(DHF)
Disusun Oleh :
Kelompok
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah IV yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengue Hemorrhagic Fever
(DHF)” tepat pada waktunya. Tidak lupa kita panjatkan shalawat serta salam kepada junjungan
kita Nabi besar Muhammad SAW karena atas berkat dari beliaulah kita dapat merasakan alam
yang penuh dengan pengetahuan dan teknologi seperti saat ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR ................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................................... ii
BAB I .............................................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang............................................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ......................................................................................................................... 2
1.3. Tujuan ........................................................................................................................................... 2
BAB II ............................................................................................................................................................. 3
TINJAUAN KASUS .......................................................................................................................................... 3
2.1. Kasus Pemicu ................................................................................................................................ 3
2.2. Pengkajian Keperawatan .............................................................................................................. 3
2.3. Diagnosa Keperawatan ............................................................................................................... 13
2.4. Perencanaan Keperawatan ......................................................................................................... 13
2.5. Implementasi Keperawatan dan Evaluasi ................................................................................... 22
BAB III .......................................................................................................................................................... 27
PENUTUP ..................................................................................................................................................... 27
3.1. Kesimpulan.................................................................................................................................. 27
3.2. Saran ........................................................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................................... 28
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Selama tahun 1960-an dan 1970-an, DHF secara progresif meningkat sebagai
masalah kesehatan, menyebar dari lokasi primernya di kota-kota besar ke kota yang lebih
kecil dan kota-kota di negara-negara endemik. Penyakit ini mempunyai pola epidemik
berdasarkan musiman dan siklus, dengan wabah besar terjadi pada interval 2-3 tahun.
Sekitar 2,5 milyar (2/5 penduduk dunia) mempunyai resiko untuk terkena infeksi virus
Dengue. Lebih dari 100 negara tropis dan subtropis pernah mengalami letusan demam
berdarah. Kurang dari 500.000 kasus setiap tahun di rawat di RS dan ribuan orang
meninggal (Mekadiana, 2007).
Sebagian pasien DHF yang tidak tertangani dapat mengalami Dengue Syok Sindrom
yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini dikarenakan pasien mengalami deficit
volume cairan akibat meningkatnya permeabilitas kapiler pembuluh darah sehingga darah
menuju keluar pembuluh. Sebagai akibatnya hampir 35% paien DHF yang terlambat
ditangani di RS mengalami syok hipovolemik hingga meninggal.
Saat ini angka kejadian DHF di RS semakin meningkat, tidak hanya pada kasus anak,
tetapi pada remaja dan juga dewasa. Oleh karena itu diharapkan perawat memiliki
ketrampilan dan pengetahuan yang cukup dalam memberikan asuhan keperawatan pada
pasien dengan DHF. Ketrampilan yang sangat dibutuhkan adalah kemampuan untuk
1
mengidentifikasi tanda-tanda syok dan kecepatan dalam menangani pasien yang
mengalamim Dengue Syok Sindrom (DSS).
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui cara melakukan pengkajian pada klien dengan kasus dengue
hemorrhagic fever
2. Untuk merumuskan dan menegakkan diagnose keperawatan pada klien dengan kasus
dengue hemorrhagic fever
3. Untuk menyusun intervensi keperawatan pada klien dengan kasus dengue hemorrhagic
fever
4. Untuk mengetahui cara melakukan implementasi keperawatan pada klien dengan kasus
dengue hemorrhagic fever
5. Untuk mengetahui cara melakukan evaluasi pada klien dengan kasus dengue hemorrhagic
fever
2
BAB II
TINJAUAN KASUS
Nama : Tn. A
Umur : 25 tahun
Pendidikan : .SMA
Agama : Hindu
Suku : Bali
3
Alamat : Jl. Imam bonjol. No. 14 Denpasar
Penanggung Jawab
Nama : Ny. K
2. Status kesehatan
1) Keluhan utama masuk RS :
Demam 2 hari SMRS
2) Riwayat penyakit sekarang :
Saat masuk rumah sakit pasien mengeluh demam sudah 2 hari SMRS, nyeri pada
punggung dan tulang hilang timbul, kepala pusing, mual, muntah, tidak ada mimisan,
BAB encer. Saat ini pasien merasa lemas dan tidak mampu melakukan aktifitas fisik.
3) Riwayat Penyakit dahulu
Klien tidak mempunyai riwayat penyakit yang sama dan tidak pernah dirawat di
Rumah Sakit.
4) Riwayat penyakit keluarga
Di dalam keluarga tidak ada yang mengalami penyakit yang sama saat ini dengan
klien
5) Riwayat kesehatan lingkungan
Klien mengatakan saat ini tinggal di lingkungan yang padat namun bersih. Beberapa
minggu sebelumnya klien melakukan perjalanan keluar kota bersama teman-
temannya dan menginap selama 2 hari. Klien mengatakan selama menginap banyak
nyamuk.
6) Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya :
4
Sebelum masuk rumah sakit klien sudah mengonsumsi obat penurun panas
(parasetamol) tapi tak kunjung turun
7) Riwayat psiko, sosial, spiritual
Psiko : Klien mengatakan tidak takut jika dirawat.
Sosial : Selama masuk Rumah Sakit klien ditunggu ibunya.
Spiritual : Klien berkeyakinan dan berdo’a bahwa penyakitnya bisa
disembuhkan.
5
Berdasarkan pada kasus pasien merasa nyeri pada punggung dan tulang yang
hilang timbul
Pola manajemen koping stress
Klien mengungkapkan keluhan yang dirasakan baik pada petugas kesehatan
maupun keluarga.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan keadaan umum
1) Kesadaran: compos mentis, GCS : 4-5-6
2) TD : 110/70 mmHg
3) Nadi: 90 x/mnt
4) RR: 20 x/mnt
5) Suhu : 38 C/ axial
6
6) Mulut
Inspeksi : Mukosa pada mulut tampak kering, tidak ada perdarahan gusi,
7) Leher
Inspeksi : Leher terlihat simetris, tidak terlihat adanya kaku kudu, tenggorokan
simetris
Palpasi : Tidak ada pembesaran JVP, tidak ada pembesaran tiroid, tidak ada
pemebesaran limfe, tidak ada nyeri menelan
8) Dada
Inspeksi : Bentuk dada simetris, tidak terlihat adanya barelchest, funnal atau
pidgeon. Tidak ada tarikan intercostanalis
Palpasi : Terdapat nyeri pada punggung
Perkusi : Terdengar bunyi sonor pada dada bagian kanan, terdengar pekak pada
dada bagian kiri
Auskultasi : Frekuensi pernafasan 20 kali/menit, tidak terdengar bunyi nafas
tambahan seperti whezing, bronki dan crakless, tidak terdengar bunyi jantung
tambahan seperti gallop, murmur
9) Sistem Kardiovaskuler
TD: 100/70 mmHg, N: 90 x/mnt pulsasi lemah, akral hangat, tidak ada sianosis,
CRT < 2 detik, Uji tourniquet positif
10) Sistem Persyarafan/ neurologi
Kesadaran compos mentis, tidak tampak gelisah
11) Abdomen
Inspeksi : tidak ada distensi abdomen, tidak terdapat kelainan kulit
Auskultasi : Peristaltik usus 16x/menit
Palpasi : Tidak terdapat pembesaran hepar, tidak terdapat pembesaran limpa
Perkusi : Saat diperkusi terdengar suara tympani di bagian perut kiri atas
12) Sistem Perkemihan
Frekuensi BAK 6-7 kali/hari, warna urine jernih
13) Sistem Pencernaan/ Gastrointestinal
Selaput mukos kering, mual, muntah, nafsu makan menurun, pembesaran limpa(-
), pembesaran hati (-), melena (-)
7
14) Anus dan genitalia
Inspeksi : Tidak ada hematuria
15) Sistem Muskuloskeletal
Berdasarkan kasus pasien mengeluh nyeri otot, tulang dan punggung hilang
timbul nyeri pada persendian, tulang
16) Sistem Integumen
Tampak kemerahan pada kulit, kulit teraba panas, tampak binting merah di kulit
lengan
17) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
DPL Hemoglobin : 20 gr/dl 13-16 gr/dl
Hematokrit : 55,3% 40-48%
Leukosit : 5.700/mm3 5.000-10.000/mm3
Trombosit :125.000/mm3 150.000-400.000/mm3
Uji tourniquet (+)
Analisa Data
- Tampak
8
berkeringat Terbentuknya kompleks virus
- Suhu 38,5 derajat antibodi
C
- Mukosa kering
- TD 110/70 Aktivasi C3 & C5
- Hematokrit
55,3%
Pelepasan C3a & C5a
- Leukosit
5.700/mm3
- Uji tourniquet (+)
Peningkatan permeabilitas dinding
- Petekie (+)
pembuluh darah
- Klien mengeluh
kepalanya pusing Virus bereplikasi di dalam sel
DO : fagosit
9
- Suhu tubuh Aktivasi sel T helper, T sitotoksis
38,5oC & sistem komplemen
- Kulit pasien
terasa panas saat
disentuh Endothelium hipotalamus
- Leukosit
5.700/mm3
Prostaglandin berikatan dengan
neuron prepiotik di hipotalamus
Hipertemi
- Klien mengatakan
Agregasi trombosit mengaktivasi
BABnya encer
sistem koagulasi
DO :
10
- Klien terlihat mual Pengeluaran ADP (Adenosin Di
Phosphat)
- Nafsu makan klien
berkurang
Mendesak lambung
Peningkatan HCl
Mual, muntah
11
4. DS : Peningkatan permeabilitas dinding Nyeri akut
pembuluh darah
- Klien mengatakan
nyeri pada punggung,
otot dan tulang hilang
Kebocoran plasma
timbul
DO :
Peningkatan hematokrit
- Klien terlihat
meringis
Suplai O2 menurun
Nyeri akut
- Klien mengatakan
Nyeri otot dan punggung
nyeri pada punggung,
otot dan tulang hilang
Keterbatasan gerak
timbul
- Klien mengeluh
12
lemas dan tidak Kelemahan fisik
mampu melakukan
aktivitas Aktivitas menurun
DO :
Intoleransi aktivitas
- Terlihat aktivitas
klien dibantu keluarga
No Rencanan Keperawatan
Diangosa
. Tujuan Intervensi Rasional
peningkatan pasien terpenuhi dan urine pada pasien jumlah urine yang
13
permeabilitas hematokrit menuju sesuai indikasi. dapat dihasilkan oleh
pembuluh rentang normal pasien dan
darah ditandai terpenuhinya.
