Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA AGREGAT

KELOMPOK ANAK USIA SEKOLAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan

Oleh : NS. MIRAWATI TONGKO.,S.KEP.,M.KES

Disusun Oleh :

KELOMPOK 5
1. MEGAWATI
2. THRESIA INDAH TARA
3. MARYAM OLII
4. NURHUDA LAKORO
5. NURHASANAH S NONGE
6. LATIFAH ABD FATAH LANASIR
7. IRMAWATI SANDAGANG
8. ARNIATI AMAR
9. KASMIATI
10. DESI KRISTINAH
11. WAYAN ENDRAWAN

INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS MUHAMADIYAH SIDRAP


JURUSAN SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN 2022/2023

1
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN..................................................................... 1


DAFTAR ISI.................................................................................................... 2
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................ 3
1.2 Tujuan ............................................................................................ 3
1.3 Manfaat ......................................................................................... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi dan deskripsi Komunitas................................................... 5
2.2 Anak Usia Sekolah Sebagai Kelompok Risiko ................................ 6
2.3 Framework/ Model yang Digunakan Untuk Pengkajian Komunitas 6
2.4 Peran Perawat Komunitas Terkait Anak Usia Sekolah..................... 12
BAB 3 PROSES KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian ...................................................................................... 14
3.2 Diagnosa Keperawatan .................................................................... 23
3.3 Intervensi Keperawatan .................................................................... 26
3.4 Implementasi ................................................................................... 28
3.5 Evaluasi ........................................................................................... 30
BAB 4 SIMPULAN
4.1 Simpulan .......................................................................................... 31
4.2 Saran ............................................................................................... 31

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan bagian integral dari kehidupan manusia, bertolak dari latar
belakang manusia yang berbeda-beda. Hal ini mengakibatkan banyak faktor yang terjadi dan
berhubungan dengan masalah kesehatan. Di dalam komunitas masyarakat suatu daerah bila
di klasifikasikan berdasarkan kelompok khusus, yang sangat rentan terhadap kondisi
kesehatan terganggu adalah kelompok khusus anak usia sekolah. Salah satu upaya yang
dilaksanakan adalah meningkatkan pola hidup masyarakat yang sehat dengan melakukan
kegiatan keperawatan pada komunitas atau masyarakat yang didalamnya terdapat kelompok
khusus anak sekolah.

Berdasarkan hasil pengkajian data yang dilakukan di kelurahan Wonokromo Surabaya


yang dilakukan pada tanggal 12 November 2012. Ditemukan sebagian besar anak SDN IV
Wonokromo yang memiliki masalah kebersihan diri (personal hygiene), cukup banyak antara
lain 45 murid yang bermasalah pada gigi dengan persentase 36.5 %, 25 murid yang tidak
menggosok gigi dengan persentase 20.3%, 6 murid yang tidak tidak mencuci tangan sebelum
makan dengan persentase 4.9%, 15 murid yang tidak mencuci kaki sebelum tidur dengan
persentase 12.1 %, 7 murid tidak biasa memakai alas kaki dengan persentase 5.7 %, 20 murid
tidak biasa potong kuku dengan persentase 16.2% , 5 murid yang mempunyai kebiasaan
mandi 1 kali sehari dengan persentase 4%. Dampak negatif dari perilaku tersebut adalah
menimbulkan berbagai penyakit yang terjadi seperti karies gigi, diare, cacingan, dan gatal-
gatal. Sehingga perlu untuk ditindak lanjuti dengan pemberian asuhan keperawatan.

Melihat berbagai masalah kesehatan yang muncul pada kelompok usia anak sekolah
maka diperlukan adanya peran tenaga kesehatan dalam membantu menangani masalah
tersebut baik promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

B. Tujuan
Tujuan Umum :

3
Untuk memberikan gambaran tentang perilaku berisiko pada komunitas agregat anak
usia sekolah di Kelurahan Wonokromo Surabaya termasuk upaya pencegahan dan
penanganannya melalui pendekatan proses keperawatan komunitas.

Tujuan Khusus :
1. Mengidentifikasi permasalahan yang dialami komunitas agregat anak usia sekolah.
2. Melakukan analisis dan sintesa data komunitas agregat anak usia sekolah.
3. Merumuskan 3 diagnosa keperawatan komunitas agregat anak usia sekolah.
4. Membuat perencanaan tindakan terkait diagnosa keperawatan.
5. Melakukan intervensi sesuai prioritas terhadap komunitas agregat anak usia sekolah.
6. Mengevaluasi tindakan intervensi terhadap anak usia sekolah di institusi pendidikan.
C. Manfaat
Sesuai dengan permasalahan dan tujuan di atas, asuhan keperawatan yang ditujukan pada
komunitas agregat anak usia sekolah di Kelurahan Wonokromo Surabaya diharapkan
dapat memberikan manfaat antara lain :

1. Membantu anak usia sekolah dalam mencegah terjadinya perilaku berisiko.


2. Memberikan informasi data tentang anak usia sekolah dan risiko yang mungkin
terjadi.
3. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan terkait anak
usia sekolah.
4. Membantu masyarakat khususnya keluarga yang mempunyai anak usia sekolah dalam
memberikan intervensi.
5. Sebagai bahan informasi tambahan bagi petugas kesehatan dalam memberikan
penanganan masalah kesehatan pada anak usia sekolah dalam hal promotif dan
preventif.
6. Membantu anak usia sekolah lainnya melalui kelompok peernya baik dalam institusi
pendidikan formal maupun masyarakat luar sekolah.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi dan deskripsi Komunitas

