Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

MANAJEMEN KEPERAWATAN

OLEH :

ELSI ANDRIANI, S.Kep


NS0621068

CI Lahan CI Institusi

( Nurlailan, S.Kep., Ns ) ( Erna Kadrianti, S.Kep., Ns., M.Kep )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES NANI HASANUDDIN MAKASSAR
2022
LAPORAN PENDAHULUAN
MANAJEMEN KEPERAWATAN

2.1 Gambaran Umum Rumah Sakit


Rumah sakit merupakan suatu institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakanpelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap,rawat jalan, dan gawat darurat (Astid
Kartika, 2020). Rumah sakit merupakan layanan jasa yang memiliki peran
penting bagi kehidupan masyarakat. Rumah sakit merupakan tempat yang
sangat kompleks yang terdapat berbagai macam obat, tes dan prosedur,
banyak alat dengan teknologinya, berbagai jenis tenaga profesi dan non
profesi yang siap memberikan pelayanan pasien 24 jam terus menerus
(Angelia W. Keles, 2016)
Rumah sakit merupakan salah satu tempat kerja yang memiliki tenaga
kerja yang banyak dengan tingkat resiko yang tinggi terkena penyakit akibat
kerja ataupun kecelakaan kerja (Ferlina Maringka, 2019).
Keperawatan adalah suatu bentuk layanan kesehatan profesional yang
merupakan bagian integral dari layanan kesehatan yang berlandaskan ilmu
dan kiat keperawatan (Ferlina Maringka, 2019). Keperawatan sebagai salah
satu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral yang
tidak dapat dipisahkan dari upaya pelayanan kesehatan secara keseluruhan.
Selain itu, pelayanan keperawatan merupakan faktor penentu baik buruknya
mutu dan citra dari rumah sakit, oleh karena itu kualitas pelayanan
keperawatan perlu dipertahankan dan ditingkatkan hingga tercapai hasil yang
optimal. Dengan memperhatikan hal tersebut, proses manajemen yang baik
perlu diterapkan dalam memberikan asuhan keperawatan sehingga dicapai
suatu asuhan keperawatan yang memenuhi standar profesi yang ditetapkan,
sumber daya untuk pelayanan asuhan keperawatan dimanfaatkan secara
wajar, efisien, efektif, aman bagi pasien dan tenaga keperawatan, memuaskan
bagi pasien dan tenaga keperawatan serta aspek sosial, ekonomi, budaya,
agama, etika dan tata nilai masyarakat diperhatikan dan dihormati
(Henderson,2017).
Rumah Sakit Labuang Baji Makassar Sulawesi Selatan adalah salah satu
rumah sakit pemerintah daerah tertua di daerah sulawesi selatan yang
diresmikan pada tanggal 12 juli 1938. RSUD Labuang Baji Makasssar
Sulawesi selatan yang bertipe B yang berkomitmen menjadi rumah sakit
dengan layanan unggulan dalam memberikan pelayanan kesehatan terbaik
kepada masyarakat provinsi SULSEL Indonesia bagian timur dan Indonesia
secara luas.
2.2 Manajemen Keperawatan
Menurut Gilies dalam (Marquis, 2019) menyatakan manajemen
keperawatan suatu proses bekerja melaui anggota staf keperawatan untuk
memberikan asuhan keperawatan secara professional. Manajemen
keperawatan merupakan suatu proses yang dilaksanakan sesuai dengan
pendekatan sistem terbuka. Manajemen keperawatan terdiri atas beberapa
komponen yang tiap-tiap komponen saling berinteraksi. Pada umumnya suatu
sistem dicirikan oleh lima elemen yaitu input, proses, output, kontrol, dan
mekanisme umpan balik.
Manajemen keperawatan merupakan kegiatan yang berhubungan dengan
tahapan perencanaan, pengorganisasian, pengaturan staf, kepemimpinan,
kemudian pengendalian aktivitas-aktivitas dalam upaya keperawatan untuk
meningkatkan mutu, kualitas kemudian kwantitas pelayanan pada bidang
kesehatan yang di lakukan secara komprehensif sesuai dengan standar
kesehatan yang di tetapkan. Manajemen keperawatan yang di lakukan di
berbagai rumah sakit masih belum optimal di laksanakan dengan kata lain
kurang terkoordinir dengan baik dalam menciptakan lingkungan yang
nyaman dan harmonis antara perawat dengan pasien dalam memberikan
pelayanan keperawatan dalam bentuk asuhan keperawatan (Damanaik, 2020)
Manajemen keperawatan adalah suatu proses atau kerangka kerja,
melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah
tujuan organisasional atau maksud yang nyata. Manajemen juga suatu ilmu
pengetahuan maupun seni. Seni merupakan suatu pengetahuan bagaimana
mencapai hasil yang diinginkan atau dalam kata lain seni merupakan keca
kapan yang diperoleh dari pengalaman, pengamatan dan pelajaran serta
kemampuan untuk menggunakan pengetahuan manajemen. Disimpulkan
manajemen suatu cara untuk menyelesaikan tugas atau tujuan secara
maksimal dengan cara bekerjasama dengan orang lain/staf lain untuk
mendapatkan hasil yang maksimal (Terry, 2017).
2.3 Peran dan Fungsi Manajemen Keperawatan
2.3.1 Peran Manajemen Keperawatan
Peran manajemen keperawatan menurut
2.3.1.1 Peran Interpersonal (Interpersonal Role)
Dalam peran interpersonal terdapat 3 peran pemimpin yang muncul
secara langsung dari otoritas formal yang dimiliki pemimpin dan
mencakup hubungan interpersonal dasar, yaitu :
