THESIS
Submitted in partial fulfillment of the requirement to obtain a Nurse Practitioner
Degree at the Professional Nurse Program Faculty of Health Science
Universitas Nasional
Jakarta
by:
DESI DASRIL
194291517024
UNIVERSITAS NASIONAL
FACULTY OF HEALTH SCIENCE
PROFESSIONAL NURSE PROGRAM
JAKARTA
2020
ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN MELALUI
INTERVENSI KOMPRES HANGAT PADA KLIEN
HYPERTERMI DENGAN DIAGNOSA MEDIS DENGUE
HAEMORAGIC FEVER ( DHF ) DI RUANG ANAK RSUD
BUDHI ASI JAKARTA JAKARTA TIMUR
Oleh :
DESI DASRIL
194291517024
UNIVERSITAS NASIONAL
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
JAKARTA
2020
ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN MELALUI
INTERVENSI KOMPRES HANGAT PADA KLIEN
HYPERTERMI DENGAN DIAGNOSA MEDIS DENGUE
HAEMORAGIC FEVER ( DHF ) DI RUANG ANAK RSUD
BUDHI ASI JAKARTA JAKARTA TIMUR
Oleh :
DESI DASRIL
194291517024
UNIVERSITAS NASIONAL
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
JAKARTA
2020
KARYA ILMIAH AKHIR NERS
Oleh:
DESI DASRIL
194291517024
DEWAN PENGUJI
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Jakarta Timur
NPM : 194291517024
Mengetahui,
Dekan FIKes, Pembimbing,
Jakarta Timur
Menyetujui,
NIM : 194291517024
Jakarta Timur
Menyatakan bahwa Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN) ini adalah benar hasil karya
saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya
nyatakan dengan benar.
DESI DASRIL
KATA PENGANTAR
seluruh umat,Tuhan seluruh alam dan Tuhan segala hal yang telah
Budhi Asih Jakarta Timur. Penyusunan Karya Tulis Akhir Ners (KIAN) ini
salah satu prasyarat mata kuliah wajib untuk memperoleh gelar pada
Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN), dimasa akhir studinya sebagai syarat dan
Ners.
ini.
Desi Dasril
ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN MELALUI
INTERVENSI KOMPRES HANGAT PADA KLIEN
HYPERTERMI DENGAN DIAGNOSA MEDIS DENGUE
HAEMORAGIC FEVER ( DHF ) DI RUANG ANAK RSUD
BUDHI ASIH JAKARTA TIMUR
Abstrak
Manifestasi klinis yang khas pada pasien DHF adalah demam tinggi mendadak dan
terus menerus selama 2-7 hari. Salah satu metode menurunkan suhu tubuh yang
mengalami demam adalah dengan cara kompres air hangat. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui Analisis asuhan keperawatan melalui intervensi kompres hangat
pada klien hypertermi dengan Diagnosa Medis Dengue Haemoragic Fever (DHF) di
Ruang Anak RSUD Budhi Asih Jakarta Timur. Jenis penelitian ini bersifat metode
deskriktif dan metode study kepustakaan, dimana permasalahan ditangani dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan. Masalah keperawatan yang muncul
dengan diagnosis medis DHF adalah hipertermia berhubungan dengan proses
penyakit, defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolisme,
dan resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan perdarahan. Fokus
utama penanganan masalah keperawatan adalah kompres air hangat dalam penurunan
suhu tubuh. Setelah dilakukan perawatan selama 5 hari, dapat disimpulkan bahwa
kompres air hangat terbukti dalam penurunan suhu tubuh pada klien hypertermi dengan
Diagnosa Medis Dengue Hemoragic Fever (DHF) di Ruang Anak RSUD Budhi Asih
Jakarta Timur. Saran: peran orang tua sangat membantu dalam melakukan tindakan
kompres air hangat dan menenangkan pasien.
ABSTRACT
Typical clinical manifestations in DHF patients are sudden and continuous high
fever for 2-7 days. One method of lowering the body temperature that has a fever is by
compressing warm water. The purpose of this study was to determine the effectiveness of
warm water compresses in decreasing body temperature in An. Z with a Medical
Diagnosis of Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) in the Children's Room of Budhi Asih
Hospital, East Jakarta. This type of research is descriptive method and literature study
method, where the problem is handled using the nursing process approach. After 5 days
of treatment, it can be concluded that warm compresses have proven to be effective in
reducing body temperature in An. Z with a Medical Diagnosis of Dengue Hemorrhagic
Fever (DHF) in the Children's Room of Budhi Asih Hospital, East Jakarta. Suggestion:
the role of parents is very helpful in doing warm compresses and soothing the patient.
