Anda di halaman 1dari 51

ASKEP HIPEREMESIS GRAVIDARUM

HIPEREMESIS GRAVIDARUM
A. Pengertian
Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita hamil sampai
mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk, karena terjadi
dehidrasi. (Rustam Mochtar, 1998)
Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat timbul setiap saat dan bahkan malam hari.
Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid dan berlangsung selama
kurang lebih 10 minggu.
Hiperemesis Gravidarum (vomitus yang merusak dalam kehamilan) adalah nausea dan vomitus
dalam kehamilan yang berkembang sedemikian luas sehingga terjadi efek sistemik, dehidrasi dan
penurunan berat badan. (Ben-Zion, MD, hal : 232)
Hiperemesis diartikan sebagai muntah yang terjadi secara berlebihan selama kehamilan. (Hellen
Farrer, 1999, hal : 112)
Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan sehingga pekerjaan sehari-
hari terganggu dan keadaan umum ibu menjadi buruk. (Sarwono Prawirohardjo, Ilmu Kebidanan,
1999).
Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi sampai umur kehamilan 20 minggu, begitu
hebat dimana segala apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga mempengaruhi
keadaan umum dan pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi, terdapat aseton dalam
urine, bukan karena penyakit seperti Appendisitis, Pielitis dan sebagainya
Dalam buku obstetri patologi (1982) Hiperemesis Gravidarum adalah suatu keadaan dimana
seorang ibu hamil memuntahkan segala apa yang di makan dan di minum sehingga berat
badannya sangat turun, turgor kulit kurang, diuresis kurang dan timbul aseton dalam air kencing
Hiperemesis Gravidarum adalah suatu keadaan pada ibu hamil yang ditandai dengan muntah-
muntah yang berlebihan (muntah berat) dan terus-menerus pada minggu kelima sampai dengan
minggu kedua belas Penyuluhan Gizi Rumah Sakit A. Wahab Sjahranie Samarinda

B. Etiologi
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Frekuensi kejadian adalah 3,5
per 1000 kehamilan. Faktor-faktor predisposisi yang dikemukakan : ( Rustan Mochtar, 1998 )
1. Faktor Organik,
Yaitu karena masuknya vili khoriales dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat
kehamilan serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan-perubahan ini serta
adanya alergi, yaitu merupakan salah satu respon dari jaringan ibu terhadap janin.
2. Faktor Psikologik.
Faktor ini memegang peranan penting pada penyakit ini. Rumah tangga yang retak, kehilangan
pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggungan sebagai ibu,
dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi
tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup.
3. Faktor Endokrin
Hipertiroid, diabetes, peningkatan kadar HCG dan lain-lain.

C. Patofisiologi
Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen yang biasa terjadi pada trimester
I. Bila terjadi terus-menerus dapat mengakibatkan dehidrasi dan tidak imbangnya elektrolit
dengan alkalosis hipokloremik.
Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis
terpakai untuk keperluan energi. Karena okisidasi lemak yang tak sempurna, terjadilah ketosis
dengan tertimbunnya asam aseto-asetik, asam hidroksida butirik, dan aseton dalam darah.
Muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium
dan klorida darah turun. Selain itu, dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran
darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan
berkurang pula tertimbunnya zat metabolik yang toksik. Di samping dehidrasi dan gangguan
keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada selaput lendir esofagus dan lambung (
sindroma mollary-weiss ), dengan akibat perdarahan gastrointestinal.

D. Manifestasi Klinis
1. Tanda dan Gejala
Batas mual dan muntah berapa banyak yang disebut Hiperemesis gravidarum tidak ada
kesepakatan. Ada yang mengatakan bila lebih dari sepuluh kali muntah. Akan tetapi apabila
keadaan umum ibu terpengaruh dianggap sebagai Hiperemesis gravidarum. Menurut berat
ringannya gejala dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu :
a. Tingkatan I (ringan)
 Mual muntah terus-menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita
 Ibu merasa lemah
 Nafsu makan tidak ada
 Berat badan menurun
 Merasa nyeri pada epigastrium
 Nadi meningkat sekitar 100 per menit
 Tekanan darah menurun
 Turgor kulit berkurang
 Lidah mengering
 Mata cekung
b. Tingkatan II (sedang)
 Penderita tampak lebih lemah dan apatis
 Turgor kulit mulai jelek
 Lidah mengering dan tampak kotor
 Nadi kecil dan cepat
 Suhu badan naik (dehidrasi)
 Mata mulai ikterik
 Berat badan turun dan mata cekung
 Tensi turun, hemokonsentrasi, oliguri dan konstipasi
 Aseton tercium dari hawa pernafasan dan terjadi asetonuria
c. Tingkatan III (berat)
 Keadaan umum lebih parah (kesadaran menurun dari somnolen sampai koma)
 Dehidrasi hebat
 Nadi kecil, cepat dan halus
 Suhu badan meningkat dan tensi turun
 Terjadi komplikasi fatal pada susunan saraf yang dikenal dengan enselopati wernicke
dengan gejala nistagmus, diplopia dan penurunan mental
 Timbul ikterus yang menunjukkan adanya payah hati
2. Pemeriksaan Diagnostik
a. USG (dengan menggunakan waktu yang tepat) : mengkaji usia gestasi janin dan adanya
gestasi multipel, mendeteksi abnormalitas janin, melokalisasi plasenta.
b. Urinalisis : kultur, mendeteksi bakteri, BUN.
c. Pemeriksaan fungsi hepar: AST, ALT dan kadar LDH.
3. Komplikasi
 Dehidrasi berat
 Ikterik
 Takikardia
 Suhu meningkat
 Alkalosis
 Kelaparan
 Gangguan emosional yang berhubungan dengan kehamilan dan hubungan keluarga
 Menarik diri dan depresi

E. Penatalaksanaan
1. Pencegahan
 Pencegahan terhadap Hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jalan memberikan
penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologik, memberikan
keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala yang flsiologik pada
kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan, mengajurkan mengubah makan
sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil tetapi lebih sering.
 Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk makan roti
kering atau biskuit dengan teh hangat.
 Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan.
 Makanan dan minuman sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin.

2. Obat-obatan
Sedativa yang sering digunakan adalah Phenobarbital. Vitamin yang dianjurkan Vitamin B1 dan
B6 Keadaan yang lebih berat diberikan antiemetik sepeiti Disiklomin hidrokhloride atau
Khlorpromasin. Anti histamin ini juga dianjurkan seperti Dramamin, Avomin
3. Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang tetapi cerah dan peredaran udara yang baik.
Tidak diberikan makan/minuman selama 24 -28 jam. Kadang-kadang dengan isolasi saja gejaia-
gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.
4. Terapi psikologik
Perlu diyakinkan pada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh
karena kehamilan, kurangi pekerjaan yang serta menghilangkan masalah dan konflik, yang
kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.
5. Cairan parenteral
Berikan cairan- parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan Glukosa 5%
dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter per hari. Bila perlu dapat ditambah Kalium dan
vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C. Bila ada kekurangan protein, dapat
diberikan pula asam amino secara intra vena.
6. Penghentian kehamilan
Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan mengadakan
pemeriksaan medik dan psikiatri bila keadaan memburuk. Delirium, kebutaan, tachikardi, ikterus
anuria dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organik. Dalam keadaan demikian
perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus
terapeutik sering sulit diambil, oleh karena di satu pihak tidak boleh dilakukan terlalu cepat,
tetapi dilain pihak tak boleh menunggu sampai terjadi gejala ireversibel pada organ vital.
7. Diet
a. Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III.
Makanan hanya berupa rod kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan
tetapi 1 — 2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang dalam semua zat – zat gizi, kecuali vitamin C,
karena itu hanya diberikan selama beberapa hari.

b. Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang.


Secara berangsur mulai diberikan makanan yang bernilai gizi linggi. Minuman tidak diberikan
bersama makanan . Makanan ini rendah dalam semua zat-zal gizi kecuali vitamin A dan D.
c. Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ringan.
Menurut kesanggupan penderita minuman boleh diberikan bersama makanan. Makanan ini
cukup dalam semua zat gizi kecuali Kalsium.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DGN HIPEREMESIS GRAVIDARUM
A. Pengkajian
1. Pengkajian Data Subjektif
a. Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur, agama, suku
bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- , lamanya perkawinan dan
alamat.
b. Keluhan utama: mual muntah yg hebat pada pagi hari atau setelah makan, nyeri epigastrik,
tidak nafsu makan, merasa haus
c. Riwayat kehamilan saat ini: meliputi ada tidaknya gemeli, riwayat pemeriksaan antenatal,
dan komplikasi
d. Riwayat Kesehatan sekarang: meliputi awal kejadian dan lamanya mual dan muntah, kaji
warna volume, frekuensi dan kualitasnya. Kaji juga factor yg memperberat dan memperingan
keadaan, serta pengobatan apa yang pernah dilakukan.
e. Riwayat medis sebelumnya: seperti riwayat penyakit obstetric dan ginekologi, kolelithiasis,
gangguan tiroid, dan gangguan abdomen lainnya
f. Riwayat sosial: seperti terpapar penyakit yang mengganggu komunikasi, terpapar dengan
lingkungan, tercapainya pelayanan antenatal, peran, tanggung jawab, pekerjaan, dll
g. Riwayat diet: khususnya intake cairan
h. Riwayat pembedahan: khususnya pada abdomen
i. Integritas Ego: seperti konflik interpersonal keluarga, kesulitan ekonomi, dll
j. Pola aktivitas sehari-hari : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan
BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.
2. Pengkajian Data Objektif
a. TTV: ada tidaknya demam, takikardi, hipotensi, frekuensi nafas meningkat, adanya nafas
bau aseton
b. Status Gizi: Berat Badan meningkat/menurun
c. Status Kardiovaskuler: kualitas nadi, takikardi, hipotensi
d. Status Hidrasi: Turgor kulit, keadaan membrane mukosa, oliguria
e. Keadaan Abdomen: Suara Abdomen, adanya nyeri lepas/tekan, adanya distensi, adanya
hepatosplenomegali, tanda Murpy.
f. Genitourinaria: nyeri kostovertebral dan suprapubik
g. Status Eliminasi: Perubahan konstipasi feses, konstipasi dan perubahan frekuensi berkemih
h. Keadaan janin: Pemeriksaan DJJ, TFU, dan perkembangan janin (apakah sesuai dengan usia
kehamilan)
B. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit volume cairan dan elektrolit b/d kehilangan cairan akibat muntah dan intake cairan
yang tidak adekuat
2. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual dan muntah yang menetap
3. Nyeri pada epigastrium b/d muntah berulang
4. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan akibat tidak adekuatnya nutrisi
5. Ketakutan b/d efek hyperemesis pada kesejahteraan janin

