Anda di halaman 1dari 34

“MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

PADA ANAK USIA SEKOLAH”

DI SUSUN OLEH :
1. RONALDO TAKARENDEHANG (1701060)
2. MALINIA MARTHA OLONGSONGKE (1701066)
3. MEGIWATI ANO (1701094)
4. FITRI IDRIS (1701096)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MUHAMMADIYAH


MANADO
TA 2020

KATA PENGANTAR

1
Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
tentang “ASKEP anak usia sekolah” tepat pada waktunya. Makalah ini saya buat untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah KOMUNITAS 2

Kami menyadari bahwa makalah yang saya susun ini tak luput dari kekurangan dan
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sebagai penyusun sangat mengharapkan
adanya kritik dan saran yang membangun dari para pembaca untuk penyempurnaan
penyusunan makalah ini.

Manado, 20 Maret 2020

penyusun

2
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
BAB IV PENUTUP

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan bagian integral dari kehidupan manusia, bertolak dari latar

belakang manusia yang berbeda-beda. Hal ini mengakibatkan banyak faktor yang terjadi dan

berhubungan dengan masalah kesehatan. Di dalam komunitas masyarakat suatu daerah bila

di klasifikasikan berdasarkan kelompok khusus, yang sangat rentan terhadap kondisi

kesehatan terganggu adalah kelompok khusus anak usia sekolah. Salah satu upaya yang

dilaksanakan adalah meningkatkan pola hidup masyarakat yang sehat dengan melakukan

kegiatan keperawatan pada komunitas atau masyarakat yang didalamnya terdapat kelompok

khusus anak sekolah.

Berdasarkan hasil pengkajian data yang dilakukan di kelurahan Wonokromo Surabaya yang
dilakukan pada tanggal 12 November 2012. Ditemukan sebagian besar anak SDN IV
Wonokromo yang memiliki masalah kebersihan diri (personal hygiene), cukup banyak antara
lain 45 murid yang bermasalah pada gigi dengan persentase 36.5 %, 25 murid yang tidak
menggosok gigi dengan persentase 20.3%, 6 murid yang tidak tidak mencuci tangan sebelum
makan dengan persentase 4.9%, 15 murid yang tidak mencuci kaki sebelum tidur dengan
persentase 12.1 %, 7 murid tidak biasa memakai alas kaki dengan persentase 5.7 %, 20 murid
tidak biasa potong kuku dengan persentase 16.2% , 5 murid yang mempunyai kebiasaan
mandi 1 kali sehari dengan persentase 4%. Dampak negatif dari perilaku tersebut adalah
menimbulkan berbagai penyakit yang terjadi seperti karies gigi, diare, cacingan, dan gatal-
gatal. Sehingga perlu untuk ditindak lanjuti dengan pemberian asuhan keperawatan.

B. Tujuan

Tujuan Umum :
Untuk memberikan gambaran tentang perilaku berisiko pada komunitas agregat anak usia

sekolah di Kelurahan Wonokromo Surabaya termasuk upaya pencegahan dan

penanganannya melalui pendekatan proses keperawatan komunitas.

Tujuan Khusus :

4
1. Mengidentifikasi permasalahan yang dialami komunitas agregat anak usia sekolah.

2. Melakukan analisis dan sintesa data komunitas agregat anak usia sekolah.

3. Merumuskan 3 diagnosa keperawatan komunitas agregat anak usia sekolah.

4. Membuat perencanaan tindakan terkait diagnosa keperawatan.

5. Melakukan intervensi sesuai prioritas terhadap komunitas agregat anak usia sekolah.

6. Mengevaluasi tindakan intervensi terhadap anak usia sekolah di institusi pendidikan

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi dan deskripsi Komunitas


1. Definisi Komunitas
Komunitas dapat diartikan kumpulan orang pada wilayah tertentu dengan sistem sosial

tertentu. Komunitas meliputi individu, keluarga, kelompok/agregat dan masyarakat. Salah

satu agregat di komunitas adalah kelompok anak usia sekolah yang tergolong kelompok

berisiko (at risk) terhadap timbulnya masalah kesehatan yang terkait perilaku tidak sehat.