Key words: warm water compress, DHF insurance
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………..
HALAMAN PERNYATAAN…………………………………………..
KATA PENGANTAR…………………………………………………..
ABSTRAK………………………………………………………………
DAFTAR ISI………………………………………………………….…
DAFTAR TABEL………………………………………………………
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………...
1.2 Perumusan Masalah…………………………………………..
1.3 Tujuan Penelitian……………………………………………...
1.4 Ruang Lingkup………………………………………………..
1.5 Manfaat Penelitian…………………………………………….
1.6 Metode Penulisan……………………………………………..
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Analisa Masalah Keperawatan………………………………
4.2 Analisa Intervensi dalam Mengatasi Masalah Keperawatan..
4.3 Alternatif Pemecahan Masalah……………………………...
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Data Kasus DHF di RSUD Budhi Asih 2019 ……………………. 4
Tabel 2.1 Klasifikasi Derajat Penyakit DHF………………………………… 16
Tabel 2.2 Gambaran Hasil Uji Torniquet……………………………………... 22
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Halaman
PENDAHULUAN
wabah DHF, namun sekarang DHF menjadi penyakit endemik pada lebih
Asia Tenggara dan Pasifik Barat memiliki angka tertinggi terjadinya kasus
DHF. Jumlah kasus di Amerika, Asia Tenggara dan Pasifik Barat telah
melewati 1,2 juta kasus ditahun 2008 dan lebih dari 2,3 juta kasus di 2010.
Pada tahun 2013 dilaporkan terdapat sebanyak 2,35 juta kasus di Amerika,
Kesehatan Dunia (WHO) yakni dari 980 kasus di hampir 100 negara tahun
1954-1959 menjadi 1.016.612 kasus di hampir 60 negara tahun 2000-2009
(WHO, 2014).
Demam Berdarah Dengue (DBD), per 9 Juli 2020 jumlah kasus DBD
salah satu Negara yang endemik demam berdarah dengue karena jumlah
luas (Sungkar dkk, 2010). DHF banyak ditemukan di daerah tropis dan
Angka kematian akibat DHF tertinggi berada di NTT yaitu 48 jiwa, Jawa
Barat 30 jiwa, Jawa Timur 24 jiwa, Jawa Tengah 16 jiwa, dan Lampung
terjadi di Jawa Barat dengan total 5.894 kasus diikuti oleh NTT 4.493
kasus, Lampung 3.682 kasus, Jawa Timur 3.045 kasus, dan Bali 2.173
kasus. Total kasus DHF di seluruh Indonesia sejak Januari hingga 4 April
2020 yakni sebanyak 39.876 kasus. Jawa Barat dan NTT termasuk dalam
wilayah zona merah DHF, sementara Lampung, Jawa Timur, dan Bali
Penyebaran DHF yang tinggi karena pengaruh faktor cuaca dan iklim
betina yaitu bejana yang berisi air jernih (bak mandi, kaleng bekas dan
RI, 2015). Menurut Sandra, et al. (2019) bahwa penyebaran faktor yang
berpengaruh terhadap penyebaran DBD adalah pendidikan ibu, kebiasaan
Manifestasi klinis yang khas pada pasien DHF adalah demam tinggi
mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari (tanpa sebab jelas)
untuk melawan infeksi yang masuk, demam terjadi pada suhu > 37,5 ℃
klinis yang khas pada pasien DHF adalah demam tinggi mendadak dan
terus menerus selama 2-7 hari (tanpa sebab jelas) (Ngastiyah, 2012).
infeksi yang masuk, demam terjadi pada suhu > 37,5 ℃ (Soedarto, 2012).
adalah dengan cara kompres air hangat. Penelitian Sorena, E., et al. (2018)
tubuh pada anak demam yang dilakukan kompres air hangat dengan rata-
Menurut data Rekan Medik RSUD Budhi Asih (2019), kasus DHF di RSUD
Budhi Asih pada tahun 2019 masih termasuk tinggi seperti pada tabel 1.1
dibawah ini. Masih tingginya angka kejadian DHF di wilayah RSUD Budhi
Asih, hal ini membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang
(WHO) yakni dari 980 kasus di hampir 100 negara tahun 1954-1959
2014).
DHF antara lain: banyaknya genangan air bersih yang menjadi sarang
daerah. Teori ini, sejalan dengan kejadian DHF di wilayah RSUD Budhi
Jakarta Timur.
berdarah dengue.
