Oleh
Kelompok 2
Ruang Lotus
Mayalika Sirumba (NS0621097) Megawati (NS0621098)
Meilani.S Woromboni (NS0621099) Melania Todadai (NS0621100)
Meylani.F.Huiselan ( NS0621101) Musdalifah (NS0621097)
Musdalifa ( NS0621106)
CI Lahan CI Institusi
(………..........….) (………..........….)
NIP/NIDN NIP/NIDN
Assalamualaikum ….., Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang
Maha Esa yang telah melimpahkan Karunia-Nya sehingga laporan kelompok yang
berjudul ‘’Asuhan Keperawatan Pada Ny ‘’H’’ dengan Masalah Gangguan
Kebutuhan Istirahat dan Tidur di RSUP Tajuddin Chalid Makassar dapat disusun
tapat pada waktu yang telah ditentukan
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan.Baik dari
segi isi maupun penyusunannya.Oleh karena itu,kami mohon adanya kritikan dan
saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan ini.
Demikian semoga Tuhan menerima amal baik kita dan semoga laporann ini
memberikan manfaat bagi kita semua Amin.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh….
Penulis
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL............................................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................iii
DAFTAR TABEL..............................................................................................iv
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................v
BAB I LAPORAN KASUS...............................................................................1
A. Data Umum Pasien..................................................................................1
B. Genogram................................................................................................2
C. Riwayat Kesehatan..................................................................................3
D. Pemeriksaan Fisik...................................................................................3
E. Kebutuhan Dasar.....................................................................................7
F. Pemeriksaan Diagnostik..........................................................................9
G. Analisa Data............................................................................................12
H. Rencana Asuhan Keperawatan................................................................13
I. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan...............................................14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................19
A. Konsep Penyakit/Kasus...........................................................................19
B. Konsep Tindakan Keperawatan..............................................................24
BAB III ANALISIS...........................................................................................27
A. Analisi Tindakan Keperawatan ..............................................................27
B. Alternatif Pemecahan Masalah...............................................................28
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................31
A. Kesimpulan.............................................................................................31
B. Saran........................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR LAMPIRAN
v
BAB I
LAPORAN KASUS
Seorang perempuan bernama Ny. H berusia 39 tahun masuk ke perawatan lotus
pada hari jumat tanggal 4 Maret 2022 dengan keluhan pusing, kepala sakit, mual,
dan nyeri ulu hati kurang lebih 2 minggu yang lalu. Pasien mengatakan cemas
terhadap penyakit yang di alami dan pasien juga mengatakan sulit untuk tidur dan
