Anda di halaman 1dari 31

ASUHAN KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS PADA

AGREGAT ANAK USIA SEKOLAH

(Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Komunitas II)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PUANGRIMAGGALATUNG

i
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.
Segala puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat
rahmat dan hidayah-Nya sehingga tim penulis dapat menyelesaikan laporan
dengan judul “Asuhan Keperawatan Kesehatan Komunitas Pada Agregat Anak
Usia Sekolah”.
Laporan ini bertujuan untuk memahami asuhan keperawatan komunitas di
SDN IV Wonokromo Surabaya. Selanjutnya , tim penulis ingin menyampaikan
rasa terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang membantu
kelancaran penulisan laporan ini, baik berupa dorongan moril maupun materil.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari penulisan
laporan ini, baik dari materi maupun teknik penyajiannya. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.

Sengkang, 2024

Kelompok

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB 1......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2

1.3 Tujuan........................................................................................................2

BAB II......................................................................................................................3

TINJAUN PUSTAKA.............................................................................................3

2.1 Konsep Dasar Keperawatan Komunitas....................................................3

2.1.1 Definisi Keperawatan Komunitas......................................................3

2.1.2 Tujuan Keperawatan Komunitas........................................................4

2.1.3 Sasaran Keperawatan Komunitas.......................................................4

2.1.4 Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas......................................6

2.2 Konsep Keperawatan Kesehatan Sekolah.................................................7

2.2.1 Pengertian UKS..................................................................................7

2.2.2 Tujuan UKS.......................................................................................7

2.2.3 Alasan Mendasar Perlunya UKS........................................................8

2.2.4 Tiga Program Pokok Usaha Kesehatan Sekolah................................8

2.2.5 Peran Perawat Kesehatan Sekolah...................................................10

BAB III..................................................................................................................11

TINJAUN KASUS.................................................................................................11

3.1 Pengkajian...............................................................................................11

ii
3.2 Diagnosa Prioritas Keperawatan Komunitas...........................................20

3.3 Intervensi Keperawatan...........................................................................21

3.4 Implementasi...........................................................................................22

3.5 Evaluasi...................................................................................................24

BAB IV..................................................................................................................25

PENUTUP..............................................................................................................25

4.1 Kesimpulan..............................................................................................25

4.2 Saran........................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................26

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan merupakan bagian integral dari kehidupan manusia, bertolak
dari latar belakang manusia yang berbeda-beda. Hal ini mengakibatkan
banyak faktor yang terjadi dan berhubungan dengan masalah kesehatan di
dalam komunitas masyarakat.
Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang mempunyai
persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan kelompok
khusus dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan norma dan nilai yang
telah melembaga (Sumijatun dkk, 2006). Keperawatan komunitas di bagi
berdasarkan kelompok usia diantaranya adalah kelompok usia anak sekolah.
Menurut Wong (2008), anak sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun, yang
artinya sekolah menjadi pengalaman inti anak. Periode ketika anak-anak
dianggap mulai bertanggung jawab atas perilakunya sendiri dalam hubungan
dengan orang tua mereka, teman sebaya, dan orang lainnya.
Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014 mulai masuk sekolah
merupakan hal penting bagi tahap perkembangan anak. Banyak masalah
kesehatan terjadi pada anak usia sekolah, seperti misalnya pelaksanaan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) seperti menggosok gigi dengan baik
dan benar, mencuci tangan menggunakan sabun, karies gigi, kecacingan,
kelainan refraksi/ketajaman penglihatan dan masalah gizi. Pelayanan
kesehatan pada anak termasuk pula intervensi pada anak usia sekolah. (Profil
Kesehatan Indonesia, 2014).
Masalah-masalah kesehatan pada anak usia sekolah yang muncul biasanya
berkaitan dengan kebersihan perorangan dan lingkungan. Sehingga isu yang
lebih menonjol adalah perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), seperti cara
menggosok gigi yang benar, cuci tangan pakai sabun, dan kebersihan diri
lainnya. Berdasarkan hasil Riskesdas 2007, menunjukkan bahwa kurang dari
10% orang-orang Indonesia yang menggosok gigi dengan benar.

1
Berdasarkan hasil pengkajian data yang dilakukan di kelurahan
Wonokromo Surabaya yang dilakukan pada tanggal 12 November 2012.
Ditemukan sebagian besar anak SDN IV Wonokromo yang memiliki masalah
kebersihan diri (personal hygiene), cukup banyak antara lain 45 murid yang
bermasalah pada gigi dengan persentase 36.5 %, 25 murid yang tidak
menggosok gigi dengan persentase 20.3%, 6 murid yang tidak tidak mencuci
tangan sebelum makan dengan persentase 4.9%, 15 murid yang tidak mencuci
kaki sebelum tidur dengan persentase 12.1 %, 7 murid tidak biasa memakai
alas kaki dengan persentase 5.7 %, 20 murid tidak biasa potong kuku dengan
persentase 16.2% , 5 murid yang mempunyai kebiasaan mandi 1 kali sehari
dengan persentase 4%. Dampak negatif dari perilaku tersebut adalah
menimbulkan berbagai penyakit yang terjadi seperti karies gigi, diare,
cacingan, dan gatal-gatal. Sehingga perlu untuk ditindak lanjuti dengan
pemberian asuhan keperawatan.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana mahasiswa mampu menerapkan konsep asuhan keperawatan
komunitas pada anak usia sekolah?
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar serta asuhan keperawatan
komunitas pada agregat anak usia sekolah.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar keperawatan komunitas
b. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep keperawatan kesehatan
sekolah
c. Mahasiswa mampu membuat dan melaksanakan asuhan keperawatan
komunitas pada agregat anak usia sekolah.

2
BAB II

TINJAUN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Keperawatan Komunitas


2.1.1 Definisi Keperawatan Komunitas
Komunitas berarti sekelompok individu yang tinggal pada wilayah
tertentu, memiliki nilai-nilai keyakinan dan minat yang relative sama,
serta berinteraki satu sama lain untuk mencapai tujuan. (Mubarak &
Chayatin, 2009). Keperawatan komunitas merupakan suatu sintesis dari
praktik keperawatan dan praktik kesehatan masyarakat yang diterapkan
untuk meningkatkan serta memelihara kesehatan penduduk. Sasaran
dari keperawatan kesehatan komunitas adalah individu yaitu balita gizi
buruk, ibu hamil resiko tinggi, usia lanjut, penderita penyakit menular.
Sasaran keluarga yaitu keluarga yang termasuk rentan terhadap masalah
kesehatan dan prioritas. Sasaran kelompok khusus, komunitas baik
yang sehat maupun sakit yang mempunyai masalah kesehatan atau
perawatan (Ratih Dwi Ariani, 2015) .
Definisi keperawatan kesehatan komunitas menurut American
Public Health Association (2004) yaitu sintesis dari ilmu kesehatan
masyarakat dan teori keperawatan profesional yang bertujuan
meningkatkan derajat kesehatan pada keseluruhan komunitas.
Keperawatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan
profesional yang ditujukan kepada masyarakat dengan pendekatan pada
kelompok resiko tinggi dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang
optimal melalui pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan
dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan
dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi pelayanan keperawatan (Veronica, Nuraeni, & Supriyono,
2017).
Jadi dapat disimpulkan, keperawatan komunitas adalah pelayanan
keperawatan profesional yang ditujukan kepada komunitas masyarakat

3
yang bertujuan meningkatkan derajat kesehatan pada keseluruhan
komunitas di masyarakat.
2.1.2 Tujuan Keperawatan Komunitas
Tujuan keperawatan komunitas adalah untuk pencegahan dan
peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya-upaya sebagai
berikut:
a. Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap
individu, keluarga, kelompok, dalam konteks komunitas.
b. Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakt (health
general community) dengan mempertimbangkan permasalahan atau
isu kesehatan masyarakat yang dapat mempengaruhi keluarga,
individu dan kelompok.
2.1.3 Sasaran Keperawatan Komunitas
Fokus utama kegiatan pelayanan keperawatan kesehatan komunitas
adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keperawatan,
membimbing dan mendidik individu, keluarga, kelompok, masyarakat
untuk menanamkan pengertian, kebiasaan dan perilaku hidup sehat
sehingga mampu memelihara dan meningkatkan derajad kesehatannya.
Sasaran Keperawatan Kesehatan Komunitas (Depkes, 2006) .
1. Sasaran individu
Sasaran priotitas individu adalah balita gizi buruk, ibu hamil risiko
tinggi, usia lanjut, penderita penyakit menular (TB Paru, Kusta,
Malaria, Demam Berdarah, Diare, ISPA/Pneumonia) dan penderita
penyakit degeneratif.
2. Sasaran keluarga
Sasaran keluarga adalah keluarga yang termasuk rentan terhadap
masalah kesehatan (vulnerable group) atau risiko tinggi (high risk
group), dengan prioritas :
a. Keluarga miskin belum kontak dengan sarana pelayanan
kesehatan (Puskesm dan jaringannya) dan belum mempunyai
kartu sehat.

