Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

DIARE

DISUSUN OLEH :

ROLAND BERNANDO (19.045)

POLITEKNIK YAKPERMAS BANYUMAS

PRODI DIII KEPERAWATAN

TAHUN 2021
a) Konsep Dasar Medis.
1. Pengertian.
Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak
atau lebih cair dari biasanya dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam
(Juffrie, 2010). Diare adalah peningkatan dalam frekuensi buang air besar
(kotoran), serta pada kandungan air dan volume kotoran itu. Namun, diare yang
berat dapat menyebabkan dehidrasi (kekurangan cairan) atau masalah gizi yang
berat (Yayasan Spiritia, 2011). Diare didefinisikan secara klinis sebagai
bertambahnya defekasi (buang air besar) lebih dari biasanya atau lebih dari tiga
kali sehari, disertai dengan perubahan konsisten tinja (menjadi cair) dengan atau
tanpa darah. Secara klinis dibedakan menjadi tiga macam sindroma diare yaitu
diare cair akut, disentri, dan diarepersisten (WHO, 2000).

2. Etiologi.
Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu :
a. Faktor infeksi
 Faktor internal adalah infeksi saluran pencernaan meliputi infeksi internal
sebagai berikut
1) Infeksi bakteri : Vibrio, E. Coli, salmonella, tersinia, dsb
2) Infeksi virus : enterovirus ( virus ECHO, poliomyelitis ), adenovirus,
rotavirus, dll.
3) Infeksi parasit : cacing (asoanis, trichuris, oxyuris ), jamur ( candida
albicans )
  Infeksi parenteral adalah infeksi diluar alat pencernaan makanan,
seperti otitis media akut, tonsilitis tonsilofasingitis, bronkopneumonia,
dsb.
b. Faktor malabsorbsi
1) Malabsorbsi karbohidrat meliputi disakarida dan monosakarida
2) Malabsorbsi lemak
3) Malabsorbsi protein
c. Faktor makanan
Makanan basi, beracun, dan alergi terhadap makanan.
3. Patofisiologi.
Diare sekresi merupakan diare dengan volume banyak yang disebabkan oleh
peningkatan produksi dan sekresi air serta elektrolit oleh mukosa usus ke dalam
lumen usus. Diare osmotik terjadi bila air terdorong ke dalam lumen usus oleh
tekanan osmotik dari partikel yang tidak dapat diabsorpsi, sehingga reabsorpsi air
menjadi lambat.Sebagai akibat dari diare baik akut maupun kronik akan terjadi :
a. Kehilangan air (dehidrasi) terjadi akibat pengeluaran air lebih banyak dari
pemasukan air, hal ini merupakan penyebab kematian pada diare.
b. Gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik), terjadi karena
kehilangan natrium bikarbonat bersama tinja, penimbunan asam laktat karena
anoksia jaringan, produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena
tidak dapat dikeluarkan ginjal (oligouria/anuria), pemindahan ion natrium
dari ekstrasel ke dalam intrasel. Secara klinis asidosis dapat dilihat dari
pernapasan kussmaul.
c. Gangguan sirkulasi terjadi sebagai akibat diare dengan atau tanpa muntah,
dapat terjadi gangguan sirkulasi berupa renjatan (syok) hipovolemik.
Akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia,
asidosis bertambah berat dan dapat mengakibatkan perdarahan otak,
kesadaran menurun dan bila tidak ditangani segera akan terjadi kematian.

4. Manifestasi Klinis.
 Menurut Kliegman, Marcdante dan Jenson (2006), menyatakan bahwa
berdasarkan banyaknya kehilangan cairan dan elektrolit dari tubuh atau sering
kali disebut dengan diare, maka diare dapat dibagi menjadi :
a. Diare tanpa dehidrasi
Pada tingkat diare ini penderita tidak mengalami dehidrasi karena frekuensi
diare masih dalam batas toleransi dan belum ada tanda-tanda dehidrasi.
b. Diare dengan dehidrasi ringan (3%-5%)
Pada tingkat diare ini penderita mengalami diare 3 kali atau lebih, kadang-
kadang muntah, terasa haus, kencing sudah mulai berkurang, nafsu makan
menurun, aktifitas sudah mulai menurun, tekanan nadi masih normal atau
takikardia yang minimum dan pemeriksaan fisik dalam batas normal.
c. Diare dengan dehidrasi sedang (5%-10%)
Pada keadaan ini, penderita akan mengalami takikardi, kencing yang kurang
atau langsung tidak ada, irritabilitas atau lesu, mata dan ubun-ubun besar
menjadi cekung, turgor kulit berkurang, selaput lendir bibir dan mulut serta
kulit tampak kering, air mata berkurang dan masa pengisian kapiler
memanjang (≥ 2 detik) dengan kulit yang dingin dan pucat.
d. Diare dengan dehidrasi berat (10%-15%)
Pada keadaan ini, penderita sudah banyak kehilangan cairan dari tubuh dan
biasanya pada keadaan ini penderita mengalami takikardi dengan pulsasi
yang melemah, hipotensi dan tekanan nadi yang menyebar, tidak ada
penghasilan urin, mata dan ubun-ubun besar menjadi sangat cekung, tidak
ada produksi air mata, tidak mampu minum dan keadaannya mulai apatis,
kesadarannya menurun dan juga masa pengisian kapiler sangat memanjang
(≥ 3 detik) dengan kulit yang dingin dan pucat.