terbangun pada saat malam hari. Selain itu, keluarga pasien juga mengatakan
pasien pernah di rawat di rumah sakit sebelumnya sekitar 3 tahun yang lalu. Pada
saat dilakukan pemeriksaan didapatkan hasil tanda-tanda vital diketahui TD :
105/70 N : 98x/menit, P : 22, S : 36,8◦C, Spo2: 99
1
GENOGRAM
? ? ? ? ?
H
42 39
S: -
12 3
= laki-laki
= perempuan
? = tidak diketahui
X = meninggal
// = cerai hidup
= garis keturunan
= Klien
KETERANGAN :
GI : Bapak klien sudah meninggal sedangkan mertua laki-lakinya
meninggal karena faktor usia dan mertua perempuannya meninggal
karena faktor usia
2
RIWAYAT KESEHATAN
Keluhan Utama : Pusing
Kesadaran: Samnolen
GCS : 11
E :3
M :4
V :4
Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)
1. Kepala
Inspeksi :
Warna rambut : Hitam
3
Kuantitas rambut : Lebat
Distribusi rambut : Merata
Bentuk Kepala : Mesocephalus
Wajah : simetris
Kulit Wajah : Warna (pucat)
Tekstur rambut : Kasar (miksedema
Kulit kepala : Tidak ada benjolan
Kulit wajah : Tekstur halus tidak ada benjolan
2. Mata
Inspeksi :
Posisi/kesejajaran : Sejajar
Alis mata : Tidak ada dermatitis seborea
Kelopak mata : Tidak ada bengkak pada tepi kelopak mata
Aparatus lakrimal : Tidak ada pembengkakan sakus lakrimalis
Kongjuntiva : Pucat
Sklera : Anemis
Kornea, iris, lensa : Tidak ada opasitas kornea
Pupil : Kesimetrisan
Otot Ekstraokuler : Refleks kornea terhadap cahaya tengah
Palpasi :
Kelopak mata : Tidak ada benjolan
3. Telinga
Inspeksi:
Aurikula : Tidak ada keloid
Liang telinga : Tidak ada serumen
Gendang telinga : Menonjol,Tidak ada kemerahan
Palpasi:
Tragus, mastoid : Tidak ada nyeri tekan
Aurikula : Tidak ada benjolan
4. Hidung dan Sinus
Inspeksi :
4
Hidung luar : Lurus
Hidung dalam : Tidak ada pembengkakan mukosa nasal, tidak ada
deviasi septum nasal, tidak ada perforasi
Palpasi :
Hidung, sinus : Tidak ada nyeri tekan,Tidak ada pembengkakan
5. Mulut dan Faring
Inspeksi :
Bibir : Kering
Mukosa oral : Tidak ada luka
Gusi : Tidak ada gingivitis
Gigi : gigi nampak bersih
Palatum : Tidak ada torus palatinesatau
Lidah : Selaput putih
Dasar mulut : Tidak ada benjolan
Faring : Tidak terdapat kemerahan
Palpasi :
Bibir, mukosa oral : Tidak ada benjolan
Lidah : Tidak ada benjolan
6. Toraks dan Paru
Inspeksi :
Toraks, gerak nafas : Tidak ada deformitas , Pengembangan dada
simetris kiri dan kanan, Tidak ada Retraksi
inspirasi supraklavikular, tipe jalan napas spontan
melalui hidung mulut dan irama pernapasan 1 : 2
(ekspirasi lebih pendek daripada inspirasi).
Bentuk dada pasien : Normochest
Dada Posterior : Tidak ada deformitas, tidak ada retraksi inspirasi
supraklavikular, tidak ada kelambanan gerak
pernapasan unilateral
Palpasi
Dada : Tidak ada nyeri tekan ,
5
Auskultasi :
Frekuensi dan irama : 22 x/menit
Bunyi nafas : Bronkovesikular
Bunyi nafas tambahan : tidak ada
7. Payudara dan Aksila
Inspeksi
Payudara : Simetris
Wanita : Tidak ada kanker
Putting : Ukuran Kecil bentuk bulat , tidak ada ruam, tidak
ada ulkus
Aksila : Tidak ada ruam,Tidak ada pigmentas,Tidak ada
limfadenopati
8. Abdomen
Inspeksi :
Kulit : Tidak ada jaringan parut
Umbilikus : Tidak ada hernia
Pulsasi : Tidak ada peningkatan aneurisma aorta
Auskultasi :
Bruit : Tidak terdengar
Perkusi :
Abdomen : Bunyi timpani
Palpasi :
Ringan : Tidak ada nyeri tekan
Dalam : Tidak ada tumor/
Dinding abdomen : Tidak kaku seperti papan
Hati : Tidak ada tumor
Limpa : Tidak teraba miring ke kanan, tungkai fleksi pada
pinggang dan lutut
Ginjal : Tidak ada pembesaran
Aorta : Tidak ada pulsasi aorta
Ascites : Tidak adapergeseran bunyi pekak
6
12. Ekstremitas
Inspeksi
Bahu : Tidak ada dislokasi
Siku : Tidak ada dislokasi
