Anda di halaman 1dari 118

ASUHAN KEPERAWATAN KELOMPOK KHUSUS

USAHA KESEHATAN SEKOLAH (UKS) DI SDN 1 LOKTABAT


SELATAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANJARBARU SELATAN

Tanggal 17-29 Januari 2022

Oleh :
Kelompok
G

Yusrida Elisabeth Sihombing, S.Kep NIM. 2130913320019


Hairun Nisa, S.Kep NIM. 2130913320008
Ahnaf Ma’ruf Mahendra, S.Kep NIM. 2130913310013
Gusti Raudah Sa’diyah, S.Kep NIM. 2130913320025
Adhitria Rahmatanridho P, S.Kep NIM. 2130913310007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU

i
2022

ii
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN KELOMPOK KHUSUS


USAHA KESEHATAN SEKOLAH (UKS) DI SDN 1 LOKTABAT SELATAN
WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANJARBARU SELATAN

Tanggal 17 – 29 Januari 2022

Oleh :
Kelompok
G
Yusrida Elisabeth Sihombing, S.Kep NIM. 2130913320019
Hairun Nisa, S.Kep NIM. 2130913320008
Ahnaf Ma’ruf Mahendra, S.Kep NIM. 2130913310013
Gusti Raudah Sa’diyah, S.Kep NIM. 2130913320025
Adhitria Rahmatanridho P, S.Kep NIM. 2130913310007

Banjarbaru, Januari 2022


Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Kurnia Rachmawati, Ns. MNSc Hj Barlian, S.Kep., Ns


NIP. 19841112201 701209 001 NIP. 19880806 201001 1 003

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga
kelompok dapat menyelesaikan Laporan Asuhan Keperawatan yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Kelompok Khusus Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di SDN 1 Loktabat
Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Banjarbaru Selatan” tepat pada waktunya.
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas Stase Keperawatan Komunitas Program
Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru.
Dalam kesempatan ini kelompok mengucapkan terima kasih kepada :
a) Kepala Sekolah beserta staf guru SDN 1 Loktabat Selatan yang telah memberi izin
berpraktek di SDN 1 Loktabat Selatan ;
b) Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan FK ULM dan Koordinator Profesi Ners PSIK FK
ULM atas pendampingan yang telah dilakukan;
c) Preseptor Lahan dan Akademik atas waktu yang diberikan untuk pembimbingan yang
diberikan;
d) Rekan sekelompok, serta semua pihak atas sumbangan pikiran dan bantuan yang telah
diberikan.
Kelompok menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi
kelompok berharap laporan asuhan keperawatan ini bermanfaat bagi dunia ilmu pengetahuan
keperawatan.

Banjarbaru, Januari 2022

Mahasiswa Profesi Ners Kelompok G

iii
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN............................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Tujuan...............................................................................................................2
1. Tujuan Umum...............................................................................................2
2. Tujuan Khusus..............................................................................................2
C. Manfaat..........................................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian UKS................................................................................................4
B. Tujuan dan Manfaat UKS.................................................................................4
C. Fungsi UKS.......................................................................................................5
D. Sasaran UKS.....................................................................................................11
E. Ruang Lingkup Program dan Pembinaan UKS................................................12
F. Organisasi UKS.................................................................................................13
G. Cara Mempertahankan Fungsi UKS................................................................14
H. Strata UKS........................................................................................................17
I. Peran Perawat Dalam Program UKS.................................................................20
J. Masalah Kesehatan yang Dapat dikurangi melalui UKS...................................21
K. Persyaratan Sekolah dapat Menjalankan UKS.................................................21
L. Sarana dan Prasaranan UKS.............................................................................21
M. Kreteria Sekolah Sehat.....................................................................................21
N. Asuhan Keperawatan .......................................................................................21
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian…………………………………………………………………………46

B. Analisis Data............................................................................................................99

C. Skoring Prioritas Masalah........................................................................................102

iv
D. Rencana Tindakan Keperawatan…………………………………………...103

E. Implementasi..................................................................................................

DAFTAR
PUSTAKA……………………………………………………………………...

LAMPIRAN

v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan bagian integral dari kehidupan manusia,
bertolak dari latar belakang manusia yang berbeda-beda. Hal ini
mengakibatkan Hal ini mengakibatkan banyak faktor yang terjadi banyak
faktor yang terjadi dan berhubungan dengan masalah masalah kesehatan. Di
dalam dalam komunitas komunitas masyarakat masyarakat suatu suatu daerah
daerah biladi klasifikasikan berdasarkan kelompok khusus, yang sangat
rentan terhadap kondisi kesehatan terganggu adalah kelompok khusus anak
usia sekolah. Salah satu upaya yang dilaksanakan adalah meningkatkan pola
hidup masyarakat yang sehat dengan melakukan kegiatan keperawatan pada
komunitas atau masyarakat yang terdapat kelompok khusus anak
sekolah.khusus anak sekolah.
Berdasarkan hasil pengkajian data yang dilakukan di kelurahan
Wonokromo Surabaya yang dilakukan pada tanggal 12 November 2012.
Ditemukan sebagian besar anak SDN IV yang memiliki masalah kebersihan
diri (personal hygiene), cukup banyak antara lain 45 murid yang bermasalah
pada gigi dengan persentase 36.5 %, 25 murid yang tidak menggosok gigi
dengan persentase 20.3%, 6 murid yang tidak tidak mencuci tangan sebelum
makan dengan persentase 4.9%, 15 murid yang tidak mencuci kaki sebelum
tidur dengan persentase 12.1 %, 7 murid tidak biasa memakai alas kaki
dengan persentase 5.7 %, 20 murid tidak biasa potong kuku dengan
persentase 16.2%, 5 murid yang mempunyai kebiasaan mandi 1 kali sehari
dengan persentase 4%. Dampak negatif dari perilaku tersebut adalahmandi 1
kali sehari dengan persentase 4%. Dampak negatif dari perilaku tersebut
adalah menimbulkan berbagai penyakit yang terjadi seperti karies gigi, diare,
cacingan, dan gatal-gatal. Sehingga perlu untuk ditindak lanjuti dengan
pemberian asuhan keperawatan.

vi
UKS (Usaha Kesehatan sekolah) yaitu kegiatan yang dilakukan untuk
meningkatkan kesehatan anak usia sekolah dan lingkungan sekolah serta
seluruh warga sekolah pada setiap jalur, jenis, jenjang pendidikan mulai dari
tingkat Pendidikan Usia Dini sampai tingkat Pendidikan Menengah Atas
(TK/RA, SD/MI, SMP/Mts, sampai SMA/SMK/MA). UKS adalah usaha
kesehatan masyarakat yang di jalankan di sekolah-sekolah, dengan sasaran
utama adalah anak-anak sekolah dan lingkunganya (Ahmad Selvia. 2009).
Dalam Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal
79 menyatakan bahwa “Kesehatan Sekolah diselenggarakan untuk
meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik dalam lingkungan hidup
sehat sehingga peserta didik belajar, tumbuh dan berkembang secara
harmonis dan setinggitingginya menjadi Sumber Daya Manusia yang
berkualitas (Departemen Kesehatan RI, 2008).
Adanya pelayanan kesehatan UKS di sekolah dasar maka peralatan
UKS di sekolah dasar harus memadai dan memenuhi standar yang ditentukan
oleh pemerintah. Serta sarana dan prasana UKS ini harus diperhatikan oleh
setiap sekolah. Adanya dana bantuan sekolah hendaknya dapat
mengalokasikan dananya untuk melengkapi sarana dan prasarana UKS serta
membuat UKS masuk ke dalam intrakurikuler guna meningkatkan strata dari
UKS tersebut. Namun, kurangnya sosialisasi terkait masalah kesehatan anak
usia sekolah membuat kesadaran anak usia sekolah akan kesehatan menjadi
tidak terpenuhi sehingga memunculkan kebiasaan-kebiasaan yang kurang
sehat seperti buang sampah sembarangan, jajan tidak sehat, tidak mencuci
tangan sebelum dan sesudah makan serta merokok (Efendi, Ferry &
Makhfud. 2009).
Melihat berbagai masalah kesehatan yang muncul pada kelompok usia
anak sekolah maka diperlukan adanya peran tenaga kesehatan dalam
membantu menangani masalah tersebut baik promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif.
B. Tujuan
a. Tujuan Umum

vii
Tujuan pembuatan laporan ini adalah untuk menerapkan asuhan
keperawatan kelompok khusus, yaitu kelompok anak pada usia sekolah.
b. Tujuan Khusus
a) Melakukan pengkajian pada kelompok anak usia sekolah
b) Mengetahui kondisi permasalahan anak sekolah di lapangan
c) Menetapkan masalah kesehatan pada kelompok khusus anak usia
sekolah
d) Membuat perencanaan tindakan keperawatan yang efektif untuk
mengatasi masalah
e) Melaksanakan rencana tindakan asuhan keperawatan yang telah
disusun
f) Mengevaluasi tindakan asuhan keperawatan yang telah diberikan
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Mahasiswa
Memberikan wawasan dan informasi tentang pentingnya penerapan asuhan
keperawatan kelompok khusus yaitu pada anak usia sekolah.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan laporan ini dapat memberikan informasi tentang penerapan
asuhan keperawatan khusus yaitu pada anak usia sekolah. Sehingga dapat
dijadikan masukan sebagai pertimbangan dalam menyusun kurikulum.
3. Bagi Pihak Sekolah
Mengevaluasi proses penerapan usaha kesehatan di sekolah sehingga
hasilnya dapat meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap agar mampu
berperilaku hidup bersih dan sehat, meningkatkan derajat kesehatan
siswa(i) serta menciptakan lingkungan yang sehat dan bebas dari penyakit
apalagi saat pandemic covid 19 ini.

vii
i
BAB II
TINJAUAN TEORI
 Definisi Komunitas
Komunitas dapat diartikan kumpulan orang pada wilayah tertentu
dengan sistem sosial tertentu. Komunitas meliputi individu, keluarga,
kelompok/agregat dan masyarakat. Salah satu agregat di komunitas
adalah kelompok anak usia sekolah yang tergolong kelompok berisiko
terhadap timbulnya masalah kesehatan yang terkait perilaku tidak sehat.
Berdasarkan umur kronologis dan berbagai kepentingan, terdapat berbagai
definisi tentang anak usia sekolah yaitu:
a) Menurut definisi WHO (World Health Organization) yaitu golongan
anak yang berusiaantara 7-15 tahun , sedangkan di Indonesia lazimnya
anak yang berusia 7-12 tahun.
b) Menurut Wong (2009), usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun
 Keperawatan kesehatan di sekolah
Asosiasi Perawat Sekolah Nasional (NASN) mendefinisikan keperawatan di
sekolah sebagai bidang praktik khusus yang mendorong kesehatan siswa serta
prestasi akademik. Lima komponen utama peran perawat sekolah yaitu
memfasilitasi perkembangan normal, mempromosikan kesehatan dan
keselamatan siswa dan lingkungan sekolah yang sehat, memberikan
perawatan berkualitas untuk masalah kesehatan yang potensial dan
teridentifikasi, menyediakan layanan manajemen kasus berdasarkan penilaian
klinis yang baik, dan berkolaborasi untuk meningkatkan kemampuan siswa
dan keluarga.
 Fungsi-fungsi perawat di sekolah
Perawat dalam setting sekolah memiliki fungsi sebagai berikut:
1. Melakukan program imunisasi
2. Menilai status kesehatan dan perkembangan siswa dan menafsirkan
temuan penilaian

ix
3. Menafsirkan penilaian kesehatan dan perkembangan kepada orang tua,
guru, administrator, dan lainnya
4. Merancang dan mengimplementasikan rencana pemeliharaan kesehatan
sekolah individu
5. Rujuk siswa, orang tua, atau wali ke sumber daya komunitas yang
dibutuhkan
6. Pertahankan komunikasi untuk mempromosikan perawatan yang
dibutuhkan
7. Menafsirkan temuan medis dan keperawatan
8. Berkonsultasi / melakukan in-service training / menjadi narasumber bagi
personel sekolah;
9. Mengembangkan dan menerapkan kurikulum pendidikan kesehatan
sekolah dan berpartisipasi dalam pengajaran kesehatan
10. Menasihati dan membantu siswa dan orang tua dalam penyesuaian terkait
kesehatan, dan
11. Mengajar mata pelajaran yang berhubungan dengan kesehatan di bawah
pengawasan guru kelas
Fungsi tambahan perawat sekolah dalam melaksanakan peran termasuk
memberikan perawatan episodik, manajemen penyakit kronis,
pengawasan penyakit menular, promosi kesehatan, pertolongan pertama
dan perawatan darurat, skrining untuk berbagai kondisi kesehatan,
pemberian obat-obatan, dan mempersiapkan dan menanggapi keadaan
darurat sekolah dan masyarakat. Perawat di sekolah tertentu dapat
mengambil peran dan fungsi tambahan tergantung pada kebutuhan lokal.
 Kesehatan Populasi Sekolah
Penggunaan proses keperawatan di lingkungan sekolah dimulai dengan
penilaian kebutuhan kesehatan. Perawat sekolah dapat menilai status
kesehatan dan kebutuhan siswa secara individu atau populasi sekolah. Area
untuk dipertimbangkan termasuk faktor penentu biologis, psikologis,
lingkungan, sosiokultural, perilaku, dan sistem kesehatan yang
mempengaruhi kesehatan populasi sekolah.

x
 Determinan Biologis
Area terkait dengan determinan biologis kesehatan termasuk pematangan dan
penuaan karena mempengaruhi perilaku kesehatan dan kesehatan, pewarisan
genetik, dan fungsi fisiologis. Perawat dalam setting anak usia sekolah
bekerja dengan siswa di prasekolah, sekolah dasar, sekolah menengah
pertama, dan sekolah menengah atas. Akibatnya, usia populasi klien
mempengaruhi jenis masalah kesehatan yang mungkin ada. Misalnya,
pencegahan penyakit menular pada masa kanak-kanak akan mendapat
penekanan lebih besar pada populasi prasekolah, dan masalah seksualitas dan
penyalahgunaan zat akan menjadi perhatian yang lebih besar pada populasi
remaja.
Aspek pewarisan genetik yang menjadi perhatian khusus perawat sekolah
adalah komposisi gender dan ras atau etnis dari populasi. Dominasi
perempuan di prasekolah atau sekolah dasar meningkatkan frekuensi perawat
akan menghadapi siswa dengan gejala infeksi saluran kemih karena ini lebih
sering terjadi pada anak perempuan daripada anak laki-laki di semua
kelompok umur kecuali bayi. Pada remaja perempuan, ada peningkatan risiko
kehamilan yang tidak diinginkan, dan penyakit menular seksual umum terjadi
pada anak perempuan dan laki-laki. Anak laki-laki dari segala usia cenderung
memiliki lebih banyak cedera terkait olahraga yang harus ditangani oleh
perawat. Perawat juga harus waspada terhadap prevalensi penyakit lain yang
menunjukkan kecenderungan genetik, seperti talasemia dan diabetes.
Aspek komponen biologis manusia dari penilaian adalah fungsi fisiologis
populasi sekolah. Perawat sekolah mungkin menghadapi siswa atau staf
dengan masalah kesehatan yang membatasi diri atau kondisi kronis yang
mempengaruhi kemampuan mereka untuk berfungsi secara efektif di
lingkungan sekolah. Contoh kondisi self-limiting termasuk penyakit menular
seperti flu biasa, influenza, dan cacar air dan cedera seperti lengan atau kaki
patah. Diabetes, gangguan kejang, dan masalah penglihatan atau pendengaran
ringan adalah contoh kondisi kronis yang mungkin memiliki implikasi
kesehatan dan pendidikan. Banyak dari kondisi ini dapat dikontrol jika

xi
didiagnosis dan diobati dengan benar dan tidak selalu mengganggu
kemampuan anak untuk berfungsi di sekolah. Kondisi kronis dan cacat
lainnya mengganggu fungsi sekolah. Contohnya adalah kebutaan, tuli,
keterlambatan perkembangan, attentiondeficit hyperactivity disorder
(ADHD), dan efek jangka panjang dari paparan obat pada janin.
Kondisi akut mencakup berbagai penyakit menular dan cedera. Perawat
komunitas terlibat dalam memberikan perawatan kepada siswa individu (atau
staf) yang sakit atau terluka. Perawat mengidentifikasi tren penyakit atau
cedera yang memerlukan perubahan kondisi lingkungan, kebijakan, dan
sebagainya. Perawat dalam setting sekolah harus fasih tidak hanya dengan
perawatan penyakit ringan dan cedera tetapi juga dengan perawatan kompleks
anak berkebutuhan khusus. Asma dan kelebihan berat badan adalah dua
masalah kronis yang paling umum dapat ditemui perawat. Asma pada anak
seringkali tidak terkontrol dengan baik dan kelebihan berat badan / obesitas
adalah masalah signifikan lainnya.
Imunitas adalah pertimbangan penting lainnya yang berkaitan dengan fungsi
fisiologis pada populasi sekolah. Perawat komunitas yang bekerja di
lingkungan sekolah memantau status imunisasi siswa dan pegawai sekolah.
Selain menilai status kesehatan fisiologis populasi sekolah secara
keseluruhan, perawat komunitas yang bekerja di lingkungan sekolah juga
akan menilai status kesehatan dan kebutuhan masing-masing anak. Saat
masuk ke sistem sekolah, semua anak harus menerima riwayat medis yang
komprehensif dan penilaian pengalaman prasekolah; perkembangan bahasa,
motorik, sosial, dan adaptif; dan status imunisasi, serta pemeriksaan fisik
lengkap.
 Determinan Psikologis
Iklim sekolah dan adanya penyakit mental di antara penduduk adalah dua dari
determinan psikologis yang menjadi perhatian dalam menilai kesehatan. Iklim
sekolah didefinisikan sebagai lingkungan sosial dan pendidikan di mana
siswa mengalami pembelajaran dan kegiatan sosial yang dirancang untuk
memenuhi hasil yang ditentukan. Iklim sekolah yang positif menetapkan

xii
harapan perilaku dan akademik yang jelas, mendorong keterlibatan orang tua,
dan terlibat dalam kegiatan, program, dan inisiatif pengembangan staf untuk
mencegah intimidasi dan mempromosikan keterampilan sosial dan mediasi
konflik. Unsur-unsur iklim sekolah dapat dilihat dalam hubungan antara dan
antar siswa, antara guru dan siswa, antar personel sekolah, dan antara
keluarga dengan sekolah dan sekolah dengan masyarakat luas.
Ciri-ciri iklim sekolah yang positif adalah sebagai berikut:
• Semua anggota populasi menganggap staf sekolah sebagai orang yang
hangat, peduli, dan peduli.
1. Guru, staf, dan administrator melihat seorang siswa itu berharga dan
memperlakukan mereka dengan hormat.
2. Kebijakan (misalnya, penilaian, kebijakan disiplin) diatur untuk
meningkatkan pencapaian pribadi dan pendidikan.
3. Program dan kurikulum pendidikan inklusif secara etnis, budaya, bahasa,
dan sosial ekonomi.
4. Pendidik mengakui prestasi siswa dan mendorong mereka untuk
mencapai potensi mereka.
5. Ada stabilitas di antara guru, yang menunjukkan tujuan bersama.
6. Ada komponen dan harapan kurikuler yang didefinisikan dengan jelas.
7. Perayaan di seluruh sekolah mengakui pencapaian pemangku
kepentingan.
8. Staf diakui atas kontribusi mereka pada sekolah.
9. Komunikasi terbuka dianjurkan.
10. Administrator menawarkan dukungan nyata untuk menjaga iklim sekolah
yang positif
Sebaliknya, elemen iklim sekolah yang memiliki efek negatif pada
populasi sekolah termasuk pengajaran yang buruk yang menyebabkan
kegagalan dalam setting sekolah, ketergantungan pada manajemen
perilaku hukuman atau strategi disiplin, penyediaan sedikit kesempatan
bagi siswa untuk belajar dan mempraktikkan keterampilan interpersonal
dan manajemen diri, dan aturan dan harapan yang tidak jelas dan tidak

xii
i
konsisten atau koreksi pelanggaran yang tidak konsisten dan kegagalan
untuk memperkuat kepatuhan terhadap aturan dan harapan. Karakteristik
lain dari iklim sekolah yang negatif termasuk kegagalan untuk mengenali
dan mengakomodasi perbedaan individu, kegagalan untuk membantu
siswa yang berisiko terhubung ke proses pendidikan, dan kurangnya
kesepakatan antara guru, staf, dan administrator mengenai penerapan
strategi disiplin.
Hukuman fisik di sekolah harus dilarang secara hukum. Hukuman fisik
adalah penggunaan rasa sakit fisik yang disengaja untuk memotivasi
perubahan perilaku. Penelitian telah menunjukkan bahwa, alih-alih
mengubah perilaku, hukuman fisik memiliki efek negatif pada citra diri
siswa dan kinerja sekolah. Sebaliknya, sekolah perlu menggunakan
pendekatan multifaset untuk manajemen perilaku di sekolah yang
mendukung orang tua dan guru dan yang mengubah iklim sekolah atau
lingkungan kelas untuk meminimalkan perilaku bermasalah.
Penyakit mental dan lingkungan sekolah. Masalah kesehatan mental
sangat mengganggu kemampuan siswa untuk berhasil di sekolah. Siswa
dengan gejala penyakit mental tidak mengungkapkan penyakitnya kepada
institusi, seringkali karena takut akan konsekuensi pengungkapan dan
kekhawatiran mengenai kerahasiaan. Perawat komunitas di setting
sekolah dapat mengidentifikasi masalah kesehatan mental di antara siswa
di semua tingkat kelas. Perawat di setting sekolah harus waspada
terhadap anak-anak yang orang tuanya memiliki perilaku adiktif dan
harus berusaha untuk menyediakan bantuan psikologis dan sosial yang
diperlukan untuk menghindari efek orang tua pada kesehatan dan kinerja
sekolah anak.
 Determinan Lingkungan
Faktor lingkungan fisik sekolah dan masyarakat sekitar mempengaruhi
keselamatan siswa dan pertimbangan terkait kesehatan lainnya. Lingkungan
sekolah dan lingkungan sekitar mempengaruhi aktivitas fisik. Lingkungan
sekolah juga dapat mencakup kondisi yang menimbulkan bahaya keamanan

xi
v
bagi siswa dan orang lain di lingkungan tersebut. Misalnya, menyimpan
persediaan di tangga dapat menghambat evakuasi gedung jika terjadi keadaan
darurat. Demikian pula, penyimpanan yang tidak tepat dari barang-barang
yang mudah terbakar atau penggunaan bahan kaustik yang tidak tepat untuk
pembersihan atau dalam kursus laboratorium dapat menyebabkan cedera.
Setelah bahaya keamanan di lingkungan telah diidentifikasi, anggota tim
kesehatan sekolah dapat terlibat dalam upaya mitigasi.
Upaya mitigasi dapat mencakup langkah-langkah keamanan pasif dan aktif.
Tindakan keselamatan pasif adalah tindakan yang diarahkan pada struktur
fisik atau tata letak sekolah, misalnya memasang fitur penenang lalu lintas,
seperti gundukan kecepatan dan rambu berhenti di area sekolah yang sering
dilalui dengan risiko tinggi untuk kecelakaan dan menyediakan permukaan
yang lembut di bawahnya. Tindakan keselamatan aktif melibatkan perubahan
perilaku, seperti menegakkan penggunaan peralatan keselamatan saat
olahraga atau meningkatkan pengawasan orang dewasa selama istirahat.
Mempekerjakan penjaga keamanan untuk mencegah orang yang tidak
berwenang mendapatkan akses ke sekolah adalah contoh lain dari tindakan
keselamatan aktif, sementara memasang detektor logam di pintu masuk akan
menjadi tindakan keamanan pasif.
Perawat menilai lingkungan fisik internal dan eksternal sekolah. Lingkungan
eksternal meliputi lingkungan sekitar sekolah. Pertimbangan penilaian di sini
termasuk pola lalu lintas, bahaya air, penggunaan pestisida, dan pengendalian
hewan pengerat di daerah tersebut. Kedekatan tempat pembuangan limbah
berbahaya atau pembangkit listrik tenaga nuklir, bahaya industri, dan adanya
berbagai bentuk polusi adalah masalah lingkungan lainnya di lingkungan
sekolah.
Beberapa aspek lingkungan internal sekolah, seperti bahaya kebakaran,
sanitasi (toilet, makanan, dsb), tingkat kebisingan, pencahayaan, ventilasi,
pemanas / pendingin ruangan, Fasilitas fisik untuk mencegah penyebaran
penyakit anak yang terinfeksi juga harus dinilai. Apakah ada tempat di dalam
sekolah di mana siswa dengan kondisi menular dapat diisolasi?.

xv
Pertimbangan khusus harus diberikan pada lingkungan fisik yang berkaitan
dengan anak-anak penyandang disabilitas. Area yang menjadi perhatian
meliputi keberadaan ramp, pintu dan jendela yang mudah dibuka, lantai
antiselip, elevator, modifikasi trotoar, dan akses ke fasilitas toilet. Tujuannya
adalah untuk menciptakan sekolah yang bebas hambatan sehingga semua
siswa, staf, dan anggota masyarakat yang mungkin menggunakan tempat
tersebut setelah jam sekolah memiliki akses ke fasilitas dan peralatan.
Perawat komunitas mungkin perlu secara aktif mengadvokasi modifikasi di
lingkungan sekolah yang menangani kebutuhan siswa (atau karyawan)
penyandang disabilitas.
Perawat dalam setting sekolah juga menilai tingkat persiapan di lingkungan
sekolah untuk peristiwa bencana atau kegiatan teroris. Elemen dari rencana
tanggap bencana yang efektif termasuk organisasi personel, bentuk,
pertimbangan khusus, dan peran perawat. Mitigasi yaitu mengembangkan
rencana bencana. Jika terjadi bencana yang sebenarnya, perawat membantu
dalam mempertahankan ketenangan, triase cedera, dan mengatasi efek fisik
dan psikologis dari bencana. Setelah peristiwa bencana, perawat membantu
mengatasi ketakutan dan kesedihan siswa dan anggota staf lainnya.
 Sociocultural Determinant
Faktor sosial budaya juga berperan dalam mempengaruhi status kesehatan
anggota komunitas sekolah. Area yang harus ditangani dalam dimensi ini
termasuk budaya dan etnis, sumber daya ekonomi, kebijakan dan undang-
undang, penyalahgunaan dan kekerasan, dan potensi terorisme.
Faktor budaya di lingkungan sekolah dapat mempengaruhi prioritas
pendidikan serta perilaku yang berhubungan dengan kesehatan. Apa
komposisi ras atau etnis dari populasi sekolah? Apakah ada ketegangan
rasial? Apakah keyakinan agama mempengaruhi kesehatan penduduk
sekolah? Misalnya, jika ada banyak anak yang orang tuanya menolak
imunisasi karena alasan agama, perawat perlu sangat waspada terhadap tanda-
tanda wabah penyakit anak seperti campak, rubella, dan difteri.

xv
i
Tingkat sumber daya yang tersedia di sekolah merupakan salah satu elemen
dalam menilai dimensi sosiokultural lingkungan Tingkat ekonomi individu
siswa dan keluarganya juga mempengaruhi status kesehatan penduduk
sekolah. Tunawisma adalah faktor sosial ekonomi ekstrem yang dapat
memiliki efek mendalam pada kesehatan anak usia sekolah.
Penindasan, pelecehan, dan kekerasan. Kebutuhan khusus dalam masyarakat
saat ini adalah untuk mencegah intimidasi, pelecehan, dan kekerasan di
dalam dan di sekitar lingkungan sekolah. Bullying adalah “perilaku agresif
yang tidak diinginkan di antara anak-anak usia sekolah yang melibatkan
ketidakseimbangan kekuatan yang nyata atau yang dirasakan”. Penindasan di
sekolah mencakup segala bentuk intimidasi yang terjadi di properti sekolah,
dalam perjalanan ke atau dari sekolah (mis., di bus sekolah), atau di acara
terkait sekolah. Penindasan di sekolah dapat melibatkan interaksi teman
sebaya, intimidasi terhadap anak-anak yang lebih muda oleh anak-anak yang
lebih tua, atau intimidasi oleh atau terhadap seorang guru. Bullying dapat
dibedakan berdasarkan jumlah pelaku bullying, modus bullying, atau media
yang digunakan untuk bullying. Baik intimidasi kelompok maupun intimidasi
individu dapat bersifat fisik atau emosional dan dapat dilakukan secara
langsung atau secara elektronik. Bullying juga dapat dibedakan berdasarkan
target yang dituju, berdasarkan homofobia, disabilitas, rasisme, atau
keyakinan agama. Bullying termasuk diolok-olok, menjadi subyek rumor,
ancaman terhadap bahaya, dan upaya paksaan. Manifestasi lain dari bullying
termasuk dikeluarkan dari kegiatan, merusak barang-barang pribadi, ,
didorong, disandung, atau diludahi.
Pelecehan seksual adalah salah satu bentuk intimidasi khusus yang terjadi di
populasi sekolah. Pelecehan seksual adalah perilaku yang tidak diinginkan
dengan nuansa seksual yang dilakukan secara langsung atau secara
elektronik. Pelecehan seksual seringkali melibatkan serangan verbal terhadap
seksualitas atau penampilan korban, misalnya, menyebarkan desas-desus
bahwa seseorang adalah gay atau lesbian atau promiscuous secara seksual,
membuat komentar yang menjurus, atau membuat ancaman seksual.

xv
ii
Kekerasan di lingkungan sekolah dapat diatasi dengan kode etik eksplisit
yang dikomunikasikan dengan jelas kepada siswa dan ditegakkan secara
konsisten dan seragam. Senjata harus dilarang keras dari sekolah dan larangan
itu ditegakkan dengan ketat. Konseling sebaya dan situs konseling di luar
kampus untuk mengatasi masalah interpersonal telah menjadi cara yang
efektif untuk mengurangi kekerasan. Perawat komunitas di lingkungan
sekolah dapat menilai tingkat kekerasan di sekolah serta efektivitas langkah-
langkah yang diambil untuk mencegah kekerasan. Perawat juga dapat
memeriksa inklusi strategi resolusi konflik dan konten pada hubungan
interpersonal dalam kurikulum pendidikan kesehatan sekolah.
Anak-anak sekolah juga dapat menjadi sasaran kekerasan dan pelecehan di
luar lingkungan sekolah. Anak-anak mungkin menderita pelecehan atau
penelantaran fisik, emosional, atau seksual dalam keluarga mereka. Anak-
anak penyandang disabilitas hampir dua kali lebih mungkin dilecehkan
daripada anak-anak lain. Perawat sekolah harus waspada terhadap tanda-tanda
pelecehan dan penelantaran pada masing-masing anak.
 Peran Perawat Komunitas Terkait Anak Usia Sekolah
1. Praktik Keperawatan Kesehatan Komunitas.
Keperawatan kesehatan komunitas (CHN) merupakan spesialis pelayanan
keperawatan yang berbasiskan pada masyarakat dimana perawat
mengambil tanggung jawab untuk berkontribusi meningkatkan derajad
kesehatan masyarakat. Fokus utama upaya CHN adalah pencegahan
penyakit, peningkatan dan mempertahankan kesehatan dengan tanggung
jawab utama perawat CHN pada keseluruhan populasi dengan penekanan
pada kesehatan kelompok populasi daripada individu dan keluarga.
2. Fungsi dan Peran Perawat CHN Pada Agregat Anak Usia Sekolah
Fungsi dan peran perawat kesehatan komunitas terkait agregat anak usia
sekolah antara lain:
a. Kolaborator
Perawat bekerjasama dengan lintas program dan lintas sektoral dalam
membuat keputusan dan melaksanakan tindakan untuk menyelesaikan

xv
iii
masalah anak sekolah. Seperti halnya perawat melakukan kemitraan
dengan tokoh masyarakat, tokoh agama, keluarga, guru, kepolisian,
psikolog, dokter, LSM, dan sebagainya.
b. Koordinator
Mengkoordinir pelaksanaan konferensi kasus sesuai kebutuhan anak
sekolah, menetapkan penyedia pelayanan untuk anak usia sekolah
c. Case finder
Mengembangkan tanda dan gejala kesehatan yang terjadi pada agregat
anak usia sekolah, menggunakan proses diagnostik untuk
mengidentifikasi potensial kasus penyakit dan risiko pada anak usia
sekolah.
d. Case manager
Mengidentifikasi kebutuhan anak usia sekolah, merancang rencana
perawatan untuk memenuhi kebutuhan anak usia sekolah, mengawasi
pelaksanaan pelayanan dan mengevaluasi dampak pelayanan.
e. Pendidik
Mengembangkan rencana pendidikan kepada keluarga dengan anak
usia sekolah di masyarakat dan anak usia sekolah di institusi formal,
memberikan pendidikan kesehatan sesuai kebutuhan, mengevaluasi
dampak pendidikan kesehatan.
f. Konselor
Membantu anak usia sekolah mengidentifikasi masalah dan alternatif
solusi, membantu anak usia sekolah mengevaluasi efek solusi dan
pemecahan masalah.
g. Peneliti
Merancang riset terkait anak usia sekolah, mengaplikasikan hasil riset
pada anak usia sekolah, mendesiminasikan hasil riset.
h. Care giver
Mengkaji status kesehatan komunitas anak usia sekolah, menetapkan
diagnosa keperawatan, merencanakan intervensi keperawatan,
melaksanakan rencana tindakan dan mengevaluasi hasil intervensi.

xi
x
i. Pembela
Memperoleh fakta terkait situasi yang dihadapi anak usia sekolah,
menentukan kebutuhan advokasi, menyampaikan kasus anak usia
sekolah terhadap pengambil keputusan, mempersiapkan anak usia
sekolah untuk mandiri (Effendi, 2012).

xx
No. Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Perilaku kesehatan Keseimbangan Gaya Hidup (2013) Modifikasi perilaku (4360)
cenderung beresiko Setelah dilakukan tindakan 1. Tentukan motivasi klien terhadap perubahan
keperawatan selama 1x pertemuan, 2. Dukung untuk mengganti kebiasaan yang tidak
masalah keperawatan dapat teratasi diinginkan dengan kebiasaan yang diinginkan
dengan kriteria hasil : 3. Kenalkan klien pada orang yang telah berhasil
1. Mengenali kebutuhan untuk melewati pengalaman yang sama
menyeimbangkan aktivitas- 4. Tetapkan perilaku awal sebelum memulai
aktivitas hidup dari skala 2 jarang perubahan
dilakukan menjadi skala 4 sering
dilakukan
2. Menggunakan manajemen waktu
dalam rutinitas harian dari skala 2
jarang dilakukan menjadi skala 4
sering dilakukan
3. Mengidentifikasi kekuatan
personal dari skala 2 jarang
dilakukan menjadi skala 4 sering
dilakukan
4. Mencari informasi tentang stategi
untuk aktivitas hidup yang
seimbang dari skala 2 jarang
dilakukan menjadi skala 4 sering
dilakukan
2. Defisien Kesehatan Status Kesehatan Komunitas Pengembangan Kesehatan Komunitas (8500)
Komunitas (2701) 1. Identifikasi bersama komunitas mengenai
1. Status kesehatan remaja dari skala masalah, kekuatan, dan perioritas kesehatan
2 cukup baik menjadi skala 4 2. Berikan kesempatan berpartisipasi bagi semua
sangat baik segmen kounitas
2. Tingkat patisipasi dalam 3. Bantu anggota komunitas untuk meningkatkan
pelayanan keperawatan kesehatan kesadaran dan memberikan perhatian mengenai
prepentif dari skala 2 cukup baik masalah masalah kesehatan.
menjadi skala 4 sangat baik 4. Sediakan lingkungan, ciptakan situasi dimana
3. Tingkat partisipasi dalam program individu dan kelompok merasa aman untuk
kesehatan komunitas dari skala 2 mengkspresikan pandangan mereka
cukup baik menjadi skala 4 sangat
baik
4. Tingkat partisipasi dalam program
kesehatan sekolah dari skala 2
cukup baik menjadi skala 4 sangat
baik
3. Defisiensi ppengetahuan Pengetahuan promosi Kesehatan Pendidikan Kesehatan (5510)
(1823) 1. Targetkan sasaran pada kelompok beresiko
1. Perilaku yang meningkatkan tinggi dan rentang usia yang akan mendapat
kesehatan dari skala 2 manfaat besar dari pendidikan kesehatan
pengetahuan terbatas menjadi 2. Tentukan pengetahuan kesehatan dan gaya hidup
skala 4 pengetahuan banyak perilaku saat ini pada individu, keluarga, dan
2. Sumber informasi peningkatan kelompok sasaran
kesehatan terkemuka dari skala 2 3. Rumuskan tujuan dalam program pendidikan
pengetahuan terbatas menjadi kesehatan
skala 4 pengetahuan banyak 4. Identifikasi sumber daya yang diperlukan untuk
3. Efek kesehatan yang merugikan melaksanakan program.
akibat penggunaan alkohol dari
skala 2 pengetahuan terbatas
menjadi skala 4 pengetahuan
banyak
 Definisi Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
Usaha Kesehatan Sekolah atau yang biasa disingkat UKS adalah upaya
pendidikan dan kesehatan yang dilaksanakan secara terpadu, sadar, berencana,
terarah dan bertanggung jawab dalam menanamkan, menumbuhkan,
mengembangkan, dan membimbing untuk menghayati, menyenangi, dan
melaksanakan prinsip hidup sehat dalam kehidupan peserta didik sehari-hari
(Ananto, 2006).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 tahun 2014 kesehatan
sekolah diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta
didik dalam lingkungan yang sehat, sehingga peserta didik dapat tumbuh dan
berkembang secara harmonis dan optimal menjadi sumber daya manusia yang
berkualitas (UU RI, 2014).
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah usaha untuk membina dan
mengembangkan kebiasaan dan perilaku hidup sehat pada peserta didik usia
sekolah yang dilakukan secara menyeluruh (komprehensif) dan terpadu
(integrative) melalui program pendidikan dan penyuluhan kesehatan. UKS
adalah bagian dari usaha kesehatan pokok yang sesuia beban tugas puskesmas
yang di tujukan kepada sekolah-sekolah. Untuk optimalisasi program UKS
perlu ditingkatkan peran serta peserta didik sebagai subjek dan bukan hanya
objek. Dengan UKS ini diharapkan mampu menanamkan sikap dan perilaku
hidup sehat pada dirinya sendiri dan mampu menolong orang lain. Dari
pengertian ini maka UKS dikenal pula dengan child to child programe.
Program dari anak, oleh anak, dan untuk anak untuk menciptakan anak yang
berkualitas
 Tujuan usaha kesehatan sekolah
1) Tujuan Umum
Tujuan Usaha Kesehatan Sekolah secara umum adalah meningkatkan
kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik sedini mungkin
serta menciptakan lingkungan sekolah yang sehat, sehingga memungkinkan
pertumbuhan dan perkembangan anak yang harmonis dan optimal dalam
rangka pembentukan manusia Indonesia yang berkualitas.

