Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN DIARE

DI SUSUN OLEH :

GUNAWAN FEBRIANTO 021 STYC 18

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM

PRODI KEPERAWATAN JENJANG S1

MATARAM

2019

BAB I
TINJAUAN TEORI

1
1.1 Konsep Dasar Penyakit Diare
1.1.1 Pengertian
Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan
yang terjadi kerena frekuensisatu kali atau lebih buang air besar dengan
tinja encer dan cair. (Suriadi dan Rita, 2001).
Diare adalah inflamasi membrane mukosa lambung dan usus halus
yang di tandai dengan defikasi encer lebih dari tiga kali sehari atau tampa
darah dalam tinja yang terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang
dari tujuh kali pada anak dan bayi yang sebelumnya sehat (Dr. Henra T.
Laksamana, 2000).
Diare adalah Inflamasi membrane mukosa lambung dan usus halus
dan di tandai dengan muntah-muntah dan gastroenteritis yang berakibat
kehilangan cairan dan elektrolityang menimbulkan dehidrasi dan ganguan
keseimbangan elektrolit (Betz, swoden, 2001).
Diare adalah meningkatnya frekuensi dan berkurangnya konsistensi
buang air besar (BAB) dibanding dengan pola BAB normalnya. Terjadinya
BAB 3x atau lebih dalam sehari dengan konsistensi lembek atau cair yang
tidak seperti biasanya, yang biasanya hanya dua atau tiga kali dalam
seminggu (Yulinah, 2008).
1.1.2 Etiologi
1. Faktor internal adalah infeksi saluran pencernaan makanan yang
merupakan penyebab utama diare, meliputi, Infeksi virus, Ecoli cholera,
singela, Infeksi pasif: entovirus, adeno virus, infeksi parasit, cacing,
(ascorosis, oxyuris) protozoa dan jamur.
2. Faktor parenteraladalah infeksi di luar perencanaan makanan seperti,
OMA, paringitis, keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak di
bawah dua tahun.
3. Factor malabsorbsi adalah disakarida intoleransi laktosa, mokosa,
sukrosa) monosakarida (intoleransi, glukosa dan galaktosa).
4. Factor makanan adalah makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
5. Faktor Psikologis : Rasa takut, cemas.
1.1.3 Klasifikasi Diare

2
1. Diare Akut
Diare akut adalah diare yang disebabkan oleh virus yang disebut
Rotavirus yang ditandai dengan buang air besar lembek/cair bahkan
dapat berupa air saja yang frekuensinya biasanya (3kali atau lebih dalam
sehari) dan berlangsung kurang dari 14 hari.Diare Rotavirus ini
merupakan virus usus patogen yang menduduki urutan pertama sebagai
penyebab diare akut pada anak-anak.
2. Diare Persisten
Diare persisten adalah diare yang berlangsung 15-30 hari,
merupakan kelanjutan dari dare akut atau peralihan antara diare akut dan
kronik.
3. Diare Kronis
Diare kronis adalah diare hilang-timbul, atau berlangsung lama
dengan penyebab noninfeksi, seperti penyakit sensitif terhadap gluten
atau gangguan metabolisme yang menurun. Lama diare kronis lebih dari
30 hari.
1.1.4 Manifestasi Klinis
1. Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah
2. Suhu tubuh meninggi/demam
3. Feces encer, berlendir atau berdarah
4. Warna feces kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu
5. Anus lecet
6. Muntah sebelum dan sesudah diare
7. Anoreksia
8. Gangguan gizi akibat intake makanan kurang
9. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, yaitu penurunan berat badan,
turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar cekung, membran
mukosa kering.
10. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer
11. Kram abdominal
12. Mual dan muntah
13. Lemah

3
14. Pucat
15. Perubahan TTV : Nadi dan pernafasan cepat.
16. Menurun atau tidak ada pengeluaran urine