Pergelangan tangan : tidak terdapat lecet
Pinggul : tidak ada dislokasi
Lutut : tidak ada dislokasi
Palpasi
Bahu, Siku, Pergelangan : Tidak ada benjolan, Tidak ada nyeri tekan
Pinggul, lutut, pergelangan : Tidak ada benjolan
Kebutuhan Dasar
1. Nutrisi
TB : 160 Cm BB : 51 Kg IMT: 19,9 Kg/cm2
Kebiasaan makan : Klien mengatakan selama sakit klien tidak
nafsu makan(teratur/tidak teratur)
Keluhan Saat ini : tidak nafsu makan
Konjungtiva : pucat
Sklera : anemis
Pembesaran tyroid : tidak ada pembesaran tyroid
Hernia / massa : tidak ada massa
Holitosis : tidak ada hilitosis
Kondisi gigi/gusi : gigi nampak bersih dan gusi terlihat pucat
Penampilan lidah : pucat
Bising usus : Meningkat 20x/menit
Makanan yang disukai : kapurung
2. Cairan
Kebiasaan minum : Susu 1500 ± cc/hari
Turgor kulit : Kering dan pucat
Warna : kuning langsat
CRT : <2 detik
7
Mata cekung : Ya
Asites : Tidak terdapat asites
Penggunaan Kateter : Tidak ada penggunaan keteter
3. Eliminasi
BAB : Klien mengatakan jarang BAB
Warna : kuning
Konsistensi : padat
Bau : khas
BAK : 3x/hari
Warna : kuning pekat
Bau : aromatik
Tampilan : pekat
4. Oksigenasi
Bentuk dada : simetris kiri dan kanan
Jenis pernafasan : pernapasan dada
SPO2 : 99
Sputum : tidak ada
Sirkulasi oksigenasi : Akral dingin
5. Istirahat dan Tidur
Kebiasaan tidur : Malam (Jam: 2.00 s/d 05.00)
Siang (jarang tidur)
Lama tidur : Malam 3 jam Siang :tidak menentu
6. Personal Hygiene
Kebiasaan Mandi
Sebelum Masuk RS : 2x sehari
Setelah masuk RS : Lap badan mengguna washlap/tissu basah
Kebiasaan Mencuci rambut
Sebelum Masuk RS : 3x seminggu
Setelah masuk RS : Belum pernah selama di rawat
8
Kebiasaan Memotong Kuku
Sebelum Masuk RS :1x seminggu
Setelah masuk RS : Belum pernah potong kuku
Kebiasaan mengganti baju
Sebelum Masuk RS : 2-3x sehari
Setelah masuk RS : 1x sehari
7. Aktivitas – Latihan
Aktivitas waktu luang : Bermain dengan anak
Aktivitas / Hoby : membaca buku
Kesulitan bergerak : Klien tidak kesulitan dalam bergerak
Tremor : tidak ada tremor
Keluhan saat ini : Kelemahan dan kelelahan
Pelaksanaan aktivitas :Parsial
Terapi
Farmakologi
Ivfd RL 28 jam+ adona
Inj. Ranitidin 1amp/iv
PCT infus bila 37 atau 38 ̊c
Omeprazole 1 cc/ jam / sp
Pemeriksaan Diagnostik
9
1. Tanda-tanda Vital:
Tekanan Darah : 102/62 mmHg
Nadi : 87 x/mnt
Pernapasan : 20x/mnt
Suhu : 36,8⁰c
Spo2 : 99
2. Pemeriksaan Diagnostik:
Nilai
Jenis pemeriksaan Hasil Satuan
rujukan
Hematologi
Hematologi lengkap
Darah rutin
WBC 4.3 10ˆ3/uL 4.0-10.0
RBC L1.43 10ˆ6/uL 4.20-5.40
HB LL 4.9 g/dL 12.0-16.0
HCT L 15.2 % 34.0-45.0
MCV H 106.3 fL 80.0-95.0
MCH H 34.3 Pg 25.6-32.2
MCHC 32.2 g/L 32.2-35.5
PLT L 131 10ˆ3/uL 150-400
RDW-SD H 79.0 fL 37-54
RDW-CV H 22.6 % 10.0-15.0
PDW 11.0 fL 10.0-18.0
MPV 9.3 fL 9.0-13.0
P-LCR 23.7 % 13.0-43.0
PCT L 0.12 % 0.17-0.35
Hitung Jenis
Neutrofil 64.0 % 50-70
Limfosit 26.0 % 20-40
10
Mixed 10.0 % 1.0-15.0
NLR 2.0
Kimia Darah
Glukosa sewaktu 87 mg/dL <140
3. Psikososial
a. Bagaimana klien menghadapi penyakit yang di deritanya?
Klien mengatakan stress terhadap penyakit yang dialami
b. Apakah tugas atau peran yang di emban pasien dalam
keluarga/kelompok/masyarakat?
Klien berperan sebagai ibu rumah tangga sekaligus tulang puggung
keluarga
c. Bagaimana inisiatif pasien dalam memenuhi tugas atau peran dan
tanggung jawab tersebut?
Klien mengatakan tetap bekerja keras memenuhi tugas dan tanggung
jawabnya untuk anak-anaknya dan klien juga sebagai guru yang tetap
menjalankan tugasnya dengan baik.
d. Bagaimana hubungan pasien dengan keluarga dan masyarakat?
Hubungan pasien dengan keluarga dan masyarakat baik
e. Apakah kondisi ini membuat ini stress?