5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan tinja, pemeriksaan darah lengkap dan doodenum intubation
yaitu untuk mengetahui penyebab secara kuantitatif dan kualitatif.

6. Penatalaksanaan medik.
a. Medis
Pemberian cairan
1) Cairan per oral : pada pasien  dengan dehidrasi ringan dan Na, HCO, K
dan glukosa kurang. Untuk diare akut di atas umur 6 bulan dengan
dehidrasi ringan atau sedang kadar natrium 50-60 meg/l dapat di buat
sendiri (mengandung larutan garam dan gula) atau air tajin yang diberi
gula dengan garam.
2) Cairan parenteral :
a) Untuk  dehidrasi ringan pada 1 jam pertama diberikan 25-50
ml/kgBB/hari. Kemudian dilanjutkan dengan pemberian cairan
parenteral 125 ml/kgBB.
b) Untuk  dehidrasi sedang pada 1 jam pertama diberikan 50-100
ml/kgBB/hari. Kemudian dilanjutkan dengan pemberian cairan
parenteral  125 ml/kg BB
c) Untuk dehidrasi berat
  Anak usia 1 bulan-2 tahun dengan berat badan 3-10 kg.
1 jam pertama diberikan 40ml/kgBB/jam atau10 tetes/kg
BB/menit. 7 jam berikutnya diberikan 12 ml/kgBB/jam atau 3
tetes/kg BB/menit. 16 jam berikutnya diberikan 125 ml/kgBB
oralit per oral bila anak mau minum, teruskan dengan cairan  intra
vena 2 tetes/kg BB/menit atau 3 tetes/kg BB/menit
 Anak usia lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg.
1 jam pertama diberikan 30 ml/kgBB/jam atau 8 tetes/kg
BB/menit atau 10 tetes/kgBB/menit. 7 jam kemudian diberikan
127 ml/kg BB oralit per oral, bila anak tidak mau minum dapat
diteruskan dengan cairan intra vena 2 tetes/kgBB/menit atau 3
tetes/kg BB/menit
 Anak lebih dari 5-10 tahun dengan 15-25 kg.
1 jam pertama diberikan 20 ml/kg BB/jam atau 5 tetes
/kgBB/menit. 16 jam berikutnya diberikan 105 ml/kg BB oralit per
oral
b. Diatetik (pemberian makanan)
Terapi diatetik adalah pemberian makan dan minum khusus pada pasien
dengan tujuan meringankan, menyembuhkan serta menjaga kesehatan pasien.
Hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu dengan  memberikan ASI, bahan
makanan yang mengandung cukup kalori, protein, mineral, dan vitamin serta
makanan harus bersih.
c. Obat-obatan
Obat anti spasmolitik
Obat antibiotik

d) Proses Keperawatan.
1) Pengkajian.
Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data dan
penentuan masalah. Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi,
observasi dan psikal assessment. Pengkajian data menurut Cyndi Smith
Greenberg adalah :
a) Identitas pasien
b) Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan awal yaitu gelisah, suhu tubuh meningkat, anoreksia kemudian
timbul diare. Keluhan utama yaitu Feces semakin cair, muntah, bila
kehilangan banyak air dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi, berat badan
menurun. Pada bayi ubun-ubun besar cekung, tonus dan turgor kulit
berkurang, selaput lendir mulut dan bibir kering, frekuensi BAB lebih dari 4
kali dengan konsistensi encer.
c) Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat penyakit yang diderita, riwayat pemberian imunisasi.
d) Riwayat kesehatan keluarga
Dirawat akan menjadi stressor bagi anak itu sendiri maupun bagi keluarga,
kecemasan meningkat jika orang tua tidak mengetahui prosedur dan
pengobatan anak, setelah menyadari penyakit anaknya, mereka akan bereaksi
dengan marah dan merasa bersalah.
e) Kebutuhan dasar.
 Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali
sehari, BAK sedikit atau jarang.
 Pola nutrisi : diawali dengan mual, muntah, anoreksia, menyebabkan
penurunan berat badan pasien.
 Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi abdomen
yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
 Pola hygiene : kebiasaan mandi setiap harinya.
 Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lamah dan adanya
nyeri akibat distensi abdomen.
f) Pemerikasaan fisik.
 Head to toe
 Pemeriksaan psikologis : keadaan umum tampak lemah, kesadran
composmentis sampai koma, suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan lemah,
pernapasan agak cepat.
 Pemeriksaan sistematik :
Inspeksi : mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut dan bibir
kering, berat badan menurun, anus kemerahan
Perkusi : adanya distensi abdomen
Palpasi : Turgor kulit kurang elastis
Auskultasi : terdengarnya bising usus
g) Pemeriksaan tingkat tumbuh kembang

7. Pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan tinja, pemeriksaan darah lengkap dan doodenum intubation yaitu
untuk mengetahui penyebab secara kuantitatif dan kualitatif.