C. Intervensi Keperawatan
1. Diagnosa Keperawatan I
Kriteria Hasil:
 Keseimbangan cairan kembali ke kondisi normal
 Klien tidak muntah lagi
 Klien mengkonsumsi makanan dan minuman dalam jumlah adekuat
Intervensi:
a. Kaji status intake dan output cairan
R/ Pengkajian tersebut menjadi dasar rencana askep dan evaluasi intervensi
b. Timbang BB setiap hari
R/ Penurunan BB dapat terjadi karena muntah berlebihan
c. Beri cairan intravena yg terdiri dari glukosa, elektrolit dan vitamin
R/ mencegah kekurangan cairan dan memperbaiki keseimbangan asam basa
d. Anjurkan klien untuk mengkonsumsi cairan peroral dengan perlahan
R/ Pemberian cairan dan makanan sesuai dengan toleransi klien
2. Diagnosa Keperawatan II
Kriteria Hasil:
 Klien mengkonsumsi diet oral yg mengandung gizi adekuat
 Klien tidak mengalami mual muntah
 Klien mengalami peningkatan BB yang sesuai selama kehamilan
Intervensi:
a. Batasi intake oral selama 24 – 48 jam
R/ Pembatasan dianjurkan untuk klien agar lambung istirahat
b. Anjurkan klien menghindari makanan berlemak
R/ Dapat menstimulasi mual dan muntah
c. Tingkatkan jumlah makanan secara perlahan sesuai kemampuan pasien
R/ Nutrisi dibutuhkan dalam rangka memenuhi kebutuhan nutrisi dan pertumbuhan janin
d. Anjurkan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan atau setelah muntah
R/ Meningkatkan kenyamanan, mengurangi asam yg mengenai gigi.
e. Pantau TFU dan DJJ
R/ Malnutrisi klien berdampak terhadap pertumbuhan janin dan mengakibatkan kemunduran
perkembangan janin
3. Diagnosa Keperawatan III
Kriteria Hasil:
 Rasa nyaman terpenuhi
Intervensi:
a. Kaji tingkat nyeri
R/ Mengetahui tingkat nyeri dan menentukan rencana tindakan selanjutnya
b. Atur posisi dengan kepala lebih tinggi selama 30 menit setelah makan
R/ Dapat mengurangi tekanan pada gastrointestinal
c. Alihkan perhatian klien pada hal yang menyenangkan
R/ Dapat melupakan rasa nyeri
d. Anjurkan klien untuk mengonsumsi jahe (dalam bentuk teh jahe) dan permen rasa mint
R/ Untuk mengurangi rasa mual dan muntah pada ibu hamil
e. Kolaborasi dalam pemberian antiemetic dan sedative
R/ Mengurangi muntah dan membuat tenang sehingga mengurangi nyeri
4. Diagnosa Keperawatan IV
Kriteria Hasil:
 Klien menunjukan peningkatan kemampuan dalam beraktivitas sesuai kemampuan

Intervensi:
a. Anjurkan klien dalam membatasi dengan istirahat yang cukup
R/ Menghemat energy dan meminimalkan kelelahan uterus
b. Bantu klien beraktivitas secara bertahap jika muntah berkurang
R/ Aktivitas bertahap meminimalkan terjadinya trauma dan meringankan klien dalam memenuhi
kebutuhannya
c. Bantu Klien dalam memenuhi kebersihan diri
R/ Kebersihan diri dapat meningkatkan kenyamanan dan menumbuhkan kondisi sehat serta
sejahtera
5. Diagnosa Keperawatan V
Kriteria Hasil:
 Klien akan mengungkapkan perasaan dan kekhawatirannya tentang kesejahteraan janin
Intervensi:
a. Perlihatkan sikap menerima rasa takut klien
R/ Sikap menerima rasa takut klien memungkinkan komunikasi terbuka
b. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaaan dan kekhawatirannya
R/ Ditakutkan akan berdampak buruk terhadap kondisi janin
c. Bantu klien dalam mengidentifikasi kekuatan dirinya dan mekanisme koping
R/ Dibutuhkan untuk meningkatkan kemampuan klien mengatasi penyakit dan efek-efeknya
d. Beri klien informasi tentang risiko potensial yang dapat terjadi pada janinnya
R/ Pengetahuan tentang risiko potensial pada janin dapat membantunya menghilangkan rasa
takut.
D. Evaluasi Keperawatan
1. Keseimbangan cairan dan elektrolit
2. Frekuensi dan beratnya muntah
3. Intake oral
4. Pengetahuan dan kesanggupan klien untuk mengikuti diet yang telah diprogramkan
5. Tingkat nyeri epigastrium
6. Kemampuan dalam beraktivitas
7. Kebersihan membrane mukosa oral
8. Mekanisme koping dalam penerimaan kehamilan
9. Perasaan dan kekhawatiran terhadap kesejahteraan janin meliputi TFU dan DJJ
Penuliszakiah-fkp11

Tanggal09 November 2014

KategoriKep. Reproduksi

Respon0 komentar

Asuhan Keperawatan Hiperemesis Gravidarum

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mual dan muntah merupakan gejala yang umum terjadi pada sekitar 50% sampai 80% dari
seluruh kehamilan. Kondisi ini umumnya disebut “morning sickness”. Bagaimanapun sebesar
0,05% - 2% pada seluruh kehamilan dapat terjadi mual dan muntah yang berat, kondisi ini sering
disebut dengan hiperemesis gravidarum, dengan prevalensi 1% sampai 3% atau 5-20 kasus per
1000 kehamilan(Simpson et.al, 2001).

Hiperemesis gravidarum (HG) dapat menyebabkan komplikasi bahkan kematian pada ibu dan
janin jika tidak tertangani dengan baik. Mual dan muntah secara terus menerus, mengakibatkan
turunnya berat badan hingga lebih dari 5% berat sebelum hamil, dehidrasi dan
ketidakseimbangan elektrolit dapat menyebabkan komplikasi maternal seperti kerusakan hati dan
ginjal, robekan pada esofagus, pneumothoraks, neuropati perifer, ensefalopati wernicke, dan
kematian. Pada janin dengan ibu yang menderita hiperemesis gravidarum berkepanjangan dapat
menyebabkan pertumbuhan janin terhambat bahkan kematian (Asih, Kampono, & Prihartono,
2009).

Mual dan muntah pada kehamilan biasanya dimulai pada kehamilan minggu ke-9 sampai ke 10,
memberat pada minggu ke-11 sampai ke-13 dan berakhir pada minggu ke-12 sampai ke-14.
Hanya pada 1-10% kehamilan gejala berlanjut melewati minggu ke-20 sampai ke-22. Pada 0,3-
2% kehamilan terjadi hiperemesis gravidarum yang menyebabkan ibu harus ditata laksana
dengan rawat inap. Hiperemesis gravidarum jarang menyebabkan kematian,tetapi angka
kejadiannya masih cukup tinggi. Hampir 25% pasien hiperemesis gravidarum dirawat inap lebih
dari sekali. Terkadang, kondisi hiperemesis yang terjadi terus-menerus dan sulit sembuh
membuat pasien depresi. Pada kasus kasus ekstrim, ibu hamil bahkan dapat merasa ingin
melakukan terminasi kehamilan. Beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan hiperemesis
gravidarum antara lain hiperemesis gravidarum pada kehamilan sebelumnya, berat badan
berlebih, kehamilan multipel, penyakit trofoblastik, nuliparitas dan merokok.
Perempuan hamil dengan hiperemesis gravidarum dan kenaikan berat badan dalam kehamilan
yang kurang (<7 kg) memiliki risiko yang lebih tinggi untuk melahirkan bayi dengan berat badan
lahir rendah, kecil untuk masa kehamilan,prematur, dan nilai APGAR lima menit kurang dari
tujuh.

Adanya berbagai macam dampak yang ditimbulkan akibat hiperemesis gravidarum, perlu
menjadi perhatian bagi tenaga kesehatan.Penanganan cepat dan tepat dari tenaga kesehatan di
pelayanan kesehatan sangat diperlukan. Soltani & Taylor (2003) menyatakan bahwa tenaga
kesehatan kadang menunjukkan sikap yang tidak mendukung (ambivalent) jika menemui kasus
HG dan menganggap kondisi HG merupakan masalah pasien. Selain itu, literatur yang
membahas tentang sikap tenaga kesehatan dalam menangani kasus HG masih sangat terbatas.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan umum :

Mahasiswa keperawatan mengerti tentang hiperemesis gravidarum

1.3.2 Tujuan khusus :

1. Untuk mengetahui pengertian hiperemesis gravidarum


2. Untuk mengetahui etiologi hiperemesis gravidarum
3. Untuk mengetahui patofisiologi hiperemesis gravidarum
4. Untuk mengetahui diagnosis hiperemesis gravidarum
5. Untuk mengetahui klasifikasi hiperemesis gravidarum
6. Untuk mengetahui pencegahan hiperemesis gravidarum
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan hiperemesis gravidarum
8. Untuk mengetahui prognosis hiperemesis gravidarum
9. Untuk mengetahui komplikasi hiperemesis gravidarum

10. Untuk mengetahui asuhan keperawatan hiperemesis gravidarum

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi

Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan pada wanita hamil sampai
mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk karena terjadi
dehidrasi(Sinopsis Obstetri 1, 195)

Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan sehingga pekerjaan sehaIr- hari
terganggu dan keadaan umum menjadi buruk (Kapita Selekto 1, 259)

Hiperemesis gravidarum tingkat 1 adalah muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan
umum, menimbulkan rasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan turun dan nyeri
epigastrum. Frekuensi nadi pasien naik sekitar 100x permenit, tekanan darah sistolik turun,
turgor kulit berkurang, lidah kering dan mata cekung (Kapita Selekto 1, 259)

Hiperemesisi gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan sehingga pekerjaan sehari-
hari menjadi terganggu dan membuat keadaan umum menjadi lebuh buruk (arif 1999)

Mual dan muntah yang berlebihan sehingga pekerjaan sehari-haridan bahkan membahayakan
kehidupannya(Manuaba 2001)

Mual dan muntah selama kehamilan biasanya di sebabkan oleh perubahan dalam sistem endokrin
yang terjadi selama kehamilan, terutama disebabkan oleh tingginya fluktuasi kadar hCG (human
Chorionik gonadotropin), khususnya karena periode mual dan muntah gestasional yang paling
umum adalah pada 12-16 minggu pertama, yang pada saat itu hCG mencapai kadar tingginya.
hCG sama dengan LH (luteinizing hormon) dan di sekresikan oleh sel-sel trofoblas blastosit.
hCG melewati kontrol ovarium di hipofisis dan menyebabkan korpus luteum terus memproduksi
estrogen dan progesteron, suatu fungsi yang nantinya diambil alih oleh lapisan korionik plasenta.
Keluhan ini secara umum dikenal sebagai “morning sickness” karena terasa lebih berat pada pagi
hari. Namun, mual dan muntah dapat berlangsung sepanjang hari. Rasa dan intensitasnya
seringkali dideskripsikan menyerupai mual muntah karena kemoterapi untuk kanker.

