Anda di halaman 1dari 39

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Diare

1. Definisi

Penyakit diare adalah penyakit yang ditandai dengan perubahan

bentuk konsistensi tinja melembek sampai mencair dan bertambahnya

frekuensi BAB lebih dari biasanya lazimnya tiga kali atau lebih dalam

sehari (Kemenkes RI, 2013).

Diare adalah jika anak mengalami buang air besar dengan frekuensi

lebih sering dari biasanya dan tinjanya berbentuk cair, maka anak

tersebut dikatakan menderita diare. Dalam istilah sehari-hari, diare biasa

juga disebut dengan mencret (Sefrina & Sehendri, 2012).

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang

lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 cc/jam). Dengan tinja

berbentuk cair /setengan padat, dapat disertai frekuensi yang meningkat.

Diare adalah buang air besar encer lebih dari 3x sehari (WHO, 2008).

2. Etiologi

Menurut Hasan & Alatas (2010), ada beberapa faktor yang

menyebabkan terjadinnya penyakit diare, antara lain :

a. Faktor Infeksi

8
9

1) Infeksi lateral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan

penyebab utama diare pada anak. Infeksi lateral ini meliputi :

a) Infeksi bakteri : Vibrio, E.coli, Salmonela,

Shingella Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dan sebagainya.

b) Infeksi virus : Enteroovirus, Rotavirus, Astrovirus, dan lain-

lain.

c) Infestasi parasit :Cacing (Ascaris, Trichiuris, oxyuris,

strongylodes, ProtozoaEntamoebahistolytica, giardialamblia,

Trichomonas Homonis), jamur (Candida Albicans).

2) Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat

pencernaan, seperti Otitis Media Akut (OMA), tonsilofaringitis,

bronchopneumonia, ensefalitis dan sebagainya (keadaan ini

terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.

b. Faktor Malabsorbsi

1) Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa

dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan

galaktosa). Pada bayi dan anak terpenting dan tersering ialah

intoleransi laktosa.

2) Malabsorbsi lemak

3) Malabsorbsi protein

c. Faktor makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap

makanan.
10

d. Faktor psikologis : rasa takut dan cemas walaupun jarang

dapat menimbulkan diare terutama pada anak yang lebih besar

Penyebab diare pada balita yang terpenting adalah :

1) Karena peradangan usus, misalnya : kholera, disentri, bakteri-

bakteri lain, virus dan sebagainya.

2) Karena kekurangan gizi misalnya : kelaparan, kekurangan zat

putih telur.

3) Karena keracunan makanan.

4) Karena tak tahan terhadap makanan tertentu, misalnya : si anak

tak tahan meminum susu yang mengandung lemak atau laktosa

3. Klasifikasi

Menurut Sari (2016), Diare dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Ditinjau dari ada atau tidaknya infeksi, diare dibagi menjadi dua

golongan:

1) Diare infeksi spesifik : tifus dan para tifus, staphilococcus disentri

basiler, dan enterotolitis nektrotikans.

2) Diare non spesifik : diare dietetis.

b. Ditinjau dari organ yang terkena infeksi diare :

1) Diare infeksi enteral atau infeksi di usus, misalnya: diare yang

ditimbulkan oleh bakteri, virus dan parasit.

2) Diare infeksi parenteral atau diare akibat infeksi dari luar usus,

misalnya: diare karena bronkhitis.


11

c. Ditinjau dari lama infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan yaitu:

1) Diare akut adalahdiare yang terjadi karena infeksi usus yang

bersifat mendadak, berlangsung cepat dan berakhir dalam waktu 3

sampai 5 hari. Hanya 25% sampai 30% pasien yang berakhir

melebihi waktu 1 minggu dan hanya 5 sampai 15% yang berakhir

dalam 14 hari.

2) Diare kronik adalah diare yang berlangsung 2 minggu atau lebih.

4. Patofisiologi

Diare disebabkan karena gangguan pada mekanisme transport air

dan elektrolit disusus halus. Dalam keadaan normal absorpsi dan sekresi

air dan elektrolit tinja terjadi disepanjang usus. Ada 3 prinsip mekanisme

terjadinya diare menurut Khasanah (2015), yaitu :

a. Gangguan osmotic

Akibat terdapat makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan

menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meninggi sehingga

terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus. Isi rongga

usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkan

sehingga timbul diare.

b. Gangguan sekresi

Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus

akan terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam rongga


12

usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan,

selanjutnya akan menyebabkan diare.

c. Gangguan motilitas usus.

Hiperperistaltic akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan

usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila

peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh

berlebihan, selanjutnya menyebabkan diare.

5. Manifestasi klinis

Mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh

biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian

timbul diare.Feses makin cair, mungkin mengandung darah disertai

lendir, dan feses berubah menjadi kehijauan karena tercampur dengan

empedu. Anus dan daerah sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan

tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyaknya asam

laktat, yang berasal dari laktosa yang tidak dapat di absorbsi usus selama

diare. Gejala muntah dapat terjadi sebelum dan sesudah diare dan dapat

disebabkan oleh lambung yang turut meradang atau akibat keseimbangan

asambasa dan elektrolit (Sodikin, 2011).


13

6. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Khasanah (2015), ada beberapa pemeriksaan penunjang dalam

penanganan penyakit diare yaitu :

a. Pemeriksaan laboratorium.

1) Pemeriksaan tinja.

Untuk mengetahui ada atau tidak nya cacing dan bakteri pada

penderita diare

2) Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah

astrup, bila memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan

analisa gas darah atau astrup

3) Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui fungsi

ginjal.

b. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum

Untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara kuantitatif,

terutama dilakukan pada penderita diare kronik.

c. Pemeriksaan darah

1) Ph darah dan cadangan dikali dan elektrolit (natrium, kalium,

kalsium dan fosfor)serum untuk menentukan keseimbangan asam

basa.

2) Kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.


14

7. Penatalaksanaan

Menurut Kemenkes RI (2011), prinsip tatalaksana diare pada

balita adalah Lima Langkah Tuntaskan Diare (LINTAS DIARE), yang

didukung oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia dengan rekomendasi WHO.

Rehidrasi bukan satu-satunya cara untuk mengatasi diare, tetapi

memperbaiki kondisi usus serta mempercepat penyembuhan atau

menghentikan diare dan mencegah anak kekurangan gizi akibat diare

juga menjadi cara untuk mengobati diare. Adapun program LINTAS

DIARE yaitu:

a. Rehidrasi menggunakan oralit osmolalitas rendah

Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai

dari rumah tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah,

dan bila tidak tersedia berikan cairan rumah tangga seperti air tajin,

kuah sayur, air matang. Oralit saat ini yang beredar di pasaran sudah

oralit yang baru dengan osmolaritas yang rendah, yang dapat

mengurangi rasa mual dan muntah. Oralit merupakan cairan yang

terbaik bagi penderita diare untuk mengganti cairan yang hilang.

Bila penderita tidak bisa minum harus segera di bawa ke sarana

kesehatan untuk mendapat pertolongan cairan melalui infus.

Pemberian oralit didasarkan pada derajat dehidrasi menurut

Kemenkes RI (2011) antara lain :

1) Diare tanpa dehidrasi

Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret


15

Umur 1 – 4 tahun : ½ - 1 gelas setiap kali anak mencret

Umur diatas 5 Tahun : 1 – 1½ gelas setiap kali anak mencret

2) Diare dengan dehidrasi ringan sedang

Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg bb

dan selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare

tanpa dehidrasi.

3) Diare dengan dehidrasi berat

Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke

Puskesmas untuk di infus.

4) Manfaat Oralit

Berikan oralit segera bila anak diare, untuk mencegah dan

mengobati dehidrasi sebagai pengganti cairan dan elekrolit yang

terbuang saat diare. Sejak tahun 2004, WHO/UNICEF

merekomendasikan Oralit osmolaritas rendah. Berdasarkan

penelitian dengan Oralit osmolaritas rendah diberikan kepada

penderita diare akan:

a) Mengurangi volume tinja hingga 25%

b) Mengurangi mual muntah hingga 30%

c) Mengurangi secara bermakna pemberian cairan melalui


intravena sampai 33%.

5) Menurut Fediani (2011), cara membuat larutan Oralit yaitu


16

a) Cuci tangan dengan air dan sabun

b) Sediakan 1 gelas air minum yang telah dimasak (200cc)

c) Masukkan satu bungkus Oralit 200cc

d) Aduk sampai larut benar

e) Berikan larutan Oralit kepada balita.

6) Cara memberikan larutan Oralit

a) Berikan dengan sendok atau gelas

b) Berikan sedikit-sedikit sampai habis atau hingga anak tidak


kelihatan haus

c) Bila muntah, dihentikan sekitar 10 menit, kemudian lanjutkan


dengan sabar sesendok setiap 2 atau 3 menit.

d) Walau diare berlanjut, Oralit tetap diteruskan

e) Bila larutan Oralit pertama habis, buatkan satu gelas larutan


Oralit berikutnya.

b. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut

Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam

tubuh. Zinc dapat menghambat enzim Inducible Nitric Oxide

Synthase (INOS), dimana ekskresi enzim ini meningkat selama diare

dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan

dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan morfologi

dan fungsi selama kejadian diare (Kemenkes RI, 2011). Pemberian


17

Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat

keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi

volume tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3

bulan berikutnya. Berdasarkan bukti ini semua anak diare harus

diberi Zinc segera saat anak mengalami diare. Dosis pemberian Zinc

pada balita:

1) Umur < 6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari selama 10 hari

2) Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari.

Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti.

Cara pemberian tablet zinc : Larutkan tablet dalam 1 sendok makan

air matang atau ASI, sesudah larut berikan pada anak diare.

Cara Pemberian Obat Zinc menurut Fediani (2011), yaitu

1) Pastikan semua anak yang menderita diare mendapat obat Zinc

selama 10 hari berturut-turut.

2) Larutkan tablet dalam 1 sendok air minum atau ASI (tablet mudah

larut kira-kira 30 detik, segera berikan ke anak).

3) Bila anak muntah sekitar setengah jam setelah pemberian obat

Zinc, ulangi pemberian dengan cara potong lebih kecil dilarutkan

beberapa kali hingga 1 dosis penuh.

4) Bila anak menderita dehidrasi berat dan memerlukan cairan infus,

tetap berikan obat Zinc segera setelah anak bisa minum atau

makan.

c. Teruskan pemberian ASI dan makanan


18

Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan

gizi pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh

serta mencegah berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum

ASI harus lebih sering di beri ASI. Anak yang minum susu formula

juga diberikan lebih sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan atau

lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan makanan padat harus

diberikan makanan yang mudah dicerna dan diberikan sedikit lebih

sedikit dan lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian makanan

ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat

badan.

Hal hal yang perlu di perhatikan dalam pemberian asi dan makanan

menurut Fediani (2011), yaitu :

1) Bagi ibu yang menyusui bayinya, dukung ibu agar tetap menyusui

bahkan meningkatkan pemberian ASI selama diare dan selama

masa penyembuhan (Bayi 0-24 bulan atau lebih).

2) Dukung ibu untuk memberikan ASI ekslusif kepada bayi berupa

0-6 bulan, jika bayinya sudah diberikan makanan lain atau susu

formula berikan konseling kepada ibu agar kembali menyusui

esklusif. Dengan menyusu lebih sering maka produksi ASI akan

meningkat dan diberikan kepada bayi untuk mempercepat

kesembuhan karena ASI memiliki antibodi yang penting untuk

meningkatkan kekebalan tubuh bayi.


19

3) Anak usia 6 bulan keatas, tingkatkan pemberian makan: makanan

pendamping ASI (MP ASI) sesuai umur pada bayi 6-24 bulan dan

sejak balita berusia 1 tahun sudah dapat diberikan makanan

keluarga secara bertahap.

4) Setelah diare berhenti pemberian makanan ekstra diteruskan

selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat anak.

d. Antibiotik selektif

Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena

kecilnya kejadian diare pada balita yang disebabkan oleh bakteri.

Antibiotika hanya bermanfaat pada penderita diare dengan darah

(sebagian besar karena shigellosis), suspek kolera (Kemenkes RI,

2011). Obat-obatan anti diare juga tidak boleh diberikan pada anak

yang menderita diare karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti

muntah tidak dianjurkan kecuali muntah berat. Obat-obatan ini tidak

mencegah dehidrasi ataupun meningkatkan status gizi anak, bahkan

sebagian besar menimbulkan efek samping yang berbahaya dan bisa

berakibat fatal. Obat anti protozoa digunakan bila terbukti diare

disebabkan oleh parasit (amuba, giardia).

e. Nasihat kepada orang tua

ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus diberi

nasehat tentang:

1) Cara memberikan cairan dan obat di rumah


20

2) Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan

bila:

a) Diare lebih sering

b) Muntah berulang

c) Sangat haus

d) Makan/minum sedikit

e) Timbul demam

f) Tinja berdarah

g) Tidak membaik dalam 3 hari.

8. Pencegahan diare

Pada dasarnya ada tiga tingkatan pencegahan penyakit secara

umum yakni: pencegahan tingkat pertama, yang meliputi promosi

kesehatan dan pencegahan khusus, pencegahan tingkat kedua yang

meliputi diagnosis dini serta pengobatan yang tepat, dan pencegahan

tingkat ketiga yang meliputi pencegahan terhadap cacat dan rehabilitasi.

Ada tiga tahap pencegahan diare menurut Duanna (2013), antara lain :

a. Pencegahan primer

Pencegahan penyakit diare dapat ditujukan pada faktor

penyebab lingkungan dan faktor penjamu. Untuk faktor penyebab

dilakukan berbagai upaya agar mikroorganisme penyebab diare

dihilangkan. Peningkatan air bersih dan sanitasi lingkungan, perbaikan


21

lingkungan biologis dilakukan untuk memodifikasi lingkungan. Untuk

meningkatkan daya tahan tubuh dari penjamu maka dapat dilakukan

peningkatan status gizi dan pemberian imunisasi

b. Pencegahan sekunder

Pencegahan tingkat kedua ini ditujukan kepada si anak yang

telah menderita diare atau yang terancam akan menderita yaitu dengan

menentukan diagnosa dini dan pengobatan yang cepat dan tepat, serta

untuk mencegah terjadinya akibat samping dan komplikasi.

c. Pencegahan tersier

Pencegahan tingkat ketiga adalah penderita jangan sampai

mengalami kecatatan dan kematian akibat dehidrasi. Jadi pada tahap

ini penderita diare diusahakan pengambilan fungsi fisik, psikologis

semaksimal mungkin. Pada tingkat ini juga dilakukan usaha

rehabilitasi untuk mencegah terjadinya akibat efek samping dari diare

9. Perawatan diare

a. Perawatan diare di rumah

Menurut Depkes (2010), perawatan diare pada balita di rumah meliputi

meliputi :

1) Beri cairan tambahan untuk balita, jelaskan kepada ibu antara lain :

a) Pada bayi muda, pemberian asi merupakan pemberian cairan

tambahan yang utama. Beri ASI lebih sering dan lebih lama pada

setiap kali pemberian


22

b) Jika memperoleh ASI eksklusif, beri oralit atau air matang

sebagai tambahan

c) Jika anak memperoleh ASI eksklusif, beri 1 atau lebih cairan

antara lain : oralit, cairan makanan (kuah sayur air tajin) atau air

matang.

2) Anak harus diberi oralit di rumah jika anak tidak dapat kembali ke

klinik jika diarenya bertambah parah.

a) Ajari ibu cara mencampur dan memberikan oralit. Beri ibu 6

bungkus oralit (200 ml) untuk digunakan di rumah.

b) Tunjukan kepada ibu berapa banyak cairan termasuk oralit yang

harus diberikan sebagai tambahan bagi kebutuhan cairannya

sehari-hari dengan takaran :

<2 tahun 50-100 ml setiap kali BAB

>2 tahun 100-200 ml setiap kali BAB

c) Beri tablet zinc

Pada anak berumur 2 bulan ke atas, beri tablet zinc selama 10 hari

dengan dosis :

Umur <6 bulan : ½ tablet (10mg) per hari

Umur >6 bulan : 1 tablet (20mg) per hari

d) Lanjutkan pemberian makanan/ASI

b. Perawatan Diare di Rumah Sakit

1) Pengobatan Diare Tanpa Dehidrasi (Terapi Rehidrasi Oral)


23

Penderita diare tanpa dehidrasi harus segera diberi cairan

rumah tangga untuk mencegah dehidrasi, seperti: air tajin, larutan

gula garam, kuah sayur-sayuran dan sebagainya. Pengobatan

dapat dilakukan di rumah oleh keluarga penderita. Jumlah cairan

yang diberikan adalah 10 ml/kgBB atau untuk anak usia > 1 tahun

adalah 50 – 100 ml, 1 – 5 tahun adalah 100 – 200 ml, 5 – 12 tahun

adalah 200 – 300 ml dan dewasa adalah 300 – 400 ml setiap

BAB.

Untuk anak dibawah umur dua tahun cairan harus

diberikan dengan sendok dengan cara satu sendok setiap satu

sampai dua menit. Pemberian dengan botol tidak boleh dilakukan.

Anak yang lebih besar dapat minum langsung dari cangkir atau

gelas dengan tegukan yang sering. Bila terjadi muntah hentikan

dulu selama 10 menit kemudian mulai lagi perlahan-lahan

misalnya satu sendok setiap 2 – 3 menit. Pemberian cairan ini

dilanjutkan sampai dengan diare berhenti. Selain cairan rumah

tangga ASI dan makanan yang biasa dimakan tetap harus

diberikan. Makanan diberikan sedikit-sedikit tetapi sering (lebih

kurang enam kali sehari) serta rendah serat. Buah-buahan

diberikan terutama pisang. Makanan yang merangsang (pedas,

asam, terlalu banyak lemak) jangan diberikan dulu karena dapat

menyebabkan diare bertambah berat. Bila dengan cara

pengobatan ini diare tetap berlangsung atau bertambah hebat dan


24

keadaan anak bertambah berat serta jatuh dalam keadaan

dehidrasi ringan-sedang, obati dengan cara pengobatan dehidrasi

ringan – sedang (Juffrie, 2010).

2) Pengobatan Diare Dehidrasi Ringan-Sedang (Terapi

Rehidrasi Oral)

Penderita diare dengan dehidrasi ringan–sedang harus

dirawat di saranakesehatan dan segera diberikan terapi rehidrasi

oral dengan oralit. Jumlah oralit yang diberikan tiga jam pertama

75 cc/kgBB. Bila berat badannya tidak diketahui, meskipun cara

ini kurang tepat, perkiraan kekurangan cairan dapat ditentukan

dengan menggunakan umur penderita, yaitu : untuk umur < 1

tahun adalah 300 ml, 1 – 5 tahun adalah 600 ml, > 5 tahun adalah

1200 ml dan dewasa adalah 2400 ml. Rentang nilai volume cairan

ini adalah perkiraan, volume yang sesungguhnya diberikan

ditentukan dengan menilai rasa haus penderita dan memantau

tanda-tanda dehidrasi. Bila penderita masih haus dan masih ingin

minum harus diberi lagi. Sebaliknya bila dengan volume diatas

kelopak mata menjadi bengkak, pemberian oralit harus dihentikan

sementara dan diberikan minum air putih atau air tawar. Bila

oedem kelopak mata sudah hilang dapat diberikan lagi. Apabila

oleh karena sesuatu hal pemberian oralit tidak dapat diberikan

secara per-oral, oralit dapat diberikan melalui nasogastrik dengan

volume yang sama dengan kecepatan 20 ml/kgBB/jam. Setelah


25

tiga jam keadaan penderita dievaluasi, apakah membaik, tetap

atau memburuk. Bila keadaan penderita membaik dan dehidrasi

teratasi pengobatan dapat dilanjutkan dirumah dengan

memberikan oralit dan makanan dengan cara seperti pada

pengobatan diare tanpa dehidrasi. Bila memburuk dan penderita

jatuh dalam keadaan dehidrasi berat, penderita tetap dirawat di

sarana kesehatan dan pengobatan yang terbaik adalah pemberian

cairan parenteral

3) Pengobatan Diare Dehidrasi Berat (Terapi Rehidrasi

Parenteral)

Penderita diare dehidrasi berat harus dirawat di puskesmas

atau Rumah Sakit. Pengobatan yang terbaik adalah dengan terapi

rehidrasi parenteral.Pasien yang masih dapat minum meskipun

hanya sedikit harus diberi oralit sampai cairan infus terpasang.

Disamping itu, semua anak harus diberi oralit selama pemberian

cairan intravena (± 5 ml/kgBB/jam), apabila dapat minum dengan

baik, biasanya dalam 3 – 4 jam (untuk bayi) atau 1 – 2 jam (untuk

anakyang lebih besar). Pemberian tersebut dilakukan untuk

memberi tambahan basa dan kalium yang mungkin tidak dapat

disuplai dengan cukup dengan pemberian cairan intravena. Untuk

rehidrasi parenteral digunakan cairan Ringer Laktat dengan dosis

100 ml/kgBB. Cara pemberiannya untuk < 1 tahun satu jam

pertama 30 cc/kgBB, dilanjutkan lima jam berikutnya 70


26

cc/kgBB. Diatas satu tahun ½ jam pertama 30 cc/kgBB

dilanjutkan dua setengah jam berikutnya 70 cc/kgBB. Lakukan

evaluasi tiap jam. Bila hidrasi tidak membaik, tetesan I.V. dapat

dipercepat. Setelah enam jam pada bayi atau tiga jam pada anak

lebih besar, lakukan evaluasi, pilih pengobatan selanjutnya yang

sesuai yaitu : pengobatan diare dengan dehidrasi ringan sedang

atau pengobatan diare tanpa dehidrasi.

4) Pemberian Antibiotik

Pemberian antibiotik pada penyakit diare diindikasikan pada

pasien dengan gejala dan tanda diare infeksi seperti demam, feses

berdarah, leukosit pada feses, dimaksudkan untuk mengurangi

ekskresi dan kontaminasi lingkungan dan untuk penyelamatan

jiwa pada diare infeksi (Wijaya, 2010). Pemberian antibiotik

untuk diare secara empiris menurut NEJM (Acute Infectious

Diarrhea)

5)
27

Tabel 1. Terapi Antibiotika untuk Diare berdasarkan NEJM (Acute


InfectiousDiarrhea)
6)
Organisme Terapi

Shigella Fluoroquinolones (digunakan 1-3 hari, yaitu ciprofloxacin, 500mg


2xsehari oral; norfloxacin, 400mg 2xsehari oral; atau levofloxacin,
500mg 1xsehari oral); jika resisten, trimethoprim-sulfamethoxazole,
160mg dan 800 mg, masing-masing, 2xsehari selama 3 hari.
Spesies Nontyphi Tidak direkomendasikan untuk gejala ringan atau moderat, tetapi bila
dari Salmonella parah atau pasien >50 thn atau dengan penyakit prostheses, valvular
heart disease, atherosclerosis parah, kanker, atau uremia, digunakan
trimethoprim-sulfamethoxazole (jika resisten) atau fluoroquinolone
seperti di atas selama 5-7hari atau ceftriaxone, 100 mg/kg/hari 1 atau
2xsehari.
E.coli Fluoroquinolones (digunakan 1-3 hari, yaitu ciprofloxacin, 500mg
(enterotoxigenic, 2xsehari oral; norfloxacin, 400mg 2xsehari oral; atau levofloxacin,
enteropathogenic, 500mg 1xsehari oral); jika resisten, trimethoprim-sulfamethoxazole,
atau enteroinvasive) 160mg dan 800 mg, masing-masing, 2xsehari selama 1-3 hari.
E.coli Shiga toxin- Agen antimotilitas dan antibiotika sebaiknya dihindari. Hanya boleh
Producing diberikan trimethoprim-sulfamethoxazole dan fluoroquinolones.
(O157:H7)
Yersinia Antibiotika tidak selalu diperlukan. Untuk infeksi parah diberikan
doxycycline dan aminoglycoside (kombinasi), trimethoprim-
sulfamethoxazole atau fluoroquinolones.
Vibrio choleraeO1 Diberikan dosis tunggal doxycycline, 300mg; tetracycline, 500mg
atau O139 4xsehari selama 3 hari, atau dosis tunggal fluoroquinolones*
Toxigenic C.difficile Diberikan metronidazole, 250mg 4xsehari atau 500mg 3xsehari
selama 10 hari.
Giardia Diberikan metronidazole, 250-750mg 3xsehari selama 7-10hari
Isospora Diberikan trimethoprim-sulfametoxazole, 160mg dan 800mg,
masing-masing 2xsehari selama 7-10 hari
Cyclospora Diberikan trimethoprim-sulfametoxazole, 160mg dan 800mg,
masing-masing 2xsehari selama 7-10 hari
E.histolytica Diberikan metronidazole, 750mg 3xsehari selama 5-10 hari ditambah
salah satu treatment ini: iodoqinol, 650mg 3xsehari selama 20 hari
atau paromomycin, 500mg 3xsehari selama 7hari.
28

5) Obat anti diare

Obat – obat yang berkhasiat menghentikan diare secara cepat

seperti anti spasmodik/spasmolitik atau opium (papaverin,

ekstrak belladon) justru akan memperburuk kadaan karena akan

menyebabkan terkumpulnya cairan di lumen usus dan akan

menyebabkan terjadinya perlipatgandaan bakteri, gangguan

digesti dan absorpsi. Obat – obat ini hanya berkhasiat untuk

menghentikan peristaltik saja, tetapi justru akibatnya sangat

berbahaya karena diarenya terlihat sudah tidak ada tetapi perut

bertambah kembung dan dehidrasi menjadi bertambah parah yang

akhirnya dapat berakibat fatal bagi penderita (Wijaya, 2010).

10. Komplikasi diare

Penderita diare dapat sembuh tanpa mengalami komplikasi,

namun sebagian kecil mengalami komplikasi dari dehidrasi,

ketidakseimbangan elektrolit atau pengobatan yang diberikan. Menurut

Santoso (2011) Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi antara lain :

a. Gangguan Keseimbangan Elektrolit

Gangguan keseimbangan elektrolit dapat terjadi karena

elektrolit ikut keluar dalam tinja cair saat diare terjadi. Gangguan

keseimbangan elektrolit akibat diare ada tiga yang sering terjadi

yaitu hipo/hipernatremia dan hipokalemia.


29

Hiponatremia dapat terjadi pada anak yang diare yang hanya

minum air putih atau cairan yang hanya mengandung sedikit garam.

Hiponatremia sering terjadi pada anak dengan shigellosis dan anak

malnutrisi berat dengan oedema. Kejadian hiponatremia ditemukan

sebanyak 44,8% pada diare akut dengan dehidrasi berat.

Hipernatremia biasanya terjadi pada diare yang disertai

muntah dengan intake cairan/makanan yang kurang, atau cairan

yang diminum terlalu banyak mengandung natrium. Ditemukan

10,3% anak yang menderita diare akut dengan dehidrasi berat

mengalami hipernatremia.

Penggantian Kalium selama rehidrasi yang tidak cukup,

akan menyebabkan terjadinya hipokalemia yang ditandai dengan

kelemahan otot, ileus paralitik, gangguan fungsi ginjal dan aritmia

jantung. Hipokalemia ditemukan pada sebanyak 62% anak yang

menderita diare akut dengan dehidrasi berat.

b. Demam

Infeksi shigella disentriae dan rotavirus sering menyebabkan

demam. Pada umumnya demam timbul bila penyebab diare masuk

dalam sel epitel usus. Demam juga dapat terjadi karena dehidrasi.

Demam yang timbul karena dehidrasi biasanya tidak tinggi dan

akan turun setelah mendapat hidrasi yang cukup. Demam dan

muntah ditemukan sebanyak 41,3% pada anak dengan diare akut

yang disebabkan oleh rotavirus.


30

c. Oedema atau Overhidrasi

Oedema (penumpukan cairan) dapat terjadi jika pemberian

hidrasi tidak diamati sehingga cairan yang diberikan lebih dari yang

seharusnya.

d. Asidosis Metabolik

Asidosis metabolik ditandai dengan bertambahnya asam

atau hilangnya basa cairan ekstraseluler. Sebagai kompensasi,

terjadi alkalosis respiratorik, yang ditandai dengan pernapasan

kusmaul. Sinuhaji (2007) menemukan 6,6%-7% bayi/anak yang

dirawat dengan diare akut mengalami asidosis metabolik.

Komplikasi diare akut dengan dehidrasi berat yang ditemukan

terbanyak adalah asidosis metabolik sebesar 75,9%.

e. Ileus Paralitik

Ileus paralitik dapat terjadi akibat penggunaan obat

antimotalitas. Ileus paralitik ditandai dengan perut kembung,

muntah, dan peristaltik usus berkurang atau tidak ada.

f. Kejang

Kejang dapat terjadi pada anak yang mengalami diare

dengan dehidrasi atau selama pengobatan rehidrasi. Kejang tersebut

dapat disebabkan oleh hipoglikemia, kebanyakan terjadi pada anak

dengan malnutrisi berat, hiperpireksia, hipernatremia atau

hiponatremia.
31

g. Gagal Ginjal Akut

Dapat terjadi pada penderita dehidrasi berat dan syok. Bila

pengeluaran kencing belum terjadi dalam waktu 12 jam setelah

hidrasi cukup, maka dapat didiagnosis gagal ginjal akut.