Berdasarkan umur kronologis dan berbagai kepentingan, terdapat berbagai definisi tentang

anak usia sekolah yaitu:

a. Menurut definisi WHO (World Health Organization) yaitu golongan anak yang berusia

antara 7-15 tahun , sedangkan di Indonesia lazimnya anak yang berusia 7-12 tahun.

b. Menurut Wong (2009), usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun

2. Deskripsi wilayah Komunitas

Sebagai komunitas yang dikaji adalah komunitas agregat anak usia sekolah di SDN IV

Wonokromo Surabaya pada tanggal 12 November s.d 26 November 2012. Luas wilayah

2
komunitas 700 m dengan batas wilayah sebelah utara rumah penduduk RT.5 Kel.

Wonokromo, sebelah selatan rumah penduduk RT.4 Kel. Wonokromo, sebelah Barat

Masjid Qomarudin Wonokromo dan sebelah timur rumah penduduk RT.4 Kel.

Wonokromo

3. Besarnya Komunitas

Komunitas agregat anak usia sekolah yang menjadi sasaran pengkajian adalah anak usia

sekolah SD dengan umur 6 – 12 tahun berjumlah 123 (Data SDN IV Wonokromo

Surabaya, November 201

6
B. Anak Usia Sekolah Sebagai Kelompok Risiko
Anak usia sekolah adalah anak yang memiliki umur 6 sampai 12 tahun yang masih duduk di

sekolah dasar dari kelas 1 sampai kelas 6 dan perkembangan sesuai usianya.

Anak usia sekolah merupakan kelompok risiko yaitu suatu kondisi yang dihubungkan dengan

peningkatan kemungkinan adanya kejadian penyakit. Hal ini tidak berarti bahwa jika faktor

risiko tersebut ada pasti akan menyebabkan penyakit, tetapi dapat berakibat potensial

terjadinya sakit atau kondisi yang membahayakan kesehatan secara optimal dari populasi.

Anak usia sekolah merupakan populasi risiko karena beberapa hal yaitu:

 Anak banyak menghabiskan waktu di luar rumah


 Aktivitas fisik anak semakin meningkat

 Pada usia ini anak akan mencari jati dirinya

 Masih membutuhkan peran orang tua untuk membantu memenuhi kebutuhan

C. Framework/ Model yang Digunakan Untuk Pengkajian Komunitas


Dalam memberikan asuhan keperawatan pada agregat anak usia sekolah menggunakan

pendekatan Community as partner model. Klien (anak usia sekolah) digambarkan sebagai

inti (core) mencakup sejarah, demografi, suku bangsa, nilai dan keyakinan dengan 8

(delapan) subsistem yang saling mempengaruhi meliputi lingkungan fisik,

pelayanan kesehatan dan sosial, ekonomi, keamanan dan transportasi, politik dan

pemerintahan, komunikasi, pendidikan dan rekreasi (Anderson, Mc Farlane, 2000 dalam

Ervin, 2002).

7
pelayanan kesehatan dan sosial, ekonomi, keamanan dan transportasi, politik dan

pemerintahan, komunikasi, pendidikan dan rekreasi (Anderson, Mc Farlane, 2000 dalam

Ervin, 2002).

Delapan subsistem yang dikaji seperti berikut:

I. Pengkajian

A. Data inti komunitas, terdiri dari

1. Demografi : Jumlah anak usia sekolah keseluruhan, jumlah anak usia sekolah menurut

jenis kelamin, golongan umur.

2. Etnis : suku bangsa, budaya, tipe keluarga.

3. Nilai, kepercayaan dan agama : nilai dan kepercayaan yang dianut oleh anak usia

sekolah berkaitan dengan pergaulan, agama yang dianut, fasilitas ibadah yang ada,

adanya organisasi keagamaan, kegiatan-kegiatan keagamaan yang dikerjakan oleh anak

usia sekolah.

B. Data subsystem

Delapan subsitem yang dikaji sebagai berikut :

4. Lingkungan Fisik

Inspeksi : Lingkungan sekolah anak usia sekolah, kebersihan lingkungan, aktifitas anak

usia sekolah di lingkungannya, data dikumpulkan dengan winshield survey dan observasi.

Auskultasi : Mendengarkan aktifitas yang dilakukan anak usia sekolah dari guru kelas,

kader UKS, dan kepala sekolah melalui wawancara.

Angket : Adanya kebiasaan pada lingkungan anak usia sekolah yang kurang baik bagi

perkembangan anak usia sekolah.

5. Pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial

8
Ketersediaan pelayanan kesehatan khusus anak usia sekolah, bentuk pelayanan kesehatan

bila ada, apakah terdapat pelayanan konseling bagi anak usia sekolah melalui wawancara

6. Ekonomi

Jumlah pendapatan orang tua siswa, jenis pekerjaan orang tua siswa, jumlah uang jajan para

siswa melalui wawancara dan melihat data di staff tata usaha sekolah.

7. Keamanan dan transportasi.


a. Keamanan : adanya satpam sekolah, petugas penyebarang jalan.
b. Transportasi
c. Jenis transportasi yang dapat digunakan anak usia sekolah, adanya bis sekolah
untuk layanan antar jemput siswa

8. Politik dan pemerintahan


Kebijakan pemerintah tentang anak usia sekolah, dan tata tertib sekolah yang harus dipatuhi
seluruh siswa.

9. Komunikasi
a. Komunikasi formal
Media komunikasi yang digunakan oleh anak usia sekolah untuk memperoleh informasi

pengetahuan tentang kesehatan melalui buku dan sosialisasi dari pendidik.

b. Komunikasi informal

Komunikasi/diskusi yang dilakukan anak usia sekolah dengan guru dan orang tua, peran guru

dan orang tua dalam menyelesaikan dan mencegah masalah anak sekolah, keterlibatan guru

dan orang tua dan lingkungan dalam menyelesaikan masalah anak usia sekolah.

10. Pendidikan

Terdapat pembelajaran tentang kesehatan, jenis kurikulum yang digunakan sekolah, dan

tingkat pendidikan tenaga pengajar di sekolah.

11. Rekreasi

Tempat rekreasi yang digunakan anak usia sekolah, tempat sarana penyaluran bakat anak usia

sekolah seperti olahraga dan seni, pemanfaatannya, kapan waktu penggunaan.

9
D. Peran Perawat Komunitas Terkait Anak Usia Sekolah
1. Praktik Keperawatan Kesehatan Komunitas.

Keperawatan kesehatan komunitas (CHN) merupakan spesialis pelayanan keperawatan

yang berbasiskan pada masyarakat dimana perawat mengambil tanggung jawab untuk

berkontribusi meningkatkan derajad kesehatan masyarakat. Fokus utama upaya CHN

adalah pencegahan penyakit, peningkatan dan mempertahankan kesehatan dengan

tanggung jawab utama perawat CHN pada keseluruhan populasi dengan penekanan

pada kesehatan kelompok populasi daripada individu dan keluarga.

2. Fungsi dan Peran Perawat CHN Pada Agregat Anak Usia Sekolah

Fungsi dan peran perawat kesehatan komunitas terkait agregat anak usia sekolah antara
lain :
a. Kolaborator
Perawat bekerjasama dengan lintas program dan lintas sektoral dalam membuat
keputusan dan melaksanakan tindakan untuk menyelesaikan masalah anak sekolah. Seperti
halnya perawat melakukan kemitraan dengan tokoh masyarakat, tokoh agama, keluarga,
guru, kepolisian, psikolog, dokter,LSM, dan sebagainya.
b. Koordinator
Mengkoordinir pelaksanaan konferensi kasus sesuai kebutuhan anak sekolah,
menetapkan penyedia pelayanan untuk anak usia sekolah.

c. Case finder
Mengembangkan tanda dan gejala kesehatan yang terjadi pada agregat anak usia
sekolah, menggunakan proses diagnostik untuk mengidentifikasi potensial kasus
penyakit dan risiko pada anak usia sekolah.

d. Case manager
Mengidentifikasi kebutuhan anak usia sekolah, merancang rencana perawatan untuk
memenuhi kebutuhan anak usia sekolah, mengawasi pelaksanaan pelayanan dan
mengevaluasi dampak pelayanan.

e. Pendidik
Mengembangkan rencana pendidikan kepada keluarga dengan anak usia sekolah
dimasyarakat dan anak usia sekolah di institusi formal, memberikan pendidikan
kesehatan sesuai kebutuhan, mengevaluasi dampak pendidikan kesehatan.

10
f. Konselor
Membantu anak usia sekolah mengidentifikasi masalah dan alternatif solusi, membantu
anak usia sekolah mengevaluasi efek solusi dan pemecahan masalah.

g. Peneliti
Merancang riset terkait anak usia sekolah, mengaplikasikan hasil riset pada anak usia sekolah,
mendesiminasikan hasil riset.

