Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN KELOMPOK

MENGANALISIS KASUS TERKAIT FUNGSI PLANNING

Oleh:
Kelompok I

1. Elza Pratiwi NH0116044


2. Erlia Cici NH0116045
3. Ernawati NH0116046
4. Erniwati NH0116047

CI Institusi

(Fitri A. Sabil, S.Kep.,Ns.,M.Kep)


NIDN :

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2020

i
DAFTAR ISI
SAMPUL..........................................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Tujuan...................................................................................................2
C. Manfaat.................................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Konsep Manajemen Keperawatan........................................................3


B. Fungsi Manajemen................................................................................4
C. Kepemimpinan......................................................................................9
D. Model Asuhan Keperawatan Proffesional............................................13
E. Perhitungan Ketenagaan.......................................................................17
F. Metode Penugasan................................................................................20
G. Pelaksanaan Timbang Terima , Ronde Keperawatan, Pre Dan Post
Conference............................................................................................21

BAB III PENGKAJIAN DAN ANALISA KEPERAWATAN

A. Pengkajian.............................................................................................27
B. Analisa kasus........................................................................................27
C. Masalah.................................................................................................27

Bab IV ALTERNATIF PENYELESAIAN MASALAH

A. Prioritas Masalah..................................................................................28
B. Hasil Pembobotan Prioritas Masalah....................................................28
C. Alternatif Penyelesaian Masalah..........................................................29
D. Planning Of Action (POA)...................................................................30

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................31

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Globalisasi memberikan dampak positif bagi setiap profesi kesehatan untuk
selalu berupaya meningkatkan kinerja dalam berkontribusi pada pemenuhan
kebutuhan kesehatan masyarakat. Dampak dari globalisasi terhadap sistem
pelayanan kesehatan akan positif apabila diarahkan pada terciptanya pelayanan
kesehatan yang bermutu, tersedia merata diseluruh pelosok tanah air dan dengan
harga yang terjangkau oleh masyarakat Indonesia (Zulkarnain, 2017).
Tenaga profesional kesehatan dalam suatu rumah sakit termasuk didalamnya
tenaga keperawatan dituntut untuk memberikan pelayanan kesehatan yang
berkualitas. Pelayanan kesehatan yang berkualitas hanya dapat diwujudkan
dengan pemberian layanan kesehatan yang profesional, demikian juga dengan
pemberian asuhan keperawatan harus dilaksanakan dengan praktik keperawatan
yang professional, salah satu model pelayanan kesehatan yang professional yaitu
dengan menerapkan model asuhan keperawatan professional (Zulkarnain, 2017).
Seorang leader memiliki kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok menuju
pencapaian tujuan yang ditetapkan. Pemimpin dibutuhkan sebagai leader yang
bertanggung jawab terhadap efektifitasnya sebuah organisasi, mampu menjalankan
manajemen strategis yang efektif dengan pemikiran dan perencanaan yang strategis,
sehingga menginspirasi dan memotivasi serta dapat meningkatkan integritas organisasi.
Keberhasilan dalam melaksanakan suatu ide sangat tergantung pada perencanaan dan
kualitas kemampuan kerja antara pengembang ide kreatif dan pelaksanaan dalam
tindakan nyata (Wulandari, 2019).
Suatu pelayanan kesehatan dikatakan bermutu apabila mampu menimbulkan
kepuasan bagi pasien yang dilayaninya. Kepuasan pasien tidak hanya dilihat dari
bagaimana sarana dan prasarana yang tersedia pada pelayanan kesehatan namun juga
melihat bagaimana perawat melayani pasien dengan baik sesuai dengan kompetensinya,
kemudian cara berkomunikasi serta ramah kepada semua pasien tanpa memandang

1
status pasien (Sesrianty et al., 2019). Mutu pelayanan keperawatan sangat
mempengaruhi kualitas pelayanan kesehatan, bahkan menjadi salah satu faktor
penentu citra institusi pelayanan kesehatan seperti rumah sakit (Zulkarnain,
2017).
B. TUJUAN
1. Untuk Mengetahui Konsep Manajemen Keperawatan.
2. Untuk Mengetahui Fungsi Manajemen
3. Untuk Mengetahui Kepemimpinan
4. Untuk Mengetahui Model Asuhan Keperawatan Profesional
5. Untuk Mengetahui Perhitungan Ketenagaan
6. Untuk Mengetahui Metode Penugasan
7. Untuk Mengetahui Pelaksanaan Timbang Terima, Ronde Keperawatan, Pre
Dan Post Conference
8. Untuk Mengetahui Pengkajian dan Analisa Keperawatan
9. Untuk Mengetahui Alternatif Penyelesaian Masalah.
C. MANFAAT
1. Maanfaat institusi
Dengan hasil Laporan kelompok ini diharapkan bermanfaat bagi
STIKES Nani Hasanuddin selaku tempat bagi kami menimbah ilmu dan juga
dapat menjadi masukan bagi mahasiswa.
2. Manfaat ilmiah
Hasil Laporan kelompok ini diharapkan dapat memperkaya dan
menambah ilmu pengetahuan yang juga sebagai satu referensi.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP MANAJEMEN KEPERAWATAN


Manajemen secara etimologis adalah seni melaksanakan dan mengatur.
Pengertian manajemen juga dipandang sebagai disiplin ilmu yang mengajarkan
proses mendapatakan tujuan organisasi dalam upaya bersama dengan sejumlah
orang atau sumber milik organisasi (Bakri, 2017)
Manageman diartikan sebagai the act ort of managing conduct, direction and
control (sebagai tindakan atau seni pengurusan,pengaturan,pengarahan dan
pengawasan). Yaitu suatu ilmu atau seni untuk mengelola sumber daya atau
resource secara efektif dan efesien dengan menggunakan orang lain di dalam
mencapai tujuan orrganisasi, yaitu di sesuaikan dengan fungsi-fungsi managemen
(Sudarta et al., 2019).
Keperawatan berdasarkan hasil lokakarya keperawatan nasional tahun 1983
adalah suatu bentuk layanan kesehatan professional yang merupakan bagian
integral dari layanan kesehatan berbaris ilmu dan kiat keperawatan, yang
berbentuk bio-psikososial-spiritual komprehentif yang ditujukan bagi indivu,
keluarga. Kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun sakit, yang mencakup
keseluruhan proses kehidupan manusia (Bakri, 2017).
Jadi, Manajemen keperawatan adalah sebuah upaya untuk mengefektifkan
kinerja tim pemberi pelayanan asuhan keperawatan agar dapat bekerja secara
optimal untuk membantu mengetasi masalah pasien atau klien sehingga biaya yang
mereka keluarkan terbayarkan olek expectasi dan pelayanan yang mereka
dapatkan (Sudarta et al., 2019)
Manajemen keperawatan menurut Nursalam merupakan suatu proses bekerja
melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara
profesional. Pelaku manajemen keperawatan atau manajer keperawatan diharapkan
mampu merencana, mengorganisir, memimpin, dan mengevaluasi sarana dan