Dengan kriteria hasil
dengan 2. Memonitor status 2. Mukosa yang kering
:
peningkatan hydrasi pasien terutama mukosa bibir
hematokrit NOC Label : seperti keadaan dapat menjadi indikasi
14
mengandung banyak banyak air
airseperti buah, juice membantu dalam
dan minuman penambahan
berasa. cairan pada
tubuh pasien
8. Memonitor pasien 8. Agar dapat
yang mendapatkan menentukkan tindakan
terapi elektrolit. yang perlu dilakukan
dengan infeksi pasien menuju normal temperatur pasien perubahan suhu yang
15
Vital signs yang mungkin terjadi
pada pasien.
1. Suhu tubuh stabil
4. Berikan cairan 4. Mempertahankan
stabil dan
melalui IV dengan kebutuhan cairan
menujurentang
jumlah sesuai pasien sehingga
normalyaitu
anjuran. mencegah terjadinya
36,50C - 37,50C.
dehidrasi.
2. Frekuensi
5. Berikan obat anti 5. Untuk menurunkan
pernafasan (16-
piretik dengan dosis panas pasien dari
20x/menit),
sesuai anjuran 38,5oC.
tekanan darah
dokter.
(120/80mmHg)
6. Berikan kompres 6. Dengan kompres
dan nadi (60-
hangat pada lipat hangat pembuluh
100x/menit)
paha dan aksila darah melebar
pasien dalam
pasien. sehingga pori-pori
rentang normal.
kulit terbukan dan
membuat panas yang
terperangkap dalam
tubuh bisa mnguap
keluar selain itu saat
kompres hangat
membuat hipotalamus
menangkap pesan
bahwa suhu tubuh
tinggi sehingga panas
tubuh harus
diturunkan.
7. Monitor komplikasi 7. Untuk mengetahu
terkait demam komplikasi yang dapat
(kejang, penurunan terjadi dan
kesadaran, status menentukkan tindakan
16
ketidakabnormalan yang harus dilakukan.
elektrolit,
ketidakseimbangan
asam basa).
8. Fasilitasi konsumsi 8. Konsumsi cairan dapat
cairan sesuai mencegah dehidrasi
anjuran dan pada pasien.
kebutuhan pasien
17
2. Intensitas mual Metoclopramide 0,5 hipotalamus.
pasien berkurang. mg/berat badan
3. Frekuensi muntah sebanyak 3xsehari.
pasien berkurang. 5. Anjurkan makan 5. Untuk menghindari
4. Intensitas muntah sedikit tapi sering terjadinya mualnamun
pasien berkurang. dan dalam keadaan nutrisi tetap
5. Tidak ada hangat. terpenuhi.
peningkatan 6. Anjurkan pasien 6. Untuk menghindari
sekresi air liur. rutin minum air dehidrasi
Nutritional Status : putihsesuai anjuran.
Food & Fluin Intake Vomiting Management Vomiting Management
18
dari
muntahandengan
berkumur.
5. Ajari menggunakan 5. Untuk membantu
tehnik non pasien lebih rileks.
farmakologi seperti 6. Untuk mengurangi
relaksasi dan mual muntah pada
mendengarkan pasien.
musik untuk Nutritonal Monitoring
pengalih seperti
1. Menjaga agar tidak
hematokrit,
terjadi turgor kulit
hemoglobin,
dan melakukan
leukosit, trombosit
mobilitas secara
dan LED
mandiri.
2. Mengurangi mual
muntah pasien.
3. Memenuhi kebutuhan
asupan kalori dan
makanan pasien.