1.3.2.6 Analisis Asuhan Keperawatan Melalui Intervensi Kompres
Agustus 2020.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4 tipe virus dengue yang berbeda tipe yang telah diisolasi dari
bening, hati dan limfa. Reaksi yang berbeda nampak bila seseorang
terjadinya renjatan.
Viremia
Demam Nyeri otot, tulang, dan sendi Stimulasi RES Permeabilitas Vaskuler meningkat
Syok Hipovolemi
Defisit Nutrisi
Penumpukan cairan Trombositopeni
ekstra vaskuler dan Hematokrit meningkat
rongga serosa Viskositas darah
meningkat
Pleura Fungsi trombosit
menurun
Efusi Aliran darah Faktor koagulasi
menurun
lambat
Hematokrit menurun
Dispnea
Suplai O2
kejaringan Resiko tinggi
Polanafas menurun perdarahan
tidak efektif
Gangguan
perfusi jaringan
Gambar 2.1
Path Way Penyakit DHF
Sumber: Ambarwati dan Nasution (2012)
2.1.4 Manifestasi Klinis DHF/DBD
mendadak yang dapat mencapai 40°C atau lebih dan kadang disertai dengan
kejang demam, sakit kepala, anoreksia, muntahmuntah, nyeri perut kanan atas,
atau seluruh bagian perut, dan perdarahan, terutama perdarahan kulit walaupun
hanya berupa uji tourniquet positif. Selain itu, perdarahan kulit dapat berwujud
memar atau dapat juga berupa perdarahan spontan mulai dari ptekie (muncul
pada hari pertama demam dan berlangsung selama 3-6 hari) pada ekstremitas,
tubuh dan muka sampai epistaksis dan perdarahan gusi. Sementara perdarahan
gastrointestinal masif lebih jarang dan biasanya hanya terjadi pada kasus dengan
syok yang berkepanjangan atau setelah syok yang tidak dapat teratasi. Perdarahan
konvalesen sering kali ditemukan eritema pada telapak tangan dan kaki dan
penyakit dan pembesaran hati ini tidak sejajar dengan beratnya penyakit. Nyeri
tekan sering kali ditemukan tanpa ikterus maupun kegagalan peredaran darah
Masa tunas 3-15 hari tetapi rata-rata 5-8 hari. Gejala klinis timbul secara
mendadak berupa suhu tinggi, nyeri pada otot seluruh tubuh, nyeri di belakang
kepala hebat, suara serak, batuk epistaksis serta disuria. Penyakit biasanya akan
sembuh sendiri dalam 5 hari dengan penurunan suhu secara lisis. Maka penyakit
ini juga disebut demam 5 hari (vyfdangse korts). Demam berdarah dengue
ditandai oleh demam mendadak tanpa sebab yang jelas disertai gejala lain seperti
lemah, nafsu makan berkurang, muntah, nyeri pada anggota badan, punggung,
sendi, kepala dan perut. Gejala-gejala tersebut menyerupai influenza biasa. Pada
hari ke-2 atau ke-3 demam muncul bentuk perdarahan yang beraneka ragam
dimulai dari yang paling ringan berupa perdarahan dibawah kulit, perdarahan
gusi, epistaksis, sampai perdarahan yang hebat berupa muntah darah akibat
perdarahan lambung, melena dan juga hematuria masif. Selain perdarahan juga
terjadi syok yang biasanya dijumpai pada saat demam telah menurun antara hari
ke-3 dan ke-7 dengan tanda-tanda anak menjadi semakin lemah, ujung-ujung jari,
telinga dan hidung teraba dingin dan lembab. Denyut nadi terasa cepat, kecil dan
(Ngastiyah, 2012).
Gejala klinis untuk diagnosis DBD (menurut patokan WHO, 1975 dalam
1. Demam tinggi mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari (tanpa sebab
jelas).
2. Manifestasi perdarahan, paling tidak terdapat uji tourniquet positif dan adanya
salah satu bentuk perdarahan yang lain misalnya ptekie, ekimosis, epistaksis,
4. Syok yang ditandai nadi lemah, cepat, disertai tekanan nadi yang menurun
menurun sampai 80 mmHg atau kurang) disertai kulit yang terasa dingin dan
lembab terutama pada ujung hidung, jari dan kaki, pasien menjadi gelisah,
dan laboratoris dengan tanda dan gejala sebagai berikut (Wijaya dan Putri, 2013):
4.) Rasa sakit pada otot dan persendian, timbul bintik-bintik merah pada
6.) Rejan (syok), tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau kurang,
7.) Gejala klinik lainnya yang sering menyertai yaitu anoreksia (hilangnya
nafsu makan, lemah, mual, muntah, sakit perut, diare dan sakit kepala.
