Anda di halaman 1dari 49

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Upaya peningkatan pelayanan kesehatan tidak lepas dari peranan

pelayanan keperawatan yang berkesinambungan dengan mempromosikan

perawatan yang lebih baik sesuai dengan standar profesional dan hukum.

Salah satu upaya yang dilakukan dalam pemberian pelayanan asuhan

keperawatan adalah kegiatan prosedur timbang terima (handover) yang

dilakukan disetiap pergantian shift serta merupakan kegiatan sehari-hari yang

wajib dilakukan oleh perawat pelaksana.

Handover adalah komunikasi oral mengenai pasien yang dilakukan

oleh perawat pada pergantian shift (Kamil, 2018). Pelaksanaan handover pasien

merupakan tindakan keperawatan yang dibangun sebagai sarana untuk

menyampaikan tanggung jawab serta penyerahan legalitas yang berkaitan

dengan pelayanan keperawatan pada pasien (Dewi, 2019).

Didalam melaksanakan tugas dan kewajiban. Pelaksanaan handover

sangat berpengaruh terhadap perilaku kerja dalam pemberian pelayanan yang

lebih baik ( Dian Hadinata, 2018). Kepemimpinan paling mempengaruhi dalam

hal pengawasan pelaksanaan handover ini adalah dari kepala ruangan. Peran

dan fungsi kepala ruangan diruang rawat dalam fungsi manajemen

keperawatan antara lain perencanaan, pengorganisasian, pengaturan

ketenagaan, pengarahan, pengawasan dan pengendalian mutu yang

merupakan satu siklus yang saling berkaitan satu sama lain (Marquis, B.L &

Huston, 2012) . Apabila dari kelima peran fungsi dapat diterapkan dengan
baik oleh seorang kepala ruangan maka akan memberi dampak yang baik

terhadap kemampuan komunikasi efektif oleh perawat ( Dian Hadinata, 2018).

Dalam hal ini, masyarakat akan lebih berharap bahwa dari pelayanan

keperawatan yang diberikan selain bermutu juga berkualitas dengan tidak

mengindahkan keselamatan dari pasien (PERMENKES, 2011).

Keselamatan pasien adalah merupakan hal dasar dalam mutu layanan

kesehatan dan keperawatan. Saat proses handover seorang perawat harus

melakukan seefektif mungkin, sejelas mungkin, sesingkat mungkin dan

selengkap mungkin terkait tindakan mandiri perawat dan kolaboratif.

Keakuratan informasi yang disampaikan sangat penting agar asuhan

keperawatan yang berkesinambungan dapat berjalan dengan sempurna.

Hampir setiap tindakan pelayanan kesehatan menimbulkan resiko.

Masalah yang berkaitan dengan pelaksanaan timbang terima pasien

merupakan masalah yang menjadi perhatian internasional, sebagaimana

dilaporkan Cohen & Hilligoss (2019) dalam salah satu studinya yakni dari

889 kejadian malpraktek ditemukan 32% akibat kesalahan komunikasi dalam

timbang terima pasien yang dapat mengakibatkan kesalahan dalam pemberian

obat, kesalahpahaman tentang rencana keperawatan, kehilangan informasi

serta kesalahan pada tes penunjang. Dilaporkan juga oleh World Health

Organization (WHO) (2015), bahwa terdapat 11% dari 25.000-30.000 kasus

pada tahun 1995– 2006 terdapat kesalahan akibat komunikasi pada saat serah

terima pasien. Perihal ini berpotensial untuk terjadinya kesalahan medis atau

medical error. Terkait kekeliruan yang terjadi pada proses asuhan maupun

2
tindakan medis ini akan mengakibatkan cedera pada pasien, seperti kejadian

yang tidak diharapkan (KTD).

Di Indonesia belum dapat ditemukan pencatatan yang pasti tentang

akibat kesalahan timbang terima, namun Maryan (2012) menyatakan bahwa

kasus pemberian obat yang tidak benar maupun tindakan medis yang

berlebihan atau kurang sering terjadi di Indonesia, hanya saja tidak terekspos

media massa. Sesuai penelitian Dwi puspita sari tahun 2018 ditemukan bahwa

nilai kepemimpinan secara umum ada 45,2% mempunyai kepemimpinan

cukup dan 2,4% masih ada yang mempunyai kepemimpinan kurang. Adanya

peran yang baik dari seorang kepala ruang sebagai seorang pimpinan atau

manajer dalam dan selama proses pelaksanaan handover diharapkan akan

dapat memperlancar handover dalam layanan keperawatan.

Hasil survey awal yang di lakukan peneliti di Rumah Sakit Tingkat II.

Robert Wolter Mongisidi Manado melalui wawancara dengan Kepala Bidang

Pelayanan Medik dan Kepala Ruangan yang ada mendapatkan data bahwa di

Ruang Rawat Inap memiliki 106 perawat dan pada 3 bulan terakhir sering

terjadi masalah mengenai timbang terima yaitu kesalahan komunikasi /

discomunication antar perawat yang menyebabkan kejadian tidak diharapkan

terjadi seperti kesalahan dalam memberikan terapy pada pasien dan kesalahan

dalam pelaporan hasil nilai pemeriksaan.

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul, hubungan peran dan fungsi kepala ruangan dengan

kualitas handover di Rumah Sakit Tk.II Robert Wolter Mongisidi Manado.

3
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas, maka rumusan

masalah yang dikemukakan yaitu “ada hubungan peran dan fungsi kepala

ruangan dengan kualitas handover di Rumah Sakit Tk.II Robert Wolter

Mongisidi Manado? “

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahui hubungan peran dan fungsi kepala ruangan dengan kualitas

handover di Rumah Sakit Tk.II Robert Wolter Mongisidi Manado.

2. Tujuan Khusus

a. Diidentifikasi peran kepala ruangan di Rumah Sakit Tk.II Robert

Wolter Mongisidi Manado.

b. Diidentifikasi fungsi kepala ruangan di Rumah Sakit Tk.II Robert

Wolter Mongisidi Manado.

c. Diidentifikasi kualitas handover di Rumah Sakit Tk.II Robert Wolter

Mongisidi Manado.

d. Dianalisa ada hubungan peran kepala ruangan dengan kualitas

handover di Rumah Sakit Tk.II Robert Wolter Mongisidi Manado.

e. Dianalisa hubungan fungsi kepala ruangan dengan kualitas handover

di Rumah Sakit Tk.II Robert Wolter Mongisidi Manado.

4
D. Manfaat Penelitian

a. Bagi Pendidikan Keperawatan

Diharapkan dapat menambah informasi dan referensi yang berguna bagi

mahasiswa/I Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Manado

tentang peran dan fungsi kepala ruangan dengan kualitas handover di

Rumah Sakit TK.II Robert Wolter Mongisidi Manado.

b. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan

mutu pelayanan tenaga keperawatan.

c. Bagi Peneliti

Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data tambahan

untuk peneliti selanjutnya terutama peran dan fungsi kepala ruangan

dengan kualitas handover.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Peran Kepala Ruangan

Kepala ruang merupakan First line/ supervisor manajer yang

memimpindanbertanggung jawablangsung dalamkelancaran dankeberhasilan

pekerjaan diruangan. Kepala ruang sebagai manajer memilikisepuluh peran

yangdikategorikan menjadi tiga peran meliputi peran interpersonal,

informasional dan decisional (Siagian, 2019).

1. Peran Interpersonal

Peran Interpersonal dalam pandangan Mintzberg dimilikioleh semua

manajer yang memiliki kewenangan formal dalam organisasi yang

dipimpinnya, dan otoritas dalam memimpin. Dalam peran interpersonal

meliputi sebagai figure head, leader dan liaison.

Peran figure head dimainkan terutama oleh para manajer senior, ketika

menggunakannya di dalam acara seremonial dan aktivitas simbolis seperti

mengetuai pembukaan dari suatu peresmian gedung organisasi atau

memberikan pidato pada suatu acara wisuda mahasiswa ilmu keperawatan

(Siagian, 2019). Manajer memainkan peran leader ketika memberikan

motivasi, ide, dan memberikan contoh melalui perilakunya.

