Anda di halaman 1dari 37

PROSES KEPERAWATAN DAN BERPIKIR KRITIS

PROSES DIAGNOSIS KEPERAWATAN


DENGUE HEMORRHAGIC FEVER
DENGAN MENERAPKAN NANDA, NIC, NOC SERTA SDKI, SLKI, SIKI

Dosen Pengampu Mata Kuliah :


Ns. I Made Cahyadi Agastiya, S.Kep., M.Kep

Oleh :

1. Anak Agung Darma Prayoga (C1122039)


2. Ida Ayu Made Sinta Wulandari (C1122049)
3. Ida Ayu Putu Cindyana Putri (C1122050)
4. Ni Putu Desi Lestari (C1122071)
5. Ni Putu Yulianthi Pertiwi Putri (C1122073)
6. Ni Wayan Dina Puspasari (C1122074)

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA USADA BALI
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat dan karunianya makalah yang berjudul “Proses Diagnosis Keperawatan
Dengue Hemorrhagic Fever dengan Menerapkan NANDA, NIC, NOC serta SDKI,
SLKI, SIKI” dapat kami selesaikan dengan baik. Tim penulis berharap makalah ini
dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca tentang asuhan
keperawatan pada pasien DHF. Begitu pula atas limpahan kesehatan dan
kesempatan yang Tuhan berikan kepada kami sehingga makalah ini dapat kami
susun melalui beberapa sumber yakni melalui kajian pustaka maupun media
internet.

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-


besarnya kepada dosen pengampu mata kuliah Proses Keperawatan dan Berpikir
Kritis yang telah membimbing kami serta seluruh pihak pihak yang membantu
dalam pembuatan makalah ini. Harapan kami, informasi dan materi yang terdapat
dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, dan berguna bagi kami maupun
pihak lain yang berkepentingan. Kami jauh dari kata sempurna dan ini merupakan
langkah yang baik dari studi sesungguhnya. Oleh karena keterbatasan waktu dan
kemampuan kami, maka kritik dan saran yang membangun senantiasa kami
harapkan untuk perbaikan makalah kami kedepannya.

ii
DAFTAR ISI

Cover ...............................................................................................................

Kata Pengantar .............................................................................................. ii

Daftar Isi ......................................................................................................... iii

Bab I Pendahuluan......................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang .................................................................................. 1


1.2. Rumusan Masalah............................................................................. 2
1.3. Tujuan ................................................................................................ 2

Bab II Pembahasan ........................................................................................ 3

2.1 Studi Kasus Dengue Hemorrhagic Fever ......................................... 3


2.2 Proses Pengkajian pada Pasien DHF ............................................... 3
2.3 Analisa Data........................................................................................ 9
2.4 Penerapan NANDA, NIC, NOC pada Studi Kasus ......................... 14
2.5 Penerapan SDKI, SLKI, SIKI pada Studi Kasus ........................... 26

Bab III Penutup .............................................................................................. 33

3.1 Kesimpulan ........................................................................................ 33


3.2 Saran ................................................................................................... 33

Daftar Pustaka ................................................................................................ 34

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dengue Haemorhagic Fever (DHF) atau yang biasa disebut dengan penyakit
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan karena
infeksi virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegepty yang
dapat memicu terjadinya demam atau hipertermi (Wijayanti & Anugrahati, 2019).
Hipertermi merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas normal sebagai akibat
peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus. Sebagian besar demam pada anak
merupakan akibat dari perubahan pada pusat panas (termoregulasi) di hipotalamus.
Penyakit – penyakit yang ditandai dengan adanya demam dapat menyerang sistem
tubuh. Selain itu demam mungkin berperan dalam meningkatkan perkembangan
imunitas spesifik dan nonspesifik dalam membantu pemulihan atau pertahanan
terhadap infeksi (Fitrianda, 2016). Arbovirus yang menyebarkan melalui gigitan
nyamuk ke tubuh manusia akan masuk racun melalui aliran darah, badan menjadi
panas akibat toksin yang dikelola oleh nyamuk, akibat toksin tersebut hipotalamus
tidak bisa mengontrol yang akhirnya menjadi suhu tubuh menjadi panas tinggi atau
demam sehingga dapat terjadi perdarahan spontan dan mengalami syok hipovolemik
sehingga menyebabkan perubahan kebutuhan volume cairan dan akhirnya suhu tubuh
meningkat atau demam akut (Fitrianda, 2016). Komplikasi Dengue Haemorhagic
Fever (DHF) biasanya berhubungan dengan syok yang berat dan memanjang serta
perdarahan berat. Pemberian cairan yang berlebihan selama fase kebocoran plasma
dapat berakibat efusi massif, yang berujung pada gagal nafas, dapat terjadi gangguan
elektrolit / metabolik yaitu hipoglikemia, hiponatremia, hipokalsemia, atau terkadang
hiperglikemia (Vikri, 2019). Komplikasi Hipertermi pada DHF seperti syok dengan
perdarahan, gangguan metabolik, penurunan jumlah urine, dehidrasi dan hipotensi
(Murwani, 2018). Sebagian besar pasien yang terkena DBD/DHF yang telah
mengalami demam lebih dari 3 hari harus di rawat di rumah sakit untuk mendapatkan
perawatan yang intensif.

1
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Bagaimana contoh studi kasus DHF?
1.2.2. Bagaimana proses pengkajian pada pasien DHF?
1.2.3. Bagaimana analisa data pada studi kasus terkait?
1.2.4. Bagaimana penerapan NANDA NIC NOC pada studi kasus terkait?
1.2.5. Bagaimana penerapan SDKI SLKI SIKI pada studi kasus terkait?

1.3.Tujuan Umum
Untuk mengetahui proses asuhan keperawatan pada pasien DHF sesuai dengan
buku NANDA NIC NOC serta SDKI SLKI SIKI.

