Anda di halaman 1dari 10

ASKEP ANAK GASTROENTERITIS

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK


PADA AN. M DENGAN DX GASTROENTERITIS
DI BANGSAL ANGGREK
RSUD AMBARAWA




Disusun oleh :
M. Nasirul Karim

AKADEMI KEPERAWATAN KARYA BHAKTI NUSANTARA
MAGELANG
2009 2010

BAB I
TINJAUAN TEORI


A. DEFINISI
Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dab
lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat
pula bercampur lendir dan darah atau darah saja. (Ngastiyah, Perawatan Anak Sakit,
2002 ).
Diare adalah keadaan di mana seorang individu mengalami atau beresiko
mengalami defekasi sering dengan feses cair, atau feses tidak berbentuk. (Lynda Juall
Carpenito, 2001).
Jenis diare antara lain :
1) Menurut perjalanan penyakit
Akut : jika < 1 minggu
Berkepanjangan : antara 7 14 hari
Kronis : > 14 hari, disebabkan oleh non infeksi
Persisten : > 14 hari, disebabkan oleh infeksi
2) Menurut patofisiologi
Gangguan absorbsi
Gangguan sekresi
Gangguan osmotik
3) Menurut penyebab
Infeksi
Konstitusi
Malabsorbsi
4) Diare dengan masalah lain. Anak yang menderita diare mungkin juga disertai dengan
penyakit lain. Seperti : demam, gangguan gizi dan penyakit lainnya.


B. ETIOLOGI
Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor
1. Faktor infeksi
Infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare pada
anak.
Infeksi bakteri : Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia,
Aeromonas.
Infeksi virus : Enteroviru, Adenovirus, Rotavirus. Astrovirus.
Infeksi parasit : Cacing ( Ascaris, Trichuris, Oxyuris, strongyloides ); Protozoa (
Etamoba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis ); jamur ( Candida
albicans ).
2. Faktor malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat : disakarida ( intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa ),
monosakarida ( intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa ). Pada bayi dan anak
yang terpenting dan tersering adalah intoleransi laktosa ).
Malabsorbsi lemak
Malabsorbsi protein
3. Faktor makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
4. Faktor psikologis
Rasa takut dan cemas.
C. PATOFISIOLOGIS
Meningkatnya mobilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan akibat
dari gangguan absorbsi dan ekskresi cairan yang berlebihan
Cairan, sodium, potasium dan bikarbonat berpindah dari rongga ekstraseluler ke dalam
tinja sehingga mengakibatkan dehidrasi kekurangan elektrolit dan dappat terjadi
asidosis metabolik

D. MANIFESTASI KLINIS
Mula mula pasien gelisah dan cengeng, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu
makan berkurang / tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair mungkin disertai
lendir atau darah. Warna tinja makin lama berubah kehijauan karena bercampur
dengan empedu. Anus dan sekitarnya lecet karena sering defekasi dan tinja makin
lama makin asam sebagai akibat makin banyak asam laktat yang berasal dari laktose
yg tdk di absorbsi oleh usus selama diare.
Gejala muntah sebelum dan sesudah diare dapat menyebabkan lambung juga turut
meradang., atau akibat gangguan asam basa dan elektrolit. Timbul dehidrasi akibat
kebanyakan kehilangan cairan dan elektrolit. Gejala dehidrasi mulai nampak yaitu BB
menurun, turgor berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung (pada bayi),
selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering. Akibat dehidrasi diuresis
berkurang (oliguri sampai anuri). Bila sudah asidosis metabolis, pasien akan tampak
pucat dengan pernapasan cepat dan dalam.
E. PATHWAY


















F. KOMPLIKASI
Akibat diare, kehilangan cairan & elektrolit secara mendadak dapat terjadi berbagai
komplikasi, sbb :
Dehidrasi
Renjatan hipovolemik
Hipoglikemi
Intoleransi sekunder akibat kerusakan filimukosa usus dan defisiensi enzim laktase
Hipokalemia
Kejang, terjadi akibat dehidrasi hipertonik
Malnutrisi energi protein

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1) Riwayat alergi pada obat-obatan
2) Kultur tinja
3) Pemeriksaan elektrolit, BUN, kreatinin dan tinja
4) Pemeriksaan tinja : pH, leukosit, glukosa dan adanya darah

