Anda di halaman 1dari 7

Nama Dosen : Ibu Helinida Saragih,S.Kep.,Ns.,M.

Kep

MK : Keperawatan Anak 2

Kelompok 2 :

 Afris Tamala Ambarita (042021001)

 Enri Rilesty Sitanggang (042021003)

 Hotma Rosari Hasugian (042021008)

 Rosdiyanti Sinaga (042021012)

 Sri Dewi Hartati Ginting (042021013)

 Sr. Ermelinda Manek

DISFUNGSI GASTROINTESTINAL (DIARE)

A. Definisi

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari

biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja). Dengan tinja berbentuk cair /setengah padat, dapat

disertai frekuensi yang meningkat. Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar encer

lebih dari 3 x sehari.

Diare didefinisikan sebagai buang air besar lembek atau cair bahkan dapat berupa air saja

yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (3 kali atau lebih dalam sehari) (Depkes RI Ditjen

PPM dan PLP, 2002). Diare terbagi 2 berdasarkan mula dan lamanya , yaitu diare akut dan
kronis (Mansjoer,A.1999,501).

Berdasarkan dari pendapat para ahli maka dapat disimpulkan Diare adalah buang air

besar (BAB) yang tidak normal, berbentuk tinja cair disertai lendir atau darah atau lendir saja,

frekuensi lebih tiga kali sehari.

Menurut pedoman MTBS (2000), diare dapat dikelompokkan menjadi :

1. Diare akut : terbagi atas diare dengan dehidrasi berat, diare dengan dehidrasi sedang,

diare dengan dehidrasi ringan

2. Diare persiten : jika diare berlangsung 14 hari/lebih. Terbagi atas diare persiten dengan

dehidrasi dan persiten tanpa dehidrasi

3. Disentri : jika diare berlangsung disertai dengan darah.

B. Etiologi

1. Faktor infeksi : Bakteri ( Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera),

Virus (Enterovirus), parasit (cacing), Kandida (Candida Albicans).

2. Faktor parentral : Infeksi dibagian tubuh lain ( sering terjadi pada anak-anak).

3. Faktor malabsorbsi : Karbohidrat, lemak, protein.

4. Faktor makanan : Makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak, sayuran dimasak

kurang matang.

5. Faktor Psikologis : Rasa takut, cemas.

6. Obat-obatan : antibiotic.

7. Penyakit usus : colitis ulcerative, crohn disease, enterocolitis, obstruksi usus

C. Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah:

1. Gangguan osmotic

Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik

dalam lumen usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam lumen

usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya

sehingga timbul diare.

2. Gangguan sekresi

Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan

sekresi,air dan elektrolit ke dalam lumen usus dan selanjutnya timbul diare kerena

peningkatan isi lumen usus.

3.Gangguan mobilitas usus

Perperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan

sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan

bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya dapat timbul diare pula.

4. Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam usus

setelah berhasil melewati rintangan asam lambung, mikroorganisme tersebut berkembang biak,

kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi

yang selanjutnya akan menimbulkan diare.

Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai berikut:

a. Kehilangan air (dehidrasi)

Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari pemasukan

(input),merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.


b. Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis)

Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja. Metabolisme lemak

tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh, terjadinya penimbunan

asam laktat karena adanya anorexia jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam

meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan

terjadinya pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.

c. Hipoglikemia

Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih sering pada anak

yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi karena adanya gangguan

penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan adanya gangguan absorbsi glukosa.

Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun hingga 40 mg%

pada bayi dan 50% pada anak-anak

d. Gangguan gizi

Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan oleh:

- Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah

yang bertambah hebat.

- Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran dan susu yang encer

ini diberikan terlalu lama.

- Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik

karena adanya hiperperistaltik.

e. Gangguan sirkulasi

Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik, akibatnya perfusi

jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat


mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera diatasi klien

akan meninggal

D. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala diare mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh

biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Diare

yang semakin parah menyebabkan tinja menjadi cair disertai lendir atau darah. Warna tinja

makin lama berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur empedu. Anua dan daerah

sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagi akibat

semakin banyaknya asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diabsorbsi usus

selama diare.

Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare yang disebabkan oleh lambung

yang turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. Bila

penderita telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi makin tampak,

berat badan menurun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun membesar menjadi

cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.

Penyakit diare juga dapat menyebabkan kematian jika dehidrasi tidak diatasi dengan

tepat. Dehidrasi dapat terjadi karenan usus bekerja tidak optimal sehingga besar air dan zat-

zat terlarut di dalamnya keluar bersama feses sampai akhirnya tubuh kekurangan cairan atau

dehidrasi.

E. Komplikasi
Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat terjadi berbagai

macam komplikasi, seperti:

1. Dehidrasi

a. Dehidrasi Ringan

Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit

kurang elastis, suara serak, klien belum jatuh pada keadaan syok.

Penatalaksanaan : Berikan cairan 1 jam pertama 25-50 ml/kg bb

selanjutnya 125 ml/kg bb/hari

b. Dehidrasi Sedang

Kehilangan cairan 5-8 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit jelek, suara

serak, presyok nadi cepat dan dalam.

Penatalaksanaan : Berikan cairan 1 jam pertama 50-100 ml/kg bb selanjutnya

125 ml/kg bb/hari

c. Dehidrasi Berat

Kehilangan cairan 8 - 10 % dari berat badan dengan gambaran klinik seperti

tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai

koma, otot-otot kaku sampai sianosis.

Penatalaksanaan :

- Bayi baru lahir (berat badan 2-3 kg)

Kebutuhan cairan: 250 ml/kg bb/24 jam dengan pemberian cairan 4:1 ( 4 glukosa5%

+1 NaHCOз 1½%) dengan cara pemberian: 4 jam pertama 25 ml/kg bb/jam,

20 jam berikutnya 150 ml/kg bb/20 jam.

- Bayi berat badan lahir rendah (berat badan < 2 kg)


Kebutuhan cairan: 250 ml/kg bb/24 jam, pemberian cairan adalah 4 glukosa 10% +

1 NaHCOз 1½%, dengan pemberian 4 jam pertama 25 ml/kg bb/jam, 20 jam berikutnya

150 ml/kg bb/20 jam .

- Umur 2-5 tahun (berat badan 3-10kg)

Cara pemberiannya adalah 1 jam pertama 40 ml/kg bb/jam kemudian dilanjutkan

7 jam berikutnya 12 ml/kg bb/menit dan 16 jam kemudian 125 ml/kg bb.

- Umur 2-5 tahun (berat badan 10-15 kg)

Cara pemberiannya adalah 1 jam pertama 30 ml/kg bb/jam kemudian dilanjutkan

7 jam berikutnya 10 ml/kg bb/menit dan 16 jam kemudian 125 ml/kg bb.

- Umur 5-10 tahun (berat badan 15-25kg)

Cara pemberiannya adalah 1 jam pertama 20 ml/kg bb/jam kemudian dilanjutkan

7 jam berikutnya 10 ml/kg bb/menit dan 16 jam kemudian 105 ml/kg bb ( FKUI,1985 ).

2. Renjatan hipovolemik

3. Hipokalemia

4. Hipoglikemia

5. Intoleransi laktosa sekunder

6. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik

7. Malnutrisi energi protein

Anda mungkin juga menyukai