1.4. Tujuan Khusus


1.4.1. Untuk mengetahui contoh studi kasus pasien DHF
1.4.2. Untuk mengetahui proses pengkajian pada pasien DHF
1.4.3. Untuk mengetahui analisa data pada studi kasus terkait
1.4.4. Untuk mengetahui penerapan NANDA NIC NOC pada studi kasus DHF
1.4.5. Untuk mengetahui penerapan SDKI SLKI SIKI pada studi kasus DHF

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Studi Kasus Pasien Dengue Hemorrhagic Fever


Seorang laki-laki berusia 25 tahun menjalani MRS hari ke-2 dengan keluhan demam,
nyeri pada punggung dan tulang hilang timbul, kepala pusing. TD 110/70 mmHg,
rentang suhu 38o-39oC sudah terjadi hampir 2 hari SMRS dan saat ini 38,5oC. Uji
torniket positif, petekie (+), mual (+), muntah (+), BAB terakhir encer. Nilai lab : Ht
55,3%, Hb 20g/dL, LED 50mm/jam, Leukosit 5700/µL. Pasien saat ini merasa lemas
dan tidak mampu melakukan aktivitas fisik.

2.2 Proses Pengkajian Pasien DHF

1. Identitas
• Pasien
➢ Nama : Tn. A
➢ Umur : 25 tahun
➢ Jenis kelamin : Laki-laki
➢ Pendidikan : SMA
➢ Pekerjaan : Pegawai swasta
➢ Status perkawinan : Menikah
➢ Agama : Hindu
➢ Alamat : Jl. Dewi Uma, Gianyar
➢ Tanggal masuk : 28 Maret 2023
➢ Tanggal pengkajian : 28 Maret 2023
➢ Sumber Informasi : Pasien dan keluarga
➢ Diagnosa masuk : DHF
• Penanggung jawab
➢ Nama : Ny. K
➢ Hubungan dengan pasien : Istri
2. Status kesehatan
a. Status Kesehatan Saat Ini
➢ Keluhan utama (saat MRS) : pasien mengeluh demam, nyeri pada
punggung dan tulang hilang timbul.
3
➢ Alasan masuk Rumah Sakit dan perjalanan penyakit saat ini : pasien
mengeluh demam, nyeri pada punggung dan tulang hilang timbul, kepala
pusing. Saat ini pasien merasa lemas dan tidak mampu melakukan aktifitas
fisik
b. Status Kesehatan Masa Lalu

➢ Apakah sebelumnya pasien sudah pernah menderita DHF?

➢ Apakah sebelumnya pasien pernah dirawat karena penyakit tertentu?

➢ Apakah sebelumnya pasien memiliki riwayat alergi obat atau makanan?

➢ Apakah sebelumnya pasien pernah memiliki riwayat tranfusi?

➢ Apakah pasien memiliki kebiasaan merokok, minum kopi dan pengguna


alkohol?
3. Riwayat Penyakit Keluarga
➢ Apakah terdapat keluarga dari pasien yang tinggal dalam satu rumah dan
saat ini mengalami DHF?
➢ Apakah terdapat tetangga atau keluarga dalam jarak rumah yang
berdekatan yang saat ini mengalami DHF?

4. Pola Fungsi Kesehatan


a. Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan:
▪ Apakah saat sakit pasien akan minum obat dan pergi ke petugaskesehatan
terdekat?

▪ Apakah menurut pasien kesehatan itu penting?

b. Nutrisi/ metabolic:
▪ Setelah masuk rumah sakit pasien mengalami mual (+) dan muntah (+)

▪ Menilai apakah pasien mengalami perubahan porsi dan nafsu makan


sebelum dan setelah sakit?
▪ Menilai bagaimana konsumsi makanan dan cairan pasien setelah sakit

4
c. Pola eliminasi
Berdasarkan pengkajian pasien mengalami BAB terakhir encer
d. Pola aktivitas dan latihan (ADL dan latihan)
- Menilai apakah pasien mampu melakukan aktivitas dan latihan seperti
perawatan diri, makan, mandi, toileting, berpakaian, mobilisasi, dan
berpindah secara mandiri atau dibantu
- Pasien mengatakan tidak mampu melakukan aktivitas
e. Pola tidur dan istirahat
▪ Menilai frekuensi dan durasi periode istirahat dan tidur pasien sebelum
dan setelah sakit

▪ Apakah ada masalah yang dirasakan saat tidur?

f. Pola kognitif-perseptual
Berdasarkan pada kasus, pasien merasa nyeri pada punggung dan tulang
yang hilang timbul
g. Pola persepsi diri/konsep diri
Menanyakan pada pasien selama sakit apakah ada peruubahan peran, harga
diri, gambaran diri, ideal diri dan identitas diri
h. Pola seksual dan reproduksi
Apakah selama sakit pasien mengalami perubahan dalam pemenuhan
kebutuhan seksual
i. Pola peran-hubungan
Apakah terjadi perubahan peran hubungan dalam keluarga dan peran sosial
selama pasien sakit dan dirawat di rumah sakit?
j. Pola manajemen koping stress
Menilai apakah pasien mengungkapkan keluhan yang dirasakan baik pada
petugas kesehatan maupun keluarga
k. Pola keyakinan-nilai
Menilai apakah pasien mampu melakukan persembahyangan selama sakit
atau hanya berdoa di tempat tidur

5
5. Riwayat Kesehatan dan Pemeriksaan fisik

A. Kulit
- Inspeksi : Menilai warna kulit, melihat ada tidaknya edema dan

lesi
- Palpasi : Menilai ada tidaknya edema, menilai ada tidaknya nyeri
tekan, menilai akral pasien pana, hangat atau dingin
B. Kepala
- Inspeksi : Melihat keadaan rambut dan kulit kepala, melihat ada
tidaknya lesi

- Palpasi : Menilai ada tidaknya nyeri tekan dan edema

C. Mata
- Inspeksi : Menilai apakah pandangan kabur atau tidak, menilai
warna konjuctiva dan sklera

D. Telinga
- Inspeksi : Melihat apakah telinga simetris, menilai ada tidaknya lesi

E. Hidung
- Inspeksi : Melihat ada tidaknya lesi, melihat apakah terdapat sekret,
saat anak bernafas terdapat cuping hidung

F. Mulut
- Inspeksi : Melihat warna mukosa mulut dan serta apakah mukosa
mulut lembab atau kering

G. Leher
- Inspeksi : Melihat ada tidaknya pembesaran kelenjar tiroid

- Palpasi : Menilai ada tidaknya pembesaran kelenjar tiroid atau

kelenjar limfe

6
H. Dada
Payudara
- Inspeksi
Areola : Menilai warna areola
Puting : Menilai apakah puting susu menonjol atau tidak
Paru-paru
- Inspeksi : Menilai apakah gerakan dada kanan dan kiri simetris
- Palpasi : Menilai bagaimana retraksi dinding dada
- Auskultasi : Menilai suara nafas klien (suara nafas anak mengi)
Jantung
- Inspeksi : Menilai apakah iktus kordis terlihat atau tidak
- Palpasi : Menilai tempat terabanya iktus kordis
- Auskultasi : Menilai suara jantung dan menilai apakah ada suara
tambahan
I. Abdomen
- Inspeksi : Melihat keadaan perut dan tidaknya asites
- Palpasi : Menilai ada tidaknya nyeri tekan
- Perkusi : Apakah suara perkusi perut timfani atau tidak
- Auskultasi : Menilai bunyi bising usus

J. Sistem gastrointestinal
Pasien mengalami mual (+) dan muntah (+)

K. Sistem muskuloskeletal
Berdasarkan kasus pasien mengeluh nyeri otot dan punggung hilang timbul

L. Genetalia
- Inspeksi : Melihat kebersihan genitalia

M. Anus dan rektum


- Inspeksi : Melihat keadaan dan kebersihan anus dan rectum

7
N. Muskuloskeletal
- Mengkaji refleks kaki dengan tes patella

O. Neurologi
- Menilai tingkat kesadaran pasien (composmentis)

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Data laboratorium yang berhubungan

Hematokrit: 55,3% (normal: 35-45%)

HB: 20g/dl. (normal 13-16g/dl)


LED: 50 mm/jam
Leukosit : 5700/uL (normal: 5000-10.000/uL)
Plt: 34.000/uL (normal: 150-400)

b. Pemeriksaan penunjang diagnostik lain


Hasil torniket (+)

8
2.3 Analisa Data
No Tgl Data Etiologi Masalah
1. 28 Maret DS : Pasien Gigitan nyamuk aedes Kekurangan
2023 merasa lemas dan aegypti Volume
tidak mampu Cairan
melakukan
Masuknya virus dengue
aktivitas fisik.
dalam tubuh

DO : Hasil
Kontak dengan antibodi
pemeriksaan lab
menunjukan:
Ht : 55,3% Virus berekasi dengan
antibodi
Hb : 20 g/dl

LED : 5700/µL
Terbentuknya kompleks
Plt : 34.000 /µL virus antibodi

Aktivasi C3 & C5

Pelepasan C3a & C5a

Peningkatan
permeabilitas
dinding pembuluh darah

Perembesan plasma keluar


menuju ekstravaskuler

Kekurangan volume
cairan

9
2. 28 Maret DS : Pasien Virus masuk sirkulasi Hipertemia
2023 mengeluh
demam Menempel di sel fagosit
mononuklear
DO :

- Suhu tubuh
Masuk & menginfeksi sel
38,5oC
fagosit
- Kulit pasien
terasa panas Virus bereplikasi di dalam
saat disentuh sel fagosit

Aktivasi sel T helper, T


sitotoksis & sistem
komplemen

Merangsang mikrofag
melepaskan IL-1, TNF-α
& IFN-γ (pirogen
endogen)

Aktivasi IL-1 di
hipotalamus

10
Endothelium hipotalamus
meningkatkan produksi
prostaglandin &
neurotransmiter

Prostaglandin berikatan
dengan neuron prepiotik
di hipotalamus

Peningkatan thermostatic
set poin

Peningkatan suhu >


37,5oC

Hipertemia

11
3. 28 Maret DS : Pasien Virus masuk dan bereaksi Nausea
2023 mengatakan dengan antibodi
lemas, merasa
mual dansudah Gangguan endotel
muntah
DO : Pasien
Agregasi trombosit
terlihat mual

Mengaktivasi sistem
koagulasi

Pengeluaran ADP
(Adenosin Di Phosphat)

Trombosit melekat satu


sama lain

Kerja hati dan limfa


berlebihan untuk
menghancurkan trombosit
yang rusak

Hepatomegali-
Splenomegali

Mendesak lambung

Peningkatan HCl

Nausea

12
4. 28 Maret DS : Pasien Peningkatan Nyeri Akut
2023 mengatakan nyeri permeabilitasdinding
pada punggung pembuluh darah
dantulang hilang
timbul Kebocoran plasma
DO: -