H. PENATALAKSANAAN
Dasar pengobatan diare antara lain :
Pengobatan dietetik
ASI atau susu formula yang mengandung rendah laktosa dan asam lemak. Beri
makanan tinggi kalium ; misalnya jeruk, pisang, air kelapa
Obat obatan
Obat anti sekresi
Klorpormazin ; dosis 0,5 1 mg/ kg BB/ hari
Antibiotik ; umumnya tidak diberikan jika tdk ada penyebab yang jelas. Bila
penyebabnya kolera, diberikan Tetrasiklin 25 50 mg / kg BB/ hari. Juga diberikan
bila terdapat penyakit penyerta seperti OMA, faringitis, bronkhitis atau BrPn
Pemberian cairan
Belum terjadi dehidrasi
Cairan rumah tangga (seperti air tajin, air teh manis, dsb) sepuasnya dengan perkiraan
40 ml/kg BB/ setiap kali BAB
Dehidrasi Ringan
Beri cairan oralit 30 ml / kg BB dalam 3 jam pertama, selanjutnya 10 ml / kg BB atau
sepuasnya setiap kali BAB
Dehidrasi Sedang
Beri cairan oralit 100 ml / kg BB dalam 3 jam pertama, selanjutnya 10 ml / kg BB
atau sepuasnya setiap kali BAB
Dehidrasi Berat
0 2 th : RL 70 ml / kg BB dalam 3 jam pertama, bila dehidrasi
beri cairan oralit 40 ml / kg BB, seterusnya 10 ml / kg BB setiap BAB
> 2 th : RL 110 ml / kg BB dalam 3 jam pertama, bila syok
guyurkan sampai nadi teraba. Bila masih dehidrasi beri cairan oralit 200 300 ml / kg
BB tiap jam. Seterusnya cairan oralit 10 ml / kg BB


I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan output berlebih.
2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan
yang tidak adekuat
3. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi sekunder terhadap infeksi usus.

J. INTERVENSI

DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1. Kekurangan volume
cairan berhubungan
Terpenuhinya kebutuhan
cairan elektrolit dalam
Anjurkan ibu untuk tetap
memberikan ASI.
Zat-zat yang terkandungan dalam
ASI sangat baik untuk bayi.
dengan output
berlebih.


















2. Gangguan nutrisi
tubuh setelah dilakukan
tindakan 2 x 24 jam
dengan kriteria hasil:
- Input dan output cairan
elektrolit seimbang.
- Menunjukkan membran
mukosa lembab dan
turgor jaringan normal.










Terpenuhinya kebutuhan
nutrisi dalam tubuh
setelah dilakukan


Anjurkan orangtua untuk
memberikan oralit
sedikit-sedikit tapi
sering.
Ajarkan orang tua cara
membuat LGG
(Larutan Gula Garam).
Kolaborasi dengan tim
medis untuk memasang
infus kristaloid (RL).
Monitor tetesan
infus/jam.

Anjurkan banyak minum
air putih.


Beri PenKes tentang
pentingnya nutrisi bagi
Untuk mengurangi defekasi yang
berlebih.

Memenuhi kebutuhan elektrolit
tubuh.

Memenuhi kebutuhan cairan
elektrolit dalam tubuh.
Memantau input cairan yang
masuk dalam tubuh.
Menggantikan cairan yang
terbuang.

Memberikan pengetahuan pada
orang tua,makanan yang harus
dikomsumsi anak diare.
Usus tidak dapat menyerap
makanan yang berserat
Memantau seberapa banyak
makanan yang masuk.
Memenuhi asupan gizi dalam
kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan
dengan intake
makanan yang tidak
adekuat.
















tindakan selama 2 x 24
jam dengan kriteria
hasil:
- orang mengerti jenis
makanan bagi anak
diare.
- Nafsu makan
meningkat.
- Pasien menghabiskan 1
porsi makan rumah
sakit.
- Berat badan kembali
normal.








anak diare.


Anjurkan orangtua untuk
tidak memberikan
makanan tinggi serat.
Temani pasien/anak saat
makan.

Kolaborasi dengan tim
gizi dalam pemberian
makanan rendah serat.
Monitor BB








tubuh.
Memantau peningkatan
kebutuhan nutisi dalam tubuh.










Memberikan respirasi pada kulit.
Sirkulasi udara
Memberikn kenyamanan
Membuka pori2 untuk
melancarkan sekresi keringat.
Menurunkan panas.








3. Gangguan rasa
nyaman b.d
Hipertermi










Rasa nyaman kembali
terpenuhi setelah
dilakukan tindakan
keperawatan dengan
kriteria hasil:
- Suhu tubuh pasien turun
nomal. (36-37
0
C)
- Pasien mengatakan
dirinya sudah merasa
nyaman


Anjurkan orangtua untuk
memberikan pakaian
longgar/ tipis.
Anjurkan orangtua
untuk tidak
memberikan selimut
tebal.
Ganti pakaian pasien jika
basah.
Lakukan kompres
hangat.

Kolaborasi dengan tim
medis untuk pemberian
antipiretik
(paracetamol).








DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,
Edisi 2, Volume 1, EGC, Jakarta

Carpenito, I.J, 2001, Buku Saku Diagnosa Keperawatan Monica Ester, SKP,
Edisi 8, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Doengoes, ME, dkk, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi III, EGC,
Jakarta

Hardja Saputra, 2002, Daftar Obat di Indonesia, Edisi 10, Grafidian
Medipress

Kim, M.J, dkk, 2003, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 5, EGC, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai