Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

GASTROENTERITIS

1. TINJAUAN TEORITIS
A. DEFINISI
Gastroenteritis adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk
cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari
biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam, (Setiadi, 2007).
Gastroenteritis adalah suatu keadaan dimana frekuensi buang air besar
lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih 3 kali pada anak dengan konsistensi feses
encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah/lendir
saja, (Nursalam, 2005).
Menurut Depkes RI (2005), diare adalah suatu penyakit dengan tanda-
tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai
mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau lebih
dalam sehari.
Kesimpulan dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
gastroenteritis (GE) atau diare akut adalah infeksi saluran pencernaan pada
lambung dan usus yang disebabkan oleh berbagai bakteri, virus, dan parasit yang
ditandai dengan keadaan buang air besar secara berlebihan dan dapat bercampur
lendir dan darah atau lendir saja.

B. ETIOLOGI
Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu :
a. Faktor Infeksi
1. Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab
utama diare pada anak. Infeksi enteral ini meliputi :
a) Infeksi bakteri
Vibrio, E. Coli, salmonella, shigella, compylobacter yersinia,
aeromonas, dan sebagainya.

1
b) Infeksi virus
Eterovirus (Virus echo, coxsaekie, poliomyelitis), adenovirus,
rotavirus, astrovirus dan lain-lain.
c) Infeksi parasite
Cacing (ascaris, thrichiuris, oxyuris, strongyloides protozoa (entamoeba
hystolytica, giardia lamblia, trichomonas hominis), jamur (candida
albicans).
2. Infeksi parenteral  yaitu infeksi dibagian tubuh lain di luar alat
pencernaan, seperti Otitis Media Akut (OMA), tonsilofaringitis,
bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama
terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.
b. Faktor Malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat: Disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan
sukrosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi
laktosa.
1. Malabsorbsi lemak
2. Malabsorbsi protein
c. Faktor makanan : Makanan basi, beracun, elergi terhadap makanan.
d. Faktor psikologis : Rasa takut dan cemas walaupun jarang dapat
menimbulkan diare terutama pada anak yang lebih besar, (Dr. Rusepno
Hassan, 2005 : 283-284).

C. PATOFISIOLOGI
Penyebab gastroenteritis terdiri dari faktor infeksi, faktor malabsorbsi,
faktor makanan, dan faktor psikologis. Pertama, faktor infeksi akan mengalami
reaksi inflamasi sehingga terjadi peningkatan sekresi cairan dan elektrolit yang
menyebabkan isi rongga usus meningkat. Kedua, faktor malabsorbsi makanan di
usus menyebabkan tekanan osmotik meningkat dan terjadi pergeseran cairan &
elektrolit ke usus, sehingga juga meneybabkan isi rongga usus meningkat. Ketiga
faktor makanan, dimana faktor makanan disini adalah makanan yang beracun,
basi maupun alergi terhadap makanan dimana hal ini akan menyebabkan
gangguan motilitas usus. Keempat, faktor  psikologis (cemas atau rasa takut yag
berlebih) yang menyebabkan adanya rangsangan simpatis dan juga terjadi

2
gangguan motilitas usus. Gangguan motilitas usus terbagi menjadi 2, yaitu
hipermotilitas dan hipomotilitas. Hipermotilitas akan menyebabkan terjadinya
peningkatan sekresi air & elektrolit, sedangkan hipomotilitas akan menyebabkan
adanya pertumbuhan bakteri. Terjadinya peningkatan di isi rongga usus, sekresi
air dan elektrolit, serta adanya pertumbuhan bakteri menyebabkan terjadi penyakit
gastroenteritis.
Gastroenteritis memiliki gejala dehidrasi yaitu kehilangan cairan &
elektrolit tubuh dimana pada saat itu terjadi penurunan volume cairan ekstra sel
dan juga terjadi penurunan cairan interstesial yang menyebabkan turgor kulit
menurun, maka dalam hal ini timbul masalah yaitu kekurangan volume cairan dan
cemas pada klien. Gejala yang kedua yaitu kerusakan mukosa usus yang
menyebabkan si penderita merasakan nyeri. Gejala yang ketiga adalah sering
terjadinya defekasi yang menyebabkan terjadi resiko kerusakan integritas kulit.
Gejala selanjutnya adalah terjadinya peningkatan eksresi sedangkan asupan
nutrisi tidak terpenuhi, pada hal terjadi ketidakseimbangan nutrisi.

