Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN

IDEOPATIK TROMBOSITOPENIA
PURPURA
Kelompok 7 :
1. Khilda Habsyiyah (P17220192024)
2. Farhah Nahdia K. (P17220193026)
3. Sumikatul Zannah (P17220193030)
4. Risky Rahmasari P.(P17220193031)

D-III Keperawatan Lawang


Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang
A. Pengertian ITP
ITP adalah suatu penyakit perdarahan yang didapat sebagai akibat
dari penghancuran trombosit yang berlebihan (Suraatmaja, 2000).
ITP adalah suatu keadaan perdarahan berupa petekie/ekimosis di
kulit maupun selaput lendir dan berbagai jaringan dengan penurunan
jumlah trombosit karena sebab yang tidak diketahui.
Idiopathic berarti tidak diketahui penyebabnya. Thrombocytopenic
berarti darah yang tidak cukup memiliki keping darah (trombosit).
Purpura berarti seseorang memiliki lukamemar yang banyak
(berlebihan). Istilah ITP ini juga merupakan singkatan dari Immune
Thrombocytopenic Purpura.
B. Etiologi ITP
Penyebab dari ITP tidak diketahui secara pasti, mekanisme yang
terjadi melalui pembentukan antibodi yang menyerang sel trombosit,
sehingga sel trombosit mati.(Imran, 2008). Penyakit ini diduga
melibatkan reaksi autoimun, dimana tubuh menghasilkan antibodi yang
menyerang trombositnya sendiri. Dalam kondisi normal, antibodi
adalah respons tubuh yang sehat terhadap bakteri atau virus yang
masuk kedalam tubuh. Tetapi untuk penderita ITP, antibodinya bahkan
menyerang sel-sel keping darah tubuhnya sendiri.
ITP kemungkinan juga disebabkan oleh hipersplenisme, infeksi virus,
intoksikasi makanan atau obat atau bahan kimia, pengaruh fisis (radiasi,
panas), kekurangan factor pematangan (misalnya malnutrisi), koagulasi
intravascular diseminata (KID), autoimun.
Berdasarkan penyakit dibedakan
Tipe akut
bila kejadiannya kurang atau sama dengan 6 bulan (umumnya terjadi
pada anak-anak). Pada ITP yang akut, gejalanya dapat timbul secara
mendadak.

Tipe Kronik
bila lebih dari 6 bulan (umunnya terjadi pada orang dewasa). pada
stadium kronis gejala akan timbul secara perlahan.
C. Manifestasi Klinis ITP (Wiwik dan Sulistyo, 2008) :
 Ptekie, ekimosis, dan purpura
 Keletihan, kelemahan, demam dan anoreksia
 Vesikel atau bulae yang bersifat hemoragik
 Epitaksis dan pendarahan gusi
 Menometroraghia
 Hematuri
 Melena
 Pendarahan intrakranial (merupakan penyulit berat, terjadi 1% pada kasus)
 Tidak ada limfadenopati
 Splenomegali ringan, pembesaran limfa dua kali ukuran normal
D. Patofisiologis ITP
Antibodi menyerang trombosit sehingga lama hidup trombosit diperpendek.
Seperti kita ketahui bahwa gangguan–gangguan autoimun yang bergantung pada
antibodi manusia, paling sering menyerang unsur-unsur darah, terutama
trombosit dan sel darah merah. Hal ini terkait dengan penyakit ITP, yang memiliki
molekul-molekul IgG reaktif dalam sirkulasi dengan trombosit hospes. Trombosit
yang mengandung molekul-molekul IgG lebih mudah dihilangkan dan
dihancurkan oleh makrofag yang membawa reseptor membran untuk IgG dalam
limpa dan hati.
Tumbuhnya petechiae. Petechiae ini dapat muncul karena adanya antibodi IgG
yang ditemukan pada membran trombosit yang akan mengakibatkan gangguan
agregasi trombosit dan meningkatkan pembuangan serta penghancuran
trombosit oleh sistem makrofag. Agregaasi trombosit yang terganggu ini akan
menyebabkan penyumbatan kapiler-kapiler darah yang kecil. Pada proses ini
dinding kapiler dirusak sehingga timbul perdarahan dalam jaringan.
E. Penatalaksanaan ITP
Terapi untuk mengurangi proses imun sehingga mengurangi perusakan
trombosit sebagai berikut:

1. ITP Akut
2. ITP Kronis
1. ITP Akut
Ringan: observasi tanpa pengobatan akan sembuh spontan.
Bila setelah 2 minggu tanpa pengobatan jumlah trombosit belum
naik, maka berikan kortikosteroid. Terapi awal prednison dosis 0,5-1,2
mg/kgBB/hari selama 2 minggu. Respon terapi prednisone terjadi dalam
2 minggu dan pada umumnya terjadi dalam minngu pertama,bila
respon baik dilanjutkan sampai satu bulan.
Bila tidak berespon terhadap kortikosteroid, maka berikan
immunoglobulin per IV. Imunoglobulin intravena dosis 1g/kg/hr selama
2-3 hari berturut- turut digunakan bila terjadi pendarahan internal, saat
AT (antibodi trombosit) <5000/ml meskipun telah mendapat terapi
kortikosteroid dalam beberapa hari atau adanya purpura yang progresif.
Bila keadaan gawat, maka diberikan transfuse suspensi trombosit.
2. ITP Kronis
Kortikosteroid diberikan selama 5 bulan.
Misal: prednisone 2 – 5 mg/kgBB/hari peroral. Bila tidak berespon
terhadap kortikosteroid berikan immunoglobulin (IV).
- Imunosupressan: 6 – merkaptopurin 2,5 – 5 mg/kgBB/hari peroral
- Azatioprin 2 – 4 mg/kgBB/hari per oral.
- Siklofosfamid 2 mg/kgBB/hari per oral
F. Preventif
Tindakan preventif ini untuk mencegah terjadinya komplikasi dan
meningkatnya tingkat keparahan.
- Membatasi gerakan fisik
- Mencegah pendarahan akibat trauma
- Melindungi dari luka yang dapat menyebabkan memar atau pendarahan
- Menghindari obat – obatan seperti aspirin atau ibuprofen yang dapat
mempengaruhi platelet dan meningkatkan risiko pendarahan
- Menghindari obat penekan fungsi trombosit
- Melakukan terapi yang benar untuk infeksi yang mungkin dapat berkembang
- Konsultasi ke dokter jika ada beberapa gejala infeksi, seperti demam. Hal ini
penting bagi pasien dewasa dan anak-anak dengan ITP yang sudah tidak
memiliki limfa.
G. Komplikasi ITP
Komplikasi yang mungkin terjadi, antara lain :
• Hemorrhages
• Penurunan kesadaran
• Splenomegali
Asuhan Keperawatan
Kasus
SMRS (usia 10 tahun) An.T di diagnosa SN di RSUD Pasuruan (keluhan waktu
itu bengkak di seluruh badan dirawat inap selama 7 hari kemudian pindah
rawat di RSUD Pasuruan ditangani oleh dokter anak selama 2 tahun,
mendapat terapi tablet hijau yang dosisnya makin lama makin berkurang,
orang tua merasakan tidak ada perbaikan, anak justru bertambah gemuk
sehingga beralih obat ke dokter spesialis anak yang lain di diagnosa SN
diterapi mulai 2015- juli 2017. Dari spesialis anak dosis prednisolon 2-2-2
dosis terakhir 2 x ½ , evalusi proteinuria (+), tidak ada keluhan bengkak,
moonface menurun, anak bisa bertambah tinggi. 4 SMRS muncul bintik
lebam dikulit, periksa ke SPPP diagnosa SN. AT 1000, AL 12170, Hb
13,5.pada saat MRS (15 tahun),didiagnosa ITP, rambut rontok. SMRS
muncul lebam-lebam, kulit Pasien kemerahan dan gusi berdarah. Pasien
merasa lemas.
1. Pengkajian
Identitas diri klien  
Nama : An.T Tanggalmasuk RS : 29 September 2020
Umur : 15 tahun TanggalPengkajianawal : 29 September 2020
JenisKelamin : Laki-laki SumberInformasi : Pasien, Keluarga, Dokumentasi
Alamat : Pasuruan Pasien
Status Perkawinan: Belum kawin
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Pelajar
Lama bekerja : -
 
RiwayatPenyakit
- Keluhan utama masuk RS : Lebam-lebam, kulit Pasien kemerahan dan
gusi berdarah. Pasien merasa lemas.
- Riwayat penyakit sekarang: SMRS (usia 10 tahun) An.T di diagnosa SN
di RSUD Pasuruan (keluhan waktu itu bengkak di seluruh badan
dirawat inap selama 7 hari kemudian pindah rawat di RSUD Pasuruan
ditangani oleh dokter anak selama 2 tahun, mendapat terapi tablet
hijau yang dosisnya makin lama makin berkurang, orang tua
merasakan tidak ada perbaikan, anak justru bertambah gemuk
sehingga beralih obat ke dokter spesialis anak yang lain di diagnosa
SN diterapi mulai 2015- juli 2017.Ternyata tidak ada perubahan
kemudian masuk RS di diagnosa ITP.
- Riwayat Penyakit Dahulu: Umur 7 tahun anak di diagnosa SN
( bengkak di seluruh badan)
Diagnosa medic padasaat MRS, pemeriksaan penunjang dan tindakan
yang telah dilakukan,mulai dari pasien MRS (UGD/Poli), sampai
diambil kasus kelolaan.
- Masalah atau Dx medis pada saat MRS : Idiopatik Trombositopenia
Purpura (ITP).
- Tindakan yang telahdilakukan di poliklinikatau UGD
- Cek darah lengkap
- Catatanpenanganankasus (Dimulaisaatpasien di rawat di ruan grawat
sampai pengambilan kasus kelolaan)
Riwayat Kesehatan Masa Lalu
- Prenatal : Selama hamil ibu kontrol rutin waktu hamil di bidan, tidak
teratur minum vitamin selama hamil
- Perinatal dan post natal : Ibu melahirkan sewktu berusia 25 tahun
pervaginam di bidan, anak T langsung menangis. BBL 3100 gr. Anak T
mendapatkan imunisasi lengkap di bidan
- Penyakit yang pernah diderita : Umur 7 tahun anak di diagnosa SN
( bengkak di seluruh badan)
- Hospitalisasi/tindakan operasi : Anak belum pernah diopersi sebelumnya
- Injuri/kecelakaan : An.T mengatakan belum pernah mengalami kecelakaan
sebelumnya
- Alergi : Anak tidak mempunyai alergi makanan maupun obat
Imunisasi dan tes laboratorium :
Ibu mengatakan An. T sudah mendapatkan imunisasi lengkap di Puskesmas.
Pengobatan :
An.T didiagnosa SN sejak usianya 10 tahun, anak selalu berobat rutin pada dokter spesialis anak.

Imunisasi-jenis vaksin Diberikan berapa kali Umur pemberian

BCG 1X 1 bulan
Hepatitis B 1X 2 bulan
Polio 6X 0,2,4,6 bulan
DPT 5X 2,3,4 bulan
Campak 1X 9 bulan

Anda mungkin juga menyukai