a. Peran sebagai yang dituakan (Figure head Role)
Karena posisinya sebagai pemimpin suatu unit organisai,
pemimpin harus melaksanakan tugas-tagas seromonial seperti
menyambut tamu penting, menghindari pernikahan anak buahnya
atau menjamu makan siang pelanggan atau kolega. Kegiatan yang
terkait dengan interpersonal sering bersifat rutin tanpa adanya
komunikasi aaupun keputusan penting. Meskipun demikan, kegiatan
ini penting untuk memperlancar fungsi organisasi yang tidak dapat
diabaikan oleh seorang pemimpin.
b. Peran sebagai pemimpin (Leader Role)
Seorang pemimpin bertanggungjawab atas hasi kerja orang
orang dalam unit organisasi yang dipimpinnya. Kegiatan yang terkait
dengan itu berhubungan dengan kepemimpinan secara langsung dan
tidak langsung yang berkaitan dengan kepemimpinan secara
langsung antara lain menyangkut recrutmen dan trening bagi stafnya.
Otoritas formal memberi seorang pemimpin kekuasaan potensial
yang besar tetapi kepemimpinanlah yang menentukan seberapa jauh
potensi tersebut bias direalisasikan.
c. Peran sebagai penghubung (Liaison Role)
Literature manajemen selalu mengakui sebagai pemimpin
terutama aspek yang berkaitan dengan motivasi hanya baru- baru ini
saja membutuhkan konfirmasi dan verifikasi lebih lanjut. Pemimpin
menumbuhkan dan memelihara kontak tersebut biasanya dalam
rangka mencari informasi. Akibatnya, peran sebagai penghubung
sering secara khusus diperuntukkan bagi pengembangan system
informasi eksternalnya sendiri yang bersiat informal, privat, verbal,
tetapi efektif (Julianto,2014).
2.3.1.2 Peran Informasional (informational role)
Tiga peran pemimpin berikut ini mendeskripsikan aspek
informasional tersebut :
a. Peran sebagai monitor (Monitor Role)
Sebagai yang memonitor, seorang pemimpin secara terus- menerus
memonitor lingkunganna untuk memperoleh informasi, dia juga
sering kali harus mengintrogasi kontak serta anak buahnya. Perlu di
ingat, bahwa sebagaian informasi diperoleh pemimpin dalam
perannya sebagai monitor dating dalam bentuk verbal, berupa gosip,
kasus dan spekulasi yang masih membutuhkan konfimasi dan
verifikasi lanjut.
b. Peran sebagai disseminator (Disseminator Role)
Sebagaian besar informasi yang diperoleh pemimpin harus di
manfaat bersama (shering) dan di distribusikan kepada anak buah
yang membutuhkan.
c. Peran sebagai juru bicara (Spokesma Role)
Sebagai juru bicara seorang pemimpin mempunyai hak untuk
menyampaikan informasi yang dimilikinya keorang diluar unit
organisasinya (Julianto, 2014).
2.3.1.3 Peran Pengambilan Keputusan (Decisiona lRole)
Sesuai otoritas formalnya, hanya pemimpinlah yang dapat
menetapkan komitmen organisasinya ke arah yang baru dan sebagai
pusat syarat informasi, hanya dia yang memiliki informasi yang benar
dan menyeluruh dan bisa di pake untuk memutuskan strategi
organisasinya. Berkaitan dengan pemimpin sebagai pengambilan
keputusan terdapat empat peran pemimpin:
a. Peran sebagai wirausaha (Entrepreneur Role)
Dalam peran sebagai wirausaha, seorang pemimpin harus selalu
mencari ide-ide baru dan berupaya merapkan ide tersebut jika
dianggap baik bagi perkembangan organisasi yang dipimpinnya.
b. Peran sebagai pengendali gangguan (Disturbance Handler Role)
Peran sebagai penegendali gangguan memotren keharusan pemimpi
untuk merespon tekanan-tekanan yang dihadapi organisasinya tidak
ada organisasi yang berfungsi begitu mulus, begitu terstandarisasi,
yaitu telah memperhitungkan sejak awal semua situasi lingkungan
yang tidak kepastian. Gangguan timbul bukan saja pemimpin bodoh
mengabaikan situasi hingga situasi tersebut mencapai posisi kritis,
tetapi juga pemimpin yang baik tidak mungkin mengantisipasi
semua konsekuensi dari setiap tindakannya.
c. Peran sebagai pengalokasian sebagai sumber daya (Resource
AllocarorRole)
Pada diri pemimpinlah terletak tanggung jawab memutuskan siapa
yang menerima apa dalam unit organisasinya. Mungkin, sumber
daya terpenting yang dialokasikan seorang pemimpin adalah
waktunya. Pemimpin juga bertugas untuk mendesain struktur
organisasi, pola hubungan formal, pembagian kerja dan koordinasi
dalam unit yang dipimpinannya.
d. Peran sebagai negosiator (Negotiator Role)
Negosiasi merupakan bagian untegal dari tugas pemimpin,
karena hanya dia memiliki otoritas untuk bisa memberikan
komitmen sumber daya organisasi yang hanya di pusat saraf
informasi yang di butuhkan dalam negosiasi penting (Julianto,
2014).
2.3.2 Fungsi Manajemen Keperawatan
Menurut (Kholid, 2018), menyatakan fungsi manajemen
keperawatan, memudahkan perawat dalam menjalankan asuhan
keperawatan yang holistik sehingga seluruh kebutuhan klien dirumah
sakit terpenuhi.
Terdapat beberapa elemen dalam manajemen keperawatan
berdasarkan fungsinya yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), kepegawaian (staffing), pengarahan (directing) dan
pengendalian/evaluasi (controlling) menurut (Julianto, 2014).
2.3.2.1 Perencanaan (Planning)
Planning memutuskan seberapa luas akan dilakukan, bagaimana
melakukannya dan siapa yang melakukannya. Fungsi perencanaan
merupakan suatu penjabaran dari tujuan yang ingin dicapai,
perencanaan sangat penting untuk melakukan tindakan. Didalam
proses keperawatan perencanaan membantu perawat dalam
menentukan tindakan yang tepat bagi klien dan menjamin bahwa klien
akan menerima pelayanan keperawatan yang mereka butuhkan dan
sesuai dengan konsep dasar keperawatan.
Perencanaan disebut juga proses penyususnan program dan
kegiatan pelayanan keperawatan baik dalam rencana strategi maupun
rencana operasional atau rencana aksi (plan of action atau POA).
Perencanaan ini disusun berdasarkan hasil pengumpulan dan analisis
data, hasil kegiatan keperawatan dan sumber daya (manusia, fasilitas,
peralatan, standar procedure operasional, norma etik profesi, dan dana)
yang tepat dan memadai untuk mencapai tujuan pelayanan
keperawatan. (Laode et al., 2020)
a. Tujuan perencanaan
1) Untuk menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran
dantujuan.
2) Agar penggunaan personel dan fasilitas tersedia efektif.
3) Efektif dalam hal biaya.
4) Membantu menurunkan elemen perubahan, karena perencanaan
berdasarkan masa lalu dan akandatang
5) Dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk berubah.
b. Tahapan dalam perencanaan
a) Menetapkan tujuan.
b) Merumuskan keadaan sekarang.
c) Mengidentifikasi kemudahan dan hambatan.
d) Mengembangkan serangkaian kegiatan.
e) Jenis perencanaan :
1) Perencanaan Strategi
Perencanaan yang sifat jangka panjang yang ditetapkan
oleh pemimpin dan merupakan arahan umum suatu
organisasi. Digunakan untuk mendapatkan dan
mengembangkan pelayanan keperawatan yang diberikan
kepada pasien, juga digunakan untuk merevisi pelayanan
yang sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan masa kini.
2) Perencanaan operasional
Menguraikan aktivitas dan prosedur yang akan digunakan
serta menyusun jadwal waktu pencapaian tujuan,
menentukan siapa perawat yang bertanggung jawab untuk
seiap aktivitas dan prosedur serta menggambarkan cara
menyiapkan perawat dalam bekerja dan prosedur untuk
mengevaluasi perawatan pasien.
c. Manfaat perencanaan
1) Membantu proses manajemen dalam menyesuaikan diri
dengan perubahan-perubahan lingkungan.
2) Memungkinkan manajer memahami keseluruhan
gambaran operasi lebih jelas.
3) Membantu penetapan tanggung jawab lebih tepat.
4) Memberikan cara pemberian perintah yang tepat untuk
pelaksanaan.
5) Memudahkan koordinasi
6) Membuat tujuan lebih khusus, lebih terperinci dan lebiih mudah
dipahami
7) Meminimalkan pekerjaan yang tidak pasti
8) Menghemat waktu dan dana
d. Keuntungan perencanaan
1) Meningkatkan peluang sukses.
2) Membutuhkan pemikiran analitis.
3) Mengarahkan orang ketindakan.
4) Memodifikasi gaya manajemen.
5) Fleksibitas dalam pengambilan kputusan
6) Meningkatkan keterlibatan anggota
e. Kelemahan perencanaan
1) Kemungkinan pekerjaan yang tercakup dalam perencanaan
berlebihan pada konstribusi nyata.
2) Cenderung menunda kegiatan.
3) Terkadang kemungkinan membatasi inovasi dan inisiatif
4) Kadang-kadang hasil yang lebih baik didapatkan oleh
penyelesaian situasional individual dan penanganan suatu
masalah pada saat masalah itu terjadi.
5) Terdapat rencana yang diikuti oleh atau dengan rencana yang
tidak konsisten.
2.3.2.2 Pengoganisasian (Organizing)
Pengorganisasian suatu langkah untuk menetapkan,
mengelompokkan dan mengatur berbagai macam kegiatan, penetapan
tugas-tugas dan wewenang-wewenang seseorang, pendelegasian
wewenang dalam rangka mencapai tujuan.
Pengorganisasian didefinisikan juga sebagai pengelompokan
orang, alat, tugas, kewenangan dan tangguang jawab sehingga tercipta
suatu organisai yang dapat digerakan sebagai satu kesatuan dalam
rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Ada 3 aspek penting
dalam pengorganisasian yaitu pola sturktur organisasi, penataan
kegiatan, dan struktur kerja organisasi. Pengorganisasian memiliki
prinsip-prinsip antara lain: pembagian kerja, kesatuan komando,
rentang kendali, pendelegasian, dan koordinasi.(Agus et al., 2020)
Fungsi pengorganisasian merupakan alat untuk memadukan semua
kegiatan yang beraspek personil, finansial, material dan tata cara
dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
a. Manfaat pengorganisasian, akan dapat diketahui :
1) Pembagian tugas untuk perorangan dankelompok.
2) Hubungan organisatoris antara orang-orang didalam organisasi
tersebut melalui kegiatan yang dilakukannya.
3) Pendelegasian wewenang.
4) Pemanfaatan staf dan fasilitas fisik
b. Tahapan dalam pengorganisasian
1) Tujuan organisasi harus dipahami staf, tugas ini sudah tertuang
dalam fungsi manajemen
2) Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan pokok untuk
mencapai tujuan.