Hambatan-hambatan dalam menangani penyakit diare

antara lain yaitu kurangnya pengetahuan ibu dalam

menginterpretasikan informasi yang disampaikan petugas

kesehatan, antusias ibu dalam mengikuti pendidikan kesehatan

tentang penyakit diare dan kurangnya dukungan informasi yang

diperoleh ibu tentang cara penanganan penyakit diare pada balita

(Arif, 2015).

Dukungan informasi selama perawatan balita dengan diare

dengan memberikan pendidikan kepada ibu balita seperti :

memberikan pengertian tentang diare dan tanda yang muncul pada

diare, memberikan pengertian tentang tatalaksana perawatan diare

dalam hal pemberian cairan rehidrasi, pemberian makanan dan

rujukan yang harus segera dilakukan keluarga, pencegahan diare

yaitu dengan upaya mencegah penyebaran kuman pathogen yang

dapat disebarkan melalui jalan orofekal seperti air, makanan dan

tangan.

B. Pengetahuan

1. Definisi
32

Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep,

dan pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan segala isinya,

termasuk manusia dan kehidupanya di dunia (Wati, 2016).

Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan

terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan

seseorang (Yuliana,2017).

Pengetahuan pengunaan pikiran dan penalaran logika serta bahasa

dalam hal ini pikiran mengajukan pertanyaan yang relevan dengan

persoalan sedangkan penalaran merupakan proses bagaimana pikiran

menarik kesimpulan dari hal-hal yang sebelumnya diketahui. Peran

logika adalah menjadi seperangkat azaz yang mengarah supaya berfikir

benar (Maula, 2016)

2. Proses Pengetahuan

Berdasarkan penelitian Maula (2016), terbukti bahwa perilaku

yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku

yang tidak di dasari oleh pengetahuan. Selain itu mereka juga

mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru

(berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi proses yang

berurutan, yakni:
33

a. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.oleh karena itu remaja

harus sadar bahwa dirinya mengalami menstruasi dan ia perlu tahu apa

saja yang harus dilakukan ketika ia sedang menstruasi serta tentang

personal hygiene kesehatan reproduksi.

b. Interest, yakni orang mulai tertarik pada stimulus. Dengan adanya

stimulus yaitu menstruasi remaja akan lebih terpacu untuk mencari

tahu lebih banyak tentang menstruasi serta personal hygiene kesehatan

reproduksinya.

c. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut

bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

d. Trial, orang mulai mencoba perilaku baru. Remaja cenderung tertarik

untuk mencoba hal-hal yang baru, misalnya mencoba berbagai macam

jenis pembalut

e. Adoption, objek sudah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus. Dengan adanya kesadaran

dari dalam diri remaja ditambah dengan pengetahuan yang didapat

maka remaja menjadi tahu dan mampu dalam menghadapi menstruasi

serta lebih tahu tentang personal hygiene kesehatan reproduksinya.

3. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai

enam tingkatan nenurut Yuliana (2017), yaitu :


34

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tahu ini

merupakan tingkat yang paling rendah.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterprestasikan materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).

Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan

hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks

atau situasi yang lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisis diartikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu objek dalam komonen-komponen tetapi masih dalam

suatu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintetis (Synthesis)
35

Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meletakan atau

memnghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan penelitian

terhadap suatu materi atau objek yang berdasarkan cerita yang

ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang ada.

4. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Budiman & Riyanto (2013), faktor yang mempengaruhi

pengetahuan meliputi :

a. Pendidikan

Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan perilaku

seseorang atau kelompok dan merupakan usaha mendewasakan

manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (Budiman &

Riyanto, 2013). Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin

capat menerima dan memahami suatu informasi sehingga pengetahuan

yang dimiliki juga semakin tinggi (Sriningsih, 2011).

b. Informasi atau media massa

Informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan,

menyiapkan, menyimpan, memanipulasi, mengumumkan,

menganalisis dan menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu.

c. Sosial, budaya dan ekonomi


36

Tradisi atau budaya seseorang yang dilakukan tanpa penalaran

apakah yang dilakukan baik atau buruk akan menambah

pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi juga akan

menentukan tersedianya fasilitas yang dibutuhkan untuk kegiatan

tertentu sehingga status ekonomi akan mempengaruhi pengetahuan

seseorang. Seseorang yang mempunyai sosial budaya yang baik maka

pengetahuannya akan baik tapi jika sosial budayanya kurang baik

maka pengetahuannya akan kurang baik. Status ekonomi seseorang

mempengaruhi tingkat pengetahuan karena seseorang yang memiliki

status ekonomi dibawah rata-rata maka seseorang tersebut akan sulit

untuk memenuhi fasilitas yang diperlukan untuk meningkatkan

pengetahuan

d. Lingkungan

Lingkungan mempengaruhi proses masuknya pengetahuan

kedalam individu karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak

yang akan direspons sebagai pengetahuan oleh individu. Lingkungan

yang baik akan pengetahuan yang didapatkan akan baik tapi jika

lingkungan kurang baik maka pengetahuan yang didapat juga akan

kurang baik.

e. Pengalaman

Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman orang lain

maupun diri sendiri sehingga pengalaman yang sudah diperoleh dapat

meningkatkan pengetahuan seseorang. Pengalaman seseorang tentang


37

suatu permasalahan akan membuat orang tersebut mengetahui

bagaimana cara menyelesaikan permasalahan dari pengalaman

sebelumnya yang telah dialami sehingga pengalaman yang didapat

bisa dijadikan sebagai pengetahuan apabila medapatkan masalah yang

sama.

f. Usia

Semakin bertambahnya usia maka akan semakin berkembang

pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang

diperoleh juga akan semakin membaik dan bertambah.

