Anda di halaman 1dari 31

USULAN PENELITIAN

TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT SEKITAR


TERHADAP PELESTARIAN HUTAN MANGROVE DI DESA
MANYAMPA KECAMATAN UJUNG LOE KABUPATEN
BULUKUMBA

ARDI PRATAMA PUTRA

105951103717

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR

2022
TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT SEKITAR TERHADAP
PELESTARIAN HUTAN MANGROVE DI DESA MANYAMPA
KECAMATAN UJUNG LOE KABUPATEN BULUKUMBA

PROPOSAL

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan Strata
Satu (S-1)

ARDI PRATAMA PUTRA

105951103717

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2021

ii
HALAMAN PENGESAHAN

: Tingkat Partisipasi Masyarakat Sekitar Terhadap


Judul
Pelestarian Hutan Mangrove Di Desa Manyampa
Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba
Nama : Ardi Pratama Putra

Stambuk : 105 951 101 717

Fakultas : Pertanian

Program Studi : Kehutanan

Makassar, Juni 2022

Mengetahui,

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Dr.Ir.Irma Sribianti,.S.Hut,.M.P,.IPM Dr. Ir. Hasanuddin Molo,.S.Hut,.M.P,.IPM


NIDN. 0007017105 NIDN. 0907028202

Diketahui,

Dekan Fakultas Pertanian Ketua Prodi Kehutanan

Dr. Ir. Andi Khaeriyah,.M.Pd Dr. Ir. Hikmah, S.Hut., M.Si., IPM.
NIDN. 0926036803 NIDN. 0011077101

iii
HALAMAN KOMISI PENGUJI

Judul : Tingkat Partisipasi Masyarakat Sekitar Terhadap Pelestarian


Hutan Mangrove Di Desa Manyampa Kecamatan Ujung Loe
Kabupaten Bulukumba
Nama : Ardi pratama putra
Stambuk : 105951103717
Program studi : Kehutanan

Susunan Tim Penguji

Pembimbing I Ttd

Nama : Dr.Ir. Irma Sribianti,.S.Hut,.M.P,.IPM (..........................)


NIDN : 0007017105

Pembimbing II

Nama : Dr.Ir. Hasanuddin Molo,.S.Hut,.M.P,.IPM,.C.EIA (..........................)


NIDN : 0907028202

Penguji I

Nama : (..........................)
NIDN :

Penguji II

Nama : (..........................)
NIDN :

iv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga proposal usulan penelitian ini dapat selesai. Tema

yang akan dipilih dalam penelitian yang akan dilaksanakan pada 2021 ini ialah

Konservasi dengan sub tema Pelestarian, dengan judul “Tingkat Partisipasi

Masyarakat Sekitar Terhadap Pelestarian Hutan Mangrove Di Desa Manyampa

Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba”.

Terima kasih kepada Ibu Irma selaku pembimbing 1 dan Bapak Hasanuddin

dosen pembimbing 2. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Bapak Ibu, seluruh

keluarga, dan teman tercinta atas dukungannya.

Semoga proposal penelitian ini bermanfaat.

Makassar, Juni 2022

Ardi Pratama Putra


105951103717

v
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii

HALAMAN KOMISI PENGUJI ................................................................... iv

KATA PENGANTAR ...................................................................................... v

DAFTAR ISI .................................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... ix

BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1

1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 1


1.2. Rumusan Masalah .................................................................................. 2
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................... 3
1.4. Manfaat penilitian .................................................................................. 3
II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 4

2.1. Hutan Mangrove........................................................................................ 4


2.1.1. Pengertian Hutan Mangrove .............................................................. 4
2.1.2. Fungsi dan Manfaat Mangrove ......................................................... 5
2.1.3 Karakteristik Hutan Mangrove......................................................... 7
2.1.4. Keadaan Hutan Mangrove di Indonesia ........................................... 8
2.2. Rehabilitasi Hutan Mangrove .................................................................. 8
2.3 Pelestarian Hutan Mangrove...................................................................... 9
2.4 Partisipasi Masyarakat ............................................................................. 10
2.4.1. Bentuk Partisipasi .............................................................................. 10
2.5. Kerangka Pikir ......................................................................................... 13
III. METODE PENELITIAN ........................................................................ 15

3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian .................................................................. 15


3.2. Metode Penelitian ..................................................................................... 15
3.3. Sasaran Penelitian .................................................................................... 15
3.4. Jenis dan Sumber Data ............................................................................ 15
3.5. Populasi Responden.................................................................................. 15
3.8. Variabel Penelitian ................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 21

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Berfikir ................................................................................ 14

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Skala Sikap Masyarakat .......................................................................... 18

Tabel 2. Variabel, Definisi dan Indikator.............................................................. 18

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian ......................................................................... 22

ix
BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki garis pantai sepanjang 81.000

km. Jajaran pantai ini tergabung di dalam 17.508 pulau yang merupakan gabungan

antara bentuk ekosistem pantai dan hutan pantai. Dengan banyaknya pulau-pulau

ini, maka banyak pula ekosistem hutan pantai yang tumbuh di sekitar garis pantai

tersebut. Ekosistem hutan pantai ini sangat berperan penting dalam kehidupan biota

darat dan biota laut. Diketahui juga bahwa beberapa tipe hutan pantai merupakan

tipe perantara antara ekosistem hutan darat dengan ekosistem laut (Sugiarto dan

Willy, 2003).

Sebagaimana diketahui bahwa pantai merupakan kawasan indah dengan

pemandangan yang mempesona bagi banyak orang. Kawasan ini ditumbuhi jenis

tumbuhan semak belukar, yang disebut sebagai hutan mangrove. Hutan mangrove

ini mempunyai peranan yang sangat penting bagi manusia dan hewan yang hidup

di dalamnya atau disekitarnya, bahkan bagi mahluk hidup yang tinggal untuk

sementara waktu (Arief, 2003).

Secara umum, hutan mangrove didefenisikan sebagai hutan yang terdapat di

daerah-daerah yang selalu atau secara teratur tergenang air laut dan terpengaruh

oleh pasang surut air laut, tetapi tidak terpengaruh oleh iklim. Mangrove merupakan

vegetasi khas di zona pantai, floranya berjenis semak hingga pohon yang besar dan

tingginya hingga 50 – 60 meter dan hanya mempunyai satu tajuk di pucuk tanaman

(Istomo, 1992). Hutan mangrove biasa disebut sebagai hutan payau atau hutan

bakau.

1
Namun pengertian hutan mangrove tidak hanya terbatas pada daerah yang

bervegetasi saja, tetapi juga daerah terbuka atau berlumpur, selalu atau secara

teratur tergenang air laut yang terletak diantara hutan dan laut, yang sering dikenal

dengan daerah payau (Istomo, 1992).

Seiring dengan laju pertumbuhan jumlah penduduk dan pembangunan

diberbagai sektor, baik sektor pertanian hingga sektor perumahan pada dasawarsa

belakangan ini, telah banyak fungsi lingkungan pantai di beberapa daerah

mengalami kerusakan ataupun penurunan. Efek dari kerusakan itu dapat

diindikasikan (diketahui) oleh adanya proses erosi/abrasi pantai, intrusi air laut, dan

degradasi hasil perairan. Adanya penggunaan lahan mangrove untuk berbagai

kepentingan adalah salah satu penyebabnya. Dan mengingat letaknya yang strategis

serta sumber daya alam yang dapat diperoleh dari kawasan ini, banyak kepentingan

masyarakat yang menyebabkan kawasan mangrove mengalami perlakuan

pengelolaan yang melebihi kemampuannya (Arief, 2003).

Saat ini hutan mangrove di dunia hanya tersisa sekitar 17 juta hektar, dan 22%

dari luas tersebut terdapat di kawasan Indonesia. Namun luas hutan mangrove itu

telah mengalami kerusakan, bahkan sebagian besar telah berubah status

peruntukannya (fungsi) oleh masyarakat setempat maupun pihak lain yang berada

di sekitar kawasan pantai (Arief, 2003).

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana tingkat partisipasi masyarakat dalam pelestarian Hutan Mangrove

di Desa Manyampa Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba

2
1.3. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui tingkat partisipasi masyarakat dalam pelestarian hutan

mangrove di Desa Manyampa Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba

1.4. Manfaat penilitian

1. Sebagai bahan masukan dan bahan pertimbangan bagi masyarakat Desa

Manyampa untuk memperbaiki kinerja yang berkaitan dengan pelestarian hutan

mangrove.

2. Sebagai bahan informasi untuk penelitian yang sejenis pada masa yang akan

datang.

3. Sebagai syarat menyelesaikan sarjana Strata satu (SI) program studi Kehutanan,

Fakultas pertanian, Universitas Muhammadiyah Makassar

3
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hutan Mangrove

2.1.1. Pengertian Hutan Mangrove

Hutan mangrove dapat didefinisikan sebagai suatu tipe hutan yang tumbuh di

daerah pasang surut (terutama di pantai yang terlindung, laguna, muara sungai)

yang komunitas tumbuhannya bertoleransi terhadap kadar garam. Ekosistem

mangrove merupakan suatu sistem yang terdiri atas organisme (tumbuhan dan

hewan) yang berinteraksi dengan faktor lingkungan dan dengan sesamanya di

dalam suatu habitat mangrove (Kusuma, 2009).