Peran liaison melibatkan para di dalam hubungan informal dan formal

baik di dalam organisasi dan dengan stakeholders. Tujuan para manajer

melakukan peran liaison, adalah untuk membantunya mencapai peran-

peran objektif dalam organisasi (Longest, 2016). Peran liaison menempatkan

manajer sebagai peran penghubung, di mana manajer harus mampu


menciptakan jaringan yang luas dengan memberikan perhatian khusus

kepada yang mampu berbuat sesuatu bagi organisasi dan juga berbagai

pihak yang memiliki informasi yang diperlukan oleh organisasi. Peran

tersebut dapat dimainkan dengan berbagai cara, seperti pembicaraan

melalui telepon, e-mail, pertemuan, rapat, dan kunjungan kerja (Siagian,

2019). Peran interpersonal menyediakan kesempatan bagi para manajer

untuk mengumpulkan informasi yangdapat mendukung dalam

melaksanakan peraninformational (Longest, 2016).

2. Peran Informasional

Peran informational dari para manajer meliputi peran monitor,

diseminator, dan peran juru bicara. Di dalam peran monitor para manajer

mengumpulkan informasi dari jaringan yang telah terhubung, termasuk

hubungan yang dibentuk pada saat menjalankan peran liaison, menyaring

informasi, mengevaluasi, dan memilih untuk bertindak atau tidak

bertindak sebagai suatu akibat dari informasi ( Tappen. Dkk 2014).

Peran informational sebagai disseminator membangun akses kepada

informasi dan kemampuan untuk memilih apa yang akan dilakukan

dengan informasi yang didapatkan. Didalam penyebaran informasi, para

manajer mempunyai banyak pilihan kepada siapa informasi disampaikan,

di dalam atau di luar organisasi (Longest, 2016). Manajer perawat berbagi

informasi dengan stafnya dan pemilik organisasi. Informasi ini dapat

dihubungkan dengan hasil pemantauan pekerjaan, perkembangan baru di

7
dalam pelayanan kesehatan, perubahan kebijakan dan sebagainya (Weiss &

Whitehead, 2014).

Peran informational ketiga, adalah peran juru bicara, ini berhubungan

dengan peran figure head, melibatkan para manajer dalam

mengkomunikasikan posisi organisasinya kepada kelompok luar, seperti

badan pengatur dan legislatif serta stakeholdersinternal maupun eksternal

yang mungkin berpengaruh terhada porganisasi atau bagian dari

organisasi yang bertanggung jawab (Longest, 2016). Manajer mewakili

kelompok atau organiasasi pada berbagai pertemuan-pertemuan dan

diskusi-diskusi (Tappen Dkk, 2014).

3. Peran Decisional

Peran decisional manajer termasuk entrepreneur, disturbance handler,

resourceallocator, dan peran negotiator. Otoritas yang diberikan kepada

para manajer oleh organisasi, didukung oleh peran interpersonal dan

informational, mengizinkan para manajer untuk memerankan peran

decisional (Siagian, 2019).

Peran sebagai entrepreneur menuntut manajer berperan sebagai

perancang perubahan-perubahan yang diharapkan untuk memperbaiki

kinerja didalam organisasi, dalam melaksanakan peran ini manajer

berperan sebagai change agent (Longest, 2016). Manajer sebagai

entrepreneur diharapkan mampu mengkaji secara terus menerus situasi

yang dihadapi organisasi, untuk mencari dan menemukan peluang yang

8
bermanfaat, meskipun kajian tersebut sering menuntut terjadinya

perubahan dalam orgianisasi (Siagian, 2019).

Peran disturbance handler adalah para manajer memutuskan bagaimana

caranya menangani gangguan-gangguan yaitu permasalahan atau isu-isu

yang muncul ketika dalam pekerjaan sehari-hari. Para manajer tingkat

senior mungkin menghadapi gangguan-gangguan yang diciptakan oleh

staf yang profesional, oleh badan pengatur, atau oleh tindakan-tindakan

dari pesaing. Keberhasilan mengambil keputusan-keputusan dalam

menangani gangguan-gangguan adalah satu faktor penentu yang penting

dari suksesnya managerial (Longest, 2016).

Peran resource allocator yaitu manajer secara umum menghadapi

keputusan-keputusan mengenai alokasi sumber daya (manusia, fisik dan

teknologi). Keputusan-keputusan tentang alokasi sumber daya menjadi

lebih sulit dan lebih penting, ketika sumber daya menjadi dibatasi.

Manajer perawat sering diberi sejumlah sumber daya untuk menjalankan

unit atau departemennya dan harus mengalokasikan sumber daya tersebut

dengan bijaksana, terutama ketika sumber tersebut sangat dibatasi


(Tappen ,Dkk 2014).

9
B. Konsep Fungsi Kepala Ruangan

Marquis, B. L. dan Huston, C. J (2015) menyatakan fungsi kepala

ruang sebagai first line manager meliputi fungsi manajerial yaitu fungsi

perencanaan, pengorganisasian, pengaturan staf, pengarahan, dan

pengendalian. Fungsi manajemen ini cocok untuk digunakan dalam dunia

keperawatan baik dalam penelitian maupun dalam praktik.

1. Perencenaan

Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan

secara matang hal-hal yang akan dikerjakan di masa mendatang dalam

rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Perencanaan dapat

juga diartikan sebagai suatu rencana kegiatan tentang apa yang harus

dilakukan, bagaimana kegiatan itu dilaksanakan, dimana kegiatan itu

dilakukan. Perencanaan yang matang akan memberi petunjuk dan

mempermudah dalam melaksanakan suatu kegiatan dan merupakan

pola pikir yang dapat menentukan keberhasilan suatu kegiatan dan

titik tolak dari kegiatan pelaksanaan kegiatan selanjutnya. Hierarki

dalam perencanaan terdiri dari perumusan visi, misi, filosofi,

peraturan, kebijakan, dan prosedur (Marquis, B. L & Huston, C. J 2015).

2. Pengorganisasian

Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas untuk mencapai

tujuan, penugasan suatu kelompok tenaga keperawatan, menentukan

cara dari pengkoordinasian aktivitas yang tepat, baik vertikal maupun

10
horizontal, yang bertanggungjawab untuk mencapai tujuan organisasi
(Marquis, B. L. & Huston, C. J. 2015).

3. Pengaturan Staf

Pengaturan staf (staffing) merupakan fase ketiga dari proses

manajemen. Suyanto (2019) mengatakan bahwa ketenagaan

merupakan pengaturan proses mobilisasi potensi dan pengembangan

sumber daya manusia dalam memenuhi tugas untuk mencapai tujuan

individu dan organisasi. Menurut Marquis, B. L. & Huston, C. J.

(2015), manajer merekrut, memilih, memberikan orientasi dan

meningkatkan perkembangan individu untuk mencapai tujuan

organisasi. Kepala ruang menjalankan fungsi ini antara lain dengan

merencanakan kebutuhan staf perawat, menyusun jadwal dinas,

memberikan orientasi bagi staf baru mengenai kebijakan, aturan

maupun standar keselamatan yang harus ditaati dalam bekerja.

4. Pengarahan

Pengarahan yaitu penerapan perencanaan dalam bentuk tindakan

dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan

sebelumnya. Istilah lain yang digunakan sebagai padanan pengarahan

adalah pengkoordinasian, pengaktifan, dan pada akhirnya akan

bermuara pada melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan

sebelumnya. Fase pengarahan meliputi memotivasi staf dan

menciptakan suasana yang memotivasi, membina komunikasi

organisasi, menangani konflik, memfasilitasi kerjasama dan negosiasi


(Marquis, B. L & Huston, C. J 2015).

11
5. Pengendalian

Pengendalian manajemen adalah proses untuk memastikan bahwa

aktivitas sebenarnya sesuai dengan aktivitas yang direncanakan dan

berfungsi untuk menjamin kualitas serta pengevaluasian penampilan

kinerja (Callahan & Ruchlin, 2013). Langkah-langkah yang harus

dilakukan dalam pengendalian/pengontrolan meliputi menetapkan

standar dan menetapkan metode mengukur prestasi kerja; melakukan

pengukuran prestasi kerja; menetapkan apakah prestasi kerja sesuai

dengan standar; mengambil tindakan korektif. Peralatan atau

instrument dipilih untuk mengumpulkan bukti dan untuk

menunjukkan standar yang telah ditetapkan atau tersedia. Audit

merupakan penilaian pekerjaan yang telah dilakukan (Marquis, B. L &


Huston, C. L 2015).