Peningkatan hematokrit

Viskositas darah
meningkat

Aliran darah meningkat

Suplai O2 menurun

Penumpukan asam
laktatdi sel otot

Nyeri otot dan punggung

Nyeri akut

13
2.4 Penerapan NANDA NIC NOC pada Studi Kasus DHF

NANDA NIC NOC


Defisien MANAJEMEN HIPOVOLEMI (4180 Setelah diberikan
volume cairan / NIC) tindakan
berhubungan - Timbang berat badan di waktu yang keperawatan selama
dengan sama (misalnya setelah BAK/BAB, 3x24 jam diharapkan
penurunan sebelum sarapan) dan monitor cairan tubuh pasien
mekanisme kecenderungan (arah gejala) terpenuhi dan
regulasi - Monitor status hemodinamik, hematokrit menuju
ditandai oleh - Monitor adanya tanda-tanda rentang normal
peningkatan dehidrasi dengan kriteria hasil
kadar - Monitor adanya hipotensi ortotastik Fluid Balance
hematokrit. dan pusing saat berdiri
1. Tekanan
- Monitor adanya sumber-sumber
darahpasien dalam
kehilangan cairan (misalnya
rentannormal yaitu
Kode Diagnosis perdarahan, muntah, diare, keringat
120/80 mmHg.
00027 yang berlebihan, dan takipnea)
2. Turgor kulit pasien
Definisi : - Monitor asupan dan pengeluaran
normal.
Penurunan - Monitor area akses memasukkan alat
3. Hematokrit pasien
cairan terhadap adanya infil- trasi, phlebitis,
normal yaitu 40 –
intravaskular, dan infeksi, dengan tepat
48%.
interstisial, dan - Monitor adanya bukti laboratorium
Hydration
intraseluler. Ini terkait dengan kehilangan darah
1. Intake cairan
mengacu pada (misalnya hemoglobin, hematokrit, tes
pasien terpenuhi
dehidrasi, fekal adanya gumpalan darah), jika
(intakecairan =
kehilangan tersedia
outputcairan)
cairan saja - Monitor bukti laboratorium dari
2. Pasien mampu
tanpa perubahan adanya hemokonsentrasi (misalnya
menghasilkan
kadar natrium. sodium, BUN, berat jenis urin), jika
urine.
tersedia
3. Bagian membrane

14
- Monitor bukti laboratorium dan mukosa tubuh
bukti klinis adanya cedera ginjal akut tidak kering
(misalnya peningkatan BUN, (sepertimulut)
peningkatana krea- finin, penurunan 4. Pasien tidak
GFR, myoglobinemia, dan penurunan merasa kehausan
urin output)
- Dukung asupan cairan oral
(misalnya, berikan cairan lebih dari
output 24 jam dan berikan cairan
dengan makanan), jika tidak ada
kontraindikasi
- Tawarkan pilihan minum setiap 1
sampai 2 jam saat terjaga, jika tidak
ada kontraindikasi
- Jaga kepatenen akses IV
- Hitung kebutuhan cairan didasarkan
pada area permukaan tubuh dan ukuran
[tubuh] terbakar, dengan tepat
- Berikan cairan IV isotonik yang di
resepkan (misalnya cairan normal
saline atau Lactated Ringer) untuk
rehidrasi ekstra- seluler dengan tetesan
aliran yang tepat
- Berikan cairan hipotonik IV yang
diresepkan (misalnya 5% dextrose
dalam cairan atau 0.45% sodium
chloride) untuk rehidrasi intraseluler
pada tetesan aliran yang tepat, dengan
tepat
- Berikan cairan IV isotonik bolus
yang diresepkan pada aliran tetesan
yang tepat untuk menjaga integritas
hemodinamik Berikan colloid

15
suspensions yang diresepkan (misalnya
Hes-pan, albumin, atau Plasmanate)
untuk penggantian volume intravena,
dengan tepat
- Berikan produk darah yang
diresepkan untuk meningkatkan
tekanan plasma onkotik dan mengganti
volume darah, dengan tepat
- Monitor adanya tanda reaksi
transfusi darah, dengan tepat
- Lakukan autotransfusi untuk
kehilangan darah, jika tepat
- Monitor adanya bukti-bukti
hipervolemia dan edema paru elama
rehidrasi IV- Berikan cairan IV pada
suhu kamar
- Gunakan pompa IV untuk menjaga
tetesan aliran infus intra- Vena tetap
stabil.
- Monitor integritas kulita pasien yang
tidak dapat bergerak dan memiliki
kulit kering
- Tingkatkan integritas kulit (misalnya
mencegah pencukuran, hindari
kelembaban yang berlebihan, dan
sediakan nutrisi yang cukup) pada
pasien yang tidak dapat bergerak dan
memiliki kulit kering, dengan tepat
- Bantu pasien dengan ambulasi pada
kasus hipotensi postural
- Instruksikan pada pasien untuk
menghindari posisi yang ber- ubah

16
cepat, khususnya dari posisi telentang
pada posisi duduk atau berdiri
- Implementasikan posisi
trendelenburg yang dimodifikasi (mi-
salnya kaki ditinggikan di atas posisi
jantung dengan tubuh terlentang) saat
hipotensi untuk mengoptimalkan
perfusi otak dalam meminimalkan
kebutuhan oksigen jantung
- Monitor rongga mulut dari
kekeringan dan/atau membran mukosa
yang pecah
- Sediakan cairan oral (atau moistened
mouth swabs) sesering mungkin untuk
memelihara integritas membran
mukosa mu- lut, jika tidak ada
kontraindikasi
- Fasilitasi kebersihan mulut
(misalnya menggosok gigi dengan
pasta gigi, menggunakan obat kumur
tanpa alkohol) dua kali sehari
- Posisikan untuk perfusi perifer
- Berikan vasodilator yang diresepkan
dengan hati-hati (misal-nya
nitrogliserin, nitroprusside, dan
calcium channel blockers) saat
menghangatkan kembali pasien setelah
operasi, dengan tepat
- Berikan atrial natriuretic peptide
(ANP) yang diresepkan un- tuk
mencegah cedera ginjal akut, dengan
tepat-