Klien mengatakan kondisinya saat ini membuat dia stress karena ada
banyak tugas dan peran yang terhambat karena kondisi kesehatannya
11
ANALISA DATA
12
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Inisial : Ny. H
No. RM : 089228
2 Ansietas b.d - Setelah dilakukan - Terapi relaksasi - Untuk membuat klien lebih tenang
kebutuhan tidak asuhan keperawatan - Dukungan emosi - Agar klien dapat mengatasi emosional
terpenuhi 1x24 jam diharapkan - Dukungan pelaksanaan yang dihadapi
ansietas dapat ibadah - Agar klien dapat merasa lebih tenang
berkurang
13
IMPLEMEMTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
14
Atur suhu lingkungan yang sesuai
Kamis Ansietas b.d - Melakukan terapi relaksasi S : Klien mengatakan khwatir terhadap penyakit
04/03/22 kebutuhan tidak Menciptakan lingkungan tenang dan yang dialami
20.00 terpenuhi nyaman
D.0080 Tidakmampuan berkonsetrasi atau O : Klien nampak pucat dan tegang
gejala lain yang menganggu
kemampuan koknitif A :Masalah belum teratasi
Jumat Gangguan pola - Melakukan dukungan tidur S: - Klien mengatakan sulit tidur dan mudah
05/03/22 tidur b.d kurang Lakukan prosedur untuk terbangun pada saat tidur
15
kontrol tidur meningkatkan kenyamanan
D.0055 Jelaskan pentingnya cukup tidur
selama sakit O: - Klien nampak gelisah, lemas, dan pucat
16
Ajurkan mengungkapkan perasaan
yang dialami (mis. Asietas, marah dan
sedih)
- Melakukan dukungan ibadah
Identifikasi kebutuhan pelaksaan
ibadah sesuai agama yang di anut
Fasilitasi penggunaan ibadah sebagai
sumber koping
Sabtu Gangguan pola - Melakukan dukungan tidur S: - Klien mengatakan sudah bisa tidur
06/03/22 tidur b.d kurang Lakukan prosedur untuk
kontrol tidur meningkatkan kenyamanan
D.0055 Jelaskan pentingnya cukup tidur O: - Klien nampak tidak gelisah lagi,tidak lemas lagi,
17
kenyamanan lingkungan
Atur suhu lingkungan yang sesuai
Sabtu Ansietas b.d - Melakukan terapi relaksasi S :- Klien mengatakan masalah cemas sudah mulai
06/03/22 kebutuhan tidak Menciptakan lingkungan tenang dan kurang
terpenuhi nyaman
D.0080 Tidakmampuan berkonsetrasi atau O :- Klien nampak masih pucat dan namun sudah
gejala lain yang menganggu tidak terlalu tegang
kemampuan koknitif
- Melakukan dukungan emosional A : Sebagian masalah teratasi
18
19
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Penyakit/Kasus
1. Pengertian Istirahat
Istirahat merupakan kondisi tubuh tenang, relaks dan tidak ada tekanan
emosional ataupun rasa gelisah. Keadaan isitirahat juga dapat diartikan
berhenti sebentar melakukan sesuatu untuk melepas lelah, bersantai dan
menyegarkan diri, ataupun terlepas dengan keadaan yang membosankan dan
menyulitkan. (Kasiati & Rosmalawati, 2016).
2. Pengertian Tidur
Tidur adalah keadaan dimana seseorang tidak sadar dan dapat bangun
dengan diberikan stimulus ataupun ransangan ataupun dapat dikatakan sebagai
keadaan tidak sadarkan diri yang relatif. (Kasiati & Rosmalawati, 2016)
3. Faktor yang Mempengaruhi Kuantitas dan Kualitas Tidur
a. Penyakit
b. Lingkungan
c. Latihan dan Kelelahan
d. Gaya Hidup
e. Stress Emosional
f. Stimulant dan Alkohol
g. Diet
h. Merokok. (Kasiati & Rosmalawati, 2016)
4. Gangguan Tidur yang Umum Terjadi
a. Insomnia
Insomnia adalah kebutuhan tidur yang tidak cukup secara kualitas
maupun kuantitas. Gangguan ini disebabkan oleh gannguan secara fisik
ataupun faktor mental.
b. Hipersomnia
Hipersomnia merupakan kebalikan dari insomnia, dimana seseorang
mengalami kelebihan tidur terutamaan saat siang hari. Gangguan ini
biasanya disebabkan seperti kerusakan saraf yang menyebabkan periode
tidur REM terganggu.