3
prasarana yang tersedia untuk dapat memberikan asuhan keperawatan yang efektif
dan efisien bagi individu, keluarga, dan masyarakat (Bakri, 2017).
B. FUNGSI MANAJEMEN
Ada beberapa ahli menjambarkan atau mengklafikasikan fungsi managemen,
dalam buku (Sudarta et al., 2019) di antaranya;
1. Henry fayol ;5 fungsi manajemen, yaitu : Planning, organization, command,
coordination, dan control
2. Luther Gullick (modifkasi konsep H.Fayol) :7 aktvitas manajemen, yaitu :
Planning, organizing, staffing Directing, coordinating, Rporting, dan
Budgeting
3. Marquis & Huaton ; planning, organizing, staffing, directing, dan
controlling
4. J. Terry ;POAC (planning. Organizing , Actuiting dan Controlling)
Fungsi manajemen adalah mencapai target organisasi dengan mengatur atau
mengelola SDM. Melalui proses pengaturan dan pengelolaan tersebut, kemudia
dapat dijabarkan fungsi manajemen yakni perencanaa, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan pengawasan (Bakri, 2017).
1. Perencanaan
Proses perencanaan merupakan fase terpenting dalam manajemen, karna
melalui proses perencanaan dapat diketahui peran dan fungsi dari sumber
daya sebuah organisasi. Jika tidak ada proses perencanaan maka tahap-tahap
manajemen yang lain tidak dapat dilalui dengan optimal. Melalui proses
perencanaan, seorang manajer mampu mengetahui program dan kegiatan apa
saja yang akan dijalankan SDMnya serta tujuan apa yang hendak dicapai
bersama. Selain itu dengaqn adanya perencanaan diawal proses manajemen,
seorang manajer jug dapat mengetahui kuantitas SDM yang dibutuhkan serta
kualitas yang dikualifikasikan untuk menjalankan rencana rencana pada
proses pelaksanaan nantinya.

4
a. Tahapan Perencanaan
Perencanaan akan dimulai dari sebuah gagasan atau ide untuk
dikembangkan serta kolektif bersama para pemengang kepentingan
disebuah organisasi sebagai sebuah proses Kuntoro (2010:12)
menyebutkan, tentu perencanaan memiliki langkah-langkah yang harus
dilakukan, yaitu :
1) Menganalisa kondisi organisasi, perencanaan berfungsi untuk
mengumpulkan informasi/data dan fakta mengenai organisasi,
sehingga seorang manajer bisa menganalisa kondisi organisasi.
2) Mengidentifikasi masalah untuk menetapkan rencana prioritas,
setelah menganalisa kondisi organisasi maka akan ditemukan
beberapa kendala atau permasalahan, ya, memang setiap organisasi
masalah yang harus diselesaiakan. Perencanaan berguna untuk
mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang ada, untuk
dievaluasi dan menjadi pertimbangan langkah-langkah prioritas yang
harus dijalankan dikemudian hari.
3) Merumuskan program-program dan tujuanya, pekerjaan-pekerjaan
yang menjadi prioritas kemudian dibuatkan program kerjanya dan
sekaligus menetapkan tujuan dari setiap program agar tujuan utama
organisasi bisa dicapai.
4) Mengkaji berbagai kemungkinan hambatan, tidak berenti pada
menetukan program kerjanya saja tetapi setiap program kerja harus
dikaji tentang bagaimana risiko dan hambatan yang akan ditemukan
pada saat proses pelaksanaanya. Hambatan-hambatan yang dialami
bisa berupa hambatan teknis dan human error.
5) Menyusun rencana kerja, untuk melaksanakan program kerja yang
telah direncanakkan, kemudian disusunlah rencana kerja sebagai
acuan pada tahap pelaksanaanya.

5
b. Manfaat Proses Perencanaan
Dengan adanya tahapan perencanaan, maka manajer dapat mengetahui :
1) Tujuan organisasi dan proses pencapaiannya
2) Struktur organisasi yang dibutuhkan
3) Jumlah SDM/staf yang diperlukan
4) Program kerja yang dijalankan
5) Standar pengawasan yang dibutuhkan
6) Rencana prioritas yang ingin dicapai
7) Alat ukur untuk mengetahui keberhasilan sebuah program kerja
(Bakri, 2017)
2. Pengorganisasian
Fungsi pengorganisasian bisa juga disebut sebagai pengelompokan
sumber daya yang tersedia pada suatu organisasi agar enjadi satu padu untuk
mencapai efektivitas pekerjaan. Melalui fungsi pengorganisasian sumber
daya yang dimiliki suatu organisasi, baik SDM maupun sumber daya non
manusia, diatur dan dilakukan secara efisien untuk mencapai tujuan
organisasi. Lebih jelas Kuntoro (2010:12) menyebut pengorganisasian
diartikan sebagai suatu langkah untuk menetapkan berbagai macam kegiatan,
penetapan tugas dan wewenang seseorang, dan pendelegasian wewenang
untuk mencapai tujuan.
a. Tahapan Pengorganisasian
1) Manajer dan semua SDM/ staf mengetahui tujuan organisasi yang
tertuang pada fungsi perencanaan
2) Mendelegasikan setiap tugas kepada seluruh SDM/staf dalam
kegiatan-kegiatan pokok
3) Mengidentifikasi kegiatan-kegiatan pokok yang menjadi tugas utama
SDM/staf agar menjadi kegiatan yang terkendali dan terpadu

6
4) Menentukan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh para SDM/staf
sekaligus menyediakan fasilitas yang diperlukan
5) Melakukan seleksi SDM/staf yang dinilai cakap dan mampu
melaksanakan tugas
6) Mendelegasikan wewenang kepada SDM/staf yang sudah ditunjuk.
b. Manfaat Pengorganisasian
Dengan melakukan fungsi pengorganisasian, manajer dapat mengetahui :
1) Pembagian tugas dan tanggung jawab setiap SDM/staf
2) Pemanfaatan fasilitas orgganisasi
3) Pendelegasian wewenang pada staf
4) Hubungan antara unit kerja/kelompok satu dengan kelompok lainya
(Bakri, 2017)
3. Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan fungsi selanjutnya setelah rencana kerja
dituangkan kedalam bentuk program-program kerja untuk diaktualisasikan
atau dilaksanakan. Fungsi pelaksanaan menuntut keahlian seseorang manajer
untuk mengarahkan dan mengerakkan sumber daya yang ada guna mencapai
tujuan. Hal pokok lainya dalam fungsi perencanaan adalah kesiapan SDM,
peeran pimpinan, motivasi kepada staf dan kerjasama serta komunikasi antar
staf. Yang menjadi hambatan utama fungsi pelaksanaan adalah kegagalan
manajer dalam menciptakan motivasi bagi staf. Sebagai contoh, manajer
gagal memahami krakter dan sifat antar staf, sehingga tidak tercipta
komunikasi dan hubungan yang baik. Lalu apa tujuan fungsi perencanaan
menurut (Bakri, 2017) :
a. Membuat organisasi berkembang lebih dinamis
b. Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan
c. Menciptkan kerjasama yang efisien
d. Mengembangkan kemampuan dan keterampilan staf

7
e. Mengetahui upaya-upaya untuk menciptakan motivasi dan prestasi kerja.

