OLEH
KELOMPOK 2:
Nurhalisa 210402031
Sarmila 210402041
Muh.Mulki 210402050
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PUANGRIMAGGALATUNG
TAHUN 2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat
menyusun dan menyelesaikan Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Anak Usia Sekolah
Kelas VII di SMP Nasional Kota Malang.
Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak sangatlah
sulit untuk menyelesaikan laporan ini. Oleh karena itu, atas terselesaikannya laporan ini
penulis menyampaikan ucapan terima kasih.
Penulis menyadari sepenuhnya dalam penyusunan laporan ini jauh dari sempurna.
Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan,
menambah pengetahuan bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan bagian integral dari kehidupan manusia, bertolak dari latar
belakang manusia yang berbeda-beda. Hal ini mengakibatkan banyak faktor yang terjadi
dan berhubungan dengan masalah kesehatan di dalam komunitas masyarakat.
Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang mempunyai persamaan
nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan kelompok khusus dengan batas-batas
geografi yang jelas, dengan norma dan nilai yang telah melembaga (Sumijatun dkk,
2006). Keperawatan komunitas di bagi berdasarkan kelompok usia diantaranya adalah
kelompok usia anak sekolah. Menurut Wong (2008), anak sekolah adalah anak pada usia
6-12 tahun, yang artinya sekolah menjadi pengalaman inti anak. Periode ketika anak-
anak dianggap mulai bertanggung jawab atas perilakunya sendiri dalam hubungan
dengan orang tua mereka, teman sebaya, dan orang lainnya.
Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014 mulai masuk sekolah merupakan
hal penting bagi tahap perkembangan anak. Banyak masalah kesehatan terjadi pada anak
usia sekolah, seperti misalnya pelaksanaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
seperti menggosok gigi dengan baik dan benar, mencuci tangan menggunakan sabun,
karies gigi, kecacingan, kelainan refraksi/ketajaman penglihatan dan masalah gizi.
Pelayanan kesehatan pada anak termasuk pula intervensi pada anak usia sekolah. (Profil
Kesehatan Indonesia, 2014).
Masalah-masalah kesehatan pada anak usia sekolah yang muncul biasanya berkaitan
dengan kebersihan perorangan dan lingkungan. Sehingga isu yang lebih menonjol adalah
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), seperti cara menggosok gigi yang benar, cuci
tangan pakai sabun, dan kebersihan diri lainnya. Berdasarkan hasil Riskesdas 2007,
menunjukkan bahwa kurang dari 10% orang-orang Indonesia yang menggosok gigi
dengan benar.
Berdasarkan hasil pengkajian data yang dilakukan di kelurahan Wonokromo Surabaya
yang dilakukan pada tanggal 12 November 2012. Ditemukan sebagian besar anak SDN
IV Wonokromo yang memiliki masalah kebersihan diri (personal hygiene), cukup
banyak antara lain 45 murid yang bermasalah pada gigi dengan persentase 36.5 %, 25
murid yang tidak menggosok gigi dengan persentase 20.3%, 6 murid yang tidak tidak
mencuci tangan sebelum makan dengan persentase 4.9%, 15 murid yang tidak mencuci
kaki sebelum tidur dengan persentase 12.1 %, 7 murid tidak biasa memakai alas kaki
dengan persentase 5.7 %, 20 murid tidak biasa potong kuku dengan persentase 16.2% , 5
murid yang mempunyai kebiasaan mandi 1 kali sehari dengan persentase 4%. Dampak
negatif dari perilaku tersebut adalah menimbulkan berbagai penyakit yang terjadi seperti
1
karies gigi, diare, cacingan, dan gatal-gatal. Sehingga perlu untuk ditindak lanjuti dengan
pemberian asuhan keperawatan.
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar serta asuhan keperawatan komunitas
pada agregat anak usia sekolah.
2. Tujuan Khusus
2
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
3
b. Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakt (health general
community) dengan mempertimbangkan permasalahan atau isu kesehatan
masyarakat yang dapat mempengaruhi keluarga, individu dan kelompok.
2.1.3 Sasaran Keperawatan Komunitas
Umumnya pada permulaan usia 6 tahun anak mulai masuk sekolah, dengan
demikian anak mulai mengenal dunia baru, anak-anak mulai berhubungan dengan
orangorang di luar keluarganya dan mulai mengenal suasana baru di
lingkungannya. Hal-hal baru yang dialami oleh anak-anak yang sudah mulai masuk
dalam usia sekolah akan mempengaruhi kebiasaan makan mereka. Anak-anak akan
merasakan kegembiraan di sekolah, rasa takut akan terlambat tiba di sekolah,
menyebabkan anak-anak ini menyimpang dari kebiasaan makan yang diberikan
kepada mereka (Moehji, 2009).