D. TANDA DAN GEJALA


1) Anamnesis (Keluhan)
Keluhan atau data subjektif yang dirasakan pada saat anak/bayi yang
mengalami diare, yaitu :
a. Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat,
nafsu makan berkurang.
b. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang
disertai wial dan wiata.
c. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
d. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja menjadi lebih
asam akibat bnayaknya asam laktat.
2) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik atau data objektif yang terdapat pada anak/bayi yang
mengalami diare adalah :
a. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit
menurun), ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan
disertai penurunan berat badan.

3
b. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekanan darah
menurun, denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun
(apatis, samnolen, sopora komatus) sebagai akibat hipovokanik.
c. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan
cepat dan dalam (kusmaul), (Juffrie, Mohammad. Dkk. (2010).

E. KOMPLIKASI
Menurut Ngastiyah (2006), yaitu:
1) Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, atau hipertonik)
2) Renjatan hipovolemik
3) Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia,
perubahan elektrodiogram)
4) Hipoglikemia
5) Intoleransi sekunder skibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim
lactase
6) Kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik
7) Malnutrisi energy protein (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik)

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Tinja
1) Makroscopis dan microscopis
2) PH dan kadar guula jika diduga ada intoleransi gula (sugar intolerance)
3) Biakan kuman untuk mencari kuman penyebab
4) Uji resistensi terhadap berbagai antibiotik (pada diare persisten).
b. Pemeriksaan darah
1) Darah perifer lengkap
2) Analisis gas darah dan elektrolit (terutama Na, K, Ca, dan serum pada
diare yang disertai kejang).
c. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah untuk mengetahui faal ginjal.
d. Duodenal intubationntuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan
kualitatif terutama pada diare kronik, (Carpenitto.LJ, 2010)

4
G. PENATALAKSANAAN
Ketiga dasar pengobatan tersebut dijelaskan sebagai berikut :
1. Pemberian cairan pada pasien diare dengan memperhatikan derajat
dehidrasinya dan keadaan umum.
Jenis cairan
a. Cairan peroral :
Pada pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang atau tanpa dehidrasi dan
bila anak mau minum serta kesadaran baik diberikan peroral berupa cairan
yang berisi NaCl dan NaHCO3, KCI dan glukosa. Formula lengkap sering
disebut juga oralit. Cairan sederhana yang dapat dibuat sendiri (formula
tidak lengkap)hanya mengandung garam dan gula (NaCl dan sukrosa), atau
air tajin yang diberi garam dan gula untuk pengobatan sementara sebelum di
bawah berobat ke rumah sakit pelayanan kesehatan untuk mencegah
dehidrasi lebih jauh.
b. Cairan parenteral :
1) Belum ada dehidrasi
Peroral sebanyak anak mau minum atau 1 gelas tiap defekasi.
2) Dehidrasi ringan
1 jam pertama : 25 – 50 ml/kg BB per oral (intragastrik). Selanjutnya :
125 ml/kg BB /hari.
3) Dehidrasi sedang
1 jam pertama : 50 – 100 ml/kg BB peroral /intragastrik (sonde).
Selanjutnya ; 125 ml/kg BB/hari.
4) Dehidrasi berat
 Untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun, berat badan 3 – 10 kg. yaitu 1
jam pertama : 40 ml/kg BB / jam = 10 tetes / kg BB /menit (set infus
berukuran 1 ml = 15 tetes) atau 13 tetes / kg BB /menit (set infus 1
ml : 20 tetes). 7 jam berikutnya : 12 ml /kg BB/jam = 33 tetes / kg
BB/ m atau 4 tetes / kg BB/menit. 16 jam berikutnya : 125 ml/kg BB
oralit peroral atau intragastrik. Bila anak tidak mau minum, teruskan
dengan intravena 2 tetes/kg BB/menit atau 3 tetes/kgBB/menit.
 Untuk anak lebih dari 25 tahun dengan BB 10 – 15 kg :
1 jam pertama : 30 ml /kg BB/jam = 8 tetes/kgBB/menit. atau 10

5
tetes/kgBB/menit.
7 jam berikutnya : 10 ml /kg BB /jam = 3 tetes/kgBB/ menit. atau 4
tetes/kgBB/menit.
16 jam berikutnya : 125 ml /kg BB oralit peroral atau intragastrik.
Bila anak tidak mau minum dapat diteruskan dengan DG aa
intravena 2 tetes/kgBB/m, atau 3 tetes/ kgBB/m.
 Untuk bayi baru lahir (neonatus) dengan BB 2 – 3 kg.
Kebutuhan cairan : 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml /kg bb /24
jam. Jenis cairan 4 : 1 (4 bagian glukosa 5 % + 1 bagian NaHCO3 1
%) dengan kecepatan 4 jam pertama = 25 ml / kg BB /jam atau 6
tetes/kgBB/menit., 8 tetes/kgBB/ menit. 20 jam berikutnya 150 ml
/kg BB /20 jam = 2 tetes/kgBB/ menit. atau 2 ½ tetes/kgBB/menit.
2. Pengobatan dietetik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan BB kurang dari 7
kg jenis makanan :
a. Susu (ASI dan atau susu formula yang mengandung laktosa rendah dan
asam lemak tak jenuh).
b. Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim).
c. Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan.
Cara memberikannya :
1) Hari pertama : setelah dehidrasi segera diberikan makanan peroral. Bila
diberi ASI/susu formula tapi masih diare diberikan oralit selang-seling.
2) Hari kedua – keempat : ASI /susu formula rendah laktosa penuh.
3) Hari kelima : bila tidak ada kelainan pasien dipulangkan. Kembali susu
atau makanan biasa.
3. Obat-obatan
a. Obat anti sekresi : dosis 25 mg /tahun dengan dosis minimum 30 mg.
Klorpromazin dosis0,5 – 1 mg /kg bb /hari
b. Obat spasmolitik.
c. Antibiotik (Ngastiyah, 2006).

6
2. KONSEP ASUHANKEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
a. Keluhan Utama
Biasanya klien sering mengeluhkan feces semakin cair, muntah, terjadinya
dehidrasi, dan berat badan menurun.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien masuk rumah sakit dengan keluhan berat badan menurun dari
biasanya, nafas cepat, mudah letih dan sakit kepala. Klien juga tidak mau
makan, nyeri dada, cepat kenyang, nyeri abdomen, mual dan muntah, serta
feses yang encer.
c. Riwayat Kesehatan Terdahulu
Biasanya klien mengatakan sering jajan disembarang tempat sehingga
kebersihannya tidak terjaga.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada keluarga klien yang menderita penyakit yang sama.
e. Pengkajian 11 Pola Fungsional Gordon
1) Pola Persepsi – Manajemen Kesehatan
Biasanya klien tidak mengetahui penyebab penyakitnya, Kebersihan klien
sehari-sehari kurang baik.
2) Pola Nutrisi Metabolik
Biasanya klien tidak mau makan, dan klien mengalami penurunan berat
badan.
3) Pola Eliminasi
Biasanya klien BAB lebih dari 4 kali sehari, dan BAK jarang.
4) Pola Latihan dan Aktivitas
Biasanya klien mengalami gangguan aktivitas karena kondisi tubuh yang
lemah dan adanya nyeri akibat distensi abdomen, aktivitas klien dibantu
keluarga/ orang lain.
5) Pola Istirahat dan Tidur
Biasanya klien mengalami gangguan istirahat dan tidur karena adanya
distensi abdomen yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman.

7
6) Pola Persepsi dan Kognitif
Biasanya klien masih dapat menerima informasi namun kurang
berkonsentrasi karena nyeri pada abdomennya.
7) Pola Persepsi dan Konsep Diri
Biasanya klien mengalami gangguan konsep diri karena kebutuhan
fisiologisnya terganggu sehingga aktualisasi diri tidak tercapai pada fase
sakit.
8) Pola Peran dan Hubungan
Biasanya klien memiliki hubungan yang baik dengan keluarga dan peran
klien pada kehidupan sehari-hari mengalami gangguan (ex: tidak dapat
menjalankan peran sebagai ibu rumah tangga).
9) Pola Seksual – Reproduksi
Biasanya klien mengalami gangguan seksual- reproduksi (ex: tidak
teraturnya siklus menstruasi).
10) Pola Koping – Toleransi Stress
Biasanya klien mengalami kecemasan yang berangsur-angsur dapat
menjadi pencetus stress.
11) Pola Nilai & Kepercayaan
Biasanya klien tidak dapat melaksanakan sholat seperti biasanya karena
posisi klien dalam keadaan tirah baring.
f. Pemeriksaan fisik.
1) Pemeriksaan psikologis :
keadaan umum tampak lemah, kesadarancomposmentis sampai koma,
suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan lemah, pernapasan agak cepat
2) Pemeriksaan sistematik :
 Inspeksi : mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut dan
bibir kering, berat badan menurun, anus kemerahan.
 Perkusi : adanya distensi abdomen.
 Palpasi : turgor kulit kurang elastis
 Auskultasi : terdengarnya bising usus.
3) Pemeriksaan tingkat tumbuh kembang.
Pada anak diare akan mengalami gangguan karena anak dehidrasi
sehingga berat badan menurun.

8
4) Pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan tinja, darah lengkap dan duodenum intubation yaitu untuk
mengetahui penyebab secara kuantitatip dan kualitatif, (Carpenitto.LJ,
2010)

B. PATHWAY

Sumber: Nanda, 2005-2006

9
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Diare berhubungan dengan proses infeksi, makanan, psikologis
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare
atau output berlebihan dan intake yang kurang.
3. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
kehilangan cairan sekunder terhadap diare.
4. Resiko hipertermi berhubungan dengan proses infeksi skunder terhadap diare
5. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan frekwensi
diare.

10
D. INTERVENSI

DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA


NO RENCANA KEPERAWATAN RASIONAL
KEPERAWATAN HASIL

1 Diare Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji penyebab factor diare 1. untuk mengetahui penyebab dari
berhubungan keperawatan selama 3x24 jam 2. Turunkan aktivitas fisik diare
dengan proses penurunan frekuensi BAB < 3 3. Tingkatkan pemenuhan 2. dapat menurunkan peristaltic
infeksi, makanan, kali/hari selama tindakan kebutuhan cairan per oral 3. untuk menggantikan cairan per
psikologis perawatan. 4. Anjurkan meningkatkan oral
Kriteria hasil: kebersihan 4. untuk mencegah penyebaran
 Feses mempunyai bentuk 5. Kolaborasi pemberian terapi infeksi
 Rectal tidak terjadi iritasi antibiotic 5. untuk membunuh kuman dan

 Tidak mengalami diare


2 Perubahan nutrisi Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji kebiasaan diit, masukan 1. Untuk mengetahui kebutuhan
kurang dari perawatan selama dirumah makanan saat ini, dan derajat nutrisi yang diperlukan
kebutuhan tubuh 3x24 jam kebutuhan nutrisi kesulitan makanan 2. Indikasi respon dan status nutrisi
berhubungan terpenuhi 2. Kaji TTV 3. Meningkatkan masukan nutrisi
dengan diare atau dengan kriteria hasil: 3. Anjurkan makanan porsi sedang 4. Untuk perencanaan diit yang
output berlebihan  Nafsu makan meningkat tapi sering sesuai untuk memenuhi kebutuhan
dan intake yang  BB meningkat atau normal 4. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam nutrisi
kurang sesuai umur pemberian diit yang tepat