11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AGREGAT ANAK USIA SEKOLAH

Asuhan keperawatan agregat anak sekolah yang dilakukan di SDN Wonokromo IV


Surabaya menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian status
kesehatan anak sekolah, perumusan diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi. Pemberian asuhan keperawatan melibatkan kader UKS, guru pada institusi
pendidikan, anak sekolah dan orang tua, dan kepala sekolah.
I. Pengkajian
Pengkajian pada agregat anak sekolah menggunakan pendekatan Community as partner
meliputi : data inti komunitas dan subsystem.

Data inti komunitas, terdiri dari:

1. Demografi : Jumlah anak sekolah keseluruhan menurut data Monografi SDN Wonokromo IV

Surabaya untuk usia 6 – 12 tahun + 123 siswa, jumlah anak sekolah menurut jenis kelamin dan

golongan umur tergambar pada grafik di bawah ini.

Diagram 1 : Karakteristik anak sekolah Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di SDN
Wonokromo IV Surabaya bulan November tahun 2012

12
30

25

20

15 Perempuan

10 Laki-laki

0
6 - 7 tahun 8 - 9 tahun 10 - 11 12 tahun
tahun

Dari 123 siswa SDN IV Wonokromo antara siswa laki-laki yang berumur 8 – 9 tahun dan

anak perempuan berumur 8 – 9 tahun mempunyai prosentase yang hampir sama yaitu 20.5 %

dan 20 %.

2. Status perkawinan
100% dari anak usia sekolah belum kawin.

3. Nilai, kepercayaan dan agama :


Agama yang dianut oleh anak sekolah tergambar pada diagram di bawah ini :
Diagram 2 : Karakteristik anak usia sekolah Berdasarkan Agama di SDN IV Wonokromo
Surabaya pada November 2

Kristen

3.1%

Islam

96.9%

13
Dari diagram di atas mayoritas responden beragama Islam yaitu 96,9 %.

Berdasarkan winshield survey dan data dari monografi didapatkan tidak tersedia musala

untuk tempat beribadah karena letak SD bersebelahan dengan masjid, kegiatan keagamaan

dilaksanakan di masjid tersebut. Di sekolah terdapat mata pelajaran Agama.

Sedangkan dari hasil wawancara dengan guru agama, menyatakan bahwa nilai/norma/budaya

yang dianut anak-anak SD baik, kehidupan beragama berjalan dengan harmonis, dan anak-

anak rajin dan antusias dalam mengikuti kegiatan keagamaan yang dilaksanakan.

B. Data subsystem

Delapan subsistem yang dikaji sebagai berikut :


1. Lingkungan Fisik

Inspeksi : Tipe sekolah permanen, tempatnya strategis dekat dengan jalan raya.

Kebersihan lingkungan sekolah kurang terjaga dengan baik, terdapat 1

kantin di dalam sekolah yang menjual makanan yang kurang terjamin

kebersihannya. Terdapat banyak penjual makanan di depan gerbang

sekolah. Jenis makanan yang dijual tidak terjamin kebersihannya.

Terdapat 2 kamar mandi yang terpisah antara kamar mandi anak laki-laki

dan perempuan. Kondisi terawat dengan baik.

14
Auskultasi:

Hasil wawancara dengan kepala sekolah, bahwa di sekolah SDN IV Wonokromo terdapat kegiatan
ekstrakulikuler yang sudah lama berjalan seperti olahraga meliputi sepak bola dan senam, kesenian
meliputi tari dan musik dan kegiatan keagamaan seperti pengajian.

Angket
: Adanya kebiasaan pada lingkungan anak usia sekolah yang kurang baik bagi perkembangan anak
yaitu orang tua dan lingkungan anak yang membiasakan tidak menggosok gigi sebelum tidur sehingga
kebiasaan ini diikuti oleh anak usia sekolah.

15
Pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial
Pelayanan kesehatan di sekolah SDN IV Wonokromo terdapat UKS untuk tempat istirahat
dan pemeriksaan bagi anak yang sakit. Selain itu juga terdapat ruang BK (Bimbingan
Konseling) untuk konsultasi siswa.

Ekonomi
Berdasarkan hasil wawancara kepada para siswa kebanyakan orang tua para siswa
mempunyai pekerjaan sebagai wiraswasta dan berdagang untuk mencari nafkah.