1. Definisi Komunitas
Komunitas dapat diartikan kumpulan orang pada wilayah tertentu dengan sistem sosial
tertentu. Komunitas meliputi individu, keluarga, kelompok/agregat dan masyarakat.
Salah satu agregat di komunitas adalah kelompok anak usia sekolah yang tergolong
kelompok berisiko (at risk) terhadap timbulnya masalah kesehatan yang terkait perilaku
tidak sehat. Berdasarkan umur kronologis dan berbagai kepentingan, terdapat berbagai
definisi tentang anak usia sekolah yaitu:
a. Menurut definisi WHO (World Health Organization) yaitu golongan anak yang
berusia antara 7-15 tahun , sedangkan di Indonesia lazimnya anak yang berusia 7-12
tahun.
b. Menurut Wong (2009), usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun

2. Deskripsi wilayah Komunitas


Sebagai komunitas yang dikaji adalah komunitas agregat anak usia sekolah di SDN IV
Wonokromo Surabaya pada tanggal 12 November s.d 26 November 2012. Luas
wilayah komunitas 700 m2 dengan batas wilayah sebelah utara rumah penduduk RT.5
Kel. Wonokromo, sebelah selatan rumah penduduk RT.4 Kel. Wonokromo, sebelah
Barat Masjid Qomarudin Wonokromo dan sebelah timur rumah penduduk RT.4 Kel.
Wonokromo.

3. Besarnya Komunitas
Komunitas agregat anak usia sekolah yang menjadi sasaran pengkajian adalah anak usia
sekolah SD dengan umur 6 – 12 tahun berjumlah 123 (Data SDN IV Wonokromo
Surabaya, November 2012).

5
B. Anak Usia Sekolah
Asuhan keperawatan komunitas pada anak usia sekolah merupakan bagian dari
pelayanan keperawatan kesehatan komunitas secara keseluruhan yang dilakukan untuk
mengidentifikasi atau mencegah masalah kesehatan yang terjadi pada anak usia sekolah
di sekolah, untuk selanjutnya dilakukan intervensi keperawatan agar masalah yang terjadi
dapat teratasi atau berkurang.
Anak usia sekolah adalah anak yang memiliki umur 6 sampai 12 tahun yang masih duduk
di sekolah dasar dari kelas 1 sampai kelas 6 dan perkembangan sesuai usianya. Anak usia
sekolah merupakan kelompok risiko yaitu suatu kondisi yang dihubungkan dengan
peningkatan kemungkinan adanya kejadian penyakit. Hal ini tidak berarti bahwa jika
faktor risiko tersebut ada pasti akan menyebabkan penyakit, tetapi dapat berakibat
potensial terjadinya sakit atau kondisi yang membahayakan kesehatan secara optimal dari
populasi. Anak usia sekolah merupakan populasi risiko karena beberapa hal yaitu:
 Anak banyak menghabiskan waktu di luar rumah
 Aktivitas fisik anak semakin meningkat
 Pada usia ini anak akan mencari jati dirinya
 Masih membutuhkan peran orang tua untuk membantu memenuhi kebutuhan

Tujuan pemberian asuhan keperawatan komunitas di sekolah

a. Meningkatkan kemampuan hidup sehat


b. Membantu meningkatkan derajat kesehatan anak usia sekolah (fisik, mental dan
social)
c. Membantu anak usia sekolah melewati fase tumbuh kembangnya
d. Memiliki lingkungan sekolah yang sehat serta meningkatkan tumbuh kembang yang
optimal dalam rangka pembentukan manusia Indonesia yang berkualitas

C. Framework/ Model yang Digunakan Untuk Pengkajian Komunitas

Dalam memberikan asuhan keperawatan pada agregat anak usia sekolah menggunakan
pendekatan Community as partner model. Klien (anak usia sekolah) digambarkan
sebagai inti (core) mencakup sejarah, demografi, suku bangsa, nilai dan keyakinan
dengan 8 (delapan) subsistem yang saling mempengaruhi meliputi lingkungan fisik,
pelayanan kesehatan dan sosial, ekonomi, keamanan dan transportasi, politik dan

6
pemerintahan, komunikasi, pendidikan dan rekreasi (Anderson, Mc Farlane, 2000 dalam
Ervin, 2002).

Delapan subsistem yang dikaji seperti berikut:


I. Pengkajian
A. Core/Data inti komunitas, terdiri dari:
1. Demografi : Jumlah anak usia sekolah keseluruhan, jumlah anak usia sekolah
menurut jenis kelamin, golongan umur.
2. Etnis : suku bangsa, budaya, tipe keluarga.
3. Nilai, kepercayaan dan agama : nilai dan kepercayaan yang dianut oleh anak usia
sekolah berkaitan dengan pergaulan, agama yang dianut, fasilitas ibadah yang ada,
adanya organisasi keagamaan, kegiatan-kegiatan keagamaan yang dikerjakan oleh
anak usia sekolah.