3) Menggolongkan kegiatan pokok ke dalam satuan-satuan
kegiatan yang praktis
4) Menetapkan berbagai kewajiban yang harus dilakukan oleh staf
dan menyediakan fasilitas yang diperlukan.
5) Penugasan personil yang tepat dalam melaksanakan tugas.
6) Mendelegasikan wewenang.
2.3.2.2 Kepegawaian (Staffing)
Staffing merupakan metodologi pengaturan staf, merupakan proses
yang teratur, sistematis, berdasarkan rasional diterapkan untuk
menentukan jumlah dan jenis personal suatu organisasi yang
dibutuhkan dalam situasi tertentu. Pengaturan ketenagaan pelayanan
keperawatan yakni proses penempatan orang-orang staffing yang tepat,
yakni pendaya gunaan tenaga keperawatan sesuai kompetensi dan
potensi pengembangan untuk terlaksananya pelayanan keperawatan
yang bermutu tinggi (Laode et al., 2020).
Fungsi staffing merupakan proses perekrutan, wawancara,
mengontrak, dan orientasi yang dilakukan kepada staf. Sistem
perekrutan staf tergantung pada kebutuhan sumber daya alam pada
suatu organisasi , kemudian jumlah tenaga perawat yang memadai
sesuai dengan ketentuan yang berlaku, gaji yang ditawarkan sesuai
upah regional yang ditawarkan, reputasi organisasi, daya tarik lokasi,
kemudian status kesejatraan dalam bidang ekonomi. Komponen yang
termasuk dalam fungsi staffing prinsip: rekruitmen, seleksi, orientasi
pegawai baru, penjadwalan tugas, dan klasifikasi pasien. Komponen
tersebut merupakan suatu proses yang mana nantinya berhubungan
dengan penjadwalan siklus waktu kerja bagi semua personel yang ada.
Terdapat beberapa langkah yang diambil untuk menentukan waktu
kerja dan istirahat pegawai, yaitu:
a. Menganalisa jadwal kerja dan rutinitas unit.
b. Memberikan waktu masuk dan libur pekerjaaan.
c. Memeriksa jadwal yang telahselesai.
d. Menjamin persetujuanjadwal yang dianjurkan dari
manajemen keperawatan.
e. Memasang jadwal untuk memberitahu anggota staf.
f. Memperbaiki dan memperbaharui jadwal tiap hari.
2.3.2.3 Pengarahan (Directing)
a. Pengertian Pengarahan
(Marquis, 2019) menyatakan pengarahan merupakan proses
penerapan rencana manajemen untuk menggerakkan anggota
kelonpok untuk mencapai tujuan melalui berbagai arahan.
Pengarahan suatu cara untuk mengerjakan dan memberikan
bimbingan agar dapat bekerja secara optimal dan melakukan
pembagian tugas sesuai dengan sumber daya yang tersedia
berdasarkan kemampuan dankeahliannya.
(Asmuji, 2018) menyatakan pengarahan merupakan hubungan
manusia dalam kepemimpinan yang mengikat para bawahan agar
bersedia mengerti dan menyumbangkan tenaganya secara
efektifserta efisien dalam pencapaian tujuan suatu organisasi. Di
dalam manajemen, pengarahan ini bersifat sangat kompleks karena
di samping menyangkut manusia juga, menyangkut berbagai
tingkah laku manusia yang berbeda-beda. Pengarahan pelayanan
kesehatan yakni proses pemberia petunjuk (pengaruh) secra
terstruktur kepada staf yang dipimpinnya untuk melaksanakan
tugas sesuai standar prosedur operasional pelayanan keperawatan
sehingga tercapai pelayanan keperawatan yang bermutu guna
mendukung tujuan organisasi sarana kesehatan. (Laode et al., 2020)
Pengarahan atau directing berfungsi sebagai suatu Tindakan
untuk mengusakan agar semua anggota kelompok berusaha
mencapai sasaran sesuai dengan perencanaan manajerial dan usaha-
usaha organisasi. Dengan demikian pengarahan berarti
mengarahkan orang-orang agar mau bekerja dengan sendirinyta
atau penuh kesadaran secara Bersama-sama untuk mencapai tujuan
yang dikehendaki secara efektif . dalam hal ini yang diperlukan
adalah kepemimpinan. Pengarahan tersebut adalah fungsi
menejemen yang berhubungan dengan cara menggerakan kerabat
kerja atau bawahan untuk bekerja dengan penuh kesadaran tanpa
paksaan. (Eva & Lasima, 2020)
b. Tujuan Pengarahan
(Asmuji, 2018) menyatakan terdapat empat tujuan dan fungsi
pengarahan, yaitu sebagai berikut:
1) Pengarahan bertujuan menciptakan kerja sama yang lebih
efisien. Pengarahan memungkinkan terjadinya komunikasi
antara atasan dan bawahan. Manajer keperawatan setingkat
kepala ruanganyang mampu menggerakkan dan mengarahkan
bawahannya akan memberikan kontribusi dalam meningkatkan
efisiensi kerja. Sebagai contoh, kegiatan supervisi tindakan
keperawatan akan dapat mengurangi atau meminimalisasi
kesalahan tindakan sehingga akan dapat meminimalisasi bahan,
alat atau waktu tindakan bila dibandingkan jika terjadi
kesalahan karena tidak ada supervisi.
2) Pengarahan bertujuan mengembangkan kemampuan dan
keterampilan staf. Banyak hal yang terkait dengan kegiatan
pengarahan di dalam ruang perawatan.Seperti halnya supervisi,
pendelegasian di dalam ruang perawatan akan dapat
memberikan peluang bagi yang diberikan delegasi untuk
mengerjakan tugas dan tanggung jawabnya secara otonomi.
3) Pengarahan bertujuan menumbuhkan rasa memiliki dan
menyukai pekerjaan. Perawat yang diarahkan jika salah, diberi
motivasi jika kinerja menurun dan diberi apresiasi atas hasil
