DI SUSUN OLEH :
1. RONALDO TAKARENDEHANG (1701060)
2. MALINIA MARTHA OLONGSONGKE (1701066)
3. MEGIWATI ANO (1701094)
4. FITRI IDRIS (1701096)
KATA PENGANTAR
1
Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
tentang “ASKEP anak usia sekolah” tepat pada waktunya. Makalah ini saya buat untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah KOMUNITAS 2
Kami menyadari bahwa makalah yang saya susun ini tak luput dari kekurangan dan
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sebagai penyusun sangat mengharapkan
adanya kritik dan saran yang membangun dari para pembaca untuk penyempurnaan
penyusunan makalah ini.
penyusun
2
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
BAB IV PENUTUP
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan bagian integral dari kehidupan manusia, bertolak dari latar
belakang manusia yang berbeda-beda. Hal ini mengakibatkan banyak faktor yang terjadi dan
berhubungan dengan masalah kesehatan. Di dalam komunitas masyarakat suatu daerah bila
kesehatan terganggu adalah kelompok khusus anak usia sekolah. Salah satu upaya yang
dilaksanakan adalah meningkatkan pola hidup masyarakat yang sehat dengan melakukan
kegiatan keperawatan pada komunitas atau masyarakat yang didalamnya terdapat kelompok
Berdasarkan hasil pengkajian data yang dilakukan di kelurahan Wonokromo Surabaya yang
dilakukan pada tanggal 12 November 2012. Ditemukan sebagian besar anak SDN IV
Wonokromo yang memiliki masalah kebersihan diri (personal hygiene), cukup banyak antara
lain 45 murid yang bermasalah pada gigi dengan persentase 36.5 %, 25 murid yang tidak
menggosok gigi dengan persentase 20.3%, 6 murid yang tidak tidak mencuci tangan sebelum
makan dengan persentase 4.9%, 15 murid yang tidak mencuci kaki sebelum tidur dengan
persentase 12.1 %, 7 murid tidak biasa memakai alas kaki dengan persentase 5.7 %, 20 murid
tidak biasa potong kuku dengan persentase 16.2% , 5 murid yang mempunyai kebiasaan
mandi 1 kali sehari dengan persentase 4%. Dampak negatif dari perilaku tersebut adalah
menimbulkan berbagai penyakit yang terjadi seperti karies gigi, diare, cacingan, dan gatal-
gatal. Sehingga perlu untuk ditindak lanjuti dengan pemberian asuhan keperawatan.
B. Tujuan
Tujuan Umum :
Untuk memberikan gambaran tentang perilaku berisiko pada komunitas agregat anak usia
Tujuan Khusus :
4
1. Mengidentifikasi permasalahan yang dialami komunitas agregat anak usia sekolah.
2. Melakukan analisis dan sintesa data komunitas agregat anak usia sekolah.
5. Melakukan intervensi sesuai prioritas terhadap komunitas agregat anak usia sekolah.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
satu agregat di komunitas adalah kelompok anak usia sekolah yang tergolong kelompok
berisiko (at risk) terhadap timbulnya masalah kesehatan yang terkait perilaku tidak sehat.
Berdasarkan umur kronologis dan berbagai kepentingan, terdapat berbagai definisi tentang
a. Menurut definisi WHO (World Health Organization) yaitu golongan anak yang berusia
antara 7-15 tahun , sedangkan di Indonesia lazimnya anak yang berusia 7-12 tahun.
b. Menurut Wong (2009), usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun
Sebagai komunitas yang dikaji adalah komunitas agregat anak usia sekolah di SDN IV
Wonokromo Surabaya pada tanggal 12 November s.d 26 November 2012. Luas wilayah
2
komunitas 700 m dengan batas wilayah sebelah utara rumah penduduk RT.5 Kel.
Wonokromo, sebelah selatan rumah penduduk RT.4 Kel. Wonokromo, sebelah Barat
Masjid Qomarudin Wonokromo dan sebelah timur rumah penduduk RT.4 Kel.
Wonokromo
3. Besarnya Komunitas
Komunitas agregat anak usia sekolah yang menjadi sasaran pengkajian adalah anak usia
6
B. Anak Usia Sekolah Sebagai Kelompok Risiko
Anak usia sekolah adalah anak yang memiliki umur 6 sampai 12 tahun yang masih duduk di
sekolah dasar dari kelas 1 sampai kelas 6 dan perkembangan sesuai usianya.