1.) Trombositopeni pada hari ke-3 sampai hari ke-7 ditemukan penurunan
Manifestasi klinis DBD menurut WHO 1986 dalam Wijaya dan Putri, 2013)
adalah:
1. Demam akut, yang tetap tinggi selama 2-7 hari, kemudian turun secara lisis.
1. Derajat 1 (ringan) Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya uji
4. Derajat 4 Terdapat DSS (Dengue Syok Syndrome) dengan nadi tidak teraba
biasanya dijumpai pada fase leakage/kritis dan yang palung sering adalah
konvalesen
a.) Hiponatremia, karena intake yang tida cukup dan mendapat cairan yang
hipotonik misalnya N/2 atau N/3. Jika penderita tidak mengalami kejang
tidak perlu diberikan NaCl 3% tetapi cukup diberi NaCl 0,9%atau RL-
diulangi tiap 6 jam hanya pada penderita risiko tinggi atau yang mungkin
dengan overhidrasi.
2. Overhidrasi
Komplikasi overhidrasi dapat dijumpai, baik pada fase kritis maupun fase
paru akut dan/atau gagal jantung kongestif, yang berakhir dengan gagal napas
dan kematian. Untuk mencegah komplikasi ini adalah pengawasan ketat dan
volume sirkulasi.
e.) Tidak menggunakan cairan koloid secara efektif (hiperonkotik atau koloid
plasma ekspander)
f.) Tidak memberikan transfusi darah pada saat diperlukan dan hanya
g.) Tidak menghidutng jumlah cairan IV sesuai berat badan ideal pada
b.) Abdomen yang sangat distended (penumpukan zat berupa gas atau cairan
f.) Perfusi jaringan yang jelek/capillary refill yang lambat > 3 detik
jumlah cairan dalam rongga pleura dan abdomen yang menyebabkan distres
pernapasan, tetapi cara ini hampir tidak mungkin dikerjakan. Secara praktis
diberi diuretika IV, dianjurkan furosemida namun bila penderita masih berada
dalam fase aktif plasma leakage, dapat terjadi syok setelah pemberian
penderita berada dalam waktu 24 jam setelah syok atau dalam waktu 48 jam
setelah leakage plasma, harus hati-hati karen dapat menyebabkan syok setelah
Jika penderita telah melewati fase leakage plasma, penderita tersebut jarang
terjun dalam syok dan akan terjadi diuresis. Pemberian diuretik yang terlalu
selalu diingat. Bila pada periode ini PCV jelas menurun, diberi transfusi PRC
5 mL/kgBB/kali.
e.) Catat jumlah urine dalam mL/jam dan disesuaikan kecepatan dextran 40
periode leakage).
g.) Pasang CVP bila penderita tidak stabil dan tidak beraksi terhadap
furosemid.
h.) Pasang intubasi bila distres pernapasan berat sebelum atau sesudah
pemberian furosemida.
i.) Pada penderita yang bahkan dengan bantuan ventilasi tidak dapat
tap pleura atau peritoneum. Prosedur invasif ini hanya dianjurkan bila
tidak ada pilihan lain, karena dapat menyebabkan perdarahan masih dan
kematian.
2. Trombositopenia (<100.000/ml)
dan hiponatremia.
sedang (jarang kurang dari 40% kontrol). Kadar fibrinogen kadang subnormal
yang dapat dilihat dari meningginya nilai hematokrit sebayak 20% atau lebih
a. Darah lengkap
b. Kimia darah
5.) Uji sum-sum tulang Pada awal sakit biasanya hiposeluler kemudian
menjadi hiperseluler.
1+ 2+ 3+ 4+
Sedikit bintik-bintik Banyak bintikbintik Bnyak bintikbintik pada Penuh dengan bintik-
merah pada daerah pada daerah lengan daerah lengan dan bintik pada seluruh
lengan anterior anterior tangan lengan dan tangan
Tabel 2.2 Gambaran Hasil Uji Tourniquet
b. Uji serologi
Uji serologi untuk infeksi dengue dapat dikategorikan atas dua kelompok
besar, yaitu :
1.) Uji serologi memakai serum ganda yaitu serum yang diambil pada
masa akut dan ams konvalesen. Pada uji ini yang dicari adalah
uji ini peningkatan komplemen, uji neutralisasi dan uji dengue blot.