kerja akan memberikan penguatan rasa memiliki dan menyukai
pekerjaanya.
4) Pengarahan bertujuan mengusahakan suasana lingkungan kerja
yang dapat meningkatkan motivasi dan prestasi kerja staf.
Pemimpin yang baik, pemimpin yang mampu menciptakan
lingkungan kerja yang kondusif dan menciptakan hubungan
interpersonal yang harmonis. Selain itu, kepemimpinan yang
adil merupakan kunci sukses dalam memberikan motivasi kerja
dan meningkatkan prestasi kerja perawat bawahan.
c. Unsur-unsur Pengarahan
Pengarahan atau juga disebut "penggerakan" merupakan upaya
memengaruhi bawahan agar melakukan sesuatu untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Guna mengarahkan atau
menggerakkan bawahan, ada beberapa unsur yang perlu di
dipahami dan diperhatikan bagi seorang manager keperawatan.
1) Kepemimpinan merupakan kemampuan memengaruhi
kelompok menuju pencapaian sasaran.
2) Motivasi hal yang menyebabkan, menyalurkan dan mendukung
perilaku manusia supaya mau bekerja giat dan antusias
mencapai hasil yang optimal.
3) Komunikasi merupakan unsur penting dalam menggerakkan
atau mengarahkan bawahan. Dalam organisasi pelayanan
keperawatan, dalam ada beberapa bentuk kegiatan pengarahan
yang didalamnya terdapat aplikasi komnuikasi, antara lain
sebagai berikut :
a) Operan
Merupakan suatu kegiatan komunikasi yang bertujuan
mengoperkan asuhan keperawatan kepada shift berikutnya.
b) Pre–Conference
Komunikasi ketua tim/penanggung jawab shift dengan
perawat pelaksana setelah selesai operan.
c) Post-Conference
Komunikasi ketua tim/perawat dengan perawat pelaksana
sebelum timbang terima mengakhiri dinas dilakukan.
d) Pendelegasian
Kegiatan melakukan pekerjaan melalui orang lain bertujuan
agar aktivitas organisasi tetap berjalan sesuai tujuan yang
telah ditetapkan.
e) Supervisi
Bentuk komunikasi yang bertujuan memastikan kegiatan
yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan dengan cara
melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan
tersebut
2.3.2.4 Pengendalian/Evaluasi (Controlling)
(Kholid, 2018) menyatakan controlling merupakan proses
pemeriksaan apakah segala sesuatu yang terjadi sesuai dengan rencana
yang telah disepakati, instruksi yang dikeluarkan, serta prinsip-prinsip
yang ditetapkan, yang bertujuan untuk menunjukkan kekurangan dan
kesalahan agar dapat diperbaikidan tidak terjadi lagi. Evaluasi
pelayanan keperawatan yakni proses penilaian pimpinan keperawatan
terhadap program dan kegiatan yang telah dilakukan secara teratur dan
terus menerus dibagian yang menjadi tangguang jawabnya. Penilaian
dilakukan secara objektif dan transparan sebagai upaya untuk
menemukan dan menentukan perbaikan terhadap kendala yang
dihadapi guna menjamin tercapainya tujuan pelayanan keperawatan
secara efektif dan efisien serta bermutu tinggi (Agus et al., 2020).
Tugas seorang manajerial dalam usaha menjalankan dan
mengembangkan fungsi pengawasan manajerial perlu memperhatikan
beberapa prinsip berikut:
a. Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staf dan hasilnya
mudah diukur.
b. Fungsi pengawasan merupakan kegiatan yang amat penting dalam
upaya mncapai tujuan organisasi.
c. Standar untuk kerja yang akan diawasi perlu dijelaskan kepada
semua staf, sehingga staf dapat lebih meningkatkan rasa tanggung
jawab dan komitmen terhadap kegiatan program.
d. Kontrol sebagai pengukuran dan koreksi kinerja untuk meyakinkan
bahwa sasaran dan kelengkapan rencana untuk mencapai tujuan
telah tersedia, serta alat untuk memperbaiki kinerja
2.4 Kepemimpinan dalam Manajemen
Kepemimpinan adalah kemampuan membuat seeseorang mengerjakan
apa yang tidak ingin mereka lakukan dan menyukainya (Truman dalam
Gillies, 1996) dalam (Praktik, n.d.) Kepemimpinan merupakan pengguanaan
keterampilan mempengaruhi orang lain untuk melaksanakan sesuatu dengan
sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya. Kepemimpinan adalah
serangkaian kegiatan untuk mempengaruhi anggota kelompok bergerak
menuju pencapaian tujuan yang di tertentu.
Kepemimpinan adalah sebuah hubungan dimana satu pihak memiliki
kemampuan yang lebih besar untuk mempengaruhi perilaku pihak lain yang di
dasarkan pada perbedaan kekuasaan antara pihak-pihak tersebut. Sedangkan
menurut Ngalim Purwanto kepemimpinan sebagai suatu bentuk persuasi,
suatu seni pembinaan kelompok orang-orang tertentu, biasanya melalui
‘human relations’ dan motivasi yang tepat, sehingga tanpa adamnya rasa takut
mereka mau bekerja sama dan membanting tulang memahami dan mencapai
segala apa yang menjadi tujuan-tujuan organisasi (Mugianti,n.d.).
Dari beberapa pengertian kemimpinan tersebut dapat kita ambil
kesimbulan bahwa ada kata kunci yang bias kita ambil dari pengertian diatas
yaitu kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain sebagai
pengikutnya. Rumusan komponen yang ada dalam kepemimpinan ada empat