4. Pengendalian/Pengawasan
Pengendalian atau pengawasan berkaitan dengan fungsi perencanaan.
Melalui fumgsi ini manajer dapat mengendalikan sekaligus mengawasi
sejauh mana perkembangan segala aktivitas SDM apakah masih sesuai
dengan perencanaan awal atau ada kendala sehingga perlu adanya evaluasi.
a. Tahapan Pengawasan
1) Mengukur hasil atau prestasi yang dicapai SDM/staf
2) Membandingkan perolehan hasil yang telah tercapai dengan tolak
ukur/rencana awal yag telah dirancang
3) Mengevaluasi hasil kinerja SDM, jika ditemukan adanya
penyimpangan dari tujuan yang ingin dicapai segera dicari
penyebabnya dan mencari langkah-langkah untuk mengatasi.
b. Objek Pengawasan
Gilles (1994) dalam (Maria H.Bakri, SKM., 2017) menuliskan,
terdapat 5 jenis objek pengawasan, yaitu :
1) Objek fisik, yakni meliputi kuantitas dan kuallitas baeng atau jasa
2) Finanslal
3) Pelaksanaan program kerja dilapangan
4) Pelaksanaan kerjasama dengan pihak kedua
5) Dan hal lain yang bersifat strategis bagi organisasi
c. Manfaat Pengawasan
Melalui fungsi pengawasan, organisasi dapat mendapatkan manfaat
sebagai berikut menurut (Maria H.Bakri, SKM., 2017) adalah:
1) Mengetahui apakah suatu kegiatan atau program kerja sudah
dilaksanakan sesuai standar prosedur operasional (SPO) yang
ditetapkan saat proses perencanaan

8
2) Mengetahui adanya penyimpanan atau ketidaksesuain staf-staf dalam
melaksanakan tugas-tugas yang mereka emban
3) Memberikan pengetahuan dan pelatihan agar keterampilan staf
berkembang
4) Mengetahui apakah sumber daya serta fasilitas yang ada sudah
mencukupi untuk kebutuhan pendelegasian tugas kepada para staf
5) Mengetahui penyebab terjadinya ketidaksesuaian target atau hasil
kerja diperoleh
6) Mengetahui SDM atau staf yang perlu diberikan penghargaan atau
mendapat promosi ketingkatan/level organisasi kerja yang lebih
tinggi (Bakri, 2017).
C. KEPEMIMPINAN
1. Pengertian kepemimpinan
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi sebuah
kelompok untuk mencapai suatu visi atau serangkaian tujuan tertentu yang
ditetapkan (Putra, 2017).
Beberapa ahli dibidang manajemen memiliki pandangan masing-
masing pengertisn kepemimpinan, antara lain :
a. Harsey, Blanchard dan Jonson, kepemimpinan adalah proses
mempengaruhi aktivitas individu atau kelompok dalam upaya mencapai
tujuan pada suatu situasi.
b. Hasibun, sedikit berbeda dengan Harsey dkk Hasibun menjelaskan bahwa
kepemimpinan merupakan cara seseorang pemimpin mempengaruhi
perilaku bahwasanya sehingga mampu bekerja sama dan mampu bekerja
secara produktif agar tujuan organisasi tercapai
c. Robbin, berpendapat bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan
mempengaruhi kelompok agar mencapai sasaran yang menjadi tujuan

9
d. Stoner, kepemimpinan adalah suatu proses pengarahan stoner,
menambahkan bahwa dalam proses pengerahan tersebut terjadi pemberian
pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari sekelompok anggota yang tugasnya
berkaitan.
e. Talbott,menyatakan bahwa kepemimpinan adalah bumbu vital yang
mengubah sekelompok orang menjadi suatu organisasi yang berfungsi
dan berguna (Bakri, 2017).
2. Sifat-sifat Kepemimpinan
Sifat-sifat kepemimpinan yang dimiliki seseorang dianggap sebagai
pembawaan sejak lahir dan bukan karena dibuat. Namun demikian banyak
keterbatasan mengenai pendekatan teori kesifatan ini sebagai contohnya
banyak tokoh (pemimpin) dunia yang memiliki sifat kepemimpinan yang
berbeda-beda bukan hanya karena pembawaan sejak lahir. Para pemimpin
tersebut dapat disimpulkan meskipun terdapat sifat kepemimpinan yang
memang sudah ada sejak lahir pada setiap pemimpin tidak semuanya bersifat
absolute esensial, artinya sifat kepemimpinan biar dibentuk bahkan
dikembngkan.
Edwin Ghisella (1971) dalam Handoko (1999) dalam (Bakri, 2017)
adalah berpendapat bahwa seorang manajer bisa menjadi pemimpin yang
efektif apabila dapat membangun sifat-sifat berikut :
a. Mempunyai kemampuan dalam pengawasan (supervisiory ability) atas
pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen khususnya dalam pengarahan dan
pengawasan terhadap pekerjaan bawahan.
b. Mengerti kebutuhan prestasi dalam pekerjaan. Pemimpin yang efektif
bertanggung jawab terhadap peekerjaannya dan mempunyai keinginan
untuk maju dan sukses
c. Mempunyai kecerdasan, pemimimpin yang efektif harus mampu
merumuskan dan membuat kebijakan dengan daya piker yang kreatif

10
d. Mempunyasi ketegasan (decisiveness), ketegasan adalah kemampuan
dalam membuat keputusan dan memecahkan masalah secara cakap dan
tepat
e. Mempunyai kepercayaan diri, kepercayaan diri adalah kunci seorang
pemimpin dalam memandang dirinya untuk menghadapi masalah
f. Mempunyai insiatif, artinya seorang pemimpin harus mampu bertindak
secara mandiri, mampu mengembangkan berbagaoi kegiatan dengan cara-
cara yang baru dan inovatif.
3. Gaya-gaya Kepemimpinan
Gaya dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai sikap,cara atau
bentuk. Dalam konteks kepemimpinan gaya, menjadi hal yang diperlukan
seorang pemimpin untuk memahami kondisi tertenyu, utamanya mengenai
kepemimpinn. Gillies (1994) mengungkapkan bahwa gaya kepemimpinan
dapat didentifikasi menurut perilaku individu yang menjadi pemimpin. Itulah
sebabnya, karakter sesorang dapat mempengaruhi gaya memimpin pada
sebuah organisasi. Menurut Ronald Lippith (2011) dalam (Bakri, 2017)
adalah: terdapat 3 gaya kepemimpinan, sebagai berikut:
a. Gaya Kepempinan Otoriter
Merupakan gaya kepemmimpinan yang terpusat pada pemimpin. Cirinya
antara lain kewenangan dan keputusan yang mutlak yang dipengang
pemimpin. Gaya ini dapat diterapkan secara efektif pada tahap awal
berperasinya suatu organisasi atau ketika konflik/koontroversi. Ciri yang
lain menurut (Bakri, 2017) adalah:
1) Wewenang sepenuhnya berada ditangan pemimpin
2) Segala bentuk keputusan ditentukan oleh pemimmpin
3) Kebijakajan organisasi/perusahaan diputuskan oleh pemimpin
4) Komunikasi berlangsung satu arah, dari pimpinan kepada bawahan

11
5) Sikap tingkah laku kegiatan bawahan diawasi secara ketat oleh
pimpinan
6) Bawaan tidak memiliki kesempatan untuk memberikan saran dan
pertimbangan
7) Tugas-tugas bawahan diberikan melalui intruksi searah
8) Lebih sering memberi kritik daripada pujiaan
9) Pimpinan menuntut prestasi kerja pada bawahan
10) Pimpinan menghendaki komitmen dan kesetiaan
11) Cenderung kasar dalam bersikap
12) Tanggung jawab keberhasilan organisasi berada ditangan pimpinan.
b. Gaya Kepemimpinan Demokratis
Pemimpin dengan gaya kepemimpinan demokratis memiliki
kemampuan dalam mempengaruhi orang lain untuk bersedia bekerja sama
mewujukan tujuan organisasi. Rencana kerja dan berbagai kegiatan
organisasi diputuskan bersama antara pimpinan dan bawahan. Gaya
kepemimpinan demokratis memiliki ciri menurut (Bakri, 2017) adalah:
1) Wewnang sepenuhnya tidak berada ditangan pemimpinan
2) Segala bentuk keputusan ditentukan melalui diskusi dan musyawarah
3) Kebijakan organisasi/perusahaan bersama dengan SDM
4) Komunikasi berlangsung dua arah atau timbal balik
5) Sikap, tingkah lau, kegiatan bawahan diawasi secara wajar oleh
pimpinan.
6) Bawahan diberi kesempatan untuk memberikan saran dan
pertimbangan
7) Tugas-tugas bawahan diberikan melalui rapat/musyawarah bersama
8) Pujian dan kritik diberikan sewajarnya dan seimbang
9) Pimpinan menuntut prestasi kerja kepada bawahan berdasarkan
kepasitas bawahan

12
10) Pimpinan menghndaki komitmen dan kesetiaan dengan wajar
11) Keberhasilan organisasi menjadi tanggung jawab bersama
12)
c. Gaya Kepemimpinan Liberal
Merupakan gaya kepemimpinan yang cenderung memberi kebebasan
pada bawahan. Mempunyai ciri seorang pimpinan yang membebaskan
bawahanya dalam melakukan tugas hamper tampa pengarahan/bimbingan
terhadap bawahan. Ciri dari gaya kepemimpinan ini menurut (Bakri,
2017) adalah:
1) Pemimpin cenderung melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada
bawahanya
2) Keputusan kerja/organisasi lebih banyak disusun oleh bawahan
3) Kebijakan-kebijakan organisasi juga bbanyak ditentukan oleh
bawahan
4) Tidak ada pengawasan atas kinerja bawahan
5) Prakarsa dan ide kerja mayoritas muncul dari inisiatif bawahan
6) Peranan pemimpin sangat minim dalam pekerjaan kelompok
7) Kepentingan pribadi lebih terlihat menonjol daripda keppentingan
kelompok
8) Tsnggung jawab atas keberhasilan organisasi berada tangan
perorangan
D. MODEL ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL
1. Pengertian Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan
praktek keperawatan langsung pada klien diberbagai tatanan pelayanan
kesehatan yang pelaksanaannya berdasarkan kaidh profesi keperawatan dan
merupakan inti praktek keperawatan (Ali,2009) dalam (Putra, 2017). Proses
keperawatan adalah suatu metode yang sistematis dan ilmiah yang

13
digunakan perawat untuk memenuhi kebutuhan klien dalam mencapai atau
memepertahankan keadaan biologis, psikologis, sosial dan spiritual yang
optima, melalui tahap pengkajian, identifikasi diagnosis keperawatan,
penentuan rencana keperawatan, serta evaluasi tindakan keperawatan (Putra,
2017).
2. Tujuan Proses Keperawatan
Menurut Asmadi (2008) dalam buku (Putra, 2017), proses
keperawatan merupakan suatu upaya pemecahan masalah yang bertujuan
utamanya adalah membantu perawat menangani klien secara konprehensif
dengan dilandasi alasan ilmiah, keterampilan teknis, dan keterampilan
interpersonal. Penerapan proses keperawatan ini tidak hanya ditujukan untuk
kepentingan klien, tetapi juga profesi keperawatan itu sendiri.
Tujuan penerapan proses keperawatan bagi klien, antara lain :
a. Mempertahankan kesehatan klien.
b. Mencegah sakit yang lebih parah/penyebaran penyakit/komplikasi
akibat penyakit.
c. Membantu pemulihan kondisi klien setelah sakit.
d. Mengembalikan fungsi maksimal tubuh.
e. Membantu klien terminal meninggal dengan tenang.
Tujuan penerapan proses keperawatan bagi profesionalitas keperawatan,
antara lain :
a. Mempraktikkan metode pemecahan masalah dalam praktik
keperawatan.
b. Menggunakan standar praktik keperawatan.
c. Mempeoleh metode yang baku, rasional, dan sistematis.
d. Memperoleh hasil asuhan keperawatan dengan efektifitas yang tinggi.
3. Sifat_Sifat Proses Keperawatan