B. Data subsystem
Delapan subsitem yang dikaji sebagai berikut :

1. Lingkungan Fisik
Inspeksi : Lingkungan sekolah anak usia sekolah, kebersihan lingkungan, aktifitas
anak usia sekolah di lingkungannya, data dikumpulkan dengan
winshield survey dan observasi.
Auskultasi : Mendengarkan aktifitas yang dilakukan anak usia sekolah dari guru kelas,
kader UKS, dan kepala sekolah melalui wawancara.
Angket : Adanya kebiasaan pada lingkungan anak usia sekolah yang kurang baik bagi
perkembangan anak usia sekolah.
2. Pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial
Ketersediaan pelayanan kesehatan khusus anak usia sekolah, bentuk pelayanan
kesehatan bila ada, apakah terdapat pelayanan konseling bagi anak usia sekolah
melalui wawancara.
3. Ekonomi
Jumlah pendapatan orang tua siswa, jenis pekerjaan orang tua siswa, jumlah uang
jajan para siswa melalui wawancara dan melihat data di staff tata usaha sekolah.
4. Keamanan dan transportasi.

7
a. Keamanan : adanya satpam sekolah, petugas penyebarang jalan.
b. Transportasi
Jenis transportasi yang dapat digunakan anak usia sekolah, adanya bis sekolah untuk
layanan antar jemput siswa
5. Politik dan pemerintahan
Kebijakan pemerintah tentang anak usia sekolah, dan tata tertib sekolah yang harus
dipatuhi seluruh siswa.
6. Komunikasi
a. Komunikasi formal
Media komunikasi yang digunakan oleh anak usia sekolah untuk memperoleh
informasi pengetahuan tentang kesehatan melalui buku dan sosialisasi dari pendidik.
b. Komunikasi informal
Komunikasi/diskusi yang dilakukan anak usia sekolah dengan guru dan orang tua,
peran guru dan orang tua dalam menyelesaikan dan mencegah masalah anak sekolah,
keterlibatan guru dan orang tua dan lingkungan dalam menyelesaikan masalah anak
usia sekolah.
7. Pendidikan
Terdapat pembelajaran tentang kesehatan, jenis kurikulum yang digunakan sekolah,
dan tingkat pendidikan tenaga pengajar di sekolah.
8. Rekreasi
Tempat rekreasi yang digunakan anak usia sekolah, tempat sarana penyaluran bakat
anak usia sekolah seperti olahraga dan seni, pemanfaatannya, kapan waktu
penggunaan.

C. Analisa Data
Data yang telah terkumpul dari hasil pengkajian inti, subsistem dan persepsi
komunitas dengan berbagai metode pengumpulan data selanjutnya dilakukan analisis
untuk mendapatkan rumusan diagnosa keperawatan komunitas.
D. Diagnosa
Diagnosis keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai respons klien terhadap
masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya, baik yang berlangsung
aktual maupun potensial.

8
1. Defisit kebersihan diri pada agregat anak usia sekolah karena kebiasaan pada
lingkungan anak usia sekolah yang kurang baik.
2. Risiko terjadinya kejadian karies gigi pada agregat anak usia sekolah karena
kebiasaan anak usia sekolah tidak menggosok gigi sebelum tidur, mayoritas jenis
jajanan anak usia sekolah sembarangan, bermasalah pada gigi dan anak usia sekolah
beralasan tidak menggosok gigi karena tidak disuruh oleh orang tuanya. Penampisan
Masalah/Skoring Diagnosa

Tabel Skoring Diagnosa


No Dx A B C D E F Jumlah Keterangan
1 Defisit A. Kesadaran
kebersihan masyarakat
diri pada masalah
2 2 3 3 4 3 17
agregat B. Motivasi
anak usia masyarakat untuk
sekolah menyelesaikan
2 Risiko 2 3 3 3 5 3 19 masalah
Terjadinya C. Kemampuan
kejadian perawat
karies gigi dalam
pada agregat mempengaruhi
anak usia penyelesaian
sekolah masalah
D. Ketersediaan
ahli atau
pihak terkait
terhadap
solusi
masalah
E. Beratnya
konsekuensi
jika masalah
tidak
terselesaikan
F. Mempercepat
penyelesaian
masalah
dengan
resolusi yang
dapat tercapai

Score:
9
1. Rendah
2. Sedang
3. Cukup
4. Tinggi
Sangat tinggi

a. Tujuan Jangka Panjang


Terbentuknya kelompok anak usia sekolah yang peduli terhadap kesehatan gigi
b. Tujuan Jangka Pendek
 Agregat anak usia sekolah tidak mengalami karies gigi
 Agregat anak usia sekolah mendapatkan pengetahuan yang cukup tentang
pencegahan masalah karies gigi.
D. Intervensi
1. Pencegahan primer
a. Program promosi kesehatan
1) Pendidikan kesehatan tentang: manfaat makanan sehat dan cara memilih jajanan
yang sehat, kesehatan gigi dan mulut anak usia sekolah, kebersihan diri (rambut,
kulit, kuku, pakaian, sepatu), cara mencuci tangan yang baik, kebutuhan latihan
fisik anak usia sekolah, cara belajar yang baik dan konsentrasi, dan lain-lain
sesuai kebutuhan anak sekolah.
2) Melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala (perawat dapat meminta
bantuan guru dan kader kesehatan sekolah untuk melakukan pengukuran TB/BB
setiap 4 bulan dan mencatatnya di KMS anak sekolah). Mengingat banyak
sekolah yang ada diwilayah binaan perawat, maka sebaliknya perawat sudah
membuat jadwal kunjungan tenaga kesehatan secara berkala minimal 6 bulan
sekali untuk tiap sekolah.
3) Memberikan layanan konseling tumbuh kembang anak usia sekolah atau
masalah kesehatan.