xx
iv
2) Tujuan Khusus
Untuk meningkatkan derajat kesehatan peserta didik yang mencakup upaya
menurunkan angka kesakitan anak sekolah, meningkatkan kesehatan peserta
didik, baik fisik, mental maupun sosial, serta memberikan pengetahuan
sikap dan keterampilan untuk melaksanakan prinsip hidup sehat.
 Fungsi UKS
Dalam pelaksanaannya UKS memiliki dua fungsi dasar yaitu:
a. Fungsi Pendidikan UKS berperan dalam memberikan pengetahuan yang
berkaitan dengan masalah-masalah kesehatan pada peserta didik.
b. Fungsi Pemeliharaan dan Kesehatan, hal yang dapat dilakukan:
1 Pemeriksaan kesehatan umum kepada murid dan warga sekolah.
2 Pencegahan penyakit menular, misalnya penyuluhan tentang gejala
penyakit dan pemberian masker.
3 Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K). UKS bisa menjadi tempat
pertolongan sementara untuk tindakan medis sebelumbantuan dari rumah
sakit/puskesmas.
4 Pengawas kebesihan sekolah. Lingkungan sekolah yang bersih adalah
syarat menciptakan lingkungan yang sehat
5 Peningkatan kesehatan siswa dan warga sekolah Fungsi UKS tersebut
dijalankan berdasarkan TRIAS UKS yaitu, pendidikan kesehatan,
pelayanan kesehatan, pembinaan lingkungan sekolah sehat (DepkesRI,
2017).
 TRIAS UKS
1. Pendidikan Kesehatan
a. Tujuan pendidikan kesehatan ialah agar peserta didik:
1) Memiliki pengetahuan tentang kesehatan,termasuk cara hidup sehat
dan teratur;
2) Memiliki nilai dan sikap yang positif terhadap prinsip hidup sehat;
3) Memiliki keterampilan dalam melaksanakan hal yang berkaitan
dengan pemeliharaan, pertolongan, dan perawatan kesehatan;
4) Memiliki perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS);

xx
v
5) Mengertidan dapat menerapkan prinsip-prinsip pencegahan penyakit.
6) Memiliki daya tangkal terhadap pengaruh buruk diluar (narkoba, arus
informasi, dan gaya hidup yang tidak sehat).
b. Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan
Pelaksanaan pendidikan kesehatan sesuai dengan Garis-garis Besar
Program Pengajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan,
yang diberikan pengenalan, pembangkit minat, dan penanaman
kebiasaan hidup sehat. Materi pendidikan kesehatan mencakup:
1) Kebersihan dan kesehatan pribadi
2) Kebersihan dan kerapihan lingkungan
3) Makanan dan minuman sehat.
Pelaksanaan pendidikan kesehatan dapat diberikan melalui kegiatan
kurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler. Penjelasannya adalah sebagai
berikut:
1) Kegiatan intrakurikuler
Pelaksanaan pendidikan kesehatan pada jam pelajaran sesuai dengan
Garis-garis besar program pengajaran mata pelajaran sains dan ilmu
pengetahuan sosial. Pelaksanaannya dilakukan melalui peningkatan
pengetahuan, penanaman nilai dan sikap positif terhadap prinsip
hidup sehat dan peningkatan keterampilan dalam melaksanakan hal
yang berkaitan dengan pemeliharaan pertolongan dan perawatan
kesehatan.
K Kegiatan ekstrakurikuler
2) Pelaksanaan pendidikan kesehatan melalui kegiatan kurikuler adalah
pelaksanaan pendidikan pada jam pelajaran. Pelaksanaan Pendidikan
Kesehatan sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) khususnya pada standard isi yang telah diatur dalam
Peraturan Mendiknas nomor 22 tahun 2006 pada mata pelajaran
Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan dengan tujuan antara
lain untuk memperluas pengetahuan dan keterampilan siswa serta

xx
vi
melengkapi upaya pembinaan manusia Indonesia seutuhnya.
Pelaksanaan pendidikan kesehatan pada jam pelajaran sesuai dengan
Garis-garis besar program pengajaran mata pelajaran sains dan ilmu
pengetahuan sosial. Pelaksanaannya dilakukan melalui peningkatan
pengetahuan, penanaman nilai dan sikap positif terhadap prinsip
hidup sehat dan peningkatan keterampilan dalam melaksanakan hal
yang berkaitan dengan pemeliharaan pertolongan dan perawatan
kesehatan.
3) Kegiatan ekstrakurikuler
Pelaksanaan pendidikan kesehatan melalui kegiatan kurikuler adalah
pelaksanaan pendidikan pada jam pelajaran. Pelaksanaan Pendidikan
Kesehatan sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) khususnya pada standard isi yang telah diatur dalam
Peraturan Mendiknas nomor 22 tahun 2006 pada mata pelajaran
Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan dengan tujuan antara
lain untuk memperluas pengetahuan dan keterampilan siswa serta
melengkapi upaya pembinaan manusia Indonesia seutuhnya.
Kegiatan ekstrakurikuler mencakup kegiatan yang berkaitan dengan
pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan
lingkungan sekolah/madrasah sehat. Kegiatan ekstrakurikuler yang
berkaitan dengan pendidikan kesehatan antara lain;
a) Wisata siswa;
b) Kemah (Persami);
c) Ceramah, diskusi;
d) Lomba-lomba;
e) Bimbingan hidup sehat;
f) Apotik hidup;
g) Kebun sekolah;
h) Kerja bakti;
i) Majalah dinding;
j) Pramuka;

xx
vii
k) Piket sekolah.
c. Pendekatan dan metode
Beberapa pendekatan yang dapat dilakukan dalam rangka melaksanakan
pendidikan kesehatan antara lain ialah:
1) Pendekatan individual
2) Pendekatan kelompok
Agar tujuan pendidikan kesehatan bagi para peserta didik dapat tercapai
secara optimal dalam pelaksanaannya hendaknya memperhatikan hal-
hal sebagai berikut:
1) Sesuai dengan tingkat kemampuan dan perbedaan individual peserta
didik
2) Diupayakan sebanyak-banyaknya melibatkan peran aktif peserta didik
3) Sesuai dengan situasi dan kondisi setempat
4) Selalu mengacu pada tujuan pendidikan kesehatan termasuk upaya
alih teknologi
5) Memperhatikan kebutuhan pembangunan nasional
6) Mengikuti/memperhatikan perkembangan pengetahuan dan teknologi
Metode Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan
1) Penyajian/ceramah
Penyajian materi menggunakan metode ceramah, diskusi, demontrasi,
bimbingan, permainan dan penugasan oleh guru dengan
mengikutsertakan peran aktif peserta pelatihan.
2) Menanamkan Kebiasaan
Menanamkan kebiasaan dilakukan dengan penugasan untuk
melakukan cara hidup sehari-hari dan diadakan pemeriksaan serta
pengamatan yang terus menerus dan berkelanjutan oleh guru dan
kepala sekolah serta petugas kesehatan (Ananto, 2006, Depdiknas,
2006).
3) Belajar kelompok;
4) Kerja kelompok/penugasan;
5) Belajar perorangan;

xx
vii
6) Pemberian tugas;
7) Karya wisata;
8) Bermain peran;
9) Tanya jawab;
10) Simulasi;
2. Pelayanan Kesehatan
a. Tujuan pelayanan kesehatan di sekolah/madrasah
Tujuan pelayanan kesehatan di sekolah/madrasah adalah untuk:
Meningkatkan kemampuan dan keterampilan melakukan tindakan hidup
sehat dalam rangka membentuk perilaku hidup sehat.
1) Meningkatkan daya tahan tubuh peserta didik terhadap Penyakit dan
mencegah terjadinya penyakit, kelainan dan cacat.
2) Menghentikan proses penyakit dan pencegahan komplikasi akibat
penyakit, kelainan, pengembalian fungsi dan peningkatan
kemampuan peserta didik yang cedera/cacat agar dapat berfungsi
optimal.
b. Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan di sekolah dilaksanakan oleh Tim Kesehatan dari
Puskesmas bekerjasama dengan guru dan kader kesehatan sekolah.
Pelayanan Kesehatan sekolah dilaksanakan secara menyeluruh
(komprehensif), dengan mengutamakan kegiatan promotif dan preventif
serta didukung kegiatan kuratif dan rehabilitatif untuk mencapai derajat
kesehatan yang optimal meliputi:
1) Kegiatan Peningkatan (Promotif)
Kegiatan promotif (peningkatan) dilaksanakan melalui kegiatan
penyuluhan kesehatan dan latihan keterampilan yang dilaksanakan
secara ekstrakurikuler, misalnya PHBS, Palang Merah Remaja, dll.
2) Kegiatan Pencegahan (Preventif)
Kegiatan pencegahan dilaksanakan melalui kegiatan peningkatan
daya tahan tubuh, kegiatan pemutusan mata rantai penularan
penyakit dan kegiatan penghentian proses penyakit pada tahap dini

xx
ix
sebelum timbul penyakit, yaitu: Pemeliharaan kesehatan yang
bersifat umum maupun yang bersifat khusus untuk penyakit-penyakit
tertentu, antara lain demam berdarah, kecacingan, muntaber,
penjaringan (screening) kesehatan bagi anak yang baru masuk
sekolah, pemeriksaan berkala kesehatan tiap 6 bulan, dll.
3) Kegiatan Penyembuhan dan Pemulihan (Kuratif dan Rehabilitatif)
Kegiatan penyembuhan dan pemulihan dilakukan melalui kegiatan
mencegah komplikasi dan kecacatan akibat proses penyakit atau
untuk meningkatkan kemampuan peserta didik yang cedera atau
cacat agar dapat berfungsi optimal, yaitu: Diagnosa dini; pengobatan
ringan; pertolongan pertama pada kecelakaan dan pertolongan
pertama pada penyakit; dan rujukan medik.
3. Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat
Lingkungan sekolah sehat adalah lingkungan suatu sekolah yang
mendukung tumbuh kembang dan perilaku peserta didik serta pengaruh
negatifnya (Harmawan, 2015). Lingkungan sekolah dibedakan menjadi dua
yaitu lingkungan fisik dan non fisik. Pembinaan lingkungan sekolah
merupakan hal yang sangat penting dalam mewujudkan lingkungan yang
sehat. Lingkungan sehat akan berpengaruh pada kesehatan komunitas di
sekitarnya termasuk lingkungan seolah bersih dan sehat akan berpengaruh
pada daya serap dalam proses belajar mengajar. Menurut (Yuniarsyah,
2014) Pembinaan lingkungan kehidupan sekolah sehat, baik fisik, mental,
sosial maupun sosial meliputi:
a) Pelaksanaan 7k (kebersihan, keindahan, kenyamanan, ketertiban,
keamanan, kerindangan dan kekeluargaan).
b) Pembinaan dan pemeliharaan kesehatan lingkungan termasuk bebas asap
rokok
c) Pembinaan kerjasama antar masyarakat sekolah (guru, murid, pegawai
sekolah, orang tua murid dan masyarakat sekitar).
Adapun Pelaksanaan pembinaan lingkungan sekolah sehat meliputi kegiatan
identifikasi masalah, perencanaan, intervensi, pemantauan dan evaluasi serta

xx
x
pelaporan (KemPenBud, 2012).
a) Identifikasi faktor resiko lingkungan sekolah Identifikasi faktor resiko
dilakukan dengan cara melihat atau mengamat dengan instrumen.
Analasia dilakukan dengan cara membandingkan hasil pengamatan
dengan standar yang telah ditentukan. Mengindetifikasi faktor resiko
sangat berpengaruh pada intervensi yang akan dilakukan.
b) Perencanaan Perencanaan yang dimaksud adalah kegiatan yang akan
dilakukan setelah melakukan identifikasi faktor resiko yang disusun
secara sistematis. Setiap perencanaan terdapat evaluasi dan indikator
keberhasilan.
c) Intervensi terhadap fartor resio lingkungan dan perilaku pada prinsipnya
meliputi tiga kegiatan yaitu; penyuluhan, perbaikan sarana; dan
pengendalian.
 Sasaran UKS
Sasaran pelayanan UKS adalah seluruh peserta didik dari tingkat pendidikan
Sekolah Taman Kanak-Kanak, Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah,
Pendidikan Agama, Pendidikan Kejuruan, dan Pendidikan Khusus (SLB)
Sasaran pembinaan dan pengembangan UKS meliputi (Djatmiko, Yayat
Hayati, Prof. Dr. 2008):
1 Sasaran Primer: peserta didik
2. Sasaran Sekunder: guru, pamong belajar/ tutor, komite sekolah/orang tua,
pengelola pendidikan dan pengelola kesehatan, serta TP UKS disetiap
jenjang
3. Sasaran Tertier: Lembaga pendidikan mulai dari tingkat prasekolah sampai
pada sekolah lanjutan tingkat atas, termasuk satuan pendidikan luar sekolah
dan perguruan agama beserta lingkungannya.
Untuk sekolah dasar usaha kesehatan sekolah diprioritaskan pada kelas I, III
dan kelas VI alasannya adalah (Ahmad Selvia. 2009):
• Kelas I: Merupakan fase penyesuaian dalam lingkungan sekolah yang baru
dan mulai lepas dari pengawasan orang tua. Kemungkinan kontak dari
berbagai penyebab penyakit lebih besar karena ketidak tahuan dan

xx
xi
ketidakmengertian tentang kesehatan. Di samping itu, kelas satu adalah saat
yang baik di berikan imunisasi ulangan. Pada kelas satu ini di lakukan
penjaringan untuk mendeteksi kemungkinan adanya kelainan yang mungkin
timbul sehingga mempermudah pengawasan untuk jenjang berikutnya
(Ahmad Selvia. 2009).
• Kelas III: Di laksanakan di kelas tiga untuk mengevaluasi hasil pelaksanaan
UKS di kelas satu terdahulu dan langkah-langkah selanjutnya yang akan di
lakukan dalam program pembinaan UKS (Ahmad Selvia. 2009).
• Kelas VI: Dalam rangka mempersiapkan kesehatan peserta didik ke jenjang
pendidikan selanjutnya, sehingga memerlukan pemeliharaan dan pemeriksaan
kesehatan yang cukup. Untuk 12 belajar dengan efektif peserta didik sebagai
sasaran UKS memerlukan kesehatan yang baik. Kesehatan menunjukkan
keadaan yang sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Ahmad Selvia.
2009)
 Ruang Lingkup Program dan Pembinaan UKS
1. Ruang Lingkup Program UKS
Ruang lingkup UKS adalah ruang lingkup yang tercermin dalam Tiga
Program Pokok Usaha Kesehatan Sekolah (TRIAS UKS), yaitu sebagai
berikut:
a. Penyelenggaraan Pendidikan Kesehatan, yang meliputi aspek:
1 Pemberian pengetahuan dan keterampilan tentang prinsip-prinsip
hidup sehat;
2 Penanaman perilaku/kebiasaan hidup sehat dan daya tangkal
pengaruh buruk dari luar;
3 Pelatihan dan penanaman pola hidup sehat agar dapat
diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
b. Penyelenggaraan pelayanan Kesehatan di sekolah antara lain dalam
bentuk:
1) Pelayanan kesehatan;
2) Pemeriksaan penjaringan kesehatan peserta didik

xx
xii
3) Pengobatan ringan dan P3K maupun P3P;
4) Pencegahan penyakit (imunisasi, PSN, PHBS, PKHS);
5) Penyuluhan kesehatan;
6) Pengawasan warung sekolah dan perbaikan gizi;
7) Pencatatan dan pelaporan tentang keadaan penyakit dan status gizi dan
hal lainnya yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan;
8) Rujukan kesehatan ke Puskesmas;
9) UKGS;
10) Pemeriksaan berkala.
c. Pembinaan Lingkungan Kehidupan Sekolah Sehat, baik fisik, mental,
sosial maupun lingkungan yang meliputi:
1) Pelaksanaan 7K (kebersihan, keindahan, kenyamanan, ketertiban,
keamanan, kerindangan, kekeluargaan);
2) Pembinaan dan pemeliharaan kesehatan lingkungan;
3) Pembinaan kerjasama antar masyarakat sekolah (guru, peserta
didik, pegawai sekolah, komite sekolah dan masyarakat sekitar).
 Organisasi UKS
Dalam upaya memperlancar usaha pembinaan dan pengembangan serta
mencegah terjadinya tumpang tindih dari berbagai kegiatan pembinaan UKS
sebaiknya diwujudkan dalam suatu organisasi di sekolah, dengan demikian
kegiatan lintas sektoral dari berbagai instansi yang berkepentingan mutlak
diperlukan (Djatmiko, Yayat Hayati, Prof. Dr. 2008). Kerangka kerja sama
pengorganisasian sistem kerja operasional UKS harus dipahami sebaik-
baiknya, sebab tidak sedikit sekolah atau guru beranggapan bahwa UKS
merupakan tugas dari petugas kesehatan saja atau sebaliknya petugas
kesehatan menganggap UKS merupakan tanggungjawab jajaran pendidikan
sekolah atau guru semata-mata (Djatmiko, Yayat Hayati, Prof. Dr. 2008).
Sebenarnya untuk mewujudkan sistem kerja operasional UKS ditingkat
TK/RA, SD/SDLB dan MI perlu adanya realisasi tim pelaksana UKS
ditingkat tersebut yang sesuai dengan prosedurnya, seperti (Djatmiko, Yayat
Hayati, Prof. Dr. 2008):

xx
xii
 Pembina: Lurah/Kepala Desa
 Ketua: Kepala Sekolah/Kepala Madrasah
 Sekretaris I: Guru Pembina UKS/Pembina UKS
 Sekretaris II: Ketua Komite Sekolah/Majelis Madrasah
 Anggota: Unsur Komite Sekolah, Petugas UKS Puskesmas/ Bidan Desa
Unsur Guru dan Unsur Siswa. Memperhatikan kenyataan di lapangan,
keberhasilan dalam pelaksanaan UKS melibatkan berbagai institusi, dari
Departemen dan Instansi.
 Lingkungan sekolah sehat adalah lingkungan suatu sekolah yang
mendukung tumbuh kembang dan perilaku peserta didik serta pengaruh
negatifnya (Harmawan, 2015).===================
Q. Strata UKS
Keberhasilan 3 program UKS yang mencakup pendidikan kesehatan,
pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan sehat ditunjukkan dalam suatu
strata UKS. Strata pelaksanaan UKS dibagi ke dalam 4 tingkatan yaitu strata
minimal, strata standard, strata optimal dan strata paripurna. Setiap strata
terdiri dari tiga variabel utama yaitu 3 program pokok UKS yang terdiri dari
Pendidikan Kesehatan, Pelayanan Kesehatan dan Pembinaan Lingkungan
Sekolah Sehat (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar. 2012).
1. Pendidikan Kesehatan
• Strata Minimal Pendidikan jasmani dilaksanakan secara kurikuler,
pendidikan kesehatan dilakukan secara kurikuler, guru membuat rencana
pembelajaran pendidikan kesehatan dan adanya buku pegangan guru dan
bacaan tentang pendidikan kesehatan (Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar. 2012)
• Strata Standar Dipenuhinya strata minimal dan memiliki guru mata
pelajaran jasmani (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar. 2012).
• Strata Optimal Dipenuhinya strata standar, pendidikan kesehatan
terintegrasi pada mata pelajaran lain, pendidikan kesehatan dilaksanakan

xx
xi
secara ekstrakulikuler, memiliki alat peraga pendidikan kesehatan,
memiliki media pendidikan kesehatan (poster dan lain-lain)
(Kementerian 19 Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar. 2012).
• Strata Paripurna Meliputi dilaksanakannya strata optimal, memiliki guru
pembina UKS, adanya program kemitraan pendidikan kesehatan dengan
instansi terkait seperti Puskesmas, Kepolisian, Palang Merah Indonesia
(PMI), Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) pertanian dan lain-lain
(Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar. 2012).
2. Pelayanan Kesehatan
• Strata Minimal Meliputi dilaksanakannya penyuluhan kesehatan,
dilaksanakannya imunisasi, penyuluhan kesehatan gigi dan sikat gigi
masal minimal kelas 1, 2, 3 SD (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar. 2012).
• Strata Standar Meliputi dilaksanakannya strata minimal, ada penjaringan
kesehatan, pemeriksaan kesehatan berkala tiap 6 bulan, termasuk
pengukuran tinggi dan berat badan, pencatatan hasil pemeriksaan
kesehatan siswa pada buku Kartu Menuju Sehat (KMS), ada rujukan bila
diperlukan, ada dokter kecil, melaksanakan Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan (P3K), dan pengawasan warung/kantin sekolah (Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar. 2012).
• Strata Optimal Meliputi memenuhi strata standar, dana sehat/dana UKS,
dan pelayanan medik gigi dasar atas permintaan siswa (Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar. 2012).
• Strata Paripurna 20 Meliputi memenuhi strata optimal, konseling
Kesehatan Remaja bagi siswa, pengukuran tingkat kesegaran jasmani
(Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan
Dasar. 2012).
3. Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat
• Strata Minimal Meliputi ada air bersih, tempat cuci tangan,

xx
xv
WC/jambanyang berfungsi, tempat sampah, saluran pembuangan air kotor
yang berfungsi, halaman/pekarangan/lapangan, memiliki pojok UKS,
melakukan kegiatan mengubur, menguras dan membakar (3M) plus, sekali
seminggu (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar. 2012).
• Strata Standar Meliputi memenuhi strata minimal, kantin/warung sekolah,
memiliki pagar, penghijauan/perindangan, ada air bersih di sekolah dengan
jumlah yang cukup, memiliki ruang UKS tersendiri, dengan peralatan
sederhana, memiliki tempat ibadah, lingkungan sekolah bebas jentik, jarak
papan tulis dengan bangku terdepan 2,5 m, dan melaksanakan pembinaan
sekolah kawasan tanpa rokok, bebas narkoba dan miras (Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar. 2012).
• Strata Optimal Meliputi memenuhi strata standar, tempat cuci tangan di
beberapa tempat dengan air mengalir/kran, tempat cuci peralatan
masal/makan di kantin/warung sekolah, petugas kantin yang bersih dan
sehat, tempat sampah di tiap kelas dan tempat penampungan sampah akhir
di sekolah, jamban/WC siswa dan guru yang memenuhi syarat kesehatan
dan kebersihan, halaman yang cukup luas untuk upacara dan berolahraga,
pagar yang aman, memilki ruang UKS tersendiri dengan peralatan yang
lengkap, dan terciptanya sekolah kawasan tanpa rokok, bebas narkoba dan
miras (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar. 2012)
• Strata Paripurna Meliputi memenuhi strata optimal, tempat cuci tangan di
setiap kelas dengan air mengalir/kran dilengkapi sabun, kantin dengan
menu gizi seimbang dengan petugas kantin yang terlatih, air bersih yang
memenuhi syarat kesehatan, sampah langsung diangkut dan dibuang ke
tempat pembuangan sampah di luar sekolah/umum, ratio WC:siswa=1:20,
saluran pembuangan air tertutup, pagar yang aman dan indah, taman/kebun
sekolah yang dimanfaatkan dan diberi label dan pengolahan hasil kebun
sekolah, ruang kelas memenuhi syarat kesehatan (ventilasi dan
pencahayaan cukup), ratio kepadatan siswa 1:1,5-1,75 m2 , dan memiliki

