Anda di halaman 1dari 33

Asuhan Keperawatan Diare pada Anak An.

Ra

Oleh :

RADINOVA KHRISTIAN HULU, S. Kep


NPM : 200202044

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
MEDAN
TAHUN 2021
1. Konsep Dasar Diare pada Anak
a. Definisi
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang
lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja). Dengan tinja
berbentuk cair /setengah padat, dapat disertai frekuensi yang meningkat.
Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar encer lebih dari 3 x
sehari.

Diare didefinisikan sebagai buang air besar lembek atau cair


bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya
(3 kali atau lebih dalam sehari) ( Depkes RI Ditjen PPM dan PLP, 2002).
Diare terbagi 2 berdasarkan mula dan lamanya , yaitu diare akut dan
kronis ( Mansjoer,A. 1999,501).

Berdasarkan dari pendapat para ahli maka dapat disimpulkan Diare


adalah buang air besar (BAB) yang tidak normal, berbentuk tinja cair
disertai lendir atau darah atau lendir saja, frekuensi lebih tiga kali sehari.

Menurut pedoman MTBS (2000), diare dapat dikelompokkan


menjadi :

1. Diare akut : terbagi atas diare dengan dehidrasi berat, diare dengan
dehidrasi sedang, diare dengan dehidrasi ringan

2. Diare persiten : jika diare berlangsung 14 hari/lebih. Terbagi atas


diare persiten dengan dehidrasi dan persiten tanpa dehidrasi

3. Disentri : jika diare berlangsung disertai dengan darah.

B. Etiologi
1. Faktor infeksi : Bakteri ( Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera),
Virus (Enterovirus), parasit (cacing), Kandida (Candida Albicans).

2
2. Faktor parentral : Infeksi dibagian tubuh lain (OMA seringterjadi
pada anak-anak).
3. Faktor malabsorbsi : Karbohidrat, lemak, protein.
4. Faktor makanan : Makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak,
sayuran dimasak kurang matang.

5. Faktor Psikologis : Rasa takut, cemas.


6. Obat-obatan : antibiotic.
7. Penyakit usus : colitis ulcerative, crohn disease, enterocolitis,
obstruksi usus

C. Manifestasi Klinis
1. Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah
2. Suhu tubuh meninggi/demam
3. Feces encer, berlendir atau berdarah
4. Warna feces kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu
5. Anus lecet
6. Muntah sebelum dan sesudah diare
7. Anoreksia
8. Gangguan gizi akibat intake makanan kurang
9. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, yaitu penurunan berat badan,
turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar cekung, membran
mukosa kering.

10. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer
11. Keram abdominal
12. Mual dan muntah
13. Lemah
14. Pucat
15. Perubahan TTV : Nadi dan pernafasan cepat.
16. Menurun atau tidak ada pengeluaran urine

3
D. Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah:

1. Gangguan osmotic
Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam lumen usus meningkat
sehingga terjadi pergeseran air dan elektroloit ke dalam lumen usus.
Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare.

2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam lumen usus
dan selanjutnya timbul diare kerena peningkatan isi lumen usus.

3. Gangguan motilitas usus


Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus
untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila
peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh

berlebihan, selanjutnya dapat timbul diare pula.


4. Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme
hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam
lambung, mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian
mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi
yang selanjutnya akan menimbulkan diare.

Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai


berikut:
a. Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak
dari pemasukan (input), merupakan penyebab terjadinya
kematian pada diare.

b. Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis)


Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja.

4
Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda kotor
tertimbun dalam tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat
karena adanya anorexia jaringan. Produk metabolisme yang
bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh
ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan terjadinya pemindahan ion
Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.

c. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare,
lebih sering pada anak yang sebelumnya telah menderita KKP.

Hal ini terjadi karena adanya gangguan


penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan adanya
gangguan absorbsi glukosa. Gejala hipoglikemia akan muncul
jika kadar glukosa darah menurun hingga 40 mg% pada bayi
dan

50% pada anak-anak


d. Gangguan gizi
Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini
disebabkan oleh:

- Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut


diare atau muntah yang bertambah hebat.

- Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan


pengeluaran dan susu yang encer ini diberikan terlalu lama.

- Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan


diabsorbsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik.

e. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock)
hipovolemik, akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi
hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan
perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera
diatasi klien akan meninggal.