aspek, yaitu : leader, pengikut, tujuan, situasi dan komunikasi(Mugianti, n.d.).
2.4.1 Syarat pemimpin
Pemimpim yang handal harus mempunyai syarat-syarat (karakterstik)
tertentu yang menunjukkan kecakapanya. Ada 3 syarat pemimpin yaitu:
2.4.1.1 Kekuasaan
Merupakan legalitas yang memberikan wewenang kepada
pemimpin untuk memimpin suatu kelompok
2.4.1.2 Kewibaan
Merupakan kelebihan, keunggulan yang dimiliki seseorang yang
membuat orang lain bersedia melakukan pembuatan tersebut.
2.4.1.3 Kemampuan
Merupakan segala kesanggupan, kecakapan yang dianggap
melebihi kemampuan anggota kelpmpok lainnya.
2.4.2 Peran pemimpin
2.4.2.1 Inter personal role
Peranan yang berkaitaan dengan hubungan antar pribadi
2.4.2.2 Information role
Peranan yang berhubungan dengan informasi, baik informasi
yang diterima maupun harus disampaikan
2.4.2.3 Decisional role
Peranan terkait dengan pembuatan keputusan
2.4.3 Asas-Asas Kepemimpinan
2.4.3.1 Asas kemanusiaan
Memperhatikan bawahan dan memandang bawahan sebagai
manusia
2.4.3.2 Asas efisiensi
Dengan sumber daya yang terbatas, pemimpin dapat
mengefisienkan untuk kepentingan kelompoknya
2.4.3.3 Asas kesejahteraan yang lebih merata
Pemimpin berusaha mengurangi kesenjangan dan konflik yang
dapat menganggu jalannya organisasi.
2.4.4 Fungsi Kepemimpinan
2.4.4.1 Memandu, menuntun, membimbing, memotivasi
2.4.4.2 Menjalin komunikasi yang baik
2.4.4.3 Mengorganisasi, mengawasi dan membawa organisasinya pada
tujuan yang telah ditetapkan.
2.4.5 Gaya Kepemimpinan
Gaya kepenimpinan merupakan cara seseorang memanfaatkan
kekuatan yang tersedia untukk memimpin orang lain. Setiap pemimpin
memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda, ada 3 faktor yang menjadi
kunci gaya keepemimpinan sesorang yang merupakan factor yang saling
melemngkapi dan mempengaruhi satu sam lainya yaitu: pemimpin itu
sendiri, orang yang dipimpin dan situasi. Berikut ini teori tersebut:
2.4.5.1 Teori bakat
Teori bakat dikenal dengan “great Man theory”. Teori bakat
muncul karena adanya keyakinan bahwa kemampuan
kepemimpinan hanya dimiliki oleh orang yang dilahirkan dengan
bakat tersebut.
2.4.5.2 Teori perilaku yang biasa digunakan kurt lewin(1960)
2.4.5.2.1 Otokratik
Pada gaya otokratik pemimpin melakukan kontrol
maksimal terhadap staf, membuat keputusan sendiri
dalam menentukan tujuan kelompok. Contoh: kepala
ruang menetapkan jadwal dinas, sanksi sesuai aturan,
tanpa mempertimbangkan alasan staf perawat yang
mengajukan ijin.
2.4.5.2.2 Demokratif
Pemimpin mengikut sertakan bahwa dalam proses
pengambilan keputusan. Lebih menekankan pada
hubungan interpasional dan kerja kelompok. Contoh:
kepala bidang keperawatan selalu meminta kepala
ruang memberikan masukan untuk sebuah perubahan
kebijakan.
2.4.5.2.3 Laissez Fair
Pemimpin memberikan kebebasan bertindak,
menyerahkan peranya sebagai pemimpin kepada
bawaan tanpa diberi petunjuk atau bimbingan serta
pengawasan. Contoh: kepala ruang tidak pernah mau
tau apa yang sedang terjadi diruangan, staf perawat
yang tidak disiplin tidak mendapat teguran yang
penting aman.
2.4.5.3 Teori Situasional
Pemimpin berubah dari satu gaya ke gaya lainya sesuai dengan
perubahan situasi yang terjadi.
2.4.6 Ciri-Ciri Pemimpin yang Efektif
Pemimpin perlu memahami karaterstik dirinya dan bawahanya agar
dalam menyelesaikan masalah pemimpin dapat mengambil keputusan
yang tepat. Karakteristik pemimpin yang efektif seperti berikut:
2.4.6.1 Menyusun tujuan dan mempunyai pandangan jauh kedepan
2.4.6.2 Mengembangkan diri
2.4.6.3 Berfikir kritis
2.4.6.4 Menyelesaikan masalah
2.4.6.5 Menghormati individu
2.4.6.6 Mendengarkan orang lain dan mempunyai keterampilan
berkomunikasi
2.5 Kegiatan Praktek dalam Manajemen Keperawatan
2.5.1 Rencana harian kepala ruangan isi rencana kepala ruangan:
2.5.1.1 Asuhan keperawatan
2.5.1.2 Supervisi katim dan perawat pelaksana
2.5.1.3 Supervisi tenaga selain tenaga perawat dan kerja sama dengan
unit lainya yang terkait
Supervisi merupakan bagian dari fungsi pengarahan dalam fungsi
manajemen, sebagai suatu cara efektif untuk mencapai tujuan
pelayanan disuatu tantangan rumah sakit termasuk tatanam pelayan
keperawatan. Supervisi adalah kegiatan yang terencana seorang
menejer yang dilakukan daalam bentuk bimbingan, pengarahan,
obsevasi, motifasi dan evaluasi pada stafnya dalam melaksanakan
kegiatan atau tugas sehari-hari dengan supervisi seorang manajer
keperawatan erupakan proses pemberian bantuan yang dibutuhkan
perawat agar mereka dapat menyelesaikan tugas dengan baik. Dengan
supervisi seorang manajer keperawatan dapat menemukan berbagai
kendala dalam melaksanakan asuhan keperawatan dan dapat
menghargai potensi setiap anggotanya (Nursalam,2017).
Dapat disimpulkan bahwa supervisi adalah kegiatan kegiatan
yang terencana seorang manajer melalui aktifitas bimbingan,
pengarahan, observasi, motivasi dan evaluasi pada stafnya dalam