C. Balita

Balita merupakan individu yang berumur 0-5 tahun, dengan tingkat

plastisitas otak yang masih sangat tinggi sehingga akan lebih terbuka untuk

proses pembelajaran dan pengayaan. Balita merupakan anak yang usianya 

berumur antara satu hingga lima tahun. Saat usia balita kebutuhan akan

aktivitas hariannya masih tergantung penuh terhadap orang lain mulai dari

makan, buang air besar maupun air kecil dan kebersihan diri. Masa balita

merupakan masa yang sangat penting bagi proses kehidupan manusia. Pada

masa ini akan berpengaruh besar terhadap keberhasilan anak dalam proses

tumbuh kembang selanjutnya. (Muslihatan, 2010)

1. Karakteristik & Tumbuh Kembang


38

Anak usia 1 sampai 3 tahun akan mengalami pertumbuhan fisik

yang relatif melambat, namun perkembangan motoriknya akan

meningkat cepat (Hatfield, 2008). Anak mulai mengeksplorasi

lingkungan secara intensif seperti anak akan mulai mencoba mencari

tahu bagaimana suatu hal dapat bekerja atau terjadi, mengenal arti kata

“tidak”, peningkatan pada amarahnya, sikap yang negatif dan keras

kepala (Hockenberry, 2016).

Pertumbuhan dan perkembangan seorang anak memiliki

karakteristik yang berbeda-beda di setiap tahapannya. Karakteristik

perkembangan pada balita secara umum dibagi menjadi 4 yaitu

negativism, ritualism, temper tantrum, dan egocentric. Negativism

adalah anak cenderung memberikan respon yang negatif dengan

mengatakan kata “tidak”. Ritualism adalah anak akan membuat tugas

yang sederhana untuk melindungi diri dan meningkatkan rasa aman.

Balita akan melakukan hal secara leluasa jika ada seseorang seperti

anggota keluarga berada disampingnya karena mereka merasa aman ada

yang melindungi ketika terdapat ancaman. Karakteristik selanjutnya

adalah Temper tantrum. Tempertantrum adalah sikap dimana anak

memiliki emosi yang cepat sekaliberubah. Anak akan menjadi cepat

marah jika dia tidak dapat melakukan sesuatu yang tidak bisa dia

lakukan. Erikson tahun 1963 menyatakan egocentric merupakan fase di

perkembangan psikososial anak. Ego anak akan menjadi bertambah

pada masa balita. Berkembangnya ego ini akan membuat anak menjadi
39

lebih percaya diri, dapat membedakan dirinya dengan orang lain, mulai

mengembangkan kemauan dan mencapai dengan cara yang tersendiri

serta anak juga menyadari kegagalan dalam mencapai sesuatu

(Hockenberry, 2016).

Perkembangan selanjutnya pada anak usia 3 tahun adalah anak

mulai bisa menggunakan sepeda beroda tiga, berdiri dengan satu kaki

dalam beberapa detik, melompat luas, dapat membangun atau

menyusun menara dengan menggunakan 9 sampai 10 kubus,

melepaskan pakaian dan mengenakan baju sendiri. Usia 4 tahun, anak

dapat melompat dengan satu kaki, dapat menyalin gambar persegi,

mengetahui lagu yang mudah, eksplorasi seksual dan rasa ingin tahu

yang ditunjukkan dengan bermain seperti menjadi dokter atau perawat.

Anak usia 5 tahun dapat melempar dan menangkap bola dengan baik,

menyebutkan empat atau lebih warna, bicara mudah dimengerti, dan

sebagainya (Hockenberry, 2016).

2. Perkembangan Balita

Perkembangan merupakan kondisi yang ditandai dengan

bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam

masa perkembangan balita terdapat periode kritis. Periode kritis

merupakan kondisi dimana lingkungan memiliki dampak paling besar

terhadap perkembangan individu.


40

Menurut Muslihatan (2010), perkembangan balita dibagi menjadi

empat aspek yaitu perkembangan psikologis, perkembangan

psikoseksual, perkembangan sosial dan perkembangan kognitif

Berbicara tentang perkembangan balita banyak kita temui teori yang

membahas tentang tumbuh kembang balita.

Berikut merupakan beberapa teori tentang perkembangan balita

menurut  Hanneman (2014), yaitu :

a. Perkembangan psikososial

Perkembangan psikososial pada bayi adalah pada saat masa

percaya dan tidak percaya. Kualitas hubungan antara orang tua dan

balita akan sangat berpengaruh dalam tahap ini. Teori ini

berpendapat masa autonomi atau kebebasan mulai muncul pada

usia older dan pada usai  ini anak akan mulai menjalin hubungan

sosial dengan lingkungan dan moral.

b. Perkembangan kognitif

Perkembangan periode sensorimotor merupakan

perkembangan tahap pertama dari perkembangan kognitif. Periode

sensorimotor akan berlangsung sampai dengan tahun ke dua

kelahiran dan setelah itu akan beralih pada tahap pemikiran

propesional. Tahap ini ditandai dengan penggunaan simbol untuk

menunjuk benda, tempat atau orang dan pada tahap ini anak juga

belajar meniru kegiatan yang dilakukan orang lain.


41

c. Perkembangan bahasa

Perkembangan bahasa akan sangat diperoleh dalam sekali

waktu namun perkembangan bahasa terjadi secara bertahap.