5
E. Pathway

DIARE

Frek. BAB meningkat distensi abdomen

Kehilanga
n nutrisi Kehilangan cairan & elekt gangguan
berlebiha berlebihan integritas kulit
n

gg. kes. cairan & elekt As. Metabl mual, muntah


perubahan
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan
faktor infeksi F malabsorbsi F makanan F. Psikologi
KH,Lemak,Protein

Masuk dan ber meningk. Tek osmotik toksin tak dapat


cemas
kembang dlm ususdiserap

Hipersekresi air pergeseran air dan hiperperistaltik dan elektrolit


elektrolit ke rongga
( isi rongga usus) usus menurunya kesempatan usus

menyerap makanan

Resiko hipovolemi syok sesak nafsu makan

6
Gang. Oksigensi BB menurun

Gangg.
Tumbang

7
8
F. Komplikasi
Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak,
dapat terjadi berbagai macam komplikasi, seperti:

1. Dehidrasi
a. Dehidrasi Ringan
Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan dengan gambaran
klinik turgor kulit kurang elastis, suara serak, klien belum jatuh
pada keadaan syok.

Penatalaksanaan : Berikan cairan 1 jam pertama 25-50 ml/kg bb


selanjutnya 125 ml/kg bb/hari

b. Dehidrasi Sedang
Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan dengan gambaran
klinik turgor kulit jelek, suara serak, presyok nadi cepat dan
dalam.

Penatalaksanaan : Berikan cairan 1 jam pertama 50-100 ml/kg


bb selanjutnya 125 ml/kg bb/hari

c. Dehidrasi Berat
Kehilangan cairan 8 - 10 % dari berat badan dengan gambaran
klinik seperti tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan
kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot-otot kaku sampai
sianosis.

Penatalaksanaan :
- Bayi baru lahir (berat badan 2-3 kg)
Kebutuhan cairan: 250 ml/kg bb/24 jam dengan pemberian
cairan 4:1 ( 4 glukosa5%+1 NaHCOз 1½%) dengan cara
pemberian: 4 jam pertama 25 ml/kg bb/jam, 20 jam
berikutnya 150 ml/kg bb/20 jam.

- Bayi berat badan lahir rendah (berat badan < 2 kg)

9
Kebutuhan cairan: 250 ml/kg bb/24 jam, pemberian cairan
adalah 4 glukosa 10% + 1 NaHCOз 1½%, dengan
pemberian 4 jam pertama 25 ml/kg bb/jam, 20 jam
berikutnya 150 ml/kg bb/20 jam .

- Umur 2-5 tahun (berat badan 3-10 kg )


Cara pemberiannya adalah 1 jam pertama 40 ml/kg bb/jam
kemudian dilanjutkan 7 jam berikutnya 12 ml/kg bb/menit
dan 16 jam kemudian 125 ml/kg bb.

- Umur 2-5 tahun (berat badan 10-15 kg)


Cara pemberiannya adalah 1 jam pertama 30 ml/kg bb/jam
kemudian dilanjutkan 7 jam berikutnya 10 ml/kg bb/menit
dan 16 jam kemudian 125 ml/kg bb.

- Umur 5-10 tahun (berat badan 15-25 kg )


Cara pemberiannya adalah 1 jam pertama 20 ml/kg bb/jam
kemudian dilanjutkan 7 jam berikutnya 10 ml/kg bb/menit
dan 16 jam kemudian 105 ml/kg bb ( FKUI,1985 ).

2. Renjatan hipovolemik
3. Hipokalemia
4. Hipoglikemia
5. Intoleransi laktosa sekunder
6. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik
7. Malnutrisi energi protein

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Riwayat alergi pada obat-obatan atau makanan
2. Kultur tinja
3. Pemeriksaan elektrolit, BUN, creatinine, dan glukosa.
4. Pemeriksaan tinja : pH, leukosit, glukosa, dan adanya darah

10
H. Penatalaksanaan
1. Medis

11
a. Pemberian cairan.
1) Cairan per oral.
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang, cairan
diberikan peroral berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na,
HCO, K dan Glukosa, untuk Diare akut diatas umur 6 bulan
dengan dehidrasi ringan, atau sedang kadar natrium 50-60
Meq/l dapat dibuat sendiri (mengandung larutan garam dan
gula ) atau air tajin yang diberi gula dengan garam. Hal
tersebut diatas adalah untuk pengobatan dirumah sebelum
dibawa kerumah sakit untuk mencegah dehidrasi lebih lanjut.

2) Cairan parenteral.
Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan
tergantung dari berat badan atau ringannya dehidrasi, yang
diperhitungkan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan
berat badannya.

Jadwal pemberian cairan


1) Belum ada dehidrasi
- Oral: 1 gelas setiap kali anak buang air besar
- Parenteral dibagi rata dalam 24 jam
2) Dehidrasi ringan
- 1 jam pertama: 25-50 ml/kgBB peroral atau intragastrik
- Selanjutnya: 125 ml/kgBB/hari
3) Dehidrasi sedang
- 1 jam pertama: 50-100ml/kgBB peroral atau intragastrik
- Selanjutnya: 125 ml/kgBB/hari
4) Dehidrasi berat
Jadwal pemberian cairan didasarkan pada umur dan BB anak

12
b. Diatetik : pemberian makanan dan minuman khusus pada klien
dengan tujuan penyembuhan dan menjaga kesehatan adapun hal
yang perlu diperhatikan :
1) Memberikan asi.
2) Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori,
protein, vitamin, mineral dan makanan yang bersih.

3) Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi


tim) bila anak tidak mau minum susu.

4) Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang


ditemukan misalnya susu rendah laktosa atau asam lemak
yang berantai sedang atau tidak jenuh.

c. Obat-obatan.
Prinsip pengobatan diare adalah menggantikan cairan yang
hilang melalui tinja dengan atau tanpa muntah, dengan cairan
yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain

( gula, air tajin, tepung beras,


dll ) - Obat anti sekresi.

- Obat anti spasmolitik.


- Obat pengeras tinja.
- Obat antibiotik.
Pencegahan diare bisa dilakukan dengan mengusahakan
lingkungan yang bersih dan sehat :

1) Usahakan untuk selalu mencuci tangan sebelum


menyentuh makanan.

2) Usahakan pula menjaga kebersihan alat-alat makan.


3) Sebaiknya air yang diminum memenuhi kebutuhan
sanitasi standar di lingkungan tempst tinggal. Air
dimasak benar-benar mendidih, bersih, tidak berbau,
tidak berwarna dan tidak berasa.

13
4) Tutup makanan dan minuman yang disediakan di meja.
5) Setiap kali habis pergi usahakan selalu mencuci tangan,
kaki, dan muka.

6) Biasakan anak untuk makan di rumah dan tidak jajan di


sembarangan tempat. Kalau bisa membawa makanan
sendiri saat ke sekolah.

7) Buatlah sarana sanitasi dasar yang sehat di lingkungan


tempat tinggal, seperti air bersih dan jamban/WC yang
memadai.

8) Pembuatan jamban harus sesuai persyaratan sanitasi


standar. Misalnya, jarak antara jamban (juga jamban
tetangga) dengan sumur atau sumber air sedikitnya 10
meter agar air tidak terkontaminasi. Dengan demikian,
warga bisa menggunakan air bersih untuk keperluan
sehari-hari, untuk memasak, mandi, dan sebagainya.

I. Konsep Asuhan Keperawatan Diare


A. Pengkajian
1. Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun
pertama kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur
6-11 bulan. Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan
terhadap infeksi, hal ini membantu menjelaskan penurunan
insidence penyakit pada anak yang lebih besar. Pada umur 2
tahun atau lebih imunitas aktif mulai terbentuk. Kebanyakan
kasus karena infeksi usus asimptomatik dan kuman enteric
menyebar terutama klien tidak menyadari adanya infeksi. Status
ekonomi juga berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan
perawatannya .

2. Keluhan Utama

14
BAB lebih dari 3 kali sehari
3. Riwayat Penyakit Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercampur lendir dan darah atau
lendir saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu
pengeluaran : 3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari ( diare
berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau
kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari
saprofit menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA
campak.

5. Riwayat Nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada
orang dewasa, porsi yang diberikan 3 kali setiap hari dengan
tambahan buah dan susu. kekurangan gizi pada anak usia toddler
sangat rentan,. Cara pengelolahan makanan yang baik, menjaga
kebersihan dan sanitasi makanan, kebiasan cuci tangan,

6. Riwayat Kesehatan Keluarga


Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.
7. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga
kebersihan, lingkungan tempat tinggal.
8. Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan
a. Pertumbuhan
- Kenaikan BB karena umur 1 –3 tahun berkisar antara
1,52,5 kg (rata-rata 2 kg), PB 6-10 cm (rata-rata 8 cm)
pertahun.

- Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2


cm ditahun kedua dan seterusnya.

15
- Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham
pertama dan gigi taring, seluruhnya berjumlah 14 – 16
buah

- Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring.


b. Perkembangan
Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud:
- Fase anal : Pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan
libido, mulai menunjukan keakuannya, cinta diri sendiri/
egoistic, mulai kenal dengan tubuhnya, tugas utamanyan
adalah latihan kebersihan, perkembangan bicra dan
bahasa (meniru dan mengulang kata sederhana,

hubungna interpersonal, bermain).


Tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson:
- Autonomy vs Shame and doundt
- Perkembangn ketrampilan motorik dan bahasa dipelajari
anak toddler dari lingkungan dan keuntungan yang ia
peroleh Dario kemam puannya untuk mandiri ( tak
tergantug). Melalui dorongan orang tua untuk makan,
berpakaian, BAB sendiri, jika orang tua terlalu over
protektif menuntut harapan yanag terlalu tinggi maka
anak akan merasa malu dan ragu-ragu seperti juga
halnya perasaan tidak mampu yang dapat berkembang
pada diri anak.

- Gerakan kasar dan halus, bacara, bahasa dan


kecerdasan, bergaul dan mandiri : Umur 2-3 tahun :

1) berdiri dengan satu kaki tanpaberpegangan


sedikitpun
2) hitungan ( GK )
3) Meniru membuat garis lurus ( GH )
4) Menyatakan keinginan sedikitnya dengan dua kata

16
( BBK )
5) Melepas pakaian sendiri ( BM )
9. Pemeriksaan Fisik
a. pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar
lengan mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen
membesar, b. keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel,
lesu, kesadaran menurun.

c. Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah


menutup pada anak umur 1 tahun lebih
d. Mata : cekung, kering, sangat cekung
e. Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi
abdomen, peristaltic meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan
menurun, mual muntah, minum normal atau tidak haus,
minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit atau
kelihatan bisa minum

f. Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt


karena asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan)
g. Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah,
tensi menurun pada diare sedang.

h. Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2


dt, suhu meningkat > 3750 c, akral hangat, akral dingin
(waspada syok), capillary refill time memajang > 2 detik,
kemerahan pada daerah perianal.

i. Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria


(200-400 ml/ 24 jam ), frekuensi berkurang dari sebelum

sakit.
j. Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa
mengalami stress yang berupa perpisahan, kehilangan waktu
bermain, terhadap tindakan invasive respon yang ditunjukan
adalah protes, putus asa, dan kemudian menerima.

17
10. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium :
- feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
• Serum elektrolit : Hiponatremi,
Hipernatremi, hipokalemi

• AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, PO2 meningkat,


PCO2 meningkat, HCO3 menurun )
• Faal ginjal : UC meningkat (GGA)
b. Radiologi : mungkin ditemukan bronchopemoni
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan
dengan kehilangan cairan skunder terhadap diare.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan diare atau output berlebihan dan intake yang kurang.

3. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses


infeksi sekunder terhadap diare.

4. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan


dengan
peningkatan frekwensi diare.
5. Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive.
6. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan krisis situasi,
kurang pengetahuan.

C. Intervensi Keperawatan

18
Diagnosa 1:
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan
dengan kehilangan cairan skunder terhadap diare

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24


jam keseimbangan dan elektrolit dipertahankan secara maksimal
Kriteria hasil :

- Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50 c,


RR : < 40 x/mnt )
- Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak
cowong, UUB tidak cekung.

- Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari Intervensi :

1) Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit R/


Penurunan sisrkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan
mukosa dan pemekatan urin. Deteksi dini memungkinkan terapi
pergantian cairan segera untuk memperbaiki deficit

2) Beri LRO (larutan rehidrasi oral)


R/ Untuk rehidrasi dan penggantian kehilangan cairan melalui
feses

3) Berikan LRO sedikit tapi sering/anjurkan keluarga untuk


memberi minum banyak pada kien, 2-3 lt/hr

R/ Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral


4) Setelah rehidrasi berikan diet regular pada anak sesuai toleransi
R/ Karena penelitian menunjukkan pemberian ulang diet normal
secara dini bersifat menguntungkan untuk menurunkan jumlah
defekasi dan penurunan berat badan serta pemendekan durasi
penyakit

5) Pantau intake dan output (urin, feses, dan emesis)


R/ Untuk mengevaluasi keefektifan intervensi

19
6) Timbang berat badan setiap hari
R/ Mendeteksi kehilangan cairan , penurunan 1 kg BB sama
dengan kehilangan cairan 1 lt

7) Kaji TTV, turgor kulit, membrane mukosa, dan status mental


setiap 4 jam atau sesuai indikasi

R/ Untuk mengkaji hidrasi


8) Hindari masukan cairan jernih seperti jus buah, minuman
berkarbonat, dan gelatin

R/ Karena cairan ini biasanya tinggi karbohidrat, rendah


elektrolit, dan mempunyai osmolaritas yang tinggi Kolaborasi :

1) Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na, K,Ca, BUN) R/


koreksi keseimbang cairan dan elektrolit, BUN untuk
mengetahui faal ginjal (kompensasi).

2) Cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur


R/ Mengganti cairan dan elektrolit secara adekuat dan cepat.
3) Obat-obatan : (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik)
R/ anti sekresi untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit
agar simbang, antispasmolitik untuk proses absorbsi normal,
antibiotik sebagai anti bakteri berspektrum luas untuk
menghambat endotoksin.

4) Instruksikan keluarga dalam memberikan terapi yang tepat,


pemantauan masukkan dan keluaran, dan mengkaji tanda-tanda
dehidrasi

R/ Untuk menjamin hasil optimum dan memperbaiki kepatuhan


terhadap aturan terapeutik

Diagnosa 2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan tidak adekuatnya intake dan out put

Tujuan : setelah dilakukan tindakan perawatan selama dirumah di

20
RS kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria :

- Nafsu makan meningkat


- BB meningkat atau normal sesuai umur
Intervensi :

1) Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan


berserat tinggi, berlemak dan air terlalu panas atau dingin) R/
Serat tinggi, lemak,air terlalu panas / dingin dapat merangsang
mengiritasi lambung dan saluran usus.

2) Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap
atau sampah, sajikan makanan dalam keadaan hangat

R/ situasi yang nyaman, rileks akan merangsang nafsu makan.


3) Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang
berlebihan

R/ Mengurangi pemakaian energi yang berlebihan


4) Observasi dan catat respos terhadap pemberian makan
R/ Untuk mengkaji toleransi pemberian makan
5) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain :
- terapi gizi : Diet TKTP rendah serat, susu
- obat-obatan atau vitamin ( A)
R/ Mengandung zat yang diperlukan , untuk proses pertumbuhan
6) Instruksikan keluarga dalam memberikan diet yang tepat
R/ untuk meningkatkan kepatuhan terhadap program terpautik

Diagnosa 3 : Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan


dengan proses infeksi dampak sekunder dari diare Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x 24 jam tidak
terjadi peningkatan suhu tubuh.

Kriteria :

21
- suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C)
- Tidak terdapat tanda infeksi ( rubur, dolor, kalor, tumor, fungtio
leasa)

Intervensi :
1) Monitor suhu tubuh setiap 2 jam
R/ Deteksi dini terjadinya perubahan abnormal fungsi tubuh
( adanya infeksi)

2) Berikan kompres hangat


R/ merangsang pusat pengatur panas untuk menurunkan produksi
panas tubuh

3) Kolaborasi pemberian antipirektik


R/ Merangsang pusat pengatur panas di otak

Diagnosa 4 :Resiko gangguan integritas kulit perianal


berhubungan dengan peningkatan frekwensi BAB (diare)
Tujuan : setelah dilakukan tindaka keperawtan selama di
rumah sakit integritas kulit tidak terganggu Kriteria :

- Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga


- Keluarga mampu mendemontrasikan perawatan perianal dengan
baik dan benar Intervensi :
1) Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga tempat tidur
R/ Kebersihan mencegah perkembang biakan kuman
2) Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal
(bila basah dan mengganti pakaian bawah serta alasnya) R/
Mencegah terjadinya iritassi kulit yang tak diharapkan oleh
karena kelebaban dan keasaman feces

3) Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam R/
Melancarkan vaskulerisasi, mengurangi penekanan yang lama
sehingga tak terjadi iskemi dan irirtasi .