2.) Uji serologi memakai serum tunggal. Pada uji ini yang dicari ada
3.) Deteksi virus Terdapat dua cara untuk mendeteksi virus atau antigen
yaitu :
1. Menggunakan insektisida
2. Tanpa insektisida
Caranya adalah :
c. Membersihkan halaman rumah dari kaleng bekas, botol, dan benda lain
kelambu.
nyamuk lainnya akan mati. Namun, akan muncul nyamuk baru yang
berasal dari jentik yang memang tidak dapat dibasmi pada siklus pertama.
1. Mengganti air vas bunga, tempat minum burung atau tempat lainnya yang
9. Menggunakan kelambu
10. Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk (Pusdatin Kemenkes RI,
2016)
tempat kasus DBD terjadi dalam rangka upaya memutuskan rantai penularan
penyakit DBD. Melalui kegiatan ini petugas kesehatan akan secara cepat
air. Kegiatan ini dilaksanakan 3 bulan sekali secara selektif pada rumah yang
lebih meluas maka dilakukan kegiatan fogging focus di lokasi tempat tinggal
penderita yang positif DBD dan sekitar tempat tinggal penderita dengan
radius 200 meter, yang bertujuan untuk memutuskan mata rantai penularan
yang ditemukan antara lain (Centers for Disease Control and Prevention, 2012):
1. Penderita diijinkan berobat jalan jika hanya mengeluh panas, tetapi keinginan
makan dan minum masih baik. Untuk mengatasi panas tinggi yang mendadak
tidak turun dapat memberi obat panas paracetamol 10-15 mg/kg BB setiap 3-
4 jam diulang jika symptom panas masih nyata diatas 38,50C. Obat panas
dan asidosis.Sebagian besar kasus DBD yang berobat jalan ini adalah kasus
DBD yang menunjukkan manifestasi panas hari pertama dan hari kedua tanpa
dirawat inap.
Pada hari ke-3, 4, dan 5 panas dianjurkan rawat inap karena penderita ini
air buah atau oralit yang biasa dipakai untuk mengatasi diare, hematocrit yang
meningkat lebih dari 20% dari harga normal merupakan indicator adanya
dektrose dalam larutan ringer asetat dan larutan normal garam faali)dengan
Pada kasus yang sangat berat (derajat IV) dapat diberikan bolus 10 ml / kg (1
atau 2x). jika syok berlangsung terus dengan hematocrit yang tinggi, larutan
garam faal atau plasma) dapat diberikan dengan jumlah 10-20 ml/kg/jam.
4. Obat penenang
Pada beberapa kasus obat penenang dibutuhkan terutama pada kasus yang
sangat gelisah. Obat yang hipatoksik sebaiknya dihindari, chloral hidrat oral
atau rektal dianjurkan dengan dosis 12,5-50 mm/kg (tetapi jangan lebih 1
6. Transfusi darah
7. Monitoring
Tanda vital dan kadar hematokrit harus dimonitor dan dievaluasi secara
d. Hematokrit stabil.
Penelitian Fadli dan Hasan dalam Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah Vol 7
Perubahan Suhu Tubuh Pada Pasien Febris” menunjukan bahwa kompres air
menunjukan bahwa suhu rata-rata pasien sebelum dilakukan kompres adalah 38,1
Begitu juga dengan penelitian Hartini dan Pertiwi (2015) tentang “Efektifitas
Kompres Air hangat Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Anak Demam di SMC RS
rata-rata suhu tubuh anak mencapai 38,65 ℃, nilai maksimum 39,5 ℃, dan nilai
minimum 37,9 ℃, Setelah dilakukan kompres hangat, didapatkan hasil yang baik
yaitu adanya penurunan suhu tubuh rata-rata menjadi 37,27 ℃ dengan nilai
RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo” didapatkan hasil kompres air
hangat efektif dalam menurunkan demmam pada anak dengan penurunan sampai
1 ℃. Begitu juga penelitian Anisa dalam Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan (2019)
tentang Efektititas Kompres Hangat Untuk Menurunkan Suhu Tubuh Pada An. D
anak merasa aman dan nyaman, berikan mainan yang menjadi kesukaannya,
berikan minuman lebih banyak dari biasanya, dan aktivitas fisik yang berat
dibatasi.
mengurangi atau mencegah terjadinya spasme otot, dan memberikan rasa hangat.