Keamanan dan Transportasi


Keamanan
Terdapat satpam sekolah yang membantu anak sekolah menyebrang jalan raya, akan tetapi
ditemukan kebiasaan yang mengancam kesehatan anak usia sekolah :

Kebiasaan jajan sembarangan

Dari 123 angket yang terkumpul, didapatkan data tentang kebiasaan jajan sembarangan pada
anak usia sekolah adalah sebagai berikut :

Diagram 3 : Kebiasaan jajan sembarangan yang dilakukan oleh anak usia sekolah di sekolah
SDN IV Wonokromo

20

16
45

40

35

30

25

20

15

10

Media Ortu Guru

Berdasarkan data di atas mayoritas anak mengetahui mengenai informasi

tentang gosok gigi sebelum tidur bersumber dari media khusunya televisi tentang

iklan pasta gigi sebesar 45%. Media informasi yang digunakan anak ini mempunyai

dampak positif dan negatif.

b. Komunikasi informal

Komunikasi informal yang dilakukan oleh anak usia sekolah di sekolah SDN IV

Wonokromo meliputi data tentang diskusi yang dilakukan anak dengan orang tua,

peran orang tua dalam menyelesaikan dan mencegah masalah anak, keterlibatan orang

17
tua dan lingkungan dalam menyelesaikan masalah anak. Agar lebih jelasnya dapat

dilihat pada uraian dibawah ini :

Diagram 7 : Frekuensi diskusi yang dilakukan antara anak dengan orang tua di
sekolah SDN IV Wonokromo

21

18
60

50

40

30

20

10

0
Tidak
Sering Jarang Pernah

Berdasarkan diagram di atas, maka mayoritas anak menjawab jarang

mengadakan diskusi dengan orang tua dalam mengatasi masalah anak yaitu sebesar

74 responden (60%). Keadaan ini sangat berisiko terhadap terjadinya perilaku anak

untuk mencari informasi melalui orang lain atau media yang belum tentu

kebenarannya. Sehingga diharapkan orang tua berperan sebagai pendengar aktif dan

pemberi solusi bagi permasalahan yang dihadapi oleh anaknya.

Diagram 8 : Perlunya orang tua membantu mengatasi masalah anak di sekolah SDN
IV Wonokromo

Tidak perlu

1.0%

19
Perlu

99.0%

22

20
Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa hampir 100 % responden menyatakan

perlu mendapatkan bantuan orang tua untuk mengatasi masalah yang terjadi pada

dirinya.

7. Pendidikan

Semua anak bersekolah di sekolah SDN IV Wonokromo Surabaya.

8. Rekreasi

Tempat rekreasi yang sering dimanfaatkan anak bersama orang tuanya biasanya ke

Kebun Binatang Surabaya (KBS), taman-taman kota, Pantai Kenjeran, dan Taman

Hiburan Remaja (THR). Untuk pengembangan bakat anak di bidang olah raga dan seni di

sekolah SDN IV Wonokromo terdapat lapangan sepak bola, sanggar senam, dan tari.

21
23

22
C. Analisa Data

Data Masalah

1. Lingkungan fisik :

- Adanya kebiasaan pada lingkungan


anak usia sekolah yang kurang baik
Defisit kebersihan diri pada agregat anak
bagi perkembangan anak yaitu orang
usia sekolah
tua dan lingkungan anak yang
membiasakan tidak menggosok gigi
sebelum tidur sehingga kebiasaan ini
diikuti oleh anak usia sekolah

2. Keamanan dan transportasi:


a. Kebiasaan jajan sembarangan
Risiko terjadinya kejadian karies gigi pada
- 80% anak usia sekolah memiliki
agregat anak usia sekolah
kebiasaan jajan sembarangan
- mayoritas jenis jajanan anak usia
sekolah adalah permen sebanyak
50 anak (40,6 %)
- 45 murid yang bermasalah pada
gigi dengan persentase 36.5 %
b. Kebiasan menggosok gigi sebelum

23
tidur
- 75% anak usia sekolah tidak
menggosok gigi sebelum tidur
- Alasan tidak menggosok gigi
karena tidak disuruh oleh orang
tuanya (48.7%)

24

24
3. Komunikasi Risiko penyalahgunaan media cetak dan
a. Komunikasi Formal elektronik pada anak untuk memperoleh
Anak mengetahui mengenai informasi yang tidak sesuai dengan
informasi tentang gosok gigi perkembangannya
sebelum tidur bersumber dari media
khusunya televisi tentang iklan pasta
gigi sebesar 45%
b. Komunikasi Informal
- Sebesar 60% anak sekolah jarang Ketidakefektifan komunikasi anak dengan
diskusi dengan orang tua untuk orang tua
menyelesaikan masalah
- Sebesar 99% anak usia sekolah
menganggap perlu peran ortu
untuk mengatasi masalah anak

II. Diagnosa Keperawatan Komunitas

1. Defisit kebersihan diri pada agregat anak usia sekolah b/d kebiasaan pada

lingkungan anak usia sekolah yang kurang baik

2. Risiko terjadinya kejadian karies gigi pada agregat anak usia sekolah b/d kebiasaan

anak usia sekolah tidak menggosok gigi sebelum tidur sebesar 75%, mayoritas jenis

jajanan anak usia sekolah adalah permen sebanyak 50 anak (40,6 %), 45 murid yang

bermasalah pada gigi dengan persentase 36.5 % dan sebesar 48.7% anak usia

sekolah beralasan tidak menggosok gigi karena tidak disuruh oleh orang tuanya

3. Risiko penyalahgunaan media cetak dan elektronik pada anak untuk memperoleh

informasi yang tidak sesuai dengan perkembangannya b/d sumber informasi yang

digunakan anak untuk mengetahui informasi tentang gosok gigi sebelum tidur

bersumber dari media khusunya televisi tentang iklan pasta gigi sebesar 45%

25
25

26
4. Ketidakefektifan komunikasi anak dengan orang tua b/d anak jarang diskusi dengan

orang tua untuk menyelesaikan masalah sebesar 60% dan perlunya peran ortu untuk

mengatasi masalah anak sebesar 99%

III. Perencanaan

a. Prioritas masalah

Langkah awal dalam melakukan perencanaan adalah memprioritaskan diagnosa

keperawatan dengan menggunakan ranking dari semua diagnosa yang telah

ditemukan. Tujuan dari prioritas masalah adalah untuk mengetahui diagnosa

keperawatan komunitas yang mana yang akan diselesaikan terlebih dahulu dengan

masyarakat.

Prioritas untuk diagnosa komunitas pada agregrat anak usia sekolah di SDN IV

Wonokromo Kelurahan Wonokromo Surabaya adalah sebagai berikut :

Pentingnya Perubahan Penyelesaian Total


penyelesaian positif untuk untuk score
Diagnosa keperawatan pada masalah penyelesaian Peningkatan
agregat anak usia sekolah di komunitas kualitas
1 : rendah hidup
0 : tidak ada
2 : sedang 0 : tidak ada
1 : rendah
3 : tinggi 1 : rendah
2 : sedang
2 : sedang
3 : tinggi

27
3 : tinggi
Defisit kebersihan diri pada 3 2 3 8
agregat anak usia sekolah

Risiko terjadinya kejadian 3 3 3 9


karies gigi pada agregat
anak usia sekolah

26

28
Risiko penyalahgunaan 2 1 1 4
media cetak dan elektronik
pada anak untuk
memperoleh informasi yang
tidak sesuai dengan
perkembangannya

Ketidakefektifan 2 1 2 5
komunikasi anak dengan
orang tua

Kesimpulan : masalah komunitas yang menjadi prioritas adalah risiko kejadian karies gigi

pada agregat anak usia sekolah dan yang akan dijadikan implementasi adalah upaya

preventif dan promotif untuk mencegah terjadinya kejadian karies gigi pada agregat anak

usia sekolah di SDN IV Wonokromo Kelurahan Wonokromo Surabaya.

29
Intervensi Keperawatan
DX KEP TUJUAN RENCANA
1. Risiko 1.Jangka panjang 1.
terjadinya Terbentuknya Lakukan pendekatan
kejadian kelompok anak secara formal dengan
karies gigi usia sekolah kepala sekolah, guru,
pada agregat yang peduli dan petugas UKS
anak usia terhadap 2.
sekolah kesehatan gigi Berikan penyuluhan
kesehatan tentang karies
2.Jangka pendek gigi pada kelompok anak
- usia sekolah
Agregat anak 3.
usia sekolah Demonstrasikan cara
tidak menggosok gigi dengan
mengalami baik dan benar pada
karies gigi kelompok anak usia
- sekolah
Agregat anak 4.
usia sekolah Beri kesempatan pada
mendapatkan kelompok anak usia
pengetahuan sekolah untuk bersama-
yang cukup sama mempraktikan cara
tentang menggosok gigi dengan
pencegahan baik dan benar
masalah
karies gigi 5
Lakukan kerjasama
dengan puskesmas
setempat untuk
melakukan monitoring
terhadap kelompok anak
usia sekolah di SDN IV

30
Wonokromo Surabaya

SASARAN METODE WAKTU TEMPAT


- - 3 MARET 2020 SDN S
Kepala Komunikasi
sekolah, dan
guru, dan informasi
petugas UKS -
SDN IV Ceramah dan
Wonokromo diskusi
Surabaya -
- Edukasi dan
Kelompok demonstrasi
anak usia
sekolah di
SDN IV
Wonokromo
Surabaya
-
Puskesmas setempat

IMPLEMENTASI

DX KEPERAWATAN HARI/TANGGAL KEGIATAN


1. Risiko 1. Melakukan pendekatan
terjadinya secara formal dengan kepala
kejadian sekolah, guru, dan
karies gigi petugas UKS.
pada agregat Kepala sekolah, seluruh
anak usia sekolah guru, dan petugas UKS
mendukung diadakannya
penyuluhan kesehatan

31
tentang karies gigi di SDN
IV Wonokromo
Surabaya.

2. Memberikan penyuluhan
kesehatan tentang karies gigi
pada kelompok
anak usia sekolah.
Seluruh anak antusias dan
semangat untuk mengikuti
kegiatan
penyuluhan kesehatan.

3. Mendemonstrasikan cara
menggosok gigi dengan baik
dan benar pada
kelompok anak usia sekolah
Seluruh anak antusias dan
semangat untuk cara
menggosok gigi dengan
baik dan benar

4. Memberi kesempatan
pada kelompok anak usia
sekolah untuk bersama-
sama mempraktikan cara
menggosok gigi dengan baik
dan benar
Seluruh anak antusias dan
semangat untuk bersama-
sama mempraktikan
cara menggosok gigi dengan
baik dan benar

5. Melakukan kerjasama

32
dengan puskesmas setempat
untuk melakukan
monitoring terhadap
kelompok anak usia sekolah
di SDN IV
WonokromoSurabaya
Pihak Puskesmas datang ke
SDN IV Wonokromo untuk
melakukan
monitoring terhadap
kelompok anak usia sekolah

V. Evaluasi

Pelaksanaan evaluasi meliputi evaluasi proses dan hasil. Evaluasi proses dari pelaksanaan

diagnosa keperawatan pertama di SDN IV Wonokromo Surabaya adalah 100% peserta

hadir, 90% peserta terlibat aktif dalam diskusi dan pelaksanaan kegiatan berjalan sesuai

alokasi waktu. Evaluasi hasil yang dapat diketahui adalah melalui peningkatan

pengetahuan kelompok anak usia sekolah tentang cara menggosok gigi dengan baik dan

benar yang dapat dilihat dari antusias anak usia sekolah dalam mempraktikan cara

menggosok gigi dengan baik dan benar.

33
BAB IV
SIMPULAN
A. Simpulan
Komunitas dapat diartikan kumpulan orang pada wilayah tertentu dengan sistem sosial
tertentu. Komunitas meliputi individu, keluarga, kelompok/agregat dan masyarakat. Salah
satu agregat di komunitas adalah kelompok anak usia sekolah yang tergolong kelompok
berisiko (at risk) terhadap timbulnya masalah kesehatan yang terkait perilaku tidak sehat.
Yang menjadi sasaran pengkajian adalah anak usia sekolah SD dengan umur 6 – 12 tahun
berjumlah 123 siswa.

Dalam memberikan asuhan keperawatan pada agregat anak usia sekolah menggunakan
pendekatan Community as partner model. Klien (anak usia sekolah) digambarkan sebagai
inti (core) mencakup sejarah, demografi, suku bangsa, nilai dan keyakinan dengan 8
(delapan) subsistem yang saling mempengaruhi meliputi lingkungan fisik, pelayanan
kesehatan dan sosial, ekonomi, keamanan dan transportasi, politik dan pemerintahan,
komunikasi, pendidikan dan rekreasi

B. Saran
Dibutuhkan peran perawat komunitas untuk membantu menyelesaikan masalah kesehatan
pada komunitas anak usia sekolah
Dibutuhkan peran serta orang tua, guru, dan anggota masyarakat untuk mendukung
keberhasilan intervensi asuhan keperawatan pada komunitas anak usia sekolah

34

Anda mungkin juga menyukai