Mangrove merupakan suatu tipe hutan tropik dan subtropik yang khas,

tumbuh di sepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut

air laut. Mangrove banyak dijumpai di wilayah pesisir yang terlindung dari

gempuran ombak dan daerah dan daerah yang landai. Mangrove tumbuh optimal di

wilayah pesisir yang memiliki muara sungai besar dan delta yang aliran airnya

banyak mengandung lumpur. Sedangkan di wilayah pesisir yang tidak bermuara

sungai, pertumbuhan vegetasi mangrove tidak optimal. Mangrove sukar tumbuh di

wilayah pesisir yang terjal dan berombak besar dengan arus pasang surut kuat,

karena kondisi ini tidak memungkinkan terjadinya pengendapan lumpur yang

diperlukan sebagai substrat bagi pertumbuhannya (Dahuri, 2003).

Hutan mangrove adalah komunitas vegetasi pantai tropis, dan merupakan

komunitas yang hidup di dalam kawasan lembap dan berlumpur serta dipengaruhi

oleh pasang surut air laut. Mangrove disebut juga sebagai hutan pantai, hutan payau,

atau hutam bakau. Pengertian mangrove sebagai hutan pantai (pesisir), baik daerah

4
yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut maupun wilayah daratan pantai yang

dipengaruhi oleh ekosistem pesisir. Sedangkan pengertian mangrove sebagai hutan

payau atau hutan bakau adalah pohon-pohonan yang tumbuh di daerah payau pada

tanah aluvial atau pertemuan air laut dan air tawar di sekitar muara sungai. Pada

umumnya formasi tanaman didominasi oleh jenis-jenis tanaman bakau. Oleh karena

itu, istilah bakau hanya untuk jenis-jenis tumbuhan dari genus Rizhopora,

sedangkan istilah mangrove digunakan untuk segala tumbuhan yang hidup di

sepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi pasang surut air laut

(Harahab, 2010).

2.1.2. Fungsi dan Manfaat Mangrove

Wilayah mangrove mempunya sifat khas dan unik. Sifat unik mangrove

disebabkan oleh luas vertikal pohon dengan organisme daratan menempati bagian

atas dan organisme lautan menempati bagian bawah. Kondisi pencampuran antara

antara organisme daratan dan lautan ini menggambarkan suatu rangkaian dari darat

ke laut dan sebaliknya. Secara ekologis mangrove memegang peranan kunci

dalam perputaran nutrien atau unsur hara pada perairan pantai di sekitarnya yang

dibantu oleh pergerakan pasang surut air laut.

Interaksi vegetasi mangrove dengan lingkungannya mampu menciptakan

kondisi iklim yang sesuai untuk kelangsungan proses biologi beberapa organisme

akuatik, yang termasuk melibatkan sejumlah besar mikroorganisme dan

makroorganisme. Dapat dikatakan apabila terdapat mangrove berarti disitu pula

merupakan daerah perikanan yang subur, karena terdapat hubungan yang positif

5
dan signifikan antara hutan mangrove dengan tingkat produksi perikanan (Ghufran

dan Kordi, 2012).

Nilai penting mangrove lainnya adalah dalam bentuk fungsi ekologisnya

sebagai penyeimbang tepian sungai dan pesisir, serta memberikan dinamika

pertumbuhan di kawasan pesisir. Dinamika tersebut adalah pengendalian abrasi

pantai, menjaga stabilitas sedimen dan bahkan turut berperan dalam menambah

luasan lahan daratan dan perlindungan garis pantai. Selain itu juga berperan penting

dalam memberikan manfaat untuk ekosistem sekitarnya, termasuk tanah tanah

basah pesisir terumbu karang, dan lamun. Manfaat mangrove selain ditinjau dari

fungsi ekologisnya, juga diketahui memiliki nilai ekonomis yang mendorong

kegiatan eksploratif, sehingga mangrove rawan terhadap kerusakan (Saputro, dkk,

2009). Maka dari itu, setidaknya ada tiga fungsi utama ekosistem mangrove yaitu:

1. Fungsi fisik: Pencegah abrasi, perlindungan terhadap angin, peredam gelombang,

penahan dan perangkap sedimen, pencegah intrusi garam, dan sebagai penghasil

energi serta hara. 2. Fungai biologis: Sebagai habitat alami biota dan tempat

bersarang jenis aves.

3. Fungsi ekonomi: Sebagai sumber bahan bakar (kayu bakar dan arang), bahan

bangunan (balok, atap), perikanan, pertanian, makanan, minuman, bahan baku

kertas, keperluan rumah tangga, tekstil, serat sintesis penyamakan kulit, dan obat-

obatan (Ghufran dan Kordi, 2012).

6
2.1.3 Karakteristik Hutan Mangrove

Menurut Arief (2003) hutan mangrove umumnya tumbuh pada daerah yang

jenis tanahnya berlumpur, berlempung atau berpasir. Daerahnya tergenang air laut

secara berkala, baik setiap hari maupun yang hanya tergenang pada pasang saat

purnama. Frekuensi genangan menentukan komposisi vegetasi hutan mangrove,

menerima pasokan air tawar yang cukup dari darat melalui aliran air sungai, serta

terlindung dari gelombang besar dan arus pasang surut yang kuat.

a. Struktur Vegetasi dan Daur Hidup Mangrove

Hutan mangrove meliputi pohon-pohon dan semak, vegetasi hutan Mangrove di

Indonesia memiliki keanekaragaman jenis yang tinggi, dengan jumlah jenis

tercatat sebanyak 202 jenis yang terdiri atas 89 jenis pohon, 5 jenis palem, 19

jenis liana, 44 jenis epifit dan 1 jenis sikas. Namun hanya terdapat kurang lebih

47 jenis tumbuhan yang termasuk jenis mangrove.

b. Zonasi Ekosistem Mangrove

Menurut Sukardjo (1993) dalam Ghufran dan Kordi (2012) terdapat lima faktor

utama yang mempengaruhi zonasi mangrove di kawasan pantai tertentu, yaitu

gelombang yang menentukan frekuensi tergenang, salinitas yang berkaitan

dengan hubungan osmosis mangrove, substrat, pengaruh darat seperti aliran air

masuk dan rembesan air tawar, dan keterbukaan terhadap gelombang yang

menentukan jumlah substrat yang dapat dimanfaatkan. Supriharyono (2000)

membagi zona mangrove berdasarkan jenis pohon ke dalam enam zona, yaitu:

1. Zona perbatasan dengan daratan

2. Zona semak-semak tumbuhanCeriops

7
3. Zona HutanBruguiera

4. Zona hutanRhizophora

5. Zona Avicenniayang menuju ke laut

6. Zona Sonneratia

Zonasi mangrove juga dilakukan berdasarkan salinitas, sebagaimana

dikembangkan oleh de Haan (1931) dalam Supriharyono (2000) yang terbagi

kedalam dua divisi yaitu zona air payau ke laut dengan kisaran salinitas antara 10

30 ppt, dan zona air tawar ke air payau dengan salinitas antara 0-10 ppt pada waktu

air pasang

2.1.4. Keadaan Hutan Mangrove di Indonesia

Indonesia memiliki hutan mangrove terluas, akan tetapi laju deforestrasi

hutan mangrove tetap tinggi dan merupakan penyebab utama rusaknya hutan

mangrove. Menurut data, akibat deforestasi hutan mangrove menyebabkan hutan

mangrove dalam kondisi rusak berat mencapai luas 42%, kondisi rusak mencapai

luas 29%, kondisi baik mencapai luas < 23% dan kondisinya sangat baik hanya

seluas 6%. Saat ini keberadaan hutan mangrove semakin terdesak oleh kebutuhan

manusia, sehingga hutan mangrove sering dibabat habis bahkan sampai punah

(Wiyono, 2009). Jika hal ini terus menerus dilakukan maka akan mengakibatkan

terjadinya abrasi, hilangnya satwa atau biota laut yang habitatnya sangat

memerlukanhutan mangrove.

2.2. Rehabilitasi Hutan Mangrove

Rehabilitasi hutan mangrove adalah penanaman kembali hutan mangrove yang

telah mengalami kerusakan. Agar rehabilitasi dapat berjalan secara efektif dan

8
efisien perlu didahului survei untuk menetapkan kawasan yang potensial untuk

rehabilitasi berdasarkan penilaian kondisi fisik dan vegetasinya (Anonimous,

2005).

Kegiatan rehabilitasi dilakukan untuk memulihkan kondisi ekosistem

mangrove yang telah rusak agar ekosistem mangrove dapat menjalankan kembali

fungsinya dengan baik. Upaya rehabilitasi harus melibatkan seluruh lapisan

masyarakat yang berhubungan dengan kawasan mangrove. Rehabilitasi Kawasan

mangrove dilakukan sesuai dengan manfaat dan fungsi yang seharusnya

berkembang, serta aspirasi masyarakat. Rencana rehabilitasi disusun dengan

mempertimbangkan zonasi kawasan, manfaat dan fungsi, serta aspirasi masyarakat.

Oleh karena itu, pendekatan yang dilakukan dalam menyusun rencana rehabilitasi

adalah pendekatan fisik, pendekatan biologi, dan pendekatan sosial.

Pendekatan fisik dimaksudkan sebagai upaya mencegah dan menanggulangi

kerusakan kawasan mangrove dengan membangun bangunan fisik (alat pemecah

ombak, penjaga garis pantai dan sebagainya) untuk mengurangi energi gelombang

laut yang mengenai bibir pantai. Pendekatan biologi merupakan upaya vegetative

(penanaman pohon mangrove) untuk memperkuat bibir pantai dan mencegah

terjadinya erosi. Sedangkan pendekatan sosial merupakan upaya meningkatkan dan

menumbuhkembangkan partisipasi masyarakat dalam upaya mencegah dan

menanggulangi kerusakan di kawasan pantai (Sudarmadji, 2001)

2.3 Pelestarian Hutan Mangrove

Pelestarian merupakan kegiatan/upaya, termasuk didalamnya pemulihan dan

penciptaan habitat dengan mengubah sistem yang rusak menjadi yang lebih stabil.

9
Pemulihan merupakan suatu kegiatan untuk menciptakan suatu ekositem atau

memperbaharuinya untukkembali pada fungsi alamiahnya. Namun demikian,

pelestarian mangrove sering diartikan secara sederhana, yaitu menanam mangrove

atau membenihkan mangrove lalu menanamnya tanpa adanya penilaian yang

memadai dan evaluasi terhadap keberhasilan penanaman dan level ekosistem.

2.4 Partisipasi Masyarakat

Menurut Wardoyo (1992) partisipasi adalah keikutsertaan masyarakat baik

dalam bentuk pernyataan maupun kegiatan. Keikutsertaan tersebut terbentuk

sebagai akibat terjadinya interaksi sosial antara individu atau kelompok masyarakat

yang lain dalam pembangunan. Soekanto (2009) juga menyatakan bahwa

partisipasi mencakup tiga hal, yaitu:

1. Partisipasi meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat

seseorang dalam masyarakat.

2. Partisipasi adalah suatu konsep perilaku yang dapat dilaksanakan oleh individu

individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

3. Partisipasi juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu, yang penting bagi

sosial masyarakat.

2.4.1. Bentuk Partisipasi

Ada beberapa bentuk partisipasi yang dapat diberikan masyarakat dalam

suatu program pembangunan, yaitu partisipasi uang, partisipasi harta benda,

partisipasi tenaga, partisipasi keterampilan, partisipasi buah pikiran, partisipasi

sosial, partisipasi dalam proses pengambilan keputusan, dan partisipasi

representatif.

10
Dari berbagai bentuk partisipasi yang telah disebutkan diatas, partisipasi

dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu bentuk partisipasi yang diberikan

dalam bentuk nyata (memiliki wujud) dan juga bentuk partisipasi yang diberikan

dalam bentuk tidak nyata (abstrak). Bentuk partisipasi yang nyata misalnya uang,

harta benda, tenaga dan keterampilan sedangkan bentuk partisipasi yang tidak nyata

adalah partisipasi buah pikiran, partisipasi sosial, pengambilan keputusan dan

partisipasirepresentatif (Huraerah,2008: 102)

Bentuk-bentuk partisipasi masyarakat dapat dilihat sebagai berikut

(Huraerah, 2008: 102):

1. Partisipasi uang adalah bentuk partisipasi untuk memperlancar usaha usaha bagi

pencapaian kebutuhan masyarakat yang memerlukan bantuan Partisipasi harta

benda adalah partisipasi dalam bentuk menyumbang harta benda, biasanya

berupa alat-alat kerja atau perkakas. Partisipasi tenaga adalah partisipasi yang

diberikan dalam bentuk tenaga untuk pelaksanaan usaha-usaha yang dapat

menunjang keberhasilan suatu program. Sedangkan partisipasi keterampilan,

yaitu memberikan dorongan melalui keterampilan yang dimilikinya kepada

anggota masyarakat lainyang membutuhkannya. Dengan maksud agar orang

tersebut dapat melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan

sosialnya.

2. Partisipasi buah pikiran merupakan partisipasi berupa sumbangan ide, pendapat

atau buah pikiran konstruktif, baik untuk menyusun program maupun untuk

memperlancar pelaksanaan program dan juga untuk mewujudkannya dengan

11
memberikan pengalaman dan pengetahuan guna mengembangkan kegiatan yang

diikutinya.

3. Partisipasi sosial diberikan oleh partisipan sebagai tanda paguyuban. Misalnya

arisan, menghadiri kematian, dan lainnya dan dapat juga sumbangan perhatian

atau tanda kedekatan dalam rangka memotivasi orang lain untuk berpartisipasi.

4. Pada partisipasi dalam proses pengambilan keputusan, masyarakat terlibat dalam

setiap diskusi/forum dalam rangka untuk mengambil keputusan yang terkait

dengan kepentingan bersama. Sedangkan partisipasi representative dilakukan

dengan cara memberikan kepercayaan/mandat kepada wakilnya yang duduk

dalam organisasi atau panitia.

Partisipasi menurut Effendi dalam Siti Irine Astuti D. (2009: 37), terbagi

atas partisipasi vertikal dan partisipasi horizontal. Disebutpartisipasi vertical karena

terjadi dalam kondisi tertentu, masyarakat terlibat atau mengambil bagian dalam

suatu program pihak lain, dalam hubungan di mana masyarakat berada sebagai

status bawahan, pengikut atau klien. Sedangkan partisipasi horizontal, masyarakat

mempunyai prakarsa di mana setiap anggota atau kelompok masyarakat

berpartisipasi horizontal satu dengan yang lainnya.