2.2 Etiologi

Menurut (Ratna Hidayati, 2009) hal-hal yang menjadi penyebab hiperemesis gravidarum antara
lain:

1. Sering terjadi pada primigravida, molahidatidosa, dan kehamilan ibu akibat peningkatan kadar
HCG.
2. Faktor organik, karena masuknya vili khoriales dalam sirkulasi maternal dan perubahan
metabolik.
3. Faktor psikologis: keretakan rumah tangga, kehilangan pekerjaan, rasa takut terhadap
kehamilan dan persalinan, takut memikul tanggung jawab, dan sebagainya.
4. Faktor endokrin lainnya: hipertiroid, diabetes, dan sebagainya.

Sedangkan menurut (Maria A. Wijayarini, 2004) etiologi hiperemesis gravidarum belum jelas,
perkiraan faktor-faktor penyebabnya meliputi:
1. Kadar HCG yang tinggi pada awal kehamilan.
2. Defisiensi metabolik atau nutrisi.
3. Lebih umum terjadi pada kehamilan wanita kulit putih yang tidak menikah dan kehamilan
pertama.
4. Ambivalen terhadap kehamilan atau stres terkait dengan keluarga.
5. Disfungsi tiroid

2.3 Patofisiologi

Muntah yang terus menerus mengakibatkan dehidrasi dan akhirny terjadi penurunan
jumlah darah dan nutrien yang bersirkulasi ke janin yang berkembanh. Perawaqtan dirumah sakit
mungkin diperlukan pada gejala-gejala yang berat saat klien memerlukan hidrasi intravena dan
koreksi terhadap ketidakseimbangan metabolik (Barbara R, 2004).

1. Kadar hemoglobin untuk wanita tidak hamil biasanya adalah 13,5 g/dL. Namun kadar
hemoglobin selama trimester kedua dan ketiga kehamilan berkisar 11,6 g/dL sebagai akibat
pengenceran darah ibu karena peningkatan volume plasma. Ini disebut dengan anemia fisiologi dan
merupakan keadaan yang normal selama kehamilan.
2. Selama kehamilan, zat bisa tidak dapat dipenuhi secara adekuat dalam makanan sehari-hari. Zat
dalam makanan seperti susu, teh dan kopi, menurunkan absorpsi besi. Selama kehamilan, tambahan zat
besi diperlukan untuk meningkatkan sel-sel darah merah ibu dan transfer ke janin untuk penyimpanan
dan produksi sel-sel darah merah. Janin harus menyimpan cukup zat besi pada 4 sampai 6 bulan terakhir
setelah kelahiran.
3. Selama trimester ketiga, jiaka asupan wanita tersebut tidak memadai, hemoglobinnya tidak
akan meningkat sampai nilai 12,5 g/dL dan dapat terjadi anemia karena nutrisi. Ini akan mengakibatkan
penurunan transfer zat besi ke janin.
4. Hemoglobinopati, seperti thalasemia, penyakit sel sabit, dan G-6-PD mengakibatkan anemia
melalui hemolisis atau peningkatan penghancuran sel-sel darah merah.

2.4 WOC (Terlampir)

2.5 Manifestasi klinis

Hiperemesis gravidarum, menurut berat ringannya gejala dapat dibagi dalam 3 (tiga) tingkatan
yaitu :

1. Tingkat I

a. Muntah terus menerus sehingga menimbulkan :

1) Dehidrasi : turgor kulit turu

2) Nafsu makan berkurang

3) Berat badan turun

4) Mata cekung dan lidah kering


b. Epigastrium nyeri karena asam lambung meningkat dan terjadi regurgitasi ke esofagus

c. Nadi meningkat dan tekanan darah turun

d. Frekuensi nadi sekitar 100 kali/menit

e. Tampak lemah dan lemas

2. Tingkat II

a. Dehidrasi semakin meningkat akibatnya :

1) Turgor kulit makin turun

2) Lidah kering dan kotor

3) Mata tampak cekung dan sedikit ikteris

b. Kardiovaskuler

1) Frekuensi nadi semakin cepat > 100 kali/menit

2) Nadi kecil karena volume darah turun

3) Suhu badan meningkat

4) Tekanan darah turun

c. Liver

Fungsi hati terganggu sehingga menimbulkan ikterus


d. Ginjal

Dehidrasi menimbulkan gangguan fungsi ginjal yang yang menyebabkan :

1) Oliguria

2) Anuria

3) Terdapat timbunan benda keton aseton.Aseton dapat tercium dalam hawa pernafasan

e. Kadang – kadang muntah bercampur darah akibat ruptur esofagus dan pecahnya mukosa
lambung pada sindrom mallory weiss.

3. Tingkat III
a. Keadaan umum lebih parah

b. Muntah berhenti

c. Sindrom mallory weiss

d. Keadaan kesadran makin menurun hingga mencapai somnollen atau koma

e. Terdapat ensefalopati werniche :

1) Nistagmus

2) Diplopia

3) Gangguan mental

f. Kardiovaskuler

Nadi kecil, tekanan darh menurun, dan temperatur meningkat


g. Gastrointestinal

1) Ikterus semakin berat

2) Terdapat timbunan aseton yang makin tinggi dengan bau yang makin tajam

h. Ginjal

Oliguria semakin parah dan menjadi anuria

2.6 Pencegahan

Prinsip pencegahan untuk mengobati emesis agar tidak menjadi hiperemesis adalah :

1. Penerapan bahwa kehamilan dan persalinan adalah proses fisiologi

2. Makan sedikit tapi sering dengan (makanan kering)

3. Hindari makanan berminyak dan berbau

4. Defekasi teratur

2.7 Pemeriksaan Diagnostik


a) USG (dengan menggunakan waktu yang tepat) : mengkaji usia gestasi janin dan adanya
gestasi multipel, mendeteksi abnormalitas janin, melokalisasi plasenta.

b) Urinalisis : kultur, mendeteksi bakteri, BUN.

c) Pemeriksaan fungsi hepar: AST, ALT dan kadar LDH.

2.8 Penatalaksanaan

Pentalaksnaan utama hiperemesis gravidarum adalah rehidrasi dan pengehentian makanan


peroral. Pemberian antiemtik dan vitamin secara intravena dapat dipertimbangkan sebagai
tambahan.

1) Tata laksana Awal

Pasien hiperemesis gravidarum harus dirawat inap dirumah sakit dan dilakukan rehidrasi dengan
cairan natrium klorida atau ringer laktat, penghentian pemberian makanan per oral selama 24-48
jam, serta pemberian antiemetikjika dibutuhkan. Penambahan glukosa, multivitamin,magnesium
pyridoxine, atau tiamin perlu dipertimbangkan. Cairan dextrose dapat menghentikan pemecahan
lemak pasien dengan defisiensi vitamin, tiamin 100mg diberikan sebelum pemberian cairan
dextrose. Penatalaksanaan dilanjutkan sampai pasien dapat mentoleransi cairan per oral dan
didapatkan perbaikan hasil laboratorium.

2) Pengaturan Diet

Untuk pasien hiperemesis gravidarum tingkat III, diberikan diet hiperemesis I. makanan yang
diberikan berupa roti kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1-
2jam setelah makan. Diet hiperemesis kurang mengandung zat gizi, kecuali vitamin C, sehingga
diberikan hanya selama beberapa hari. Jika rasa mual dan muntah berkurang, pasien diberikan
diet hiperemesis II. Pemberian dilakukan secara bertahap untuk makanan yang bernilai gizi
tinggi.minuman tidak diberikan bersama makanan. Diet hiperemesis II rendah dalam semua zat
gizi, kecuali vitamin A dan D. diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan
hiperemesis ringan. Pemberian makanan dapat diberikan bersama makanan. Diet ini cukup
dalam semua zat gizi, kecuali kalsium.

3) Terapi psikologik

Perlu diyakinkan kepada pasien bahwa penyakitnya dapat disembuhkan. Hilangkan rasa takut
oleh karena kehamilan dan persalinan karena itu merupakan proses fisiologis, kurangi pekerjaan
serta menghilangkan masalah dan konflik lainnya yang melatarbelakangi penyakit ini. Jelaskan
juga bahwa mual dan muntah adalah gejala yang normal terjadi pada kehamilan muda, dan akan
menghilang setelah usia kehamilan 4 bulan.

4) Terapi alternative
Terapi alternative seperti akupuntur dan jahe telah diteliti untuk penatalaksanaan mual dan
muntah dalam kehamilan. Akar jahe adalah salah satu pilihan nonfarmakologik dengan efek
yang cukup baik. Bahan aktifnya, gingerol, dapat menghambat pertumbuhan seluruh galur
H.Pylori, terutama galur Cytotoxin associated gene (Cag)A+ yang sering menyebabkan infeksi.
Empat randomized trials menunjukkan bahwa extrak jahe lebih efektif daripada placebo dan
efektivitasnya sama dengan vitamin B6. Efek samping berupa refluks gastroesofageal dilaporkan
pada beberapa penelitian , tetapi tidak ditemukan efeksamping signifikan terhadap keluaran
kehamilan. Terapi lain adalah pemberian vitamin B6 yang berperan mengatasi hiperemesis,
namun masih menjadi kontroversi.

2.9 Komplikasi

Muntah yang terus-menerus disertai dengan kurang minum yang berkepanjangan dapat
menyebabkan dehidrasi. Jika terus berlanjut, pasien dapat mengalami syok. Dehidrasi yang
berkepanjangan juga menghambat tumbuh kembang janin. Oleh karena itu pada pemeriksaan
fisik harus dicari apakah terdapat abnormalitas tanda-tanda vital, seperti peningkatan frekuensi
nadi (>100kali permenit), penurunan tekanan darah, kondisi subfebris, dan penurunan kesadaran.
Selanjutnya dalam pemeriksaan fisik lengkap dapat dicari tanda-tanda dehidrasi, kulit tampak
pucat dan sianosis, serta penurunan berat badan.