1.1.5 Patway

4
1.1.6 Patofisiologi

5
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah:
1. Gangguan osmotic
Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam lumen usus meningkat sehingga
terjadi pergeseran air dan elektroloit ke dalam lumen usus. Isi rongga
usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya
sehingga timbul diare.
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus
akan terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam lumen usus
dan selanjutnya timbul diare kerena peningkatan isi lumen usus.
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus
untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila
peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh
berlebihan, selanjutnya dapat timbul diare pula.
4. Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme
hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung,
mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan
toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya
akan menimbulkan diare.
Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai
berikut:
1) Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari
pemasukan (input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada
diare.
2) Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis)
Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja.
Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun
dalam tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya anorexia
jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak

6
dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan terjadinya
pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.
3) Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih
sering pada anak yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini
terjadi karena adanya gangguan penyimpanan/penyediaan glikogen
dalam hati dan adanya gangguan absorbsi glukosa. Gejala
hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun
hingga 40 mg% pada bayi dan 50% pada anak-anak.
4) Gangguan gizi
Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini
disebabkan oleh:
a. Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare
atau muntah yang bertambah hebat.
b. Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran
dan susu yang encer ini diberikan terlalu lama.
c. Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan
diabsorbsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik.
5) Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock)
hipovolemik, akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi
hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan
perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera diatasi
klien akan meninggal.
1.1.7 Komplikasi
Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak,
dapat terjadi berbagai macam komplikasi, seperti:
1. Dehidrasi
a. Dehidrasi Ringan
Kehilangan cairan 2-5 % dari berat badan dengan gambaran klinik
turgor kulit kurang elastis, suara serak, klien belum jatuh pada
keadaan syok.

7
Penatalaksanaan : Berikan cairan 1 jam pertama 25-50 ml/kg bb
selanjutnya 125 ml/kg bb/hari
b. Dehidrasi Sedang
Kehilangan cairan 5-8 % dari berat badan dengan gambaran klinik
turgor kulit jelek, suara serak, presyok nadi cepat dan dalam.
Penatalaksanaan : Berikan cairan 1 jam pertama 50-100 ml/kg bb
selanjutnya 125 ml/kg bb/hari
c. Dehidrasi Berat
Kehilangan cairan 8 - 10 % dari berat badan dengan gambaran
klinik seperti tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan
kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot-otot kaku sampai
sianosis.
Penatalaksanaan :
1) Bayi baru lahir (berat badan 2-3 kg)
Kebutuhan cairan: 250 ml/kg bb/24 jam dengan pemberian
cairan 4:1 ( 4 glukosa5%+1 NaHCOз 1½%) dengan cara
pemberian: 4 jam pertama 25 ml/kg bb/jam, 20 jam berikutnya
150 ml/kg bb/20 jam.
2) Bayi berat badan lahir rendah (berat badan < 2 kg)
Kebutuhan cairan: 250 ml/kg bb/24 jam, pemberian cairan
adalah 4 glukosa 10% + 1 NaHCOз 1½%, dengan pemberian
4 jam pertama 25 ml/kg bb/jam, 20 jam berikutnya 150 ml/kg
bb/20 jam.
3) Umur 2-5 tahun (berat badan 3-10kg)
Cara pemberiannya adalah 1 jam pertama 40 ml/kg bb/jam
kemudian dilanjutkan 7 jam berikutnya 12 ml/kg bb/menit dan
16 jam kemudian 125 ml/kg bb.
4) Umur 2-5 tahun (berat badan 10-15 kg)
Cara pemberiannya adalah 1 jam pertama 30 ml/kg bb/jam
kemudian dilanjutkan 7 jam berikutnya 10 ml/kg bb/menit dan
16 jam kemudian 125 ml/kg bb.
5) Umur 5-10 tahun (berat badan 15-25kg)

8
Cara pemberiannya adalah 1 jam pertama 20 ml/kg bb/jam
kemudian dilanjutkan 7 jam berikutnya 10 ml/kg bb/menit dan
16 jam kemudian 105 ml/kg bb ( FKUI,1985 ).
2. Renjatan hipovolemik
3. Hipokalemia
4. Hipoglikemia
5. Intoleransi laktosa sekunder
6. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik
7. Malnutrisi energi protein
1.1.8 Pemeriksaan Penunjang
1. Feses
a. Makroskopis dan Mikroskopis
b. pH dan kadar gula pada tinja dengan kertas lakmus dan tablet
clinitest, bila diduga terdapat intoleransi gula.
c. Biakan dan uji resisten
2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup,
bila memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa
gas darah atau astrup, bila memungkinkan.
3. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui fungsi
ginjal.
4. Elektrolit terutama natrium, kalium dan fosfor dalam serium.
5. Pemeriksaan Intubasi deudenum untuk mengetahui jenis jasad renik
atau parasit.
1.1.9 Penatalaksanaan
1. Medis
a. Pemberian cairan.
1) Cairan per oral.
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang, cairan
diberikan peroral berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na,
HCO, K dan Glukosa, untuk Diare akut diatas umur 6 bulan
dengan dehidrasi ringan, atau sedang kadar natrium 50-60
Meq/l dapat dibuat sendiri (mengandung larutan garam dan

9
gula ) atau air tajin yang diberi gula dengan garam. Hal tersebut
diatas adalah untuk pengobatan dirumah sebelum dibawa
kerumah sakit untuk mencegah dehidrasi lebih lanjut.
2) Cairan parenteral.
Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan
tergantung dari berat badan atau ringannya dehidrasi, yang
diperhitungkan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat
badannya.
Jadwal pemberian cairan
a) Belum ada dehidrasi
1) Oral: 1 gelas setiap kali anak buang air besar
2) Parenteral dibagi rata dalam 24 jam
b) Dehidrasi ringan
1) 1 jam pertama: 25-50 ml/kgBB peroral atau intragastrik
2) Selanjutnya: 125 ml/kgBB/hari
c) Dehidrasi sedang
1) 1 jam pertama: 50-100ml/kgBB peroral atau intragastrik
2) Selanjutnya: 125 ml/kgBB/hari
d) Dehidrasi berat
Jadwal pemberian cairan didasarkan pada umur dan BB
anak
b. Diatetik : pemberian makanan dan minuman khusus pada klien
dengan tujuan penyembuhan dan menjaga kesehatan adapun hal
yang perlu diperhatikan :
1) Memberikan asi.
2) Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein,
vitamin, mineral dan makanan yang bersih.
3) Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi
tim) bila anak tidak mau minum susu.
4) Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang
ditemukan misalnya susu rendah laktosa atau asam lemak yang
berantai sedang atau tidak jenuh.

10
c. Obat-obatan.
Prinsip pengobatan diare adalah menggantikan cairan yang
hilang melalui tinja dengan atau tanpa muntah, dengan cairan yang
mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain (gula, air
tajin, tepung beras, dll)
1) Obat anti sekresi.
2) Obat anti spasmolitik.
3) Obat pengeras tinja.
4) Obat antibiotik.
Pencegahan diare bisa dilakukan dengan
mengusahakan lingkungan yang bersih dan sehat :
1) Usahakan untuk selalu mencuci tangan sebelum menyentuh
makanan.
2) Usahakan pula menjaga kebersihan alat-alat makan.
3) Sebaiknya air yang diminum memenuhi kebutuhan sanitasi
standar di lingkungan tempst tinggal. Air dimasak benar-benar
mendidih, bersih, tidak berbau, tidak berwarna dan tidak
berasa.
4) Tutup makanan dan minuman yang disediakan di meja.
5) Setiap kali habis pergi usahakan selalu mencuci tangan, kaki,
dan muka.
6) Biasakan anak untuk makan di rumah dan tidak jajan di
sembarangan tempat. Kalau bisa membawa makanan sendiri
saat ke sekolah.
7) Buatlah sarana sanitasi dasar yang sehat di lingkungan tempat
tinggal, seperti air bersih dan jamban/WC yang memadai.
8) Pembuatan jamban harus sesuai persyaratan sanitasi standar.
Misalnya, jarak antara jamban (juga jamban tetangga) dengan
sumur atau sumber air sedikitnya 10 meter agar air tidak
terkontaminasi. Dengan demikian, warga bisa menggunakan air
bersih untuk keperluan sehari-hari, untuk memasak, mandi, dan
sebagainya.

11
1.2 Konsep Asuhan Keperawatan
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2
tahun pertama kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur
6-11 bulan. Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan terhadap
infeksi, hal ini membantu menjelaskan penurunan insidence penyakit
pada anak yang lebih besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas
aktif mulai terbentuk. Kebanyakan kasus karena infeksi usus
asimptomatik dan kuman enteric menyebar terutama klien tidak
menyadari adanya infeksi. Status ekonomi juga berpengaruh terutama
dilihat dari pola makan dan perawatannya.
2. Keluhan Utama
Feses cair, muntah, bila kehilangan banyak air dan elektrolit
terjadi gejala dehidrasi, berat badan menurun. Pada bayi ubun-ubun
besar, cekung, tonus dan turgor kulit kering, selaput lendir mulut dan
bibir kering, frekuensi BAB lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercampur lendir dan darah
atau lendir saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu
pengeluaran : 3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari ( diare
berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau
kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari
saprofit menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.
6. Pemeriksaan Fisik
a. Pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan
mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen membesar,

12
b. Keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran
menurun.
c. Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup
pada anak umur 1 tahun lebih
d. Mata : cekung, kering, sangat cekung
e. Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen,
peristaltic meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual
muntah, minum normal atau tidak haus, minum lahap dan
kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa minum
f. Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena
asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan)
g. Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi
menurun pada diare sedang.
h. Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt,
suhu meningkat > 375 0
c, akral hangat, akral dingin (waspada
syok), capillary refill time memajang > 2 detik, kemerahan pada
daerah perianal.
i. Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-
400 ml/ 24 jam ), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
j. Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa
mengalami stress yang berupa perpisahan, kehilangan waktu
bermain, terhadap tindakan invasive respon yang ditunjukan
adalah protes, putus asa, dan kemudian menerima.
7. Pola Fungsi
a. Pola ilminasi: Akan mengalami penurunan yaitu BAB lebih dari
empat kali sehari, BAK sedikit dan jarang.
b. Pola nutrisi: di awali dengan mual, muntah dan anorexia,
menyebankan penurunan berat badan klien.
c. Pola tidur dan istirahat: Akan tergantung akan adanya distensi
abdomen yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
d. Pola hygiene: kebiasan biasa mandi setiap hari.

13
e. Aktivitas: Akan tergantung dengan kondisi tubuh yang lemah dan
adanya rasa nyeri akibat distensi abdomen.
B. ANALISA DATA
No Symptom Etiologi Problem
1 DS : ibu klien Faktor infeksi Diare
mengatakan nyeri
abdomen
DO : defekasi lebih dari Masuk dan
3x dalam 24 jam, feses berkembang
lembek atau cair, dalam usus
frekuensi peristaltik
meningkat, bising usus
hiperraktif Hipersekresi air
dan elektrolit (isi
rongga usus)

Diare
2 DS : ibu klien Invasi bakteri Gangguan
mengatakan anaknya kedalam saluran keseimbangan cairan
BAB >5 x sehari intestinal dan elektrolit
Ibu klien mengatakan
anaknya lemas
DO : klien tampak lemah Peristaltik
Klien tampak pucat, mata meningkat
cekung
N : 130X/menit
S: 38,5 c Sari-sari makanan
sulit diserap

Air dan garam

14
mineral terbawa
keedalam usus

Cairan dan
elektrolit terbuang
melalui feses

Gangguuan
keseimbangan
cairan dan
elektrolit
3 DS : Urgency, Diare Ketidakseimbangan
nyeri/kram abdomen nutrisi kurang dari
DO: defekasi lebih dari kebutuhan tubuh
3x dalam 24 jam, feses Distensi abdomen
lembek atau cair,
frekuensi peristaltik
meningkat, bising usus Mual, muntah
hiperaktif

Nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
4 DS : mengeluh nyeri Faktor infeksi Resiko Infeksi

DO : tekanan darah
meningkat, pola nafas
Masuk dan
berubah, nafsu makan
berkembang
berubah, berfokus pada
dalam usus
diri sendiri

15
Hipersekresi air
dan elektrolit (isi
rongga usus)

Diare

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Diare berhubungan dengan proses infeksi
2. Ketidakseimbangan kebutuhan cairan dan elektrolit berhubungan
dengan kehilangan cairan skunder terhadap diare.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan diare dan mual muntah
4. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh
primer
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
. Keperawatan Hasil
1. Diare berhubungan 1. Eliminasi Fekal 1. Manajemen diare
dengan proses infeksi a. Konsistensi a. Identifikasi
Definisi: pengeluaran feses membaik penyebab diare
feses yang sering, b. Frekuensi b. Monitor tanda
lunak dan tidak defekasi dan gejala
berbentuk. membaik hipovolemia
c. Peristaltik usus c. Berikan asupan
membaik cairan oral
d. Distensi d. Anjurkan
abdomen makanan porsi
membaik dan sering
2. Keseimbangan secara bertahap
cairan e. Anjurkan
a. Asupan cairan menghindari

16
meningkat makanan
b. Kelembaban pembentuk gas,
membran pedas dan
mukosa mengandung
membaik laktosa
c. Dehidrasi f. Kolaborasi
menurun pemberian obat
d. Denyut nadi antitematik
membaik (misalnya
e. Membran domperidon)
mukosa 2. Manajemen cairan
membaik a. Monitor status
f. Mata cekung dehidrasi
membaik b. Berikan
g. Turgor kulit asupan cairan,
membaik sesuai
3. Status cairan kebutuhan
a. Tekanan nadi 3. Manajemen
membaik elektrolit
b. Turgor kulit a. Identifikasi
meningkat kehilangan
c. Intake cairan elektrolit
membaik melalui cairan
b. Jelaskan jenis,
penyebab dan
penanganan
ketidakseimban
gan elektrolit
c. Kolaborasi
pemberian
suplemen
elektrolit

17
(misalnya oral)
sesuai indikasi
4. Manajemen
eliminasi fekal
a. Monitor tanda
dan gejala diare,
konstipasi atau
impaksi
2. Ketidakseimbangan NOC NIC
kebutuhan cairan dan 1. Fluid Balance Fluid Management
elektrolit berhubungan 2. Hydration 1. Pertahankan
dengan kehilangan 3. Nutritional status catatan intake dan
cairan skunder : Food and Fluid output yang
terhadap diare 4. Intake akurat
Definisi : berisiko Kriteria Hasil 2. Monitor status
mengalami dehidrasi dehidrasi
1. Mempertahankan
vaskuler, seluler, atau (kelembaban
urine output
intraseluler membran mukosa,
sesuai dengan
Faktor risiko : nadi adekuat,
usia dan BB, BJ
a. Kehilangan tekanan darah
urine normal dan
volume cairaaktif ortostatik) jika
HT normal
b. Kurang diperlukan
2. TTV dalam batas
pengetahuan 3. Monitor masukan
normal
c. Penyimpangan makanan atau
3. Tidak ada tanda-
yang cairan dan hidung
tanda dehidrasi
mempengaruhi intake kalori
4. Elastisitas turgor
obstruksi cairan harian
kulit baik,
d. Penyimpangan 4. Kolaborasikan
membran
yang pemberian cairan
mukosa lembab,
mempengaruhi IV
tidak ada rasa
akses cairan 5. Monitor status
haus yang
e. Penyimpangan nutrisi
berlebihan

18
yang 6. Dorong keluarga
mempengaruhi untuk membantu
asupan cairan pasien makan
f. Kehilangan 7. Kolaborasi
berlebihan dengan dokter
melalui rute
normal (mis.,
diare)
g. Usia lanjut
h. Berat badan
ekstrem
i. Faktor yang
mempengaruhi
kebutuhan cairan
(mis., status
hipermetabolik)
j. Kegagalan fungsi
regulator
k. Kehilangan cairan
melalui rute
abnormal (mis.,
selang menetap)
3. Ketidakseimbangan NOC NIC
nutrisi kurang dari 1. Nutritional Nutrition Management
kebutuhan tubuh status : Food and 1. Kaji adanya alergi
berhubungan dengan Fluid makanan
diare dan mual 2. Intake 2. Kolaborasi dengan
muntah 3. Nutritional ahli gizi untuk
Definisi : Asupan status : Nutrien menentukan
nutrisi tidak cukup Intake jumlah kalori dan
untuk memenuhi 4. Weight Control nutrisi yang
kebutuhan metabolik dibutuhkan pasien

19
Batasan Kriteria Hasil 3. Anjurkan pasien
Karakteristik : untuk
1. Adanya
a. Kram abdomen meningkatkan
peningkatan
b. Nyeri abdomen intake Fe
berat badan
c. Menghindari 4. Anjurkan pasien
sesuai dengan
makanan untuk
tujuan
d. Berat badan 20% meningkatkan
2. Berat badan
atau lebih protein dan
ideal sesuai
dibawah berat Vitamin C
dengan tinggi
badan ideal 5. Monitor jumlah
badan
e. Diare nutrisi dan
3. Mngidentifikasi
f. Bising usus kandungan kalori
kebutuhan
hiperaktif 6. Berikan informasi
nutrisi
g. Kurang makanan tentang kebutuhan
4. Tidak ada tanda-
h. Kurang minat nutrisi
tanda malnutrisi
pada makanan 7. Kaji kemampuan
5. Menunjukkan
i. Membran mukosa pasien untuk
peningkatan
pucat mendapatkan
fungsi
Faktor-faktor yang nutrisi yang
pengecapan dari
brhubungan: dibutuhkan
menelan
Nutrition Monitoring
a. Faktor biologis 6. Tidak terjadi
b. Faktor ekonomi penurunan berat 1. BB pasien dalam
c. Ketidakmampuan badan yang batas normal
untuk berarti 2. Monitor adanya
mengabsorbsi penurunan berat
nutrien badan
d. Ketidakmampuan 3. Monitor tipe dan
untuk mencerna jumlah aktivitas
makanan yang bisa
dilakukan
4. Monitor interaksi
anak atau orangtua

20
selama makan
5. Monitor
lingkungan selama
makan
6. Jadwalkan
pengobatan dan
tindakan tidak
selama jam makan
7. Monitor mual dan
muntah
4. Resiko infeksi NOC NIC
berhubungan dengan Immune Status Infection Control
ketidakadekuatan Knowledge : (Kontrol Infeksi)
pertahanan tubuh Infection control 1. Bersihkan
primer Risk control lingkungan setelah
Definisi : mengalami Kriteria Hasil dipakai pasien lain
peningkatan resiko 1. Klien dari tanda 2. Pertahankan
terserang organisme dan gejala infeksi teknik isolasi
patogenik 2. Mendeskripsikan 3. Batasi jumlah
Faktor resiko: proses penularan pengunjung
a. Penyakit kronis penyakit, faktor 4. Intruksikan pada
(diabetes mellitus yang pengunjung untuk
dan obesitas) mempengaruhi mencuci tangan
b. Pengetahuan yang penularan serta saat berkunjung
tidak cukup untuk penatalaksanaann dan setelah
menghindari ya berkunjung
pemanjangan 3. Menunjukkan meninggalkan
patogen kemampuan untuk pasien
c. Pertahanan tubuh mencegah 5. Gunakan sabun
primer yang tidak timbulnya infeksi anti microbia
adekuat 4. Jumlah leukosit untuk mencuci
1. Gangguan dalam batas tangan