4
b. Keluarga miskin sudah memanfaatkan sarana pelayanan
kesehatan mempunyai masalah kesehatan terkait dengan
pertumbuhan dan perkembangan balita, kesehatan
reproduksi, penyakit menular.
c. Keluarga tidak termasuk miskin yang mempunyai masalah
kesehatan prioritas serta belum memanfaatkan sarana
pelayanan kesehatan
3. Sasaran kelompok
Sasaran kelompok adalah kelompok masyarakat khusus yang rentan
terhadap timbulnya masalah kesehatan baik yang terikat maupun
tidak terikat dalam suatu institusi.
a. Kelompok masyarakat khusus tidak terikat dalam suatu
institusi antara lain Posyandu, Kelompok Balita, Kelompok
ibu hamil, Kelompok Usia Lanjut, Kelompok penderita
penyakit tertentu, kelompok pekerja informal.
b. Kelompok masyarakat khusus terikat dalam suatu institusi,
antara lain sekolah, pesantren, panti asuhan, panti usia lanjut,
rumah tahanan (rutan), lembaga pemasyarakatan (lapas).
4. Sasaran masyarakat
Sasaran masyarakat adalah masyarakat yang rentan atau mempunyai
risiko tinggi terhadap timbulnya masalah kesehatan, diprioritaskan
pada a. Masyarakat di suatu wilayah (RT, RW, Kelurahan/Desa)
yang mempunyai :
a. Jumlah bayi meninggal lebih tinggi di bandingkan daerah
lain
b. Jumlah penderita penyakit tertentu lebih tinggi dibandingkan
daerah lain
c. Cakupan pelayanan kesehatan lebih rendah dari daerah lain
d. Masyarakat di daerah endemis penyakit menular (malaria,
diare, demam berdarah, dll)
e. Masyarakat di lokasi/barak pengungsian, akibat bencana atau
akibat lainnya

5
2.1.4 Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas
Strategi intervensi keperawatan komunitas adalah sebagai berikut:
a. Proses kelompok (group process)
Seseorang dapat mengenal dan mencegah penyakit,
tentunya setelah belajar dari pengalaman sebelumnya, selain faktor
pendidikan/pengetahuan individu, media masa, Televisi,
penyuluhan yang dilakukan petugas kesehatan dan sebagainya.
Begitu juga dengan masalah kesehatan di lingkungan sekitar
masyarakat, tentunya gambaran penyakit yang paling sering
mereka temukan sebelumnya sangat mempengaruhi upaya
penangan atau pencegahan penyakit yang mereka lakukan. Jika
masyarakat sadar bahwa penangan yang bersifat individual tidak
akan mampu mencegah, apalagi memberantas penyakit tertentu,
maka mereka telah melakukan pemecahan-pemecahan masalah
kesehatan melalui proses kelompok.
b. Pendidikan Kesehatan (Health Promotion)
Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku
yang dinamis, dimana perubahan tersebut bukan hanya sekedar
proses transfer materi/teori dari seseorang ke orang lain dan bukan
pula seperangkat prosedur. Akan tetapi, perubahan tersebut terjadi
adanya kesadaran dari dalam diri individu, kelompok atau
masyarakat sendiri. Sedangkan tujuan dari pendidikan kesehatan
menurut Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 maupun
WHO yaitu ”meningkatkan kemampuan masyarakat untuk
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan; baik fisik, mental
dan sosialnya; sehingga produktif secara ekonomi maupun secara
sosial.
c. Kerjasama (Partnership)
Berbagai persoalan kesehatan yang terjadi dalam
lingkungan masyarakat jika tidak ditangani dengan baik akan

6
menjadi ancaman bagi lingkungan masyarakat luas. Oleh karena
itu, kerja sama sangat dibutuhkan dalam upaya mencapai tujuan
asuhan keperawatan komunitas melalui upaya ini berbagai
persoalan di dalam lingkungan masyarakat akan dapat diatasi
dengan lebih cepat.
2.2 Konsep Keperawatan Kesehatan Sekolah
2.2.1 Pengertian UKS
Usaha kesehatan sekolah (UKS) merupakan salah satu usaha
kesehatan pokok yang dilaksanakan oleh puskesmas dan juga usaha
kesehatan masyarakat yang dijalankan di sekolah-sekolah dengan anak
didik beserta lingkungan sekolahnya sebagi sasaran utama. Usaha
kesehatan di sekolah juga berfungsi sebagai lembaga penerangan agar
anak tahu bagaimana cara menjaga kebersihan diri, menggosok gigi
yang benar, mengobati luka, merawat kuku dan juga memperoleh
pendidikan seks yang sehat ( Prasasti, 2008).
Usaha kesehatan sekolah merupakan perpaduan antara dua upaya
dasar, yaitu upaya pendidikan dan upaya kesehatan yang pada
gilirannya nanti diharapkan UKS dapat dijadikan sebagai usaha untuk
meningkatkan kesehatan anak usia sekolah pada setiap jalur, jenis dan
jenjang pendidikan ( P.Anto, 2006). Usaha kesehatan disekolah juga
merupakan wadah untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan
derajat kesehatan peserta didik sedini mungkin.
Jadi bisa disimpulkan usaha kesehatan sekolah adalah upaya yang
dilakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan peserta didik.
2.2.2 Tujuan UKS
a. Tujuan umum
Untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat
kesehatan peserta didik serta menciptakan lingkungan sehat,
sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan anak yang
optimal dalam rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya.
b. Tujuan khusus

7
Untuk meningkatkan derajat kesehatan peserta didik yang
mencakup upaya menurunkan angka kesehatan anak sekolah;
meningkatkan kesehatan peserta didik, baik fisik, mental maupun
sosial; serta memberikan pengetahuan, sikap, dan keterampilan
untuk melaksanakan prinsip hidup sehat.
2.2.3 Alasan Mendasar Perlunya UKS
Berikut ini akan dijelaskan alasan mendasar mengapa UKS itu
amat diperlukan:
1. Anak usia sekolah merupakan kelompok yang beresiko terkena
berbagai macam penyakit yang dapat mengganggu status
kesehatannnya.
2. Anak usia sekolah merupakan kelompok anak terbesar, sehingga
sasarannya sangat tepat.
3. Pada anak usia sekolah penting ditanamkan pemahaman mendasar
tentang apa itu kesehatan, khususnya perilaku untuk selalu hidup
bersih dan sehat.
4. Kesehatan juga turut menentukan prestasi yang dicapai oleh anak
didik.
5. Sekolah merupakan institusi yang bersifat formal sehingga mudah
diorganisasikan di bidang kesehatan.
6. Promosi kesehatan melalui anak-anak sekolah akan efisien dan
efektif dalam kaitannya menanamkan.
2.2.4 Tiga Program Pokok Usaha Kesehatan Sekolah
Untuk meningkatkan kesadaran hidup sehat dan derajat kesehatan
peserta didik, dilakukan upaya menanamkan prinsip hidup sehat sedini
mungkin melalui pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan
pembinaan di lingkungan sekolah sehat yang dikenal denga istilah tiga
program pokok (trias) UKS (Depkes RI, 2003).
1. Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah usaha sadar untuk menyiapkan
peserta didik agar dapat tumbuh kembang sesuai, selaras, seimbang
dan sehat baik fisik, mental, sosial maupun lingkungan melalui

8
kegiatan bimbingan, pengajaran dan/atau latihan yang diperlukan
bagi peranannya saat ini maupun di masa yang mendatang.

2. Pelayanan Kesehatan
Penekanan utama pada pelayanan kesehatan disekolah atau
madrasah adalah upaya peningkatan (promotif), pencegahan
(preventif), pengobatan (kuratif), dan pemulihan (rehabilitatif) yang
dilakukan secara serasi dan terpadu terhdap peserta didik pada
khususnya dan warga sekolah pada umumnya dibawah koordinasi
guru pembinan UKS dengan bimbingan teknis dan pengawasan
puskesmas setempat.
3. Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat
Program pembinaan lingkungan sekolah sehat mencakup
pembinaan lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, masyarakat
dan unsur-unsur penunjang. Program pembinaan lingkungan
sekolah:
1) Lingkungan fisik sekolah
a. Penyediaan dan pemeliharaan tempat penampungan air bersih
b. Pengadaan dan pemeliharaan tempat pembuangan sampah
c. Pengadaan dan pemeliharaan air limbah
d. Pemeliharaan kamar mandi, WC kakus, urinoar
e. Pemeliharaan kebersihan dan kerapihan ruangan kelas, ruang
perpustakaan, ruang laboratorium dan tempat ibadah
f. Pemeliharaan kebersihan dan keindahaan halaman dan kebun
sekolah (termasuk pengelihatan sekolah)
g. Pengadaan dan pemeliharaan warung atau kantin sekolah h)
Pengadaan dan pemeliharaan pagar sekolah
2) Lingkungan mental dan sikap
3) Program pembinaan lingkungan mental dan sosial yang
sehatdilakukan melalui usaha pemantapan sekolah sebagai
lingkungan pendidikan (wiyata mandala) dengan meningkatkan
pelaksanaan konsep ketahan sekolah, sehingga tercipta suasasa

9
dan hubunan kekeluargaan yang akrab dan erat antara sesama
warga sekolah.

2.2.5 Peran Perawat Kesehatan Sekolah


1. Sebagai pelaksana asuhan keperawatan di sekolah, perawat
mempunyai peran :
a. Mengkaji masalah kesehatan dan keperawatan peserta didik
dengan melakukan pengumpulan data, analisis data, analisis data,
serta perumusan dan prioritas masalah.
b. Menyusun perencanaan kegiatan UKS bersama Tim Pembina
Usaha Kesehatan di Sekolah (TPUKS).
c. Melaksanakan kegiatan UKS sesuai dengan rencana kegiatan
yang disusun.
d. Menilai dan memantau hasil kegiatan UKS
e. Mencatat dan melaporkan sesuai dengan prosedur yang
ditetapkan.
2. Sebagai pengelola kegiatan UKS, perawat kesehatan yang bertugas
di puskesmas menjadi salah seorang anggota dalam TPUKS atau
dapat juga ditunjuk sebagai seorang koodinator UKS di tingkat
puskesmas. Bila perawat kesehatan ditunjuk sebagai koordinasi
maka pengelolaan pelaksanaan UKS menjadi tanggung jawabnya
atau paling tidak ikut terlibat dalam tim pengelola UKS.
3. Sebagai penyuluh dalam bidang kesehatan, peranan perawat
kesehatan dalam memberikan penyuluhan kesehatan dapat dilakukan
secara langsung (melalui kesehatan yang bersifat umum dan
klasikal) atau tidak langsung sewaktu melakukan pemeriksaan
kesehatan peserta didik secara perseorangan.

10
BAB III

TINJAUN KASUS

3.1 Pengkajian
Pengkajian pada agregat anak sekolah menggunakan pendekatan
Community as partner meliputi : data inti komunitas dan subsystem.
A. Data Inti Komunitas
1. Demografi : Jumlah anak sekolah keseluruhan menurut data Monografi
SDN Wonokromo IV Surabaya untuk usia 6 – 12 tahun + 123 siswa,
jumlah anak sekolah menurut jenis kelamin dan golongan umur
tergambar pada grafik di bawah ini.
Diagram 1 Karakteristik anak sekolah Berdasarkan Umur dan Jenis
Kelamin di SDN Wonokromo IV Surabaya bulan November tahun
2012.

30

25

20

15

10

0
6 - 7 tahun 8 - 9 tahun 10 - 11 tahun 12 tahun

Perempuan Laki-laki

Dari 123 siswa SDN IV Wonokromo antara siswa laki-laki yang


berumur 8 – 9 tahun dan anak perempuan berumur 8 – 9 tahun
mempunyai prosentase yang hampir sama yaitu 20.5 % dan 20 %.
2. Status perkawinan
100% dari anak usia sekolah belum kawin.
3. Nilai, kepercayaan dan agama :
Agama yang dianut oleh anak sekolah tergambar pada diagram di
bawah ini

11
Diagram 2 : Karakteristik anak usia sekolah Berdasarkan Agama di
SDN IV Wonokromo Surabaya pada November 2012

Agama

95.00%
85.00%
75.00%
65.00%
55.00%
45.00%
35.00%
25.00%
15.00%
5.00%
Islam Kristen

Agama 0.99 0.031 NaN NaN

Dari diagram di atas mayoritas responden beragama Islam yaitu

96,9 %. Berdasarkan winshield survey dan data dari monografi

didapatkan tidak tersedia musalah untuk tempat beribadah karena letak

SD bersebelahan dengan masjid, kegiatan keagamaan dilaksanakan di

masjid tersebut. Di sekolah terdapat mata pelajaran Agama.

Sedangkan dari hasil wawancara dengan guru agama, menyatakan


bahwa nilai/norma/budaya yang dianut anak-anak SD baik, kehidupan
beragama berjalan dengan harmonis, dan anak-anak rajin dan antusias
dalam mengikuti kegiatan keagamaan yang dilaksanakan.
B. Data Subsystem
Delapan subsistem yang dikaji sebagai berikut :
1. Lingkungan Fisik
- Tipe sekolah permanen, tempatnya strategis dekat dengan jalan raya.
Kebersihan lingkungan sekolah kurang terjaga dengan baik, terdapat
1 kantin di dalam sekolah yang menjual makanan yang kurang
terjamin kebersihannya. Terdapat banyak penjual makanan di depan
gerbang sekolah. Jenis makanan yang dijual tidak terjamin
kebersihannya. Terdapat 2 kamar mandi yang terpisah antara kamar
mandi anak laki-laki dan perempuan. Kondisi terawat dengan baik.

12
- Hasil wawancara dengan kepala sekolah, bahwa di sekolah SDN IV
Wonokromo terdapat kegiatan ekstrakulikuler yang sudah lama
berjalan seperti olahraga meliputi sepak bola dan senam, kesenian
meliputi tari dan musik dan kegiatan keagamaan seperti pengajian.
- Adanya kebiasaan pada lingkungan anak usia sekolah yang kurang
baik bagi perkembangan anak yaitu orang tua dan lingkungan anak
yang membiasakan tidak menggosok gigi sebelum tidur sehingga
kebiasaan ini diikuti oleh anak usia sekolah.
2. Pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial
Pelayanan kesehatan di sekolah SDN IV Wonokromo terdapat UKS
untuk tempat istirahat dan pemeriksaan bagi anak yang sakit. Selain itu
juga terdapat ruang BK (Bimbingan Konseling) untuk konsultasi siswa.
3. Ekonomi
Berdasarkan hasil wawancara kepada para siswa kebanyakan orang
tua para siswa mempunyai pekerjaan sebagai wiraswasta dan berdagang
untuk mencari nafkah.
4. Keamanan dan Transportasi
a. Keamanan
Terdapat satpam sekolah yang membantu anak sekolah
menyebrang jalan raya, akan tetapi ditemukan kebiasaan yang
mengancam kesehatan anak usia sekolah :
1) Kebiasaan jajan sembarangan
Dari 123 angket yang terkumpul, didapatkan data tentang
kebiasaan jajan sembarangan pada anak usia sekolah adalah
sebagai berikut :

13
Diagram 3 : Kebiasaan jajan sembarangan yang dilakukan oleh
anak usia sekolah di sekolah SDN IV Wonokromo

Kebiasaan Jajan Sembarangan


80
70
60
50
40
30
20
10
0
Ya Tidak

Pada diagram diketahui mayoritas anak usia sekolah memiliki


kebiasaan jajan sembarangan sebesar 98 anak (80%). Ini
merupakan hal yang negatif bagi kesehatan anak usia sekolah
karena kebersihan makanan dan kandungan gizi yang ada di
dalam makanan tersebut bisa menimbulkan berbagai macam
masalah kesehatan untuk anak usia sekolah.
2) Jenis Jajanan yang dikonsumsi Anak Usia Sekolah
Dari 123 angket yang terkumpul, didapatkan data tentang
kebiasaan jajan sembarangan pada anak usia sekolah adalah
sebagai berikut :
Diagram 4 : Jenis Jajanan yang dikonsumsi Anak Usia Sekolah
SDN IV Wonokromo

50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
Permen Coklat Snack

14
Pada diagram diketahui mayoritas jenis jajanan anak usia sekolah
adalah permen sebanyak 50 anak (40,6 %). Ini merupakan hal
yang negatif bagi kesehatan gigi anak usia sekolah karena dalam
permen mengandung kandungan gula yang tinggi sehingga
berisiko tinggi terjadi kejadian karies gigi pada anak usia sekolah
di SDN IV Wonokromo.
3) Kebiasan menggosok gigi sebelum tidur
Diagram 5 : Kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur yang
dilakukan oleh anak usia sekolah di sekolah SDN IV Wonokromo

Kebiasaan Menggosok Gigi

80
70
60
50
40
30
20
10
0
Ya Tidak
Pada diagram diketahui mayoritas anak usia sekolah tidak
menggosok gigi sebelum tidur sebanyak 92 anak (75 %). Ini
merupakan hal yang negatif bagi perilaku anak usia sekolah
karena kebiasaan ini harusnya ditanamkan sejak dini, selain itu
apabila tidak menggosok gigi dapat menyebabkan berbagai
macam masalah kesehatan gigi dan mulut.
Berdasarkan wawancara dari petugas UKS menyatakan
bahwa anak-anak SDN IV Wonokromo sudah mendapat
pengetahuan tentang cara menggosok gigi. Alasan kebiasaan anak
SD tidak menggosok gigi sebelum tidur dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.

15
Tabel 1: Frekuensi alasan anak SDN IV Wonokromo tidak
menggosok gigi sebelum tidur
Alasan tidak gosok Jumlah Persentase
gigi
Malas 50 40.6 %
Tidak disuruh ortu 60 48.7 %
Lupa 13 10.5 %
Total 123 100 %

b. Transportasi
Jenis transportasi yang digunakan anak-anak SDN IV Wonokromo
adalah sepeda, jalan kaki, dan diantar oleh orang tua.
5. Politik dan pemerintahan
Pada subsystem politik dan pemerintahan bagi anak usia sekolah
adalah keikut sertaan anak dalam organisasi sosial di sekolah serta
kebijakan pemerintah terhadap masalah yang terkait dengan anak usia
sekolah. Keikutsertaan anak pada organisasi di sekolah yaitu mengikuti
kegiatan kepramukaan.
6. Komunikasi
a. Komunikasi formal
Media komunikasi yang digunakan oleh anak untuk memperoleh
informasi pengetahuan tentang gosok gigi berasal dari media, para
guru dan orang tua. Hasil pengkajian yang telah diperoleh adalah
sebagai berikut:

16
Diagram 6 : Sumber informasi yang digunakan anak usia sekolah
untuk memperoleh pengetahuan tentang gosok gigi di sekolah SDN
IV Wonokromo

45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
Media Ortu Guru

Berdasarkan data di atas mayoritas anak mengetahui mengenai


informasi tentang gosok gigi sebelum tidur bersumber dari media
khusunya televisi tentang iklan pasta gigi sebesar 45%. Media
informasi yang digunakan anak ini mempunyai dampak positif dan
negatif.
b. Komunikasi informal
Komunikasi informal yang dilakukan oleh anak usia sekolah di
sekolah SDN IV Wonokromo meliputi data tentang diskusi yang
dilakukan anak dengan orang tua, peran orang tua dalam
menyelesaikan dan mencegah masalah anak, keterlibatan orang tua
dan lingkungan dalam menyelesaikan masalah anak. Agar lebih
jelasnya dapat dilihat pada uraian dibawah ini :

17
Diagram 7 : Frekuensi diskusi yang dilakukan antara anak dengan
orang tua di sekolah SDN IV Wonokromo

60

50

40

30

20

10

0
Sering Jarang Tidak Pernah

Berdasarkan diagram di atas, maka mayoritas anak menjawab


jarang mengadakan diskusi dengan orang tua dalam mengatasi
masalah anak yaitu sebesar 74 responden (60%). Keadaan ini sangat
berisiko terhadap terjadinya perilaku anak untuk mencari informasi
melalui orang lain atau media yang belum tentu kebenarannya.
Sehingga diharapkan orang tua berperan sebagai pendengar aktif dan
pemberi solusi bagi permasalahan yang dihadapi oleh anaknya.
Diagram 8 : Perlunya orang tua membantu mengatasi masalah anak
di sekolah SDN IV Wonokromo