14
Proses keperawatan memiliki beberapa sifat yang membedakannya
dengan metode lain. Sifat pertama adalah dinamis, artinya setiap langkah
dalam proses keperawatan dapat kita perbarui jika situasi yang kita hadapi
berubah. Sifat kedua adalah siklus, artinya proses keperawatan berjalan
menurut alur (siklus) tertentu: pengkajian, penetapan diagnosis,
perencanaan, implementasi dan evaluasi. Sifat ketiga adalah saling
ketergantungan, artinya masing-masing tahapan pada proses keperawatan
saling bergantung satu sama lain. Sifat terakhir adalah fleksibilitas, artinya
urutan pelaksanaan proses keperawatan dapat berubah sewaktu-waktu,sesuai
dengan situasi dan kondisi klien (Asmadi, 2008) dalam buku (Putra, 2017).
Komponen Proses Keperawatan menurut (Putra, 2017)
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Disini,
semua data-data dikumpulkan secara sistematis guna menentukan status
kesehatan klien saat ini. Pengkajian harus dilakukan secara
komprehensif terkait dengan aspek biologis, psikologis, sosial maupun
spiritual klien. Tujuan pengkajian adalah untuk mengumpulkan
informasi dan membuat data dasar klien. Metode utama yang dapat
digunakan dalam pengumpulan data adalah wawancara, observasi, dan
pemeriksaan fisik serta diagnostik
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan respon
aktual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan yang perawat
mempunyai izin dan berkompeten untuk mengatasinya. Respon aktual
dan potensial klien didapatkan dari data dasar pengkajian, tinjauan
literatur yang berkaitan, catatan medis klien masa lalu, dan konsultasi
dengan profesional lain, yang semuanya dikumpulkan selama
pengkajian (Potter & Perry, 2005).

15
c. Perencanaan
Tahap perencanaan memberikan kesempatan kepada perawat, klien,
keluarga dan orang terdekat klien untuk merumuskan rencana tindakan
keperawatan guna mengatasi masalah yang dialami klien. Perencanaan
ini merupakan suatu petunjuk tertulis yang mengambarkan secara tepat
rencana tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap klien sesuai
dengan kebutuhannya berdasarkan diagnosis keperawatan. Tahap
perencanaan dapat disebut sebagai inti atau pokok dari proses
keperawatan sebab perencanaan merupakan keputusan awal yang
memberikan arah bagi tujuan yang ingin dicapai , hal yang akan
dilakukan, termasuk bagaimana, kapan, dan siapa yang akan melakukan
tindakan keperawatan. Karenanya, dalam menyusun rencana tindakan
keperawatan untuk klien, keluarga dan orang terdekat perlu dilibatkan
secara maksimal (Asmadi, 2008).
d. Implementasi
Implementasi yang merupakan komponen dari proses keperawatan
adalah katagori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari
asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan. Dalam teori,
implementasi dari rencana asuhan keperawatan mengikuti komponen
perencanaan dari proses keperawatan. Namun demikian, di banyak
lingkungan perawatan kesehatan, implementasi mungkin dimulai secara
langsung setelah pengkajian (Potter & Perry, 2005).
e. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang
teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahapan
perencanaan. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan dengan
melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Jika hasil evaluasi

16
menunjukkan tercapainya tujuan dan kriteria hasil, klien bisa keluar dari
siklus proses keperawatan. Jika sebaliknya, klien akan masuk kembali
ke dalam siklus tersebut mulai dari pengkajian ulang (reassessment).
Secara umum, evaluasi ditunjukan untuk :
1) Melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan.
2) Menentukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum.
3) Mengkaji penyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum tercapai.
4. Peran Dan Fungsi Perawat Profesional
Peran dan fungsi perawatan profesional disusun untuk mengidentifikasi
dan memperjelas aspek-aspek yang membedakan praktik keperawatan
profesional dari praktik keperawatan yang diberikan oleh orang yang tidak
mempunyai kualifikasi keperawatan profesional. Adapun peran dan fungsi
perawat sebagai berikut :
a. Perencanaan keperawatan untuk masing-masing pasien.
b. Pemberian perawatan langsung.
c. Identifikasi waktu yang tepat untuk melaksanakan pelayanan
keperawatan pada pasien oleh tenaga yang tidak memiliki kualifikasi
perawatan profesional.
d. Mempersiapkan dan mendukung tenaga yang tidak memiliki kualifikasi
keperawatan profesional untuk melaksanakan aktivitas yang diserahkan
kepada mereka oleh perawat profesional.
e. Manajemen dan sumber daya manusia, perlengkapan dan pelayanan
yang efektif dan efisien langsung dikendalikan atau diambil alih oleh
perawat profesional.
f. Pembentukan standar, audit keperawatan dan audit klinik (Putra, 2017).
E. PERHITUNGAN KETENAGAAN
Perhitungan Ketenagaan Menurut (Putra, 2017) adalah sebagai berikut:

17
1. Menurut Minetti & Hurchinsun (1975), dikutip dalam Gillies (1989), dengan
memperhatikan waktu yang diperlukan untuk melakukan tindakan
keperawatan
a. Waktu keperawatan langsung:
Self Care = ½ x 4 jam = 2 jam
Partial Care = ¾ x 4 jam =3 jam
Total Care =1-1 ½ jam x 4 jam = 4-6 jam
Intensif Care = 2x4 jam = 8 jam
Rata-rata waktu keperawatan langsung 4-5 jam per klien per hari.
b. Waktu keperawatan tidak langsung:
Gillies, (1989) menyebut rata-rata 38 menit/psn/hr
Wolfe dan Young dalam Gillies, (1998) menyebutkan 60 mnt/psn/hr

c. Waktu penyuluhan klien


Penyuluhan kesehatan klien sebaiknya dilakukan kurang lebih 5
menit/pasien/hari
Perhitungan waktu yang diperlukan untuk keperawatan klien diperoleh
dari jumlah waktu keperawatan langsung, tidak langsung, dan
penyuluhan kesehatan. Penentuan tenaga kerja tergantung:
1) Jumlah klien/hr/tahun dalam 1 unit
2) Kondisi/ tingkat ketergantungan
3) Rata-rata hari rawat
4) Waktu yang dibutuhkan untuk tindakan keperawatan.
5) dll(sosek, bencana, politik, hukum, dan peraturan pemerintah,
musim, kemajuan IPTEK) Gillies, (1989) dalam (Putra, 2017).

Rumus :

Σ Jam Kprw yg dibutuhkan X Rata-rata Sensus Psn/hr X Σhr/Thn

Hari/Thn- Hr Libur Prwt X Σjam Kerja masing Prwt Σjam kerja prwt

18
= Σ jam kprw yang dibutuhkan/th psn/hr

Σ Jam Kerja kep yang dibutuhkan/th = Jml. Perawat di Unit tsb.