11
3 Gangguan Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau tanda dan gejala 1. Penurunan sisrkulasi volume
keseimbangan keperawatan selama 3 x 24 kekurangan cairan dan elektrolit cairan menyebabkan kekeringan
cairan dan jam keseimbangan dan 2. Pantau intake dan output mukosa dan pemekataj urin.
elektrolit elektrolit dipertahankan secara 3. Timbang berat badan setiap hari Deteksi dini memungkinkan
berhubungan maksimal. 4. Anjurkan keluarga untuk terapi pergantian cairan segera
dengan memberi minum banyak pada untuk memperbaiki defisit
kehilangan cairan kriteria hasil : kien, 2-3 lt/hr 2. Dehidrasi dapat meningkatkan
sekunder terhadap  Tanda vital dalam batas 5. Kolaborasi : laju filtrasi glomerulus membuat
diare. normal (N: 120-60 x/mnt, 1) Pemeriksaan laboratorium keluaran tak aadekuat untuk
S; 36-37,50 c, RR : < 40 serum elektrolit (Na, K,Ca, membersihkan sisa metabolisme.
x/mnt ) BUN) 3. Mendeteksi kehilangan cairan,
 Turgor elastik, membran 2) Cairan parenteral ( IV line ) penurunan 1 kg BB sama dengan
mukosa bibir basah, mata sesuai dengan umur kehilangan cairan 1 lt
tidak cowong, 3) Obat-obatan : (antisekresin, 4. Mengganti cairan dan elektrolit
 Konsistensi BAB lembek, antispasmolitik, antibiotik) yang hilang secara oral
frekwensi 1 kali perhari 5. koreksi keseimbang cairan dan
elektrolit, BUN untuk mengetahui
faal ginjal (kompensasi).
6. Mengganti cairan dan elektrolit
secara adekuat dan cepat.

12
4 Resiko hipertermi Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor suhu tubuh tiap 2 jam 1. Untuk mengetahui
berhubungan perawatan selama 3x 24 jam 2. Berikan kompres hangat keaadaan umum paisen
dengan proses tidak terjadi peningkatan suhu 3. Anjurkan memakai pakaian 2. Panas cepat turun
infeksi skunder tubuh dengan kriteria hasil: tipis dan menyerap keringat 3. Untuk mengurangi panas
terhadap diare  suhu tubuh dalam batas normal ( 36- 4. Kolaborasi pemberian obat 4. Menurunkan suhu tubuh
37,5 C) antipiretik
 tidak terdapat tanda infeksi (rubur,
dolor, kalor, tumor, fungtio leasa)

5 Resiko gangguan Setelah dilakukan tindakan 1. Diskusikan dan jelaskan 1. Kebersihan mencegah
integritas kulit keperawatan selama 3x24 jam integritas pentingnya menjaga tempat perkembangbiakan kuman
berhubungan kulit tidak terganggu dengan kriteria tidur 2. Mencegah terjadinya
dengan hasil: 2. Demontrasikan serta libatkan iritassi kulit yang tak
peningkatan  Tidak terjadi iritasi : kemerahan, keluarga dalam merawat diharapkan oleh karena
frekwensi diare. lecet, kebersihan terjaga perianal (bila basah dan kelebaban dan keasaman
 Keluarga mampu mendemontrasikan mengganti pakaian bawah feces
perawatan perianal dengan baik dan serta alasnya) 3. Melancarkan vaskulerisasi,
benar 3. Atur posisi tidur atau duduk mengurangi penekanan
dengan selang waktu 2-3 jam yang lama sehingga tak
terjadi iskemi dan irirtasi.

13
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam. (2005). Asuhan Keperawatan Pada Bayi dan Anak (untuk perawat dan bidan).
Salemba Medika. Jakarta.
Setiadi. (2007). Anatomi dan Fisiologi Manusia. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Dr. Rusepno, Hassan. (2005). Ilmu Penyakit Anak, Diagnosa dan Pelaksanaan. Salemba
Medika, Jakarta.
Depkes RI. (2005). Pedoman Teknis Imunisasi Tingkat Puskesmas. Depkes RI.
Juffrie, Mohammad. Dkk. (2010). Gastroenterologi-hepatologi Jilid I. Jakarta: IDAI.
Ngastiyah. (2006). Perawatan Anak Sakit. Jakarta ; EGC
Carpenitto.LJ. (2010). Diagnosa KeperawatanAplikasi Pada Praktek Klinis. Ed 6. EGC.
Jakarta

14

Anda mungkin juga menyukai