melaksanakan kegiatan atau tugas sehari-hari. Supervisi terhadap
kinerja perawat pelaksana dalam pendokumentasian asuhan
keperawatan dapat dilakukan dengan memberikan bimbingan,
pengarahan, observasi dan pemberian morivasi serta evaluasi terhadap
pendokumentasian tiap- tiap tahap proses keperawatan. Kelengkapan
dan kesesuaian dengan standar merupakan variable yang harus
disupervisi (Nursalam,2017).
2.5.2 TujuanSupervisi
Kegiatan supervisi mengusahakan seoptimal mungkin kondisi
kerja yang kondusif dan nyaman yang mencakup lingkungan fisik,
atmosfir kerja, dan jumlah sumber-sumber yang dibutuhkan untuk
memudahkan pelaksanaan tugas. Tujuan supervisi adalah diarahkan
pada kegiatan untuk mengorientasikan staf dan pelaksana keperawatan,
melatih staf dan pelaksana keperawatan, memberikan arahan dalam
pelaksanaan kegiatan sebagai upaya untuk menimbulkan kesadaran dan
mengerti peran dan fungsinya sebagai staf, dan difokuskan kepada
pemberian pelayanan kemampuan staf dan pelaksana keperawatan
dalam memberikan asuhan keperawatan. Tujuan supervisi kinerja
perawat dalam pendokumentasian adalah meningkatkan ketrampilan
dalam pendokumentasian asuhan keperawatan. Hasil akhir yang dicapai
adalah meningkatnya kepuasan kerja perawat dan kualitas layanan
(Nursalam,2017).
2.6 Dasar Pertimbangan MPKP Menurut Nursalam (2017) yang dikutip dari
(Hani Tuasikal, 2020)
Dasar pertimbangan model metode asuhan keperawatan dapat meliputi :
1. Sesuai dengan visi dan misi institusi. Dasar utama penentuan model
pemberian asuhan keperawatan harus didasarkan pada visi dan misi rumah
sakit.
2. Dapat diterapkannya proses keperawatan dalam asuhan keperawatan. 97
Proses keperawatan merupakan unsur penting terhadap kesinambungan
asuhan keperawatan kepada pasien. Keberhasilan dalam asuhan
keperawatan sangat ditentukan oleh pendekatan proses keperawatan.
3. Efisien dan efektif dalam penggunaan biaya. Setiap suatu perubahan, harus
selalu mempertimbangkan biaya dan efektivitas dalam kelancaran
pelaksanaannya. Bagaimana pun baiknya suatu model, tanpa ditunjang oleh
biaya memadai, maka tidak akan didapat hasil yang sempurna.
4. Terpenuhinya kepuasan pasien, keluarga, dan masyarakat. Tujuan akhir
asuhan keperawatan adalah kepuasan pelanggan atau pasien terhadap
asuhan yang diberikan oleh perawat. Oleh karena itu, model yang baik
adalah model asuhan keperawatan yang dapat menunjang kepuasan
pelanggan.
5. Kepuasan dan kinerja perawat. Kelancaran pelaksanaan suatu model
sangat ditentukan oleh motiv asi dan kinerja perawat. Model yang dipilih
harus dapat meningkatkan kepuasan perawat, bukan justru menambah
beban kerja dan frustrasi dalam pelaksanaannya.
6. Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim kesehatan
lainnya. Komunikasi secara profesional sesuai dengan lingkup tanggung
jawab merupakan dasar pertimbangan penentuan model. Model asuhan
keperawatan diharapkan akan dapat meningkatkan hubungan interpersonal
yang baik antara perawat dan tenaga kesehatan lainnya.
2.7 Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP)
2.7.1 Perhitungan Ketenagaan
Didalam penerapan kebutuhan ketenagakerjaan harus diperhatikan
adanya faktor yang terkait beban kerja perawat, diantaranya seperti
berikut :
2.7.2 Jumlah klien yang dirawat/hari/bulan/tahun dalam suatu unit
2.7.3 Kondisi atau tingkat ketergantungan klien
2.7.4 Rata-rata hari perawatan klien
2.7.5 Pengukuran perawatan langsung dan tidak langsung
2.7.6 Frekuensi tindakan yang dibutuhkan
2.7.7 Rata-rata waktu keperawatan langsung dan tidak langsung
2.7.8 Pemberian cuti
Menurut (Suyanto, 2018) perhitungan tenaga kerja perawat perlu
diperhatikan hal-hal, sebagai berikut :
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan tenaga keperawatan.
a. Faktor klien, meliputi : tingkat kompleksitas perawat, kondisi
pasien sesuai dengan jenis penyakit dan usianya, jumlah pasien
dan fluktuasinya, keadaan sosial ekonomi dan harapan pasien
dankeluarga.
b. Faktor tenaga, meliputi : jumlah dan komposisi tenaga
keperawatan, kebijakan pengaturan dinas, uraian tugas perawat,
kebijakan personalia, tingkat pendidikan dan pengalaman kerja,
tenaga perawat spesialis dan sikap ethis professional.
c. Faktor lingkungan, meliputi : tipe dan lokasi rumah sakit,
lay out keperawatan, fasilitas dan jenis pelayanan yang
diberikan, kelengkapan peralatan medik atau diagnostik,
pelayanan penunjang dari instalasi lain dan macam kegiatan
yangdilaksanakan.
d. Faktor organisasi, meliputi : mutu pelayanan yang ditetapkan dan
kebijakan pembinaan danpengembangan.
2. Rumusan perhitungan tenagaperawat
a. Peraturan Men.Kes.R.I.No.262/Men.Kes./Per/VII/1979
menetapkan bahwa perbandingan jumlah tempat tidur rumah
sakit dibanding dengan jumlah perawat adalah sebagai berikut:
Hasil Worksop Perawatan oleh Dep.Kes RI di Ciloto Tahun
1971 menyebutkan bahwa :