2) Pathways

3) Diagnosa Keperawatan.
 Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif
 Hipertermia b.d proses penyakit
 Nyeri akut b.d agen injury biologis
4) Intervensi Keperawatan.

N Diagnosa PLANING (NOC) INTERVENSI (NIC)


O Keperawatan
1 KekuranganØ  Fluid balance Ø  Fluid Management
volume Ø  Nutritional Status : Food
1.      Monitor tanda –
cairan b.d and Fluid Intake tanda vital
kehilangan Setelah dilakukan
2.      Monitor status
cairan aktif tindakan keperawatan hidrasi (kelembaban
selama 2x 24 jam, resiko membrane
kekurangan volume mukosa,nadi
cairan dapat teratasi adekuat,tekanan darah
dengan kriteria hasil : ),
Ø  Mempertahankan urine
3.      Monitor masukan
output sesuai dengan usia makanan/cairan
dan BB,BJ urine
4.      Kolaborasikan
normal,HT normal pemberian cairan IV
Ø  Tidak ada tanda dehidrasi,
5.      Kolaborasikan
elastisitas turgor kulit dengan dokter
baik, membrane mukosa·      Infus Rl 25tpm
lembab, tidak ada rasa
haus yang berlebihan
Ø  Tanda tanda vital normal

2 HipertermiaØ  Thermoregulation Ø  Fever Treatment


b.d proses Setelah dilakukan
1.      Monitor tanda –
penyakit perawatan selama 2x24 tanda vital
jam diharapkan Pasien
2.      Monitor masukan
mengalami keseimbangan makanan/cairan
suhu tubuh dengan kriteria
3.      Kompres pasien
hasil : pada lipatan paha dan
Ø  Suhu tubuh dalam rentang aksila
normal 36,5-37,5 c 4.      Kolaborasi dengan
Ø  Nadi dan RR dalam dokter
rentang normal          Berikan Infus
Ø  Tidak ada perubahan warna Sanmo 1000mg K/p
kulit
Ø  Tidak pusing

3 Nyeri akut
Ø  Pain level Ø  Pain Management
b.d agen
Ø  Pain control 1.      Monitor tanda-tanda
injury Setelah dilakukan vital
biologis perawatan selama 2x24
2.      Lakukan pengkajian
jam diharapkan nyeri yang komprehensif
berkurang kriteria hasil : (meliputi lokasi,
dengan karakteristik, durasi,
Ø  Mampu mengontrol nyeri frekuensi.
Ø  Melaporkan bahwa nyeri
3.      Berikan posisi yang
berkurang dengan nyaman
menggunakan manajemen
4.      Ajarkan teknik non
nyeri farmakologi misalnya
Ø  Menyatakan rasa nyaman relakssasi, distraksi,
setelah nyeri berkurang nafas dalam
5.      Kolaborasi dengan
dokter untuk
pemberian anlagetik

e) Daftar Pustaka
Depkes RI, (2007). Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007.
Depkes RI, (2010). Buku profile Kesehatan Indonesia tahun 2010.
Doenges, M.E.(2008). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Alih Bahasa I Made Karyono, Ni Made
Sumarwati, Edisi 3. Jakarta: EGC.
Hidayat, A.A.A. (2006). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba
Medika.
Irianto, A. (2004). Konsep Dasar dan. Aplikasinya. Jakarta : Kencana Prenada Media
Grup.
Juwono, L. (2007). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran : Edisi 11. Jakarta. : EGC.
Kozier, B. (2011). Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC.
Moorhead, S.,Johnson, M., Maas, M.L., &Swanson, E. (2006). Nursing Ooutcomes
Classification (NOC), Fifth edition. USA: Mosby Elsevier
Mubarak, W. I. (2008). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi
dalam Praktek. Jakarta: EGC.
NANDA. (2012). Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.
Potter, P.A., & Perry, A.G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Edisi 4.
Jakarta: EGC.
Potter, P.A.,& Perry, A.G. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Edisi 4.
Jakarta: EGC.
Tarwoto, & Wartonah. (2006).Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan,
Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.
Tiar, E. (2009). Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta: EGC.
Wilkinson, J.M. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Edisi 7. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai