

Mean WTP x Freq 35015.15152

Bid x Freq (K-M-T) 35015.15152

Bid x Freq
(Turnbull) 14984.84848

Tabel 2 Mean WTP non parametric masyarakat tanpa memperhatikan


pendapatan

Metode dengan parametric tanpa mempertimbangkan


pendapatan
alpha1 3.71
alpha2 -0.000093
MWTP 39892.47312
16

Tabel 3 Mean WTP parametric masyarakat dengan memperhatikan


pendapatan

Metode parametric Plus demografic pendapatan


alpha1 3.25
alpha2 -0.000143
alpha3 0.000001
-(α₁/α₂) -22727.27273
-(α₃/α₂)*X_inc 26863.38052
MWTP 49590.65325

Hasil dari analisis ekonomi dan sumberdaya dengan


menggunankan metode CVM (Contingent Valuation Method) masyarakat
dengan metode non parametric di TNGGP selama setahun menghasilkan
mean WTP sebesar 35015.15. Mean WTP dengan menggunakan metode
K-T-M menghasilkan MWTP sebesar 35015.15. MWTP dengan
menggunakan metode Turnbull menghasilkan MWTP sebesar 14984.85.
Mean WTP yang dihasilkan dengan metode parametrik tanpa
mempertimbangkan pendapatan adalah 39892.47. Sedangkan Mean
WTP yang dihasilkan dengan metode parametrik dengan
mempertimbangkan pendapatan adalah 49590.65. Mean WTP yang
dihasilkan cukup dapat merepresentasikan MWTP masyarakat di TNGGP
selama setahun karena telah mengalami penyortiran sehingga data-data
bias tidak dimasukan.

Gambar 6 Grafik frekuensi relative pengunjung dalam menerima dan


menolak

Gambar 6 merupakan grafik frekuensi relatif pengunjung dalam


menerima maupun menolak bid yang telah di tawarkan. Hasil dari grafik
tersebut dapat dilihat setiap bid yang ditawarkan tidak terlalu mengalami
17

kenaikan maupun penurunan baik dari kurva accept ataupun dari kurva
reject. Hal ini dapat terjadi dikarenakan adanya kemungkinan pengunjung
disekitar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango memiliki kepekaan tinggi
terhadap lingkungan di sana. Kemudian juga ekonomi dari setiap pengunjung
yang baik sehingga mampu untuk membayar lebih.

Tabel 4 Mean WTP non parametric pengunjung

Mean WTP non


Parametric

Mean WTP x Freq 19500

Bid x Freq (K-M-T) 44000

Bid x Freq (Turnbull) 1625

Tabel 5 Mean WTP parametric pengunjung tanpa memperhatikan


pendapatan

Metode dengan parametri tanpa mempertimbangkan


pendapatan
alpha1 2.63
alpha2 0.000037
MWTP 71081.08108

Tabel 6 Mean WTP parametric pengunjung dengan memperhatikan


pendapatan

Metode parametric Plus demografic pendapatan


alpha1 1.3
alpha2 -0.000062
alpha3 0
-(α₁/α₂) -20967.74194
-(α₃/α₂)*X_inc 0
MWTP 20967.74194

Hasil dari analisis ekonomi dan sumberdaya dengan


menggunankan metode CVM (Contingent Valuation Method) pengunjung
dengan metode non parametric di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
selama setahun menghasilkan mean WTP sebesar 19500. Mean WTP yang
dihasilkan dengan menggunakan metode K-T-M sebesar 44000. MWTP
dengan menggunakan metode Turnbull menghasilkan MWTP sebesar 1625.
Mean WTP yang dihasilkan dengan metode parametrik tanpa
mempertimbangkan pendapatan adalah 71081.08. Sedangkan Mean WTP
18

yang dihasilkan dengan metode parametrik dengan mempertimbangkan


pendapatan adalah 20967.74. Mean WTP yang dihasilkan belum cukup
merepresentasikan Mean WTP pengunjung di Taman Nasional Gunung
Gede Pangrango selama setahun dikarenakan banyaknya data yang bias
dan juga teknik pengambilan bid yang salah. Seharusnya teknik pengambilan
bid dilakukan dengan metode Dichostomos Choice bukan dengan
menggunakan metode Payment Card.

4.5 Travel Cost Method


Nilai kegunaan langsung dari objek wisata Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango sebagai penyedia objek wisata dihitung berdasarkan penilaian
wisatawan terhadap biaya perjalanan yang dikeluarkan pada kawasan tersebut.
Metode penilaian keberadaan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
dilakukan dengan teknik TCM. Terdapat dua model yang digunakan untuk
menentukan surplus konsumen pada metode ini. Model pertama, penentuan nilai
V = Alpha + Betha x TC. Sementara itu, pada model kedua, penentuan niali V =
Alpha + Betha 1 x TC + Betha 2 x EDU + Betha 3 x INC. Setelah dilakukan
perhitungan V pada model pertama, maka bisa diperoleh nilai rata-rata surplus
konsumen / wisatawan / kunjungan sebesar Rp 24.767,30, dengan total
kunjungan dalam 1 tahun sebesar 206 pengunjung, maka nilai ekonomi kawasan
wisata Taman Nasional Gunung Gede Pangrango sebesar Rp 5.102.064.
Sementara itu, setelah perhitungan nilai V pada model kedua, nilai rata-rata
surplus konsumen / wisatawan / kunjungan sebesar Rp 0,014601442, dengan
total kunjungan dalam 1 tahun sebesar 206 pengunjung, sehingga nilai ekonomi
wisata Taman Nasional Gunung Gede Pangrango sebesar Rp 3,007897062.