C. Konsep Dasar Handover

1. Pengertian

Handover adalah komunikasi oral dari informasi tentang pasien

yang dilakukan oleh perawat pada pergantian shift. Friesen (2018)

menyebutkan tentang definisi dari handoveradalah transfer tentang

informasi (termasuk tanggung jawab dan tanggung gugat) selama

perpindahan perawatan yang berkelanjutan yang mencakup peluang

tentang pertanyaan, klarifikasi dan konfirmasi tentang pasien.

Handoffs juga meliputi mekanisme transfer informasi yang dilakukan,

tanggung jawab utama dan kewenangan perawat dari perawat

sebelumnya ke perawat yang akan melanjutnya perawatan.

12
2. Tujuan Handover

Menurut Nursalam (2018) tujuan handover adalah sebagai berikut :

a. Menyampaikan masalah, kondisi, dan keadaan klien (data fokus).

b. Menyampaikan hal-hal yang sudah atau belum dilakukan dalam

asuhan keperawatan kepada klien.

c. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu segera ditindaklanjuti

oleh dinas berikutnya.

d. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.

3. Langkah-langkah Handover

a. Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap.

b. Shift yang akan menyerahkan perlu menyiapkan hal-hal yang

akan disampaikan.

c. Perawat primer menyampaikan kepada perawat penanggung

jawab shift selanjutnya meliputi: Kondisi atau keadaan pasien

secara umum; Tindak lanjut untuk dinas yang menerima operan;

Rencana kerja untuk dinas yang menerima laporan.

d. Penyampaian timbang terima diatas harus dilakukan secara jelas

dan tidak terburu-buri.

e. Perawat primer dan anggota kedua shift bersama-sama secara

langsung melihat keadaan pasien (Nursalam, 2018).

4. Prosedur Handover

a. Persiapan

13
1) Kedua kelompok dalam keadaan siap.

2) Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan.

b. Pelaksanaan

Dalam penerapannya, dilakukan timbang terima kepada masing-

masing penanggung jawab:

1) Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift atau

operan.

2) Dari nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan

timbang terima dengan mengkaji secara komprehensif yang

berkaitan tentang masalah keperawatan klien, rencana tindakan

yang sudah dan belum dilaksanakanserta hal-hal penting

lainnya yang perlu dilimpahkan.

3) Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang

lengkap sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian

diserahterimakan kepada perawat yang berikutnya.

4) Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima

adalah:

a) Identitas klien dan diagnosa medis.

b) Masalah keperawatan yang kemungkinan masih muncul.

c) Tindakan keperawatan yang sudah dan belum

dilaksanakan.

d) Intervensi kolaborasi dan dependen.

14
e) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam

kegiatan selanjutnya, misalnya operasi, pemeriksaan

laboratorium atau pemeriksaan penunjang lainnya,

persiapan untuk konsultasi atau prosedur lainnya yang

tidak dilaksanakan secara rutin.

5) Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan

klarifikasi, tanya jawab dan melakukan validasi terhadap hal-

hal yang kurang jelas Penyampaian pada saat timbang terima

secara singkat dan jelas

6) Lama timbang terima untuk setiap klien tidak lebih dari 5

menit kecuali pada kondisi khusus dan memerlukan penjelasan

yang lengkap dan rinci.

7) Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung

pada buku laporan ruangan oleh perawat.

c. Metode dalam Handover

1) Handover dengan metode tradisional

Bedasarkan peneitian yang dilkukan oleh Kassen dan Jagoo

(2012) disebutkan bahwa Handover yang masih tradisional

adalah dilakukan dimeja perawat dengan:

a) Menggunakan satu arah komunikasi sehingga tidak

memungkinkan munculnya pertanyaan atau diskusi.

b) Jika ada pengecekan kepasien hanya sekedar memastikan

kondisi secara umum

15
c) Tidak ada kontribusi atau feedback dari pasien dan

keluarga, sehingga proses informasi dibutuhkan oleh

pasien terkait status kesehatannya tidak up to date

2) Handover dengan metode bedside handover

Menurut Kassen M. Jagoo ZB (2012) Handover yang

dilakukan sekarang sudah menggunakan model bedside

Handover yaitu Handover yang dilakukan disamping tempat

tidur pasien dengan melibatkan pasien atau keluarga pasien

secara langsung untuk mendapatkan feedback.

D. Hubungan Peran dan Fungsi Kepala Ruangan dengan Kualitas

Handover

Menurut Nursalam (2014), menyatakan timbang terima adalah suatu

cara dalam menyampaikan sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan

keadaan klien. Handover adalah waktu dimana terjadi perpindahan atau

transfer tanggung jawab tentang pasien dari perawat yang satu ke perawat

yang lain. Tujuan dari handover adalah adalah menyediakan waktu,

informasi yang akurat tentang rencana perawatan pasien, tetapi kondisi

terbaru dan perubahan yang akan terjadi dan antisipasinya.

Kepala ruangan sebagai manajer memiliki 5 (lima) fungsi manajemen

yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, ketenagaan, pengarahan dan

pengawasan. Apabila dari kelima peran fungsi dapat diterapkan dengan

baik oleh seorang kepala ruangan maka akan memberi dampak yang baik

16
terhadap peningkatan kualitas pelayanan di rumah sakit terutama kualitas

handover.

E. Penelitian terkait

1. Dian Hadinata Tahun 2018 melakukan penelitian dengan judul

Hubungan Peran, Fungsi Kepala Ruangan Terhadap Komunikasi

Efektif dan Kualitas Handover di Rumah Sakit daerah Gunung Jati

Cirebon. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan peran,

fungsi kepala ruanganterhadap komunikasi efektif (SBAR) perawat

pelaksanadan kualitas handover di RSD Gunung jati Cirebon.

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian korelasional dengan

pendekatan cross sectional. Sampel yang digunakan sebanyak 116

perawat pelaksana. Hasil uji korelasi menunjukkan peran kepala

ruanganberhubungan sangat kuat dan berpola positif dengan

handoverdengan nilai r=0.808, fungsi kepala ruanganberhubungan

sangat kuatdan berpola positifdengan handoverdengan nilai r = 0.795,

peran kepala ruangan berhubungan kuat dan berpola positif dengan

handover dengan nilai r = 0.681, fungsi kepala ruangan berhubungan

sangat kuat terhadap komunikasi dengan nilai r = 0.828, dan

komunikasi berhubungan sangat kuat terhadap handoverdengan nilai r

= 0.755. Hasil analisis PLS menunjukkanbahwa ada hubungan peran

terhadap handover dengan nilai t = 4,7120, ada hubungan peran

terhadap komunikasi dengan nilai t = 2,0413, ada hubungan fungsi

terhadap komunikasi dengan nilai t = 9,7171, ada hubungan fungsi

17
terhadap handover dengan nilai t = 4,4431 dan ada hubungan

komunikasi efektif dengan handover dengan nilai t = 2,4849. Peran,

fungsi kepala ruangan akan berdampak positif pada peningkatan

komunikasi efektif dan kualitas pelaksanaan handover.