4. Mencegah perubahan
selera makan dan
aktivitas pasien.
5. Memenuhi kebutuhan
makan sesuai faktor
penentu pola makan.
6. Menjaga uji lab
pasien dalam keadaan
norma
19
4. Nyeri akut Setelah diberikan NIC :
berhubungan tindakan keperawatan
Pain Management Pain Management
dengan selama 1x24 jam di
penumpukan harapkan nyeri yang 1. Lakukan pengkajian 1. Penanganan nyeri tidak
20
4. Pasien dapat 5. Evaluasi bersama 5. Untuk mengetahui
mengekpresikan klien dan tim apakah terjadi
rasa nyerinya. kesehatan lain penurunan rasa nyeri
tingkatpengontrolan yang dirasakan pasien
nyeri yang atau sebaliknya.
dilakukan.
6. Bantu klien untuk 6. Dengan adanya
memaksimalkan dukungan dari orang-
dukungan dari orang terdekat
sumber-sumber diharapkan dapat
yang klien miliki sedikit tidaknya
seperti keluarga, menurunkan rasa nyeri
teman dan orang- yang dirasakan pasien.
orang disekitar
klien.
7. Kontrol lingkungan 7. Lingkungan yang tidak
yang dapat nyaman akan
mempengaruhi nyeri memperparah rasa
seperti suhu nyeri yang dirasakan.
ruangan,
pencahayaan,
kebisingan, dsb.
8. Kurangi faktor 8. Agar rasa nyeri pasien
presipitasi nyeri dapat berkurang.
klien (seperti
ketakutanyang
dirasakan pasien
mengenai
penyakitnya).
9. Pilih dan lakukan 9. Untuk mengurangi rasa
penanganan nyeri nyeri yang dirasakan
21
baik secara pasien.
farmakologi
(analgesik) dan non
farmakologi.
10. Ajarkan klien 10. Agar pasien dapat
tentang mengaplikasikan teknik
pengendalian nyeri non-farmakologi dalam
dengan cara non menangani nyeri yang
farmakologi seperti dirasakan.
teknik relaksasi,
distraksi, dsb.
22
6-7 kali/hari - Suhu 36,4 C
DO : - Hematokrit 39%
lalu teratasi
23
- Klien mengeluh P:
kepalanya pusing
- Pantau ketat TTV
DO :
- Pantau suhu tubuh klien
- Suhu tubuh 38,5oC minimal tiap satu shift
- Kulit pasien terasa
- Laporkan bila suhu tuhu
panas saat disentuh
tubuh kembali meningkat
- Trombosit
125.000/mm3
- Leukosit 5.700/mm3
24
- Klien terlihat lemas - Kaji keluhan mual dan
muntah yang dialami klien
- Berikan obart-obatan
antiemetic sesuai program
- Lakukan penimbangan BB
setiap hari
25
- Klien terlihat meringis
26
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Asuhan keperawatan pada pasien DBD dilakukan secara menyeluruh meliputi
pengkajian, diagnosis keperawatan, rencana tindakan keperawatan, implementasi
keperawatan, dan evaluasi. Pada tahap awal, perawat melakukan pengkajian melalui
wawancara. Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan beberapa masalah kesehatan yang
akhirnya dapat memunculkan masalah keperawatan yaitu kekurangan volume cairan
berhubungan dengan peningkatan permeabilitas pembuluh darah ditandai dengan
peningkatan hematokrit, peningkatan suhu tubuh/ Hipertermi berhubungan dengan
infeksi virus dengue, nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan adanya iritasi
gastrointestinal ditandai dengan mual, nyeri akut berhubungan dengan penumpukan asam
laktat ditandai dengan pasien menyatakan nyeri pada punggung dan tulang hilang timbul,
intoleransi aktivitas berhubungan dengan dengan kelemahan fisik. Dari masalah
keperawatan tersebut maka disusun beberapa rencana intervensi untuk menyelesaikan
masalah kesehatan tersebut. Rencana intervensi disusun berdasarkan masalah yang
ditetapkan dan mengacu pada teori-teori terkait yang kemudian dirangkum dalam rencana
kegiatan.
3.2. Saran
1. Asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien dengan DBD harus dilakukan sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan sesuai dengan tingkat atau derajat penyakitnya.
Keputusan dan tindakan yang tepat dalam menangani masalah yang timbul dapat
menyelamatkan klien dari kematian. Oleh karena itu dibutuhkan pengetahuan dan
kemampuan petugas kesehatan yang baik dalam penanganan pasien dengan DBD.
2. Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan DBD, petugas kesehatan
harus memahami konsep dari terjadinya penyakit sehingga dapat memberikan pelayanan
kesehatan yang tepat dan efektif.
27
DAFTAR PUSTAKA
28