Menurut Basrowi dalam Siti Irine Astuti D. (2009: 37), partisipasi

masyarakat dilihat dari bentuknya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu “partisipasi

non fisik dan partisipasi fisik”. Partisipasi fisik adalah partisipasi masyarakat (orang

tua) dalam bentuk menyelenggarakan usaha- usaha pendidikan, seperti mendirikan

dan menyelenggarakan usaha-usaha beasiswa, membantu pemerintah membangun

gedung-gedung untuk masyarakat, dan menyelenggarakan usaha usaha

12
perpustakaan berupa buku atau bentuk bantuan lainnya. Sedangkan partisipasi non

fisik adalah partisipasi keikutsertaan masyarakat dalam menentukan arah dan

pendidikan nasional dan meratanya animo masyarakat untuk menuntut ilmu

pengetahuan melalui pendidikan, sehingga pemerintah tidak ada kesulitan

mengarahkan rakyat untukbersekolah.

2.5. Kerangka Pikir

Kondisi hutan mangrove yang ada saat ini berada dalam situasi yang sangat

mengkhawatirkan. Hal ini terlihat dari luas hutan mangrove yang mengalami

penyusutan tiap tahunnya. Keadaan ini tidak terlepas dari kerusakan yang

disebabkan oleh alam, dan terutama oleh manusia. Lestarinya kawasan hutan

mangrove sangat dipengaruhi oleh aktifitas yang terjadi di sekitar hutan itu sendiri.

Adapun aktifitas yang dapat membantu pelestarian hutan mangrove itu adalah

adanya partisipasi masyarakat yang timbul secara berkelanjutan dalam pelestarian

hutan mangrove. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

13
Gambar 1. Kerangka Berfikir

14
III. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan …… 2022 yang berlokasi di Kawasan

Wisata Hutan Mangrove Luppung, Desa Manyampa, Kecamatan Ujungloe,

Kabupaten Bulukumba.

3.2. Metode Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan metode survey dan wawancara

yang bertujuan untuk mendapatkan hasil riset melalui pendapat (opini) dari orang-

orang yang berinteraksi langsung dengan objek yang diamati.

3.3. Sasaran Penelitian

Sasaran dalam penelitian ini antara lain kelompok petani tambak dan anggota

kelompok sadar wisata.

3.4. Jenis dan Sumber Data

a) Data primer, yakni pendapat para responden yang didapatkan melalui

kuesioner dan wawancara serta observasi terhadap kondisi aktual di lokasi.

b) Data sekunder, yakni data penunjang data primer yang terdiri dari kondisi

umum daerah penelitian, dokumen Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPH

jeneberang, peta kawasan, kondisi topografi, klasifikasi tanah dan informasi

penunjang lainnya.

3.5. Populasi Responden

Jumlah populasi yang terdapat pada Kelompok Petani Tambak sebanyak 15

responden dan jumlah yang terdapat pada Kelompok Sadar Wisata sebanyak 17

15
responden. Jadi total keseluruhan responden pada dua kelompok di atas sebanyak

32 responden.

3.6. Teknik Pengumpulan Data

a) Observasi yaitu pengumpulan data melalui kunjungan dan penilaian langsung

kelapangan.

b) Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian

dengan cara Tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya atau

pewawancara.

c) Pemeriksaan Dokumen Pemeriksaan dokumen dilakukan dengan memeriksa

ketersediaan dan kelengkapan isi dokumen RU dan RKT (Sudarsono, 2016).

3.7. Analisis Data

Proses analisa data dilaksanakan dalam rangka menemukan informasi agar

kelak bisa digunakan untuk menanggapi pertanyaan-pertanyaan penelitian

mengenai tingkat partisipasi masyarakat terhadap pelestarian hutan mangrove.

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan analisis yang berlainan

disesuaikan dengan tujuan penelitian, sebagai berikut:

1. Bentuk Partisipasi, dijabarkan dengan mengacu pada uraian Huraerah (2008);

a) Partisipasi Buah Pikiran, merupakan ide/gagasan yang disampaikan oleh

partisipan pada pertemuan atau rapat;

b) Partisipasi Tenaga, merupakan bentuk partisipasi yang diwujudkan melalui

beragam aktivitas seperti pekerjaan perbaikan atau pembangunan desa, uluran

tangan terhadap pihak lain, dan lain-lain;

16
c) Partisipasi Sosial, ialah bentuk partisipasi atau keterlibatan seseorang pada

sistem kehidupan sosial.