Dalam perkembangan bahasa dibutuhkan kelengkapan struktur

dan fungsi dari indra pendengaran, pernafasan dan kognitif yang

dibutuhkan untuk berkomunikasi. Perkembangan bahasa antara

individu sangat bervariasi yang dipengaruhi oleh kemampuan saraf

dan perkembangan kognitif masing-masing individu.

d. Perkembangan sensori motor

Perkembangan sensori motor sangat erat kaitannya

dengan dunia bermain anak. Pada saat bermain anak akan

menggunakan kemampuan otot dan persarafannya. Dengan

semakin berkembangnnya kemampuan sensori motor, individu

akan mulai mengeksplor lingkungan sekitarnya.

e. Perkembangan motorik kasar

Dalam perkembangan gerak motorik kasar dapat

dievaluasi dari empat posisi yaitu ventral suspension, prone,

sitting, dan standing. Posisi suspension merupakan posisi balita

tengkurap dan berusaha mengangkat pantat.

f. Perkembangan motorik halus

Gerak yang melibatkan gerakan bagian tubuh yang

melibatkan otot-otot kecil. Gerak motorik halus dimulai dengan

kemampuan balita untuk menghisap ibu jari. Pada usia tiga bulan
42

balita mulai menjangka benda-benda yang berada didekatnya.

Kemampuan tersebut terus berkembang sampai pada usia 12 bulan

balita dapat menggambar garis simetris.

3. Proses Tumbuh Kembang

Menurut Evelin & Djamaludin (2010), dalam proses tumbuh

kembang, anak memiliki kebutuhan yang harus terpenuhi, kebutuhan

tersebut yakni ; a. Kebutuhan akan gizi (asuh); b. Kebutuhan emosi dan

kasih sayang (asih); dan c. Kebutuhan stimulasi dini (asah) (Evelin &

Djamaludin, 2010).

D. Teori Model Health Promotion Model 

1. Konsep Teori Model Health Promotion Model  Pender

Model Promosi Kesehatan adalah suatu cara untuk

menggambarkan interaksi manusia dengan lingkungan fisik dan

interpersonalnya dalam berbagai dimensi. HPM lahir dari penelitian

tentang 7 faktor persepsi kognitif dan 5 faktor modifikasi tingkah laku

yang mempengaruhi dan meramalkan tentang perilaku kesehatan.

Perubahan paradigma ini menempatkan perawat pada posisi kunci dalam

peran dan fungsinya. Hampir semua pelayanan promosi kesehatan

danpencegahan penyakit baik di rumah sakit maupun tatanan pelayanan

kesehatan lain yang dilakukan oleh perawat . Perubahan peradigma

pelayanan kesehatan dari kuratif kearah promotif dan peventif ini telah


43

direspon oleh ahli teori keperawatan Pender dengan menghasilkan karya

tentang Health Promotion Model atau model promosi kesehatan. Model

ini menggabungkan 2 teori yaitu teori nilai harapan (expectancy value)

dan teori kognitif social (social cognitive theory) yang  konsisten dengan

semua teori yang memandang pentingnya promosi kesehatan dan

pencegahan penyakit adalah suatu yang hal logis dan ekonomis

(Rosmaharani, 2017).

2. Komponen Teori Model Promosi Kesehatan

Adapun komponen elemen dari teori ini adalah sebagai berikut:

a. Teori Nilai Harapan (Expectancy value Theory)

Menurut teori nilai harapan, perilaku sehat bersifat rasional dan

ekonomis. Seseorang akan mulai bertindak dari perilakunya yang

akan tetap digunakan dalam dirinya, ada 2 hal pokok yaitu:

1) Hasil tindakan bersifat positif

2) Pengambilan tidakan untuk menyempurnakan hasil yang

diinginkan

b. Teori Kognitif Sosial (Social Cognitive Theory)

Teori model interaksi yang meliputi Iingkungan, manusia dan

perilaku yang saling mempengaruhi. Teori ini menekankan pada:

1) Pengarahan diri (self direction)

2) Pengaturan diri (self regulation)

3) Persepsi terhadap kemajuan diri (self efficacy)


44

Teori ini mengemukakan bahwa manusia memiliki kemampuan

dasar:

a) Simbolisasi yaitu proses dan transformasi pengalamansebagai

petunjuk untuk tindakan yang akan datang.

b) Pikiran ke depan, mengantisipasi kejadian yang akan muncul

dan merencanakan tindakan untuk mencapai tujuan yang

bermutu

c) Belajar dari pengalaman orang lain. Menetapkan peraturan

untuk generasi dan mengatur perilaku melalui observasi tanpa

perlu melakukan trial and error 

d) Pengaturan diri menggunakan standar internal dan reaksi

evaluasi diri untuk memotivasi dan mengatur perilaku,

mengatur lingkungan eksternal untuk menciptakan motivasi

dalam bertindak.

e) Refleksi diri, berfikir tentang proses pikir seseorang dan secara

aktif memodifikasinya

Menurut teori ini kepercayaan diri dibentuk melalui observasi

dan refleksi diri. Kepercayaan diri terdiri dari:

1) Pengenalan diri (self atribut)

2) Evaluasi diri ( self evaluation)

3) Kemajuan diri (self efficacy)

Kemajuan diri adalah kemampuan seseorang untuk

melakukan tindakan-tindakan tertentu yang berkembang


45

melalui pengalaman, belajar dari pengalaman yang lain,

persuasi verbal dan respons badaniah terhadap situasi

tertentu.Kemajuan diri merupakan fungsi dari kemampuan

(capability) yang berlebihan yang membentuk kompetensi

dan kepercayaan diri.

E. Kerangka Teori

Faktor - faktor penyebab diare


Faktor infeksi
Faktor makanan
Faktor malabsorsi
Faktor psikologis

Perawatan di fasilitas
kesehatan Perawatan dirumah
Terapi cairan 1. memberikan asi ekslusif
Pemberian antibiotik Diare pada balita
2. memberikan oralit
Obat anti diare 3. Memberikan tablet zink

Status kesehatan

Faktor – faktor yang


Pencegahan mempengaruhi pengetahuan
Premier Pendidikan
Sekunder Informasi / media massa
Tersier Sosial, budaya dan ekonomi
Lingkungan
Pengalaman
Usia

Gambar 2.1
46

Pengetahun ibu dalam merawat balita dengan diare di wilayah kerja

Puskesmas Selindung kota Pangkalpinang Tahun 2018

Anda mungkin juga menyukai