xx
xv
ruang dan peralatan UKS (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar. 2012).
R. Peran Perawat dalam Program UKS
Adapun peran perawat dalam program UKS adalah:
1 Sebagai pelaksana asuhan keperawatan di sekolah, mengkaji masalah
kesehatan dan keperawatan peserta didik dengan melakukan pengumpulan
data, analisa data, perumusan masalah dan prioritas masalah, juga menyusun
perencanaan kegiatan UKS bersama TPUKS, melaksanakan kegiatan UKS
sesuai dengan rencana kegiatan yang telah disusun, penilaian dan
pemantauan hasil kegiatan UKS, dan melakukan pencatatan dan pelaporan
sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan (Nurjannah, Intansari. 2016).
2 Sebagai Pengelola kegiatan UKS. Perawat kesehatan yang bertugas di
puskesmas dapat menjadi salah seorang anggota dalam TPUKS, atau dapat
juga ditunjuk sebagai seorang koordinator UKS di tingkat puskesmas. Bila
perawat kesehatan ditunjuk sebagai koordinator maka pengelolaan
pelaksanaan UKS menjadi tanggung jawabnya atau paling tidak ikut terlibat
dalam tim pengelola UKS (Nurjannah, Intansari. 2016).
3 Sebagai Penyuluh, Peranan perawat dalam memberikan penyuluhan dapat
dilakukan secara langsung melalui penyuluhan kesehatan yang bersifat
umum dan klasikal, atau secara tidaK langsung sewaktu melakukan
pemeriksaan kesehatan peserta didik secara perseorangan (Nurjannah,
Intansari. 2016).
S. Masalah Kesehatan yang Dapat Dikurangi Melalui UKS
Adapun masalah kesehatan yang dapat dicegah dengan pelaksanaan UKS
adalah: Sanitasi dan air bersih, kekerasan dan kecelakaan, masalah kesehatan
reproduksi remaja, kecacingan dan kebersihan diri maupun lingkungan,
masalah gizi dan anemia, imunisasi, merokok, alkohol dan penyalahgunaan
narkoba, kesehatan gigi, penyakit infeksi (malaria, gangguan saluran nafas),
HIV/AIDS dan IMS lainnya, gangguan kesehatan mental (Ahmad Selvia.
2009)
T. Persyaratan Sekolah dapat Menjalankan UKS

xx
xv
1. Mempunyai SK Tim Pelaksana UKS
2. Mempunyai guru atau petugas yang pernah ditatar UKS
3. Mempunyai ruang UKS
4. Mempunyai kader Tiwisada / KKR yang sudah ditatar
5. Melaksanakan kegiatan TRIAS UKS (Ahmad Selvia. 2009).
U. Kriteria Sekolah Sehat
Untuk menjaga dan meningkatkan kondisi kesehatan lingkungan di
sekolah/madrasah, upaya pengendalian faktor risiko disesuaikan dengan
kondisi yang ada, antara lain sebagai berikut (Keputusan Bersama Menteri
Pendidikan Nasional, Menteri Kesehatan, Menteri Agama dan Menteri Dalam
Negeri):
1. Pemeliharaan ruang dan bangunan
a. Atap dan talang dibersihkan secara berkala sekali dalam sebulan dari
kotoran/sampah yang dapat menimbulkan genangan air
b. Pembersihan ruang sekolah dan halaman minimal sekali dalam sehari
c. Pembersihan ruang sekolah harus menggunakan kain pel basah untuk
menghilangkan debu atau menggunakan alat penghisap debu
d. Membersihkan lantai dengan menggunakan larutan desinfektan
e. Lantai harus disapu terlebih dahulu sebelum di pel
f. Dinding yang kotor atau yang catnya sudah pudar harus dicat ulang
g. Bila ditemukan kerusakan pada tangga segera diperbaiki
2. Pencahayaan dan kesilauan
a. Pencahayaan ruang sekolah harus mempunyai intensitas yang cukup
sesuai dengan fungsi ruang
b. Pencahayaan ruang sekolah harus dilengkapi dengan penerangan buatan
c. Untuk menghindari kesilauan maka harus disesuaikan tata letak papan
tulis dan posisi bangku peserta didik
d. Gunakan papan tulis yang menyerap cahaya
3. Ventilasi
a. Ventilasi ruang sekolah harus menggunakan sistim silang agar udara
segar dapat menjangkau setiap sudut ruangan;

xx
xv
b. Pada ruang yang menggunakan AC (Air Conditioner) harus disediakan
jendela yang bisa dibuka dan ditutup
c. Agar terjadi penyegaran pada ruang ber-AC, jendela harus dibuka terlebih
dahulu minimal satu jam sebelum ruangan tersebut dimanfaatkan
d. Filter AC harus dicuci minimal 3 bulan sekali
4. Kepadatan ruang kelas
a. Kepadatan ruang kelas dengan perbandingan minimal setiap peserta didik
mendapat tempat seluas 1,75 M2 . Rotasi tempat duduk perlu dilakukan
secara berkala untuk menjaga keseimbangan otot mata.
b. Jarak papan tulis 25
• Jarak papan tulis dengan peserta didik paling depan minimal 2,5 M;
• Jarak papan tulis dengan peserta paling belakang maksimal 9 M;
• Petugas menghapus papan tulis sebaiknya menggunakan masker.
5. Sarana cuci tangan
a. Tersedia air bersih yang mengalir dan sabun
b. Tersedia saluran pembuangan air bekas cuci tangan;
c. Bila menggunakan tempat penampungan air bersih maka harus
dibersihkan minimal seminggu sekali.
6. Kebisingan Untuk menghindari kebisingan agar tercapai ketenangan dalam
proses belajar, maka dapat dilakukan dengan cara
a. Lokasi jauh dari keramaian, misalnya; pasar, terminal, pusat hiburan,
jalan protokol, rel kereta api;
b. Penghijauan dengan pohon berdaun lebat dan lebar;
c. Pembuatan pagar tembok yang tinggi.
7. Air Bersih
a. Sarana air bersih harus jauh dari sumber pencemaran (tangki septic,
tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, dll);
b. Bila terjadi keretakan pada dinding sumur atau lantai sumur agar segera
diperbaiki;
c. Tempat penampungan air harus dibersihkan/dikuras secara berkala.
8. Toilet

xx
xi
a. Toilet harus selalu dalam keadaan bersih dan tidak berbau
b. Bak air harus dibersihkan minimal sekali dalam seminggu, dan bila tidak
digunankan dalam waktu lama (libur panjang) maka bak air harus
dikosongkan agar tidak menjadi tempat perindukan nyamuk
c. Menggunakan desinfektan untuk membersihkan lantai, closet serta
urinoar
d. Tersedia sarana cuci tangan dan sabun untuk cuci tangan.
9. Sampah
a. Tersedia tempat sampah di setiap ruangan;
b. Pengumpulan sampah dari seluruh ruang dilakukan setiap hari dan
dibuang ke tempat pembuangan sampah sementara
c. Pembuangan sampah dari tempat pembuangan sampah sementara ke
tempat pembuangan sampah akhir dilakukan maksimal 3 hari sekali
d. Sarana pembuangan air limbah Membersihkan saluran pembuangan
limbah terbuka minimal seminggu sekali agar tidak terjadi perindukan
nyamuk dan tidak menimbulkan bau.
e. Vektor (pembawa penyakit) Agar lingkungan sekolah bebas dari nyamuk
demam berdarah maka harus dilakukan kegiatan;
f. Kerja bakti rutin sekali dalam seminggu dalam rangka pemberantasan
sarang nyamuk
g. Menguras bak penampungan air secara rutin minimal seminggu sekali
dan bila libur panjang dikosongkan;
h. Bila ada kolam ikan dirawat agar tidak ada jentik nyamuk;
i. Pengamatan terhadap jentik nyamuk di setiap penampungan air atau
wadah yang berpontensi adanya jentik nyamuk. Hasil pengamatan
dicatat untuk menghitung container indeks.
10. Kantin/Warung sekolah
a. Makanan jajanan harus dibungkus dan atau tertutup sehingga terlindung
dari lalat, binatang lain dan debu;
b. Makanan tidak kadaluarsa;
c. Tempat penyimpanan makanan dalam keadaan bersih, terlindung dari

xl
debu, terhindar dari baham berbahaya, serangga dan hewan lainnya;
d. Tempat pengolahan atau penyiapan makan harus bersih dan memenuhi
syarat kesehatan sesuai ketentuan yang berlaku;
e. Peralatan yang digunakan untuk mengolah, menyajikan dan peralatan
makan harus bersih dan disimpan pada tempat yang bebas dari
pencemaran
f. Peralatan digunakan sesuai dengan peruntukkannya;
g. Dilarang menggunakan kembali peralatan yang dirancang untuk sekali
pakai;
h. Penyaji makanan harus selalu menjaga kebersihan, mencuci tangan
sebelum memasak dan setelah dari toilet;
i. Bila tidak tersedia kantin di sekolah maka harus dilakukan pembinaan dan
pengawasan terhadap penjaja makanan disekitar sekolah. Pembinaan dan
pengawasan meliputi jenis makanan/minuman yang dijual, penyajian,
kemasan, bahan tambahan (pengawet, pewarna, penyedap rasa).
11. Halaman
a. Melakukan penghijauan;
b. Melakukan kebersihan halaman sekolah secara berkala seminggu sekali;
c. Menghilangkan genangan air di halaman dengan menutup/mengurug atau
mengalirkan ke saluran umum;
d. Melakukan pengaturan dan pemeliharaan tanaman;
e. Memasang pagar keliling yang kuat dan kokoh tetapi tetap
memperhatikan aspek keindahan.
12. Meja dan kursi peserta didik Desain meja dan kursi harus memperhatikan
aspek ergonomis, permukaan meja/bangku memiliki kemiringan ke arah
pengguna sebesar 15% atau sudut 10◦C
13. Perilaku
a. Mendorong peserta didik untuk berperilaku hidup bersih dan sehat
dengan memberikan kateladanan, misalnya tidak merokok di sekolah;
b. Membiasakan membuang sampah pada tempatnya;
c. Membiasakan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir setelah

xli
buang air besar, sebelum menyentuh makanan, setelah beramain atau
setelah beraktifitas lainnya;
d. Membiasakan memilih makanan jajanan yang sehat.
14. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah PHBS merupakan
singkatan dari Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yaitu sekumpulan perilaku
yang dipraktekkan atas dasar kesadaran sebagai upaya agar dirinya sehat
dan aktif membantu kesehatan masyarakat di sekitarnya. PHBS memang
sepertinya mudah dikatakan tapi penerapannya sangat sulit karena
membutuhkan kesadaran dan kesungguhan akan pentingnya menjaga
kesehatan. Semua perilaku manusia sebenarnya pasti punya pengaruh
terhadap kesehatan, apapun bentuknya, mulai dari makan, tidur, mandi,
berpakaian, sampai cara belajar, hanya saja diprioritaskan mana perilaku
yang berpotensi menimbulkan penyakit (Herdman,T. Heather, 2012). Pada
anak usia 6-12 tahun PHBS dilakukan tidak hanya di lingkungan rumah tapi
juga di lingkungan sekolah. PHBS pada usia dini baik untuk mendidik dan
menanamkan kesadaran akan pentingnya kebersihan sebagai upaya menjaga
kesehatan diri dan lingkungan. Upaya PHBS yang dapat dilakukan pada
usia anak-anak diantaranya (Herdman, T. Heather, 2012):
a. Mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun
Mencuci tangan dilakukan setiap selesai beraktivitas apakah itu
membantu orang tua atau bermain serta setiap sebelumakan. Mencuci
tangan yang baik adalah mencuci tangan di air yang mengalir,
tujuannya agar kotoran dari hasil cuci sebelumnya tidak ikut digunakan
saat membilas, karena jika membilas dengan air kotoran bekas mencuci
maka kotorannya akan kembali mene mpel di tangan. Mencuci tangan
juga sebaiknya dilakukan dengan sabun dengan tujuan agar
kumankuman penyakit bisa lebih mudah diangkat dan dibunuh
(Departemen Kesehatan RI, 2008).
b. Makan sayur buah dan daging Makan tidak hanya cukup dengan nasi,
utamakan makan dengan sayuran, jika bisa lauknya bervariasi setiap
harinya. Makan yang sehat bukan berarti makan yang mewah yang

xli
i
penting lengkap, ada nasi, sayur, daging, dan buah jika perlu tambahkan
susu. Belajarlah untuk menyukai makan sayur sejak kecil (Departemen
Kesehatan RI, 2008).
c. Jajan di kantin sekolah yang sehat Saat jajan di kantin sebaiknya pilih
jajan yang sehat, jajan yang sehat itu adalah jajan yang bersih dan jauh
dari jangkauan lalat. Jajan makanan yang banyak dihinggapi lalat bisa
menyebabkan diare karena lalat yang tadinya hinggap di kotoran akan
membawa kuman penyakit pada makanan yang akan ia hinggapi
(Departemen Kesehatan RI, 2008).
d. Menggosok gigi secara teratur Menjaga kesehatan mulut dan gigi penting
terutama saat masa pergantian dari gigi susu. Cara yang paling mudah
menjaga kesehatan mulut dan gigi adalah dengan menggosok gigi secara
teratur. Menggosok gigi sebaiknya dilakukan setiap selesai makan dan
sebelum tidur karena saat itulah kuman berkembang dengan cepat dan
berpotensi merusak gigi (Departemen Kesehatan RI, 2008).
e. Mandi dan keramas teratur Mandi penting agar kulit terhindar dari
penyakit jamur seperti kada dan kurap. Mandi bisa dilakukan 2 kali
sehari atu jika kekurangan air 1 kali sehari cukup, sedangkan keramas
sebaiknya dilakukan setiap 3 hari sekali. Keramas bertujuan agar rambut
tetap sehat dan menghindari tumbuhnya kutu dan jamur (Departemen
Kesehatan RI, 2008).
f. Membuang sampah pada tempatnya Sampah merupakantempat
berkembangnya lalat dan kuman penyakit, dengan mengurangi jumlah
sampah berarti juga mengurangi lalat dan bibit penyakit. Cara
mengurangi jumlah sampah yaitu dengan membuang sampah pada
tempatnya, jika perlu pisahkan antara sampah plastik, kaca, kaleng, dan
daun-daunan (organik) dengan membuang dan 30 memisahkan sampah,
maka akan mempermudah pengelolaannya, sampah plastik, kaca dan
kaleng bisa dijual dan didaur ulang sedangkan sampah daun bisa
dijadikan pupuk atau dibakar saja (Departemen Kesehatan RI, 2008).
g. Tidak merokok Saat ini banyak kasus di mana anak-anak sudah bisa

xli
ii
merokok, mereka merokok karena melihat orang tua atau kakaknya
yang juga perokok. Merokok sama sekali tidak memiliki dampak positif,
tapi dampak negatifnya sangat banyak mulai dari segi kesehatan dan
juga keuangan, uang jajan bisa terpotong hanya untuk membeli rokok,
alangkah baiknya jika uang rokok itu dibelanjakan untuk makan atau
keperluan sekolah, karena itu jika ada orang dewasa yang menawari
rokok, sebaiknya langsung menghindar jika perlu bantu menyadarkan
orang tua dan kakak akan bahaya rokok (Departemen Kesehatan RI,
2008).
h. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan
Mengukur tinggi dan berat badan penting untuk memantau pertumbuhan
sehingga apabila terjadi kekurangan gizi bisa cepat ditangani
(Departemen Kesehatan RI, 2008).
i. Mengikuti kegiatan olah raga di sekolah Olahraga bertujuan untuk
menjaga tubuh agar tetap sehat, olahraga seperti senam memang terlihat
sepele tapi sebenarnya memiliki manfaat yang besar karena melatih otot
tubuh agar tidak kaku selain untuk mendapatkan udara segar dan sinar
matahari pagi sebagai sumber vitamin D (Departemen Kesehatan RI,
2008).
j. Memberantas jentik nyamuk secara rutin Jika di sekolah atau rumah ada
bak penampungan air seperti gebeh atau bak mandi sebaiknya rajin
dikuras setiap minggu agar tidak menjadi sarang perkembangbiakan
nyamuk (Departemen Kesehatan RI, 2008).
k. Buang air besar dan buang air kecil di jamban sekolah Buang air besar di
jamban bertujuan agar kotoran tidak dihinggapi lalat selain untuk
mencegah bau dan pemandangan yang tidak sedap (Departemen
Kesehatan RI, 2008).
l. Tidur yang cukup Tidur yang baik anak usia 6-12 tahun adalah selama 9-
10 jam, tidur bisa dilakukan mulai jam 9 malam sampai jam 6 pagi,
sedangkan jamnya lagi untuk tidur siang setiap selesai mengerjakan
tugas di sekolah. Saat tidur di malam hari sebaiknya dengan mematikan

xli
v
lampu, selain menghemat listrik tidur tanpa nyala lampu membuat tubuh
lebih cepat beristirahat (Departemen Kesehatan RI, 2008).
X. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengumpulan Data
Pengkajian pada kelompok khusus anak sekolah dapat menggunakan model
Betty Neuman yang terdiri atas data inti komunitas dan data subsistem
komunitas meliputi:
Data inti
a. Sejarah berdirinya sekolah
1) Tanyakan kepada kepala sekolah atau guru yang mengetahui sejarah
berdirinya sekolah tersebut.
2) Tanyakan tentang perkembangan sekolah dari awal berdiri sampai
sekarang meliputi nama, tempat, dan bangunan sekolah dan kepala
sekolah yang menjabat serta siswa yang bersekolah.
b. Values (nilai-nilai yang dianut siswa), beliefs (keyakinan), dan agama
1. Tanyakan tentang nilai-nilai dan keyakinan yg dianut oleh siswa dan
guru terkait pola kebiasaan.
2. Tanyakan tentang tata tertib yg berlaku di sekolah.
3. Identifikasi tentang pola budaya yg banyak diyakini siswa dan guru
terkait dengan kesehatan.
4. Apakah terdapat masjid atau musholla (sarana ibadah) di sekolah?
5. Apakah keyakinan agamanya homogen?
c. Data siswa
1 Jumlah siswa, umur, dan jenis kelamin
2 Suku siswa dan guru di sekolah
3 Bahasa yang digunakan saat proses belajar mengajar serta saat siswa
berkomunikasi ketika jam istirahat
d. Vital statistik
1 Hasil pemeriksaan fisik
2 Kejadian siswa sakit saat di sekolah

xl
v
3 Kejadian siswa sakit sehingga tidak dapat hadir di sekolah
4 Kejadian kecelakaan di sekolah
Data subsistem
a) Lingkungan fisik
1. Kondisi fisik bangunan sekolah: denah sekolah, jumlah kelas, jenis
lantai, dinding, dan atap sekolah
2. Sumber air bersih yang ada di sekolah
3. Jumlah dan kondisi WC sekolah
4. Kondisi bangku dan meja dalam kelas
5. Papan tulis yang digunakan
6. Alat-alat kebersihan kelas
7. Tempat sampah di kelas
8. Kebersihan kelas, UKS, dan lingkungan sekolah
9. Kebersihan kantin sekolah
b. Pelayanan kesehatan
1 Fasilitas pelayanan kesehatan yang digunakan siswa dan guru ketika
sakit
2 Pemeriksaan kesehatan yang pernah dilakukan oleh tenaga kesehatan
pada siswa sekolah
c. Ekonomi
1. Uang saku siswa per hari
2. Tabungan yang dimiliki siswa
3. Iuran kelas dan sekolah
4. SPP yang dibayarkan siswa
d. Keamanan dan transportasi
1Keamanan sekolah dan kelas
2Alat transportasi yang digunakan siswa untuk pergi ke sekolah
3Alat transportasi yang digunakan siswa untuk pergi ke fasilitas
pelayanan kesehatan
e. Politik dan pemerintaha
Jenis santunan yang diberikan pada siswa jika siswa sakit, kecelakaan,

xl
vi
atau meninggal dunia
f. Sistem komunikasi
1 Alat komunikasi yang dibawa siswa ke sekolah
2 Sumber informasi yang digunakan siswa untuk mendapatkan
informasi kesehatan
g. Pendidikan
1 Penyuluhan atau pendidikan kesehatan yang pernah didapatkan siswa
h. Rekreasi
1) Tempat siswa bermain saat jam istirahat
2) Jenis permainan yang dilakukan saat jam istirahat
3) Kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah dan diikuti siswa
4) Kegiatan organisasi yang ada di sekolah dan diikuti siswa
5) Fasilitas bermain dan olahraga yang ada di sekolah
Pengolahan Data
Setelah data diperoleh, kegiatan selanjutnya adalah pengolahan data
dengan cara sebagai berikut:
1) Klasifikasi data atau kategori data
2) Penghitungan prosentase data
3) Tabulasi data
4) Interpretasi data

Analisis Data
Berdasarkan data yang telah diolah, dapat ditentukan masalah kesehatan
atau masalah keperawatan di sekolah. Jenis masalah yang sering terjadi,
antara lain:
a. 6-12 tahun, : ISPA, Gangguan pada gigi, Malnutrisi, Kecacingan,
Pneumonia, Kecelakaan
b. 13-18 tahun : Merokok, Minuman keras, Penyalahgunaan obat,
Pornografi dan pergaulan bebas, Kehamilan, Bunuh diri dan Kecelakaan