Karakteristik anak usia sekolah menurut Hardinsyah dan Supariasa yaitu anak
usia sekolah (6-12 tahun) yang sehat memiliki ciri di antaranya adalah banyak
bermain di luar rumah, melakukan aktivitas fisik yang tinggi, serta beresiko
terpapar sumber penyakit dan perilaku hidup yang tidak sehat. Secara fisik dalam
kesehariannya anak akan sangat aktif bergerak, berlari, melompat, dan sebagainya.
Akibat dari tingginya aktivitas yang dilakukan anak, jika tidak diimbangi dengan
asupan zat gizi yang seimbang dapat menimbulkan beberapa masalah gizi yaitu di
antaranya adalah malnutrisi (kurang energi dan protein), anemia defisiensi besi,
kekurangan vitamin A dan kekurangan yodium (Supariasa & Hardiansyah, 2016).
1. Tahap tumbuh kembang usia 0-6 tahun, terdiri atas masa pranatal mulai
embrio (mulai konsepsi -8 minggu) dan masa fetus (9 minggu sampai lahir),
serta masa pascanatal mulai dari masa neonatus (0-28 hari), masa bayi (29
hari-1 tahun), masa anak (1-2 tahun), dan masa prasekolah (3- 6 tahun).
2. Tahap tumbuh kembang usia 6 tahun ke atas, terdiri atas masa sekolah (6-12
tahun) dan masa remaja (12-18 tahun).
3. Tahapan tumbuh kembang anak usia sekolah
Tahapan ini dimulai sejak anak berusia 6 tahun sampai organ-organ
seksualnya masak. Kematangan seksual ini sangat bervariasi baik antar jenis
kelamin maupun antar budaya berbeda. Berdasarkan pembagian tahapan
perkembangan anak, ada dua masa perkembangan pada anak usia sekolah, 19 yaitu
pada usia 6-9 tahun atau masa kanak-kanak tengah dan pada usia 10-12 tahun atau
masa kanak-kanak akhir. Setelah menjalani masa kanak- kanak akhir, anak akan
memasuki masa remaja. Pada usia sekolah, anak memiliki karakteristik yang
berbeda dengan anak-anak yang usianya lebih muda. Perbedaan ini terlihat dari
aspek fisik, mental-intelektual, dan sosial- emosial anak. Pertumbuhan fisik pada
6
anak usia sekolah tidak secepat pada masamasa sebelumnya. Anak akan tumbuh
antara 5-6 cm setiap tahunnya.
Pada masa ini, terdapat perbedaan antara anak perempuan dan anak laki- laki.
Namun, pada usia 10 tahun ke atas pertumbuhan anak laki-laki akan menyusul
ketertinggalan mereka. Perbedaan lain yang akan terlihat pada aspek fisik antara
anak laki-laki dan perempuan adalah pada bentuk otot yang dimiliki. Anak laki-
laki lebih berotot dibandingkan anak perempuan yang memiliki otot lentur
(Gunarsa, 2016). Pada masa pertengahan dan akhir anak-anak merupakan periode
pertumbuhan fisik yang lambat dan relatif seragam sampai mulai terjadi
perubahan-perubahan pubertas, kira-kira dua tahun menjelang anak menjadi
matang secara seksual, pada masa ini pertumbuhan berkembang pesat. Oleh karena
itu, masa ini sering disebut juga sebagai “periode tenang” sebelum pertumbuhan
yang cepat menjelang masa remaja, meskipun merupakanmasa 6 tenang, tetapi hal
ini tidak berarti bahwa pada masa ini tidak terjadi proses pertumbuhan fisik yang
berarti.
Stadium pemahaman moral pieget ketiga dimulai pada sekitar waktu ini. Anak
mulai menghargai bahwa beberapa peraturan adalah kebiasaan sosial- persetujuan
bersama yang dapat sekehandak hati diputuskan dan di ubah jikan semua setuju.
Realismemoral anak moral anak juga menyatakan: saat membuat pertimbangan
moral, anak sekarang memberikan bobot pada pertimbangan “subjektif” seperti
maksuk seseorang, dan mereka memandang hukuman sebagai keputusan manusia,
bukan retribusi dari kekuatan yang lebih tinggi.
7
Awal stadium operasional formal juga timbul bersamaan dengan stadium
keempat dan terakhir pada pemahaman anak tentang peraturan moral. Anak kecil
menumjukkan minatnya dalam membuat peraturan bahkan untuk menghadapi
situasi yang belum yang belum pernah mereka jumpai. Stadium ini ditandai oleh
model ideologis penalaran moral, yang menjawab masalah sosiol yang lebih luas
ketimbang hanya situasi personal dan interpersonal.
1. Perkembangan Intelektual
Pada usia sekolah dasar (6-12 tahun) anak sudah dapat mereaksi
rangsangan intelektuan, atau melaksnakan tugas-tugas belajar yang menuntut
kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif (seperti: membaca, menulis
dan menghitung).
Sebelum masa ini, yaitu masa prasekolah, daya pikir anak masih bersifat
imajinatif, berangan-angan (berkhayal), sedangkan pada usia SD daya pikirnya
sudah berkembang kearah berfikir konkret dan rasional (dapat diterima akal).