Jumlah tempat tidur : Jumlah perawat = 3-4 tempat tidur : 2 perawat.

Jumlah tenaga keperawatan : pasien = 5 : 9 tiap shift.

b. Menggunakan sistem klasifikasi pasien berdasarkan perhitungan


kebutuhantenaga.
Klasifikasi Klien Berdasarkan Tingkat Ketergantungan Menurut
Douglas (1984, dalam Swansburg & Swansburg, 1999) membagi
klasifikasi klien berdasarkan tingkat ketergantungan klien dengan
menggunakan standar sebagai berikut :
1) Kategori I : self care/perawatan mandiri, memerlukan waktu 1-
2 jam/hari
a) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
b) Makanan dan minum dilakukan sendiri
c) Ambulasi dengan pengawasan
d) Observasi tanda-tanda vital setiap pergantian shift
e) Minimal dengan status psikologi stabil
f) Perawatan luka sederhana
2) Kategori II : Intermediate care/perawatan partial, memerlukan
waktu 3-4jam/hari
a) Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
b) Observasi tanda-tanda vital setiap 4jam
c) Ambulasi dibantu
d) Pengobatan dengan injeksi
e) Klien dengan kateter urin, pemasukan dan pengeluaran
dicatat
f) Klien dengan infus, dan klien dengan pleura pungsi.
3) Kategori III : Total care/Intensif care, memerlukan waktu 5-6
jam/hari
a) semua kebutuhan klien dibantu
b) perubahan posisi setiap 2 jam dengan bantuan
c) observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam
d) makan dan minum melalui selang lambung
e) pengobatan intravena “per drip”
f) dilakukan suction
g) gelisah /disorientasi
h) perawatan luka kompleks
DAFTAR PUSTAKA
Agus, S., Herlina, putri rusiana, Heni, I., & Muhammad, reza rahmanah. (2020).
Praktik Manajemen Keperawatan : Teori dan Aplikasi. Pantera
Publishing.

Angelia W. Keles (2016) JKMU vol 5, No 5

Astrid kartika (2020). JREMI Jurnal Rekam Medik Dan Informasi

Kesehatan 4 september

Asmuji. (2017). Manajemen Keperawatan. Arruz Media.

Cecep. (2019). Media Pembelajaran Manual dan Digital. Ghalia Indonesia.

iantoro, M., & Rizal, A. (2021). Tradisional literature review : kepatuhan mencuci
tangan perawat dengan kejadian infeksi nosokomial. Jurnal Keperawatan
Terapan, 2(3), 1837–1844.

Eva, K., & Lasima, rina efriana sinurat. (2020). Manajemen dan Strategi
Penyelesaian Pasalah alam Keperaatan (Cetakan Pe). Ahlimedika Book.

Ferlina Maringka (2019). Jurnal kesmas, Vol 8 N0, Juli

Grace, tedi tulak. (2020). Manajemen Keperawatan Bagi Pendidikan Vokasi


(Edisi pert). CV. KANAKA MEDIA.

Hani Tuasikal, S. E. (2020). Manajemen Keperawatan. Banten: Desanta


Muliavisitama.

Henderson. (2017). Buku Ajar Keperawatan Manajemen. EGC.

Julianto, M. (2014). Peran dan fungsi manajemen keperawatan dalam manajemen


Konflik. Fatmawati Hospital Journal, 1–7.
http://jurnal.fatmawatihospital.com/pdf/PerandanFungsiManajemenKepe
raw atandalamManajemenKonflik.pdf

Jukeshum. (2022). Penguatan Kinerja Perawat Melalui Pelatihan Pra Dan Pasca
Konferensi Di Rsu Full Bethesda Abstrak. 02(44), 102–106.

Kanang, S. W. Y., Syahrul, & Majid, A. (2020). Penerapan Model Asuhan


Keperawatan Profesional ( MAKP ). Media Karya Kesehatan, 3(1), 15–
26. http://jurnal.unpad.ac.id/mkk/article/view/19593/12370

Krisnanda Aditya Pradana, S. M. (2022). Literature Riview: Efektivitas Model


Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Terhadap Kinerja Pelayanan
Perawat . Journal Of Health, Vol 5 No 1. Maret 2022 (58 - 65).

Laode, K., Asbad, S., & Sartini, R. (2020). Manajemen kepertawatan. Media
Sains Indonesia.

Marquis. (2019). Promosi Kesehatan dengan Pendekatan Teori Perilaku, Media,


dan Aplikasinya dalam Praktisi Kesehatan. EGC.

Mugianti, S. (n.d.). Manajemen dan Kepemimpinan Dalam Praktek Keperawatan.


Nursalam. (2017). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik
Keperawatan

Profesional (4th ed.). SalembaMedika.

Permenkes. (2017). Standar Manajemen Keperawatan di Rumah Sakit. Praktik,


A. (n.d.). ManajemenKeperawatan.

Suyanto. (2018). Perhitungan Ketenaga Kerjaan Perawat. Andi Yogyakarta.


Terry, G. (2017). Prinsip-Prinsip Manajemen. PT Alumni.

Anda mungkin juga menyukai