Anak usia sekolah merupakan kelompok risiko yaitu suatu kondisi yang dihubungkan dengan
peningkatan kemungkinan adanya kejadian penyakit. Hal ini tidak berarti bahwa jika faktor
risiko tersebut ada pasti akan menyebabkan penyakit, tetapi dapat berakibat potensial
terjadinya sakit atau kondisi yang membahayakan kesehatan secara optimal dari populasi.
Anak usia sekolah merupakan populasi risiko karena beberapa hal yaitu:
pendekatan Community as partner model. Klien (anak usia sekolah) digambarkan sebagai
inti (core) mencakup sejarah, demografi, suku bangsa, nilai dan keyakinan dengan 8
pelayanan kesehatan dan sosial, ekonomi, keamanan dan transportasi, politik dan
Ervin, 2002).
7
pelayanan kesehatan dan sosial, ekonomi, keamanan dan transportasi, politik dan
Ervin, 2002).
I. Pengkajian
1. Demografi : Jumlah anak usia sekolah keseluruhan, jumlah anak usia sekolah menurut
3. Nilai, kepercayaan dan agama : nilai dan kepercayaan yang dianut oleh anak usia
sekolah berkaitan dengan pergaulan, agama yang dianut, fasilitas ibadah yang ada,
usia sekolah.
B. Data subsystem
4. Lingkungan Fisik
Inspeksi : Lingkungan sekolah anak usia sekolah, kebersihan lingkungan, aktifitas anak
usia sekolah di lingkungannya, data dikumpulkan dengan winshield survey dan observasi.
Auskultasi : Mendengarkan aktifitas yang dilakukan anak usia sekolah dari guru kelas,
Angket : Adanya kebiasaan pada lingkungan anak usia sekolah yang kurang baik bagi
8
Ketersediaan pelayanan kesehatan khusus anak usia sekolah, bentuk pelayanan kesehatan
bila ada, apakah terdapat pelayanan konseling bagi anak usia sekolah melalui wawancara
6. Ekonomi
Jumlah pendapatan orang tua siswa, jenis pekerjaan orang tua siswa, jumlah uang jajan para
siswa melalui wawancara dan melihat data di staff tata usaha sekolah.
9. Komunikasi
a. Komunikasi formal
Media komunikasi yang digunakan oleh anak usia sekolah untuk memperoleh informasi
b. Komunikasi informal
Komunikasi/diskusi yang dilakukan anak usia sekolah dengan guru dan orang tua, peran guru
dan orang tua dalam menyelesaikan dan mencegah masalah anak sekolah, keterlibatan guru
dan orang tua dan lingkungan dalam menyelesaikan masalah anak usia sekolah.
10. Pendidikan
Terdapat pembelajaran tentang kesehatan, jenis kurikulum yang digunakan sekolah, dan
11. Rekreasi
Tempat rekreasi yang digunakan anak usia sekolah, tempat sarana penyaluran bakat anak usia
9
D. Peran Perawat Komunitas Terkait Anak Usia Sekolah
1. Praktik Keperawatan Kesehatan Komunitas.
yang berbasiskan pada masyarakat dimana perawat mengambil tanggung jawab untuk
tanggung jawab utama perawat CHN pada keseluruhan populasi dengan penekanan
2. Fungsi dan Peran Perawat CHN Pada Agregat Anak Usia Sekolah
Fungsi dan peran perawat kesehatan komunitas terkait agregat anak usia sekolah antara
lain :
a. Kolaborator
Perawat bekerjasama dengan lintas program dan lintas sektoral dalam membuat
keputusan dan melaksanakan tindakan untuk menyelesaikan masalah anak sekolah. Seperti
halnya perawat melakukan kemitraan dengan tokoh masyarakat, tokoh agama, keluarga,
guru, kepolisian, psikolog, dokter,LSM, dan sebagainya.
b. Koordinator
Mengkoordinir pelaksanaan konferensi kasus sesuai kebutuhan anak sekolah,
menetapkan penyedia pelayanan untuk anak usia sekolah.
c. Case finder
Mengembangkan tanda dan gejala kesehatan yang terjadi pada agregat anak usia
sekolah, menggunakan proses diagnostik untuk mengidentifikasi potensial kasus
penyakit dan risiko pada anak usia sekolah.
d. Case manager
Mengidentifikasi kebutuhan anak usia sekolah, merancang rencana perawatan untuk
memenuhi kebutuhan anak usia sekolah, mengawasi pelaksanaan pelayanan dan
mengevaluasi dampak pelayanan.
e. Pendidik
Mengembangkan rencana pendidikan kepada keluarga dengan anak usia sekolah
dimasyarakat dan anak usia sekolah di institusi formal, memberikan pendidikan
kesehatan sesuai kebutuhan, mengevaluasi dampak pendidikan kesehatan.