2. Rachmawaty Tahun 2020 melakukan penelitian dengan judul

hubungan kepemimpinan kepala ruangan dan kedisiplinan perawat

dengan pelaksanaan handover di ruang rawat inap. Tujuan penelitian

ini adalah mengetahui hubungan kepemimpinan kepala ruangan dan

kedisiplinan perawat dengan pelaksanaan handover di RSUD Encik

Mariyam tahun 2020. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-

korelatif dengan pendekatan cross-sectional. Metode sampling yang

digunakan adalah total sampling dengan besar sample 31 orang

perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Encik Mariyam. Data

penelitian dikumpulkan melalui metode observasi oleh peneliti dan

pengisian kuesioner oleh responden. Hasil analisa univariat

didapatkan gambaran kepemimpinan kepala ruangan pada kategori

cukup (71%), gambaran kedisiplinan perawat pada kategori cukup

(64.5%) dan gambaran pelaksanaan handover pada kategori tidak

terlaksana (58.1%). Hasil analisa bivariate dengan uji spearman rho

didapatkan hubungan kepemimpinan kepala ruangan dan pelaksanaan

handover (p value= 0.000); dan hubungan kedisiplinan perawat dan

pelaksanaan handover (p value= 0.000). Sehingga dapat disimpulkan

ada hubungan yang signifikan antara kepemimpinan kepala ruangan

18
dan kedisiplinan perawat dengan pelaksanaan handover di RSUD

Encik Mariyam tahun 2020.

3. Istiningtyas Tahun 2018 melakukan penelitian tentang Hubungan

Kepemimpinan Kepala Ruang Saat Handover Dengan Pelaksanaan

Handover. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisi hubungan

kepemimpinan kepala ruang saat handover dengan pelaksanaan

handover. Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif non

eksperimental dengan uji chi square. Sampelnya adalah 104 perawat

pelaksana. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Hasil

penelitiannya adalah ada hubungan antara kepemimpinan kepala

ruang saat handover dengan pelaksanaan handover di ruang rawat inap

(p = 0,0014). Bagi Rumah Sakit diharapkan dapat mengoptimalkan

kembali fungsi kepemimpinan dan manajemen kepala ruang dalam

komunikasi efektif handover.

BAB III
KERANGKA KONSEP

19
A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan dengan

bagaimana seorang penelitian menyusun teori atau menghubungkan secara

logis beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah (Hidayat, 2011).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan peran dan fungsi kepala

ruangan dengan kualitas handover di Rumah Sakit Tk.II Robert Wolter

Mongisidi Manado

Variabel Independen Variabel Dependen

Peran Kepala Ruangan

Fungsi Kepala Ruangan Kualitas Handover

Komunikasi Efektif

: Variabel Yang Diteliti

: Variabel tidak diteliti

: Garis Penghubung

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

B. Variabel Penelitian

20
Variabel Independen : – Peran Kepala Ruangan

– Fungsi Kepala Ruangan

Variabel Dependen : Kualitas Handover

C. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah penelitian, dimana

rumusan masalah penelitian sudah dinyatakan dalam bentuk kalimat

pertanyaan (Sugiyono, 2016). Hipotesis merupakan suatu pernyataan sementara

yang perlu diuji kebenarannya (Sabri, Dkk 2014). Hipotesis pada penelitian ini

yaitu :

Ha : Ada hubungan peran dengan kualitas handover di Rumah Sakit Tk. II

Robert Wolter Mongisidi Manado

Ha : Ada hubungan fungsi kepala ruangan dengan kualitas handover di

Rumah Sakit Tk. II Robert Wolter Mongisidi Manado

D. Definisi Operasional

21
Definisi operasional adalah variabel penelitian yang dimaksudkan untuk

memahami arti setiap variabel penelitian sebelum dilakukan analisis (Wiratna,


2014).

Tabel 3.1: Definisi operasional hubungan peran dan fungsi kepala ruangan
dengan kualitas handover di Rumah Sakit Tk.II Robert Wolter
Mongisidi Manado

Alat
Variabel Definisi Parameter Skala Skor
ukur
Independen: 1. Peran
Peran Kepala Persepsi perawat 1. Peran Lembar Ordinal kepala
Ruangan pelaksana Informasional Kuesione ruangan
terhadap peran 2. Peran r baik
kepala ruang yang Interpersonal jika
meliputi peran 3. Peran skor
interpersonal, Decisional ≥37.5
informational, dan 2. Peran
decisional kepala
ruangan
kurang
baik
jika
skor
<37.5
Fungsi Persepsi perawat 1. Perencanaan Lembar Ordinal 1. Fungsi
Kepala pelaksana 2. Pengorganisas Kuesione kepala
Ruangan terhadap fungsi ian r ruangan
kepala ruang yang 3. Ketenagaan baik
meliputi, 4. Pengarahan jika
perencanaan, 5. Pengawasan skor
pengorganisasian, ≥37.5
ketenagaan, Fungsi
pengarahan dan kepala
pengawasan ruangan
kurang
baik
jika
skor
<37.5
Dependen
Handover Komunikasi yang 1. Menyampai Lembar Ordinal 1. Handov
dilakukan oleh kan Kuesione er baik
perawat terkait masalah, r jika
kondisi pasien kondisi, dan skor
saat pergantian keadaan ≥42,5
shift klien (data 2. Handov

22
fokus). er
2. Menyampai kurang
kan hal-hal baik
yang sudah jika
atau belum <42,5
dilakukan
dalam
asuhan
keperawatan
kepada
klien.
3. Menyampai
kan hal-hal
penting
yang perlu
segera
ditindaklanj
uti oleh
dinas
berikutnya.
4. Menyusun
rencana
kerja untuk
dinas
berikutnya.

23
BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain

penelitian deskriptif observasional dengan menggunakan metode

pendekatan cross sectional. Penelitian cross sectional adalah suatu

penelitian dimana variabel-variabel yang termasuk faktor risiko dan

variabel-variabel yang termasuk efek diobservasi sekaligus pada waktu

yang sama (Sugiyono, 2016).

B. Waktu dan tempat penelitian

1. Tempat

Penelitian telah dilaksanakan di Rumah Sakit TK. II Robert Wolter

Mongisidi Manado.

2. Waktu

Penelitian telah dilaksanakan pada tanggal 22 sampai dengan 28 juli

2021

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi merupakan suatu wilayah secara umum yang terdiri atas

obyek atau subyek yang memiliki kualitas dan karakteristik sesuai

yang ditetapkan oleh peneliti untuk ditelusuri kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2016). Populasi dalam penelitian ini adalah

Perawat yang berada di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit TK.II Robert

Wolter Mongisidi Manado yang berjumlah 106.


2. Sampel

Sampel merupakan sebagian atau wakil dari populasi yang di

teliti. Jumlah penentuan besar sampel dapat dilakukan dengan cara

perhitungan statistik yaitu apabila jumlah responden lebih dari 100,

maka pengambilan sampel 10% -15% atau 20% -25% atau lebih

(Arikunto, 2013). Berdasarkan populasi diatas maka sampel yang akan

diteliti berjumlah 32. Penentuan sampel menggunakan rumus sebagai

berikut :

n = N x 30%

n = 106 x 30%

n = 31,8 dibulatkan menjadi 32

Tekhnik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan

random sampling. Random Sampling adalah pengambilan anggota

sampel dari populasi yang dilakukan secara acak tanpa

memperhatikan strata yang ada dalam populasi (Sugiyono 2017).

D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

1. Kriteria Inklusi

a. Perawat pelaksana yang bekerja di ruang rawat inap (IGD Tidak

Termasuk) RS Tk.II Robert Wolter Mongisidi Manado

b. Perawat yang memeiliki tingkat pendidikan DIII / S1 / Ners

c. Perawat yang bersedia menjadi responden

25
2. Kriteria eksklusi

a. Perawat yang tidak hadir pada saat penelitian. Misalnya perawat

yang sedang masa tugas / ijin belajar atau perawat yang sedang

dalam masa cuti (cuti hamil, cuti melahirkan, cuti menikah, cuti

sakit)

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar

kuesioner yang terdiri dari:

1. Lembar Kuesioner Peran Kepala Ruangan

Kuesioner peran kepala ruangan terdiri dari 15 pertanyaan dengan

menggunakan skala likert. Kuesioner penelitian ini diambil dari Dian

Hadinata (2018) dengan judul peran, fungsi kepala ruangan terhadap

komunikasi efektif dan kualitas handover. Ada 4 pilihan jawaban

dimana jika responden menjawab tidak pernah mendapatkan nilai 1,

jarang mendapatkan nilai 2, sering mendapatkan nilai 3 dan selalu

mendapatkan nilai 4. Untuk menghitung nilai median menggunakan

rumus median sebagai berikut :

Median = (∑pertanyaan x Skor tertinggi) + (∑pertanyaan x skor terendah)


2
Median = (15 x 4) + (15x1)
2
Median = 60 + 15
2
Median = 75
2
Median = 37,5

26
Dikatakan peran kepala ruangan baik apabila nilai median ≥37.5 dan

dikatakan peran kepala ruangan kurang baik apabila median <37.5

2. Lembar Kuesioner Fungsi Kepala Ruangan

Kuesioner fungsi kepala ruangan terdiri dari 15 pertanyaan dengan

menggunakan skala likert. Kuesioner penelitian ini diambil dari Dian

Hadinata (2018) dengan judul peran, fungsi kepala ruangan terhadap

komunikasi efektif dan kualitas handover. Ada 4 pilihan jawaban

dimana jika responden menjawab tidak pernah mendapatkan nilai 1,

jarang mendapatkan nilai 2, sering mendapatkan nilai 3 dan selalu

mendapatkan nilai 4. Untuk menghitung nilai median menggunakan

rumus median sebagai berikut :

Median = (∑pertanyaan x Skor tertinggi) + (∑pertanyaan x skor terendah)


2
Median = (15 x 4) + (15x1)
2
Median = 60 + 15
2
Median = 75
2
Median = 37,5

Dikatakan fungsi kepala ruangan baik apabila nilai median ≥37.5 dan

dikatakan peran kepala ruangan kurang baik apabila median <37.5

3. Lembar Kuesioner Kualitas Handover

Kuesioner fungsi kepala ruangan terdiri dari 17 pertanyaan dengan

menggunakan skala likert. Kuesioner penelitian ini diambil dari Dian

Hadinata (2018) dengan judul peran, fungsi kepala ruangan terhadap

komunikasi efektif dan kualitas handover. Ada 4 pilihan jawaban

27
dimana jika responden menjawab tidak pernah mendapatkan nilai 1,

jarang mendapatkan nilai 2, sering mendapatkan nilai 3 dan selalu

mendapatkan nilai 4. Untuk menghitung nilai median menggunakan

rumus median sebagai berikut :

Median = (∑pertanyaan x Skor tertinggi) + (∑pertanyaan x skor terendah)


2
Median = (17x4) + (17x1)
2
Median = 68 + 17
2
Median = 85
2
Median = 42,5

Dikatakan handover baik apabila nilai median ≥42,5 dan dikatakan

handover kurang baik apabila median <42,5.

F. Prosedur pengumpulan data

1. Data primer

Data primer adalah data yang didapatkan dengan cara melakukan

wawancara langsung pada responden penelitian

2. Data sekunder

Data sekunder terdiri dari data perawat di Rumah Sakit Tk.II Robert

Wolter Mongisidi Manado.

28
G. Pengolahan data

1. Editing yaitu memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh

para pengumpul data. Pemeriksa daftar pertanyaan yang telah selesai

ini dilakukan terhadap:

a. Kelengkapan jawaban

b. Keterbacaan tulisan

c. Relefansi jawaban

2. Coding yaitu mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari para

responden dalam kategori. Biasanya klasifikasi dilakukan dengan cara

memberi tanda atau kode berbentuk angka pada masing-masing

jawaban

3. Enteri data yaitu jawaban-jawaban yang sudah diberi kode kategori

kemudian dimasukan kedalam tabel dengan cara manual dan melalui

penggunaan komputer

4. Cleaning yaitu pembersihan data, apakah data sudah benar atau belum

5. Penyajian data disesuaikan dalam bentuk untuk mudah dibaca dan

dimengerti serta memberikan informasi dan memudahkan interpelasi

analisis.

29
H. Teknik analisa data

1. Analisis univariat

Tujuan dari analisi ini adalah untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian


(Notoatmodjo,2010).

Pada penelitian ini analisis univariat digunakan untuk menjelaskan

karakteristik dari responden penelitian meliputi: usia, pekerjaan yang

ditampilkan dalam bentuk nilai distribusi dan frekuensi :

f
(P= x 100 %).
n

Keterangan :

P = Presentase.

f = Frekuensi

n = Jumlah sampel.

100 = Nilai konstanta

3. Analisis bivariat

Analisis ini merupakan sebuah analisis yang dilakukan untuk

mengetahui hubungan antara 2 variabel. Sampel yang digunakan bisa

berpasangan ataupun masing-masing independen dengan perlakukan

masing-masing. Dalam penelitian ini untuk melihat hubungan antara

kedua variabel maka akan digunakan uji Chi-Square dengan nilai α ≤

0.05.

30
I. Etika penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti memperhatikan masalah etika

penelitian. Etika penelitian meliputi (Alimul, 2017)

a. Informed Concent (Informasi untuk responden)

Sebelum melakukan tindakan penelitian menjelaskan maksud dan

tujuan riset yang akan dilakukan. Jika responden bersedia untuk diteliti

maka responden harus menandatangani lembar persetujuan tersebut

dan tidak memaksa.

b. Anonimity (Tanpa nama)

Untuk menjaga kerasiaan responden dalam penelitian, maka peneliti

tidak mencantumkan nama pada lembar kuesioner data cukup dengan

memberi nomor kode pada masing-masing lembar yang hanya

diketahui oleh peneliti.

c. Confidentiality (kerahasiaan)

Kerahasiaan responden dijamin oleh peneliti hanya kelompok data dan

tentu saja yang disajikan atau dilaporkan sebagai hasil riset.

31
BAB V
HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Robert Wolter Mongisidi Manado berasal dari nama

Rumkit Tk. III Manado. Sejak tahun 2009 RS. R.W Mongisidi Manado

secara administrasi di bawah kendali Kesehatan Daerah Militer

XIII/MERDEKA dan di bawah pembinaan dan koordinasi Dinas

Kesehatan Propinsi Sulawesi Utara dan Dinas Kesehatan Kota Manado.

Rumah Sakit Robert Wolter Mongisidi Manado berkedudukan di Jalan 14

Februari Kelurahan Teling Bawah Kecamatan Wanea Kota Manado. Letak

geografis berada di sebelah Timur kompleks perumahan Gubernur

SULUT, Luas lahan RS 107.885 m².

Rumah Sakit Robert Wolter Mongisidi Manado telah terakreditasi

“Paripurna” tanggal 27 Oktober 2017 sesuai standart KARS dengan nomor

sertifikat KARS-Sert/857/X/2017. Dengan visi “Menjadi Rumah Sakit

kebanggaan TNI dan masyarakat melalui pelayanan kesehatan yang

berkualitas berkesinambungan di wilayah Indonesia Timur tahun 2020”,

dengan motto “Senyum, empati, ramah, disiplin, adil, dedikasi dan

unggul” Rumah Sakit Robert Wolter Mongisidi Manado di pimpin oleh

Lentan Kolonel Ckm dr. Fredrik, Sp.PD,yang membawahi para kepala

instalasi dan dibantu oleh Komite Medic dan Komite Keperawatan serta

staf Tata Usaha dan staf Keuangan.

32
Rumah Sakit Robert Wolter Mongisidi Manado terdiri dari

beberapa instalasi pelayanan yaitu instalasi rawat jalan, instalasi rawat

inap, instalasi bedah, instalasi penunjang diagnostic, instalasi farmasi,

instalasi gizi, dan instalasi pendidikan. Bangunan Rumah Sakit Robert

Wolter Mongisidi Manado berdasarkan fungsinya pelayanannya terdiri

dari Unit Gawat Darurat, kamar bersalin, ruang bedah, ruang ICU, ruangan

rawat inap (Bedah, interna, dan isolasi anak, nifas, dan NICU, VIP, dan

VVIP), Unit Transfusi Darah, Laboratorium, radiologi (Cateterisasi

jantung, MRI. USG, CT-Scan, EWSL, X-ray/foto rongtgen), poliklinik

(jantung, umum, bedah, anak, mata, kebidanan/kandungan/KB, THT, gigi,

fisioterapi) apotik, pemulangan jenazah, dapur, rekam medic, dan

keuangan, dll.

2. Karakteristik Responden Penelitian

a. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur di RS TK.II


Robert Wolter Mongisidi Manado tahun 2021 (n=32)

Banyaknya Responden
Umur Frequency (f) Percent (%)
17-25 20 62.5
26-35 12 37.5
Total 32 100
Sumber Depkes RI, 2009

Berdasarkan hasil dari tabel 5.1 di atas menjelaskan bahwa

karakteristik responden Berdasarkan sebagian besar umur 17-25 tahun

yaitu sebanyak 20 responden dengan presentase (62,5%) dan yang

berumur 26-35 tahun yaitu 12 responden dengan presentase (37.5%).

33
b. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin di RS


TK.II Robert Wolter Mongisidi Manado tahun 2021 (n=32)

Banyaknya Responden
Jenis Kelamin Frequency (f) Percent (%)
Laki-laki 6 18.8
Perempuan 26 81.2
Total 32 100
Sumber : Data primer (2021)

Berdasarkan hasil dari tabel 5.2 di atas menjelaskan bahwa

karakteristik responden terbanyak adalah berjenis kelamin perempuan

yaitu sebanyak 26 responden dengan presentase (81,2%) dan yang

berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 6 responden dengan

presentase (18,8%).

c. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan terakhir di


RS TK.II Robert Wolter Mongisidi Manado tahun 2021 (n=32)

Banyaknya Responden
Pendidikan Terakhir Frequency (f) Percent (%)
D3 28 87.5
D4 0 0
S1 + Ners 4 12.5
Total 32 100
Sumber : Data primer (2021)

Berdasarkan hasil dari tabel 5.3 di atas menjelaskan bahwa

karakteristik responden terbanyak adalah berpendidikan terakhir D3

Keperawatan yaitu sebanyak 28 responden dengan presentase

(87,5%), berpendidikan terakhir D4 Keperawatan yaitu 0 responden

(0%) dan yang berpendidikan terakhir S1 + Ners yaitu sebanyak 4

responden dengan presentase (12,5%).

34
d. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Bekerja

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan masa kerja di RS TK.II


Robert Wolter Mongisidi Manado tahun 2021 (n=32)

Banyaknya Responden
Masa Kerja Frequency (f) Percent (%)
˂ 1 Tahun 10 31.2
≥ 1 Tahun 22 68.8
Total 32 100
Sumber : Data primer (2021)

Berdasarkan hasil dari tabel 5.4 di atas bahwa karakteristik

responden terbanyak adalah memiliki lama masa kerja ≥ 1 Tahun

yaitu sebanyak 22 responden dengan presentase (68,8%). Dan

responden yang memiliki lama masa kerja ˂ 1 Tahun yaitu sebanyak

10 responden dengan presentase (31,2%)

3. Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan untuk melihat distribusi dari responden yang

sedang diteliti untuk menggambarkan setiap variabel yang digunakan

dalam penelitian.

a. Peran Kepala Ruangan

Tabel 5.5 Distribusi frekuensi peran kepala ruangan di RS TK.II Robert


Wolter Mongisidi Manado tahun 2021 (n=32)

Banyaknya Responden
Peran Kepala Ruangan Frequency (f) Percent (%)
Baik 17 53.1
Kurang Baik 15 46.9
Total 32 100
Sumber data primer, 2021

Berdasarkan hasil dari tabel 5.5 Distribusi frekuensi responden

berdasarkan peran kepala ruangan menunjukan bahwa yang paling

banyak responden memiliki peran kepala ruangan yang baik sebanyak

35
17 responden (53,1%), sedangkan karakteristik pekerjaan kurang baik

sebanyak 15 responden (46,9%).

b. Fungsi Kepala Ruangan

Tabel 5.6 Distribusi frekuensi fungsi kepala ruangan di RS TK.II Robert


Wolter Mongisidi Manado tahun 2021 (n=32)

Banyaknya Responden
Fungsi Kepala Ruangan Frequency (f) Percent (%)
Baik 18 56.2
Kurang Baik 14 43.8
Total 32 100
Sumber data primer, 2021

Berdasarkan hasil dari tabel 5.6 Distribusi frekuensi responden

berdasarkan fungsi kepala ruangan menunjukan bahwa yang paling

banyak responden memiliki fungsi kepala ruangan yang baik sebanyak

18 responden (56,2%), sedangkan fungsi kepala ruangan yang kurang

baik sebanyak 14 responden (43.8%).

c. Kualitas Handover

Tabel 5.7 Distribusi frekuensi handover pasien di RS TK.II Robert Wolter


Mongisidi Manado tahun 2021 (n=32)

Banyaknya Responden
Kualitas Handover Frequency (f) Percent (%)
Baik 18 56.2
Kurang Baik 14 43.8
Total 32 100
Sumber data primer, 2021

Berdasarkan hasil dari tabel 5.7 Distribusi frekuensi responden

berdasarkan kualitas handover pasien menunjukan bahwa yang paling

banyak responden memiliki kualitas handover pasien yang baik

sebanyak 18 responden (56,2%), sedangkan fungsi kepala ruangan

yang kurang baik sebanyak 14 responden (43,8%).

36
4. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dalam penelitian ini adalah menggunakan uji Chisquare

untuk mengetahui apakah ada hubungan antara peran dan fungsi kepala

ruangan dengan kualitas handover pasien di RS TK.II Robert Wolter

Mongisidi Manado.

Tabel 5.8 Tabulasi silang hubungan peran kepala ruangan dengan kualitas
handover di Rumah Sakit Tk.II Robert Wolter Mongisidi Manado
Tahun 2021 (n=32)

Kualitas Handover
Peran Kepala Baik Kurang Baik Total
OR P
Ruangan F % F % F %
Baik 13 76.5 4 23.5 17 53.1
Kurang Baik 5 33.3 10 66.7 15 46.9 6,500 0.036
Total 18 56.2 14 43.8 32 100
Sumber data primer, 2021

Berdasarkan tabel 5.8 dari hasil tabulasi silang hubungan peran kepala

ruangan dengan kualitas handover pasien di RS TK.II Robert Wolter

Mongisidi Manado yang dilakukan pada 32 responden diperoleh

responden yang memiliki peran kepala ruangan baik dengan kualitas

handover baik yaitu sebanyak 13 responden (76,5%) dan responden yang

memiliki memiliki peran kepala ruangan baik dengan kualitas handover

kurang baik yaitu sebanyak 4 responden (23,5%) Sedangkan responden

yang memiliki peran kepala ruangan kurang baik dengan kualitas

handover baik yaitu sebanyak 5 responden (33,3%) dan responden yang

memiliki peran kepala ruangan kurang baik dengan kualitas handover

kurang baik yaitu sebanyak 10 responden (66,7%). Hasil analisa

Hubungan peran dengan kualitas handover di Rumah Sakit Tk.II Robert

Wolter Mongisidi Manado dengan menggunakan uji statistik Chi Square

37
didapatkan nilai p= 0,036 yang dimana nilai p value = 0.000 dimana lebih

kecil dari α = 0.05 artinya hipotesa alternatif (Ha) diterima atau ada

hubungan antara peran dengan kualitas handover di Rumah Sakit Tk.II

Robert Wolter Mongisidi Manado. Selain itu juga di dapatkan nilai odd

ratio (OR) sebesar 6,500 yang artinya peran kepala ruangan baik

berpeluang 6,500 kali untuk membuat kualitas handover baik.