20
c. Narkolepsi
Narkolepsi merupakan rasa kantuk yang tidak tertahankan yang muncul
secara tiba-tiba. Gangguan tidur ini juga sering disebut dengan “sleep
attack”. Gangguan ini juga disebabkan kerusakan secara genetik system
saraf pusat yang menyebabkan gangguan pada periode tidur REM.
d. Apnea Saat Tidur dan Mendengkur
Apnea saat tidur adalah terhentinya napas secara periodik saat tidur,
sedangkan mendengkur adalah gangguan tidur yang disebabkan adanya
hambatan dalam pengairan udara di hidung dan mulut pada saat tidur.
e. Enuresa
Enuresa merupakan buang air kecil yang tidak disadari pada saat
tertidur, gangguan ini sering disebut dengan isitilah mengompol. Enuresa
terbagi atas dua yaitu, enuresa nokturnal (mengompol saat tidur) dan enures
diurnal (mengompol saat bangun tidur). (Kasiati & Rosmalawati, 2016).
5. Patofisiologi
Patofisiologi gangguan tidur masih belum diketahui secara pasti, namun
beberapa mekanisme neurobologis dan psikologis telah diajukan. Salah satu
model yang digunakan untuk menjelaskan patofisiologi gangguan tidur adalah
model neurokognitif. Model ini menerangkan bahwa faktor predisposisi,
presipitasi, perpetuasi, dan neurokognitif adalah faktor-faktor yang mendasari
berkembangnya insomnia dan menjadikannya gangguan kronik.
Model lain yang bisa digunakan untuk adalah model psychobiologic
inhibition, yang menunjukkan bahwa tidur yang baik membutuhkan
otomatisasi dan plastisitas. Otomatisasi artinya bahwa inisiasi tidur
dan maintenance tidur bersifat involunter, yang dikendalikan oleh homeostatis
dan regulasi sirkadian. Plastisitas adalah kemampuan sistem tubuh untuk
mengakomodasi berbagai kondisi lingkungan. Pada kondisi normal, tidur
terjadi secara pasif (tanpa atensi, niat, atau usaha). Situasi hidup yang penuh
dengan stres bisa memicu berbagai respon arousal fisiologis dan psikologis,
yang menimbulkan inhibisi terhadap de-arousal yang berhubungan dengan
tidur dan menimbulkan gejala gangguan tidur.
6. Pemeriksaan Penunjang
Salah satu pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan adalah meminta
pasien untuk membuat sleep log, yaitu catatan harian mengenai informasi pola
21
dan kualitas tidur yang dialami pasien secara subyektif. Selain untuk
penegakan diagnosis, catatan ini juga bermanfaat untuk monitoring respon
terapi.
a. Polisomnografi
Instrument yang dikembangkan sebagai pemeriksaan penunjang untuk
gangguan tidur adalah Polisomnografi memonitor aktivitas otak
(elektroensefalografi), gerakan bola mata (elektrookulografi), aktivitas otot
(elektromyografi), jantung (EKG), respirasi, dan saturasi oksigen
Kebanyakan gangguan tidur dapat didiagnosis dengan anamnesis saja.
Namun polisomnografi dapat bermanfaat untuk mendiagnosis jenis
gangguan tidur spesifik, misalnya obstructive sleep apnea, mengorok, dan
narkolepsi.
b. Pentalaksaan Medis
Penatalaksanaan gangguan tidur sebaiknya mengedepankan pendekatan
non-farmakologis. American Family Physician baru-baru ini mendorong
klinisi untuk mengurangi pemakaian obat-obatan dalam tata laksana
gangguan tidur.
7. Terapi Nonfarmakologis
Terapi nonfarmakologis untuk gangguan tidur dapat berupa sleep
hygiene, cognitive behavioral therapy, dan stimulus control therapy.
a. Sleep Hygiene
Sleep hygiene mencakup perubahan gaya hidup, seperti kontrol
diet, olah raga teratur, mengurangi penggunaan stimulant dan alkohol.