22
Diagnosa 5 : Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan
invasive

Tujuan : setelah dilakukan tindakan perawatan selama di rumah


sakit, klien mampu beradaptasi

Kriteria : Mau menerima tindakan perawatan, klien tampak


tenang dan tidak rewel Intervensi :

1) Libatkan keluarga dalam melakukan tindakan perawatan


R/ Pendekatan awal pada anak melalui ibu atau keluarga
2) Hindari persepsi yang salah pada perawat dan RS
R/ mengurangi rasa takut anak terhadap perawat dan lingkungan
RS
3) Berikan pujian jika klien mau diberikan tindakan perawatan dan
pengobatan

R/ menambah rasa percaya diri anak akan keberanian dan


kemampuannya

4) Lakukan kontak sesering mungkin dan lakukan komunikasi baik


verbal maupun non verbal (sentuhan, belaian dll)

R/ Kasih saying serta pengenalan diri perawat


akan menunbuhkan rasa aman pada klien.
5) Berikan mainan sebagai rangsang sensori anak.

Diagnosa 6 : Perubahan proses keluarga berhubungan dengan


krisis situasi, kurang pengetahuan.

Tujuan : Keluarga memahami tentangg penyakit anaknya dan


pengobatannya serta mampu memberikan perawatan. Kriteria :
Keluarga menunjukkan kemampuan untuk merawat anak,
khususnya di rumah.

Intervensi :

23
1) Berikan informasi pada keluarga tentang penyakit anak dan
tindakan terapeutik

R/ Untuk mendorong kepatuhan terhadap program terapeutik,


khususnya jika sudah berada di rumah.

2) Bantu keluarga dalam memberikan rasa nyaman dan dukungan


pada anak.

R/ Untuk memenuhi kebutuhan rasa aman dan nyaman pada anak


serta mau kooperatif

3) Izinkan anggota keluarga untuk berpartisipasi dalam perawatan


anak sebanyak yang mereka inginkan

R/ Untuk memenuhi kebutuhan anak dan keluarga.


4) Instruksikan keluarga mengenai pencegahan R/ Untuk mencegah
penyebaran infeksi.

5) Atur perawatan kesehaan pascahospitalisasi


R/ Untuk menjamin pengkajian dan pengobatan yang kontinu.
6) Rujuk keluarga pada lembaga perawatan kesehatan komunitas R/
Untuk pengawasan perawata di rumah sesuai kebutuhan.

24
PENGKAJIAN KEPERAWATAN DIARE ANAK USIA 10
TAHUN

I. IDENTITAS KLIEN
Insial : An.Ra
Tempat/tanggal lahir : Medan, 08 November 2010
Umur : 10 Tahun
Jenis kelamin: Laki-laki
Orang tua/wali
Nama Ayah/Ibu :
Tn.Z/Ny.M
Alamat Ayah/Ibu/Wali : Medan
II. KELUHAN UTAMA
Ibu Klien mengatakan BAB cair lebih dari 3 kali dari tadi malam hingga hari
ini
III. RIWAYAT KELUHAN SAAT INI
Konsistensi BAB masih encer dan BAB lebih dari 3 kali sehari
IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
A. Prenatal
P1A0, hamil aterm pemeriksaan ANC di bidan,T1: 2 kali, Tll:2 kali
B. Perinatal dan postnatal
Partus spontan di bidan ,tidak terdapat kesulitan. Postnatal: bayi lahir
spontan langsung menangis ,PB; 46CM, BB;3000gr
C. Penyakit yang pernah diderita
Ibu mengatakan pada umur 5 tahun anak menderita panas tinggi tetapi
tidak terjadi kejang , kemudian diberi obat oleh dokter dan sembuh
D. Hospitalisasi/tindakan operasi
Ibu klien mengatkan anak belum pernah dirawat di rumah sakit
E. Injury/kecelakaan Tidak pernah
F. Alergi
Ibu mengatakan tidak ada alergi terhadap makanan ataupun obat obatan
G. Imunisasi dan tes laboratorium
Ibu klien mengatakan anak mendapatkan iunisasi lengkap
H. Pengobatan
Obat yang digunakan adalah obat yang diberikan oleh bidan saat ini
V. RIWAYAT PERTUMBUHAN
VI. RIWAYAT SOSIAL
A. Yang mengasuh
Ibu klen yang mengasuh sendiri
B. Hubungan dengan anggota keluarga
Hubungsn nys baik aktif bermain dengan anggota keluarga lain
C. Hubungan dengan teman sebaya
Ibu mengatakan jika diajak bermain anak sangat senang
D. Pembawaan secara umum
Anak tampak tenang dan agak pendiam
VII. RIWAYAT KELUARGA
A. Sosial ekonomi
Sosial ekonomi berkecukupan
B. Lingkungan rumah
Klien tinggal di daerah yang lumayan bersih dan memiliki tetangga
C. Penyakit keluarga Tidak ada
D. Genogram