Pieget menamakannya sebagai masa operasi konkrit. Pieget menamakannya
sebagai masa operasi konkret, masa berakhirnya berfikirn khayal dan mulai
befikir konkret (berkaitan dengan dunia nyata).
Periode ini ditandai dengan tiga kemampuan atau kecakapan baru, yaitu
mengklasifikasiakn (mengkelompokkan), menyusun, atau mengasiosikan
(menghubungkan atau manghitung) angka-angka atau bilangan. Kemampuan
yang berkaitan dengan perhitungan (angka), seoerti menambah, mengurangi,
mengalikan, dan membagi. Di samping itu, pada masa ini anak sudah memiliki
kemampuan memecahkan masalah (problem solving) yang sedarhana.
2. Perkembangan Bahasa
8
Bahasa adalah sarana komunikasi denagan dengan orang lain. Dalam
pewngertian ini mencakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran
dan perasaan dinyatakan dalam bentuk tulisan, lisan, isyarat, atau gerak
menggunakan kata-kata, kalimat bunyi, lambang, tuilsan. Denagan bahasa,
semua manusia, alam sekitar, ilmu pengetahuan, dan nilai-nilai moral atau
agama.
4. Perkembangan Emosi
Menginjak usia sekolah, anak mulai menyadari bahawa pengungkapan
emosi secara kasar tidaklah diterima di masyarakat. Oleh karena itu, dia mulai
belajar untuk mengendalikan dan mengontrol ekspresi emosinya. Kemampuan
mengontrol emosi diperoleh anak melalui peniruan dan latihan (pembiasan).
Dalam proses peniruan, kemampuan orang tua daal mengendalikan emosinya
sangat berpengaruh.
5. Perkembangan Moral
Anak mulai mengenal konsep moral (mengenal benar sah atau baik-
buruk) pertama kali dari lingkungan keluarga. Pada mulanya, mungkin anak
tidak mengerti konsep moral ini, tetapi lambat laun anak akan memahaminya.
Usaha menanamkan konsep moral sejak usia dini (prasekolah) merupakan hal
yang seharusnya, karena informasi yang diterima anak mengenai benar- salah
10
atau baik-buruk akan menjadi pedoman pada tingkah lakunya di kemudian
hari.
Pada usia sekolah dasar, anak sudah dapat mengikuti pertautan atau
tuntutan dari orang tua atau lingkungan sosialnya. Pada akhir usia ini, anak
sudah dapat memahami alasan yang mendasari suatu peratuaran. Di samping
itu , anak sudah dapat mengasosiakan satiap bentuk perilaku dengan konsep
benar-benar atau baikburuk. Misalnya, dia memandang atau menilai bahwa
perbuatan nakal, berdusta, dan tidak hormat kepada orang tua merupakan
suatu yang salah atau buruk. Seadangkan perbuatan jujur, adil, dan sikap
hormat kepada orang tua dan guru merupakan suatu yang benar/baik.
6. Perkembangan Penghayatan Keagamaan
Pada masa ini, perkembangan penghayatan keagamaan ditandai dengan
ciri-cirisebagai berikut:
a. Sikap keagamaan bersifat reseptif disertai pengertian.
b. Pandangan dan paham ketuhanan diperolehnya secara rasional
berdasarkan kaiadah-kaidah logika yang berpedoman pada indikator alam
semesta sebagai manifestasi dari keagungan-Nya.
c. Penghayatan secara rohaniah semakin mendalam, pelaksanaan kegiatan
ritual diterimanya sebagai keharusan moral.
d. Sikap keagamaan bersifat reseptif disertai pengertian.
e. Pandangan dan paham ketuhanan diperolehnya secara rasional
berdasarkan kaiadah-kaidah logika yang berpedoman pada indikator alam
semesta sebagai manifestasi dari keagungan-Nya.
f. Penghayatan secara rohaniah semakin mendalam, pelaksanaan kegiatan
ritual diterimanya sebagai keharusan moral.
7. Perkembangan Motorik
Seiring perkembangan fisiknya yang beranjak matang, maka
perkembangan motorik anak sudah dapat terkodinasi dengan baik. Setiap
11
gerakannya sudah selaras dengan kebutuhan atau minatnya. Pada masa ini
ditandai dengan kelebihan gerak atau aktivitas motorik yang lincah.
Oleh karena itu, usia ini merupakan masa yang ideal untuk belajar
keterampilan yang berkaitan dengan motorik ini, seperti menulis,
menggambar, melukis, mengetik (komputer), berenamg, main bola, dan
atletik.
12
Permainan yang disukai cenderung kegiatan bermain yang dilakukan
secara kelompok, kecuali anak-anak yang kurang diterima di kelompoknya
dan cenderung memilih bermain sendiri. Bermain yang sifatnya menjelajah,
ketempat-tempat yang belum pernah dikunjungi baik dikota maupun di desa
mengasikkan bagi anak. Permainan konstruktif yaitu membangun atau
membentuk sesuatu adalah bentuk permainan yang disukai anak serta mampu
mengembangkan kreativitas anak. Bernyayi meerupakan bentuk kegiatan
kreatif lainnya. Sealain itu bentuk permainan kelompok yang disenangi
meruoakan permainan oleh raga seperti basket, sepak bola, 13 voley dan
sebagainya. Jenis permainan ini membantu perkembangan otok dan
perkembangan tubuh
11. Usia 10-12
1. Penyimpangan Primer
Penyimpangan primer merupakan penyimpangan yang bersifat temporer atau
sementara. Penyimpangan ini hanya menguasai sebagian kecil kehidupan
seseorang. Seorang yang menunjukkan tindakan penyimpangan temporer ini
masih dapat ditolerir. Misalnya seorang siswa membolos atau mencontek
pekerjaan temannya. Ciri-ciri dari penyimpangan primer antara lain:
a) Bersifat sementara
14
b) Gaya hidupnya tidak didominasi oleh perilaku menyimpang
c) Kesalahannya masih dapat ditolerir
d) Penyimpangan Sekunder
2. Penyimpangan sekunder merupakan sebuah penyimpangan yang dilakukan
oleh seorang anak secara khas. Anak ini disebut melakukan penyimpangan
sekunder karena anak ini sudah terbiasa menunjukkan tindakan menyimpang
di sekolah. Ciri-ciri dari penyimpangan sekunder yaitu:
a) Gaya hidupnya didominasi oleh perilaku menyimpang
15
bentuk tindakan menyimpak dikarenakan banyak faktor. Salah satunya karena
situasi yang memaksa siswa untuk melakukan tindakan menyimpang.
2. Strain: intinya adalah bahwa tekanan yang besar dalam masyarakat, misalnya
kemiskinan, menyebabkan sebagian dari anggota masyarakat yang memilih
jalan rellibion melakukan kejahatan melakukan kejahatan atau kenakalan
remaja.
16
Male phenomenom: teori ini percaya bahwa anak laki-laki lebih nakal daripada
perempuan. Alasannya karena kenakalan memang adalah sifat laki-laki atau karena
budaya maskulinitas menyatakan bahwa wajar kalau laki-laki nakal. Willis (2012:
93) mengatakan adanya perilaku menyimpang terjadi karena faktor dari dalam diri
sendiri, dimana faktor-faktor tersebut yaitu:
1. Predisposing factor Merupakan faktor bawaan sejak lahir yang yang
bersumber dari kelainan otak. Hal ini dapat terjadi akibat luka di kepala
ketika bayi ditarik dari perut sang ibu.
17
c) Dijatuhi hukuman seperti biasa, hanya dikurangi dengan sepertiganya.
3. Upaya Pembinaan Mengenai upaya pembinaan yang dimaksud ialah:
1. Penyakit Penyakit infeksi pada usia ini jarang sekali terjadi, penyakit yang
sering ditemui adalah penyakit yang berhubungan dengan kebersihan diri
anak.
2. Kegemukan Kegemukan terjadi bukan karena adanya perubahan pada
kelenjar tapi akibat banyaknya karbohidrat yang dikonsumsi sehingga anak
kesulitan mengikuti kegiatan bermain, sehingga kehilangan kesempatan
untuk mencapai ketrampilan yang penting untuk keberhasilan sosial.
3. Kecelakaan Kecelakaan terjadi akibat keinginan anak untuk bermain yang
menghasilkan ketrampilan tertentu.
4. Kecanggungan Pada masa ini anak mulai membandingkan kemampuannya
dengan teman sebaya bila mun
18
5. cul perasaan tidak mampu dapat menjadi dasar untuk rendah diri.
6. Kesederhanaan Kesederhanaan sering dilakukan oleh anak-anak pada masa
apapun. Orang yang lebih dewasa memandangnya sebagai perilaku yang
kurang menarik, sehingga anak menafsirkan sebagai penolakan yang dapat
mempengaruhi perkembangan konsep diri pada anak.
b. Bahaya Psikologi
1. Bahaya dalam berbicara Kesalahan dalam berbicara seperti salah ucap dan
kesalahan bahasa, cacat dalam bicara seperti gagap atau pelat, akan
membuat anak menjadi sadar diri sehingga anak hanya berbicara bila perlu
saja.
4. Bahaya Konsep Diri Anak mempunyai konsep diri yang ideal, biasanya
merasa tidak puas pada diri sendiri dan pada perlakuan orang lain. Anak
cenderung berprasangka dan bersikap diskriminatif dalam memperlakukan
orang lain.
5. Bahaya Moral Ada enam bahaya umumnya dikaitkan dengan perkembangan
sikap moral dan perilaku anak-anak:
a) Perkembangan kode moral berdasarkan konsep teman-teman atau
berdasarkan konsep-konsep media masa tentang benar dan salah yang
tidak sesuai dengan kode orang dewasa.
c) Disiplin yang tidak konsisten membuat anak tidak yakin akan apa yang
sebaiknya dilakukan.