2. Bentuk Partisipasi, dijabarkan dengan mengacu pada uraian Huraerah (2008);

a) Partisipasi Buah Pikiran, merupakan ide/gagasan yang disampaikan oleh

partisipan pada pertemuan atau rapat;

b) Partisipasi Tenaga, merupakan bentuk partisipasi yang diwujudkan melalui

beragam aktivitas seperti pekerjaan perbaikan atau pembangunan desa, uluran

tangan terhadap pihak lain, dan lain-lain;

c) Partisipasi Sosial, ialah bentuk partisipasi atau keterlibatan seseorang pada

sistem kehidupan sosial.

3. Tingkat Partisipasi, dapat diukur dengan menggunakan indikator keterlibatan

dalam kegiatan berdasarkan uraian Yadav (1980) dalam (Theresia 2014) dan

pemberian skoring menggunakan skala Likert. Untuk mendapatkan

pemeringkatan partisipasi masyarakat, diajukan beberapa pertanyaan dengan

total nilai maksimum 5 dan minimum 1. Selanjutnya nilai setiap responden

dijumlahkan dan dibuat pemeringkatan dengan skala penilaian sebagai berikut:

𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 − 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ


𝑆𝑒𝑙𝑖𝑠𝑖ℎ 𝑝𝑒𝑟 𝑘𝑎𝑡𝑒𝑔𝑜𝑟𝑖 =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑎𝑡𝑒𝑔𝑜𝑟𝑖
5−1
𝑆𝑒𝑙𝑖𝑠𝑖ℎ 𝑝𝑒𝑟 𝑘𝑎𝑡𝑒𝑔𝑜𝑟𝑖 =
5
𝑆𝑒𝑙𝑖𝑠𝑖ℎ 𝑝𝑒𝑟 𝑘𝑎𝑡𝑒𝑔𝑜𝑟𝑖 = 0,8

17
Berdasarkan rumus diatas, dapat dilihat tingkat nilainya masing-masing

seperti pada Tabel berikut ini:

Tabel 1. Skala Sikap Masyarakat


Skala Sikap Masyarakat
No
Sikap Skor Kategori
1 Sangat berpartisipasi 5 4,3 - 5,0
2 Berpartisipasi 4 3,5 - 4,2
3 Cukup berpartisipasi 3 2,7 - 3,4
4 Kurang berpartisipasi 2 1,9 - 2,6
5 Tidak berpartisipasi 1 1,0 - 1,8
Sumber: Hasil modifikasi Skala Likert (Yudiantari, 2002)

a) Partisipasi dalam pembuatan rencana

b) Partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan

c) Partisipasi dalam pemantauan dan evaluasi

d) Partisipasi dalam pemanfaatan hasil.

Masing-masing indikator diatas dibagi menjadi 7 variabel dan akan

diturunkan menjadi 4 pertanyaan, sehingga akan terdapat 28 pertanyaan dimana

setiap pertanyaan memiliki 5 (lima) pilihan jawaban yang akan

direpresentasikan.

3.8. Variabel Penelitian

Tabel 2. Variabel, Definisi dan Indikator


Kategori Nilai
No. Variabel Definisi Indikator
Pengukuran Responden
Apakah anda Diukur 1. Sangat
Keterlibatan 5
ikut berdasarkan berpastisipasi
responden
berpastisipasi skor apakah 2. Berpastisipasi 4
dalam
1 dalam responden 3. Cukup
memberikan 3
memberikan memberikan Berpastisipasi
gagasan/usulan
ide ataupun atau tidak 4. Kurang
ide pada 2
gagasan memberikan Berpastisipasi

18
dalam upaya pertemuan dan gagasan,
pelestarian rapat usulan/ide
5. Tidak
hutan dalam setiap 1
Berpartisipasi
mangrove pertemuan
atau rapat
Diukur 1. Sangat
Apakah anda 5
berdasarkan berpastisipasi
ikut
Keterlibatan skor apakah 2. Berpastisipasi 4
berpastisipasi
responden responden 3. Cukup
dalam bentuk 3
dalam memberikan Berpastisipasi
tindakan
2 memberikan atau tidak 4. Kurang
terhadap 2
sumbangan memberikan Berpastisipasi
upaya
dalam bentuk sumbangan
pelestarian
tenaga dalam 5. Tidak
hutan 1
bentuk Berpartisipasi
mangrove
tenaga
Diukur 1. Sangat
5
berdasarkan berpastisipasi
skor apakah 2. Berpastisipasi 4
responden 3. Cukup
Keterlibatan terlibat atau 3
Apakah anda Berpastisipasi
responden tidak terlibat 4. Kurang
ikut serta 2
dengan ikut dalam Berpastisipasi
dalam
dalam kegiatan kegiatan-
kegiatan
sosial, seperti kegiatan
3 sosial
arisan, gotong- sosial di
terhadap
royong desa seperti
pelestarian
dan/atau arisan,
hutan 5. Tidak
serikat tolong gotong- 1
mangrove Berpartisipasi
menolong royong
dan/atau
serikat
tolong
menolong
Apakah anda Keterlibatan 1. Sangat
5
ikut serta responden Dinilai berpastisipasi
dalam dalam dengan 2. Berpastisipasi 4
merencanakan merencanakan mengacu 3. Cukup
kegiatan yang kegiatan- pada skor 3
4 Berpastisipasi
terkait kegiatan responden 4. Kurang
program terkait dengan atas 2
Berpastisipasi
pelestarian program kegiatan
hutan pelestarian perencanaan 5. Tidak
1
mangrove mangrove Berpartisipasi
Apakah anda Keterlibatan Dinilai 1. Sangat
5 5
ikut serta responden dengan berpastisipasi