2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan ditetapkan berdasarkan masalah yang ditemukan.

xl
vii
Diagnosis keperawatan akan memberikan gambaran masalah dan status
kesehatan siswa sekolah baik yang nyata (aktual) maupun yang mungkin
terjadi (potensial) (Mubarak, 2005). Masalah aktual adalah masalah yang
diperoleh pada saat pengkajian, sedangkan masalah potensial adalah
masalah yang mungkin timbul kemudian (American Nurses of Association
(ANA). Dengan demikian diagnosis keperawatan adalah suatu
pernyataayang jelas, padat, dan pasti tentang status dan masalah kesehatan
pasien yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan. Diagnosis
keperawatan mengandung komponen utama yaitu problem (masalah) yang
merupakan kesenjangan atau penyimpangan dari kondisi normal, etiologi
(penyebab dari masalah kesehatan atau keperawatan yang dapat memberi
arah intervensi keperawatan), serta sign & symptom (tanda dan gejala)
(Mubarak, 2005).
Contoh Diagnosis Keperawatan
1. Kerusakan Gigi berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
kesehatan gigi
2. Risiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri dengan faktor risiko usia
15-19 tahun
3. Perilaku kesehatan cenderung berisiko berhubungan dengan kurang
pemahaman

3. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan terdiri dari penentuan prioritas masalah dan
penentuan intervensi yang akan dilakukan. Dalam menentukan prioritas
masalah keperawatan perlu mempertimbangkan berbagai faktor sebagai
kriteria diantaranya yaitu (Mubarak, 2005):
a. Perhatian siswa dan guru
b. Prevalensi kejadian
c. Berat ringannya masalah
d. Kemungkinan masalah untuk diatasi
e. Tersedianya sumber daya di sekolah
f. Aspek politis

xl
vii
Prioritas masalah juga dapat ditentukan berdasarkan hirarki
kebutuhan menurut Abraham H. Mashlow yaitu:
a) Keadaan yang mengancam kehidupan
b) Keadaan yang mengancam kesehatan
c) Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan
Dalam menyusun atau mengurutkan masalah atau diagnosis
keperawatan komunitas sesuai dengan prioritas (penapisan) yang digunakan
dalam keperawatan komunitas adalah format penapisan menurut Stanhope,
Lancaster, 1988:
a. Kesadaran siswa dan guru terhadap masalah
b. Motivasi siswa dan guru untuk mengatasi masalah
c. Kemampuan perawat untuk mengatasi masalah
d. Fasilitas yang tersedia untuk mengatasi
e. Adanya hambatan-hambatan dalam menyelesaikan masalah
f. Waktu yang diperlukan untuk mengatasi masalah
Langkah-langkah dalam perencanaan keperawatan komunitas mencakup
perumusan tujuan, rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan dan
kriteria hasil untuk menilai pencapaian tujuan (Mubarak, 2005).
1. Kriteria perumusan tujuan:
1) Fokus pada siswa
2) Jelas dan singkat
3) Dapat diukur dan diobservasi
4) Realistik
5) Ada target waktu
6) Melibatkan peran serta siswa dan guru
2. Langkah rencana tindakan keperawatan:
1) Identifikasi alternatif tindakan keperawatan:penyuluhan atau pelatihan
2) Tetapkan teknik dan prosedur yang akan digunakan
3) Melibatkan peran serta siswa dan guru dalam penyusunan perencanaan
kegiatan
4) Pertimbangkan fasilitas dan sumber daya sekolah yang tersedia

xli
x
5) Tindakan sesuai dengan kebutuhan siswa
6) Mengarah pada tujuan
7) Tindakan yang realistik
8) Disusun berurutan
3. Kriteria hasil digunakan untuk menilai pencapaian tujuan dan bersifat
spesifik. Kriteria evaluasi yang dapat ditentukan yaitu kriteria verbal
dan kriteria psikomotor.

l
DIAGNOSA DAN RENCANA KEPERAWATAN
NO Diagnosa NOC NIC
1. Defisiensi kesehatan NOC: Status Kesehatan Komunitas NIC: Pengembangan program
komunitas Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Bantu kelompok dalam
berhubungan dengan selama 1 kali pertemuan status mengidentifikasi kebutuhan atau
ketidakcukupan biaya kesehatan komunitas meningkat dengan masalah kesehatan yang
program, kriteria hasil: signifikan.
ketidakcukupan 1. Tingkat partisipasi dalam program 2. Prioritas kebutuhan kesehatan
sumber daya. komunitas meningkat. terhadap masalah yang
2. Prevalensi program teridentifikasi.
peningkatan kesehatan 3. Bentuk satuan petugas yang tepat
meningkat untuk memeriksa kebutuhan
prioritas masalah.
4. Edukasi anggota kelompok
perencanaan mengenai proses
perencanaan.
5. Identifikasi alternative
pendekatan untuk mengatasi
kebutuhan atau masalah.
6. Evaluasi alternative pendekatan
terkait dengan rincian biaya,
kebutuhan sumber daaya,
kelayakan daan kegiatan yang
dibutuhkan.
7. Pilih pendekatan yang paling
tepat.
8. Fasilitasi penerapan program
oleh komunitas.
9. Pantau kemauan pelaksanaan
program.
10. Modifikasi dan sempurnakan
program.
2. Kerusakan Gigi NOC: Kesehatan mulut NIC: Pemeliharaan Kesehatan Mulut
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Instruksikan perlunya
kurang pengetahuan selama 1 x 60 menit masalah teratasi perawatan gigi sehari-hari
tentang kesehatan gigi dengan kriteria hasil: 2. Monitor mukosa mulut secara
atau kurang hygiene 1. Kebersihan mulut tidak terganggu. teratur

li
oral 2. Kebersihan gigi tidak terganggu. 3. Mompromosikan pemeriksaan
3. Kebersihan gusi gigi secara teratur
tidak terganggu. 4. Mengajarkan cara menyikat gigi
4. Kebersihan lidahtidak yang benar
terganggu.
5. Kebersihan peralatan gigitidak
terganggu.
3. Perilaku kesehatan NOC: perilaku patuh: aktivitas yang
NIC: Pendidikan kesehatan
cenderung berisiko disarankan. 1. Identifikasi kebutuhan pendidikan
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan kesehatan pada siswa
kurang pemahaman. selama 1 x 60 menit masalah teratasi 2. Tentukan pengetahuan
dengan kriteria hasil: siswa tentang kesehatan
1. Menanyakan pertanyaan 3. Rumuskan tujuan untuk
terkaitkesehatan. program pendidikan kesehatan
2. Sering mencari informasi 4. Gunakan presentasi grup untuk
kesehatan dari berbagai memberi dukungan
macam sumber.
3. Sering menggunakan strategi untuk
mengoptimalkan kesehatan.
4. Risiko perilaku
NOC: Stauts kesehatan siswaNIC: Konseling
kekerasan terhadap Setelah dilakukan 1. Membangun hubungan
diri sendiri dengan tindakan keperawatanselama terapeutik
faktor risiko 1 x 60 menit masalah 2. Menunjukkan empati dan
masalah kesehatan teratasi dengan kriteria hasil: kehangatan
mental atau isolasi 1. Kesehatan fisiktidak 3. Memberikan informasi
sosial. terganggu. faktual yang diperlukan
2. Kesehatan mentaltidak 4. Membantu siswa
terganggu. mengidentifikasi
3. Kesiapan kekuatan
belajartidak 5. Mendorong
terganggu. pengembangan
keterampilan yang baru
5. Risiko NOC: control risiko komunitas: NIC:
Kontaminasi Perlindungan lingkungan
dengan faktor penyakit berisiko
risiko praktik menular 1. Kaji lingkungan terkait dengan
hiegine personal
Setelah dilakukan tindakan adanya risiko potensial dan aktual.
tidak adekuat, keperawatanselama 3x 24 jam 2. Analisa tingkat risiko yang terkait

lii
bermain di area masalah komunitas teratasi dengan lingkungan.
tempat kontaminan dengan kriteria hasil: 3. Informasikan populasi yang
lingkungan yang 1. Kejadian penyakit berisiko mengenai hal-hal yang
digunakan, nutrisi dilaporkan dengan membahayakan di lingkungan.
tidak adekuat, atau sangat baik 4. Monitor kejadian penyakit dan
pemajanan yang 2. Ketersedian layanan cedera yang berhubungan dengan
bersamaan. kesehatan untuk bahaya yang ada di lingkungan.
mengobati penyakit 5. Pertahankan pengetahuan terkait
menular dengan sangat dengan standar lingkungan tertentu
baik 6. Beritahu lembaga yang berwenang
untuk melindungi lingkungan dari
bahaya yang sudah diketahui.
7. Kolaborasi dengan lembaga-
lembaga lain untuk meningkatkan
keamanan lingkungan.
8. Dukung program-program untuk
adanya peringatan/pemberitahuan
akan bahaya yang ada di
lingkungan.
9. Skrining populasi berisiko untuk
mendaptkan bukti adanya paparan
terhadap bahaya yang ada di
lingkungan.
10. Berpaaartisipasi dalam
pengumpulan data terkait dengan
kejadian dan prevalensi paparan
bahaya yang ada dilingkungan.
6. Kesiapan NOC: Status Kesehatan
NIC: Pengembangan Kesehatan
meningkatkan Komunitas Komunitas
manajemen Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi bersama masyarakat
Kesehatan keperawatan selama 1x 60 sekolah mengenai masalah,
menit masalah teratasi kekuatan dan prioritas kesehatan
dengan kriteria hasil: 2. Bantu anak sekolah untuk
1. Tingkat partisipasi dalam meningkatkan kesadaran dan
program kesehatan sekolah perhatian mengenai masalah-
cukup baik. masalah kesehatan seperti perlunya
pengaktifan kembalidokter kecil di

liii
NOC: Pengetahuan: sekolah
Promosi Kesehatan 3. Berikan kesempatan berpartisipasi
1. Pengetahuan banyak bagi semua anak sekolah yang
tentang perilaku yang ingin menjadi dokter kecil
meningkatkan kesehatan 4. Tingkatkan jaringan mengenai
dukungan komunitas (kerjasama
dengan pihak puskesmas)
NIC: Pendidikan Kesehatan
1. Targetkan sasaran pada kelompok
berisiko tinggi dan rentang usia
yang akan mendapat manfaa besar
dari pendidikan kesehatan
2. Identifikasi faktor internal atau
Internal yang dapat mengingkatkan
atau mengurangi motivasi untuk
berperilaku sehat
3. Rumuskan tujuan dalam program
pendidikan kesehatan
4. Pertimbangkan kemudahan akses,
hal-hal yang disukai anakdan biaya
dalam perencanaan program
5. Kembangkan materi pendidikan
pendidikan tertulis yang tersedia
sesuai dengan audiens yang
menjadi sasaran
6. Lakukan demonstrasi ketika
mengajarkan keterampilan motoric

liv
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Selvia. 2009. Seri Pengetahuan UKS. Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka. Arikunto, S.
(2013). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Clark, Mary Jo. 2015. Population And Community Health Nursing 6th Edition. New Jersey:
Pearson Education.

Departemen Kesehatan RI, 2008. Pedoman Pelatihan Kader Kesehatan di Sekolah, Jakarta:
Departemen Kesehatan.

Djatmiko, Yayat Hayati, Prof. Dr. 2008. Perilaku Organisasi. Bandung : Alfa Beta Efendi,
Ferry & Makhfud. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik
dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Effendi Ferry. 2012. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktek Dalam
Keperawatan. Jilid 1. Jakarta: Salemba Medika.

Kementerian Kesehatan RI. (2012). Pedoman Pembinaaan Hidup Bersih dan Sehat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar.
2012.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar. 2012.


Pedoman Pelaksanaan UKS di Sekolah.

Keputusan Bersama Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Kesehatan, Menteri Agama dan
Menteri Dalam Negeri. Nomor 26 Tahun 2003 tentang Pembinaan dan
Pengembangan Usaha Kesehatan

Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia. Keputusan Bersama Menteri Pendidikan Nasional,
Menteri Kesehatan, Menteri Agama, dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia
No. 1/U/SKB/2003, No. 1067/MENKES/VII/2000, No, MA/230 A/2003, No. 26
Tahun 2003 Tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah.

Pedoman Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah Kementerian Pendidikan


dan Kebudayaan. Pedoman pelaksanaan UKS di sekolah. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar, 2012.

46
ASUHAN KEPERAWATAN KELOMPOK ANAK USIA SEKOLAH DI SDN 1
LOKTABAT SELATAN

A. PENGKAJIAN
Asuhan keperawatan anak usia sekolah dilaksanakan di SDN 3 Sungai Ulin
yang beralamat di Jln. Ir.P.M.Noor Komp. Permata Hijau Blok. I, Sungai
Ulin, Kecamatan Banjarbaru Utara, Kota Banjarbaru, Provinsi Kalimantan
Selatan oleh Mahasiswa Kelompok D Profesi Ners Angkatan XIX PSIK FK
ULM. Praktik keperawatan komunitas berlangsung dari tanggal 14-27
Februari 2022. Jumlah semua siswa (i) pada SDN 1 Loktabat Selatan
keseluruhan yaitu 323 orang. Pengkajian dilakukan pada siswa kelas 4 - 5 SD
yang berjumlah 160 orang. Kegiatan belajar mengajar akan dimulai untuk
hari senin-kamis dari pukul 08.00 WITA hingga pukul 11.45 WITA dan hari
jum’at-sabtu dari pukul 08.00 WITA hingga pukul 10.45 WITA.
Pengambilan data dengan menggunakan metode wawancara dan pembagian
kuesioner (Kuesioner UKS “Penjaringan Kesehatan, Kementerian Kesehatan
RI”, 2011). Selain itu dilakukan pula pemeriksaan fisik/screenning
(penjaringan UKS) pada siswa (i), observasi, windshield survey dan
wawancara. Pengambilan data dengan teknik observasi, windshield survey
dan pemeriksaan fisik/screenning (penjaringan UKS) dilakukan pada tanggal
15 Februari 2022 pukul 08.00 WITA di dalam kelas.

1. Data Inti (Core)


a. Sejarah Berdirinya SDN 1 Loktabat Selatan
SDN 1 Loktabat Selatan dahulu bernama SDN Loktabat 4 dengan status
kepemilikan Pemerintah Daerah Kabupaten Banjarbaru didirikan pada
tahun 1983. Setelah itu berubah nama karena pemekaran wilayah menjadi
SDN 1 Loktabat Selatan dengan alamat Jl. Sidodadi I RT 002 RW 006
No.43, Loktabat Selatan Sel, Kecamatan Banjarbaru Selatan, Kota
Banjarbaru. Dengan luas tanah 3200 m2. Jarak ke pusat kecamatan 500 M,
Jarak ke pusat Otoda 3 KM.

47
b. Data Geografis
Batas Utara : Rumah warga & lahan kosong
Batas Selatan : Perumahan penduduk
Batas Timur : Warung & rumah warga
Batas Barat : Rumah warga
SDN 1 Loktabat Selatan di kelilingi oleh perumahan warga dan lahan kosong.
Berdasarkan hasil windshield survey diketahui perbatasan wilayah SDN 1
Loktabat Selatan adalah sebagai berikut: Utara: berbatasan dengan perumahan
warga, Timur: berbatasan dengan perumahan warga, Selatan: berbatasan dengan
perumahan warga, Barat: berbatasan dengan perumahan warga. Adapun luas

wilayah SDN 1 Loktabat Selatan sekitar 3200 m2


Batas Utara : Perumahan
penduduk
Batas Selatan : Kebun karet
Batas Timur : Madrasah Miftahul Khair dan
Posyandu Batas Barat : Rumah warga

c. Data
Demografi
Data Siswa
Tabel 3.1 Data Siswa (i) kelas IV dan V SDN 1 Loktabat Selatan

No Kelas Jumlah (Orang)


1. IV A 28
2. IV B 27
3. IV C 24
4. VA 28
5. VB 23
6. VC 17
Jumlah 147

1) Distribusi siswa(i) SDN 1 Loktabat Selatan kelas IV dan V berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin

Laki-laki
57% Perempuan
43% 84 Orang
63 Orang

Gambar 3.1 Distribusi siswa (i) SDN 1 Loktabat Selatan Kelas IV dan V Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan diagram di atas dan observasi yang dilakukan, didapatkan data jenis
kelamin laki-laki di kelas IV dan V sebanyak 84 orang siswa (57%) dan 63
orang siswa (i) (43%) dari total keseluruhannya adalah 147 orang siswa (i). Ada
7 orang siswa (i) yang tidak berhadir pada saat dilakukan pengkajian.

Suasana kelas SDN 1Loktabat Selatan


2) Distribusi Siswa(i) SDN 1 Loktabat Selatan kelas IV dan V1 Berdasarkan Umur

Umur

5o
4% ng
ra
19%
27 orang 8
30% 9
42 orang 10
11
12
13
45%
63 orang

Gambar 3.2 Distribusi Siswa (i) di SDN 1 Loktabat Selatan Kelas IV dan V Berdasarkan Umur

Berdasarkan diagram di atas dan kuesioner yang diberikan, didapatkan data dari 140
siswa (i) terdapat 1 orang siswa (i) berusia 8 tahun (1%), 2 orang siswa (i) berusia
13 tahun (1%), 27 orang siswa (i) berusia 9 tahun (19%), 42 orang siswa (i) berusia 11
tahun (30%), dan 65 orang siswa (i) berusia 10 tahun (45%).

3) Distribusi Siswa(i) di SDN 1 Loktabat Selatan Kelas IV dan V Berdasarkan Suku

Suku
9%
13 Orang

Banjar
Jawa
43% Batak
64 Orang Dayak
Bugis
Asmat
37% Tidak Diketahui
55 Orang

Gambar 3.3 Distribusi siswa (i) di SDN 1 Loktabat Selatan Kelas IV dan V Berdasarkan Suku
Berdasarkan diagram diatas dari hasil sebaran kuesioner didapatkan data 140
orang siswa (i) terdapat 1 orang siswa (i) bersuku Asmat (1%), 1 orang siswa (i)
bersuku Dayak (1%), 2 orang siswa (i) bersuku Bugis (1%), 4 siswa (i) bersuku
Batak (3%), 13 orang siswa (i) yang tidak diketahui sukunya (9%), 55 orang siswa (i)
bersuku Jawa (37%), dan 64 siswa (i) bersuku Banjar (43%).

4) Distribusi Siswa(i) di SDN 1 Loktabat Selatan Kelas IV dan V Berdasarkan


Agama

Agama

Islam
Kristen/Prostestan
Khatolik

97%
136 Orang

Gambar 3.4 Disitribusi siswa (i) di SDN 1 Loktabat Selatan Kelas IV dan V Berdasarkan Agama
Berdasarkan diagram diatas didapatkan data 140 orang siswa(i) terdapat 2 orang
siswa (i) beragama Kristen/Prostestan (1%), 2 orang siswa (i) beragama khatolik (1%),
dan 136 orang siswa (i) beragama Islam (97%). Saat dilakukan obsevasi, seluruh
siswi yang beragama Islam menggunakan jilbab dan beberapa siswa yang beragama
Islam menggunakan peci.

a. Nilai dan Keyakinan


1) Distribusi siswa (i) di SDN 1 Loktabat Selatan berdasarkan
pengetahuan mengenai langkah mencuci tangan dengan benar (6
Langkah)

Mencuci tangan 6 langkah

tidak
6%

ya
tidak

ya
94%
Gambar 3.5 Distribusi siswa (i) di SDN 1 Loktabat Selatan Kelas IV
dan V Berdasarkan Pengetahuan Mengenai Langkah Mencuci Tangan
dengan Benar (6 Langkah)

Berdasarkan diagram diatas didapatkan data dari 128 siswa mengetahui 6


langkah mencuci tangan dengan benar (94%) dan 8 siswa tidak
mengetahui 6 langkah mencuci tangan dengan benar (6%). Saat
dilakukan observasi, tidak terlihat adanya poster atau petunjuk dalam
melakukan 6 langkah cuci tangan dengan benar, saat siswa(i) diminta
untuk mempraktekkannya, mereka ada yang mampu
memperagakannya hanya saja tidak berurutan, dan ada yang asal-
asalan tidak tau caranya.

2) Distribusi siswa(i) di SDN 1 Loktabat Selatan Kelas IV dan V


berdasarkan pengetahuan mengenai waktu melakukan cuci tangan
dengan benar (6 Langkah)

Mencuci tangan 6 langkah

Semua Benar
55% Sebelum makan
38%
Sebelum makan
Sesudah makan
Saat merasa kotor
Semua Benar

Sesudah makan
2%
Saat merasa
kotor
5%

Gambar 3.6 Distribusi siswa(i) di SDN 1 Loktabat Selatan Kelas IV dan V


Berdasarkan Pengetahuan Mengenai Waktu Melakukan Cuci Tangan
dengan Benar (6 Langkah)

Berdasarkan kuesioner yang diberikan didapatkan data terdapat 51


siswa(i) menjawab mecuci tangan sebelum tangan saja (38%),
terdapat 3 siswa(i) menjawab mencuci tangan sesudah makan (2%),
terdapat 6 siswa(i) menjawab mencuci tangan saat tangannya kotor
(5%), dan 73 siswa(i) menjawab benar semua (55%).