Keterangan :

= Perempuan

= Laki-Laki

= Pasien

= Meninggal
= Tinggal dalam satu rumah

= Menikah

VIII. PENGKAJIAN TINGKAT PERKEMBANGAN SAAT INI


A. Personal sosial
B. Adaptif motorik halus
C. Bahasa D. Motorik
kasar
Interpretasi:
IX. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN KLIEN SAAT INI
A. Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan
B. Nutrisi: ibu mengatakan anak suka makan BB 21 Kg: 21x 100=
2100kal/hari
C. Cairan; Ibu mengatakan anak tetap minum seperti mana biasanya
BB:21 Kg
2100+0,5/100x2100= 2110 cc/24 jam
D. Aktivitas: Anak senang bermain dengan teman sebaya nya
E. Tidur dan istirahat: ibu mengatakan anak tidur jam 9 malam, dan setelah
sakit anak tidak tidur dengan nyenyak
F. Eliminasi
Sebelum sakit: ibu klien mengatakan BAK 3-5 kali BAB 1
kali dengan konsistensi lembek
Sesudah sakit: BAK 3-5 kali dan BAB 3 kali dengan kinsistensi cair
G. Pola hubungan
H. Koping atau temperamen dan disiplin yang diterapkan
I. Kognitif dan persepsi
J. Konsep diri
K. Seksual dan menstruasi
L. Nilai
X. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan umum
1. Tingkat kesadaran Composmentis
2. Nadi:24x/menit Suhu:37,5 c RR:110x/menit TD:
3. Respon nyeri
4. BB:21 kg TB: 110 cm LLA: LK: 38 cm
B. Kulit: Capillary refil lebih dari 3 detik, turgor kulit Kembali lambat
C. Kepala:simetris rambut berwarna hitam dan terdistribusi normal
D. Mata: Mata simetris, mata cekung,konjungtiva anemis
E. Telinga: simetris antara kiri dan kanan
F. Hidung: simetris tidak terdapat pernapasan dengan cuping hidung
G. Mulut:mukosa bibir kering, lidah bersih dan tidak terdapat somatitis
H. Leher: tidak terdapat pembengkakan kelenjer tyroid
I. Dada: simetris tidak terdapat retraksi otot dada
J. Payudara:simetris antara kiri dan kanan
K. Paru-paru: simetris ,suara resonand disemua lapang paru tidak terdapat
rekrasi otot dada
L. Jantung:tidak ada pembesaran organ
M. Abdomen:bentuk simetris,suara timpani,peristaltic usur 37 kali
N. Genetalia:BAK lancar
O. Anus dan rektum
P. Muskuloskeletal
Q. Neurologi
XI. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PENUNJANG (Jika ada)
XII. INFORMASI LAIN : ibu klien mengatakan klien adalah anak pertama,klien
diasuh oleh ibunya dan kadang bersama kakek dan nenek nya dan ibu
mengatakan di keluarga tidak ada tyang menderita diare
XIII. ANALISA DATA
TANGGAL/JA DATA FOKUS INTERPRETA MASALAH
M SI/
PENYEBAB
Selasa,13 DO:peristaltic usu Fisiologis: Diare
oktober 37x/menit Proses penyakit
2020 DS:ibu mengatakan
klien BAB lebih
dari 3 kali dengan
konsistensi encer
Rabu,14 oktober DO:mata klien Kehilangan secara Defisit volume cairan
2020 cekung ,turgor kulit aktif
Kembali
lambat,lebih dari 3
detik,mukosa bibir
kering
S:37,5
RR:110x/menit
N:24x/menit
DS:ibu klien
mengatakan anak
BAB lebih dari 3
kali dengan
konsistensi cair
Jumat,16 oktober DO:Ibu klien Paparan informasi Kurang pengetahuan
2020 tampak bingung yang kurang
dengan masalah
yang dihadapi anak
nya saat ini DS:
ibu klien
mengatakan
tidak mengerti
tentang diare
gejala serta
penyebabnya
XIV. DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS

No. Tanggal Diagnosa Keperawatan Tanggal TTD


muncul teratasi
1 13 oktober Diare berhubungan dengan 16 oktober
Fisiologis proses penyakit 2020
2 14 oktober Defisit volume cairan 16 oktober
berhubungan dengan kehilangan 2020
secara aktif
2 16 oktober Kurang pengetahuan berhubungan 17 oktober
dengan paparan informasi yang 2020
kurang
XV. RENCANA KEPERAWATAN

30
Hari/tangg Diagnosa Tujuan & Intervensi Rasional Nama/TTD
al Keperawat Kriteria
an Hasil
14 oktober 1 Setelah Pantau
2020 diberikan frekuensi
Tindakan dan pola
keperawatan defikasi
diharapkan Monitor
diare tidak kebutuhan
terjadi lagi cairan
Anjurkan
klien untuk
meningkatk
an cairan
15 oktober ll Setelah Monitor
2020 dilakukan status
Tindakan hidrasi
Monitor
keperwatan
vital sign
diharpkan
Memperhat
kebutuhan
ikan
cairan dapat
catatan
terpenuhi
intake dan
output
16 oktober lll Setelah Memberika
2020 dilakukan n penilaian
Tindakan tentang
keperawatan tingkat
pengetahua
yang n
diharapkam Menjelaska
pengetahuan n tentang
dapat diare
meningkat Menjelaska
n penyebab
tanda dan
gejala diare
XVI. IMPLEMENTASI
N Tanggal Nomor Jam Implementasi Respon Klien Nama/
o Diagnosa TTD
1. 15 1 14:00 1.Memantau frekuensi S:Ibu klien
oktober - dan polamdefekasi mengatakan anak
2020 Bab lebih dari 3
16:00
kali sejak tadi
malam dengan
2.Menghitung konsistensi cair
kebutuhan cairan klien O:21x100=2100

31
3.Memantau pola +0,5/100x2100=
defaksi dan frekuensi 2110/24 jam

S: ibu klien
mengatakan
BAB 2x dengan
4.menganjurkan konsistensi cair
kepada klien untuk dan sudah ada
meningkatkan cairan ampasnya

S:ibu klien
mengatakan
selalu
memberikan
minum kepada
klien
2. 16 ll 15:00 1. Menghitung O:Intake=1000
oktober - intake dan outpu cc
2020 selama 24 jam Output=800cc
16/;0
2. mengukur S,N O:S=36,5c,
0
dan N:100x/menit,
RR RR=24x/menit
O:turgor kulit
kembali cepat
3.Monitor status
kurang dari 3
hidrasi
detik,mukosa
bibir basah,dan
mata tidak
cekung
3. 17 lll 16:00 1.mengkaji tingkat S:ibu
oktober pengetahuan I bu mengajakan
2020 terhadap diare tidak mengerti
tentang dare
2. memberikan penyebab tanda
Pendidikan Kesehatan dan gejala
tentang diare penyebab diare S: ibu
tanda dan gejala diare mengajakan
sudah mengerti
tentang diare
penyebar serta
tanda dan
gejala diare
XVII. EVALUASI

N Tanggal Nomor Jam EVALUASI Nama/TTD


o Diagnosa

32
1. 15 l 16:00 S: ibu klien mengatakan
oktober klien BAB 2x dengan
2020 konsistensi cair dan sudah
berampas
O:kebutuhan cairan klien
2110 cc/24jam
A: masalah teratasi
Sebagian
P: lanjutkan intervensi
2. 16 ll 15:00 S:-
oktober O:keseimbangan cairan
2020 +200 turgor kulit
membaik,mukosa bibir
basah mata tidak cekung
S:36,5
N:100
RR:24
A: masalah teratasi
P:hentikan intervensi
3 17 lll 14:00 S: ibu klien mengatakan
oktober mengerti tentang diare
2020 penyebab diare serta
tanda dan gejala diare O:
ibu klien kooperatif
dalam mende ngarkan dan
memberikan
pertanyaan juga
A: masalah
teratasi
P:Hentikan intervensi

33

Anda mungkin juga menyukai