19
2.1.10 Konsep Anak Usia Sekolah
Pada anak usia sekolah, umumnya pada permulaan usia 6 tahun anak mulai
masuk sekolah, dengan demikian anak mulai mengenal dunia baru, anak-anak mulai
berhubungan dengan orang-orang di luar keluarganya dan mulai mengenal suasana
baru di lingkungannya. Hal-hal baru yang dialami oleh anak-anak yang sudah mulai
masuk dalam usia sekolah akan mempengaruhi kebiasaan makan mereka. Anak-anak
akan merasakan kegembiraan di sekolah, rasa takut akan terlambat tiba di sekolah,
menyebabkan anak-anak ini menyimpang dari kebiasaan makan yang diberikan
kepada mereka (Moehji, 2009)
. Anak sehat adalah anak yang dapat tumbuh kembang dengan baik dan teratur,
jiwanya berkembang sesuai dengan tingkat umurnya, aktif, gembira, makannya
teratur, bersih, dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Ciri-ciri anak
sehat adalah tumbuh dengan baik, yang dapat dilihat dari naiknya berat badan dan
tinggi badan secara teratur dan proporsional; Tingkat perkembangannya sesuai
dengan tingkat umurnya; tampak aktif/gesit dan gembira; Mata bersih dan bersinar;
Nafsu makan baik; Bibir dan lidah tampak segar; Pernapasan tidak berbau; Kulit dan
rambut tampak bersih dan tidak kering; dan Mudah menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.
Menurut (Andriyani, 2012) karakteristik anak usia sekolah 9-11 tahun dijabarkan
sebagai berikut:
a. Karakteristik fisik/jasmani: anak memiliki pertumbuhan yang lambat namun
teratur, BB dan TB anak perempuan lebih besar dibandingkan anak laki-laki
pada usia yang sama, terjadi pertumbuhan tulang yang cepat, pertumbuhan gizi
permanen, nafsu makan mengalami peningkatan, dan timbul haid pada anak
akhir masa usia sekolah ini.
b. Karakteristik emosi: pada masa ini anak mulai memiliki rasa ingin tahu yang
kuat, suka menambah pertemanan, dan kurang kepedulian terhadap lawan jenis
20
perorangan dan 23 lingkungan seperti gosok gigi yang baik dan benar, kebersihan
diri, serta kebiasaan cuci tangan pakai sabun (Permata, 2010).
21
diperlukan adalah inti komunitas beserta faktor lingkungannya. Elemen
pengkajian komunitas menurut Anderson dan MC. Forlane (1958) terdiri dari
inti komunitas, yaitu meliputi demografi; populasi; nilai-nilai keyakinan dan
riwayat individu termasuk riwayat kesehatan. Faktor lingkungan adalah
lingkungan fisik; pendidikan; keamanan dan transportasi; politik dan
pemerintahan; pelayanan kesehatandan sosial; komunikasi; ekonomi dan
rekreasi. Hal diatas perlu dikaji untuk menetapkan tindakan yang sesuai dan
efektif dalam langkah-langkah selanjutnya.
b. Analisa Data
Analisa data dilaksanakan berdasarkan data yang telah diperoleh dan disusun
dalam suatu format yang sistematis.Dalam menganalisa data memerlukan
pemikiran yang kritis. Data yang terkumpul kemudian dianalisa seberapa besar
faktor stressor yang mengancam dan seberapa berat reaksi yang timbul di
komunitas. Selanjutnya dirumuskan maslah atau diagnosa keperawatan. Menurut
Mueke (1987) masalah tersebut terdiri dari:
1. Masalah sehat sakit
2. Karakteristik populasi
3. Karakteristik lingkungan
22
2. Prevalensi menunjukkan jumlah kasus yang ditemukan pada suatu kurun
waktu tertentu
d. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:
Pada tahap ini rencana yang telah disusun dilaksanakan dengan melibatkan
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sepenuhnya dalam mengatasi
masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi. Hal-hal yang perlu
dipertimbangkan dalam pelaksanaan kegiatan perawatan kesehatan masyarakat
adalah:
23
c) Pencegahan Tersier Pencegahan tersier dimulai pad saat cacat atau terjadi
ketidakmampuan sambil stabil atau menetap atau tidak dapat diperbaiki
sama sekali. Rehabilitasi sebagai pencegahan primer lebih dari upaya
menghambat proses penyakit sendiri, yaitu mengembalikan individu
kepada tingkat berfungsi yang optimal dari ketidakmampuannya.
f. Penilaian/Evaluasi Evaluasi dilakukan atas respon komunitas terhadap program
kesehatan. Hal-hal yang perlu dievaluasi adalah masukan (input), pelaksanaan
(proses) dan hasil akhir (output). Penilaian yang dilakukan berkaitan dengan
tujuan yang akan dicapai, sesuai dengan perencanaan yang telah disusun semula.