Tabel 5.9 Tabulasi silang hubungan fungsi kepala ruangan dengan kualitas
handover di Rumah Sakit Tk.II Robert Wolter Mongisidi
Manado tahun 2021

Kualitas Handover
Fungsi Kepala Baik Kurang Baik Total OR P
Ruangan F % F % F %
Baik 16 88.9 2 11.1 18 56.2
Kurang Baik 2 14.3 12 85.7 14 43.8 48,000 0.000
Total 18 56.2 14 43.8 32 100
Sumber data primer, 2021

Berdasarkan tabel 5.9 dari hasil tabulasi silang hubungan peran kepala

ruangan dengan kualitas handover pasien di RS TK.II Robert Wolter

Mongisidi Manado yang dilakukan pada 32 responden diperoleh

responden yang memiliki fungsi kepala ruangan baik dengan kualitas

handover baik yaitu sebanyak 16 responden (88,9%) dan responden yang

memiliki fungsi kepala ruangan baik dengan kualitas handover kurang

baik yaitu sebanyak 2 responden (11,1%) Sedangkan responden yang

memiliki peran kepala ruangan kurang baik dengan kualitas handover baik

yaitu sebanyak 2 responden (14,3%) dan responden yang memiliki peran

kepala ruangan kurang baik dengan kualitas handover kurang baik yaitu

sebanyak 12 responden (85,7%) Hasil analisa Hubungan peran dengan

38
kualitas handover di Rumah Sakit Tk.II Robert Wolter Mongisidi Manado

dengan menggunakan uji statistik Chi Square didapatkan nilai p= 0,000

yang dimana nilai p value = 0.000 dimana lebih kecil dari α = 0.05 artinya

hipotesa alternatif (Ha) diterima atau ada hubungan antara peran dengan

kualitas handover di Rumah Sakit Tk.II Robert Wolter Mongisidi Manado.

Selain itu juga di dapatkan nilai odd ratio (OR) sebesar 48,000 yang

artinya peran kepala ruangan baik berpeluang 48,000 kali untuk memiliki

kualitas handover baik.

B. Pembahasan

Penelitian dilakukan di RS TK.II Robert Wolter Mongisidi

Manado secara administrasi di bawah kendali Kesehatan Daerah Militer

XIII/MERDEKA dan di bawah pembinaan dan koordinasi Dinas

Kesehatan Propinsi Sulawesi Utara dan Dinas Kesehatan Kota Manado.

Rumah Sakit Robert Wolter Mongisidi Manado berkedudukan di Jalan 14

Februari Kelurahan Teling Bawah Kecamatan Wanea Kota Manado.

Penelitian ini berjudul hubungan peran dan fungsi kepala ruangan

dengan kualitas handover pasien di ruang rawat inap RS TK.II Robert

Wolter Mongisidi Manado. Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal

22 sampai dengan 28 July 2021 dengan responden sebanyak 32 perawat

pelaksana. Penelitian ini juga menggunakan jenis penelitian kuantitatif

dengan menggunakan pendekatan cross sectional.

Hasil penelitian ini sejalan dengan Penelitian yang dilakukan oleh

Warouw (2019) terhadap lima aktifitas pengarahan yaitu kepemimpinan,

39
komunikasi, delegasi, motivasi, dan pelatihan oleh kepala ruangan

menunjukkan bahwa terdapat hubungan fungsi pengarahan kepemimpinan

dan komunikasi. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Marquis &

Houston (2011) juga menjelaskan bahwa elemen dalam fungsi pengarahan

meliputi memotivasi, mengatasi konflik, mendelegasikan,

mengkomunikasikan dan memfasilitasi kolaborasi. Masih terkait dengan

fungsi pengawasan hasil penelitian Pancaningrum (2011) juga menemukan

bahwa fungsi pengawasan dalam bentuk supervisi kepala ruangan ternyata

mampu meningkatkan motivasi perawat dalam hal ini mampu memotivasi

perawat pelaksana untuk menjalankan timbang terima antar shift atau

handover dengan baik.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dian

Hadinata (2018) dimana peran kepala ruangan berpengaruh positif

terhadap handover dengan nilai t = 4,7120. Di mana untuk indikator peran

interpersonal, informational dan decisional merupakan indikator yang

memiliki kontribusi paling besar dalam menyusun variabel peran terhadap

handover. Menurut Nursalam (2014), menyatakan timbang terima adalah

suatu cara dalam menyampaikan sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan

keadaan klien. Handover adalah waktu di mana terjadi perpindahan atau

transfer tanggung jawab tentang pasien dari perawat yang satu ke perawat

yang lain. Tujuan dari handover adalah menyediakan waktu, informasi

yang akurat tentang rencana perawatan pasien, terapi, kondisi terbaru, dan

perubahan yang akan terjadi dan antisipasinya.

40
Handover adalah komunikasi oral mengenai pasien yang dilakukan

oleh perawat pada pergantian shift jaga (Kamil, 2018). Pelaksanaan handover

pasien merupakan tindakan keperawatan yang dibangun sebagai sarana

untuk menyampaikan tanggung jawab serta penyerahan legalitas yang

berkaitan dengan pelayanan keperawatan pada pasien (Dewi, 2019).

Hasil penelitian didapatkan peran kepala ruangan baik dengan

kualitas handover kurang baik sebanyak 4 Responden (23,5%). Adapun

faktor yang mepengaruhi responden pada penelitian ini yaitu ditemukan

pada saat penelitian melalui lembar kuesioner terdapat penilaian perawat

pelaksana terkait kepemimpinan kepala ruangan dalam proses handover

(Dian Hadinata 2018). Baik atau buruknya suatu pelaksanaan handover

memiliki keterkaitan dengan bagaimana penilaian dan pernyataan perawat

pelaksana tentang kepemimpinan kepala ruangan apakah baik maupun

kurang baik. Kepala ruangan berfungsi sebagaimana pertama untuk

meningkatkan upaya efektif diruangan sebagai salah satu kunci

keberhasilan programnya. Kepemimpinan memiliki aspek penting meliputi

pengetahuan yang kompeten tentang profesinya, teknik berkomunikasi

yang baik serta memiliki kemampuan mengatur bawahannya dan mampu

mengambil tindakan yang tepat.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Istiningtyas (2018)

tentang hubungan supervisi kepala ruangan dengan pelaksanaan handover

di ruangan rawat inap RSUD Petala Bumi Provinsi Riau dengan

kesimpulan ada hubungan supervisi kepala ruangan dengan pelaksanaan

41
handover (p value= 0,013). Penelitian lain oleh Istiningtyas (2018) tentang

hubungan kepemimpinan kepala ruang saat handover dengan pelaksanaan

handover, kesimpulan penelitian ada hubungan kepemimpinan kepala ruang

dengan pelaksanaan handover (p value=0,014).

Hasil penelitian didapatkan fungsi kepala ruangan baik dengan

kualitas handover kurang baik sebanyak 2 Responden (11,1%). Adapun

faktor yang mepengaruhi responden pada penelitian ini yaitu fungsi kepala

ruangan dalam melakukan handover yaitu perawat pelaksana tidak

menyampaikan tindakan yang sudah diberikan sehingga rencana tindakan

kepada pasien tidak begitu jelas dan memakan waktu yang begitu lama hal

ini sesuai dengan kendala dalam operan yang disampaikan oleh Sugiharto,

at all (2012) bahwa kendala-kendala yang sering terjadi dalam operan

meliputi waktu yang terlalu lama, adanya interupsi, tidak ada standar

operan, perawat yang pulang terlebih dulu sebelum operan, serta

mobilisasi status pasien.

Kegiatan kepemimpinan dilakukan untuk mempengaruhi pikiran

dan tindakan orang lain agar berbuat sesuai dengan keinginan supaya

tercapainya tujuan bersama. Kepemimpinan mencakup hal kebijakan serta

dukungan, bimbingan yang baik dari seorang pemimpin didalam

melaksanakan tugas dan kewajiban. Pelaksanaan handover sangat

berpengaruh terhadap perilaku kerjadalam pemberian pelayanan yang

lebih baik (Hadinata, 2018). Kepemimpinan paling mempengaruhi dalam hal

pengawasan pelaksanaan handover ini adalah dari kepala ruangan.

42
Kepala ruangan memiliki andil bahkan dapat berperan langsung

didalam pelaksaaan handover, dimana kepala ruangan sebagai manajer

memiliki lima fungsi meliputi perencanaan, pengorganisasian, ketenagaan,

pengarahan dan pengawasan. Apabila dari kelima peran fungsi dapat

diterapkan dengan baik oleh seorang kepala ruanganmaka akan memberi

dampak yang baik terhadap kemampuan komunikasi efektif oleh perawat

( Dian Hardinata, 2018). Faktor kepemimpinan bersama dengan faktor perawat

dan beban kerja diketahui berhubungan dengan efektivitas handover di

berbagai rumah sakit di Provinsi Ontario, Kanada (Thomson, 2015).