4.6 Persepsi

Taman Nasional Gunung Gede pangrango (TNGGP) menghasilkan


beragam barang dan jasa lingkungan bagi masyarakat sekitar sehingga semua
responden menganggap keberadaan TNGGP sangat penting bagi
jeberlangsungan hidup mereka. Kondisi sumberdaya yang ada di wilayah
TNGGP terutama sumerdaya air dianggap sudah memenuhi standart
kebersiahan air yaitu jernih dan bersih bagi sebagian besar masyarakat. Namun
ada juga yang menganggap kodisi air disana belum memenuhi standart karena
banyak sampah pengunjung, airnya tercemar dan lain-lain. seluruh masyarakat
responden juga berharap kelestarian dari TNGGP harus tetap terjaga sehingga
keberlangsungan manfaat wilayah sekitar bisa terjamin. Banyak responden yang
19

setuju akan adanya peraturan penggunaan sumberdaya di TNGGP untuk


menjaga kelestarian wilayah tersebut.

4.7 Pengelola
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) merupakan wilayah
yang memiliki luas sekitar 20.170 hektar, hal ini tentu memerlukan adanya
pengelolaan yang baik dan terpadu guna memaksimalkan potensi sumberdaya
yang ada disana, sehingga peru adanya wawancara dengan pihak pengelola
TNGGP. Responden yang didapat dalam kategori pengelolaan TNGGP adalah
bapak Syahyudin, selaku kepala seksi pemanfaatan dan pelayan. Adapun
informasi mengenai pengelolaan sumberdaya di TNGGP akan ditampilakn pada
informasi dibawah ini.

Gambar 7 Pembagian zona wilayah TNGGP

Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) dibagi menjadi lima


zona yang teridir dari zona inti sebesar 52% yang digunakan untuk pemanfaatan
konservasi dan keanekaragaman hayati, zona rimba sebesar 33% yang
digunakan untuk untuk penyangga zona inti (wisata alam terbatas dan
pemanfaatan air), zona pemanfaatan sebesar 14% yang digunakan untuk
pemberdayaan SDM, pemanfaatan air, pemanfaatan wisata alam dan lain-lain,
zona tradisional sebesar 1% yang digunakan untuk suksesi alami, dan yang
terahir merupakan zona khusus sebesar 0.1% yang digunakan untuk akses jalan.

Tabel 7 Fasilitas yang ada di TNGGP

fasilitas jumlah
camping ground 1
mushola 1
kantor balai 1
wisma 5
kantor bidang wilayah 3
kantor seksi wilayah 16
laboratorium pusat 1
penelitian
tourism information center 1
20

Wilayah TNGGP memiliki beberapa fasilitas yang dapat menunjang


aktivitas yang ada disana antara lain camping ground, musholla, kantor balai,
wisma atau penginapan, kantor bidang wilayah, kantor bidang seksi, laboratorium
oenelitian, dan tourism information center. Selain itu ada juga kebun raya
cibodas, curug, dan danau. Hasil hutan yang dihasilkan dalam wilayah ini adalah
pohon damar, Agatis dan lain-lain, adapun hasil fauna yang terdapat pada
wilayah ini adalah Elang Jawa, Owah jawa, dan macan tutul, sedangkan yang
berasal dari hasil wisata pada wilayah ini adalah camping, wisata edukasi,
pendakian dan lain-lain.

Wilayah TNGGP meliputi 3 Kabupaten, 18 Kecamatan dan 19 Desa,


pemanfaatan air disana sekitar 17.740,18 liter/detik. Jumalah pengunjunag yang
ada pada Taman Nasional Gunung Gede Pangrango sekitar 325.443-881.743
orang. aturan pemanfaatan air oleh Kebun Raya Cibodas masyarakat dan petani
adalah untuk kebutuhan pesantren, mengalir untuk irigasi pengairan, tidak
menggunakan keran karena dapat membuat air menjadi sumbat serta
pemanfaatan air dialirkan ke masyarakat tanpa perlu membayar. Utuk melindungi
keberadaan TNGGP pemerintah mengeluarkan beberapa aturan yang berkaitan
dengan perlindungan Taman Nasional ini yaitu Permen KLHK 43/2017 tentang
pemberdayaan SDM, Permen KLHK 18/2019 tentang aturan dan regulasi
pemanfaatan air, Permen KLHK 8/2019 tentang wisata alam, dan
pemanfaatannya untuk masyarakat.
21