Ada 4 dimensi yang harus dipertimbangkan dalam melaksanakan penilaian,
yaitu:
1. Daya guna
2. Hasil guna
3. Kelayakan
d) Efektifitas Kerja
24
BAB III
TINJAUN KASUS
3.1 Pengkajian
SMP Nasional Malang merupakan salah satu sekolah swasta yang berada di kota
malang, tepatnya di wilayah kecamatan sukun. SMP Nasional Malang memiliki siswa
yang berjumlah 330 siswa mulai siswa kelas 7 sampai dengan kelas 9 dengan jumlah
15 kelas, kemudian memiliki guru pengajar sejumlah 35 orang. Siswa SMP Nasional
Malang mayoritas beragama islam dan bersuku Jawa. SMP Nasional Malang terdiri
dari 2 lantai, pada tiap lantai ada 2 buah kamar mandi yang dipisahkan antara laki-laki
dan perempuan. Kegiatan mengajar selama pandemi saat ini dilakukan secara daring
(online), dengan jadwal yang telah disesuaikan pada masing-masing kelas. Adapun
jadwal pada kegiatan akademik dilakukan pada hari senin – jumat, sedangkan non-
akademik seperti kegiatan ekstra kulikuler dijadwalkan pada hari sabtu dan minggu.
Identitas Sekolah
Nama Sekolah : SMP Nasional Malang
NPSN : 20533753
Alamat : Jl. S. Supriyadi 50 Malang, Bandungrejosari
Kecamatan : Sukun
Status : Swasta
Bentuk Pendidikan : SMP
Cikal bakal SMP Nasional Malang yaitu awal mula setelah didirikannya SMA
Nasional Malang yang sebelunnya bernama SMU Nasional. Sekolah ini didirikan
pada tahun 1983 oleh Yayasan Pendidikan Umum dan Teknologi Nasional. Saat itu,
SMU Nasional berlokasi di dalam kampus Institut Teknologi Nasional (ITN) Jalan
22
Bendungan Sigura-gura Barat, Kelurahan Sumbersari, Kecataman Lowokwaru. Saat
ini, SMP Nasional Malang di bawah naungan yayasan yang sama dengan SMA
Nasional, SMK Nasional, dan ITN.
C. Struktur Organisasi
Kepala Sekolah : Kukuh Widartono, S.Pd
Waka Kurikulum : Ismiatul Fadhilah, S.P.d.
Waka Kesiswaan : Eka Listianingsih, S.Pd.
Waka Humas : Dwi Agustin, S.Pd.
Waka Sarpras : Evien Hikmawati, S.Pd.
Kepala TU : Trinani Herutami
Bendahara : Susi Herwati
25 Laki-Laki Perempuan
20
15
10
Pegawai
swasta; 10;
33%
Swasta; 13;
44%
Guru; 4; 13%
23
Gambar 3.2. Diagram prosentase pekerjaan orang tua dari 30 siswa kelas VII
Berdasarkan diagram diatas, prosentase pekerjaan dari 30 orang tua siswa kelas VII
mayoritas sebagai swasta.
Gambar 3.3. Diagram prosentase pendidikan orang tua dari 30 orang tua siswa kelas
VII
Berdasarkan diagram diatas, prosentase pendidikan orang tua dari 30 orang tua
siswa kelas VII mayoritas berpendidikan SMA.
24
Berdasarkan diagram diatas, prosentase konsumsi sayur dari 30 siswa kelas VII
didapatkan hasil ada 20 siswa yang jarang mengkonsumsi sayur dari sejumlah 30
siswa.
Selalu; 2;
7%
Jarang; 28;
93%
Gambar 3.5. Diagram prosentase kebiasaan mencuci tangan di rumah dari 30 siswa
kelas VII
Tidak Pernah;
7; 23%
25
Gambar 3.6. Diagram prosentase kebiasaan memakai masker di lingkungan rumah
dari 30 siswa kelas VII
Berdasarkan diagram diatas, prosentase kebiasaan memakai masker di lingkungan
rumah menunjukkan mayoritas siswa masih jarang memakai masker, adapun sebanyak 7
siswa yang tidak pernah memakai masker di lingkungan rumah.
Tidak
Pernah; 6;
20%
A. Pendidikan
Kurikulum yang diterapkan pada masa pandemi saat ini tetap mengacu pada
kurikulum 2013. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud)
melakukan penyederhanaan kurikulum selama masa pandemi Covid-19.
Kemendikbud telah mengurangi secara dramatis Kompetensi Dasar (KD) untuk
setiap mata pelajaran. Kurikulum darurat ini bukan kurikulum baru, melainkan hasil
saringan dari Kurikulum 2013.
26
Selain berfokus pada bidang akademik sebagai kompetensi dasar bagi siswa, SMP
Nasional Malang juga memberikan edukasi tatalaksana perilaku sehat bagi siswa
dirumah selama pandemi. Ekstrakulikuler yang biasa dilakukan setiap hari jumat –
minggu, dengan penyesuaian baru ini pun para siswa dapat melakukan kegiatan
secara online, dengan membuat video simulasi secara mandiri atau kelompok.