Hasil penelitian mengindikasikan bahwa perawat lebih banyak

mempersepsikan kepala ruang telah menjalankan fungsi manajemen

dengan baik. Hal ini merupakan modal positif bagi kepala ruang dalam

memimpin dan menggerakkan perawat pelaksana untuk senantiasa

memberikan asuhan keperawatan yang menjamin keselamatan pasien.

Sejalan dengan penelitian Dewi (2011) yang menyatakan bahwa lebih

banyak perawat yang mempersepsikan fungsi manajemen kepala ruang

baik di banding perawat yang mempersepsikan kurang. Persepsi seseorang

dapat mempengaruhi perilakunya. Seseorang yang memberikan penilaian

atau memiliki persepsi baik terhadap orang lain akan memiliki

kecenderungan untuk mengikuti arahan dari orang yang dipersepsikan baik

tersebut. Selain itu, Mustofa (2008) menyatakan bahwa sikap dan

kepribadian perawat akan menentukan kinerjanya. Penelitian lain

menyatakan bahwa kepala ruang harus mempunyai kompetensi individual

43
yang baik, diantaranya adalah kepribadian (Chase 2010). Sari (2012) juga

mengemukakan bahwa kepribadian kepala ruang mempunyai hubungan

yang bermakna dengan pelaksanaan peran dan fungsi kepala ruang dalam

penerapan keselamatan perawat.

Menurut asumsi peneliti pengaruh yang positif dari peran kepala

ruangan, fungsi kepala ruangan dan komunikasi efektif terhadap handover,

semakin baik peran kepala ruangan, fungsi kepala ruangan dan komunikasi

efektif, maka akan semakin baik handover. Walaupun masih ada kualitas

handover yang kurang baik maka fungsi pengawasan kepala ruangan harus

perlu ditingkatkan lagi sehingga dapat meningkatkan kualitas handover

pada setiap ruangan.

BAB VI
PENUTUP

44
A. Kesimpulan

1. Peran kepala ruangan di ruang rawat inap RS TK.II Robert Wolter

Mongisidi Manado sebagian besar dengan kategori baik.

2. Fungsi kepala ruangan di ruang rawat inap RS TK.II Robert Wolter

Mongisidi Manado sebagian besar dengan kategori baik.

3. Kualitas handover di ruang rawat inap RS TK.II Robert Wolter

Mongisidi Manado sebagian besar dengan kategori baik.

4. Ada hubungan peran kepala ruangan dengan kualitas handover di ruang

rawat inap RS TK.II Robert Wolter Mongisidi Manado.

5. Ada hubungan fungsi kepala ruangan dengan kualitas handover di

ruang rawat inap RS TK.II Robert Wolter Mongisidi Manado

B. Saran

1. Bagi RS TK.II Robert Wolter Mongisidi Manado

Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan untuk pertimbangan rumah

sakit yang digunakan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dan

merancang kebijakan pelayanan keperawatan dalam hal handover

pasien dengan cara melakukan pendidikan atau pelatihan berkelanjutan

sehingga tingkat pengetahuan dan tindakan keperawatan menjadi lebih

baik.

2. Bagi Institusi Pendidikan

45
Hasil penelitian ini semoga menambah wawasan dan sebagai masukan

bagi proses pembelajaran terhadap materi tentang hubungan peran dan

fungsi kepala ruangan dengan kualitas handover pasien.

3. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini semoga bisa menjadi acuan serta data dasar bagi

peneliti selanjutnya dalam hubungan peran dan fungsi kepala ruangan

dengan kualitas handover pasien di RS TK.II Robert Wolter Mongisidi

Manado

DAFTAR PUSTAKA

46
Alimul. (2017). Metode penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.
Jakarta: Salemba Medika.

Arikunto, Suharsimi. (2013). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: Rineka Cipta.

Callahan & Ruchlin. (2013). Construction Nursing. New York: McGraw-Hill.

Cohen & Hilligos. (2019). Manajemen Keperawatan. EGJ; Jakarta.

Dewi, M. (2019). Pengaruh Pelatihan Timabng Terima Pasien Terhadap


Penerapan Keselamatan Pasien Oleh Perawat Pelaksana di RSUD Raden.
Jurnal Health Sport Vol 5 Nomor 3 : http://ejurnal.ung.ac.id. Diakses
Tanggal 23 Juni 2021.

Dian Hadinata. (2018). Hubungan Peran, Fungsi Kepala Ruangan Terhadap


Komunikasi Efektif dan Kualitas Handover di Rumah Sakit daerah
Gunung Jati Cirebon. Tersedia di www.googleschoolar.com. Diakses pada
23 Juni 2021.
Friesen. (2018). Chapter 34. Handoffs: Implications for Nurses. In Agency for
Healthcare Research and Quality. Patient Safety and Quality: An
Evidence-Based Handbook for Nurses. [e-book] U.S: AHRQ Publication.
Tersedia di: http://www.ncbi.nlm.nih.gov. Diakses Tanggal 24 Juni 2021

Hidayat. (2011). Metode penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.


Jakarta: Salemba Medika.

Kaasean M, Jagoo ZB. (2012). Managing change in the nursing handover from
traditional to bedside handover- a case study from Mauritius. BMC Nursing 4
(1):1

Kamil. (2018). Hubungan Pengarahan Kepala Ruangan Dengan Pelaksanaan


Timbang Terima (Operan) Perawat Di Ruang Rawat Inap RSUD Toto
Kabila Kabupaten Bone Bolango. from:http://siat.ung.ac.id. Diakses
Tanggal 24 Juni 2021.

Kemenkes. (2019). Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada


Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan. https://persi.or.id. Diakses
Tanggal 24 Juni 2021.

Longest. (2016). What Exactly Is Patient Safety?. Advances in patient safety: New
directions and alternative approaches (Vol. 1, pp. 1-18). Rockville, MD:
Agency for Healthcare Research and Quality. Tersedia di
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/ books/NBK43629/. Diakses Tanggal 20
Juni 2021 Jam 15:00 WITA

47
Marquis, B. L. & Huston, C. J. (2015). Kepemimpinan dan manajemen
keperawatan : teori dan aplikasi, (Ed. 4). Jakarta: EGC

Maryan. (2012). Mengenal Management Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. (2014). Manajemen keperawatan (aplikasi dalam praktik keperawatan


profesional) (4th ed.). Jakarta: Salemba medika.

Nursalam. (2018). Manajemen Keperawatan (Aplikasi dalam Praktik


Keperawatan Profesional) (8th ed.). Jakarta: Salemba Medika.

Notoatmodjo, S. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Cetakan Ketiga.


Jakarta: PT Rineka Cipta

PERMENKES Nomor 903/Menkes/Per/V/2011 tentang Pedoman Pelaksanaan


Program Jaminan Kesehatan Masyarakat.

Rachmawaty. (2020). Hubungan Kepemimpinan Kepala Ruangan Dan


Kedisiplinan Perawat Dengan Pelaksanaan Handover Di Ruang Rawat
Inap. Jurnal Ners Indonesia. 11. 130. 10. 31258 / jni .11. 2. 130 - 141.
Tersedia di https://www.researchgate.net/publication. Diakses pada 25
Juni 2021

Sabri, Luknis & Hastono P. Sutanto. (2014). Statistik Kesehatan. Depok: Rajawali
Press

Sari. (2018). Evaluasi Pelaksanaan Perencanaan Timbang Terima, Jurnal


Nursing Studies. 1:213-18. Tersedia di
https://journal.stikessuakainsan.ac.id. Diakses Tanggal 23 Juni 2021.

Siagian. (2019). Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara, Jakarta.

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif dan R&D). Penerbit CV. Alfabeta: Bandung.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


Alfabeta, CV.

Suyanto. (2019). Pengantar Keperawatan Profesional. Yogyakarta: Gosyen


Publishing.

Tappen, Weiss, S A & Whitehead , D K. (2014). Essentials of nursing leadership


and management . Philadelphia: Ed 3 F. A Davis Company.

48
Wiratna. (2014). Metode Penelitian: Lengkap, Praktis, dan Mudah Dipahami.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

WHO. World Health Statistic Report 2015. Geneva: World Health Organization;
2015.

49

Anda mungkin juga menyukai