21
peritalsis normal 6. Gunakan baju dan
2. Kerusakan 5. Menunjukkan sarung tangan
integritas kulit perilaku hidup sebaga alat
pemasangan sehat pelindung
kateter 7. Pertahankan
intavena, lingkungan aseptik
prosedur selama
invasif) pemasangan alat
3. Perubahan 8. Tingkatkan intake
sekresi pH nutrisi
d. Ketidakadekuatan 9. Gunakan kateter
pertahanan intermiten untuk
sekunder menurunkan
e. Malnutrisi infeksi kandung
kencing
10. Monitor tanda dan
gejala infeksi
sistemik dan lokal
11. Monitor
kerentanan
terhadap infeksi
12. Pertahankan
teknik apsesis
pada pasien yang
beresiko
13. Berikan perawatan
kulit pada area
epidema
14. Infeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap
kemerahan, panas,

22
drainase
15. Intruksikan pasien
untuk minum
antibiotik sesuai
resep
16. Ajarkan pasien
dan keluarga tanda
dan gejala infeksi
17. Ajarkan cara
menghindari
infeksi
18. Kolaborasi dengan
dokter

E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Impelementasi merupakan pelaksanaan rencana keperawatan oleh
perawat terhadap pasien. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pelaksanaan rencana keperawatan diantaranya: Implementasi dilaksanakan
sesuai dengan rencana setelah setelah dilakukan validasi; keterampilan
interpersonal, teknikal dan intelektual dilakukan dengan cermat dan efisien
pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologis klien di lindungi
serta dokumentasi intervensi dan respon pasien.
Pada tahap implementasi ini merupakan aplikasi secara kongkrit
dari rencana intervensi yang telah dibuat untuk mengatasi masalah
kesehatan dan perawatan yang muncul pada pasien.
F. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan,
dimana evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus
dengan melibatkan pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan tercapai tujuan
intervensi dari setiap diagnosa keperawatan, yaitu sebagai berikut:
1. Pasien dapat menunjukkan tidak terjadinya Diare

23
2. Pasien dapat menunjukkan terpenuhiya Kebutuhan nutrisi
3. Masalah keperawatan dapat teratasi secara sempurna.

24
DAFTAR PUSTAKA

PPNI.2017.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan


Indikator Diagnostik Edisi 1.Jakarta Selatan: DPP PPNI.
Nurarif, Amin Huda dan Kusuma Hardhi.2015.Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid
3.Jogjakarta: Mediaction.
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta:
EGC.
Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik/Donna L. Wong ; Alih Bahasa,
Monika Ester,S.Kp ; Editor Edisi Bahasa Indonesia, Sari Kurnianingsih,S.Kp.-
Ed.4.-Jakarta EGC,2003.

25
LAPORANPENDAHULUAN

ASUHANKEPERAWATANPADAPASIEN

DENGANGANGGUANSISTEMPENCERNAANPADAKASUSDIARE

DIRUANGUGDPUSKESMASPAGESANGAN

DISUSUNOLEH

SRI APRIYANTI

091STYC17

YAYASANRUMAHSAKITISLAMNUSATENGGARABARAT
SEKOLAHTINGGIILMUKESEHATANYARSIMATARAM
PROGRAMSTUDIS1KEPERAWATAN
MATARAM
2019

26

Anda mungkin juga menyukai