B. Lingkungan Fisik Data Sanitasi Sekolah
C. Komunikasi
SMP Nasional Malang terdapat fasilitas UKS untuk menunjang kesehatan siswa
disekolah. Kegiatan yang dilakukan oleh staf UKS selama pandemi ialah
memberikan kelas edukasi online bagi siswa. Diantaranya yakni pelaksanaan
perilaku hidup bersih dan sehat saat dirumah. Tidak hanya diikuti oleh siswa, para
orang tua pun juga diajak untuk mengikuti kegiatan tersebut.
27
Hari, Tangal : Kamis, 17 Juni 2021
Waktu : 09.00 - selesai
Mayoritas jawaban orang tua ialah sudah mulai menyediakan masakan sayuran,
namun anak-anak masih belum begitu suka, mereka lebih menyukai masakan yang
digoreng yakni ayam, telur, daging atau masakan tumis. Adapun beberapa orang tua
yang mengatakan anak mereka sudah mulai mau untuk mengkonsumsi sayur.
3. Jika iya, apakah saat berkegiatan sudah menerapkan protokol kesehatan, seperti
memakai masker dan cuci tangan?
Jawaban:
Mayoritas jawaban orang tua mengatakan masih jarang memakai masker saat
melakukan kegiatan dilingkungan rumahnya, karena warga disekitar pun juga
jarang memakai. Untuk cuci tangan sepulang kegiatan biasanya dilakukan.
4. Apakah siswa saat dirumah sering bermain di luar rumah atau lingkunga tempat
tinggal
Jawaban:
Mayoritas siswa mengatakan suka bermain dan sering bertemu dengan
temantemannya dilingkungan rumahnya.
5. Jika, iya apakah saat bermain sudah menerapkan protokol kesehatan, seperti
memakai masker dan cuci tangan?
Jawaban:
Mayoritas siswa mengatakan jarang memakai masker, dan jarang melakukan cuci
tangan.
28
Analisa Data
DO:
- Didapatkan hasil prosentase dari
hasil survei 20 dari 30 siswa jarang
mengkonsumsi
sayur
2 Ketidakmampuan Pemeliharaan
mengatasi masalah kesehatan tidak
DS:
efekif
- Orang tua mengatakan bahwa masih
mengikuti kegiatan dilingkungan
rumahnya, seperti istigotsah rutin
dan kenduri. Adapun orang tua
mengajak anaknya dan adapula
yang menyuruh untuk mewakilkan
29
ke kegiatan tersebut.
- Orang tua mengatakan masih jarang
memakai masker saat melakukan
kegiatan dilingkungan rumahnya
karena warga disekitar pun juga
jarang memakai.
DO:
- Didapatkan dari hasil survei
kebiasaan memakai masker siswa
dirumah 20
Pemeliharaan kesehatan 3 2 3 3 54
tidak efektif
Perilaku kesehatan 3 3 2 2 37
cenderung berisiko
Prioritas Masalah
1. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif b.d ketidakmampuan mengatasi masalah d.d kurang menunjukkan pemahaman tentang perilaku
sehat, kurang menunjukkan minat untuk meningkatkan perilaku sehat (D.0117)
31
3.3. Intervensi Keperawatan Komunitas
Diagnosa
Tujuan Rencana Tindakan Sasaran Metode Waktu Tempat
Keperawatan
Pemeliharaan Pemeliharaan Edukasi Kesehatan (I.12383) Siswa/i dan - Komunikasi dan Minggu, 20 Google
kesehatan tidak kesehatan orang tua SMP informasi Juni 2021 / meeting
Observasi :
efektif b.d Nasional Pukul 10.30 –
(L.12106) - Ceramah dan
ketidakmampuan 1. Identifikasi kesiapan dan Malang 11.00
mengatasi masalah kemampuaan menerima diskusi
- Menunjukkan -
d.d kurang informasi - Edukasi dan
menunjukkan pemahaman
2. Identifikasi faktor-faktor yang demonstrasi
pemahaman perilaku sehat
dapat meningkatkan dan - Monitoring
tentang perilaku
meningkat menurunkan motivasi perilaku
sehat, kurang
- Menunjukkan hidup bersih dan sehat
menunjukkan
32
minat untuk minat Terapeutik :
meningkatkan menigkatkan 3. Sediakan materi dan media
perilaku sehat
perilaku sehat pendidikan kesehatan
(D.0117)
meningkat 4. Jadwalkan pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan
5. Berikan kesempatan untuk
bertanya
Edukasi :
33
1 Pendidikan Sasaran: - Memberikan a. Evaluasi struktur: a. Faktor Pendukung
kesehatan pendidikan
- Siswa/i dan - Kegiatan dilakukan secara daring - Partisipasi dari siswa/i dan
kesehatan
orang tua SMP (online) dimulai tepat pukul 10.30 orang tua sangat baik ketika
kepada siswa/i
Nasional WIB saat berlangsung kegiatan
dan orang tua
Malang
SMP - Peserta antusias dalam mendengarkan - Selama kegiatan
materi dan aktif bertanya baik secara berlangsung, media yang
Nasional Malang
langsung maupun melalui grup chat digunakan dapat berproses
Tempat: kelas VII tentang
sesuai dengan harapan
tatalaksana - Proses kegiatan berlangsung dengan
- Google meeting
penerapan lancar dan jawaban yang diberikan
protokol oleh mahasiswa dapat diterima oleh
b. Faktor Penghambat Kegiatan
kesehatan selama peserta dengan cukup baik
Waktu pelaksanaan: dilakukan secara online,
di lingkungan
sehingga beberapa kali
- Minggu, 20 tempat tinggal
sempat delay karena
Juni 2021 / b. Evaluasi Proses
gangguan koneksi pada
Pukul 10.30 –
- Kegiatan penyuluhan dimulai sesuai masing-masing perangkat.