Selain dehidrasi , akibat lain muntah yang persisten adalah gangguan keseimbangan
elektrolit seperti penurunan kadar natrium, klor dan kalium, sehingga terjadi keadaan alkalosis
metabolic hipokloremik disertai hiponatremia dan hipokalemia. Hipertemesis yanh berat juga
dapat membuat pasien tidak dapat makan atau minum samasekali, sehingga cadangan karbihidrat
dalam tubuh ibu akan habis terpakai untuk pemenuhan kebutuhan energy jaringan. Akibatnya,
lemak akan dioksidasi. Namun, lemak tidak dapat dioksidasidengan sempurna dan terjadi
penumpukan asam aseton-asetik, asam hidroksibutirik, dan aseton, sehingga menyebabkan
ketosis. Salah satu gejalanya adalah bau aseton (buah-buahan) pada napas. Pada laboratorium
pasien dengan hiperemesis gravidarum dapat diperoleh peningkatan relative hemoglobin dan
hematokrit, hiponatremia, badan keton dalam darah dan proteinuria

Robekan pada selaput jaringan esophagus dan lambung dapat terjadi bila muntah terlalu
sering. Pada umunya robekan yang terjadi kecil dan ringan, dan perdarahan yang muncul dapat
berhenti sendiri.

Perempuan hamil dengan hiperemesis gravidarum dan kenaikan berat badan dalam
kehamilan yang kurang (<7Kg) memiliki resiko yang lebih tinggi untuk melahirkan bayi dengan
berat badan lahir rendah, kecil untuk masa kehamilan, premature, dan nilai APGAR lima menit
kurang dari tujuh.

3.0 Prognosis
Gardsby melaporkan semua wanita dengan mual dan muntah pada kehamilan merasakan awal
terjadinya sebelum usia kehamilan 9 minggu. Jumlah tersebut menurun 30% pada kehamilan 10
minggu, turun lagi 30% pada kehamilan 12 minggu, dan menjadi 30% pada kehamilan 16
minggu. Sepuluh persen mengalami mual dan muntah setelah 16 minggu dan hanya 1% tetap
mengalaminya setelah usia kehamilan 20 minggu.

Dengan penanganan yang baik prognosis hiperemesis gravidarum sangat memuaskan. Sebagian
besar penyakit ini dapat membaik dengan sendirinya pada usia kehamilan 20-22 minggu, namun
demikian pada tingkatan yang berat, penyakit ini dapat membaayakan jiwa ibu dab janin.

3.3 Analisa Data dan Intervensi

No. Data Etiologi Masalah Keperawatan


1. DS: klien mengatakan sejak Hiperemis Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
satu minggu SMRS pasien Gravidium à
mengeluh mual muntah lebih menstimulasi CTZ
dari 7 kali sehari, terutama di pada hipotalamus à
pagi hari merangsang
n.vagus à mual
DO : BB klien sebelum hamil muntah à nutrisi
55 kg dan sekarang 42 kg. TB kurang dari
= 160, terdapat stomatitis, Diet kebutuhan
: lunak, porsi tidak habis.

2. DS : klien mengatakan sejak Hiperemis Defisit volume cairan dan elektrolit


satu minggu SMRS pasien Gravidium à
mengeluh mual muntah lebih menstimulasi CTZ
dari 7 kali sehari, terutama di pada hipotalamus à
pagi hari merangsang
n.vagus à muntah à
DO : Terdapat kelainan defisit cairan dan
oliguria, TD = 100/60 mmHg, elektrolit
N = 106 x/menit, RR = 23
x/menit, Hematokrit = 38.2 %,
Albumin : 2.2, mukosa bibir
kering
3. DS : pasien mengatakan lemah Hiperemis Intoleransi Aktivitas
gravidium à mual
DO : pasien tampak lemah, muntah à asupan
CRT > 2 detik, konjungtiva inadekuat à energi
anemis, Hb : 9 menurun à
intoleransi
4. DS : pasien mengatakan Hiperemis Resiko hambatan tumbuh kembang
gravidium à janin
mengatakan sejak satu minggu lepasnya hormon
SMRS pasien mengeluh mual kortisol à
muntah lebih dari 7 kali sehari, merangsang sekresi
terutama di pagi hari asaml lambung à
menstimulus CTZ à
mual muntah à
intake in adekuatà
DO : mukosa bibir kering, BB resiko hambatan
klien sebelum hamil 55 kg dan pertumbuhan dan
sekarang 42 kg. TB = 160, perkembangan
porsi makan tidak habis. janin

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


1. Kekurangan volume Setelah diberikan asuhan Kaji kondisi status hemodinamik Pengeluaran cairan
cairan dan elektrolit keperawatan selama 2 x 24 klien hiperemesis gra
berhubungan dengan jam diharapkan kebutuhan karakteristik bervari
muntah yang volume cairan klien Ukur intake dan output klien Jumlah cairan dit
berlebihan dan terpenuhi optimal setiap hari kebutuhan harian
pemasukan yang jumlah cairan yang h
tidak adekuat Kriteria Hasil : Evaluasi status hemodinamik Penilaian dapat dil
klien setiap hari melalui pemeriksaan
1. Tidak terjadi mual- Kolaborasi pemberian sejumlah Meningkatkan keb
muntah cairan pengganti harian sesuai secara optimal
2. Intake dan output indikasi
seimbang baik jumlah /
kualitasnya
3. Turgor kulit baik

2. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan Kaji status nutrisi klien Untuk mengetahui k
nutrisi kurang dari keperawatan selama 1x24 Hidangkan makanan dalam porsi Untuk menghindari
kebutuhan tubuh kebutuhan nutrisi klien kecil dan hangat
berhubungan dengan terpenuhi optimal dengan
mual-muntah terus kriteria: Berikan makanan sedikit dalam Dengan memberik
menerus, tidak nafsu frekuensi sering porsi kecil dihar
makan 1. Klien tidak mengeluh terpenuhi dan makan
mual muntah menambah nafsu ma
2. Nafsu makan klien
Kolaborasi pemberian antiemetic Antiemetic bertujua
meningkat dan porsi makan
(anti mual) sesuai indikasi mual dan memen
dihabiskan
membantu dalam pr
3. BB dan TB seimbang
Berikan makanan yang tidak Makanan yang t
berlemak dan berminyak berminyak meng
saluran pencernaan,
mual dan muntah be
3. Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan tindakan Tingkatkan tirah baring/duduk. Meningkatkan istira
fisik berhubungan keperawatan 2x24 jam klien Ciptakan lingkungan yang Menyediakan ener
dengan kelemahan dapat melakukan aktifitas tenang, batasi pengunjung sesuai untuk penyembuhan
dan kurangnya intake sehari-hari dengan optimal keperluan.
nutrisi. dengan kriteria hasil : Tingkatkan aktivitas sesuai Tirah baring lama
toletansi, bantu klien untuk kemampuan aktivit
1. Nafsu makan melakukan latihan rentang gerak karena keterbatas
meningkat, tidak mual muntah sendi pasif/aktif. mengganggu period
2. Klien tidak mengalami Dorong penggunaan teknik Meningkatkan relak
kelemahan dalam melakukan menejemen stress, contoh energi, memusatkan
ADL relaksasi progresif, visualisasi, dapat meningkatkan
3. Terlihat segar dan bimbingan imajinasi. Berikan
bersemangat melakukan ADL aktivias hiburan yang tepat
seperti nonton tv, radio,
membaca
Lakukan aktifitas secara bertahap Memungkinkan
dan sesuai toleransi. istirahat tanpa gangg
4. Risiko hambatan Setelah dilakukan tindakan Jelaskan pada ibu mengenai Agar ibu menyad
pertumbuhan dan keperawatan 2x24 jam pentingnya nutrisi bagi nutrisi bagi janin &
perkembangan pertumbuhan dan pertumbuhan dan perkembangan kebutuhan nutrisiny
janin berhubungan perkembangan janin
dengan berkurangnya janin optimal dengan Periksa fundus uteri secara Tinggi fundus ute
peredaran darah dan kriteria hasil : berkala dengan usia keham
makanana ke fetal bahan penilaian akan
(janin). 1. nutrisi janin terpenuhi Pantau denyut jantung janin. Denyut jantung yg
optimal normal & aktif men
2. pertumbuhan janin dalam keadaan baik.
sesuai dengan usia kehamilan

Daftar Pustaka

Asih, Kampono, & Prihartono. (2009). Majalah Obstetri Ginekologi Indonesia. Vol 33, No 3

Hidayati, Ratna. 2009. Asuhan Keperawatan pada Kehamilan Fisiologi dan Patologis. Jakarta:
Salemba Medika

Jurnal.Gunawan,K,Manengkei,dan Ocviyanti.Diagnosis and treatment of Hyperemesis


Gravidarum.Jakarta : Faculty of Medicine Universitas Indonesia
Jurnal.Widayana,Megadhana,dan Kemara.Diagnosis dan Penatalaksanaan Hiperemesis
Gravidarum.FK Udayana

Kevin dkk. 2011. Artikel Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan (P2KB) dengan
judul “Diagnosis dan Tatalaksana Hiperemesis Graviandrum”.

Mansjoer, A, dkk, (2001), Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3, Jakarta : Penerbit Media
Aesculapius FKUI.

Mochtar, R, (1998), Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi, edisi 2, Jilid 1,
Jakarta : EGC.

Simpson, et.al. (2001). Psychological Factors and Hyperemesis Gravidarum. Journal of


Women’s Health & Gender-Based Medicine. Volume 10, Number 5, 2001

Stright, Barbara R, Maria A. Wijayarini. 2004. Panduan belajar: Keperawatan Ibu-Bayi baru
lahir Ed.3. Jakarta: EGC

Taber, B, (1994), Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi, cetakan 1 Jakarta : EGC.

Wardiyah, Aryanti. 2012. Makalah Jurnal Reading Hiperemesis Gravidarum Fkp UI

BAB II
LANDASAN TEORITIS

A. Konsep Dasar

1. Definisi

Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah berlebihan selama masa hamil. Muntah yang

membahayakan ini dibedakan dari morning sickness normal yang umum dialami wanita hamil

karena intensitasnya melebihi muntah normal dan berlangsung selama trimester pertama

kehamilan (Varney, 2006).

Hiperemesis gravidarum adalah morning sickness dengan gejala muntah terus menerus, makan

sangat kurang sehingga menyebabkan gangguan suasana kehidupan sehari-hari (Nugroho, 2010).

Hiperemesis gravidarum merupakan mual muntah yang berlebihan dan merupakan salah satu

gejala paling awal, paling umum dan paling menyebabkan stres yang dikaitkan dengan

kehamilan (Tiran, 2008).

Hiperemesis gravidarum adalah gejala mual muntah yang wajar dan sering kedapatan pada

kehamilan trimester pertama, mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap

saat dan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid

terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu (Wiknjosastro, 2007).

2. Etiologi

Menurut Wiknjosastro (2007), penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti.

Tidak ada bukti bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik. Juga tidak ditemukan kelainan
biokimia. Perubahan-perubahan anatomik pada otak, jantung, hati dan susunan saraf, disebabkan

oleh kekurangan vitamin serta zat-zat lain akibat inasisi. Beberapa faktor predisposisi dan faktor

lain yang telah ditemukan oleh beberapa penulis sebagai berikut :

a. Faktor predisposisi

Faktor predisposisi yang sering dikemukan adalah primigravida, mola hidatidosa dan kehamilan

ganda. Frekuensi yang tinggi pada mola hidatidosa dan kehamilan ganda menimbulkan dugaan

bahwa faktor hormon memegang peranan, karena pada kedua keadaan tersebut hormon

khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan.

b. Faktor organik

Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat hamil serta

resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan ini merupakan faktor organik.

c. Faktor alergi

Sebagai salah satu respons dari jaringan ibu terhadap anak, juga disebut sebagai salah satu faktor

organik.

d. Faktor psikologik

Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini, rumah tangga yang retak,

kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab

sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah
sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran

hidup.

3. Patofisiologi

Perasaan mual akibat kadar estrogen meningkat yang biasa terjadi pada trimester I bila perasaan

mual muntah terjadi terus menerus dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat, dan lemak habis

terpakai untuk keperluan energi karena oksidasi lemak yang tak sempurna, terjadilah ketosis

dengan tertimbunnya asam aseto-asetik, asam hidroksida dan aseton darah.

Mual menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan

klorida darah turun. Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah

kejaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen kejaringan

berkurang pula.

Disamping dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada selaput

lendir esofagus dan lambung (sindroma molarry-weiss) dengan akibat perdarahan

gastrointestinal (Mansjoer, 2000).

4. Manifestasi Klinis

Menurut Wiknjosastro (2007), batas jelas manifestasi klinis antara mual yang masih fisiologik

dalam kehamilan dan hiperemesis gravidarum tidak ada tetapi bila keadaan umum penderita

terpengaruh. Hiperemesis gravidarum, menurut berat ringannya gejala dapat dibagi kedalam 3

tingkatan:

a. Tingkatan I
Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu merasa lemah, nafsu

makan tidak ada, berat badan menurun dan merasa nyeri pada epigastrium. Nadi meningkat

sekitar 100 permenit, tekanan darah sistolik menurun, turgor kulit mengurang, lidah mengering

dan mata cekung.

b. Tingkatan II

Penderita tampak lemah dan apatis, turgor kulit lebih mengurang, lidah mengering dan nampak

kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan mata sedikit ikteris. Berat badan turun

dan mata menjadi cekung, tensi turun, hemokonsentrasi, oliguria dan konstipasi. Aseton dapat

tercium dalam hawa pernapasan, karena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula ditemukan

dalam kencing.

c. Tingkatan III

Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dari somnolen sampai koma,

nadi kecil dan cepat, suhu meningkat dan tensi menurun. Komplikasi total terjadi pada susunan

saraf yang dikenal sebagai ensefalopati wernicke, dengan gejala : nistagmus, diplopia dan

perubahan mental. Keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan zat makanan, termasuk vitamin

B kompleks, timbulnya ikterus menunjukkan adanya payah hati.

5. Komplikasi

Menurut Mansjoer (2000) komplikasi hiperemesis gravidarum adalah ensefalopati wernicke

dengan gejala nistagmus, diplopia, dan perubahan mental serta payah hati dengan gejala

timbulnya ikterus.
6. Pencegahan

Menurut Mansjoer (2000) prinsip pencegahan hiperemesis gravidarum adalah mengobati emesis

agar tidak terjadi hiperemesis :

a. Penerangan bahwa kehamilan dan persalinan merupakan proses fisiologis.

b. Makan sedikit-sedikit tapi sering. Berikan makanan selingan seperti biskuit, roti kering dan teh

hangat saat bangun pagi dan sebelum tidur. Hindari makanan berminyak dan berbau. Makanan

sebaiknya dalam keadaan panas atau sangat dingin.

c. Defekasi tidur.

7. Penatalaksanaan

Menurut Wikjosastro (2007) penatalaksanaan hiperemesis gravidarum adalah :

a. Obat-obatan

Apabila dengan cara pencegahan keluhan dan gejala tidak mengurangi maka diperlukan

pengobatan. Sedativa yang sering diberikan adalah phenobarbital. Vitamin yang dianjurkan

adalah vitamin B1 dan B6. Anti histaminika juga dianjurkan seperti dramamin, avomin pada

keadaan lebih berat diberikan antiemetik seperti disiklomin, hidrokhloride atau khlorpromasin.

b. Isolasi

Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah dan peredaran udara yang baik

catat cairan yang keluar. Hanya dokter dan perawat yang boleh masuk kedalam kamar penderita,
sampai muntah berhenti dan penderita mau makan. Tidak diberikan makanan/minuman dan

selama 24 jam. Kadang-kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang atau hilang

tanpa pengobatan.

c. Terapi psikologik

Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa sakit oleh

karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya

dapat menjadi latar belakang penyakit ini.

d. Cairan parenteral

Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glukose 5%

dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat ditambah kalium dan

vitamin, khususnya vitamin B complek dan vitamin C. Bila ada kekurangan protein dapat

diberikan pula asam amino secara intravena.

e. Penghentian kehamilan

Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan mengadakan

pemeriksaan medik dan psikiatrik bila keadaan memburuk. Delirium, kebutaan, takhikardi,

ikterus, anuria dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organik. Dalam keadaan

demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan

abortus terapeutik sering sulit diambil, oleh karena disatu pihak tidak boleh dilakukan terlalu

cepat tetapi dilain pihak tidak boleh menunggu sampai terjadi gejala irreversibel pada organ

vital.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang

sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan

mengidentifikasi status kesehatan pasien (Nursalam, 2001).

Pada pengkajian, data yang perlu dikaji adalah identifikasi pasien, meliputi : nama, umur, jenis

kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, penanggung jawab, riwayat obstetri, dan riwayat

kehamilan.

Yang perlu dikaji pada pasien dengan hiperemesis gravidarum menurut Doengoes (2001), yaitu :

a. Sirkulasi

Hipertensi

perdarahan

b. Integritas ego

Dapat mengekpresikan perasaan tidak adekuat.

c. Makanan/cairan

Penambahan berat badan mungkin tidak sesuai dengan masa gestasi (penambahan yang lebih

kecil dapat berakibat negatif bagi janin). Diabetes dependen-insulin pada ibu :
Adanya gangguan pola makan (misal : anoreksia nervosa, bulimia, atau obesitas).

d. Keamanan

Infeksi (misal : penyakit kelamin (PHS), penyakit inflamasi pelvis). Adanya gangguan kejang,

derajat/metode kontrol. Pemajanan bermakna pada radiasi, kimia toksik, atau infeksi teratogen

(misal : rubela, toksoplasmosis, sitomegalo virus, human immunodeficiency virus/AIDS dan

PHS lain. infeksi pascanatal (misal : meningitis, ensefalitis), kekurangan stimulasi/nutrisi

pascanatal). Presentasi bokong (khususnya pada anensefali).

e. Seksualitas

Riwayat pernah melakukan aborsi dua kali atau lebih pada trimester pertama, kematian janin,

atau anak dengan abnormalitas kromosom. Trauma kelahiran atau penyimpangan transmisi

secara genetik yang dapat diidentifikasi. Penggunaan stimulan ovulasi seperti klomifen atau

menotropins (pergonal).

f. Interaksi sosial

Pernikahan antar-keluarga (konsanguinitas). Rasa bersalah/menyalahkan diri sendiri dan/atau

pasangan yang membawa gen detektif.

g. Penyuluhan/pembelajaran

Riwayat/keturunan keluarga yang positif diketahui ada penyimpangan genetik atau

penyimpangan keturunan (misal : sel sabit, fibrosis kistik, hemofilia, phenilketonuria, cacat

kraniospinal, malformasi ginjal, talasemia, korea huntington), penyimpangan pada keluarga


(kanker, penyakit jantung, diabetes, alergi), abnormalitas kongenital (sindrom down, retardasi

mental, kerusakan tubu neural) atau penyimpangan metabolik bawaan dari lahir (misal : penyakit

urin sirup maple, penyakit tay-sachs). Latar belakang etnik pada resiko penyimpangan khusus

(misal: black african, mediteranian, ashkenazin jewish). Penggunaan obat (alkohol, obat bebas,

diresepkan atau obat jalanan, obat anti konvulsan).

2. Analisa Data

Analisa data adalah pemeriksaan dan mengkategorikan informasi untuk mendapatkan sebuah

kesimpulan tentang kebutuhan pasien (Doengoes, 1999).

Ada 2 tipe data, yaitu :

a. Data subjektif, adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu

situasi dan kejadian.

b. Data objektif, adalah data yang didapat di observasi dan diukur.

3. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga atau masyarakat

sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau potensial

(Hidayat, 2001).

Adapun prioritas diagnosa keperawatan menurut Doengoes (2001), adalah :

a. Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual

muntah
b. Ketidaknyamanan berhubungan dengan perubahan fisik dan pengaruh hormonal

c. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan yang berlebih

d. Keletihan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan energi

e. Resiko tinggi terhadap cedera janin berhubungan dengan malnutrisi ibu

f. Kurang pengetahuan mengenai perkembangan kehamilan yang normal berhubungan dengan

kurang pemahaman tentang perubahan fisiologi/ psikologi normal.

4. Rencana/Perencanaan

Perencanaan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam proses keperawatan yang meliputi

tujuan perawatan, menetapkan pemecahan masalah, dan menentukan tujuan perencanaan untuk

mengatasi masalah pasien (Hidayat, 2001).

Rencana tindakan yang diperlukan pada pasien dengan hiperemesis gravidarum menurut

Doengoes (2001) adalah :

a. Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual

muntah :

Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi

Kriteria hasil : memberi makanan yang mengandung vitamin, mineral, protein dan besi.