3) Distribusi Siswa(i) di SDN 1 Loktabat Selatan Kelas IV dan V


Berdasarkan Pengetahuan Mengenai Berapa Kali Mandi Dalam
Sehari

1 kali Mandi
1%
> 2 kali
6%

1 kali
2 kali
> 2 kali

2 kali
93%

Gambar 3.7 Distribusi siswa (i) di SDN 1 Loktabat Selatan Kelas IV dan V
Berdasarkan Pengetahuan Mengenai Berapa Kali Mandi dalam Sehari

Berdasarkan hasil dari sebaran kuesioner terdapat data 137 siswa(i)


menjawab mandi 2x sehari (93%), sedangkan yang 2 siswa(i)
menjawab mandi 1 kali sehari, dan 13 siswa(i) menjawab lebih dari 2
kali mandi dalam sehari (6%).

4) Distribusi siswa (i) di SDN 1 Loktabat Selatan Kelas IV dan V


Berdasarkan Pengetahuan Mengenai yang Digunakan Saat Mandi
Pengguanaan Air&Sabun Saat Mandi

Air Saja
8%

Air Saja
Air dan Sabun

Air dan Sabun


92%

Gambar 3.8 Distribusi siswa (i) di SDN 1 Loktabat Selatan Kelas IV dan V
Berdasarkan Pengetahuan Mengenai yang Digunakan Saat mandi

Berdasarkan diagram diatas didapatkan data 11 orang siswa(i) menjawab


hanya menggunakan air saja saat mandi (8%), dengakan 121 siswa(i)
menjawab menggunakan air dan sabun saat mandi (92%). Pada saat
dilakukan observasi dan pemeriksaan fisik tidak tercium adanya bau
tidak sedap dari siswa(i) kelas IV dan V.

5) Distribusi siswa (i) di SDN 1 Loktabat Selatan Kelas IV dan V


Berdasarkan Pengetahuan Mengenai Frekuensi Memotong Kuku

Frekuensi memotong kuku

1x/3minggu
5%
1x/1 bulan
11%
1x/1 minggu
1x/2minggu
1x/2minggu 1x/3minggu
14% 1x/1 bulan

1x/1 minggu
71%

Gambar 3.9 Distribusi siswa(i) di SDN 1 Loktabat Selatan Kelas IV dan V


Berdasarkan Pengetahuan Mengenai Frekuensi Memotong Kuku

Berdasarkan hasil kuesioner didapatkan data terdapat 95 orang siswa(i)


memotong kuku sebanyak 1 kali dalam seminggu (71%), 18 orang
siswa(i) memotong kuku sebanyak 1 kali dalam 2 minggu (14%), 14
orang siswa(i) memotong kuku sebanyak 1 kali dalam sebulan (11%)
dan 6 orang siswa(i) memotong kuku sebanyak 1 kali dalam 3 minggu
(4%).

6) Distribusi siswa (i) di SDN 1 Loktabat Selatan Kelas IV dan V


Berdasarkan Pengetahuan Mengenai Tempat Membuang Sampah

Membuang Sampah

Sembarangan
2%
Tempat Sampah
Sembarangan

Tempat Sampah
98%
Gambar 3.10 Distribusi Siswa (i) di SDN 1 Loktabat Selatan Kelas IV dan V
Berdasarkan Pengetahuan Mengenai Tempat Membuang Sampah

Berdasarkan diagram diatas didapatkan data sebanyak 130 orang siswa(i)


membuang sampah pada tempatnya (98%), dan 15 orang siswa(i) membuang
sampah sembarangan. Berdasarkan hasil observasi terdapat sampah yang masih
berserakan dan tidak rapi tempat pembungan sampah.

7) Distribusi siswa (i) di SDN 1 Loktabat Selatan Kelas IV dan V


Berdasarkan Pengetahuan Mengenai Memisahkan Sampah (Organik
dan Non Organik)

Membuang Sampah

Tidak
22% Ya
Tidak

Ya
78%

Gambar 3.11 Distribusi siswa (i) di SDN 1 Loktabat Selatan Kelas IV dan V
Berdasarkan Pengetahuan Mengenai Memisahkan Sampah (Organik dan
Non Organik)

Berdasarkan hasil kuesioner yang diberikan didapatkan data 103 orang


siswa(i) yang memisah sampah organik dan non organik (78%).
Sedangkan sebanyak 42 siswa(i) tidak memisah sampah organik dan
organik (22%). Berdasarkan hasil dari observasi tidak terdapat tempat
sampah yang berbeda warna untuk memisahkan pembuangan sampah.
8) Distribusi siswa (i) di SDN 1 Loktabat Selatan Kelas IV dan V
berdasarkan pengetahuan mengenai kegiatan gotong royong

Mengikuti kegiatan gorong royong

Tidak
2%
Ya
Tidak

Ya
98%

Gambar 3.12 Distribusi siswa (i) di SDN 1 Loktabat Selatan Kelas IV dan V
Berdasarkan Pengetahuan Mengenai Kegiatan Gotong Royong

Berdasarkan hasil kuesioner yang diberikan didapatkan data 129 siswa(i)


diketahui menjawab ya (98%) dan menjawab Tidak sebanyak 16
siswa(i) (2%). Hasil observasi dalam kegiatan gotong royong semua
siswa(i) mengikuti kegiatan membersihkan lingkungan sekolah.

9) Distribusi siswa (i) di SDN 1 Loktabat Selatan Kelas IV dan V


Berdasarkan Pengetahuan Mengenai Keikutsertaan Kegiatan
Keagamaan di Sekolah

kegiatan keaagamaan

Ya
48% Ya
Tidak

Tidak
52%

Gambar 3.16 Distribusi siswa (i) di SDN 1 Loktabat Selatan Kelas IV dan V
Berdasarkan Pengetahuan Mengenai Keikutsertaan Kegiatan Keagamaan di
Sekolah

Berdasarkan hasil kuesioner yang diberikan didapatkan data 70 siswa(i)


yang menjawab Ya sebanyak 70 orang (48%), sedangkan anak yang
menjawab Tidak sebanyak 75 orang (52%).
10) Distribusi siswa (i) di SDN 1 Loktabat Selatan Kelas IV dan V
Berdasarkan Pengetahuan Mengenai Kegiatan Waktu Istirahat

Menghabiskan Waktu Istirahat diesekolah

makan/jajan diam kelas


32% 23%
diam kelas
bermain dikelas
bermain diluar kelas
ke perpustakaan
bermain dikelas makan/jajan
17%

ke per-
pustakaan
18%
bermain diluar kelas
11%

Gambar 3.17 Distribusi Siswa (i) di SDN 1 Loktabat Selatan Kelas IV dan V
Berdasarkan Pengetahuan Mengenai Kegiatan Waktu Istirahat

Berdasarkan hasil kuesioner yang diberikan didapatkan data 33 siswa(i)


yang menjawab diam di kelas (23%), 24 siswa(i) bermain di kelas
(16%), 16 siswa(i) bermain di luar kelas (11%), 26 siswa(i) ke
perpustakaan (18%) dan 46 siswa(i) makan/jajan (32%).

11) Distribusi siswa (i) di SDN 1 Loktabat Selatan Kelas IV dan V


Berdasarkan Pengetahuan Mengenai Tempat Jajan
Tempat jajan

tidak
jajan/
membawa
bekal
24%
kantin sekolah
jajan diluar kantin sekolah
tidak jajan/membawa bekal

jajan diluar
kantin seko-
lah
76%

Gambar 3.18 Distribusi siswa (i) di SDN 1 Loktabat Selatan Kelas IV dan V
berdasarkan pengetahuan mengenai tempat jajan

Berdasarkan hasil kuesioner yang diberikan didapatkan data 0 siswa(i) jajan


kantin sekolah sebanyak (0%), 110 siswa(i) jajan di luar kantin sekolah
sebanyak 6 orang (76%) dan 35 siswa(i) yang bawa bekal (24%).

12) Distribusi siswa (i) di SDN 1 Loktabat Selatan Kelas IV dan V


Berdasarkan pengetahuan mengenai uang jajan

Uang jajan

>10000
9%

<5000
5000 - 10000
>10000
5000 - 10000
39%

<5000
52%

Gambar 3.19 Distribusi siswa (i) di SDN 1 Loktabat Selatan Kelas IV dan V
berdasarkan pengetahuan mengenai uang jajan

Berdasarkan hasil kuesioner yang diberikan didapatkan data 76 siswa(i)


yang menjawab < Rp.5000 (52%), sebanyak 56 siswa(i) uang Rp.5000-
Rp.10000 (39%) dan 13 siswa(i) >Rp.10000 (9%).

13) Distribusi siswa (i) di SDN 1 Loktabat Selatan Kelas IV dan V


Berdasarkan pengetahuan mengenai pengalaman berobat ke UKS

Berobat ke UKS

ya
33%
ya
tidak

tidak
67%

Gambar 3.20 Distribusi siswa (i) di SDN 1 Loktabat Selatan Kelas IV dan V
berdasarkan pengetahuan mengenai pengalaman berobat ke UKS
Berdasarkan hasil kuesioner yang diberikan didapatkan data 46 siswa(i)
yang menjawab Ya sebanyak 1 orang (33%) dan 90 siswa(i) tidak
sebanyak 11 orang (67%).

14) Distribusi siswa (i) di SDN 1 Loktabat Selatan Kelas IV dan V


Berdasarkan pengalaman mengenai merokok
Merokok

ya
tidak

tidak
100%

Gambar 3.21 Distribusi siswa (i) di SDN 1 Loktabat Selatan Kelas IV dan V
berdasarkan pengalaman mengenai merokok

Berdasarkan hasil kuesioner yang diberikan didapatkan data 0 siswa(i) yang


menjawab Ya (0%) dan 145 siswa(i) menjawab Tidak (100%).

15) Distribusi siswa (i) di SDN 1 Loktabat Selatan Kelas IV dan V


Berdasarkan pengetahuan mengenai bahaya rokok

Bahaya merokok

tidak ya
10% tidak

ya
90%

Gambar 3.23 Distribusi siswa (i) di SDN 1 Loktabat Selatan Kelas IV dan V
berdasarkan pengetahuan mengenai bahaya rokok
Berdasarkan hasil kuesioner yang diberikan didapatkan data 139 siswa(i)
menjawab Ya sebanyak (90%) dan 16 siswa(i) Tidak (10%). Mereka
menyatakan bahwa rokok dapat membuat tenggorokan sakit dan batuk
karena menghirup asap rokok dan tidak terlalu mengetahui tentang rokok.

16) Distribusi siswa (i) di SDN 1 Loktabat Selatan Kelas IV dan V


Berdasarkan pengetahuan mengenai zat adiktif

Pengetahuan Zat Adiktif

ya
tidak tidak
22%

ya
78%

59

Gambar 3.24 Distribusi siswa (i) di SDN 1 Loktabat Selatan Kelas IV dan V
berdasarkan pengetahuan mengenai zat adiktif

Berdasarkan hasil kuesioner yang diberikan didapatkan data 58 siswa(i) yang


menjawab Ya (22%) dan 75 menjawab Tidak (78%).

17) Distribusi siswa (i) di SDN 1 Loktabat Selatan Kelas IV dan V


Berdasarkan pengetahuan mengenai pengalaman menggunakan obat-
obatan terlarang
Penggunaan Obat terlarang

ya
tidak

tidak
100%

Gambar 3.25 Distribusi siswa (i) di SDN 1 Loktabat Selatan Kelas IV dan V
berdasarkan pengetahuan mengenai pengalaman menggunakan obat-obatan
terlarang
Berdasarkan data yang didapatkan 0 siswa(i) yang menjawab Ya (0%) dan
145 siswa(i) menjawab Tidak (100%). Berdasarkan hasil wawancara
dengan siswa (i) didapatkan bahwa mereka tahu mengenai obat-obatan
terlarang, namun belum pernah melihat.

18) Distribusi siswa (i) di SDN 1 Loktabat Selatan Kelas IV dan V


Berdasarkan pengetahuan mengenai pengalaman menghirup lem fox

Penggunaan Lem Fox

ya
tidak

tidak
100%

Gambar 3.26 Distribusi siswa (i) di SDN 1 Loktabat Selatan Kelas IV dan V
berdasarkan pengetahuan mengenai pengalaman menghirup lem fox

Berdasarkan data yang didapatkan 0 siswa(i) menjawab Ya (0%) dan 145


siswa(i) menjawab Tidak sebanyak (100%).

19) Distribusi siswa (i) di SDN 1 Loktabat Selatan Kelas IV dan V


Berdasarkan pengetahuan mengenai bahaya lem fox

Penggunaan Lem Fox

ya ya
30%
tidak

tidak
70%
Gambar 3.27 Distribusi siswa (i) di SDN 1 Loktabat Selatan Kelas IV dan V
berdasarkan pengetahuan mengenai bahaya lem fox

Berdasarkan data yang didapatkan 63 siswa(i) yang menjawab Ya(30%) dan


68 siswa(i) menjawab Tidak (70%). Berdasarkan hasil wawancara
didapatkan bahwa siswa (i) tidak terlalu mengetahui tentang bahaya
menghirup lem fox.

20) Distribusi siswa (i) di SDN 1 Loktabat Selatan Kelas IV dan V


Berdasarkan pengetahuan mengenai teman dekat / pacar
Punya Pacar

ya
15%
ya
tidak

tidak
85%

Gambar 3.28 Distribusi siswa (i) di SDN 1 Loktabat Selatan Kelas IV dan V
berdasarkan pengetahuan mengenai teman dekat/pacar

Berdasarkan data yang didapatkan 22 siswa(i) yang menjawab Ya (15%) dan


123 siswa(i) menjawab Tidak sebanyak 7 orang (85%).

21) Distribusi siswa (i) di SDN 1 Loktabat Selatan Kelas IV dan V


Berdasarkan pengetahuan mengenai pengalaman dijahili atau diejek
Dijahili di sekolah

ya
tidak

ya
tidak 52%
48%
Gambar 3.28 Distribusi siswa (i) di SDN 1 Loktabat Selatan Kelas IV dan V
berdasarkan pengetahuan mengenai pengalaman dijahili atau diejek

Berdasarkan data yang didapatkan 75 siswa(i) yang menjawab Ya (52%) dan


dan 70 siswa(i) menjawab Tidak sebanyak (48%).

22) Distribusi siswa (i) di SDN 1 Loktabat Selatan Kelas IV dan V


Berdasarkan pengetahuan mengenai pada siapa melaporkan jika diejek

Melaporkan kejadian kekerasan

Tidak
mela-
porkan
51%
Orang tua
Guru
Tidak melaporkan
Orang tua
43%

Guru
7%

Gambar 3.29 Distribusi siswa (i) di SDN 1 Loktabat Selatan Kelas IV dan V
berdasarkan pengetahuan mengenai pengalaman dijahili atau diejek

Berdasarkan data yang didapatkan 32 siswa(i) yang menjawab pernah dijahili


atau diejek didapatkan jumlah siswa(i) yang menjawab melaporkan pada
orangtua (42%), 5 siswa(i) menjawab pada guru (7%),dan 38 siswa(i)
menjawab tidak melaporkan (51%).

23) Distribusi siswa (i) di SDN 1 Loktabat Selatan Kelas IV dan V


Berdasarkan pengetahuan mengenai pengalaman mendapatkan perilaku
kekerasan dari teman
Perilaku kekerasan dari teman

Orang tua
24% Orang tua
Guru

Guru
76%
Gambar 3.30 Distribusi siswa (i) di SDN 1 Loktabat Selatan Kelas IV dan V
berdasarkan pengetahuan mengenai pengalaman mendapatkan perilaku
kekerasan dari teman

Berdasarkan data yang didapatkan 32 siswa(i) yang menjawab pernah


dijahili atau diejek didapatkan (24%) dan 100 siswa(i) menjawab Tidak
(76%).

24) Distribusi siswa (i) di SDN 1 Loktabat Selatan Kelas IV dan V


Berdasarkan pengetahuan mengenai cara mencegah teman melakukan
tindakan kekerasan

Mencegah Melakukan tindakan kekerasan

MELERAINYA
34%

MELERAINYA
LANGSUNG LAPOR TIDAK MEHIRAUKAN
49% LANGSUNG LAPOR

TIDAK
MEHI-
RAUKAN
17%

Gambar 3.31 Distribusi siswa (i) di SDN 1 Loktabat Selatan Kelas IV dan V
berdasarkan pengetahuan mengenai cara mencegah teman melakukan
tindakan kekerasan

Berdasarkan data yang didapatkan 42 menjawab melerai (34%), 21 siswa(I)


menjawab tidak menghiraukannya sebanyak (17%) dan 61 siswa(i)
menjawab melaporkannya kepada orang lain seperti orang tua, guru/teman
sebanyak (49%).

25) Distribusi siswa (i) di SDN 1 Loktabat Selatan Kelas IV dan V


Berdasarkan penggunaan handphone

membawa Hp

Ya
Ya Tidak
8%

Tidak
92%
Gambar 3.32 Distribusi siswa (i) di SDN 1 Loktabat Selatan Kelas IV dan V
berdasarkan penggunaan handphone

Berdasarkan data yang didapatkan 10 siswa(i) yang menjawab ya (42%) dan


120 siswa(i) menjawab tidak sebanyak (58%).

26) Distribusi siswa (i) di SDN 1 Loktabat Selatan Kelas IV dan V


Berdasarkan pengatahuan tentang batuk efektif
Batuk Efektif

Ya
Tidak
Ya
25%

Tidak
75%

Gambar 3.34 Distribusi siswa (i) di SDN 1 Loktabat Selatan Kelas IV dan V
berdasarkan pengatahuan tentang batuk efektif

Berdasarkan data yang didapatkan 41 menjawab Ya (25%) dan 91 siswaa(i)


tidak (75%). Berdasarkan hasil observasi beberapa anak tidak dapat
mempraktekan batuk efektif.

27) Distribusi siswa (i) di SDN 1 Loktabat Selatan Kelas IV dan V


Berdasarkan pengetahuan menutup mulut dan hidung saat batuk
Menutup mulu& hidung saat batuk)

Ya
Tidak
Tidak
5%

Ya
95%

Gambar 3.35 Distribusi siswa (i) di SDN 1 Loktabat Selatan Kelas IV dan V
berdasarkan pengetahuan menutup mulut dan hidung saat batuk

Berdasarkan gambar diatas didapatkan data 122 menjawab Ya (95%) dan 7


siswa(i) tidak (5%).
28) Distribusi siswa (i) di SDN 1 Loktabat Selatan Kelas IV dan V
Berdasarkan pengalaman menstruasi
Menstruasi

Ya
Tidak

Ya
33%

Tidak
67%

Gambar 3.40 Distribusi siswa (i) di SDN 1 Loktabat Selatan Kelas IV dan V
berdasarkan pengalaman menstruasi

Berdasarkan data yang didapatkan 17 menjawab Ya, dengan keluhan sakit


perut (33%) dan 35 siswa(i) menjawab Tidak (67%).

29) Distribusi siswa (i) di SDN 1 Loktabat Selatan Kelas IV dan V Berdasarkan
pengetahuan mengenai mimpi basah
Mimpi Basah

Ya
Tidak

Ya
37%

Tidak
63%

Gambar 3.42 Distribusi siswa (i) di SDN 1 Loktabat Selatan Kelas IV dan V
berdasarkan pengetahuan mengenai mimpi basah

Berdasarkan data yang didapatkan 22 menjawab Ya (37%) dan 37 siswa(i)


menjawab Tidak (63%).

30) Distribusi siswa (i) di SDN 1 Loktabat Selatan Kelas IV dan V


Berdasarkan untuk menghindari Covid19 mengunakan masker ketika
keluar rumah
Penggunaan masker diluar rumah

Ya
Tidak
Tidak
9%

Ya
91%

Gambar 3.42 Distribusi siswa (i) di SDN 1 Loktabat Selatan Kelas IV dan V
berdasarkan untuk menghindari Covid19 mengunakan masker ketika keluar
rumah

Berdasarkan data yang didapatkan 105 siwa(i) menjawab Ya (91%) dan 10


siswa(i) menjawab Tidak (9%). Berdasarkan hasil observasi didapatkan
bahwa siswa (i) tidak menggunakan masker saat disekolah. Berdasarkan
hasil wawancara pada beberapa siswa (i) didapatkan bahwa mereka
memang jarang menggunakan masker karena sulit bernafas dan sulit
makan minum saat di Sekolah.

31) Distribusi siswa (i) di SDN 1 Loktabat Selatan Kelas IV dan V Berdasarkan
untuk menghindari Covid19 menjaga jarak (1 meter)
Menjaga jarak <1 meter

Ya
Tidak
Tidak
19%

Ya
81%

Gambar 3.42 Distribusi siswa (i) di SDN 1 Loktabat Selatan Kelas IV dan V
berdasarkan untuk menghindari Covid19 menjaga jarak (1 meter)

Berdasarkan data yang didapatkan 72 menjawab Ya (81%) dan 17 siswa(i)


menjawab Tidak (19%). Berdasarkan hasil observasi didapatkan banyak
siswa yang tidak menjaga jarak 1 meter saat bersama orang lain.
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa orang siswa didapatkan
bahwa tidak apa-apa jika berdekatan dan tidak menjaga jarak.

32) Distribusi siswa (i) di SDN 1 Loktabat Selatan Kelas IV dan V


Berdasarkan untuk menghindari Covid19 rutin cuci tangan mengunakan
sabun
Menjaga jarak <1 meter

Ya
Tidak
Tidak
14%

Ya
86%

Gambar 3.42 Distribusi siswa (i) di SDN 1 Loktabat Selatan Kelas IV dan V
berdasarkan untuk menghindari Covid19 rutin cuci tangan mengunakan
sabun

Berdasarkan data yang didapatkan 105 menjawab Ya (86%) dan 23 siswa(i)


menjawab Tidak (14%).

b. Data Vital Statistik


Secara umum berdasarkan pada wawancara terhadap 1 guru pengajar, dalam satu tahun
terakhir ada sekitar 5-10 orang siswa yang sakit. Penyakit yang paling banyak diderita
siswa berdasarkan hasil wawancara adalah demam, flu, dan batuk.
33) Distribusi siswa (i) SDN 1 Loktabat Selatan kelas IV dan V berdasarkan jenis
kelamin
Jenis Kelamin

Laki-laki
57% Perempuan
43% 84 Orang
63 Orang

Gambar 3.1 Distribusi siswa (i) SDN 1 Loktabat Selatan Kelas IV dan V Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan diagram di atas dan observasi yang dilakukan, didapatkan data jenis
kelamin laki-laki di kelas IV dan V sebanyak 84 orang siswa (57%) dan 63
orang siswa (i) (43%) dari total keseluruhannya adalah 147 orang siswa (i). Ada 7
orang siswa (i) yang tidak berhadir pada saat dilakukan pengkajian.

34) Distribusi Siswa(i) SDN 1 Loktabat Selatan kelas IV dan V1 Berdasarkan


Suhu
Berdasarkan data primer dan observasi yang di dapatkan di SDN 1 Loktabat Selatan
Kelas IV dan V dari total keseluruhannya adalah 147 orang siswa (i) dengan 7
orang siswa (i) yang tidak berhadir pada saat dilakukan pengkajian. Anak sekolah
kelas IV dan V dengan hasil pemeriksaan suhu didapatkan semua normal yaitu dari
36.0 - 37.5. Berdasarkan hasil wawancara dengan pegawai sekolah bahwa anak-anak
sebelum masuk ke ruangan kelas dilakukan pengecekkan suhu terlebih dahulu
didepan pagar pintu sekolah
35) Distribusi Siswa(i) di SDN 1 Loktabat Selatan Kelas IV dan V
Berdasarkan IMT
IMT
6%
9 orang

Kurus

Normal
46%
64 orang Berlebihan

48%
67 orang

Berdasarkan data primer dan observasi didapatkan data 140 orang siswa (i)
mengikuti pemeriksaan fisik pada kelas IV – V diketahui kategori kurus sebanyak 64
(46%) orang, pada kategori normal sebanyak 67 (48%), dan kelebihan BB 9 (6%).
36) Distribusi Siswa(i) di SDN 1 Loktabat Selatan Kelas IV dan V
Berdasarkan Pemeriksaan Mata

Mata
1%
2 Orang

Tidak Berkacamata (Normal)


Berkacamata

99%
138 Orang

Gambar 3.4 Disitribusi siswa (i) di SDN 1 Loktabat Selatan Kelas IV dan V Berdasarkan pemeriksaan Mata

Berdasarkan data primer dan observasi didapatkan data 140 orang siswa (i)
keseluruhan yang berhadir, terdapat 138 orang siswa (i) pemeriksaan mata normal
dapat melihat dengan jelas (99%), dan 2 orang siswa (i) tampak berkacamata dengan
penglihatan kurang jelas (1%).

37) Distribusi Siswa (i) di SDN 1 Loktabat Selatan Kelas IV dan V


Berdasarkan pemeriksaan telinga

Telinga

21%
30 Orang
Bersih
Kotor

79%
110 Orang

Gambar 3.4 Disitribusi siswa (i) di SDN 1 Loktabat Selatan Kelas IV dan V Berdasarkan pemeriksaan telinga

Berdasarkan diagram diatas didapatkan data 140 orang siswa (i) terdapat 110
orang siswa (i) telinga tampak bersih (79%), dan 30 orang siswa (i) telinga tampak
kotor (21%). Saat dilakukan obsevasi dan wawancara, seluruh siswa (i) mengatakan
tidak ada masalah gangguan pendengaran, dapat mendengar dan merespon secara
baik

38) Distribusi Siswa (i) di SDN 1 Loktabat Selatan Kelas IV dan V


Berdasarkan pemeriksaan gigi dan mulut

Gigi dan Mulut

Bersih
Berlubang
51%
71 Orang 49%
69 Orang

Gambar 3.4 Disitribusi siswa (i) di SDN 1 Loktabat Selatan Kelas IV dan V Berdasarkan Pemeriksaan Gigi dan Mulut

Berdasarkan diagram diatas didapatkan data 140 orang siswa (i) terdapat 69 orang
siswa (i) Gigi bersih (50%), dan juga 71 orang siswa (i) gigi berlubang (51%). Saat
dilakukan obsevasi dan wawancara, seluruh siswa (i) mengatakan pernah sakit gigi
dan tidak ada keluhan sakit sariawan saat pengkajian

39) Distribusi Siswa(i) di SDN 1 Loktabat Selatan Kelas IV dan V


Berdasarkan Pemeriksaan Fisik Kepala, Thorax, Abdomen, Ekstremitas, dan Keluhan
Sakit
Berdasarkan data primer dan observasi yang di dapatkan di SDN 1 Loktabat Selatan
Kelas IV dan V dari total keseluruhannya adalah 147 orang siswa (i) dengan 7 orang
siswa (i) yang tidak berhadir pada saat dilakukan pengkajian. Anak sekolah kelas IV
dan V dengan pemeriksaan fisik kepala, thorax, abdomen, dan ekstremitas yaitu
normal. Pada saat dikaji ada 7 orang anak yang mengatakan keluhan pilek dan batuk.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pegawai sekolah bahwa penyakit yang paling
banyak diderita siswa adalah batuk, pilek, tipes dan demam
2. Data Subsistem
a. Lingkungan Fisik
SDN 1 Loktabat Selatan dengan status kepemilikan Pemerintah Daerah
Kabupaten Banjar didirikan pada 1981 dengan alamat Jl. Sidodadi 1 RT 002 RW
006 No.43, Loktabat Selatan, Kecamatan Banjarbaru Selatan, Kota Banjarbaru
dengan luas tanah 3200 m2. Jarak ke pusat kota Banjarbaru yaitu 5 km. Sarana
pra sarana yang tersedia disekolahan tercukupi dan dalam hal proses
pembelajaran.
Sarana prasarana yang tersedia di SDN 1 Loktabat Selatan antara lain:
 Buku pembelajaran: Tersedia sesuai kelas (Dari kelas 1-6)
 Ruang kelas: 15 ruangan, Ruang kantor: 1 ruangan, Perpustakaan: 1
ruangan Sanitasi air: Tersedia
 WC: 16 ruang (15 bisa difungsikan dan 1 tidak bisa difungsikan)

Gambar 1.1 Kondisi Lingkungan Fisik SDN 1 Loktabat Selatan

Tabel 3.2 Ruangan Yang Terdapat Di SDN 1 Loktabat Selatan


Tahun Ajaran 2020/2021
Keberadaan Fungsi

No. Jenis Tidak


Ada Ya Tidak
Ada
1 Ruang Kepala Sekolah √ √
2 Ruang Guru √ √
3 Ruang Tamu √ √
4 Ruang UKS √ √
5 Ruang Perpustakaan √ √
6 Ruang Kelas √ √
7 Mushola √ √
8 Kantin √ √
Gambaran Kondisi Lingkungan Sekolah

1) Akses Jalan Menuju SDN Mandikapau Barat 2


Berdasarkan hasil observasi dan windshield survey, akses jalan
menuju SDN 1 Loktabat Selatan berada di Jalan Sidodadi 1 RT 002 RW
006 No.43, Loktabat Selatan, Kecamatan Banjarbaru Selatan, Kota
Banjarbaru Kalimantan Selatan. Jalan menuju sekolah juga sudah berupa
aspal yang sangat mudah dijangkau bagi warga. Jalan yang dilalui
didominasi dengan kendaraan roda 2. Sekolah berada disekitar rumah
penduduk.

Gambar 1.2 Akses Jalan Menuju Sekolah

2) Halaman/Pekarangan SDN 1 Loktabat Selatan


Berdasarkan hasil windshield survey, kondisi halaman halaman sekolah
bersih dan terawat, di ruang kelas juga bersih. Kondisi pekarangan terdapat
tanaman bunga dan obat-obatan seperti jahe, sirih, kunyit, temulawak, serai.
Halaman sekolah terbuat dari batako.
Gambar 1.3 Halaman dan Perkarangan Sekolah

3) Kondisi Bangunan Sekolah


Berdasarkan hasil windshield survey jenis bangunan sekolah yaitu semi permanen.
Berdasarkan hasil windshield survey, dapat diketahui bahwa jenis atap yang digunakan
adalah seng. Dinding sekolah semen

Gambar 1.4 Kondisi Bangunan Sekolah

Gambar. 1.5 Ruangan Kelas


4) Sarana Air Bersih dan Tempat Mencuci Tangan
Berdasarkan hasil windshield survey terdapat sarana air bersih yang
bersumber dari air sumur yang dipompa menggunakan mesin air. Kualitas
sumber air yang terdapat di Sekolah yaitu bersih, jernih, tidak berbau dan
tidak berasa. Tempat penyimpanan air yang digunakan sekolah yaitu
tendon dengan kondisi tertutup dan dilakukan pengurasan. Untuk tempat
mencuci tangan terdapat westafel yang digunakan untuk mencuci tangan
yang terletak di depan kelas. terdapat sabun dan kondisi saluran
pembuangan air bekas cuci tangan bersih
Berdasarkan hasil wawancara kepada 1 guru pengajar, penyediaan
air bersih dulu disekolah menggunakan PDAM agar hemat, namun
sekarang memakai air sumur yang disalurkan menggunakan pipa yang
terhubung langsung ke tendon penampungan air yang terletak disebelah
kantor dan belakang sekolah sehingga ditiap depan kelas terdapat saluran
air untuk keperluan siswa dan guru.
Gambar 1.6 Sumber Air Bersih dan Tempat Mencuci Tangan

5) Tempat Pembuangan Sampah


Dari data wawancara diketahui terdapat petugas kebersihan khusus
di sekolah yaitu ibu siti. Terkait pembuangan sampah, sekolah
menyediakan tempat sampah didepan masing-masing kelas-kelas.
Berdasarkan hasil wawancara cara pembuangan sampah biasanya diangkut
ke TPA, namun saat ini cara pembuangan sampah dengan dibakar karena
tukang angkut sampahnya tidak ada lagi.
Berdasarkan hasil observasi terdapat beberapa tempat sampah di
depan kelas. Sampah yang terdapat di sekolah seperti sampah plastik bekas
makanan, kertas dan dedaunan. Keadaan tempat pembuangan sampah
terpelihara
Gambar 1.7 Tempat Pembuangan Sampah

6) Toilet/WC/Kamar Mandi

Berdasarkan hasil windshield survey keadaan WC sekolah kurang


bersih, jenis WC yang digunakan yaitu jongkok dan duduk, jumlah WC di
sekolah SDN 1 Loktabat selatan 16 WC Lantai WC keramik, tempat septic
tank berada di belakang sekolah sekitar 6 meter dari bangunan sekolah.
Untuk penampungan air di WC menggunakan bak dan ember dan terdapat
1 buah gayung yang digunakan untuk mengambil air. Ukuran toilet bagi
siswa(i) yaitu 2x1,5 m dan tidak ada ventilasi.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru dan kepala sekolah
didapatkan bahwa mereka mengatakan memiliki 16 WC namun 1 WC
tidak terpakai.
Gambar 1.8 WC

7) Tempat Jajanan di Sekolah


Berdasarkan hasil windshield survey, terdapat 1 kantin di lingkungan sekolah
sekolah yang menjadi tempat para siswa belanja, namun tutup. Berdasarkan
hasil wawancara kantin sekolah tutup semenjak pandemi Covid-19, sehingga
siswa membawa jajan dari rumah dan tidak boleh jajan diluar, siswa juga saat
jam istirahat hanya diperkenankan di dalam kelas kecuali cuci tangan, ke toilet.

Gambar 1.9 Tempat Jajanan di Sekolah

8) Kebisingan
Berdasarkan hasil observasi dan windshield survey, sekolah terletak di
permukinan warga, namun untuk suara kendaraan bermotor ataupun kendaraan
ronda empat jarang melintas dan tidak jarang terdengar suara. Kondisi jalan
tampak lengang hanya ada beberapa kendaraan bermotor yang melewati jalan
sesekali. Kendaraan yang sering melintas yaitu kendaraan roda dua. Di
lingkungan juga tidak ada pabrik ataupun kebisingan yang ditimbulkan dari suara
mesin atau pekerjaan warga. Menurut keterangan salah satu siswa saat ditanya,
pembelajaran di sekolah cukup kondusif dan berjalan dengan lancar, tidak ada
suara bising yang mengganggu pembelajaran.

Gambar 2.0 Suasana Sekitaran Sekolah

9) Tumbuhan dan Binatang disekitar Sekolah


Berdasarkan hasil observasi dan windshield survey, terdapat tanaman bunga
yang berada di halaman depan kelas, juga terdapat pepohonan, pohon jambu, alpukat,
dan pohon pisang yang terdapat dibelakang sekolah. Terdapat binatang/vektor di
lingkungan sekolah berupa nyamuk dan kucing
Berdasarkan hasil wawancara kepada salah satu guru terdapat tanaman obat-
obatan berupa sirih, kunyit, serai, jahe, temulawak di lingkungan sekolah
Gambar 2.1 Tumbuhan dan Binatang di Sekitar Sekolah

10) Pelayanan Kesehatan dan Sosial


Berdasarkan hasil observasi di SDN 1 Loktabat selatan terdapat UKS,
terdapat perlengkapan alat UKS berupa tempat tidur, timbangan berat badan dan
tersedia kotak P3K, kotak obat-obatan, tersedia buku rujukan KMS, poster-
poster, struktur organisasi UKS serta data siswa yang sakit, namun tidak terdapat
kartu berobat bagi siswa
Berdasarkan hasil observasi, windshield survey dan wawancara bersama 1
guru pengajar di SDN 1 Loktabat Selatan, pelayanan kesehatan didapatkan dari
puskesmas banjarbaru yaitu pemeriksaan kesehatan terjadwal yang meliputi
BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah), seperti imunisasi campak, tetanus, dan
rubella. Pemeriksaan kesehatan secara berkala meliputi pengukuran BB, TB,
Suhu yang dilakukan selama 6 bulan sekali, pendidikan kesehatan mengenai
imunisasi dan pada hari senin tanggal 24 Januari 2022 akan dilakukan imunisasi
kepada siswa. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru SDN 1 Loktabat
Selatan, UKS masih aktif. UKS dikelola oleh pembina UKS yaitu guru penjaskes
yang berdiri pada tahun 2009. Kegiatan yang dimiliki UKS adalah dokter kecil
20 orang siswa dokter kecil yang menyesuaikan dengan program dari
PuskesmasBanjarbaru. Doker kecil direkrut dari siswi kelas 5 dan 6. Terdapat
kegiatan dan pembinaan khusus dari UKS seperti ada jadwal jaga UKS, ada
pembukuan siswa(i) sakit. Untuk pelayanan kesehatan jika siswa ada yang sakit
biasanya ditangani langsung oleh Pembina UKS dan dokter kecil dan jika parah
langsung di rujuk ke puskesmas. Usaha yang dilakukan sekarang adalah
meningkatkan mutu/kualitas dari UKS dengan adanya pembinaan/pelatihan dari
tenaga kesehatan.

Gambar 2.2 Trias UKS

Pengkategorian Strata UKS Berdasarkan Kriteria Strata


Tidak
No Strata Ada
Ada
Pendidikan Kesehatan
Strata Minimal
1. Pendidikan jasmani dilaksanakan secara kurikuler. √
2. Pendidikan kesehatan dilakukan secara kurikuler. √
3. Guru membuat rencana pembelajaran Pendidikan kesehatan . √
4. Buku pegangan guru dan bacaan tentang Pendidikan kesehatan. √
Strata Standar
Dipenuhinya strata minimal
1. Memiliki guru mata pelajaran jasmani √
Strata Optimal
Dipenuhinya strata standar

1. Pendidikan kesehatan terintegrasi pada mata pelajaran lain √


2. Pendidikan kesehatan dilaksanakan secara ekstrakulikuler √

3. Memiliki alat peraga Pendidikan kesehatan
4. Memiliki media Pendidikan kesehatan (poster dan lain-lain). √
Strata Paripurna
Meliputi dilaksanakannya strata optimal.

1. Memiliki guru Pembina UKS.
2. Program kemitraan Pendidikan kesehatan dengan instansi
terkait seperti:

a. Puskesmas

b. Kepolisian
c. Palang Merah Indonesia (PMI) √
d. Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) pertanian dll. √

Pelayanan Kesehatan:
Strata Minimal
Meliputi dilaksanakannya:
1. Penyuluhan kesehatan √
2. Imunisasi √
3. Penyuluhan kesehatan gigi dan sikat gigi masal minimal kelas
1, 2, 3 SD √
Strata Standar
Meliputi dilaksanakannya strata minimal.
1. Penjaringan kesehatan √
2. Pemeriksaan kesehatan berkala tiap 6 bulan, termasuk √
pengukuran tinggi dan berat badan
3. Pencatatan hasil pemeriksaan kesehatan siswa pada buku kartu √
menuju sehat (kms) rujukan bila diperlukan
4. Ada dokter kecil melaksanakan pertolongan pertama pada √
kecelakaan (P3K)
5. Pengawasan warung/kantin sekolah. √

3 Strata Optimal
Meliputi memenuhi strata standar
1. Dana sehat/dana UKS √
2. Pelayanan medik gigi dasar atas permintaan siswa. √
4 Strata Paripurna
Meliputi memenuhi strata optimal
1. Konseling Kesehatan Remaja bagi jasmani √
2. Pengukuran tingkat kesegaran jasmani. √
Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat :
1 Strata Minimal
1. Ada air bersih √
2. Tempat cuci tangan √
3. WC/jamban yang berfungsi √
4. Tempat sampah √
5. Saluran pembuangan air kotor yang berfungsi √
6. Halaman/pekarangan/lapangan √
7. Pojok UKS √
8. Melakukan kegiatan mengubur, menguras dan membakar (3M) plus, √
sekali seminggu.
2 Strata Standar
Memenuhi strata minimal
1. Kantin/warung sekolah √
2. Memiliki pagar √
3. Penghijauan/perindangan √
4. Ada air bersih di sekolah dengan jumlah yang cukup √
5. Ruang UKS tersendiri dengan peralatan sederhana √
6. Memiliki tempat ibadah √
7. Lingkungan sekolah bebas jentik √

8. Jarak papan tulis dengan bangku terdepan 2,5 m

9. Melaksanakan pembinaan sekolah kawasan tanpa rokok, bebas narkoba
dan miras
3 Strata Optimal
Meliputi memenuhi strata standar
1. Tempat cuci tangan di beberapa tempat dengan air mengalir/kran √
2. Tempat cuci peralatan masak/makan di kantin/warung sekolah √
3. Petugas kantin yang bersih dan sehat √
4. Tempat sampah di tiap kelas dan tempat penampungan sampah akhir √
di sekolah
5. Jamban/WC siswa dan guru yang memenuhi syarat kesehatan √
dan kebersihan
6. Halaman yang cukup luas untuk upacara dan berolahraga √ √
7. Pagar yang aman √
8. Memilki ruang UKS tersendiri dengan peralatan yang lengkap √
9. Terciptanya sekolah kawasan tanpa rokok, bebas narkoba dan miras. √
4 Strata Paripurna
Meliputi memenuhi strata optimal
1. Tempat cuci tangan di setiap kelas dengan air mengalir/kran √
dilengkapi sabun.
2. Kantin dengan menu gizi seimbang dengan petugas kantin yang terlatih √
3. Air bersih yang memenuhi syarat kesehatan. √
4. Sampah langsung diangkut dan dibuang ke tempat pembuangan √
sampah di luar sekolah/umum.

