PROPOSAL SKRIPSI
Disusun oleh:
KHOIRUNNISA DAMAYANTI
1113101000051
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji Proposal Skripsi
Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
Disusun Oleh:
Khoirunnisa Damayanti
1113101000051
Pembimbing
DAFTAR ISI
iii
iv
iv
v
DAFTAR LAMPIRAN
v
1
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
kelas, ruang guru, perpustakaan, ruang ibadah, ruang UKS serta kegiatan-kegiatan
terkait Trias UKS.
Trias UKS di Sekolah meliputi perencanaan kegiatan, pelaksanaan kegiatan-
kegiatan UKS di sekolah, upaya pemenuhan sarana prasarana sekolah sehat,
kebijakan yang mendukung pelaksanaan UKS, dll. Pengetahuan dan sikap peserta
didik, meliputi pengetahuan dan sikap tentang UKS, PHBS, kesehatan reproduksi,
imunisasi, penyakit menular dan tidak menular, pemberantasan sarang nyamuk, gizi
seimbang, penghindaran kekerasan, dll. (Kementrian Kesehatan RI, 2011)
Salah satu kriteria sekolah yang sehat adalah sekolah yang memiliki program
Upaya Kesehatan Sekolah (UKS). Program UKS adalah upaya terpadu lintas program
dan lintas sektor dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan serta membentuk
perilaku hidup bersih dan sehat peserta didik yang berada di Sekolah Dasar dan
Madrasah Ibtidaiyah. Dalam program UKS ini, peserta didik tidak hanya berperan
sebagai obyek penerima layanan kesehatan, tetapi juga sebagai subyek, bersama
dengan masyarakat sekolah lainnya yaitu para guru, pegawai lainnya di sekolah,
Komite sekolah dan orang tua siswa berperan dalam meningkatkan kesehatannya dan
mewujudkan lingkungan sekolah yang sehat. Oleh karena itu, mereka perlu
dibimbing untuk mengenal masalah kesehatan dan kemampuan dalam mengatasi
masalah tersebut. (Kementrian Kesehatan RI, Pedoman Pelatihan Dokter Kecil 2011)
Kegiatan UKS yang terdapat dalam Rencana Pelaksanaan Pengembangan
Kegiatan oleh Puskesmas mencakup kegiatan deteksi dini, penyuluhan, pelayanan,
dan pembinaan. Dalam kegiatan deteksi dini, terdapat kegiatan yang berkaitan dengan
anak sekolah dasar, yakni pemeriksaan kesehatan secara berkala. Pada kegiatan
penyuluhan, terdapat beberapa kegiatan didalamnya yakni pemberian informasi
edukasi dan penyuluhan pendidikan keterampilan hidup sehat. Pada kegiatan
pelayanan, terdapat beberapa kegiatan dengan sasaran anak sekolah dasar yakni bulan
imunisasi anak sekolah campak, bulan imuisasi anak sekolah DT/TT, dan pemberian
obat cacing. Serta pada kegiatan pembinaan, mencakup kegiatan pembinaan sekolah
sehat. Termasuk kegiatan pelatihan dokter kecil di dalamnya.
2
SD Negeri Telukpinang 03 merupakan sekolah yang menjadi perwakilan
Kecamatan Ciawi untuk maju dalam lomba sekolah sehat tingkat Kabupaten Bogor.
Sekolah tersebut berhasil menjadi perwakilan lantaran memenuhi aspek-aspek yang
menjadi kriteria sekolah sehat. Dalam keikutsertaannya menjadi perwakilan sekolah
sehat, sekolah dibantu oleh Puskesmas Ciawi yang merupakan Puskesmas Kecamatan
di wilayah tersebut.
Kegiatan penjaringan kesehatan dengan sasaran anak sekolah dasar yang
dilakukan oleh Puskesmas Ciawi telah berhasil mencapai target 100 persen. Namun,
berdasarkan hasil wawancara dengan perwakilan siswa dan dokter kecil di SD
Telukpinang 03, dokter kecil belum dilibatkan dalam kegiatan tersebut. Begitu pun
dengan pelatihan dokter kecil yang belum dilakukan secara keseluruhan, hanya
terbatas kepada perwakilan dokter kecil sekolah saja.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan perwakilan siswa kelas 4
dan 5 dapat disimpulkan bahwa dari beberapa indikator yang dilombakan dalam
perlombaan sekolah sehat, salah satu yang menjadi masalah adalah belum berjalannya
kegiatan UKS dengan baik serta belum adanya pelatihan yang dilaksanakan kepada
dokter kecil di SD Negeri Telukpinang 03 kepada dokter kecil secara keseluruhan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nurafifah (2015) menyatakan
bahwa setelah adanya dokter kecil terjadi perubahan pengetahuan dan perilaku siswa
tentang perilaku hidup bersih dan sehat menjadi lebih baik. Sehingga terdapat
pengaruh diadakannya dokter kecil dengan pengetahuan dan perilaku siswa. Dengan
begitu, dokter kecil dapat membawa perubahan yang baik bagi sekolah apabila
melaksanakan tugasnya dengan baik dan benar.