Faktor lingkungan yang mungkin mengganggu tidur (misalnya suara,
cahaya, dan temperature) juga dikendalikan. Selain itu juga disarankan
untuk menghindari tidur siang dan makan malam yang berat.
b. Stimulus Control Therapy
Pasien yang mengalami gangguan tidur kronis cenderung
mengalami conditioning antara lingkungan tempat tidur dan jam tidur
dengan perilaku-perilaku yang bisa mengganggu tidur, seperti khawatir,
membaca, menggunakan smartphone, atau menonton TV di tempat
tidur. Stimulus control therapy ditujukan untuk menghilangkan
perilaku-perilaku yang mengganggu tidur ini dari tempat dan jam tidur.
Instruksi untuk terapi ini mencakup:
22
1. Berbaring di tempat tidur hanya ketika sudah mengantuk
2. Hindari aktivitas yang membuat tetap terjaga di tempat tidur
3. Tidur hanya di kamar tidur dan bukan di tempat lain, seperti sofa
4. Segera meninggalkan tempat tidur setelah bangun
5. Hanya masuk ke kamar tidur ketika sudah mengantuk
6. Selalu bangun pada waktu yang sama, meskipun jumlah jam tidur
malam berbeda-beda (dengan tanpa mempedulikan jumlah jam tidur
malam)
7. Hindari tidur di siang hari.
c. Sleep Restriction
Terapi ini dilakukan dengan membatasi waktu terjaga di tempat
tidur sebelum tidur. Sebelum terapi dimulai, pasien diminta
membuat sleep log selama 2 minggu untuk mengetahui perbandingan
waktu benar-benar tidur di tempat tidur dibandingkan dengan seluruh
waktu yang dihabiskan di tempat tidur (sleep efficiency). Pasien hanya
diijinkan tidur sejumlah waktu yang dihabiskan benar-benar tidur di
tempat tidur (tapi tidak boleh kurang dari 5 jam), sehingga pasien akan
mengalami deprivasi tidur dan peningkatan dorongan untuk tidur.
Bila sleep efficiency sudah mencapai 90%, maka jam tidur ditambahkan
15 menit.
d. Cognitive Behavioral Therapy (CBT)
CBT untuk insomnia menggunakan pendekatan kognitif untuk
mengatasi distrosi kognitif dan miskonsepsi mengenai insomnia,
pendekatan perilaku (seperti stimulus control dan sleep restriction), dan
pendekatan edukasional (misalnya sleep hygiene). CBT untuk insomnia
bisa dilakukan secara interpersonal maupun dalam bentuk group
therapy.
e. Maintenance Patensi Jalan Nafas
Untuk mereka yang mengalami gangguan tidur yang terkait dengan
gangguan jalan nafas, maka bisa dipertimbangkan untuk
pemberian dental-oral appliance, pengaturan posisi tidur, penurunan
berat badan, atau tindakan operatif.
23
8. Terapi Farmakologis
Obat-obatan yang bisa digunakan untuk menangani gangguan tidur
adalah benzodiazepine (alprazolam, clonazepam), agonis reseptor
melatonin (ramelteon, tasimelteon), Z-drugs (zolpidem, zopiclone,
eszopiclone, zaleplon), orexin antagonist (suvorexant), antidepresan
(mirtazapine, trazodone, amitriptyline), dan antihistamin.
Penggunaan obat sebaiknya diberikan dalam durasi singkat atau sebagai
tambahan untuk terapi nonfarmakologis. Obat dipilih dengan
mempertimbangkan
- Keluhan utama gangguan tidur yang dialami (misalnya kesulitan
memulai tidur atau mempertahankan tidur)
- Frekuensi terjadinya gangguan tidur (setiap malam atau intermiten)
- Durasi pemberian obat yang direncanakan
- Umur dan komorbiditas yang dimiliki pasien
Untuk pasien yang mengalami kesulitan untuk memulai tidur (insomnia
inisiasi), bisa diberikan obat-obat short-acting (misalnya alprazolam,
zolpidem). Terdapat studi yang menyebutkan bahwa suplementasi
magnesium bermanfaat pada insomnia pasien dewasa, tetapi mekanisme
dan efikasinya masih membutuhkan studi lebih lanjut. Untuk pasien yang
mengalami gangguan untuk mempertahankan tidur bisa diberikan obat
dengan aksi yang lebih panjang (misalnya eszopiclone, suvorexant).