5. Ratio WC:siswa = 1:20, saluran pembuangan air tertutup. √

6. Pagar yang aman dan indah.
7. Taman/kebun sekolah yang dimanfaatkan dan diberi label √
dan pengolahan hasil kebun sekolah. √
8. Ruang kelas memenuhi syarat kesehatan (ventilasi dan √
pencahayaan cukup).
9. Ratio kepadatan siswa 1:1,5-1,75 m2
10. Memiliki ruang dan peralatan UKS yang ideal. √

Gambar 2.3 Kotak P3K


11) Ekonomi
Berdasarkan hasil observasi, windshield survey dan wawancara, kantin
sekolah tutup semenjak pandemi Covid-19 dan siswa tidak dibolehkan untuk
berbelanja diluar, hanya dibolehkan untuk membawa snack dan makanan
lainnya dari rumah untuk dimakan saat jam istirahat
Berdasarkan wawancara kepada 1 orang guru, tidak terdapat iuran
khusus ataupun SPP yang harus dibayar oleh siswa setiap bulannya atau selama
bersekolah di SDN 1 Loktabat Selatan

Gambar 2.4 Kantin sekolah tutup

12) Keamanan dan Transportasi


Berdasarkan hasil hasil observasi windshield survey dan wawancara, pada
SDN 1 Loktabat selatan tidak terdapat pos satpam, terdapat penjaga keamanan
sekolah, pagar sekolah terbuat dari besi dan terawat, tempat parkir kendaraan
tersedia, transportasi yang digunakan murid, yaitu sepeda tinjak dan diantar
jemput oleh orang tua murid, transportasi yang digunakan guru, yaitu sepeda
motor dan mobil, tidak ada yang membantu siswa untuk menyebrang jalan saat
berada dilingkungan sekolah, tidak terdapat rambu-rambu peringatan/lalu lintas
di sekitar area.
Berdasarkan hasil observasi dan windshield survey didapatkan tidak
terdapat tempat parkir yang digunakan untuk siswa memparkirkan sepeda tinjak.
Sepeda tinjak siswa terparkir di sebelah ruangan kelasnya. Motor para guru juga
tidak diparkirkan dengan pada tempatnya namun memparkirkan di sebelah
ruangan sehingga letaknya tida teratur. Terlihat motor transportasi yang
digunakan oleh guru di sekolah SDN 1 Loktabat Selatan adalah motor
Sedangkan siswa menggunakan sepeda tinjak dan diantar oleh orang tua. Tidak

86
terdapat rambu-rambu peringatan/lalu lintas disekitar area sekolah Dari
pernyataan wali kelas I, ketika ingin mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan
(puskesmas) misalnya saat ada siswa yang sakit di sekolah, guru akan
mengantarkannya dengan menggunakan sepeda motor. Wali kelas
mengungkapkan, biasanya mereka akan memperingatkan siswa-siswa untuk
berhati-hati menyebrangi jalan serta melihat terlebih dahulu keadaan jalan
sebelum menyeberang.
Berdasarkan hasil wawancara kepada 1 orang guru, diketahui bahwa di
SDN 1 Loktabat Selatan tidak pernah terjadi kekerasn fisik ataupun kekerasan
sesksual baik kantar siswa, guru ke siswa, siswa ke guru ataupun sebaliknya.
Salah seorang guru menyebutkan perkelahian antar siswa hanya sebatas adu
mulut dan tidak ada kekerasan fisik, serta segera reda ketika dilerai oleh guru.

Gambar 2.5 Pagar dan Transporta

87
13) Politik dan Pemerintahan
Berdasarkan hasil observasi dan windshield survey didapatkan bahwa terdapat
papan spanduk dengan bertuliskan Visi-Misi, dan terdapat tata tertib yang ada di
sekolah. Berdasarkan wawancara kepada salah satu guru, didapatkan data bahwa
disetiap ruangan masih belum ada memiliki poster struktur organisasi kelas, dan
pada SDN 1 tidak terdapat santunan bagi siswa.
Dari hasil wawancara guru pengajar mengatakan kegiatan belajar mengajar
akan dimulai pukul 08.00 WITA, istirahat pukul 09.30, dan pulang pukul 12.00
WITA, namun siswa tidak disarankan istirahat diluar cukup diruangan saja dan
hanya keluar dari kelas ketika ke toilet atau cuci tangan, ini dimaksudkan untuk
mengurangi waktu kontak/interaksi antar siswa dan guru di masa pandemi covid-
19.
Guru pengajar mengungkapkan selama ini belum ada kejadian siswa
meninggal. Adapun jika terdapat siswa yang sakit biasanya guru-guru,
khususnya wali kelas siswa tersebut akan berkunjung ke rumah dan memberikan
santunan dari dana sukarela para guru. Sedangkan pada kondisi adanya wali
siswa yang meninggal, selain santunan dari guru, biasanya siswa juga secara
sukarela akan menyisihkan uang jajan mereka untuk memberikan santunan.

88
Gambar 2.6 Spanduk Visi, Misi dan Tujuan Sekolah dan struktur pengorganisasian

14) Pendidikan
Berdasarkan hasil observasi dan windshield survey didapatkan beberapa
poster telah terpasang di area sekolah, tepatnya didepan kelas. Keadaan poster
masih baik. Dari keseluruhan poster, terdapat poster mengenai Kebiasaan hidup
bersih dan sehat, cara mencuci tangan 6 langkah, anjuran menggunakan masker,
jenis makanan 4 sehat 5 sempurna, cara mencegah demam berdarah dengan 3M,
tiga protokol kesehatan Covid-19 dan anjuran untuk membuang sampah pada
tempatnya yang berkaitan tentang kesehatan. Belum ditemukan poster-poster
yang spesifik terkait kesehatan yang dapat dilakukan oleh siswa seperti cara
menyikat gigi, kebersihan gigi, dan lain-lain.
Berdasarkan hasil wawancara, salah satu guru pengajar mengungkapkan
ada kurikulum khusus terkait promosi kesehatan, hal ini diselipkan dalam mata
pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (PJOK). Terdapat
ekstrakurikuler Pramuka di sekolah, karate, dokail. Hanya saja, selama pandemi
ekstrakurikuler yang ada tidak aktif lagi. Berdasarkan hasil wawancara juga
diketahui, di sekolah SDN 1 Loktabat Selatan pernah beberapa kali dilakukan
penyuluhan oleh BNN, dinas kesehatan, polri dan penyuluhan rutin dari
Puskesmas Banjarbaru. Penyuluhan dari BNN mengenai pencegahan,
pemberantasan penyalahgunaan Napza, sedangkan penyuluhan dari Dinas
kesehatan dan puskesmas adalah terkait kesehatan seperti cara mencuci tangan,
serta pencegahan Covid-19. Para guru mengatakan penyuluhan dari puskesmas
dilakukan rutin setidaknya 2 kali dalam 1 tahun

89
Gambar 2.7 Poster di Sekolah

15) Komunikasi
Berdasarkan hasil wawancara bersama 1 guru pengajar, cara komunikasi
yang digunakan antara guru dan siswa lebih banyak berupa komunikasi langsung
saat dikelas dengan menggunakan Bahasa Indonesia dan Bahasa Banjar, siswa
juga dilarang untuk membawa headphone ke sekolah. Untuk komunikasi antara
guru dengan orang tua, guru pengajar mengatakan biasanya melalui media sosial
seperti WhatsApp dan membuat grup orang tua
Berdasarkan hasil observasi dan windshield survey didapatkan Pada SDN 1
Loktabat Selatan terdapat mading sekolah, namun kurang terawat, alat
komunikasi yang biasa dipakai sekolah berupa telepon umum, terdapat televisi,
laptop, komputer, jaringan wifi dan alat pengeras suara berupa
speaker/microphone

90
Gam
bar 2.8 Mading

15) Rekreasi
Berdasarkan hasil observasi dan windshield survey pada SDN 1 Loktabat
Selatan tempat bermain siswa yaitu lapangan sekolah dan taman-taman kecil di
sekolah, tidak terdapat alat permainan yang dapat membahayakan siswa tetapi
terdapat tumpukan material bangunan yang bisa membahayakan siswa jika
material tersebut terkena mata atau dilemparkan oleh temannya saat sedang
bermain, tersedia fasilititas olahraga
Berdasarkan hasil wawancara, guru mengungkapkan sarana olahraga
digunakan siswa dengan baik khususnya selama jam pelajaran Pendidikan
Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (PJOK).

Gambar 2.9 Melakukan olahraga dan tempat rekreasi

91
A. ANALISIS MASALAH
Tabel 3.5 Analisa Masalah Kesehatan Sekolah SDN 1 Loktabat Selatan
No. Data Etiologi Problem
1. DS: Sumber pemecahan Ketidakefektifan
Berdasarkan wawancara dengan masalah tidak Koping komunitas
adekuat (00077)
salah satu guru pengajar
mengatakan jika sekolah akan
melakukan vaksinasi kepada
murid pada hari senin mendatang
DO:
Berdasarkan hasil observasi
disekolah terlihat anak-anak
melepas maskernya saat didalam
atau pun diluar ruangan saata
tidak diawasi oleh guru
Berdasarkan data primer berupa
kuisoner diseimpulkan bahwa
sebanyak 40% siswa kelas 4 dan
5 tidak mencuci tangan secara
rutin
Berdasarkan data primer berupa
kuisoner diseimpulkan bahwa
sebanyak 16% tidak
menggunakan masker saat keluar
rumah
 Berdasarkan data primer berupa
kuisoner diseimpulkan bahwa
sebanyak 18% tidak menjaga jarak
lebih > 1 meter
2. DS:- Kurang Higiene oral Kerusakan Gigi
DO: (00048)
Berdasarkan data primer berupa
pemeriksaan fisik diseimpulkan
bahwa sebanyak 51% siswa(i)
92
mengalami gigi berlubang
 Berdasarkan hasil observasi
didapatkan hasil banyak siswa(i)
mengalami gigi ompong dan karies
3. DS: - Risiko Kontaminasi
 Berdasarkan hasil wawancara (00180)
dengan salah satu guru pengajar
mengatakan jika dahulu ada
pengangkut sampah sekarang
selama masa pandemic tidak ada
lagi pengangkut sampah seingga
sampah hanya dibakar saja ketika
sudah penuh
DO:
 Berdasarkan data primer berupa
kuisoner diseimpulkan bahwa
sebanyak 22% siswa(i) maish
belum mengetahui pemisahan
buang sampah organic dan non
organik dengan baik
 Berdasarkan hasil obsevasi
didapatkan toilet yang masih
tercium berbau
Brdasarkan hasil observasi
terlihat sampah yang masih
berserakan

93
B. Skoring Prioritas Masalah

Masalah Keperawatan Kesesuaian Prevalensi Tingkat Potensi Minat Waktu Yang Ketersedian Total
Dengan Resiko Keparahan Pengurangan Masyarakat Diharapkan Sumber
CHN Resiko Risiko Program Daya
Memberika
n Efek
Ketidakefektifan Koping 2 2 2 2 1 2 1 12
Komunitas

Kerusakan Gigi 2 2 2 1 1 1 0 9

Risiko Kontaminasi 2 1 0 0 0 1 2 4

Pembobotan:
0: Tidak Ada Kepentingan Komunitas Prioritas,
1: Prioritas Sedang,
2: Prioritas Tinggi
Diagnosis prioritas yaitu:
1. Ketidakefektifan Koping Komunitas
2. Kerusakan Gigi
3. Risiko kontaminasi

C. Rencana Asuhan Keperawatan

No Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) Rencana Keperawatan (NIC)
1. Ketidakefektifan koping Kontrol risiko komunitas: Manajemen Penyakit
komunitas penyakit menular Menular (8820)
Setelah dilakukan tindakan 1x30 1. Monitor populasi yang berisiko dalam
menit Kontrol risiko rangka pemenuhan regimen prevensi dan
komunitas: penyakit menular perawatan
dengan kriteria hasil: 2. Monitor faktor-faktor lingkungan yang
 Pendidikan public sesuai dengan budaya tentang mempengaruhi penyebaran penyakit
penularan penyakit menular dari skala 2 menjadi 3. Informasikan mengenai penyakit dan
skala 4 aktivitas-aktivitas yang berhubungan
 Penyediaan produk untuk mengurangi penyebaran dengan pengaturan (wabah), seperti yang
penyakit dari skala 2 menjadi skala 4 dibutuhkan
4. Tingkatkan akses pada Pendidikan
kesehatan yang memadai sehubungan
dengan pencegahan dan pengobatan
terhadap penyakit menular dan
pencegahan berulangnya kejadian
2 Kerusakan gigi Setelah dilakukan tindakan 1x30 Pengajaran:
menit kesehatan mulut dengan Keterampilan
kriteria hasil Psikomotor (5620)
 Kebersihan gigi dari skala 2 menjadi skala 4 1. Ciptakan hubungan yang baik dengan
 Erosi enamel dari skala 2 menjadi skala 4 pasien
2. Kaji kemampuan dan kesiapan pasien
dalam belajar
3. Sesuaikan metode pengajaran sesuai
dengan usia dan kemampuan pasien
4. Demonstrasikan keterampilan pada pasien
5. Jelaskan langkah-langkah yang akan
dilakukan secara jelas
6. Informasikan pada pasien rasionalisasi
keterampilan tertentu dengan tepat
7. Pandu gerakan pasien sehingga pasien
dapat mengetahui gerakan yang tepat
8. Sediakan waktu bagi pasien untuk
mempraktekkan keterampilannya
9. Observasi kemampuan pasien untuk
mendemonstrasikan keterampilannya
3 Risiko kontaminasi Setelah dilakukan tindakan 1x30 Perlindungan
menit kontrol risiko dengan lingkungan
kriteria hasil berisiko (8880)
 Memodifikasi gaya hidup untuk mengurangi 1. Kaji lingkungan terkait dengan
risiko dari skala 2 menjadi skala 4 adanya risiko potensial dan aktual.
 Menyesuaikan strategi kontrol risiko dari skala 2 2. Analisa tingkat risiko yang terkait
menjadi skala 4 dengan lingkungan.
3. Informasikan populasi yang berisiko
mengenai hal-hal yang membahayakan
di lingkungan.
4. Monitor kejadian penyakit dan cedera
yang berhubungan dengan bahaya yang
ada di lingkungan.
5. Pertahankan pengetahuan terkait dengan
standar lingkungan tertentu
6. Beritahu lembaga yang berwenang
untuk melindungi lingkungan dari
bahaya yang sudah diketahui.
7. Kolaborasi dengan lembaga-lembaga
lain untuk meningkatkan keamanan
lingkungan.
8. Dukung program-program untuk adanya
peringatan/pemberitahuan akan bahaya
yang ada di lingkungan.
Hari/Tanggal Diagnosis Tanggal/Jam
Implementasi Evaluasi TTD
Kegiatan Keperawatan evaluasi
Hari Pertama
Kamis, 27 Januari Ketidakefektifan Manajemen Penyakit Kamis, 27 Januari S: Kelompok G
2022 Koping komunitas Menular (8820) 2022 1. Siswa siswi ingin
(00077) mempelajari
1. Monitor populasi
08.00 WITA 10.00 WITA
yang berisiko dalam bagaimana cara
rangka pemenuhan
penggunaan masker
regimen prevensi dan
perawatan dan menjaga

2. Monitor faktor-faktor kebersihan agar


lingkungan yang menghindari penyakit
mempengaruhi
(skala 4)
penyebaran penyakit
2. Siswa siswi
3. Informasikan
mengenai penyakit dan mengatakan mengerti
aktivitas-aktivitas yang penggunaan masker
berhubungan dengan
setelah di ajarkan
pengaturan (wabah),
seperti yang dibutuhkan (skala 4)

4. Tingkatkan akses O:
pada Pendidikan 1. Siswa siswi dapat
mengulang kembali
kesehatan yang memadai
pengetahuan yang di
sehubungan dengan berikan (skala 4)
pencegahan dan 2. Siswa siswi dapat
pengobatan terhadap mempraktekan
penyakit menular dan kembali bagaimana
pencegahan berulangnya memasang masker
kejadian yang baik dan benar
serta menjaga
kebersihan diri (skala
4)
A:
Masalah teratasi, dengan
kriteria:
Kontr
ol
ri
si
k
o
k
o
m
u
ni
ta
s:
p
e
n
y
a
ki
t
m
e
n
ul
ar
1. Pendidikan public
sesuai dengan budaya
tentang penularan
penyakit menular dari
skala 2 menjadi skala 4
(teratasi)
2. Penyediaan produk
untuk mengurangi
penyebaran penyakit
dari skala 2 menjadi
skala 4 (teratasi)
P:
Hentikan intervensi,
berikan poster di kelas
agar siswa siswi tetap
mengingatnya

Kamis, 27 Januari Kerusakan gigi Pengajara Kamis, 27 Januari S: Kelompok G


2022 n: 2022 1. Siswa siswi ingin
Keter mempelajari
08.00 WITA ampil 10.00 WITA
bagaimana cara
an
Psiko membersihkan gigi
motor dengan baik dan benar
(5620)
10.Ciptakan hubungan yang serta bagaimana cara
baik dengan pasien menjaga kebersihan
11.Kaji kemampuan dan gigi (skala 4)
kesiapan pasien dalam
belajar 2. Siswa siswi
12.Sesuaikan metode mengatakan mengerti
pengajaran sesuai dengan
setelah di ajarkan dan
usia dan kemampuan pasien
13.Demonstrasikan di berikan praktek
keterampilan pada pasien (skala 4)
14.Jelaskan langkah-langkah
yang akan dilakukan secara O:
1. Siswa siswi dapat
jelas
mengulang kembali
15.Informasikan pada pasien pengetahuan yang di
rasionalisasi keterampilan berikan (skala 4)
tertentu dengan tepat 2. Siswa siswi dapat
16.Pandu gerakan pasien mempraktekan
sehingga pasien dapat kembali bagaimana
mengetahui gerakan yang cara membersihkan
tepat gigi yang baik dan
17.Sediakan waktu bagi pasien benar serta menjaga
untuk mempraktekkan kesehatan gigi (skala
keterampilannya 4)
A:
Observasi kemampuan
Masalah teratasi, dengan
pasien untuk kriteria:
mendemonstrasikan 1. Kebersihan gigi
keterampilannya
dari skala 2
menjadi skala 4
2. Erosi enamel dari
skala 2 menjadi
skala 4

P:
Hentikan intervensi,
berikan poster di kelas
agar siswa siswi tetap
mengingatnya
Kamis, 27 Januari Risiko Perlindun Kamis, 27 Januari S: Kelompok G
2022 kontaminasi gan 2022 1. Siswa siswi ingin
lingku mempelajari
08.00 WITA ngan 10.00 WITA
berisi bagaimana cara
ko membersihkan
(8880) tangan dengan baik
1. Kaji lingkungan
terkait dengan dan benar serta
adanya risiko potensial dan bagaimana cara
aktual.
menjaga kebersihan
2.
(skala 4)
Analis 2. Siswa siswi
a
mengatakan mengerti
tingka
t setelah di ajarkan
risiko dan di berikan
yang
terkait praktek (skala 4)
denga O:
n 1. Siswa siswi dapat
lingku mengulang kembali
ngan. pengetahuan yang
3. di berikan (skala 4)
2. Siswa siswi dapat
mempraktekan
Infor
kembali bagaimana
masik cara membersihkan
an tangan yang baik
popula dan benar serta
si menjaga kesehatan
yang (skala 4)
berisik A:
o Masalah teratasi, dengan
menge kriteria:
nai 1. Memodifikasi gaya
hal- hidup untuk
hal mengurangi risiko
yang dari skala 2
memb menjadi skala 4
ahaya (teratasi)
kan di 2. Menyesuaikan
lingku strategi kontrol
ngan. risiko dari skala 2
4. menjadi skala 4
(teratasi)
Monit
or P:
kejadi Hentikan intervensi, berikan
an poster di kelas agar siswa
penya siswi tetap mengingatnya
kit dan
cedera
yang
berhu
bunga
n
denga
n
bahay
a yang
ada di
lingku
ngan.
5.

Pertah
ankan
penget
ahuan
terkait
denga
n
standa
r
lingku
ngan
tertent
u
6.

Berita
hu
lemba
ga
yang
berwe
nang
untuk
melin
dungi
lingku
ngan
dari
bahay
a yang
sudah
diketa
hui.
7.

Kolab
orasi
denga
n
lemba
ga-
lemba
ga lain
untuk
menin
gkatka
n
keama
nan
lingku
ngan.
8.

Dukun
g
progra
m-
progra
m
untuk
adany
a
pering
atan/p
ember
itahua
n akan
bahay
a yang
ada di
lingku
ngan.
LAMPIRAN

PENGKAJIAN ANAK KELAS 4-5 SDN 1 LOKTABAT SELATAN


IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KESEHATAN

Anda mungkin juga menyukai