19
dalam dalam mengacu 2. Berpastisipasi 4
melaksanakan melaksanakan pada skor 3. Cukup
program kegiatan- responden 3
Berpastisipasi
kegiatan kegiatan yang atas 4. Kurang
terhadap telah pelaksanaan 2
Berpastisipasi
pelestarian direncanakan kegiatan
hutan 5. Tidak
1
mangrove Berpartisipasi
Apakah anda Keterlibatan 1. Sangat
Dinilai 5
ikut serta responden berpastisipasi
dengan
dalam dalam 2. Berpastisipasi 4
mengacu
memanfaatkan memanfaatkan 3. Cukup
pada skor 3
6 hasil dari hasil-hasil dari Berpastisipasi
responden
kegiatan kegiatan 4. Kurang
atas 2
pelestarian pelestarian Berpastisipasi
pemanfaatan
hutan hutan 5. Tidak
hasil 1
mangrove mangrove Berpartisipasi
Keterlibatan 1. Sangat
5
Apakah anda responden Dinilai berpastisipasi
terlibat dalam dalam dengan 2. Berpastisipasi 4
pemantauan melaksanakan mengacu 3. Cukup
terhadap pemantauan pada skor 3
7 Berpastisipasi
kegiatan terhadap responden 4. Kurang
pelestarian kegiatan- atas 2
Berpastisipasi
hutan kegiatan yang keinginan
mangrove sudah pemantauan 5. Tidak
1
dilakukan Berpartisipasi

20
DAFTAR PUSTAKA

Arief, A. 2003. Hutan Mangrove, Fungsi dan Manfaatnya. Kanisius. Yogyakarta

Dahuri R, J. Rais, S.P. Ginting, M.J. Sitepu. 1996. Pengelolaan Sumber Daya
Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. PT. Pradnya Paramita.

Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut: Aset Pembangunan Berkelanjutan


Indonesia. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Ghufran, M. dan Kordi, K.M. 2012. Ekosistem Mangrove: potensi, fungsi, dan
pengelolaan. Rineka Cipta. Jakarta.

Harahab, N. 2010. Penilaian Ekonomi Ekosistem Hutan Mangrove dan Aplikasinya


dalam Perencanaan Wilayah Pesisir. Graha Ilmu.Yogyakarta

Kusmana C. 2010. Konsep Pengelolaan Mangrove yang Rasional. Fakultas


Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sudarmadji, 2001. Rehabilitasi Hutan Mangrove dengan Pendekatan


Pemberdayaan Masyarakat Pesisir. Jurnal Ilmu Dasar Vol. 2 No.2. 68- 71.
Huraerah, 2008. Bentuk Partisipasi Masyarakat.

Yudiantari, 2002. Hasil modifikasi Skala Likert

21
Lampiran 1. Kuisioner Penelitian

Kuesioner Penelitian Tingkat Partisipasi Masyarakat Sekitar Terhadap


Pelestarian Hutan Mangrove Di Desa Manyampa Kecamatan Ujungloe
Kabupaten Bulukumba

ARDI PRATAMA PUTRA


105951103717

Hari/Tanggal :

Kode. Responden :

Nama Responden :

Kuesioner ini digunakan sebagai bahan skripsi mengenai Tingkat Partisipasi

Masyarakat Sekitar Terhadap Pelestarian Hutan Mangrove Di Desa Manyampa

Kecamatan Ujungloe Kabupaten Bulukumba oleh Ardi pratama putra, Mahasiswa

kehutanan, Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar. Kami mohon

partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/Saudari untuk bersedia mengisi kuesioner ini dengan

lengkap dan benar sehingga mampu menjadi data obyektif. Informasi yang

Bapak/Ibu/Saudara/Saudari berikan akan dijamin kerahasiaan, tidak untuk

dipublikasikan, tidak untuk kepentingan politik tertentu, dan semata-mata hanya

untuk pengkajian dan penelitian. Atas perhatian dan partisipasi yang diberikan kami

sampaikan banyak terima kasih.

22

Anda mungkin juga menyukai