Pasien-pasien yang mempunyai komorbiditas kecemasan atau depresi,
bisa diberikan antidepresan yang mempunyai properti sedatif (misalnya
trazodone, mirtazapine). Untuk mereka yang mengalami gangguan irama
sirkadian, bisa diberikan obat golongan melatonin agonis atau orexin
antagonis.
Farmakoterapi untuk narkolepsi dan hipersomnia adalah modafinil,
armodafinil, metifenidat, atau sodium oxybate. Untuk gangguan perilaku
terkait tidur REM bisa diberikan clonazepam, melatonin, agonis dopamine
(pramipexole, ropinirole), dan gabapentin.
24
B. Konsep Tindakan Keperawatan Yang Diberikan
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan adalah adalah mengumpulkan data pasien secara
objektif dan subjektif yang dilakukan penilaian secara keseluruhan (fisik,
psikosisosial, spiritual dan kultural) serta mengumpulkan informasi peluang
promosi kesehatan, risiko dan potensi masalah keperawatan lainnya. (Herdman
& Kamitsuru,2015)
Aspek yang perlu dikaji pada klien untuk mengidentifikasi mengenai
gangguan kebutuhan istirahat dan tidur meliputi pengkajian mengenal:
a. Riwayat tidur
1) Pola tidur, seperti jam berapa klien masuk kamar untuk tidur, jam
berapa biasa bangun tidur, dan keteraturan pola tidur klien;
2) Kebiasaan yang dilakukan klien menjelang tidur, seperti membaca
buku, buang air kecil, dan lain-lain;
3) Gangguan tidur yang sering dialami klien dan cara mengatasinya;
4) Kebiasaan tidur siang; apakah klien biasa tidur siang? Jam berapa?
Berapa lama?
5) Lingkungan tidur klien. Bagaimana kondisi lingkungan tidur apakah
kondisinva bising, gelap, atau suhunya dingin? dan lain lain;
6) Peristiwa yang baru dialami klien dalam hidup. Perawat mempelajari
apakah peristiwa, yang dialami klien, yang menyebabkan klien
mengalami gangguan tidur?;
7) Status emosi dan mental klien. Status emosi dan mental memengaruhi
terhadap kemampuan klien untuk istirahat dan tidur. Perawat perlu
mengkaji mengenai status emosional dan mental klien, misalnya apakah
klien mengalami stres emosional atau ansietas?, juga dikaji sumber
stres yang dialami klien.
b. Perilaku deprivasi tidur yaitu manifestasi fisik dan perilaku yang timbul
sebagai akibat gangguan istirahat tidur, seperti:
1) Penampilan wajah, misalnya adakah area gelap di sekitar mata, bengkak
di kelopak mata, konjungtiva kemerahan, atau mata yang terlihat
cekung;
2) Perilaku yang terkait dengan gangguan istirabat tidur, misalnya apakah
klien mudah tersinggung, selalu menguap, kurang konsentrasi, atau
25
terlihat bingung;
3) Kelelahan, misalnya apakah klien tampak lelah, letih, atau lesu.
c. Gejala Klinis Gejala klinis yang mungkin muncul: perasaan lelah, gelisah,
emosi, apetis, adanya kehitaman di daerah sekitar mata bengkak,
konjungtiva merah dan mata perih, perhatian tidak fokus, sakit kepala.
d. Penyimpangan Tidur Kaji penyimpangan tidur seperti insomnia,
somnambulisme, enuresis, narkolepsi, night terrors, mendengkur, dan lain-
lain.
e. Pemeriksaan fisik
1) Tingkat energi, seperti terlihat kelelahan, kelemahan fisik, terlihat lesu.
2) Ciri-ciri diwajah, seperti mata sipit, kelopak mata sembab, mata merah,
semangat.