10
2. Program proteksi kesehatan:
a. Pelayanan imunisasi: pemberian imunisasi untuk anak SD kelas 1 pemberian
DT dan SD kelas VI (wanita) pemberian TT.
b. Program pencegahan kecelakaan pada anak usia sekolah seperti memfasilitasi
zebra cross untuk penyebrangan, menyediakan petugas yang membantu anak
sekolah menyebrang, menganjurkan anak menggunakan pelindung lutut/helm
jika bersepeda, menganjurkan sekolah untuk menjaga kebersihan lantai agar
tidak licin (membuat tanda peringatan bila sedang dibersihkan), menganjurkan
sekolah untuk dapat memperhatikan keselamatan anak seperti tangga tidak
dibuat curam, lapangan bermain tidak berbatu, menganjurkan keluarga untuk
meningkatkan pengawasan pada anak usia sekolah khusunya anak usia sekolah
yang tinggal didekat jalan, sungai atau tempat yang berbahaya, pemantauan
yang ketat terhadap jajanan yang dijual disekolah.
c. Perlindungan caries pada anak usia sekolah: flouridasi
d. Perlindungan anak usia sekolah dari child abuse dari orang dewasa disekitarnya:
meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap keselamatan dan kesehatan anak
usia sekolah, termasuk sikap guru yang mendidik bukan menghukum, membuat
sistem pelaporan dan sangsi yang jelas apabila menemukan anak usia sekolah
yang mengalami tindakan kekerasan baik fisik, emosional, atau seksual dari
orang lain, untuk segera diproses secara hukum yang berlaku di Indonesia.
3. Pencegahan sekunder
1. Deteksi dini dan pengobatannya, sebagai deteksi tumbuh kembang anak sekolah,
atau penyakit untuk segera ditegakkan diagnosis dan pengobatan sejak dini.
2. Perawatan emergency, misalnya diberikan pada anggota anak usia sekolah yang
mengalami kecelakaan disekolah atau lalu lintas.
3. Perawatan akut dan kritis, diberikan pada anak usia sekolah yang mengalami sakit
akut seperti diare, demam, dan lain-lain. Perawatan juga diberikan pada anak usia
sekolah dengan penyakit kritis.
4. Diagnosis dan terapi, perawat komunitas dapat menegakkan diagnosis
keperawatan dan segera memberikan terapi keperawatannya.
5. Melakukan rujukan untuk segera mendapatkan perawatan lebih lanjut.

11
4. Pencegahan tersier
1. Memberikan dukungan pada upaya pemulihan anak usia sekolah setelah sakit dengan
memelihara kondisi kesehatan agar tumbuh kembangnya optimal.
2. Memberikan konseling perawatan lanjut pada kelompok anak usia sekolah pada masa
pemulihan.

D. Peran Perawat Komunitas Terkait Anak Usia Sekolah


1. Praktik Keperawatan Kesehatan Komunitas.
Keperawatan kesehatan komunitas (CHN) merupakan spesialis pelayanan
keperawatan yang berbasiskan pada masyarakat dimana perawat mengambil tanggung
jawab untuk berkontribusi meningkatkan derajad kesehatan masyarakat. Fokus utama
upaya CHN adalah pencegahan penyakit, peningkatan dan mempertahankan
kesehatan dengan tanggung jawab utama perawat CHN pada keseluruhan populasi
dengan penekanan pada kesehatan kelompok populasi daripada individu dan
keluarga.
2. Fungsi dan Peran Perawat CHN Pada Agregat Anak Usia Sekolah
Fungsi dan peran perawat kesehatan komunitas terkait agregat anak usia sekolah
antara lain :
• Kolaborator
Perawat bekerjasama dengan lintas program dan lintas sektoral dalam
membuat keputusan dan melaksanakan tindakan untuk menyelesaikan masalah
anak sekolah. Seperti halnya perawat melakukan kemitraan dengan tokoh
masyarakat, tokoh agama, keluarga, guru, kepolisian, psikolog, dokter,LSM, dan
sebagainya.
• Koordinator
Mengkoordinir pelaksanaan konferensi kasus sesuai kebutuhan anak sekolah,
menetapkan penyedia pelayanan untuk anak usia sekolah.
 Case finder
Mengembangkan tanda dan gejala kesehatan yang terjadi pada agregat anak usia
sekolah, menggunakan proses diagnostik untuk mengidentifikasi potensial kasus
penyakit dan risiko pada anak usia sekolah.
 Case manager

12
Mengidentifikasi kebutuhan anak usia sekolah, merancang rencana
perawatan untuk memenuhi kebutuhan anak usia sekolah, mengawasi
pelaksanaan pelayanan dan mengevaluasi dampak pelayanan
 Pendidik
Mengembangkan rencana pendidikan kepada keluarga dengan anak usia
sekolah di masyarakat dan anak usia sekolah di institusi formal,
memberikan pendidikan kesehatan sesuai kebutuhan, mengevaluasi
dampak pendidikan kesehatan.
 Konselor
Membantu anak usia sekolah mengidentifikasi masalah dan alternatif
solusi, membantu anak usia sekolah mengevaluasi efek solusi dan
pemecahan masalah.
 Peneliti
Merancang riset terkait anak usia sekolah, mengaplikasikan hasil riset
pada anak usia sekolah, mendesiminasikan hasil riset.
 Care giver
Mengkaji status kesehatan komunitas anak usia sekolah, menetapkan
diagnosa keperawatan, merencanakan intervensi keperawatan,
melaksanakan rencana tindakan dan mengevaluasi hasil intervensi.
 Pembela
Memperoleh fakta terkait situasi yang dihadapi anak usia sekolah,
menentukan kebutuhan advokasi, menyampaikan kasus anak usia sekolah
terhadap pengambil keputusan, mempersiapkan anak usia sekolah untuk
mandiri.

13
BAB III
CONTOH LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AGREGAT ANAK USIA SEKOLAH
Asuhan keperawatan agregat anak sekolah yang dilakukan di SDN Wonokromo IV Surabaya
menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian status kesehatan
anak sekolah, perumusan diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Pemberian asuhan keperawatan melibatkan kader UKS, guru pada institusi pendidikan, anak
sekolah dan orang tua, dan kepala sekolah.

I. Pengkajian
Pengkajian pada agregat anak sekolah menggunakan pendekatan Community as partner
meliputi : data inti komunitas dan subsystem.
A. Data inti komunitas, terdiri dari:
1. Demografi : Jumlah anak sekolah keseluruhan menurut data Monografi SDN
Wonokromo IV Surabaya untuk usia 6 – 12 tahun + 123 siswa, jumlah anak sekolah
menurut jenis kelamin dan golongan umur tergambar pada grafik di bawah ini.
Diagram 1 : Karakteristik anak sekolah Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di
SDN Wonokromo IV Surabaya bulan November tahun 2012

30

25

20

15 Perempuan
Laki-laki
10

0
6 - 7 tahun 8 - 9 tahun 10 - 11 tahun 12 tahun

Dari 123 siswa SDN IV Wonokromo antara siswa laki-laki yang berumur 8 – 9 tahun
dan anak perempuan berumur 8 – 9 tahun mempunyai prosentase yang hampir sama
yaitu 20.5 % dan 20 %.
2. Status perkawinan
100% dari anak usia sekolah belum kawin.
3. Nilai, kepercayaan dan agama :

14
Agama yang dianut oleh anak sekolah tergambar pada diagram di bawah ini :

Diagram 2 : Karakteristik anak usia sekolah Berdasarkan Agama di SDN IV Wonokromo


Surabaya pada November 2012

Kristen
3.1%

Islam
96.9%

Dari diagram di atas mayoritas responden beragama Islam yaitu 96,9 %.

Berdasarkan winshield survey dan data dari monografi didapatkan tidak tersedia musala
untuk tempat beribadah karena letak SD bersebelahan dengan masjid, kegiatan
keagamaan dilaksanakan di masjid tersebut. Di sekolah terdapat mata pelajaran Agama.

Sedangkan dari hasil wawancara dengan guru agama, menyatakan bahwa


nilai/norma/budaya yang dianut anak-anak SD baik, kehidupan beragama berjalan
dengan harmonis, dan anak-anak rajin dan antusias dalam mengikuti kegiatan keagamaan
yang dilaksanakan.

B. Data subsystem
Delapan subsistem yang dikaji sebagai berikut :
1. Lingkungan Fisik
Inspeksi : Tipe sekolah permanen, tempatnya strategis dekat dengan jalan raya.
Kebersihan lingkungan sekolah kurang terjaga dengan baik, terdapat 1
kantin di dalam sekolah yang menjual makanan yang kurang terjamin
kebersihannya. Terdapat banyak penjual makanan di depan gerbang
sekolah. Jenis makanan yang dijual tidak terjamin kebersihannya.
15
Terdapat 2 kamar mandi yang terpisah antara kamar mandi anak laki-laki
dan perempuan. Kondisi terawat dengan baik.
Auskultasi : Hasil wawancara dengan kepala sekolah, bahwa di sekolah SDN IV
Wonokromo terdapat kegiatan ekstrakulikuler yang sudah lama berjalan
seperti olahraga meliputi sepak bola dan senam, kesenian meliputi tari dan
musik dan kegiatan keagamaan seperti pengajian.

Angket : Adanya kebiasaan pada lingkungan anak usia sekolah yang kurang baik
bagi perkembangan anak yaitu orang tua dan lingkungan anak yang
membiasakan tidak menggosok gigi sebelum tidur sehingga kebiasaan ini
diikuti oleh anak usia sekolah.

2. Pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial


Pelayanan kesehatan di sekolah SDN IV Wonokromo terdapat UKS untuk tempat
istirahat dan pemeriksaan bagi anak yang sakit. Selain itu juga terdapat ruang BK
(Bimbingan Konseling) untuk konsultasi siswa.
3. Ekonomi
Berdasarkan hasil wawancara kepada para siswa kebanyakan orang tua para siswa
mempunyai pekerjaan sebagai wiraswasta dan berdagang untuk mencari nafkah.