Σ Jam kerja prwt per th

Rasio perawat ahli; trampil = trampil = 55% : 45%

Proporsi dinas pagi : sore : malam = 47% : 36% : 17%

2. Menurut Douglas (1984), tergantung dari derajat ketergantungan klien Σ


perawat = Σ pasien x derajat ketergantungan pasien

Σ psn Minimal Parsial Total


Pagi sore Mala pagi sore malam pagi sore malam
m
0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20
0,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,60 0,40
0,51 0,42 0,21 0,81 0,45 0,30 1,08 0,90 0,60

3. Penghitungan Depkes,2003
Berdasarkan klasifikasi pasien:
Cara penghitungan berdasarkan:
a. Tingkat ketergantungan pasien
b. Rata-rata pasien perhari
c. Jam perawatan yang diperlukan/hr/pasien
d. Jam perawatan yang diperlukan/ruangan/hari
e. Jam kerja efektif setiap perawat
Hitungan Depkes

19
No Jenis/kategori Rata2 Rata2 jam Σ jam prwt/hr
pasin pasien/hr prwt psn/hr
1 Penyakit dalam 10 3.5 35
2 Bedah 8 4 32
3 Gawat 1 10 10
4 Anak 3 4.5 13.5
5 Kebidanan 1 2.5 2.5
Jumlah 23 93

Jumlah jam perawatan


Jam kerja efektif per shift
Penghitungan ditambah faktor koreksi hari libur/cuti/hari besar dan juga adanya
tugas-tugas non keperawatan seperti membuat rincian pasien,dll
Loss day/hari libur/cuti/hari besar
Jml Hr mggdlm 1 th+cuti +hr besar X jml . prwt tersedia
Jml . Hri kerja ef ektif

F. METODE PENUGASAN
Ada cara untuk membagi pekerjaan yang ada di suatu unit perawatan kepada
tenaga yang ada di unit tersebut (Gilles,1996) dalam (Putra, 2017). Metode
Penugasan terdiri dari:
1. Metode Fungsional
Metode Fungsional penugasan asuhan keperawatan terdiri dari
pemisahan tugas keperawatan yang terlibat di dalam setiap perawatan pasien
penugasan masing-masing anggota staf keperawatan untuk melakukan satu
atau dua fungsi bagi semua pasien di dalam sebuah unit.
2. Metode Tim
Ketua tim adalah perawat yang berpendidikan luas dan
berpengalaman. Komunikasi efektif diperlukan untuk untuk kelanjutan

20
asuhan keperawatan. Dokumentasi harus selalu divalidasi. Pelaksanaan
metode tim harus fleksibel, dapat dilakukan pada shift pagi, sore, malam.
3. Metode Utama
Metode penugasan utama bekerja baik dalam sebuah organisasi dalam
staff perawat yang semuanya berijazah. Masing-masing perawat diberikan
seluruh tanggung jawab bagi perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian
perawatan pasien untuk semua beban tugas kecil.

4. Metode Modular
Metode modular adalah pengorganisasian pelayananan yang dilakukan
perawat professional untuk sekelompok klien semenjak masuk rumah sakit
sampai pulang. Untuk metode ini perawat perlu berpengetahuan, trampil,
dam punya kemampuan kepemimpinan. Keuntungan dari metode ini adalah
gabungan dari metode tim dan primer.
G. PELAKSANAAN TIMBANG TERIMA, RONDE KEPERAWATAN, PRE
DAN POST CONFERENCE
1. Timbang Terima
Timbang terima memiliki beberapa istilah lain. Beberapa istilah itu
diantaranya handover, handoffs, shift report, signout, signover dan cross
coverage. Handover adalah komunikasi oral dari iformasi tentang pasien
yang dilakukan oleh perawat pada pergantian shift jaga. Friesen 2008
menyebutkan tentang definisi dari handover adalah transfer tentang informasi
(Termasuk tanggung jawab dan tanggungugat) selama perpindahan
perawatan yang berkelanjutan yang mencakup peluang tentang pertanyaan,
klarifikasi dan konfirmasi tentang pasien (Putra, 2017).
a. Tujuan timbang terima
1) Menyampaikan masalah, kondisi, dan keadaan klien (data focus).

21
2) Menyampaikan hal-hal yang sudah atau belum dilakukan dalam
asuhan keperawatan kepada klien.
3) Menyampaikan hal-hal penting yang perlu segera di tindak lanjuti oleh
dinas berikutnya.
4) Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya. Timbang terima
(handover) memiliki tujuan untuk mengakurasi, relevan yang
digunakan untuk kesinabungan dalam keselamatan dan keefektifan
dalam bekerja.

b. Langkah-langkah dalam timbang terima


1) Kedua kelompok sheft dalam keadaan sudah siap.
2) Shift yang akan menyerakan perlu menyiapkan hal-hal yang akan di
sampaikan.
3) Perawat primer menyampaikan kepada perawat penanggung jawab
shift selanjutnya meliputi :
a) Kondisi atau keadaan pasien secara umum
b) Tindakan lanjut untuk dinas yang menerima operan
c) Renvana kerja untuk dinas yang menerima laporan
d) Penyapaikan timbang terima di atas harus dilakukan secara jelas
dan tidak terburu-buru.
e) Perwat primer dan anggota ke dua shift bersama-sama secara
lansung melihat keadaan pasien.
c. Prosedur dalam timbang terima
1) Kedua kelompok dalam keadaan siap
2) Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan
3) Dalam penerapannya, dilakukan timbang terima kepada masing-
masing penanggung jawab :
a) Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift atau peran.

22
b) Dari nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan
timbang terima dengan mengkaji secara konprehensif yang
berkaitan tentang masalah keperawatan klien, rencana tindakan
yang sudah dan belum dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya
yang perlu di limpahkan.
c) Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang
lengkap sebaiknya di catat secara khusus untuk kemudian
diserahterimakan kepada perawat yang berikutnya.
d) Hal-hal yang perlu di sampaikan pada saat timbang terima adalah:
(1) Identitas dan diagnosa
(2) Masalah keperawatan yang kemungkinan masih muncul.
(3) Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan.
(4) Intervensi klaborasi dan independen
(5) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam
kegiatan selanjutnya, misalnya operasi, pemeriksaan
laboratorium atau pemeriksaan penunjang lainnya, persiapan
untuk konsultasi atau prosedur lainnya dan tidak di laksanakan
secara rutin.
(6) Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan
klarifikasi, Tanya – jawab dan melakukan falidasi terhadap
hal-hal yang kurang jelas penyampaian pada saat timbang
terima secara singkat dan jelas.
(7) Lama timbang terima masuk setiap klien tidak lebih dari 5
menit kecuali pada kondisi khusus dan memerlukan penjelasan
yang lengkap dan rinci. Pelaporan untuk timbang terima di
tuliskan secara langsung pada buku laporan ruangan oleh
perawat.
d. Timbang terima memiliki 3 tahap yaitu :