10
f. Konselor
Membantu anak usia sekolah mengidentifikasi masalah dan alternatif solusi, membantu
anak usia sekolah mengevaluasi efek solusi dan pemecahan masalah.
g. Peneliti
Merancang riset terkait anak usia sekolah, mengaplikasikan hasil riset pada anak usia sekolah,
mendesiminasikan hasil riset.
11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AGREGAT ANAK USIA SEKOLAH
1. Demografi : Jumlah anak sekolah keseluruhan menurut data Monografi SDN Wonokromo IV
Surabaya untuk usia 6 – 12 tahun + 123 siswa, jumlah anak sekolah menurut jenis kelamin dan
Diagram 1 : Karakteristik anak sekolah Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di SDN
Wonokromo IV Surabaya bulan November tahun 2012
12
30
25
20
15 Perempuan
10 Laki-laki
0
6 - 7 tahun 8 - 9 tahun 10 - 11 12 tahun
tahun
Dari 123 siswa SDN IV Wonokromo antara siswa laki-laki yang berumur 8 – 9 tahun dan
anak perempuan berumur 8 – 9 tahun mempunyai prosentase yang hampir sama yaitu 20.5 %
dan 20 %.
2. Status perkawinan
100% dari anak usia sekolah belum kawin.
Kristen
3.1%
Islam
96.9%
13
Dari diagram di atas mayoritas responden beragama Islam yaitu 96,9 %.
Berdasarkan winshield survey dan data dari monografi didapatkan tidak tersedia musala
untuk tempat beribadah karena letak SD bersebelahan dengan masjid, kegiatan keagamaan
Sedangkan dari hasil wawancara dengan guru agama, menyatakan bahwa nilai/norma/budaya
yang dianut anak-anak SD baik, kehidupan beragama berjalan dengan harmonis, dan anak-
anak rajin dan antusias dalam mengikuti kegiatan keagamaan yang dilaksanakan.
B. Data subsystem
Inspeksi : Tipe sekolah permanen, tempatnya strategis dekat dengan jalan raya.
Terdapat 2 kamar mandi yang terpisah antara kamar mandi anak laki-laki
14
Auskultasi:
Hasil wawancara dengan kepala sekolah, bahwa di sekolah SDN IV Wonokromo terdapat kegiatan
ekstrakulikuler yang sudah lama berjalan seperti olahraga meliputi sepak bola dan senam, kesenian
meliputi tari dan musik dan kegiatan keagamaan seperti pengajian.
Angket
: Adanya kebiasaan pada lingkungan anak usia sekolah yang kurang baik bagi perkembangan anak
yaitu orang tua dan lingkungan anak yang membiasakan tidak menggosok gigi sebelum tidur sehingga
kebiasaan ini diikuti oleh anak usia sekolah.
15
Pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial
Pelayanan kesehatan di sekolah SDN IV Wonokromo terdapat UKS untuk tempat istirahat
dan pemeriksaan bagi anak yang sakit. Selain itu juga terdapat ruang BK (Bimbingan
Konseling) untuk konsultasi siswa.
Ekonomi
Berdasarkan hasil wawancara kepada para siswa kebanyakan orang tua para siswa
mempunyai pekerjaan sebagai wiraswasta dan berdagang untuk mencari nafkah.