4. Keamanan dan Transportasi


a. Keamanan
Terdapat satpam sekolah yang membantu anak sekolah menyebrang jalan raya,
akan tetapi ditemukan kebiasaan yang mengancam kesehatan anak usia sekolah :
1) Kebiasaan jajan sembarangan
Dari 123 angket yang terkumpul, didapatkan data tentang kebiasaan jajan
sembarangan pada anak usia sekolah adalah sebagai berikut :

Diagram 3 : Kebiasaan jajan sembarangan yang dilakukan oleh anak usia sekolah di
sekolah SDN IV Wonokromo

16
Kebiasaan Jajan Sembarangan

80
70
60
50
40
30
20
10
0
Ya Tidak

Pada diagram diketahui mayoritas anak usia sekolah memiliki kebiasaan jajan
sembarangan sebesar 98 anak (80%). Ini merupakan hal yang negatif bagi
kesehatan anak usia sekolah karena kebersihan makanan dan kandungan gizi
yang ada di dalam makanan tersebut bisa menimbulkan berbagai macam
masalah kesehatan untuk anak usia sekolah.
2) Jenis Jajanan yang dikonsumsi Anak Usia Sekolah
Dari 123 angket yang terkumpul, didapatkan data tentang kebiasaan jajan
sembarangan pada anak usia sekolah adalah sebagai berikut :
Diagram 4 : Jenis Jajanan yang dikonsumsi Anak Usia Sekolah SDN IV
Wonokromo

50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
Permen Coklat Snack

Pada diagram diketahui mayoritas jenis jajanan anak usia sekolah adalah
permen sebanyak 50 anak (40,6 %). Ini merupakan hal yang negatif bagi
kesehatan gigi anak usia sekolah karena dalam permen mengandung
17
kandungan gula yang tinggi sehingga berisiko tinggi terjadi kejadian karies
gigi pada anak usia sekolah di SDN IV Wonokromo.

3) Kebiasan menggosok gigi sebelum tidur


Diagram 5 : Kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur yang dilakukan oleh
anak usia sekolah di sekolah SDN IV Wonokromo

Kebiasaan Menggosok Gigi

80
70
60
50
40
30
20
10
0
Ya Tidak

Pada diagram diketahui mayoritas anak usia sekolah tidak menggosok gigi
sebelum tidur sebanyak 92 anak (75 %). Ini merupakan hal yang negatif bagi
perilaku anak usia sekolah karena kebiasaan ini harusnya ditanamkan sejak
dini, selain itu apabila tidak menggosok gigi dapat menyebabkan berbagai
macam masalah kesehatan gigi dan mulut.
Berdasarkan wawancara dari petugas UKS menyatakan bahwa anak-anak
SDN IV Wonokromo sudah mendapat pengetahuan tentang cara menggosok
gigi. Alasan kebiasaan anak SD tidak menggosok gigi sebelum tidur dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1: Frekuensi alasan anak SDN IV Wonokromo tidak menggosok gigi sebelum
tidur

Alasan tidak gosok gigi Jumlah Persentase


Malas 50 40.6 %
Tidak disuruh ortu 60 48.7 %
Lupa 13 10.5 %
18
Total 123 100 %

b. Transportasi
Jenis transportasi yang digunakan anak-anak SDN IV Wonokromo adalah sepeda,
jalan kaki, dan diantar oleh orang tua.
5. Politik dan pemerintahan
Pada subsystem politik dan pemerintahan bagi anak usia sekolah adalah keikut
sertaan anak dalam organisasi sosial di sekolah serta kebijakan pemerintah terhadap
masalah yang terkait dengan anak usia sekolah. Keikutsertaan anak pada organisasi di
sekolah yaitu mengikuti kegiatan kepramukaan.
6. Komunikasi
a. Komunikasi formal
Media komunikasi yang digunakan oleh anak untuk memperoleh informasi
pengetahuan tentang gosok gigi berasal dari media, para guru dan orang tua. Hasil
pengkajian yang telah diperoleh adalah sebagai berikut:
Diagram 6 : Sumber informasi yang digunakan anak usia sekolah untuk
memperoleh pengetahuan tentang gosok gigi di sekolah SDN IV
Wonokromo

45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
Media Ortu Guru

Berdasarkan data di atas mayoritas anak mengetahui mengenai informasi


tentang gosok gigi sebelum tidur bersumber dari media khusunya televisi tentang

19
iklan pasta gigi sebesar 45%. Media informasi yang digunakan anak ini mempunyai
dampak positif dan negatif.

b. Komunikasi informal
Komunikasi informal yang dilakukan oleh anak usia sekolah di sekolah SDN IV
Wonokromo meliputi data tentang diskusi yang dilakukan anak dengan orang tua,
peran orang tua dalam menyelesaikan dan mencegah masalah anak, keterlibatan orang
tua dan lingkungan dalam menyelesaikan masalah anak. Agar lebih jelasnya dapat
dilihat pada uraian dibawah ini :
Diagram 7 : Frekuensi diskusi yang dilakukan antara anak dengan orang tua di
sekolah SDN IV Wonokromo

60

50

40

30

20

10

0
Sering Jarang Tidak Pernah

Berdasarkan diagram di atas, maka mayoritas anak menjawab jarang


mengadakan diskusi dengan orang tua dalam mengatasi masalah anak yaitu sebesar
74 responden (60%). Keadaan ini sangat berisiko terhadap terjadinya perilaku anak
untuk mencari informasi melalui orang lain atau media yang belum tentu
kebenarannya. Sehingga diharapkan orang tua berperan sebagai pendengar aktif dan
pemberi solusi bagi permasalahan yang dihadapi oleh anaknya.

Diagram 8 : Perlunya orang tua membantu mengatasi masalah anak di sekolah SDN
IV Wonokromo

20
Tidak perlu

1.0%

Perlu

99.0%

Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa hampir 100 % responden menyatakan
perlu mendapatkan bantuan orang tua untuk mengatasi masalah yang terjadi pada
dirinya.

7. Pendidikan
Semua anak bersekolah di sekolah SDN IV Wonokromo Surabaya.

8. Rekreasi

Tempat rekreasi yang sering dimanfaatkan anak bersama orang tuanya biasanya ke
Kebun Binatang Surabaya (KBS), taman-taman kota, Pantai Kenjeran, dan Taman
Hiburan Remaja (THR). Untuk pengembangan bakat anak di bidang olah raga dan seni di
sekolah SDN IV Wonokromo terdapat lapangan sepak bola, sanggar senam, dan tari.

21
C. Analisa Data

Data Masalah

1. Lingkungan fisik :

- Adanya kebiasaan pada lingkungan


anak usia sekolah yang kurang baik
Defisit kebersihan diri pada agregat anak
bagi perkembangan anak yaitu orang
usia sekolah
tua dan lingkungan anak yang
membiasakan tidak menggosok gigi
sebelum tidur sehingga kebiasaan ini
diikuti oleh anak usia sekolah

2. Keamanan dan transportasi:


a. Kebiasaan jajan sembarangan
Risiko terjadinya kejadian karies gigi pada
- 80% anak usia sekolah memiliki
agregat anak usia sekolah
kebiasaan jajan sembarangan
- mayoritas jenis jajanan anak usia
sekolah adalah permen sebanyak
50 anak (40,6 %)
- 45 murid yang bermasalah pada
gigi dengan persentase 36.5 %
b. Kebiasan menggosok gigi sebelum
tidur
- 75% anak usia sekolah tidak
menggosok gigi sebelum tidur
- Alasan tidak menggosok gigi
karena tidak disuruh oleh orang
tuanya (48.7%)

Risiko penyalahgunaan media cetak dan


22
elektronik pada anak untuk memperoleh
3. Komunikasi informasi yang tidak sesuai dengan
a. Komunikasi Formal perkembangannya
Anak mengetahui mengenai
informasi tentang gosok gigi
sebelum tidur bersumber dari media
khusunya televisi tentang iklan pasta
gigi sebesar 45% Ketidakefektifan komunikasi anak dengan
b. Komunikasi Informal orang tua
- Sebesar 60% anak sekolah jarang
diskusi dengan orang tua untuk
menyelesaikan masalah
- Sebesar 99% anak usia sekolah
menganggap perlu peran ortu
untuk mengatasi masalah anak

II. Diagnosa Keperawatan Komunitas


1. Defisit kebersihan diri pada agregat anak usia sekolah b/d kebiasaan pada
lingkungan anak usia sekolah yang kurang baik
2. Risiko terjadinya kejadian karies gigi pada agregat anak usia sekolah b/d kebiasaan
anak usia sekolah tidak menggosok gigi sebelum tidur sebesar 75%, mayoritas jenis
jajanan anak usia sekolah adalah permen sebanyak 50 anak (40,6 %), 45 murid yang
bermasalah pada gigi dengan persentase 36.5 % dan sebesar 48.7% anak usia
sekolah beralasan tidak menggosok gigi karena tidak disuruh oleh orang tuanya
3. Risiko penyalahgunaan media cetak dan elektronik pada anak untuk memperoleh
informasi yang tidak sesuai dengan perkembangannya b/d sumber informasi yang
digunakan anak untuk mengetahui informasi tentang gosok gigi sebelum tidur
bersumber dari media khusunya televisi tentang iklan pasta gigi sebesar 45%
4. Ketidakefektifan komunikasi anak dengan orang tua b/d anak jarang diskusi dengan
orang tua untuk menyelesaikan masalah sebesar 60% dan perlunya peran ortu untuk
mengatasi masalah anak sebesar 99%

23
III. Perencanaan
a. Prioritas masalah
Langkah awal dalam melakukan perencanaan adalah memprioritaskan diagnosa
keperawatan dengan menggunakan ranking dari semua diagnosa yang telah
ditemukan. Tujuan dari prioritas masalah adalah untuk mengetahui diagnosa
keperawatan komunitas yang mana yang akan diselesaikan terlebih dahulu dengan
masyarakat.
Prioritas untuk diagnosa komunitas pada agregrat anak usia sekolah di SDN IV
Wonokromo Kelurahan Wonokromo Surabaya adalah sebagai berikut :

Pentingnya Perubahan Penyelesaian Total


penyelesaian positif untuk untuk score
Diagnosa keperawatan pada
masalah penyelesaian Peningkatan
agregat anak usia sekolah
di komunitas kualitas
1 : rendah
hidup
0 : tidak ada
2 : sedang
0 : tidak ada
1 : rendah
3 : tinggi
1 : rendah
2 : sedang
2 : sedang
3 : tinggi
3 : tinggi
Defisit kebersihan diri pada 3 2 3 8
agregat anak usia sekolah

Risiko terjadinya kejadian 3 3 3 9


karies gigi pada agregat
anak usia sekolah
Risiko penyalahgunaan 2 1 1 4
media cetak dan elektronik
pada anak untuk

24
memperoleh informasi yang
tidak sesuai dengan
perkembangannya

Ketidakefektifan 2 1 2 5
komunikasi anak dengan
orang tua

Kesimpulan : masalah komunitas yang menjadi prioritas adalah risiko kejadian karies
gigi pada agregat anak usia sekolah dan yang akan dijadikan implementasi adalah upaya
preventif dan promotif untuk mencegah terjadinya kejadian karies gigi pada agregat anak
usia sekolah di SDN IV Wonokromo Kelurahan Wonokromo Surabaya.

25
b. Intervensi Keperawatan

Diagnosa
Tujuan Rencana Tindakan Sasaran Metode Waktu Tempat
keperawatan
1. Risiko 1. Jangka panjang 1. Lakukan pendekatan - Kepala - Komunikasi SDN IV
terjadinya Terbentuknya secara formal dengan sekolah, dan Wonokromo
kejadian kelompok anak kepala sekolah, guru, guru, dan informasi Surabaya
karies gigi usia sekolah dan petugas UKS petugas UKS
pada agregat yang peduli SDN IV
anak usia terhadap Wonokromo
sekolah kesehatan gigi Surabaya - Ceramah dan
2. Jangka pendek 2. Berikan penyuluhan - Kelompok diskusi
- Agregat anak kesehatan tentang karies anak usia
usia sekolah gigi pada kelompok anak sekolah di
tidak usia sekolah SDN IV - Edukasi dan
mengalami 3. Demonstrasikan cara Wonokromo demonstrasi
karies gigi menggosok gigi dengan Surabaya
- Agregat anak baik dan benar pada

usia sekolah kelompok anak usia

mendapatkan sekolah

pengetahuan 4. Beri kesempatan pada

26
yang cukup kelompok anak usia
tentang sekolah untuk bersama-
pencegahan sama mempraktikan cara
masalah menggosok gigi dengan
karies gigi baik dan benar

5. Lakukan kerjasama - Puskesmas - Monitoring


dengan puskesmas Wonokromo
setempat untuk
melakukan monitoring
terhadap kelompok anak
usia sekolah di SDN IV
Wonokromo Surabaya

27
IV. Implementasi

Dx. Keperawatan Hari/tanggal Kegiatan

1. Risiko terjadinya kejadian 1. Melakukan pendekatan secara formal dengan kepala sekolah, guru, dan
karies gigi pada agregat anak petugas UKS.
usia sekolah Kepala sekolah, seluruh guru, dan petugas UKS mendukung diadakannya
penyuluhan kesehatan tentang karies gigi di SDN IV Wonokromo
Surabaya.

2. Memberikan penyuluhan kesehatan tentang karies gigi pada kelompok


anak usia sekolah.
Seluruh anak antusias dan semangat untuk mengikuti kegiatan
penyuluhan kesehatan.

3. Mendemonstrasikan cara menggosok gigi dengan baik dan benar pada


kelompok anak usia sekolah
Seluruh anak antusias dan semangat untuk cara menggosok gigi dengan
baik dan benar

4. Memberi kesempatan pada kelompok anak usia sekolah untuk bersama-

28
sama mempraktikan cara menggosok gigi dengan baik dan benar
Seluruh anak antusias dan semangat untuk bersama-sama mempraktikan
cara menggosok gigi dengan baik dan benar
5. Melakukan kerjasama dengan puskesmas setempat untuk melakukan
monitoring terhadap kelompok anak usia sekolah di SDN IV Wonokromo
Surabaya
Pihak Puskesmas datang ke SDN IV Wonokromo untuk melakukan
monitoring terhadap kelompok anak usia sekolah

29
V. Evaluasi
Pelaksanaan evaluasi meliputi evaluasi proses dan hasil. Evaluasi proses dari
pelaksanaan diagnosa keperawatan pertama di SDN IV Wonokromo Surabaya adalah
100% peserta hadir, 90% peserta terlibat aktif dalam diskusi dan pelaksanaan kegiatan
berjalan sesuai alokasi waktu. Evaluasi hasil yang dapat diketahui adalah melalui
peningkatan pengetahuan kelompok anak usia sekolah tentang cara menggosok gigi
dengan baik dan benar yang dapat dilihat dari antusias anak usia sekolah dalam
mempraktikan cara menggosok gigi dengan baik dan benar.

30
BAB IV
SIMPULAN
A. Simpulan

Komunitas dapat diartikan kumpulan orang pada wilayah tertentu dengan sistem
sosial tertentu. Komunitas meliputi individu, keluarga, kelompok/agregat dan
masyarakat. Salah satu agregat di komunitas adalah kelompok anak usia sekolah yang
tergolong kelompok berisiko (at risk) terhadap timbulnya masalah kesehatan yang
terkait perilaku tidak sehat. Yang menjadi sasaran pengkajian adalah anak usia
sekolah SD dengan umur 6 – 12 tahun berjumlah 123 siswa.
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada agregat anak usia sekolah
menggunakan pendekatan Community as partner model. Klien (anak usia sekolah)
digambarkan sebagai inti (core) mencakup sejarah, demografi, suku bangsa, nilai dan
keyakinan dengan 8 (delapan) subsistem yang saling mempengaruhi meliputi
lingkungan fisik, pelayanan kesehatan dan sosial, ekonomi, keamanan dan
transportasi, politik dan pemerintahan, komunikasi, pendidikan dan rekreasi

B. Saran
 Dibutuhkan peran perawat komunitas untuk membantu menyelesaikan masalah
kesehatan pada komunitas anak usia sekolah
 Dibutuhkan peran serta orang tua, guru, dan anggota masyarakat untuk mendukung
keberhasilan intervensi asuhan keperawatan pada komunitas anak usia sekolah

31

Anda mungkin juga menyukai