17
- Instruksikan pada pasien dan/atau
keluarga untuk mencatat asupan dan
output, dengan tepat
- Instruksikan pada pasien dan/atau
keluarga tindakan tindakan yang
dilakukan untuk mengatasi
hipovolemia
Hipertermia PERAWATAN HIPERTERMIA Setelah diberikan
berhubungan (3786/NIC) tindakan
dengan infeksi - Pastikan kepatenan jalan nafas keperawatanselama
virus dengue - Monitor tanda tanda vital 3x 24 jam
ditandai oleh - Berikan oksigen, sesuai kebutuhan diharapkan suhu
kulit tubuh - Hentikan pengobatan yang diduga tubuh pasien menuju
terasa panas sebagai penyebab pasien mengalami normal
ketika disentuh sindrom maligna neuroleptik Dengan kriteria hasil
-Hentikan aktivitas fisik Thermoregulation
Kode Diagnosis - Jauhkan pasien dari sumber panas,
1. Terjadi penurunan
00007 pindahkan ke lingkungan yang lebih
pada suhu kulit
Definisi : Suhu dingin
pasien yaitu saat
inti tubuh di - Longgarkan atau lepaskan pakaian
disentuh tidak
atas rentang - Berikan metode pendinginan
terasa panas
diurnal normal eksternal (misalnya, kompres dingin
2. Warna kulit pasien
karena pada leher, abdomen, kulit kepala,
kembali ke warna
kegagalan ketiak, dan selang- kangan, selimut
aslinya
termoregulasi. dingin), sesuai kebutuhan
3. Pasien
- Tempatkan pasien pada air dingin
tidakmengalami
yang dapat ditoleransi pasien untuk
dehidrasi
menghindari menggigil
selamahipertermi
- Basahi permukaan tubuh dan kipasi
Vital signs
pasien
1. Suhu tubuh stabil
- Hindari spons mandi dengan
stabil dan menuju
menggunakan alkohol
rentang

18
-Berikan cairan rehidrasi oral (misal, normal
cairan olahraga) atau cairan dingin lain yaitu 36,5 - 37,5
- Jangan tawarkan cairan per oral pada
pasien dengan gangguan neurologi
2. Frekuensi
- Jangan berikan tablet garam
pernafasan (16-
- Pasang akses IV
20x/menit),
- Berikan cairan IV, gunakan cairan
tekanandarah
yang sudah didinginkan, sesuai
(120/80) dannadi
kebutuhan
(60-100x/mnt)
- Berikan metode pendinginan internal
pasien dalam
(seperti, lavement lam- bung dengan
rentang normal
es, lavement kandung kemih,
peritoneal atau torak), sesuai
kebutuhan
- Berikan obat anti menggigil sesuai
kebutuhan
- Jangan berikan aspirin atau
antipiretik lain
- Pasang NGT, sesuai kebutuhan
- Pasang katater urin
- Hentikan aktivitas pendinginan jika
suhu tubuh mencapai 39°C

- Monitor abnormalitas status mental


(seperti bingung, perilaku bizzare,
cemas, hilangnya koordinasi, agitasi,
kejang dan koma) Monitor suhu tubuh
menggunakan alat yang sesuai
(misalnya, pemeriksaan rektal atau
esophagus)
- Lakukan pemeriksaan laboratorium
serum elektrolit, urinalisis enzim
jantung, enzim hati dan hitung darah
lengkap dan monitor hasilnya

19
- Monitor output urin
- Monitor AGD
- Monitor hipoglikemi
- Monitor hasil EKG
- Monitor adanya komplikasi (misal,
gangguan ginjal, ketidak- seimbangan
asam basa, koagulopathi, edema
pulmonary, edema serebral dan
sindrom disfungsi multiple organ)
- Sediakan atau atur transportasi ke
rumah sakit untuk pera- watan lebih
lanjut
- Instruksikan pasien adanya faktor
risiko dari kondisi sakit yang berkaitan
dengan panas (misal, suhu lingkungan
yang panas, kelembaban tinggi,
dehidrasi, pengerahan tenaga fisik,
obesitas, umur yang ekstrim, obat
tertentu dan penyakit jantung)
- Instruksikan pasien mengenai
tindakan-tindakan untuk men- cegah
kondisi sakit yang berhubungan
dengan panas (misal, mencegah
terpapar sinar matahari yang
berlebihan, asupan nutrisi dan cairan
yang adekuat sebelum, selama dan
setelah aktivitas fisik, cari tempat
dimana tersedia AC, dan pakai -
pakaian yang tidak ketat, warna terang
dan ringan)
- Instruksikan pasien mengenai tanda
dan gejala awal dari kondisi sakit yang

20
berhubungan dengan panas dan kapan
mencari bantuan petugas kesehatan.
Mual MANAJEMEN MUAL (1450 / NIC) Setelah diberikan
berhubungan - Dorong pasien untuk memantau tindakan
dengan adanya pengalaman diri terhadap mual keperawatan selama
iritasi - Dorong pasien untuk belajar strategi 3x24 jam
gastrointestinal mengatasi mual sendiri diharapkan mual
ditandai - Lakukan penilaian lengkap terhadap muntah pasien
dengan mual, termasuk dorong frekuensi, berkurang
keengganan durasi, tingkat keparahan, dan faktor- Dengan kriteria hasil :
terhadap faktor pencetus, dengan menggunakan
NOC :
makanan alat [pengkajian]
Nausea & Vomiting
- Observasi tanda-tanda nonverbal dari
Control
ketidaknyamanan
1. Pasien dapat
Kode Diagnosis - Evaluasi pengalaman masa lalu
mengetahui
00134 individu terhadap mual (misal- nya,
dan
Definisi : Suatu kehamilan dan mabuk darat).
menghindari
fenomena - Dapatkan riwayat lengkap perawatan
penyebab
subjektif sebelumnya
mual
tentang rasa - Dapatkan riwayat diet pasien seperti
2. Meggunakan
tidak nyaman [makanan] yang disukai dan yang tidak
obat antiemetik
pada bagian disukai serta preferensi (makanan)
Nausea &
belakang terkait budaya
VomitingSeverity
tenggorok dan - Evaluasi dampak dari pengalaman
1. Frekuensi mual
lambung, yang mual pada kualitas hidup (misalnya,
pasien
dapat atau tidak nafsu makan, aktivitas, prestasi kerja,
berkurang
mengakibatkan tanggung jawab peran, dan tidur)
2. Intensitas mual
muntah. - Identifikasi faktor-faktor yang dapat
pasien
menyebabkan atau ber- kontribusi
berkurang
terhadap mual (misalnya, obat-obatan
3. Frekuensi muntah
dan prose- dur)
pasien berkurang
- Pastikan bahwa obat antiemetik yang
efektif diberikan untuk mencegah mual

21
bila memungkinkan (kecuali untuk
mual yang berhubungan dengan
kehamilan)
- Kendalikan faktor-faktor lingkungan
yang mungkin bisa mem- bangkitkan
mual (misalnya, bau yang tidak
menyenangkan, suara, dan stimulasi
visual yang tidak menyenangkan)
- Kurangi atau hilangkan faktor-faktor
yang bersifat personal yang memicu
atau meningkatkan mual (kecemasan,
takut, kelelahan, dan kurangnya
pengetahuan)
- Identifikasi strategi yang telah
berhasil [dilakukan] dalam [upaya]
mengurangi mual
- Tunjukkan penerimaan diri terhadap
mual dan berkolaborasi dengan pasien
ketika memilih strategi pengendalian
mual
- Pertimbangkan pengaruh budaya
terhadap respon mual ketika
mengimplementasikan intervensi
- Dorong pasien untuk tidak mentolerir
mual tapi bersikap asertif dengan
penyedia layanan kesehatan dalam
memperoleh bantuan pasien untuk
tidak mentolerir mual tapi bersikap
farmakologi dan nonfarmakologi
- Ajari penggunaan teknik
nonfarmakologi (misalnya, biofeed-
back, hipnosis, relaksasi, imajinasi
terbimbing, terapi musik, Dorong

22
penggunaan teknik nonfarmakologi
sebelum mual distraksi, akupresur)
untuk mengatasi mual meningkat atau
terjadi, sebelum, selama, dan setelah
kemo- terapi, bersama dengan tindakan
pengendalian mual lainnya
- Informasikan profesional perawatan
kesehatan lainnya dan anggota
keluarga dari setiap strategi
nonfarmakologi yang digunakan oleh
pasien yang mual.
- Tingkatkan istirahat dan tidur yang
cukup untuk memfasilitasi
pengurangan mual
- Lakukan kebersihan mulut sesering
mungkin untuk mening- katkan
kenyamanan, kecuali [hal ini]
merangsang mual
- Dorong pola makan dengan porsi
sedikit makanan yang me- narik bagi
[pasien] yang mual
- Instruksikan pasien mengenai diet
tinggi karbohidrat dan ren- dah lemak,
yang sesuai
- Berikan cairan bening dingin yang
bersih dan makanan yang tidak berbau
dan tidak berwarna, yang sesuai
- Monitor asupan makanan terhadap
kandungan gizi dan kalori
- Timbang berat badan secara teratur
- Berikan informasi mengenai mual,
seperti penyebab mual dan berapa
lama itu akan berlangsung

23
- Bantu untuk mencari dan
memberikan dukungan emosional
- Monitor efek dari manajemen mual
secara keseluruhan
Nyeri akut MANAJEMEN NYERI AKUT (1410 / Setelah diberikan
berhubungan NIC) tindakan
dengan agen - Lakukan pengkajian nyeri keperawatan selama
biological komprehensif yang meliputi lokasi, 3x24 jam diharapkan
ditandai karakteristik, onset/durasi, frekuensi nyeri yang dirasakan
dengan pasien dan kualitas, intensitas serta apa yang pasien berkurang
menyatakan mengurangi nyeri dan faktor yang Dengan kriteria hasil
nyeri pada memicu NOC:
punggung dan - Identifikasi intensitas nyeri selama Pain Control
tulang hilang pergerakan misalnya akti- vitas yang
1. Pasien dapat
timbul diperlukan untuk pemulihan (batuk
menggunakan
dan nafas da- lam, ambulasi, transfer
teknik non
Kode Diagnosis ke kursi)
farmakologi untuk
00132 - Eksplorasi pengetahuan dan
menurunkan rasa
Definisi : kepercayaan mengenai nyeri, me-liputi
nyeri
Pengalaman pengaruh budaya
2. Menggunakan obat
sensorik dan - Monitor nyeri menggunakan alat
non-analgesik
emosional tidak pengukur yang valid dan reliable
sesuaianjuran
menyenangkan sesuai usia dan kemampuan
Pain Level
berkaitan berkomunikasi
1. Pasien
dengan - Observasi adanya petunjuk non-
dapat
kerusakan verbal mengenai ketidaknya- manan
menyampaikan
jaringan aktual terutama pada mereka yang tidak dapat
nyeri yang
atau potensial, berkomunikasi secara efektif
atau yang - Tanyakan pasien terkait dengan dirasakan.
digambarkan tingkat nyeri yang tetap nya-man dan
2. Durasi nyeri yang
sebagai fungsi yang usaha untuk menjaga nyeri
dirasakan pasien
kerusakan pada level yang lebih rendah daripada
dapat berkurang.
(Internasional nyeri yang teridentifikasi
3. Skala nyeri yang

24
Association for - Yakinkan bahwa pasien menerima dirasakan pasien
the Study of perawatan analgesik yang tepat berkurang
Pain); awitan sebelum nyeri menjadi lebih parah atau 4. Pasien dapat
yang tiba-tiba sebelum aktivitas yang akan memicu mengekspresikan
atau lambat nyeri rasa nyerinya
dengan - Berikan analgesik sekitar 24-48 jam
intensitas ringan setelah pembedahan, trauma atau
hingga berat, cedera kecuali jika status sedasi atau
dengan pernafasan menunjukkan kebalikannya
berakhirnya - Monitor status sedasi dan
dapat pernafasan sebelum memberikan
diantisipasi atau opioid dan interval teratur saat opioid
diprediksi, dan diberikan
dengan durasi - Ikuti protokol agensi dalam memilih
kurang dri 3 analgesik dan dosis Gunakan
bulan. kombinasi analgesik (misalnya opioid
dan non-opioid), jika nyeri memberat
- Pilih dan implementasikan pilihan
intervensi yang sesuai dengan
keuntungan dan risiko yang diinginkan
pasien (misalnya farmakologi,
nonfarmakologi, interpersonal) untuk
memfa- silitas menurunnya nyeri,
dengan tepat
- Hindari penggunaan analgesik yang
mungkin memiliki efek samping pada
orang yang lebih tua
- Berikan analgesi menggunakan rute
yang paling tidak invasive yang ada,
hindari rute intramuskular
- Sediakan PCA dan rute pemberian
intraspinal, dengan tepat

25
- Lakukan intervensi
nonfarmakologi untuk penyebab nyeri
dan apa yang diinginkan pasien,
dengan tepat
- Modifikasi pengukuran kontrol
nyeri berdasarkan respon pa- sien
terhadap penanganan
- Cegah dan kelola efek samping
pengobatan
- Beritahukan dokter jika tindakan
kontrol nyeri tidak berhasil
- Sediakan informasi akurat pada
keluarga dan pasien mengenai
pengalaman nyeri pasien

2.5 Penerapan SDKI SLKI SIKI pada Studi Kasus DHF

SDKI SIKI SLKI


Hipovolemia Manajemen Hipovolemia (hal 184) Setelah diberikan
berhubungan Kode : I.03116 intervensi selama 3x24
dengan Observasi : jam maka status cairan
peningkatan 1. Periksa tanda dan gejala membaik, dengan
permeabilitas hipovolemia (mis. kriteria hasil:
kapiler frekuensi nadi meningkat, • Kekuatan nadi
ditandai oleh nadi teraba lemah tekanan meningkat
peningkatan darah menurun, tekanan • Turgor kulit
kadar nadi menyempit, turgor meningkat
hematokrit kulit menurun, membran • Ortopnea
mukes kering, volume urin menurun
Kode : D.0023 menurun, hematokrit • Dyspnea
Definisi : meningkat, haus, lemah) menurun
Penurunan 2. Monitor intake dan output • Frekuensi nadi
volume cairan cairan membaik

26
intravaskular, Terapeutik : • Tekanan darah
interstisial, dan 1. Hitung kebutuhan cairan membaik
atau intraseluler 2. Berikan posisi modified • Tekanan nadi
Trendelenburg membaik
3. Berikan asupan cairan oral • Membrane
Edukasi : mukosa membaik
1. Anjurkan memperbanyak • Kadar Hb
asupan cairan oral membaik
2. Anjurkan menghindari • Kadar ht
perubahan posisi mendadak membaik
Kolaborasi : • Intake cairan
1. Kolaborasi pemberian membaik
cairan IV isotonis (mis.
NaCl, RL)
2. Kolaborasi pemberian
cairan IV hipotonis (mis.
glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
3. Kolaborasi pemberian
cairan koloid (mis,
albumin, Plasmanate)
4. Kolaborasi pemberian
produk darah
Hipertermia Manajemen hipertemia (hal 181) Setelah dilakukan
berhubungan kode : I.15506 intervensi selama
dengan proses Observasi : 3x24 jam, maka
penyakit DHF 1. Identifikasi penyebab hipertermia menurun
ditandai oleh hipertermia (mis. dehidrasi, dengan kriteria hasil
suhu tubuh terpapar lingkungan panas, • Menggigil menurun
diatas nilai penggunaan inkubator) • Tidak tampak kulit
normal 2. Monitor suhu tubuh yang memerah
3. Monitor kadar elektrolit • Tidak ada kejang
4. Monitor haluaran urine • Tidak tampak
Kode : D.0130 akrosianosis

27
Definisi : 5. Monitor komplikasi akibat • Konsumsi oksigen
Suhu tubuh hipertermia menurun
meningkat Terapeutik : • Piloereksi menurun
diatas rentang 1. Sediakan lingkungan yang • Tidak tampak pucat
normal tubuh dingin • Tidak terdapat
2. Longgarkan atau lepaskan takikardia
pakaian • Tidak nampak
3. Basahi dan kipasi takipnea
permukaan tubuh • Tidak terdapat
4. Berikan cairan oral bradikardi
5. Ganti linen setiap hari atau
• Tidak ada hipoksia
lebih sering jika mengalami
• Suhu tubuh membaik
hiperhidrosis (keringat
• Suhu kulit membaik
berlebih)
Kadar glukosa membaik
6. Lakukan pendinginan
eksternal (mis, selimut
hipotermia atau kompres
dingin pada dahi, leher,
dada, abdomen, aksila)
7. Hindari pemberian
antipiretik atau aspirin
8. Edukasi
9. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi :
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
Nausea Manajemen Mual (hal 197) Setelah dilakukan
berhubungan Kode : I.03117 asuhan keperawatan
dengan iritasi Observasi : selama 3x24 jam maka
lambung

28
ditandai oleh 1. Identifikasi pengalaman tingkat menurun dengan
keluhan mual mual kriteria hasil :
dari pasien 2. Identifikasi isyarat • Nafsu makan
nonverbal meningkat (5)
ketidaknyamanan (mis. • Keluhan mual
bayi, anak-anak, dan menurun (5)
Kode : D. 0076 mereka yang tidak dapat • Perasaan ingin
Definisi : berkomunikasi secara muntah menurun
Perasaan tidak efektif) (5)
nyaman pada 3. Identifikasi dampak mual • Perasaan asam
bagian belakang terhadap kualitas hidup dimulut menurun
tenggorok atau (mis. nafsu makan, (5)
lambung yang aktivitas, kinerja, tanggung • Wajah pucat
dapat jawab peran, dan tidur) membaik (5)
mengakibatkan 4. Identifikasi faktor • Takikardia
muntah. penyebab mual (mis. membaik (5)
pengobatan dan prosedur)
5. Identifikasi antiemetik
untuk mencegah mual
(kecuali mual pada
kehamilan) dan tingkat
keparahan)
6. Monitor mual (mis.
frekuensi, durasi
7. Monitor asupan nutrisi dan
kalori
Terapeutik :
1. Kendalikan faktor
lingkungan penyebab mual
(mis, bau tak sedap, suara,
dan rangsanga visual yang
tidak menyenangkan)

29
2. Kurangi atau hilangkan
keadaan penyebab mual
(mis. kecemasan,
ketakutan, kelelahan)
3. Berikan makanan dalam
jumlah kecil dan menarik
4. Berikan makanan dingin,
cairan bening, tidak berbau
dan tidak berwarna, jika
perlu
Edukasi :
1. Anjurkan istirahat dan tidur
yang cukup
2. Anjurkan sering
membersihkan mulut,
kecuali jika merangsang
mual
3. Anjurkan makanan tinggi
karbohidrat dan rendah
lemak
4. Ajarkan penggunaan teknik
nonfarmakologis untuk
mengatasi mual (mis.
biofeedback hipnosis,
relaksasi, terapi musik,
akupresur)
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
antiemetik, jika perlu

Nyeri Akut Manajemen Nyeri (hal 201) Setelah dilakukan


berhubungan Kode : I. 08238 asuhan keperawatan
dengan agen Observasi : selama 3x24 jam

30
pencedera 1. Identifikasi lokasi, diharapkan nyeri pada
fisiologis karakteristik, durasi, pasien berkurang
ditandai oleh frekuensi, kualitas, dengann kriteria hasil :
keluhan nyeri intensitas nyeri Tingkat nyeri
dari pasien 2. Identifikasi skala nyeri • Nyeri berkurang
3. Identifikasi respons nyeri dengan skala 2
Kode : D.0077 non verbal • Pasien tidak
Definisi : 4. Identifikasi faktor yang mengeluh nyeri
Pengalaman memperberat dan • Pasien tampak
sensorik atau memperingan nyeri tenang
emosional yang 5. Identifikasi pengetahuan • Pasien dapat
berkaitan dan keyaninan tentang tidur dengan
dengan nyeri tenang
kerusakan 6. Identifikasi pengaruh • Frekuensi nadi
jaringan aktual budaya terhadap respon dalam batas
atau fungsional, nyeri normal (60-
dengan onset 7. Identifikasi pengaruh nyeri 100x/menit)
mendadak atau pada kualitas hidup • Tekanan darah
lambat dan 8. Monitor keberhasilan terapi dalam batas
berintensitas komplementer yang sudah normal (90/60
ringan hingga diberikan mmHg – 120/80
berat yang 9. Monitor efek samping mmHg)
berlangsung penggunaan analgetik
• RR dalam batas
kurang dari 3 Terapeutik :
normal (16-
bulan. 1. Berikan teknik 20x/menit)
nonfarmakologis untuk
Kontrol nyeri
mengurangi rasa nyen (mis.
• Melaporkan
TENS, hipnosis, akupresur,
bahwa nyeri
terapi musik, biofeedback,
berkurang
terapi pijat, aromaterapi,
dengan
teknik imajinasi terbimbing
menggunakan
kompres hangat/dingin,
manajemen nyeri
terapi bermain)

31
2. Kontrol lingkungan yang • Mampu
memperberat rasa nyeri mengenali nyeri
(mis suhu ruangan, (skala, intensitas,
pencahayaan, kebisingan) frekuensi, dan
3. Fasilitasi istirahat dan tidur tanda nyeri)
4. Pertimbangkan jenis dan Status kenyamanan
sumber nyeri dalam • Menyatakan rasa
pemilihan strategi nyaman setelah
meredakan nyeri nyeri berkurang
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyer
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

32
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) atau yang biasa disebut dengan penyakit
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan karena
infeksi virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegepty.
Diagnosa pada studi kasus menurut NANDA yaitu defisien volume cairan
berhubungan dengan penurunan mekanisme regulasi ditandai oleh peningkatan
kadar hematokrit, hipertermia berhubungan dengan infeksi virus dengue ditandai
oleh kulit tubuh terasa panas ketika disentuh, mual berhubungan dengan adanya
iritasi gastrointestinal ditandai dengan keengganan terhadap makanan, nyeri akut
berhubungan dengan agen biological ditandai dengan pasien menyatakan nyeri pada
punggung dan tulang hilang timbul. Dari keempat diagnosa tersebut, dilakukan
intervensi keperawatan yang berpedoman pada NIC, untuk mendapatkan kriteria
hasil yang diinginkan dan tetap berpedoman dengan NOC. Sedangkan dilihat dari
SDKI diagnosa keperawatan yang didapat adalah hipovolemia berhubungan
denganpeningkatan permeabilitas kapiler ditandai oleh peningkatan kadar
hematokrit, hipertermia berhubungan dengan proses penyakit DHF ditandai oleh
suhu tubuh diatas nilai normal, nausea berhubungan dengan iritasi lambung ditandai
oleh keluhan mual dari pasien, nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera
fisiologis ditandai oleh keluhan nyeri dari pasien, dari keempat masalah tersebut
pada SIKI dapat di lakukan observasi, terapeutik, edukasi dan kolaborasi, untuk
mendapatkan kriteria hasil yang diinginkan dan tetap berpedoman pada SLKI.

3.2 Saran
Demikianlah yang dapat penulis paparkan mengenai materi yang menjadi
pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahan, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi
yang ada. Penulis banyak berharap para pembaca memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi kesempurnaan makalah ini

33
DAFTAR PUSTAKA

Fitrianda, M. I. (2016). Asuhan Keperawatan Dengue Haemorhagic Fever (DHF)


dengan Hipertermi.

Murwani. (2018). Kasus Hipertermi pada DHF. 6–27.

NANDA. Buku Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2021-2023 Edisi


12. Jakarta: EGC

Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi Ketujuh. Indonesia: CV.

Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi keenam. Singapore : Elsevier Icn.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
Defnisi dan Indikator Diagnostik Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Defnisi dan Tindakan Keperawatan Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Edisi 1. Jakarta : Dewan
Pengurus Pusat PPNI

Vikri, A. N. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Dengan Dengue


Haemorhagic Fever (DHF).

Wijayanti, V. I., & Anugrahati, W. W. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Klien


Aanak Dengue Haemorhagic Fever ( DHF ) Dengan Masalah Hipertermi.
1–9.

34

Anda mungkin juga menyukai