No Intervensi Rasional
1. Tentukan keadekuatan kebiasaan Kesejahteraan janin/ibu tergantung
asupan nutrisi dulu/sekarang dengan pada nutrisi ibu selama kehamilan
2. menggunakan batasan 24 jam. sebagaimana selama 2 tahun
sebelum kehamilan.
3. Dapatkan riwayat kesehatan, catat
usia (khususnya kurang dari 17 Remaja dapat cenderung
4. tahun, lebih dari 35 tahun. malnutrisi/anemia dan klien lansia
mungkin cenderung
5. Pastikan tingkat pengetahuan obesitas/diabetes gestasional.
tentang kebutuhan diet.
6. Menentukan kebutuhan belajar
Berikan informasi tertulis/verbal khusus pada periode pranatal, laju
7. yang tepat tentang diet pranatal dan basal metabolik meningkat 20%-
suplemen vitamin/zat besi setiap 25%.
8. hari.
Materi referensi yang dapat
Timbang berat badan klien, pastikan dipelajari dirumah, meningkatkan
berat badan pregravid biasanya. kemungkinan klien memilih diet
seimbang.
Tinjau ulang frekuensi dan beratnya
mual/muntah kesampingkan muntah Ketidakadekuatan penambahan
pernisiosa (hiperemesis berat badan pranatal dan/atau
gravidarum). dibawah berat badan normal masa
kehamilan, meningkatkan resiko
Pantau kadar hemoglobin (Hb) retardasi pertumbuhan intra uterin.

Buat rujukan yang perlu sesuai Mual/muntah trimester I dapat


indikasi (misal : pada ahli diet, berdampak negatif pada status
pelayanan sosial). nutrisi pranatal, khususnya pada
periode kritis perkembangan janin.

Mengidentifikasi adanya anemia


dan potensial penurunan kapasitas
pembawa oksigen ibu.

Mungkin diperlukan bantuan


tambahan terhadap pilihan nutrisi.

b. Ketidaknyamanan berhubungan dengan perubahan fisik dan pengaruh hormonal

Tujuan : ketidaknyamanan teratasi

Kriteria hasil : mengidentifikasi tindakan-tindakan yang memberikan kenyamanan.

No Intervensi Rasional
1. Catat adanya/derajat rasa tidak Memberikan informasi untuk
nyaman minor. memilih informasi, petunjuk
2. terhadap respon klien pada
Evaluasi derajat ketidaknyamanan ketidaknyamanan dan nyeri.
3. selama pemeriksaan internal.
Ketidaknyamanan selama
4. Anjurkan penggunaan bra pemeriksaan internal dapat terjadi
penyokong tinjau perawatan puting khususnya pada klien asing yang
5. telah mengalami infibulasi.
Kaji adanya hemoroid. Perhatikan
6. keluhan-keluhan gatal, bengkak, Memberikan sokongan yang sesuai
perdarahan. untuk jaringan payudara yang
7. membesar, menguatkan jaringan
Instruksikan penggunaan kompres areolar.
es, panas.
Penurunan mortilitas
Mual/muntah : anjurkan gastrointestinal, perubahan usus
meningkatkan asupan karbohidrat serta tekanan pada sistem
saat bangun tidur. pembuluh darah oleh pembesaran
uterus memberi kecendrungan
Tambahkan suplemen kalsium setiap terjadinya hemoroid.
hari bila asupan produk susu
dikurangi Menurunkan ketidaknyamanan
dan bengkak, meningkatkan
mortilitas G1.

Menurunkan kemungkinan
gangguan gastrik yang dapat
disebabkan oleh efek asam
hidroklorid pada lambung yang
kosong.

Membantu dalam memperbaiki


keseimbangan kalsium/fostor dan
menurunkan kram otot.

c. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan yang berlebih.

Tujuan : kekurangan volume cairan tidak terjadi.

Kriteria hasil : mengidentifikasi dan melakukan tindakan untuk menurunkan frekuensi dan

keparahan mual/muntah.
No Intervensi Rasional
1. Tentukan frekuensi/beratnya mual/ Memberikan data berkenaan
muntah dengan semua kondisi.
2. Peningkatan kadar hormon
Tinjau ulang riwayat kemungkinan gonadotropin korionik (HcG),
3. masalah medis lain. perubahan metabolisme
karbohidrat dan penurunan
4. Anjurkan klien mempertahankan mortilitas gastrik memperberat
masukan/haluaran tes urine, dan mual muntah pada trimester I.
5. penurunan berat badan setiap hari.
Membantu dalam
Kaji suhu dan turgor kulit, membran mengenyampingkan penyebab lain
mukosa, TD, suhu, masukan/ untuk mengatasi masalah khusus
haluaran. dalam mengidentifikasi intervensi.

Anjurkan peningkatan masukan Membantu dalam menentukan


minuman berkarbonat, makan enam adanya muntah yang tidak dapat
kali sehari dengan jumlah yang dikontrol
sedikit.
Indikator dalam membantu untuk
mengevaluasi tingkat/kebutuhan
hidrasi.

Membantu dalam meminimalkan


mual/muntah dengan menurunkan
keasaman lambung.

d. Keletihan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan energi

Tujuan : kebutuhan energi terpenuhi, letih berkurang

Kriteria hasil : melaporkan adanya peningkatan energi.

No Intervensi Rasional
1. Tentukan siklus tidur bangun yang Membantu menyusun prioritas
normal dan komitmen terhadap yang realistik dan waktu untuk
2. pekerjaan, keluarga, komunitas dan menguji komitmen.
diri sendiri.
3. Istirahat untuk memenuhi
Anjurkan tidur siang 1 sampai 2 jam kebutuhan metabolik berkenaan
setiap hari, 8 jam tidur malam. dengan pertumbuhan jaringan
ibu/janin.
Pantau kadar Hb, jelaskan peran zat
besi dalam tubuh, anjurkan Kadar Hb rendah mengakibatkan
mengkonsumsi suplemen zat besi kelelahan lebih besar karena
setiap hari sesuai indikasi. penurunan jumlah pembawa
oksigen.

e. Resiko tinggi terhadap cedera janin berhubungan dengan malnutrisi ibu.

Tujuan : nutrisi ibu dan janin terpenuhi

Kriteria hasil : memulai perilaku yang meningkatkan kesehatan sendiri dan janin.

No Intervensi Rasional
1. Diskusikan pentingnya Kesejahteraan janin secara
kesejahteraan ibu. langsung berhubungan dengan
2. kesejahteraan ibu, khususnya
Diskusikan tingkat aktivitas normal selama trimester I. Saat
3. dan latihan, anjurkan latihan perkembangan sistem organ paling
secukupnya bukan latihan berat. rentan terhadap cedera dari faktor
4. lingkungan/keturunan.
Tinjau ulang kebiasaan dua budaya
5. diet klien. Aliran darah ke uterus dapat
menurun sampai 70% karena
6. Kaji terhadap kemungkinan resiko latihan keras.
tinggi berkenaan dengan kelainan
7. genetik. Malnutrisi pada ibu dihubungkan
dengan IUGR pada janin dan bayi
8. Berikan informasi tentang hal yang berat badan lahir rendah.
dapat mengakibatkan terjadinya
perkembangan abnormal seperti Klien yang beresiko terhadap
sinar-x, alkohol, nikotin, virus hidup kelainan genetik tertentu dapat
yang dilemahkan, kelompok virus membutuhkan tes untuk
STORCH. menentukan apakah janin
terpengaruh.
Diskusikan bentuk transmisi infeksi
tertentu. Membantu klien membuat
keputusan/pilihan tentang
Anjurkan penghentian penggunaan perilaku/ lingkungan yang dapat
tembakau. meningkatkan kesehatan.

Kaji perkembangan uterus melalui Di Amerika Serikat, toxoplasma


pemeriksaan internal. gondii paling sering di
transmisikan pada feses kucing,
budaya lain melalui makanan
mentah atau daging tidak dimasak
dengan tepat.

Merokok mempengaruhi sirkulasi


plasenta. Scor apgar rendah pada
kelahiran.

Memberikan informasi tentang


gestasi janin, mengidentifikasi
kehamilan multipel.

f. Kurang pengetahuan mengenai perkembangan kehamilan berhubungan dengan kurang

pemahaman tentang perubahan fisiologi/psikologi yang normal.

Tujuan : mengungkapkan pemahaman tentang perubahan fisiologi, kebutuhan-kebutuhan

individu

Kriteria hasil : menjelaskan perubahan fisiologi/psikologi normal berkaitan dengan kehamilan

trimester pertama.

No Intervensi Rasional
1. Buat hubungan perawat-klien yang Peran penyuluh/konselor dapat
mendukung dan terus menerus. memberikan bimbingan
2. antisipasi dan meninngkatkan
Evaluasi pengetahuan dan tanggung jawab individu
3. keyakinan budaya saat ini terhadap kesehatan.
berkenaan dengan perubahan
4. fisiologi/psikologi yang normal Memberi informasi untuk
pada kehamilan. membantu mengidentifikasi
5. kebutuhan-kebutuhan dan
Identifikasi siapa yang membuat membuat rencana perawatan.
6. dukungan/instruksi dalam
kebudayaan klien. Membantu menjamin
7. kualitas/kontinuitas asuhan
Berikan hubungan antisipasi, karena orang pendukung
meliputi diskusi tentang nutrisi, mungkin lebih berhasil daripada
latihan, tindakan yang nyaman, dokter/perawat/ bidan dalam
istirahat, pekerjaan, perawatan memberikan informasi.
payudara, aktivitas seksual, dan
Informasi mendorong
kebiasaan/gaya hidup sehat. penerimaan tanggung jawab dan
meningkatkan keinginan untuk
Jawab pertanyaan tentang melakukan perawatan diri.
perawatan dan pemberian makan
bayi. Memberikan informasi yang
dapat bermanfaat untuk
Identifikasi tanda bahaya membuat pilihan.
kehamilan, seperti perdarahan,
kram, nyeri abdomen akut, sakit Membantu klien membedakan
kepala dan tekanan pelvis. yang normal dan abnormal
sehingga membantunya dalam
Identifikasikan hal yang mencari perawatan kesehatan
membahayakan pada janin. pada waktu yang tepat.

Janin paling rentan dalam


trimester I selama periode kritis
perkembangan organ.

5. Pelaksanaan

Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik (iyer et

al, 1996 dalam buku Nursalam, 2001).