Untuk menjadi dokter kecil di sekolah memiliki beberapa kriteria tertentu.
Berdasarkan Kementrian Kesehatan RI (2011), adapun kriteria yang ditetapkan untuk
menjadi dokter kecil salah satunya adalah peserta didik kelas 4 dan 5 SD/MI. Pada
peserta didik di kelas tersebut, rata-rata memiliki usia 9-11 tahun. Anak usia sekolah
dasar merupakan anak dengan kategori banyak mengalami perubahan yang sangat
drastis baik mental maupun fisik. Menurut Seifferd dan Haffung, usia anak SD yang
2
berkisar antara 6-12 tahun memiliki tiga jenis perkembangan, yaitu perkembangan
fisik, kognitif dan psikososial. (Dirgantara , et al. 2013) Menurut Jean Piaget, anak
pada usia tersebut, sudah mulai berpikir konkret dan menunjukkan pemikiran-
pemikiran yang logis. (Suparno 2006)
Dalam penelitian ini, menggunakan media buku cerita bergambar yang
merupakan buku yang di dalamnya terdapat gambar dan kata-kata, yang tidak berdiri
sendiri-sendiri, melainkan saling bergantung menjadi sebuah kesatuan cerita. (Adipta,
Maryaeni dan Hasanah 2016) Pemilihan media ini dikarenakan anak usia sekolah
dasar sudah mulai berkembang secara kognitif dan mulai berfikir logis, sehingga
jalan cerita dan yang ditampilkan pun berdasarkan kegiatan sehari-hari anak sekolah.
Selain itu, media ini dianggap menarik dan tidak terkesan menggurui sehingga tidak
mudah bosan dalam membacanya. Di samping itu pula, media ini memiliki beberapa
kelebihan diantaranya dapat mengungkit rasa keindahan dikarenakan terdapat tulisan,
gambar dan warna, dapat mempermudah pemahaman dikarenakan terdapat visualisasi
sesuatu yang ingin disampaikan, dan dapat meningkatkan gairah belajar karena
tampilan cenderung tidak membosankan, terutama bagi anak-anak. (Notoatmodjo
2010)
Bedasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dirgantara dkk (2013) mengenai
peningkatan pengetahuan dokter kecil mengenai Pertolongan Pertama pada
Kecelakaan (P3K) bahwa diperlukan suatu media yang menjadi solusi untuk dokter
kecil agar dapat belajar sambil bermain. Untuk itu, dibuatlah suatu media berupa
kartu Dokter Kecil Keluarga Indonesia (Dokkelin) yang memiliki keunggulan
diantaranya daya tarik visualnya yang tinggi karena kartu Dokkelin dilengkapi oleh
gambar sehingga anak cenderung mudah mengingat, bahasa Indonesia yang mudah
dimengerti oleh anak membuat materi P3K mudah dipahami. Akan tetapi,
kekurangan dari Dokkelin ini tidak memiliki jalan cerita seperti halnya buku cerita
bergambar.
Menurut Bandura, seluruh proses pembelajaran yang sebenarnya dapat terjadi
dengan melihat orang lain berperilaku dan akibat dari perilaku orang tersebut.
3
(Bandura dalam Minnesota State University). Hal itu terjadi karena adanya proses
timbal di mana semua faktor saling berhubungan dan bisa di awali dari faktor
manapun terlebih dahulu yaitu faktor orang/model, lingkungan dan perilaku yang
disebut triadic reciprocal. (Bandura, 1999) Dikarenakan hal tersebut, penelitian ini
menggunakan teori kognitif sosial meskipun hanya tertuju kepada perubahan
pengetahuan individu.
Untuk pembuatan media buku cerita bergambar dokter kecil ini akan
menggunakan model ADDIE. Model ini dirasa tepat untuk menggambarkan tahapan
pembuatan media. Selain itu, teori ini juga dianggap efektif dan efisien. Berdasarkan
model ADDIE, sebuah rancangan media harus terdiri dari tahapan analisis masalah
dan kebutuhan, merancang media apa yang akan dibuat termasuk mempertimbangkan
komponen-komponen yang terdapat di dalam media tersebut, mengembangkan tujuan
dari media tersebut sehingga pemakaian media tersebut dapat sesuai untuk
sasaran,dan yang terakhir adalah penilaian dari media yang telah dibuat. (Aldoobie
2015)
4
dengan 3 orang peserta pelatihan yang berasal dari SD lain diketahui bahwa
ketiganya masih mengingat judul materi yang disampaikan meskipun terbatas hanya
1 atau 2 materi. Media yang digunakan dalam pelatihan tersebut yakni berupa power
point presentation yang kemudian dijelaskan oleh pihak Puskesmas sebagai
penyelenggara pelatihan. Dengan media ini, ketiganya berpendapat bahwa media
tersebut menarik dikarenakan gambarnya. Akan tetapi, setelah diberikan beberapa
pilihan media, ketiganya lebih memilih media buku cerita bergambar dibandingkan
media sebelumnya dikarenakan buku cerita terdapat banyak gambar dan bisa dibaca
berulang-ulang.