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango memberikan manfaat yang
besar untuk warga di sekitar sana. Berdasarkan perhitungan nilai ekonomi,
poductivity approach yang dihasilkan di TNGGP sebesar Rp.1.842.639.373, Nilai
replacement cost yang digunakan untuk mengganti kebutuhan air sebesar
687.500 untuk pembangunan sumur, 5000/bulan untuk pengguna PDAM dan Rp.
100.000 untuk pengganti listrik air pompa tiap bulan. Nilai CVM Mean WTP yang
dihasilkan dengan metode parametrik dengan mempertimbangkan pendapatan
adalah 49590.6, dan nilai TCM yang dihasilkan sebesar Rp 3.007.897.062.

5.2 Kendala di Lapangan


Kendala yang berasal dari enumerator:

1. Waktu untuk memperoleh dan mencari responden kurang, karena


keterlambatan dan keterbatasan waktu yang ditetapkan.
2. Enumerator kurang memahami format kuesioner yang akan ditanyakan
kepada narasumber.
3. Khusus untuk pengambilan data Productivity Approach, Enumerator
kurang memahami bahasa daerah yang digunakan narasumber sehingga
komunikasi yang terjalin kurang efektif.

Kendala yang berasal dari narasumber:

1. Narasumber kurang memahami konteks pertanyaan karena kurangnya


penjelasan dari enumerator sehingga jawaban yang diberikan tidak
sepenuhnya mewakili kondisi narasumber.
2. Narasumber dalam keadaan terburu-buru sehingga menjawab
pertanyaan seadanya.
3. Keterbatasan memperoleh narasumber.

Kendala pelaksanaan pengambilan data secara umum:


22

1. Perubahan rundown kegiatan akibat keterlambatan waktu sampai


mengakibatkan tidak efektifnya pengambilan data yang dilakukan.
2. Daerah pengambilan data ke desa-desa yang cukup jauh dari tempat
berkumpul.

5.3 Saran
1. Peserta diharapkan memahami materi dari kuisioner yang akan diambil
datanya.
2. Disiplin waktu perlu ditingkatkan, karena dapat mempengaruhi saat
pengambilan data dan proses penelitian.
3. Melakukan komunikasi dengan baik kepada masyarakat sekitar dan
mampu beradaptasi dengan baik kepada masyarakat sekitar.
4. Peserta diharapkan tidak berpencar dalam
5. melakukan penelitiannya.
23

DAFTAR PUSTAKA

Clawson M. (1959): Methods of Measuring the Demand for an Value of Outdoor


Recreation. Washington (US): Resources for the Future.

Fauzi A. 2014. Valuasi Ekonomi dan Penilaian Kerusakan Sumber Daya Alam
dan Lingkungan. Bogor (ID): IPB Press.

Hanley N, Spash CL. 1993. Cost-Benefit Analysis and Environment.


Kebijaksanaan Pembangunan Berkelanjutan. Jakarta (ID) : Akademia
Presindo

Kotchen MJ, Reiling SD. 1999. Environmental attitudes, motivations, and


contingentvaluation of nonuse values: a case study involving endangered
species. Ecological Economics. 32(2000): 93-107.

Limaei SM, Ghemasti H, Rashidi R, Yamini N. 2014. Economic evaluation of


natural forest park using The Travel Cost Method (case study; Masouleh
Forest Park, North of Iran). Journal Of Forest Science. 60(6): 254–26.

Putri SA. 2013. Analisis Willingness to Pay Masyarakat terhadap Air Bersih di
Kawasan Perumahan XYZ Kotamadya Bogor. [Skripsi]. Bogor (ID) :
Institut Pertanian Bogor.

Rozak AH, Astutik S, Mutaqien Z, Widyatmoko D, Sulistiyawati E. 2017.


Kekayaan jenis pohon di hutan taman nasional gunung gede pangrango,
Jawa Barat. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. 13(1): 1-14.

Rushayati SB. 2006. Ketersediaan air kawasan taman nasional gunung gede
pangrango. Jurnal Media Konservasi. 11(1): 26-28.

Sudrajat I, Sunarminto T, Nitibaskata TBU. 2016. Pengembangan program


ekowisata di resort mandalawangi taman nasional gunung gede
pangrango kabupaten cianjur jawa barat. Jurnal Media Konservasi. 21(3):
295-303.

Tresnadi H. 2000. Valuasi komoditas lingkungan berdasarkan Contingent


Valuation Method. Jurnal Teknologi Lingkungan. 1(1): 38-45.
24

Triani A. 2009. Analisis Willingness to Accept Masyarakat terhadap Pembayaran


Jasa Lingkungan DAS Cidanau, Kabupaten Serang.[ Skripsi]. Bogor (ID) :
Institut Pertanian Bogor.

Anda mungkin juga menyukai