Dari 123 angket yang terkumpul, didapatkan data tentang kebiasaan jajan sembarangan pada
anak usia sekolah adalah sebagai berikut :
Diagram 3 : Kebiasaan jajan sembarangan yang dilakukan oleh anak usia sekolah di sekolah
SDN IV Wonokromo
20
16
45
40
35
30
25
20
15
10
tentang gosok gigi sebelum tidur bersumber dari media khusunya televisi tentang
iklan pasta gigi sebesar 45%. Media informasi yang digunakan anak ini mempunyai
b. Komunikasi informal
Komunikasi informal yang dilakukan oleh anak usia sekolah di sekolah SDN IV
Wonokromo meliputi data tentang diskusi yang dilakukan anak dengan orang tua,
peran orang tua dalam menyelesaikan dan mencegah masalah anak, keterlibatan orang
17
tua dan lingkungan dalam menyelesaikan masalah anak. Agar lebih jelasnya dapat
Diagram 7 : Frekuensi diskusi yang dilakukan antara anak dengan orang tua di
sekolah SDN IV Wonokromo
21
18
60
50
40
30
20
10
0
Tidak
Sering Jarang Pernah
mengadakan diskusi dengan orang tua dalam mengatasi masalah anak yaitu sebesar
74 responden (60%). Keadaan ini sangat berisiko terhadap terjadinya perilaku anak
untuk mencari informasi melalui orang lain atau media yang belum tentu
kebenarannya. Sehingga diharapkan orang tua berperan sebagai pendengar aktif dan
Diagram 8 : Perlunya orang tua membantu mengatasi masalah anak di sekolah SDN
IV Wonokromo
Tidak perlu
1.0%
19
Perlu
99.0%
22
20
Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa hampir 100 % responden menyatakan
perlu mendapatkan bantuan orang tua untuk mengatasi masalah yang terjadi pada
dirinya.
7. Pendidikan
8. Rekreasi
Tempat rekreasi yang sering dimanfaatkan anak bersama orang tuanya biasanya ke
Kebun Binatang Surabaya (KBS), taman-taman kota, Pantai Kenjeran, dan Taman
Hiburan Remaja (THR). Untuk pengembangan bakat anak di bidang olah raga dan seni di
sekolah SDN IV Wonokromo terdapat lapangan sepak bola, sanggar senam, dan tari.
21
23
22
C. Analisa Data
Data Masalah
1. Lingkungan fisik :
23
tidur
- 75% anak usia sekolah tidak
menggosok gigi sebelum tidur
- Alasan tidak menggosok gigi
karena tidak disuruh oleh orang
tuanya (48.7%)
24
24
3. Komunikasi Risiko penyalahgunaan media cetak dan
a. Komunikasi Formal elektronik pada anak untuk memperoleh
Anak mengetahui mengenai informasi yang tidak sesuai dengan
informasi tentang gosok gigi perkembangannya
sebelum tidur bersumber dari media
khusunya televisi tentang iklan pasta
gigi sebesar 45%
b. Komunikasi Informal
- Sebesar 60% anak sekolah jarang Ketidakefektifan komunikasi anak dengan
diskusi dengan orang tua untuk orang tua
menyelesaikan masalah
- Sebesar 99% anak usia sekolah
menganggap perlu peran ortu
untuk mengatasi masalah anak
1. Defisit kebersihan diri pada agregat anak usia sekolah b/d kebiasaan pada
2. Risiko terjadinya kejadian karies gigi pada agregat anak usia sekolah b/d kebiasaan
anak usia sekolah tidak menggosok gigi sebelum tidur sebesar 75%, mayoritas jenis
jajanan anak usia sekolah adalah permen sebanyak 50 anak (40,6 %), 45 murid yang
bermasalah pada gigi dengan persentase 36.5 % dan sebesar 48.7% anak usia
sekolah beralasan tidak menggosok gigi karena tidak disuruh oleh orang tuanya
3. Risiko penyalahgunaan media cetak dan elektronik pada anak untuk memperoleh
informasi yang tidak sesuai dengan perkembangannya b/d sumber informasi yang
digunakan anak untuk mengetahui informasi tentang gosok gigi sebelum tidur
bersumber dari media khusunya televisi tentang iklan pasta gigi sebesar 45%
25
25
26
4. Ketidakefektifan komunikasi anak dengan orang tua b/d anak jarang diskusi dengan
orang tua untuk menyelesaikan masalah sebesar 60% dan perlunya peran ortu untuk
III. Perencanaan
a. Prioritas masalah
keperawatan komunitas yang mana yang akan diselesaikan terlebih dahulu dengan
masyarakat.
Prioritas untuk diagnosa komunitas pada agregrat anak usia sekolah di SDN IV
27
3 : tinggi
Defisit kebersihan diri pada 3 2 3 8
agregat anak usia sekolah
26
28
Risiko penyalahgunaan 2 1 1 4
media cetak dan elektronik
pada anak untuk
memperoleh informasi yang
tidak sesuai dengan
perkembangannya
Ketidakefektifan 2 1 2 5
komunikasi anak dengan
orang tua
Kesimpulan : masalah komunitas yang menjadi prioritas adalah risiko kejadian karies gigi
pada agregat anak usia sekolah dan yang akan dijadikan implementasi adalah upaya
preventif dan promotif untuk mencegah terjadinya kejadian karies gigi pada agregat anak
29
Intervensi Keperawatan
DX KEP TUJUAN RENCANA
1. Risiko 1.Jangka panjang 1.
terjadinya Terbentuknya Lakukan pendekatan
kejadian kelompok anak secara formal dengan
karies gigi usia sekolah kepala sekolah, guru,
pada agregat yang peduli dan petugas UKS
anak usia terhadap 2.
sekolah kesehatan gigi Berikan penyuluhan
kesehatan tentang karies
2.Jangka pendek gigi pada kelompok anak
- usia sekolah
Agregat anak 3.
usia sekolah Demonstrasikan cara
tidak menggosok gigi dengan
mengalami baik dan benar pada
karies gigi kelompok anak usia
- sekolah
Agregat anak 4.
usia sekolah Beri kesempatan pada
mendapatkan kelompok anak usia
pengetahuan sekolah untuk bersama-
yang cukup sama mempraktikan cara
tentang menggosok gigi dengan
pencegahan baik dan benar
masalah
karies gigi 5
Lakukan kerjasama
dengan puskesmas
setempat untuk
melakukan monitoring
terhadap kelompok anak
usia sekolah di SDN IV
30
Wonokromo Surabaya
IMPLEMENTASI
31
tentang karies gigi di SDN
IV Wonokromo
Surabaya.
2. Memberikan penyuluhan
kesehatan tentang karies gigi
pada kelompok
anak usia sekolah.
Seluruh anak antusias dan
semangat untuk mengikuti
kegiatan
penyuluhan kesehatan.
3. Mendemonstrasikan cara
menggosok gigi dengan baik
dan benar pada
kelompok anak usia sekolah
Seluruh anak antusias dan
semangat untuk cara
menggosok gigi dengan
baik dan benar
4. Memberi kesempatan
pada kelompok anak usia
sekolah untuk bersama-
sama mempraktikan cara
menggosok gigi dengan baik
dan benar
Seluruh anak antusias dan
semangat untuk bersama-
sama mempraktikan
cara menggosok gigi dengan
baik dan benar
5. Melakukan kerjasama
32
dengan puskesmas setempat
untuk melakukan
monitoring terhadap
kelompok anak usia sekolah
di SDN IV
WonokromoSurabaya
Pihak Puskesmas datang ke
SDN IV Wonokromo untuk
melakukan
monitoring terhadap
kelompok anak usia sekolah
V. Evaluasi
Pelaksanaan evaluasi meliputi evaluasi proses dan hasil. Evaluasi proses dari pelaksanaan
hadir, 90% peserta terlibat aktif dalam diskusi dan pelaksanaan kegiatan berjalan sesuai
alokasi waktu. Evaluasi hasil yang dapat diketahui adalah melalui peningkatan
pengetahuan kelompok anak usia sekolah tentang cara menggosok gigi dengan baik dan
benar yang dapat dilihat dari antusias anak usia sekolah dalam mempraktikan cara
33
BAB IV
SIMPULAN
A. Simpulan
Komunitas dapat diartikan kumpulan orang pada wilayah tertentu dengan sistem sosial
tertentu. Komunitas meliputi individu, keluarga, kelompok/agregat dan masyarakat. Salah
satu agregat di komunitas adalah kelompok anak usia sekolah yang tergolong kelompok
berisiko (at risk) terhadap timbulnya masalah kesehatan yang terkait perilaku tidak sehat.
Yang menjadi sasaran pengkajian adalah anak usia sekolah SD dengan umur 6 – 12 tahun
berjumlah 123 siswa.
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada agregat anak usia sekolah menggunakan
pendekatan Community as partner model. Klien (anak usia sekolah) digambarkan sebagai
inti (core) mencakup sejarah, demografi, suku bangsa, nilai dan keyakinan dengan 8
(delapan) subsistem yang saling mempengaruhi meliputi lingkungan fisik, pelayanan
kesehatan dan sosial, ekonomi, keamanan dan transportasi, politik dan pemerintahan,
komunikasi, pendidikan dan rekreasi
B. Saran
Dibutuhkan peran perawat komunitas untuk membantu menyelesaikan masalah kesehatan
pada komunitas anak usia sekolah
Dibutuhkan peran serta orang tua, guru, dan anggota masyarakat untuk mendukung
keberhasilan intervensi asuhan keperawatan pada komunitas anak usia sekolah
34