Selain itu, media buku cerita bergambar memiliki beberapa keunggulan lain
yakni dapat mempermudah pemahaman dikarenakan terdapat visualisasi sesuatu yang
ingin disampaikan serta dapat meningkatkan gairah belajar karena tampilan
cenderung tidak membosankan, terutama bagi anak-anak. Berdasarkan tersebut
peneliti memutuskan ingin membuat media buku cerita bergambar untuk dokter kecil.
5
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Dihasilkannya rancangan media buku cerita bergambar yang efektif
untuk dokter cilik di sekolah dasar di Kabupaten Bogor.
1.4.2 Tujuan Khusus
1.4.2.1 Diketahuinya rancangan media buku cerita bergambar yang sesuai
dengan karakteristik personal dokter kecil di SD Negeri
Telukpinang 03.
1.4.2.2 Diketahuinya rancangan media buku cerita bergambar yang sesuai
dengan karakteristik lingkungan SD Negeri Telukpinang 03.
1.4.2.3 Diketahuinya tahapan rancangan media buku cerita bergambar
dokter kecil.
1.4.2.4 Diketahuinya pengetahuan dokter kecil setelah diberikan media
buku cerita bergambar.
6
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan mix method atau penggabungan
pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Dilaksanakan pada bulan April-Desember 2017.
Lokasi penelitian dilaksanakan di SD Negeri Telukpinang 03, Kabupaten Bogor.
Peneliti akan melakukan perancangan media promosi kesehatan berupa buku cerita
bergambar untuk dokter kecil yang dapat dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan,
tujuan dan sasaran. Tujuan dari penelitian ini adalah dihasilkannya rancangan media
buku cerita bergambar yang efektif untuk dokter kecil di SD Telukpinang 03,
Kabupaten Bogor.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
8
2.2.1 Tugas dan Kewajiban Dokter Kecil
Bagi seorang dokter kecil, ada tugas dan kewajiban yang harus
dijalankan yakni sebagai berikut.
a. Selalu bersikap dan berperilaku sehat.
b. Dapat menggerakkan teman sesama teman-teman siswa untuk bersama-
sama menjalankan usaha kesehatan terhadap dirinya masing-masing.
c. Berusaha bagi tercapainya kesehatan lingkungan yang baik di sekolah
maupun di rumah.
d. Membantu guru dan petugas kesehatan pada waktu pelaksanaan pelayanan
kesehatan di sekolah.
e. Berperan aktif dalam rangka peningkatan kesehatan, antara lain Pekan
Kebersihan, Pekan Gizi, Pekan Penimbangan BB dan TB di sekolah, Pekan
Kesehatan Gigi, Pekan Kesehatan Mata, dan kegiatan peningkatan
kesehatan lainnya. (Kementrian Kesehatan RI, 2011)
9
individual to perform adequately a given task job yang memiliki arti bahwa
pelatihan adalah upaya pengembangan sistematik suatu
sikap/pengetahuan/keterampilan/pola perilaku yang diperlukan oleh seseorang
untuk memiliki kemampuan melakukan tugas atau pekerjaan dengan tepat.
Dapat disimpulkan dari kedua pengertian di atas bahwa pelatihan adalah
sebuah proses yang harus dilakukan oleh seseorang/organisasi agar dapat
meningkatkan keterampilan, pengetahuan, sikap dan perilaku agar dapat
melaksanaan tugas dan pekerjaan dengan baik dan benar.
2.2.2 Pelatihan Dokter Kecil
Berdasarkan definisi pelatihan, dapat disimpulkan bahwa pelatihan
dokter kecil merupakan sebuah proses yang harus dilakukan agar dapat
meningkatkan keterampilan, pengetahuan, sikap dan perilaku dokter kecil agar
dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan benar.
10
memasukkan aspek-aspek yang logis. Aspek-aspek yang logis tersebut misalnya
dapat dituangkan ke dalam tokoh cerita, latar atau situasi dan pemilihan kata-kata
yang sesuai dengan usia dokter kecil.
11
f. Dapat menampilkan obyek yang tidak bisa ditangkap dengan mata
g. Memperlancar komunikasi
2.4.3 Fungsi dan Manfaat Media
Dalam promosi kesehatan, media yang baik harus memperhatikan hal-
hal sebagai berikut. (Notoatmodjo 2010)
a. Alat peraga/media harus mudah dimengerti oleh sasaran.
b. Ide atau gagasan yang terkandung di dalamnya harus dapat diterima oleh
sasaran.