11.00
rencana yaitu jam 10.30 Namun, hal tersebut dapat
diatasi dengan baik oleh
WIB
pelaksana
- Jumlah peserta yang hadir saat
penyuluhan adalah 180 partisipan dari
seluruh jumlah siswa kelas VII c. Rencana Tindak lanjut /
34
- Seluruh peserta mengamati ketika bagi peserta penyuluhan yang
dilakukan penyuluhan/ memberikan hadir, juga dapat disampaikan
materi oleh mahasiswa ke tetangga maupun kerabat
terdekat.
c. Evaluasi Hasil
- Semua peserta mengikuti penyuluhan
dari awal hingga akhir.
- Semua peserta telah melakukan
dengan baik praktik secara online cara
mencuci tangan dengan benar
35
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Komunitas dapat diartikan kumpulan orang pada wilayah tertentu dengan sistem
sosial tertentu. Komunitas meliputi individu, keluarga, kelompok/agregat dan
masyarakat. Salah satu agregat di komunitas adalah kelompok anak usia sekolah yang
tergolong kelompok berisiko (at risk) terhadap timbulnya masalah kesehatan yang terkait
perilaku tidak sehat. Yang menjadi sasaran pengkajian adalah anak usia sekolah SD
dengan umur 6 – 12 tahun berjumlah 123 siswa.
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada agregat anak usia sekolah
menggunakan pendekatan Community as partner model. Klien (anak usia sekolah)
digambarkan sebagai inti (core) mencakup sejarah, demografi, suku bangsa, nilai dan
keyakinan dengan 8 (delapan) subsistem yang saling mempengaruhi meliputi lingkungan
fisik, pelayanan kesehatan dan sosial, ekonomi, keamanan dan transportasi, politik dan
pemerintahan, komunikasi, pendidikan dan rekreasi.
4.2 Saran
1. Dibutuhkan peran perawat komunitas untuk membantu menyelesaikan masalah
kesehatan pada komunitas anak usia sekolah.
2. Dibutuhkan peran serta orang tua, guru, dan anggota masyarakat untuk mendukung
keberhasilan intervensi asuhan keperawatan pada komunitas anak usia sekolah.
36
DAFTAR PUSTAKA
Abdul .Wahib Dan Mustaqim. (1991). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Aulina, Choirun Nisak. (2018). “Peningkatan Kesehatan Anak Usia Dini dengan Penerapan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di TK Kecamatan Candi Sidoarjo.”
AKSIOLOGIYA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat 3 (1): 50.
https://doi.org/10.30651/aks.v3i1.1480.
Kartono & Kartini. (2011). Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI). Jakarta: Tim Pokja SDKI
DPD PPNI
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Jakarta: Tim Pokja SIKI
DPD PPNI
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Jakarta: Tim PokjaSLKI DPD
PPNI
Sunarto & Kamanto. (2000), Pengantar Sosiologi, Edisi Revisi, Jakarta. Sarwono. 2011.
Psikologi Remaja.Edisi Revisi. Jakarta: Rajawali Pers.
Supariasa, & Hardiansyah. (2016). Nutrition Theory & Application. Jakarta: Book EGC
Medicine.
Tabi’in, A. (2020). “Pola Asuh Demokratis sebagai Upaya Menumbuhkan Kemandirian
Anak di Panti Asuhan Dewi Aminah,” 14.
Taryatman. (2016). “Budaya Hidup Bersih dan Sehat di Sekolah Dasar”, Jurnal Pendidikan
Ke-SD-an, Vol. 3. No. 1. September.
Wilis, S.S. (2012). Remaja Dan Masalahnya mengupas Berbagai Bentuk Kenakalan Remaja,
Narkoba, Free Sex, dan Pemecahannya. Bandung: Afabeta.
Yusuf, S. (2016). Psychology of Child and Adolescent Development. Bandung: PT. Teen
Rosdakarya.
37
38