3) Ciri-ciri tingkah laku, seperti oleng/ sempoyongan, menggosok-gosok
mata, bicara lambat, sikap loyo. Data penunjang yang menyebabkan
adanya masalah potensial, seperti obesitas, deviasi septum, TD rendah,
RR dangkal dan dalam
2. Diagnosa keperawatan Diagnosis keperawatan yang mungkin ditemukan pada
klien dengan gangguan pemenuhan istirahat tidur antara lain:
a. Gangguan Pola Tidur
b. Ansietas
3. Intervensi Keperawatan dan Rasional
Intervensi keperawatan merupakan tindakan keperawatan selanjutnya yang
dilakukan setelah merumuskan diagnosa keperawatan. Dalam perumusan
intervensi keperawatan harus sesuai dengan diagnosis yang mendesak, tingkat
pemenuhan batasan karakteristik yang tinggi, faktor berhubungan barulah
kemudian faktor yang berisiko. Hal ini agar proses keperawatan yang dilakukan
spesifik dan dilakukan secara berurutan. (Herdman & Kamitsuru, 2015)
Intervensi keperawatan ialah segala rencana dan perlakuan yang diberikan
oleh perawat kepada pasien dengan berdasarkan ilmu pengetahuan untuk
mencapai tujuaan (outcome). Sedangkan tindakan keperawatan adalah tindakan
yang dilakukan perawat sebagai bentuk pengimplementasian dari intervensi
keperawatan. (PPNI, 2018)
26
4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan seluruh intervensi
keperawatan yang telah direncanakan oleh perawat kepada pasien. Dalam
melakukan pengimplementasian dilaksanakan sesuai dengan “validasi,
penugasan, keterampilan interpersonal, intelektual, dan teknikal”. (Rohayati,
2019)
Implementasi dalam pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur yaitu
dilakukan sesuai dengan intervensi dan kebutuhan pasien.
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan bentuk tindakan keperawatan yang terakhir
setelah melakukan pengkajian hingga implementasi keperawatan, dengan tujuan
untuk mengevaluasi ataupun sebagai bentuk penilaian terhadap proses
keperawatan yang telah dilakukan. (Herdman & Kamitsuru, 2015)
Hal yang perlu dievaluasi dalam pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur
pada pasien yaitu menggunakan format SOAP:
S: Pasien mengatakan dapat tidur dalam jangka waktu 20-30 menit, pada
waktu tidur tidak sering terbangun, jika terbangun akan mudah tidur
kembali, meningkatnya waktu tidur sesuai yang diharapkan, mengingat
kembali mimpi yang dialaminya, menyatakan perasaannya tenang
sesudah tidur, bebas dari kecemasan dan depresi, dapat bekerja dengan
baik dan penuh konsentrasi, klien dan keluarga mampu menjelaskan
faktor-faktor yang dapat meningkatkan tidur
O: Pasien tampak tenang saat di wawancarai setelah bangun tidur
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan. (Kasiati & Rosmalawati, 2016)
27
BAB III
ANALISIS
28
2. Mengajari terapi teknik relaksasi napas dalam
Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan
keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana
cara melakukan napas dalam, napas lambat (menahan inspirasi secara
maksimal) dan bagaimana menghembuskan napas secara perlahan, Selain dapat
menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi napas dalam juga dapat
meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah.
tujuan teknik relaksasi napas dalam adalah untuk meningkatkan ventilasi
alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasi paru, meningkatkan
efesiensi batuk, mengurangi stress baik stress fisik maupun emosional yaitu
menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan kecemasan.
3. Memberikan kompres hangat
Banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri pada abses,
salah satunya dengan pemberian kompres hangat. Pemberian kompres air hangat
adalah memberikan rasa hangat pada pasien dengan menggunakan cairan atau
alat yang menimbulkan hangat pada bagian tubuh yang memerlukannya.
Tujuannya adalah memperlancar sirkulasi darah, mengurangi rasa sakit,
merangsang peristaltik usus, memperlancar pengeluaran getah radang (eksudat),
memberikan rasa nyaman atau hangat dan tenang.
31
BAB IV
A. Kesimpulan
Dari asuhan keperawatan yang telah dibuat, dapat disimpulkan bahwa
gangguan pola tidur merupakan diagnosa utama dimana pasien sulit tidur dan selalu
terbangun pada malam hari.
B. Saran
Sesuai dengan kesimpulan diatas,maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai
berikut:
1. Bagi Pasien
Setelah adanya pendidikan kesehatan yang dilakukan selama proses pemberian
asuhan keperawatan diharapkan klien dan keluarga dengan mandiri untuk
mencegah,meningkatkan dan mempertahankan kesehatan baik individu ataupun
masyarakat sehingga tercapai kesehatan yang optimal.
2. Bagi Pelayanan Keperawatan
Dapat dijadikan bahan masukan bagi perawat di rumah sakit khususnya RSUP
Tajuddin Chalid Makassar dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan pada
kasus Anemia dengan Kebutuhan dasar Gangguan Pola Tidur
32
DAFTAR PUSTAKA
33
DAFTAR LAMPIRAN
34
35