Penggunaan media dalam kegiatan promosi kesehatan dapat
memberikan fungsi dan manfaat sebagai berikut. (Notoatmodjo 2010)
a. Dapat menghindari kesalahan pengertian/pemahaman yang salah tafsir.
b. Dapat memperjelas apa yang diterangkan dan dapat lebih mudah ditangkap.
c. Materi promosi yang disampai kan akan lebih lama diingat, terutama hal-
hal yang mengesankan.
d. Dapat menarik serta memusatkan perhatian.
e. Dapat memberi dorongan yang kuat untuk melakukan apa yang dianjurkan.
12
Ungkapan ini mengandung pengertian bahwa cerita bergambar adalah buku
yang memuat pesan melalui ilustrasi yang berupa gambar dan tulisan. Gambar
dan tulisan tersebut membentuk kesatuan yang utuh. (Adipta, Maryaeni dan
Hasanah 2016)
2.5.2 Kelebihan Buku Cerita Bergambar
Buku cerita bergambar ini termasuk ke dalam kategori media cetak
dimana media cetak ini memiliki beberapa kelebihan diantaranya sebagai
berikut. (Notoatmodjo 2010)
a. Media ini dapat bertahan lama
b. Dapat mencakup banyak orang, dalam artian dapat dilihat berulang kali
oleh orang yang berbeda
c. Biaya produksi cukup terjangkau atau tidak terlalu tinggi
d. Media ini tidak memerlukan listrik
e. Dapat dibawa kemana-mana dengan mudah
f. Dapat mengungkit rasa keindahan dikarenakan terdapat tulisan, gambar
dan warna
g. Media ini juga dapat mempermudah pemahaman dikarenakan terdapat
visualisasi sesuatu yang ingin disampaikan
h. Dapat meningkatkan gairah belajar karena tampilan cenderung tidak
membosankan, terutama bagi anak-anak
2.5.3 Kekurangan Buku Cerita Bergambar
Buku cerita bergambar ini termasuk ke dalam kategori media cetak
dimana media cetak ini memiliki beberapa kekurangan diantaranya sebagai
berikut. (Notoatmodjo 2010)
a. Media ini tidak dapat menstimulir efek suara dan efek gerak
b. Mudah terlipat
2.5.4 Isi Materi Media Buku Cerita Bergambar
Dalam media buku cerita bergambar, materi yang akan divisualisasikan
antara lain sebagai berikut.
13
1. Pengenalan Dokter Kecil
Dalam chapter pertama, akan divisualisasikan mengenai apa itu dokter
kecil, syarat dokter kecil, dan tugas-tugas dokter kecil di sekolah.
2. Kesehatan Lingkungan Sekolah
Dalam chapter kedua, akan divisualisasikan mengenai kebersihan
lingkungan sekolah yang meliputi penggunaan air bersih, permasalahan
sampah, dan edukasi toilet.
3. Pencegahan Penyakit Menular
Dalam chapter ketiga, akan divisualisasikan mengenai pencegahan
penyakit yang menular langsung dan penyakit menular yang bersumber
binatang seperti malaria, rabies, DBD dan flu burung.
4. Kesehatan Gigi dan Mulut
Dalam chapter keempat, akan divisualisasikan mengenai pengenalan
bagian mulut dan gigi, penyakit gigi dan mulut pada anak sekolah dasar,
dan pencegahan penyakit gigi dan mulut.
5. Kesehatan Indra Penglihatan
Dalam chapter kelima, akan divisualisasikan mengenai kesehatan mata
dan pencegahan penyakit mata.
6. Kesehatan Indra Pendengaran
Dalam chapter keenam, akan divisualisasikan mengenai kesehatan telinga
dan pencegahan gangguan pada telinga.
7. Imunisasi
Dalam chapter ketujuh, akan divisualisasikan mengenai imuninasi pada
anak usia sekolah dasar.
8. Gizi
Dalam chapter kedelapan, akan divisualisasikan mengenai gizi dasar pada
anak, kantin sekolah dan pemantauan pertumbuhan tubuh anak.
9. Pertolongan Pertama pada Kecelakaan
14
Dalam chapter kesembilan, akan divisualisasikan mengenai pertolongan
pertama yang harus dilakukan apabila terjadi kecelakaan.
10. NAPZA
Dalam chapter kesepuluh, akan divisualisasikan mengenai apa itu
NAPZA dan rokok serta bahayanya bagi tubuh.
11. Pemeriksaan Kesehatan Peserta Didik SD dan MI
Dalam chapter kesebelas, akan divisualisasikan mengenai tata cara
pemeriksaan kesehatan yang meliputi tinggi badan, berat badan, kesehatan
rambut dan kuku sebagai upaya membantu guru UKS dalam memeriksa
siswa-siswi lainnya.