Perlu Bantuan Orang Tua

95.00%
85.00%
75.00%
65.00%
55.00%
45.00%
35.00%
25.00%
15.00%
5.00%
Perlu Tidak

Kebiasaan Jajan Sem- 0.99 0.001 NaN NaN


barangan

Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa hampir 100 % responden

18
menyatakan perlu mendapatkan bantuan orang tua untuk mengatasi
masalah yang terjadi pada dirinya.
7. Pendidikan
Semua anak bersekolah di sekolah SDN IV Wonokromo Surabaya.
8. Rekreasi
Tempat rekreasi yang sering dimanfaatkan anak bersama orang
tuanya biasanya ke Kebun Binatang Surabaya (KBS), taman-taman
kota, Pantai Kenjeran, dan Taman Hiburan Remaja (THR). Untuk
pengembangan bakat anak di bidang olah raga dan seni di sekolah SDN
IV Wonokromo terdapat lapangan sepak bola, sanggar senam, dan tari.

19
Data Masalah

1. Lingkungan fisik : Defisit Kebersihan Diri Pada


Adanya kebiasaan pada lingkungan Agregat Anak Usia Sekolah

C. anak usia sekolah yang kurang baik


bagi perkembangan anak yaitu orang
tua dan lingkungan anak yang
membiasakan tidak menggosok gigi
sebelum tidur sehingga kebiasaan ini
diikuti oleh anak usia sekolah
2. Keamanan dan transportasi: Risiko Terjadinya Kejadian
a. Kebiasaan jajan sembarangan Karies Gigi Pada Agregat Anak
- 80% anak usia sekolah memiliki Usia Sekolah
kebiasaan jajan sembarangan
- mayoritas jenis jajanan anak usia
sekolah adalah permen sebanyak
50 anak (40,6 %)
- 45 murid yang bermasalah pada
gigi dengan persentase 36.5 %
b. Kebiasan menggosok gigi sebelum
tidur
- 75% anak usia sekolah tidak
menggosok gigi sebelum tidur
- Alasan tidak menggosok gigi
karena tidak disuruh oleh orang
tuanya (48.7%)

3. Komunikasi Ketidakefektifan Komunikasi


a. Komunikasi Formal Anak Dengan Orang Tua
Anak mengetahui mengenai
informasi tentang gosok gigi
sebelum tidur bersumber dari media
khusunya televisi tentang iklan pasta
gigi sebesar 45%
b. Komunikasi Informal
- Sebesar 60% anak sekolah jarang
diskusi dengan orang tua untuk
menyelesaikan masalah
20 sekolah
- Sebesar 99% anak usia
menganggap perlu peran ortu
untuk mengatasi masalah anak
Analisa Data

3.2 Diagnosa Prioritas Keperawatan Komunitas


1. Risiko terjadinya kejadian karies gigi pada agregat anak usia sekolah b/d
kebiasaan anak usia sekolah tidak menggosok gigi sebelum tidur sebesar
75%, mayoritas jenis jajanan anak usia sekolah adalah permen sebanyak
50 anak (40,6 %), 45 murid yang bermasalah pada gigi dengan persentase
36.5 % dan sebesar 48.7% anak usia sekolah beralasan tidak menggosok
gigi karena tidak disuruh oleh orang tuanya

21
3.3 Intervensi Keperawatan
Diagnosa
Tujuan Rencana Tindakan Sasaran Metode Waktu Tempat
Keperawatan
Risiko terjadinya 1. Jangka panjang 1. Lakukan pendekatan - Kepala sekolah, - Komunikasi dan 3/12/201 SDN IV
kejadian karies gigi Terbentuknya secara formal dengan guru, dan petugas informasi 31/12/2012 Wonokromo
pada agregat anak kelompok anak usia kepala sekolah, guru, UKS SDN IV - Ceramah dan Surabaya
usia sekolah sekolah yang peduli dan petugas UKS Wonokromo diskusi
terhadap kesehatan gigi 2. Berikan penyuluhan Surabaya - Edukasi dan
2. Jangka pendek kesehatan tentang - Kelompok anak demonstrasi
- Agregat anak usia karies gigi pada usia sekolah di - Monitoring
sekolah tidak kelompok anak usia SDN IV
mengalami karies sekolah Wonokromo
gigi 3. Demonstrasikan cara Surabaya
- Agregat anak usia menggosok gigi - Puskesmas
sekolah dengan baik dan Wonokromo
mendapatkan benar pada kelompok
pengetahuan yang anak usia sekolah
cukup tentang 4. Beri kesempatan pada
pencegahan masalah kelompok anak usia
karies gigi sekolah untuk
bersama-sama
mempraktikan cara
22
menggosok gigi
dengan baik dan
benar
5. Lakukan kerjasama
dengan puskesmas
setempat untuk
melakukan
monitoring terhadap
kelompok anak usia
sekolah di SDN IV
Wonokromo
Surabaya

3.4 Implementasi

Dx. Keperawatan Hari/tanggal Kegiatan

Risiko terjadinya kejadian karies Senin, 3 Desember 2012 1. Melakukan pendekatan secara formal dengan kepala sekolah, guru, dan
gigi pada agregat anak usia petugas UKS.
sekolah Hasil : Kepala sekolah, seluruh guru, dan petugas UKS mendukung
diadakannya penyuluhan kesehatan tentang karies gigi di SDN IV
Wonokromo Surabaya.
2. Memberikan penyuluhan kesehatan tentang karies gigi pada kelompok anak

23
usia sekolah.
Hasil : Seluruh anak antusias dan semangat untuk mengikuti kegiatan
penyuluhan kesehatan.
3. Mendemonstrasikan cara menggosok gigi dengan baik dan benar pada
kelompok anak usia sekolah
Hasil : Seluruh anak antusias dan semangat untuk cara menggosok gigi
dengan baik dan benar
4. Memberi kesempatan pada kelompok anak usia sekolah untuk bersama-sama
mempraktikan cara menggosok gigi dengan baik dan benar
Hasil : Seluruh anak antusias dan semangat untuk bersama-sama
mempraktikan cara menggosok gigi dengan baik dan benar.
5. Melakukan kerjasama dengan puskesmas setempat untuk melakukan
Senin / 31 Desember 2012 monitoring terhadap kelompok anak usia sekolah di SDN IV Wonokromo
Surabaya
Hasil : Pihak Puskesmas datang ke SDN IV Wonokromo untuk melakukan
monitoring terhadap kelompok anak usia sekolah

24
3.5 Evaluasi
1. Evaluasi Proses
Evaluasi proses dari pelaksanaan diagnosa keperawatan pertama di
SDN IV Wonokromo Surabaya adalah 100% peserta hadir, 90% peserta
terlibat aktif dalam diskusi dan pelaksanaan kegiatan berjalan sesuai
alokasi waktu.
2. Evaluasi Hasil
Evaluasi hasil yang dapat diketahui adalah melalui peningkatan
pengetahuan kelompok anak usia sekolah tentang cara menggosok gigi
dengan baik dan benar yang dapat dilihat dari antusias anak usia sekolah
dalam mempraktikan cara menggosok gigi dengan baik dan benar.

25
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Komunitas dapat diartikan kumpulan orang pada wilayah tertentu dengan
sistem sosial tertentu. Komunitas meliputi individu, keluarga,
kelompok/agregat dan masyarakat. Salah satu agregat di komunitas adalah
kelompok anak usia sekolah yang tergolong kelompok berisiko (at risk)
terhadap timbulnya masalah kesehatan yang terkait perilaku tidak sehat. Yang
menjadi sasaran pengkajian adalah anak usia sekolah SD dengan umur 6 – 12
tahun berjumlah 123 siswa.
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada agregat anak usia sekolah
menggunakan pendekatan Community as partner model. Klien (anak usia
sekolah) digambarkan sebagai inti (core) mencakup sejarah, demografi, suku
bangsa, nilai dan keyakinan dengan 8 (delapan) subsistem yang saling
mempengaruhi meliputi lingkungan fisik, pelayanan kesehatan dan sosial,
ekonomi, keamanan dan transportasi, politik dan pemerintahan, komunikasi,
pendidikan dan rekreasi.

4.2 Saran
1. Dibutuhkan peran perawat komunitas untuk membantu menyelesaikan
masalah kesehatan pada komunitas anak usia sekolah.
2. Dibutuhkan peran serta orang tua, guru, dan anggota masyarakat untuk
mendukung keberhasilan intervensi asuhan keperawatan pada komunitas
anak usia sekolah.

26
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, Yeakby Ahmad. Rofiah, Miftahur dkk. (2012). “Asuhan Keperawatan
Komunitas Pada Kelompok Anak Usia Sekolah (6-12 Tahun). Universitas
Islam:Surabaya.https://www.academia.edu/36633731/ASUHAN_KEPERAW
ATAN_KOMUNITA_PADA_KELOMPOK_ANAK_USIA_SEKOLAH_6_
12_TAHUN
Nofalia, I. & Agustina. (2019).”Keperawatan Komunitas II”. Jombang
Roziqin, Muhammad. Oktapianti dkk. (2016). “Asuhan Keperawatan Kesehatan
Komonitas Pada Agregat Anak Usia Sekolah Di Komunitas”. Universitas
Airlangga : Surabaya. https://www.scribd.com/document/332871695/Askep-
Komunitas-Agregat-Anak-Usia-Sekolah-Kel-3

27

Anda mungkin juga menyukai