Tahap pelaksanaan dimulai setelah perencanaan disusun dan ditujukan pada masing-masing

oders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan dan pelaksanaan adalah

membantu klien mencapai tujuan yang telah diterapkan yang mencakup peningkatan kesehatan,

pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping (Nursalam, 2001).

Menurut Nursalam (2001), tindakan keperawatan meliputi tindakan independen, dependen dan

interdependen.

a. Independen, yaitu tindakan yang dilakukan oleh perawat tanpa petunjuk dan perintah dari

dokter atau tenaga kesehatan lainnya.


b. Dependen, yaitu tindakan yang dilakukan oleh perawat atas petunjuk dan perintah dari dokter

atau tenaga kesehatan lainnya.

c. Interdependen yaitu tindakan keperawatan yang memerlukan suatu kerjasama dengan tenaga

kesehatan lainnya.

6. Evaluasi

Evaluasi adalah tahapan terakhir dari proses keperawatan. Evaluasi menyediakan nilai informasi

mengenai pengaruh intervensi yang telah direncanakan dan merupakan perbandingan dari hasil

yang telah dibuat pada tahap perencanaan (Hidayat, 2001).

Evaluasi merupakan bagian integral pada setiap tahap proses keperawatan, pengumpulan data

perlu direvisi untuk menentukan apakah informasi yang telah dikumpulkan telah mencukupi dan

apakah perilaku yang diobservasi telah sesuai diagnosa yang perlu di evaluasi dalam hal

keakuratan dan kelengkapan.

Tujuan dan intervensi di evaluasi adalah untuk menentukan apakah tujuan tersebut dapat dicapai

secara efektif (Nursalam, 2001).


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala hikmat yang diberikan-Nya, sehingga makalah ini dapat kami selesaikan.
Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas bidang studi Keperawatan Sistem Reproduksi
Tahun Ajaran 2013/2014 di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Baiturrahim Jambi. Kami berharap
semoga Makalah ini mampu memberi ilmu pengetahuan bagi kami dan pembaca.
Kami senantiasa mengharapkan masukan dan saran demi penyempurnaan makalah ini. Semoga
Makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.
Jambi, 17 November 2014

Kelompok II

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................. 1
1.3 Tujuan ................................................................. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................... 3
2.1 Pengertian ................................................................. 3
2.2 Etiologi ................................................................. 3
2.3 Patofisiologi ................................................................. 5
2.4 Manifestasi Klinik ................................................................. 8
2.5 Pemeriksaan Penunjang............................................................... 8
2.6 Penatalaksanaan ................................................................. 9
2.7 Pencegahan ................................................................. 9
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN................................................ 10
3.1 Pengkajian ................................................................. 10
3.2 Diagnosa Keperawatan................................................................ 11
3.3 Nursing Care Plan (NCP)............................................................ 12
3.4 Implementasi ................................................................. 13
3.5 Evaluasi ................................................................. 13
BAB IV PENUTUP ................................................................. 15
4.1 Kesimpulan ................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA ................................................................. 16

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mual dan muntah pada kehamilan umumnya disebut morning sickness, dialami oleh sekitar 70-
80% wanita hamil dan merupkan fenomena yang sering terjadi pada umur kehamilan 5-12
minggu (Edelman, 2004; Quinland, 2005).
Bila keadaan mual dan muntah yang semakin berat dan tidak tertanggulangi, maka disebut
hiperemesis gravidarum.
Makalah ini membahas tentang teori dari hiperemesis gravidarum dan asuhan keperawatannya.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang kami ambil adalah:
1. Jelaskan pengertian Hiperemesis Gravidarum?
2. Apa saja etiologi Hiperemesis Gravidarum?
3. Bagaimana patofisiologi Hiperemesis Gravidarum?
4. Bagaimana manifestasi klinis Hiperemesis Gravidarum?
5. Apa pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk Hiperemesis Gravidarum?
6. Bagaimana penatalaksanaan Hiperemesis Gravidarum?
7. Bagaimana pencegahan Hiperemesis Gravidarum?
8. Bagaimana asuhan keperawatan Hiperemesis Gravidarum?

1.3 Tujuan
Umum:
Mahasiswa mampu memahami secara garis besar mengenai Hiperemesis Gravidarum.
Khusus:
1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian Hiperemesis Gravidarum.
2. Mahasiswa mengetahui etiologi Hiperemesis Gravidarum.
3. Mahasiswa mengetahui patofisiologi Hiperemesis Gravidarum.
4. Mahasiswa mengetahui manifestasi klinis Hiperemesis Gravidarum.
5. Mahasiswa mengetahui pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada Hiperemesis
Gravidarum.
6. Mahasiswa mengetahui pentalaksanaan untuk Hiperemesis Gravidarum.
7. Mahasiswa mengetahui pencegahan untuk Hiperemesis Gravidarum.
8. Mahasiwa mengetahui asuhan keperawatan Hiperemesis Gravidarum.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
 Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan yang terjadi pada wanita
hamil sehingga menyebabkan terjadimya ketidakseimbangan kadar elektrolit, penurunan berat
badan (lebih dari 5% berat badan awal), dehidrasi, ketosis, dan kekurangan nutrisi (Sherwan,
1999; Old, 2000; Micheline, 2004; Edelman, 2004; Pawii, et al., 2005).
(Runiari. N, 2010)
 Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita hamil sampai
mengganggu pekerjaan sehari-hari karena pada umumnya menjadi buruk karena terjadi dehidrasi
(Rustam Mochtar, 1998).
 Hiperemesis Gravidarum (vomitus yang merusak dalam kehamilan) adalah nousea dan
vomitus dalam kehamilan yang berkembang sedemikian luas sehingga menjadi efek sistemik,
dehidrasi dan penurunan berat badan (Ben-Zion, MD, hal: 232).
 Hiperemesis Gravidarum diartikan sebagai muntah yang terjadi secara berlebihan selama
kehamilan (Hellen Farrer, 1999, hal: 112).
http://fajrucmedicine.blogspot.com/

2.2 Etiologi dan Faktor Predisposisi


Etiologi hiperemesis gravidarum belum diketahui dengan pasti. Ada beberapa teori menjelaskan
terjadinya hiperemesis gravidarum, namun tak ada satupun yang dapat menjelaskan proses
terjadinya secara tepat (Simpson, et al., 2001). Teori tersebut antara lain Teori Endokrin, Teori
Metabolik, Teori Alergi, Teori Infeksi, dan Teori Psikosomatik (Family Nurse Practitioner
Program, 2002; Tiran, 2004).
Teori endokrin menyatakan bahwa peningkatan kadar progesterone, estrogen, dan human
Chorionic Gonadotropin (hCG) dapat menjadi faktor pencetus mual dan muntah. Peningkatan
hormon progesteron menyebabkan otot polos pada sistem gastrointestinal mengalami relaksasi,
hal itu mengakibatkan penurunan motilitas lambung sehingga pengosongan lambung melambat.
Teori metabolik menyatakan bahwa kekurangan vitamin B6 dapat mengakibatkan mual dan
muntah pada kehamilan. Adanya histamine sebagai pemicu dari mual dan muntah mendukung
ditegakkannya teori alergi sebagai etiologi hiperemesis gravidarum. Lebih jauh, mual dan
muntah berlebihan juga terjadi pada klien yang sangat sensitive terhadap sekresi dari korpus
luteum (Snell, 1998; Kuscu & Koyuncu, 2002; Verberg, et al., 2006).
Teori psikosomatik, hiperemesis gravidarum merupakan keadaan gangguan psikologis yang
dirubah dalam bentuk gejala fisik (Simpson, 2002; Michelini, 2004). Kehamilan yang tidak
direncanakan dan tidak diinginkan serta tekanan pekerjaan dan pendapatan menyebabkan
terjadinya perasaan berduka, ambivalen, serta konflik; dan hal tersebut dapat menjadi faktor
psikologis penyebab hiperemesis gravidarum (Verberg, et al., 2005).
Leeners dan Sauer (2000) menytakan bahwa faktor psikologis sangat kuat terlibat sebagai
etiologi hiperemesis gravidarum dan dampaknya tidak lama dan beratnya gejala, namun juga
menimbulkan resisten terhadap pengobatan yang diberikan.
Tiran (2004) menyatakan bahwa faktor budaya yang merupakan hal penitng adalah berkaitan
dengan pemilihan jenis makanan yang akan dikonsumsi.

2.3 Patofisiologi
Patofisiologi hiperemesis gravidarum masih belum jelas (Meltzer, 2000; Neill & Nelson, 2003,
Edelman, 2004); namun peningkatan kadar progesterone, estrogen, dan human chorionic
gonadotropin (hCG) dapat menjadi faktor pencetus mual dan mundah. Peningkatan hormone
progesterone menyebabkan otot polos pada sistem gastrointestinal mengalami relaksasi sehingga
motilitas lambung menurun dan pengosongan lambung melambat. Refluks esofagus penurunan
motilitas lambung, dan penurunan sekresi asam hidroklorid juga berkontribusi terhadap
terjadinya mual dan muntah. Hal ini diperberat dengan adanya penyebab lain berkaitan dengan
faktor psikologis, spiritual, lingkungan, dan sosiokultural.
Kekurangan intake dan kehilangan cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga
cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan klorida dalam darah maupun dalam urin
turun, selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi sehingga menyebabkan aliran darah ke
jaringan berkurang. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi
lewat ginjal berakibat frekuensi muntah bertambah banyak, sehingga dapat merusak hati.
Pada beberapa kasus berat, perubahan yang terjadi berhubungan dengan malnutrisi dan dehidrasi
yang menyebabkan terdapatnya nonprotein nitrogen, asam urat, urea, dan penurunan klorida
dalam darah. Kekurangan vitamin B1, B6, dan B12 mengakibatkan terjadinya neuropati perifer
dan anemia; bahkan pada kasus berat kekurangan vitamin B1 dapat mengakibatkan terjadinya
wernicke enchelopati (Manuaba, 2001: Kuscu & Koyancu, 2002; Neill & Nelson, 2003).
(Runiari. N, 2010)

2.4 Manifestasi Klinik


Menurut berat ringannya gejala, hperemesis gravidarum dapat dibagi dalam tiga tingkatan
(Manuaba, 2001; Winkjosastro, 2005).
a. Tingkat I
Muntah terus-menerus yang mempengaruhi keadaan umum. Pada tingkatan ini klien merasa
lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan nyeri pada epigastrium. Nadi meningkat
sekitar 100x/menit, tekanan darah sistol menurun, dapat disertai peningkatan suhu tubuh, turgor
kulit berkurang, lidah kering, dan mata cekung.
b. Tingkat II
Klien tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit lebih menurun, lidah kering dan tampak kotor,
nadi kecil dan cepat, tekanan darah turun, sehu kadang-kadang naik, hemokonsentrasi, oliguria,
dan konstipasi.
c. Tingkat III
Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dari somnolen sampai koma,
nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun, serta suhu meningkat. Komplikasi fatal terjadi pada
susunan saraf yang dikenal sebagai wernicke ensefalopati. Gejala yang dapat timbul seperti
nistagmus, zat makanan, termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus menunjukkan
terjadinya payah hati. Pada tingkatan ini juga terjadi perdarahan dari esophagus, lambung dan
retina.
(Runiari. N, 2010)

2.5 Pemeriksaan Penunjang


a. Urinalisis untuk menentukan adanya infeksi dan/atau dehidrasi meliputi pemeriksaan keton,
albumin, dan berat jenis urin.
b. Kadar hemoglobin (Hb) dan hematokrit (Ht).
c. Pemeriksaan elektrolit jika terjadi dehidrasi dan diduga terjadi muntah berlebihan meliputi
pemeriksaan natrium, kalium, klorida, dan protein.
d. Pemeriksaan Blood Urea Nitrogen (BUN), nonprotein nitrogen, dan kadar asam.
e. Tiroid Stimulating Hormon (TSH) untuk menentukan penyakit pada tiroid.
f. CBC, amilase, lipase, keadaan hati atau jika diduga terjadi infeksi sebagai penyebab.
g. Foto abdomen jika ada indikasi gangguan abdomen akut.
h. Kadar hCG jika diduga kehamilan multiple atau mola hidatiformis.
(Runiari. N, 2010)

2.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan mual dan muntah pada kehamilan tergantung pada beratnya gejala. Pengobatan
dilakukan mulai dari yang paling ringan dengan perubahan diet sampai pendekatan dengan
pengobatan antiemetik, rawat inap, atau pemberian nutrisi parenteral. Pengobatan terdiri atas
terapi secara farmakologi dan nonfarmakologi. Terapi farmakologi dilakukan dengan pemberian
antiemetik, antihistamin, antikolinergik, dan kortikosteroid. Terapi nonfarmakologi dilakukan
dengan cara pemberian diet, dukungan emosional, akupuntur, dan jahe (Quinland, et al., 2005).
(Runiari. N, 2010)

2.7 Pencegahan
 Pencegahan hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jalan memberikan penerapan
tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologik, memberikan keyakinan
bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda
dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan, mengajurkan mengubah makan sehari-hari dengan
makanan dalam jumlah kecil tetapi lebih sering.
 Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk makan roti
kering atau biskuit dengan teh hangat.
 Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan.
 Makanan dan minuman sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin.
http://binbask.blogspot.com/

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
1. Pengkajian Data Subjektif
a. Riwayat kehamilan saat ini meliputi ada tidaknya gemeli, riwayat pemeriksaan antenatal dan
komplikasi.
b. Riwayat diet, khususnya intake cairan.
c. Pengobatan yang didapat saat ini.
d. Riwayat pembedahan khususnya pembedahan pada umumnya.
e. Riwayat medis sebelumnya seperti riwayat penyakit obstetri dan ginekologi, kolelitiasis atau
gangguan abdomen lainnya, gangguan tiroid, dan ada tidaknya depresi.
f. Riwayat sosial seperti terpapar penyakit yang mengganggu komunikasi, terpapar dengan
lingkungan, tercapainya pelayanan antenatal, peran, tanggung jawab, pekerjaan, ketidakhadiran
di tempat bekerja, perubahan status kesehatan atau stresor kehamilan, respons anggota keluarga
yang dapat bervariasi terhadap hospitalisasi dan kondisi sakit, serta seistem pendukung.
g. Integritas ego seperti konflik interpersonal keluarga, kesulitan ekonomi, perubahan persepsi
tentang kondisi, dan kehamilan yang tidak direncanakan.
h. Riwayat penyakit sebelumnya meliputi awal kejadian dan lamanya. Jika mengalami muntah,
kaji warna, volume, frekuensi, dan kualitasnya. Kaji juga faktor yang memperberat dan
memperingan keadaan, serta pengobatan yang dilakukan baik di fasilitas kesehatan atau
pengobatan di rumah.
i. Gejala-gejala lain seperti bersendawa atau flatus, diare atau konstipasi, serta nyeri pada
abdomen. Riwayat nyeri abdomen meliputi lokasi, derajat, kualitas, radiasi, serta faktor yang
memperingan dan memperberat nyeri.
j. Pengkajian lain dapat dilakukan dengan menggunakan Rhodes Index of Nausea and Vomiting
yang terdiri atas 8 pertanyaan untuk mengkaji frekuensi dan beratnya mual dan muntah.
Instrument ini telah di teliti valid dan reliabel oleh Family Nurse Practitioner program, School of
Nursing, University of Texas at Austin.
(Runiari. N, 2010)

2. Pengkajian Data Objektif


a. TTV: ada tidaknya demam, takikardi, hipotensi, frekuensi nafas meningkat, adanya nafas bau
aseton
b. Status Gizi: Berat Badan meningkat/menurun
c. Status Kardiovaskuler: kualitas nadi, takikardi, hipotensi
d. Status Hidrasi: Turgor kulit, keadaan membrane mukosa, oliguria
e. Keadaan Abdomen: Suara Abdomen, adanya nyeri lepas/tekan, adanya distensi, adanya
hepatosplenomegali, tanda Murpy.
f. Genitourinaria: nyeri kostovertebral dan suprapubik
g. Status Eliminasi: Perubahan konstipasi feses, konstipasi dan perubahan frekuensi berkemih
h. Keadaan janin: Pemeriksaan DJJ, TFU, dan perkembangan janin (apakah sesuai dengan usia
kehamilan)
http://binbask.blogspot.com/

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan
muntah.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
3. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan volume cairan aktif (mual dan muntah
berlebihan)
4. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan energi dan kelelahan.

3.3 Nursing Care Plan


No Dx. Keperawatan NOC NIC Aktivitas
1 Ketidakseimbangan Memperlihatkan • Mual / • identifikasi faktor pencetus Mual
nutrisi kurang dari Status Gizi: Muntah dan Muntah
kebutuhan tubuh Asupan Gizi • catat warna, jumlah, dan
b/d mual dan yang dibuktikan frekuensi muntah
muntah pasien dapat • minimalkan faktor yang dapat
makan seperti menyebabkan mual dan muntah
biasanya • instruksikan pasien agar menarik
napas dalam, perlahan dan menelan
secara sadar
Kolaborasi:
• berikan obat antiemetik sebelum
makan atau sesuai jadwal yang di
anjurkan
• Manajemen • pantau kandungan nutrisi dan
Nutrisi kalori pada catatan asupan
• berikan pasien minuman dan
kudapan bergizi, tinggi protein,
tinggi kalori
2 Intoleransi aktivitas Menunjukkan • Manajemen • tentukan penyebab keletihan
b/d kelemahan toleransi Energi • pantau asupan nutrisi untuk
aktivitas menentukan sumber energi yang
dibuktikan adekuat
pasien dapat
melakukan
kegiatan seperti
biasa.

3 Kekurangan Kekurangan • Manejemen • pantau status hidrasi


volume cairan b/d volume cairan Cairan • tingkatkan asupan oral
kehilangan volume akan teratasi Kolaborasi:
cairan aktif (mual dibuktikan • berikan terapi IV, sesuai program
dan muntah keseimbangan
berlebihan) air dalam
kompartemen
intrasel dan
ekstrasel tubuh

4 Ketidakefektifan Menunjukkan • Pemantauan • pantau kecepatan, irama,


pola napas b/d pola pernapasan Pernapasan kedalaman, dan upaya pernapasan
penurunan energi efektif, yang • pantau pola pernapasan
dan kelelahan dibuktikan • pantau pergerakan dada
pergerakan • auskultasi suara napas
udara ke dalam
dan ke luar paru
tidak terganggu

(Wilkinson. J.M, dan Ahern. N.R, 2011)

3.4 Implementasi/Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah inisiatf dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap
pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk
membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang
spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan
klien (Nursalam, 2001).
(Runiari. N, 2010)
3.5 Evaluasi
Hal-hal yang perlu dievaluasi pada asuhan keperawatan klien dengan hiperemesis gravidarum.
1. Keseimbangan cairan dan elektrolit.
a. Turgor kulit.
b. Membrane mukosa.
c. Berat badan sesuai dengan umur kehamilan.
d. Tanda-tanda vital.
e. Pemeriksaan laboratorium: elektrolit serum, Hb dan Ht, serta berat jenis urine.
2. Frekuensi dan beratnya muntah.
3. Intake oral.
4. Kemampuan dalam beraktifitas.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah yang berlebihan pada wanita hamil yang
penyebabnya belum diketahui pasti. Namum ada beberapa faktor predisposisi terjadinya
hiperemesis gravidarum pada wanita hamil. Faktor predisposisi antara lain faktor fisiologi, faktor
lingkungan, faktor psikospiritual, dan faktor sosiokultural.
Hiperemesis gravidarum dibagi menjadi 3 berdasarkan dari tingkatan tanda dan gejalanya.
Pemeriksaan lanjutan untuk huiperemesis gravidarum antara lain: urinalisis, kadar Hb dan Ht,
pemeriksaan elektrolit, pemeriksaan BUN, TSH, CBB, amilase, lipse, keadaan hati, foto
abdomen dan kadar hCG.
Penatalaksanaan mual dan muntah pada wanita hamil tergantung berat ringannya gejala.
Salah satu pencegahan agar tidak terjadinya hiperemesis gravidarum pada wanita hamil adalah
makanan dan minuman sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin.
DAFTAR PUSTAKA

Runiari. N, 2010, Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Hiperemesis Gravidarum: Penerapan
Konsep dan Teori Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika
Wilkinson. J.M, dan Ahern. N.R, 2011, Buku Saku Diagnosis Keperawatan : diagnosis NANDA,
intervensi NIC, kriteria hasil NOC, ahli bahasa Esty Wahyuningsih, Jakarta: EGC
http://fajrucmedicine.blogspot.com/2013/02/hiperemesis-gravidarum.html posted by
fajrucmedicine at Friday, February 1st, 2003
http://binbask.blogspot.com/2013/01/askep-hiperemesis-gravidarum.html posted by Bintang
Baskoro at Sunday, Januari 13th, 2013

Anda mungkin juga menyukai