15
Tahap analisis berfokus pada target audiens. Pada tahap analisis,
dilakukan pendefinisian permasalahan instruksional, tujuan instruksional,
sasaran pembelajaran serta dilakukan identifikasi lingkungan
pembelajaran dan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa. (Branch dan
Kopcha 2014)
2.6.1.2 Desain (Design)
Tahap desain merupakan tahap selanjutnya dalam model
ADDIE. Dalam tahap desain, perancang memikirkan keseluruhan elemen
media yang yang akan dibuat, cara menggunakannya, materi dan jalan
cerita yang akan dimuat, jenis media, dan software yang digunakan untuk
membuat media tersebut. (Juhazren dan Misrom t.thn.)
2.6.1.3 Pengembangan (Development)
Dalam tahan pengembangan dilakukan pembuatan dan
penggabungan konten yang sudah dirancang pada tahapan desain.
(Branch dan Kopcha 2014) Selanjutnya, mengkomunikasikan rancangan
yang telah dibuat kepada ahli media dan ahli materi. (Danks 2011)
2.6.1.4 Implementasi (Implementation)
Setelah rancangan dibuat, pembuat rancangan media
menggunakan metode Plan-Do-Study-Act (Rencanakan-Lakukan-
Pelajari-Terapkan) untuk mengimplementasikan setiap dukungan dan
memantau perkembangan untuk menyakinkan bahwa media yang
dihasilkan dapat berfungsi dengan baik. (Danks 2011) Selain itu, pada
tahap ini juga dijelaskan tatacara penggunaan media atau model
pembelajaran akan dijelaskan kepada guru atau orang yang akan
menggunakannya.
16
ADDIE. (Branch dan Kopcha 2014) Dalam evaluasi, terdapat beberapa
tahap dalam mengevaluasi suatu desain pembelajaran sebagai berikut.
17
awali dari faktor manapun terlebih dahulu. Teori timbal balik ini dinamakan Triadic
Resiprocal. (Bandura, 1999)
Hubungan timbal balik antara Person (Orang) dan Behavior (Kebiasaan)
menggambarkan interaksi antara pemikiran, emosi dan perilaku. Harapan,
kepercayaan, persepsi diri, tujuan dan niat memberikan pengaruh dalam kebiasaan
bertindak. Pemikiran, kepercayaan dan perasaan memengaruhi bagaimana seseorang
berperilaku. Dampak alamiah dari tindakan tersebut, dalam hal ini, menentukan
bagian pola pikir dan reaksi emosional. Faktor personal juga meliputi bagian-bagian
biologis dari organisme seperti struktur fisik dan sensor dalam sistem saraf
berpengaruh terhadap kebiasaan dan kapabilitas seseorang. Struktur berpikir, dalam
hal ini, dapat dibentuk oleh perilaku yang dilakukan secara berulang dan terus
menerus. (Bandura, 1989)
Hubungan timbal balik antara Environment (Lingkungan) dan Person (Orang)
fokus kepada hubungan interaktif antara karakteristik seseorang dan pengaruh
lingkungan. Harapan manusia, kepercayaan, bakat emosional dan kompetensi kognitif
dikembangkan dan dibentuk oleh pengaruh sosial yang membawa informasi dan
mengaktifkan reaksi emosional melalui contoh/model, arahan dan ajakan sosial.
(Bandura, 1989) Orang-orang juga menimbulkan reaksi berbeda dari lingkungan
sosial mereka oleh karakteristik fisik, seperti usia, ukuran, ras, jenis kelamin, dan
penampilan fisik, di samping dari apa yang mereka katakan dan lakukan. (Lerner
dalam Bandura, 1989)
Hubungan timbal balik antara behavior (perilaku) dengan environment
(lingkungan) menggambarkan dua hal yang saling mempengaruhi antara perilaku dan
lingkungan. Dalam kehidupan sehari-hari, perilaku mengubah keadaan lingkungan
dan sebaliknya. (Bandura, 1989)
2.7.1 Kognitif atau pengetahuan
18
adalah tingkah laku-tingkah laku yang mengakibatkan orang memperoleh
pengetahuan atau yang dibutuhkan untuk menggunakan pengetahuan. (Syaodih
t.thn.) Faktor kognitif mempunyai peranan penting bagi keberhasilan anak
dalam belajar, karena sebahagian besar aktivitasnya dalam belajar selalu
berhubungan dengan masalah mengingat dan berfikir dimana kedua hal ini
merupakan aktivitas kognitif yang perlu dikembangkan. (Syaodih t.thn.)
2.5.5 Efikasi Diri
Efikasi diri merupakan persepsi orang tentang kemampuan orang lain
untuk melaksanakan tindakan yang diperlukan untuk mencapai hasil tertentu.
(Susanto 2015) Keyakinan seseorang terhadap efikasi dirinya menentukan
tindakan yang akan dipilih, seberapa besar usahanya, seberapa lama bertahan
menghadapi rintangan dan kegagalan, serta ketangguhan menghadapi
kemunduran. (Suryaningrum 2015)
2.5.6 Kebijakan
Reinforcement atau pemaksa ditujukan untuk membuat individu atau
sebuah kelompok melakukan perilaku yang dikehendaki dengan adanya
imbalan, hukuman atau kebijakan (Bandura, 1999) Terlepas dari imbalan dan
hukuman, kebijakan memiliki posisi yang penting didalam sebuah lingkungan.