23
1) Persiapan yang dilakukan oleh perawat yang akan melimpahkan
tanggung jawab. Meliputi factor informasi yang akan disampaikan
oleh perawat jaga sebelumnya.
2) Pertukaran shift jaga, dimana antaranya perawat yang akan pulang dan
datang melakukan pertukaran informasi. Waktu terjadinya operan itu
sendiri yang berupa pertukaran informasi yang memungkinkan adanya
komunikasi 2 arah antara perawat yang shift sebelumnya kepada
perawat shift yang datang.
3) Pengecekan ulang informasi oleh perawat yang datang tentang
tanggung jawab dan tugas yang dilimpahkan.merupakan aktifitas dari
perawat yang menerima operan untuk melakukan pengecekan data
informasi pada medical record atau pada pasien langsung.
2. Ronde Keperawatan
Pelayanan Keperawatan pada klien secara professional dapat membantu klien
dalam mengatasi masalah keperawatan yang di hadapi klien. Salah satu bentuk
pelayanankeperawatan yang professional tersebut dengan memperhatikan seluruh
keluhan yang dirasakan klien kemudian mendiskusikannya dengan tim keperawatan
untuk merencanakan pemecahan masalah. Pelayanan keperawatan yang perlu
dikembangkan untuk mencapai hal tersebut adalah dengan ronde keperawatan.
Dimana ronde keperawatan merupakan sarana bagi perawat primer maupun
associate untuk membahas masalah keperawatan yang terjadi pada klien yang
melibatkan klien dan seluruh tim keperawatan termasuk konsultan keperawatan.
Salah satu tujuan dari kegiatan ronde keperawatan adalah meningkatkan kepuasan
klien terhadap pelayanan keperawatan (Putra, 2017).
3. Konfrensi keperawatan
Confernce adalah diskusi kelumpoktentang beberapa aspek klinik
kegiatan konsultasi. Pre-conference adalah diskusi tentang aspek klinik
sebelum melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien, sementara post

24
conference adalahn diskusi tentang apsek klinik sesudah melaksanka asuhan
keperawatan pada pasien.
a. Tujuan Konfrensi Keperawatan
Secara umum tujuan konfrensi adalah untuk meanalisan maslah-
masalah secara kritis dan menjambarkan alternatif penyelesaian masalah ,
mendapatkan gambaran berbagai situasi lapangan yang dapat menjadi
masukka untuk menyusun rencana antisipasi sehingga dapat
meningkatkan kesiapan diri dalam pemberian asuhan keperawatan dan
merupakan cara efektif untuk menghasilkan perubahan non kognitif juga
membantu koordinasi dalam rencana pemberian asuhan keperawatan
sehingga tidak terjadi pengulangan asuhan, kebingungan dan prustasi bagi
pemberi asuhan (T.M. Marelli, et.al, 1997) dalam (Putra, 2017).
b. Tujuan Pre Conferece adalah:
1) Membantu untuk mengidentifikasikan masalah-masalah pasien,
merencanakan asuhan dan merencanakan evaluasi hasil.
2) Mempersiapkan hal-hal yang akan ditemui dilapangan.
c. Tujuan post Conference adalah:
Untuk memberikan kesempatan mendiskusikan penyelesaian masalah
dan membandingkan masalah yang di jumpai.

25
BAB III

PENGKAJIAN DAN ANALISA KEPERAWATAN

KASUS:

Mahasiswa Pra Ners STIKES Nani Hasanuddin melaksanakan praktek departemen

manajemen di RS Nani Hasanuddin. Pada tanggal 1 juni 2020 mahasiswa melakukan

pengkajian dengan metode observasi dan wawancara di ruang perawatan Anggrek dengan

kepala ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana. Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan

beberapa masalah terkait pelaksanaan 5 fungsi manajemen keperawatan, yakni pada fungsi

perencanaan didapatkan masalah belum tersedianya format SAK yang spesifik pada anak,

menurut perawat pelaksana, selama ini mereka melakukan pengkajian menggunakan format

SAK umum, yang kedua didapatkan Pendokumentasian tentang rencana kegiatan harian,

bulanan, dan tahunan belum optimal. Pada fungsi pengorganisasian didapatkan data

bahwa, perawat tidak pernah diikut sertakan dalam pelatihan demi menunjang kinerjanya,

26
seperti pelatihan metode asuhan keperawatan profesional (MAKP). Terkait ronde

keperawatan, Pre dan Post conference belum berjalan secara maksimal. Pada fungsi

ketenagaan didapatkan data jumlah tenaga perawat terdiri dari 6 perawat pelaksana, 1 kepala

ruangan dan 2 ketua TIM, dengan jumlah pasien 3 pasien minimal care, 4 pasien parsial care

dan 3 pasien total care. Metode penugasan yang di terapkan yaitu kepala ruangan membagi

beberapa kelompok yang di ketuai oleh perawat yang memiliki pendidikan tinggi dan

berpengalaman. Pada fungsi pengarahan didapatkan data bahwa pelaksanaan supervisi yang

belum berjalan secara optimal dan belum tersedianya format pelaksanaan supervisi

keperawatan. Pada fungsi pengawasan dan pengendalian didapatkan data tidak ada

pelaksanaan sistem audit mengenai pelaksanaan asuhan keperawatan sehingga asuhan

keperawatan tidak berjalan secara maksimal.

A. PENGKAJIAN
Pada tanggal 1 juni 2020 mahasiswa melakukan pengkajian dengan metode observasi
dan wawancara di ruang perawatan Anggrek dengan kepala ruangan, ketua tim dan
perawat pelaksana. Pada fungsi perencanaan didapatkan masalah belum tersedianya
format SAK yang spesifik pada anak, menurut perawat pelaksana, selama ini mereka
melakukan pengkajian menggunakan format SAK umum, yang kedua didapatkan
Pendokumentasian tentang rencana kegiatan harian, bulanan, dan tahunan belum
optimal.
B. ANALISA KASUS
1. Planning/Perencanaan
Berdasarkan Hasil Wawancara didapatkan bahwa Perawat masih
melakukan pengkajian menggunakan format SAK umum, belum tersedianya
format SAK yang spesifik pada anak dan Pendokumentasian tentang rencana
kegiatan harian, bulanan, dan tahunan belum optimal di Ruang Perawatan
Anggrek. Hal ini diperjelas bahwa menurut (Sudarta et al., 2019)

27
perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara
matang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa mendatang dalam rangka
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dan terkait pendokumentasian
dimana rencana kegiatan harian, bulanan,dan tahunan harus disusun
berdasarkan kenyataan dan perhitungan yang matang bukan semata-mata atas
dasar keinginan dan bukan atas dasar harapan atau dugaan sementara.
C. MASALAH
Masalah yang terjadi pada Fungsi perencanaan yakni Belum Optimalnya
system Pendokumentasian pada rencana harian,bulanan, dan tahunan. Ini di
perkuat dengan Format pengkajian masih menggunakan SAK umum dan belum
tersedianya SAK yang spesifik pada Anak.

BAB IV
ALTERNATIF PENYELESAIAN MASALAH
A. PRIORITAS MASALAH
Prioritas masalah yang terjadi pada kasus terkait Fungsi Perencanaan adalah
belum Optimalnya Pendokumentasian tentang rencana kegiatan harian, bulanan,
dan tahunan.
B. HASIL PEMBOBOTAN PRIORITAS MASALAH
Setelah ditemukan/di tetapkan masalah utama/prioritas permasalahan yang
harus diselesaikan terlebih dahulu, maka selanjutnya harus dilakukan identifikasi
terhadap beberapa penyebab masalah yang mengakibatkan terjadinya masalah
utama tersebut, yang selanjutnya dilakukan analisis penyebab masalah dengan
analisis USG untuk mendapatkan penyebab masalah dominannya.
Menurut Kepner Tregoe, ada 3 aspek penting dalam menetukan prioritas, yaitu
dari tingkat Kegawatan (Urgency), Mendesak (Seriousness) dan Pertumbuhan
(Growth) dimana dimaksudkan adalah:
1. Urgency (Kegawatan) adalah besarnya dampak yang timbul terhadap
keselamatan jiwa manusia.

28
2. Seriousness (Mendesak) adalah banyaknya waktu yang tersedia untuk
penanganan suatu masalah.
3. Growth (Pertumbuhan) adalah perkiraan akan bertambah buruknya suatu
keadaan dibandingkan dengan sebelumnya/keadaan sekarang (Suwandono &
Laksmi, 2019).

Dengan Menentukan besar penilaiannya terhadap masing-masing kriteria


ditentukan dengan menggunakan skala likert 5 Titik (versi asli dari Dr.Rensist
Likert) Yaitu:

1 = Strongly Disagree (Sangat Rendh Pengaruhnya)


2 = Disagree (Kecil Pengaruhnya)
3 = Nether agree of disagree (Sedang atau Cukup)
4 = Agree (Besar/ Tinggi Pengaruhnya)
5 = Strongly Agre (Sangat Besar pengaruhnya) dalam buku (Suryani &
Hendryadi, 2016).

Dan dari kasus dapat disimpulkan bahwa Bobot prioritas masalahnya yaitu 4:
Agree (Tinggi Pengaruhnya) ini dikarenakan karenakan Pendokumentasian
rencana harian, bulanan, dan tahuanan sangatlah penting dalam rangka mencapai
tujuan yang di inginkan.

C. ALTERNATIF PENYELESAIAN MASALAH


Dari masalah fungsi Perencanaan yaitu Pendokumentasian rencana harian,
bulanan, dan tahuanan belum optimal maka Pihak Manajemen Rumah Sakit
(Kepala ruangan, Ketua tim dan Perawat pelaksana) harus segera merubah
strategi sehingga Pendokumentasian dapat optimal sesuai dengan Standar yang
ditetapkan. Karena perencanaan adalah sesuatu proses berkelanjutan yang
diawali dengan merumuskan, tujuan dan rencana tindakan yang akan
dilaksanakan, menetukan personal, merancang proses dan hasilnya, memberikan
umpan balik pada personal dan memodifikasi rencan yang diperlukan. Dimana,

29
Dokumentasi keperawatan merupakan salah satu gambaran mutu asuhan
keperawatan di unit-unit Pelayanan kesehatan. Dokumentasi pelayanan kesehatan
mempunyai makna penting, terutama legal aspek terhadap pelayanan yang
diberikan (Putra, 2017). Dalam Kegiatan pendokumentasian hal yang perlu
dipersiapkan antara lain bentuk system dokumentasi keperawatan, Format
Pengkajian, Format Perencanaan, Pelaksanaan dan evaluasinya. Termasuk dalam
Persiapan ini adalah mengevaluasi kesesuaian format yang di gunakan selama ini
berdasarkan kriteria.
Ini dilihat dari Tujuan dan Manfaat Perencanaan yaitu standar pengawasan
suatu kegiatan , meminimalkan kegiatan yang tidak produktif, dan mengarahkan
kepada pencapaian tujuan. (Bakri, 2017)

30
D. PLANNING OF ACTION (POA)
Masalah Tujuan Sasaran Kegiatan Metode Waktu Evaluasi PJ
Pendokumetasian Pelaksanaan Manajemen Mengoptimalk Rekomenda Pendokument
rencana harian, Pendokumentasian Rumah Sakit an Pelaksanaan si (Diskusi) asian rencana
bulanan, dan Rencana Harian, (Kepala ruangan, Pendokumenta Harian,
Ketua tim dan
tahunan yang Bulanan dan tahunan sian bulanan, dan
Perawat
belum optimal sesuai dengan tahunan yang
pelaksana)
Standar Asuhan optimal dan
Keperawatan sesuai standar
pelaksanaann
ya.

31
DAFTAR PUSTAKA

Bakri, M. H. (2017). Manajemen Keperawatan: Konsep dan Aplikasi dalam Praktik


Keperawatan Profesional. PUSTAKA BARU PRESS.
Maria H.Bakri, SKM., M. K. (2017). Manajemen Keperawatan. Pustaka Baru Press.
Putra, C. S. (2017). Manajemen Keperawatan: teori dan Aplikasi praktek. In Media.
Sesrianty, V., Machmud, R., & Yeni, F. (2019). Analisa Kepuasan Pasien Terhadap
Mutu Pelayanan Keperawatan. JURNAL KESEHATAN PERINTIS (Perintis’s
Health Journal), 6(2), 116–126. https://doi.org/10.33653/jkp.v6i2.317
Sudarta, I. W., Rosyidi, M. I., & Susilo, E. (2019). Manajemen Kperawatan: Teori &
Aplikasi Praktik Keperawatan. Katalog Dalam Terbitan (KTD).
Suryani, & Hendryadi. (2016). Metode Risset Kuantitatif: Teori dan Aplikasi Pada
penelitian bidang Manajemen (Kedua). KENCANA.
Suwandono, Y., & Laksmi, V. V. (2019). Manajemen Prubahan Menuju Organisasi
Berkinerja Tinggi (Pertama). DEEPUBLISH.
Wulandari, C. I. (2019). Realisasi Rencana Strategis Kepala Bidang Keperawatan
Dalam Menerapkan Sistem Informasi Manajemen Keperawatan. Journal of
Holistic Nursing Science, 6(2), 15–20.
https://doi.org/10.31603/nursing.v6i2.2742
Zulkarnain. (2017). Analisis Pelaksanaan Fungsi Manajemen Pengarahan Kepala
Ruangan Dengan Kinerja Perawat Dalam Menerapakan Asuhan Keperawatan
di Ruang Rawat Inap RSUD Bima. 1(2).

32

Anda mungkin juga menyukai