Ketika sebuah lingkungan terbentuk maka diperlukan kebijakan untuk mengatur
proporsi atau tugas-tugas individu dalam kelompok. (Bandura, 1999)
2.7.4 Observational Learning
Dalam observasi memberikan manusia kesempatan untuk mempelajari
banyak hal tanpa harus mengalami sendiri secara langsung. Inti dari
pembelajaran melalui observasi adalah modeling. (Suryaningrum 2015)
19
2.8 Kerangka Teori
Rancangan media buku cerita bergambar dokter kecil akan dikembangkan
berdasarkan teori kognisi sosial. Teori kognisi sosial terdiri dari faktor individu,
lingkungan dan perilaku. Teori ini sangat berperan dalam mempelajari efek daripada
media massa.
Behavior (Perilaku)
20
BAB III
Perilaku (Behavior)
21
3.2 Definisi Istilah
Berikut merupakan tabel definisi istilah.
22
2. Menguraikan proses permasalahan yang
desain buku cerita ada dan dapat
bergambar dokter menjadi acuan untuk
kecil membuat media
3. Menguraikan proses buku cerita
development atau bergambar.
pengembangan yang 2. Menguraikan proses
akan dilakukan rancangan buku
4. Menguraikan proses cerita bergambar
implementasi yang dimulai meracang
akan dilakukan. jalan cerita, tokoh
5. Menguraikan dsb hingga proses
evaluasi yang akan editing
dilakukan. menggunakan
software Photoshop.
3. Menguraikan proses
pengembangan
media dengan
melibatkan ahli
media dan ahli
materi.
4. Menguraikan proses
implementasi dengan
memberikan arahan
mengenai
penggunaan media
kepada sasaran
5. Menguraikan proses
23
penilaian media
dengan cara
penilaian satu per
satu terhadap
sasaran.
24
bergambar tokoh, jalan
dokter kecil cerita, hingga
mengeditnya
ke dalam
software.
25
BAB IV
METODE PENELITIAN
26
Pada pendekatan kualitatif, informan ditetapkan dengan menggunakan
metode purposive sampling dikarenakan dalam metode ini, sampel ditentukan
dengan pertimbangan tertentu yang dipandang dapat memberikan data secara
maksimal. Informan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah ahli media,
dan guru pembina dokter kecil sebagai ahli materi dikarenakan telah
mendapatkan pelatihan dari Puskesmas.
Adapun kriteria yang diperlukan untuk informan ahli media yakni
sebagai berikut.
a. Menguasai media buku cerita bergambar, mencakup seluruh kesesuaian
elemen yang ada di dalam buku cerita tersebut, seperti tata bahasa, tata
letak, animasi visual, kesesuaian warna dan tulisan, serta kesesuaian jalan
cerita.
b. Merupakan lulusan ilmu desain komunikasi visual (DKV) atau desain
grafis atau bekerja dibidang tersebut.
c. Pernah membuat karya buku cerita bergambar atau editor media buku
cerita bergambar.
d. Bersedia menjadi informan.
4.3.2 Pendekatan Kuantitatif
Pada pendekatan kuantitatif, informan ditetapkan dengan menggunakan
total sampling yaitu teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama
dengan populasi. (Sugiyono 2007) Dalam pendekatan ini, yang menjadi sampel
adalah siswa. Adapun beberapa pertimbangan yang harus dipenuhi oleh siswa
yaitu siswa haruslah seorang dokter kecil yang sudah terpilih berdasarkan
kriteria-kriteria pemenuhan dokter kecil. Adapun kriteria yang digunakan dalam
menentukan dokter kecil di sekolah dasar adalah sebagai berikut.
a. Peserta didik kelas 4 atau kelas 5 Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah dan
belum pernah mendapat pelatihan “Dokter Kecil”.
b. Berprestasi sekolah.
c. Berbadan sehat.
27
d. Berwatak pemimpin dan bertanggung jawab.
e. Berpenampilan bersih dan berperilaku sehat.
f. Berbudi pekerti dan suka menolong.
g. Izin orang tua. (Kementrian Kesehatan RI, 2011)
28
ahli materi sebagai data kualitatif untuk mengetahui penilaian terhadap media
tersebut.
4.4.4 Implementasi (Implementation)
Pada tahap ini, media yang telah dibuat dipastikan dapat memberikan
manfaat kepada sasaran. Selain itu, akan dijelaskan cara menggunakan media
ini, termasuk cara membacanya kepada sasaran.
4.4.5 Evaluasi (Evaluation)
Dalam tahap evaluasi media, hanya sebatas menggunakan evaluasi
formatif satu per satu dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner tersebut
berupa kuesioner pretest dan posttest untuk mengetahui kebermanfaatan media
dalam meningkatkan pengetahuan, serta kuesioner penilaian media untuk
mengetahui tampilan dan isi media secara keseluruhan menurut sasaran.
29
gejala atau fenomena. (Djaali dan Muljono t.thn.) Pengisian kuesioner akan
diisi sendiri oleh informan.
4.5.2 Instrumen Penelitian
Untuk instrument penelitian ini dibedakan berdasarkan metode
penelitian sebagai berikut.
4.5.2.1 Penelitian Kualitatif
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman
wawancara mendalam (indepth interview). Instrumen ini dipilih karena
mampu menggali informasi lebih dalam dari informan dan dianggap lebih
efektif.
4.5.2.2 Pendekatan Kuantitatif
Instrumen yang digunakan dalam pendekatan kuantitatif adalah
kuesioner pretest dan posttest serta kuesioner penilaian media. Instrumen ini
dirasa lebih efektif untuk mengukur pengetahuan dan menilai suatu media
mengingat yang menjadi sasaran adalah anak-anak sekolah dasar.
4.5.3 Triangulasi Data
Triangulasi merupakan suatu cara mendapatkan data yang benar-benar
absah dengan menggunakan pendekatan metode ganda. (Bachri 2010) Untuk
itu, triangulasi data ini sangat penting untuk dilakukan untuk mendapatkan data
yang sebenar-benarnya.
Dalam penelitian ini, cara triangulasi data yang digunakan adalah
triangulasi sumber. Triangulasi sumber berarti membandingkan mencek ulang
derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui sumber yang
berbeda. (Bachri 2010) Untuk penelitian media buku cerita bergambar untuk
dokter kecil, triangulasi sumber yang dilakukan yakni kepada ahli media, ahli
materi dan dokter kecil di SD Negeri Telukpinang 03.
4.5.4 Analisis Data
4.5.4.1 Pendekatan Kualitatif
30
Pada penelitian ini, dalam pendekatan kualitatif analisis data
dilakukan dengan metode content analysis. Dalam metode content analysis,
langkah-langkah yang harus dilakukan menurut Hadari Nawawi yaitu
sebagai berikut. (Soejono dan Abdurrahman 2005)
1. Menyeleksi teks yang akan digunakan dengan memperhatikan:
a. Menghubungi ahli media dan materi bahwa isi yang dianalisis akan
bermanfaat bagi sasaran.
b. Melakukan observasi atau studi literatur untuk mengetahui keluasan
pemakaian media tersebut.
c. Menetapkan standar isi buku di bidang tersebut dari segi teoretis dan
kegunaan praktisnya. (Soejono dan Abdurrahman 2005)
2. Menyusun item-item yang spesifik tentang isi dan bahasa yang akan
diteliti sebagai sarana pengumpul data
3. Melaksanakan penelitian sebagai berikut.
a. Menetapkan cara yang ditempuh, apakah dilakukan pada
keseluruhan isi media, bab per bab,
b. atau memisahkan ilustrasi dengan teks dan sebagainya.
c. Melakukan pengukuran terhadap teks secara kualitatif.
d. Membandingkan hasil penelitian berdasarkan standar yang telah
ditetapkan melalui item-item spesifik yang telah disusun. (Soejono
dan Abdurrahman 2005)
4.5.4.2 Pendekatan Kuantitatif
Dalam analisis data kuantitatif, data yang diperoleh berupa data
univariat yang akan diolah menggunakan software pengolah data. Tujuan
dari pengolahan data ini adalah untuk menggambarkan pengetahuan dan
penilaian dokter kecil mengenai media buku cerita bergambar.
4.5.5 Penyajian Data
4.5.5.1 Pendekatan Kualitatif
31
Dalam pendekatan kualitatif, data penelitian ini akan disajikan
dalam bentuk narasi dan matriks. Narasi digunakan untuk menggambarkan
pendapat informan secara keseluruhan dan detail. Sedangkan matriks
digunakan untuk mempermudah pembaca untuk menarik kesimpulan.
4.5.5.2 Pendekatan Kuantitatif
Dalam pendekatan kuantitatif, data berupa gambaran pengetahuan
yang akan disajikan yaitu berupa mean, modus, median, dan standar
deviasi. Sedangkan data berupa penilaian media akan disajikan dalam
bentuk diagram batang.
32
DAFTAR PUSTAKA
33
Permainan Edukatif Untuk Anak Usia Sekolah Dasar.” Jurnal Ilmiah
Mahasiswa III, no. 1 (April 2013): 7-10.
Juhazren, Junaidi, dan Nur Suhaila Binti Misrom. “Pembinaan Modul Pembelajaran
Kendiri (MPK) Bagi Perisian Makromedia Authorware 7 Berasakan Teori
Konstruktivisme.” Fakulti Pendidikan , Universiti Teknologi Malysia, t.thn.
Notoatmojo, Soekidjo. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta,
2007.
34
Soejono, dan Abdurrahman. Metode Penelitian Suatu Pemikiran dan Penerapan.
Jakarta: Rineka Cipta, 2005.
Solang, Sesca Diana, Nansy Losu, dan Naomy Marie Tando. Promosi Kesehatan
untuk Mahasiswa Kebidanan. Bogor: Penerbit In Media, 2016.
35
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK AHLI MEDIA
Nama : ………………………………………………….
Kelas : ………………………………………………….
3. Penyakit yang dapat ditularkan dari penderita ke orang sehat secara langsung baik
melalui kulit, saluran napas, saluran pencernaan, kontak langsung dengan cairan
tubuh disebut…
A. Penyakit menular langsung
B. Penyakit menular tidak langsung
C. Penyakit tidak menular
D. Penyakit rawan menular
4. Perilaku apakah yang dapat menyebabkan gigi dan mulut menjadi tidak sehat?
A. Makan makanan yang menyehatkan gigi
B. Terlalu banyak minum minuman bersoda dan makan permen
C. Rutin menggosok gigi dua kali sehari
D. Menggosok gigi menggunakan pasta gigi yang mengandung flour
5. Perilaku di bawah ini yang dapat menyebabkan mata mejadi tidak sehat adalah…
A. Duduk dengan sikap tegak saat membaca
B. Terlalu lama menggunakan gadget (handphone, laptop, atau computer)
C. Membaca bacaan yang letaknya kira-kira 40 cm dari mata
D. Membaca di tempat dengan sinar yang cukup
10. Zat gizi pokok yang berperan dalam menghasilkan tenaga bagi tubuh adalah…
A. Karbohidrat
B. Protein
C. Lemak
D. Mineral
11. Berikut adalah cara memilih makanan bergizi di kantin sekolah, kecuali…
A. Pilih makanan yang mengandung pemanis buatan seperti minuman bersoda,
permen, coklat
B. Pilih makanan yang dapat menjadi sumber tenaga seperti singkong goring,
ketan dan lainnya
C. Pilih makanan yang mengandung pemanis alami, seperti buah-buahan
D. Pilih makanan yang dipersiapkan dengan campuran zat tenaga, zat
pembangun dan zat pengatur seperti gado-gado, nasi pecel, dan lainnya
12. Berikut adalah pedoman yang harus dipegang oleh pelaku P3K, kecuali…
A. Penolong mengamankan diri sendiri lebih dahulu sebelum bertindak
B. Amankan korban dari gangguan di tempat kejadian sehingga bebas dari
bahaya
C. Tidak perlu menghubungi ambulans, dokte, rumah sakit atau yang berwajib
D. Tindakan pertolongan terhadap korban dalam urutan yang paling tepat
13. Cara pencegahan yang dapat dilakukan agar terhindar dari NAPZA, rokok, dan
minuman keras adalah…
A. Hindari pergaulan dengan teman atau lingkungan yang tercemar NAPZA<
rokok dan minuman keras
B. Berani mengatakan tidak terhadap bujukan teman
C. Aktif dalam kegiatan-kegiatan yang positif
D. Semua benar
14. Bagian tubuh yang diperiksa dalam pemeriksaan kebersihan perorangan adalah,
kecuali…
A. Rambut, telinga, mata, hidung, gigi
B. Leher, tangan dan kaki
C. Kulit sekitar badan
D. Bukan merupakan bagian tubuh di atas
15. Dalam menimbang berat dan mengukur tinggi badan, hal-hal yang harus
diperhatikan adalah sebagai berikut, kecuali…
A. Anak naik ke atas timbangan dan berdiri tegak tanpa berpegang pada dinding
B. Pengukuran sebaiknya dilakukan pada pagi hari sebelum pelajaran dimulai
C. Sepatu, sandal, topi/peci sebaiknya dilepas dahulu
D. Lupa mencatat angka yang ditunjukkan oleh jarum
LAMPIRAN 4
KUESIONER PENILAIAN MEDIA
Kriteria Penilaian
No. Indikator Penilaian Sangat Sangat
Baik Cukup Kurang
Baik Kurang
TULISAN
1. Tulisan yang terdapat
dalam buku cerita
bergambar dapat terbaca
2. Bentuk tulisan yang
digunakan dalam buku
cerita bergambar
3. Warna tulisan dalam buku
cerita bergambar
BAHASA
4. Pemilihan kata yang
digunakan dalam buku
cerita bergambar
GAMBAR
5. Gambar yang terdapat di
dalam buku cerita
bergambar dapat
menjelaskan isi materi
6. Warna yang terdapat dalam
buku cerita bergambar
JALAN CERITA
7. Jalan cerita di dalam buku
cerita bergambar
8. Tokoh-tokoh yang terdapat
didalam buku cerita
bergambar
WARNA
9. Perpaduan warna secara
keseluruhan dalam buku
cerita bergambar
LAMPIRAN 5
MATRIKS HASIL WAWANCARA MENDALAM PERWAKILAN PELATIHAN DOKTER KECIL