Adapun tujuan kompres air hangat untuk memperlancar sirkulasi darah, dan
menggunakan cairan atau alat yang dapat menimbulkan rasa hangat pada bagian
tubuh yang dilakukan tindakan kompres dan tindakan kompres air hangat ini
dapat memperlancar sirkulasi darah, mengurangi rasa sakit atau nyeri. Kompres
air hangat ini merupakan salah satu tindakan independen perawat dalam
Potter & Perry (2010) menjelaskan bahwa kompres adalah salah satu
metode fisik untuk menurunkan suhu tubuh anak yang mengalami demam.
tubuh. Sinyal hangat yang dibawa oleh darah ini akan dibawa menuju area
afektor. Sinyal ini akan menyebabkan terjadinya pengeluaran panas tubuh yang
Sebagian besar demam pada anak akibat perubahan pada pusat panas
Kompres air hangat dapat menurunkan suhu tubuh anak demam karena
tubuh dapat melepas panas melalui 4 cara, yaitu radiasi, konduksi, konveksi, dan
evaporasi. Secara umum, tubuh akan melepas panas melalui proses konduksi
yang ada disekitar tubuh. Biasanya proses kehilangan panas dengan mekanisme
konduksi sangat kecil, sedangkan evaporasi (penguapan air dan kulit) dapat
Tubuh dengan Kompres Hangat Pada Anak DBD di RSPA Boyolali” hasil
kedua ketiak, kedua lipat paha, dann kedua lutut bagian suhu tubuh pasien turun
0,3 ℃ dimana suhu tubuh pasien sebelum dilakukan kompres air hangat 37,7 ℃
menjadi 37,4 ℃.
tubuh selama 3x24 jam adalah observasi tanda-tanda vital sebelum melakukan
kompres hangat dan 2-3 jam setelah melakukan kompres hangat, beri kompres
hangat (30OC-35OC) pada leher, kedua ketiak, kedua lipatan paha, kedua lutut
bagian dalam, anjurkan kepada pasien untuk memakai pakaian yang tipis,
kolaborasi dengan tim medis (Dokter dan Gizi). Hasil penelitiannya menunjukan
suhu tubuh. Dari hasil pengamatannya setelah melakukan kompres air hangat
dengan waslap denselama 20 menit di leher, kedua ketiak, kedua lipat paha,
dann kedua lutut bagian suhu tubuh pasien turun 0,3 ℃ dimana suhu tubuh
Suhu Tubuh Anak yang Mengalami Demam di Ruang Amanda RSUD dr. H.
Abdul Moeloek Provinsi Lampung” juga menunjukan bahwa rata-rata suhu
tubuh sebelum diberi tindakan kompres hangat adalah 38,5°C, nilai minimum
serta maksimumnya adalah 37,7°C dan 39,5°C. Sedangkan suhu tubuh sesudah
diberi tindakan kompres hangat adalah 38,0°C, nilai minimum serta maksimum
Suhu tubuh pada anak yang mengalami demam dipengaruhi proses penyakit
yang terjadi pada anak. Pola demam bergantung pada pirogen penyebab.
penurunan demam pada waktu yang berbeda. Durasi dan tingkat demam
bergantung pada kekuatan pirogen dan kemampuan respons individu (Potter &
Perry, 2010).
pada otot dapat memiliki efek menurunkan ketegangan, dan pada peningkatan
sel darah putih secara total dan fenomenal proses peradangan akibat dilatasi
pembuluh darah kompres air hangat ini dapat memaksimalkan sirkulasi darah
Cara pemberian kompres air hangat menurut Barbara & Kozier (2011) adalah
sebagai berikut:
atau kain yang dapat menyerap air, air hangat suhu 38-40 ℃,
pada klien tentang prosedur yang akan dilakukan, masukan air hangat ke
dalam hot water bag (buli-buli) atau kain ke dalam air hangat lalu peras,
kgpertahun dan tinggi badan rata rata naik 5-7,5 cm. Selama masa
tumpukan jaringan adiposa dan penurunan nafsu makan. Pada masatoddler, perut
dan tangkas pada usai sekolah. Tulang panjang berkembang cepat dari pada
kesempatan olah raga. Nyeri lutut biasa terjadi diumur 3 tahun dan berhubungan
dengan sering jatuh dengan tumpuan lutut. Permasalahan pada sendi lutut dan
kapasitas vital meningkatdan frekuensi nafas pelan. Perbaikan Respirasi pada usia
peningkatan kerja. Ke 20 gigi susu sudah muncul pada usia 3 tahun. Gigi susu
tanggal mungkin tanggal diakhir masa prasekolah. Gigi pertama yangmuncul itu
gigi molar akan tumbuh pada awal usia sekolah (James & Ashwill, 2013).
tahunnya, setelah usia 12 tahun bisa mencapai ketinggian 147,5 cm. Pertambahan
berat setiap tahunnya sekitar 2 sampai 3 kilogram. Pada usia 6 tahun berat badan
bisa mencapai 21 kg dan pada usia 12 tahun bisa mencapai 40 kg. Pertambahan
ukuran tulang cepat seiring dengan proses pertumbuhan dan perkembangan anak
kekuatan tulang yang meningkat dengan cepat di usia 3-5 tahun. Ukuran otak dan
berbeda-beda dan sangat bervariasi, yang dapat dipengaruhi oleh lingkungan dan
Wilson, 2012).
di usia 3 tahun dan sempurna usia 4 tahun. Peran perawat mengedukasi orang tua
tangan kiri. Anak kidal jangan di paksa untuk menggunakan sisi lain walaupun
menjaga diri sendiri dan lebih mandiri (Santrock, 2010). Pada usia 4 – 5 tahun,
anak sudah mandiri dalam berpakaian, makan dan kekamar mandi tanpa dibantu.
Tidak seperti toddler yang selalu dijaga dari cedera dan anak usia prasekolah
sebagai masa falik, dimana genetalia menjadi area yang sangat menarik dan
sensitif. Anak sudah mengetahui perbedaan jenis kelamin dan ingin mengetahui
perbedaan tersebut. Pada anak sekolah, masuk pada periode laten dimana
industri dengan konsep nilai yang dimiliki (James & Ashwill, 2013).
Pada anak usia prasekolah termasuk dalam tahap inisiatif versus rasa bersalah
(Santrock, 2010).
dunia fisik dengan semua indra dan kekuatan mereka akan membentuk suara hati,
tidak lagi bimbingan dari luar sehingga terbentuk suara dari dalam yang
berbeda dengan keinginan orang tua dan membuat aktivitas atau imajinasi
merupakan hal yang buruk sehingga menimbulkan rasa bersalah. Anak harus
belajar mempertahankan rasa inisiatif tanpa mengenai hak dan hak istimewa
orang lain sehingga memerlukan arahan dan tujuan dalam kegiatannya. Pada
masa anak sekolah, menurut Erikson merupakan masa kritis, dimana selama
periode ini merupakan masa transisi menjelang masa dewasa. Muncul rasa trust –
dalam aktivitas mental. Menurut Piaget perkembangan kognitif pada anak usia
contohnya anak melihat layang layang warna merah terbang tinggi, maka ketika
anak tersebut membeli layang layang memilih warna merah karena ia berfikir
layang layang yang berwarna merah yang bisa terbang tinggi. Anak mulai
berfikir praoperasional bersifat kongret dan nyata, berfikir tidak melebihi apa
yang dilihat, didengar atau alami dan kurang mampu membuat deduksi atau
generalisasi. Anak menggunakan bahasa dan simbul untuk mewakili objek yang
Anak mulai membuatkonsep dan hubungan sederhana antar ide. Cara berfikir
menyebabkan satu sama yang lain atau pengetahuan tentang satu ciri dipindahkan
2.4.1 Pengkajian
a. Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan
untuk datang ke Rumah Sakit adalah panas tinggi dan anak lemah
keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau
konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri uluh hati, dan
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada Demam Berdarah Dengue,
e. Riwayat imunisasi
f. Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita Demam Berdarah Dengue dapat bervariasi.
Semua anak dengan status gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila
kondisi ini berlanjut, dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang
kurang bersih (seperti air yang menggenang dan gantungan baju di kamar).
h. Pola kebiasaan
i. Eliminasi urine atau buang air kecil perlu dikaji apakah sering kencing
sedikit atau banyak sakit atau tidak. Pada Demam Berdarah Dengue grade
j. Tidur dan istirihat. Anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami
Aedes Aegypti.
l. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk
menjaga kesehatan.
2.) Kepala dan leher Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena
III, IV).
4.) Dada Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada foto
thorax terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan
( efusi pleura), rales (+), Ronchi (+), yang biasanya terdapat pada
asites.
6.) Ekstremitas
7.) Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang.
n. Sistem integument
Adanya petekia pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat
2.) Grade II : kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, dan perdarahan
spontan petekie, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil dan
tidak teratur.
3.) Grade III : kesadaran apatis, somnolent, keadaan umum lemah, nadi lemah,
tampak biru.
DHF adalah:
a. Hipertermia (D.0130 )
takikardi, takipnea.
Intervensi : (I.15506)
berikan cairan oral, ganti linen setiap hari atau lebih sering
jika mengalami hyperhidrosis, hindari pemberian
diare.
Intervensi : (I.03119)
laboratorium.
yang diprogramkan
3.1 Pengkajian
An. Z merupakan klien seorang anak yang berusia 8 tahun dengan jenis
kelamin laki-laki dengan Diagnosis Medis DHF Grade II. Anak Z datang
ditemani kedua orang tuanya pada tanggal 4 Agustus 2020 pukul 06.00 melalui
IGD RSUD Budhi Asih. Pasien datang dengan keluhan: demam sudah 5 hari
sendirinya bahkan hilan, skala nyeri 6. Pasien juga mengeluh mual, dan
WIB. Keluhan saat ini yang dirasakan oleh pasien yaitu badan terasa
hangat, lemas, mual, dan nafsu makan kurang (makan ½ porsi). Nyeri kepala
saat pengkajian tidak dirasakan lagi. Sebelumnya klien tidak pernah masuk
rumah sakit, jika sakit hanya dibawa ke puskesmas dan tidak pernah mengalami
penyakit seperti ini. Hasil pengukuran tanda-tanda vital yaitu Tekanan Darah
60/40 mmHg, Suhu 38,2 ℃, RR 20 x/menit, Saturasi 99%, Nadi 104 x/menit,
Berat badan klien 25 kg dan tinggi badan klien 133 cm. Hasil pemeriksaan fisik
pada klien didapatkan hasil sebagai berikut rambut hitam, lurus, bersih, sebaran
merata, telinga klien tampak bersih, konjungtiva tidak tampak anemis, dan sklera
klien tampak putih, pada hidung tidak ada sekret, membran mukosa klien
tampak kering, klien tidak menggunakan otot bantu napas, tidak ada nyeri tekan
pada bagian dada, perkusi area dada terdengan sonor pada semua lapang paru,
suara nafas klien vesikuler pada semua lapang paru, inspeksi abdomen tidak ada
masa, tidak ada jejas, umbilicus ada ditengah, perut cembung, kulit tampak elastis
positif pada 4 kuadran, bising usus 22 x/menit. Palpasi abdomen, tidak teraba
nyeri pada 4 kuadran, dan tidak teraba pembesaran hepar, tidak teraba
kuadran dan terdengan dullness pada area hepar. Ektremitas kanan atas terpasang
IV-Line NaCL 0,9 % dengan instruksi loading 250 cc 10 tpm disambung RL 250
cc 20 tpm. Klien mendapatkan terapi Ranitidin 2x25 mg (IV) dan PCT 250 mg
mg/dl), Eritrosit 4,8 (3,8-5,2 10%/UI), MCH 26,7 (22-24 pg), MCHC 35,5 (32-36
g/dl ), HCT 36 (33-45 %), Hb 12,9 (11,7-15,5 gr/dl), Leukosit 6.000 (3.800-
45 %), Eritrosit 4,5 (3,8-5,2 10%/UI), Leukosit 4.500 (3.800-10.000 /mm 3),
2020: Hb 11,5 (11,7-15,5 gr/dl), HT 35 (33-45 %), Eritrosit 4,5 (3,8-5,2 10%/UI),
Leukosit 5.600 (3.800-10.000 /mm3), Trombosit 246.000 (150.000-440.000
/mm3).
rumahnya dan ibu pasien mengatakan pasien shalat 5 waktu saat di rumah. Pasien
merasa sedih karena semenjak dirawat di rumah sakit pasien tidak dapat bermain
dengan teman-temannya dan tidak bisa shalat tetapi klien berdo’a supaya cepat
pulang ke rumah. Ibu pasien mengatakan ini pertama kali pasien masuk dan di
rawat di rumah sakit, dan ibu pasien mengatakan anaknya takut saat akan
dilakukan pemasangan infus dan disuntik. Ketika pasien di pasang infus pasien
Pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan dapat bermain sama bersama
tuanya.
Pasien merupakan anak kedua dari dua bersaudara, orangtua klien bekerja
setiap harinya sebagai pedagang. Ibu pasien mengatakan saat ditinggal berdagang
pasien bermain dengan teman-teman yang disamping rumah dan jika kakaknya di
pada saat sore pulang berdagang. Sebelum tidur, pasien sering bercerita tentang
hangat, Suhu 38,2 ℃, Nadi 104 x/menit, HT 47 (33-45 %), Eritrosit 6,1 (3,8-5,2
dengan lemas, mual, dan nafsu makan kurang (makan ½ porsi), membran mukosa
dengan perdarahan ditandai dengan Tekanan Darah 60/40 mmHg, Nadi 104
penyakit.
dengan proses penyakit adalah kompres air hangat, monitor suhu tubuh, tekanan
darah, nadi, Respirasi Rate (RR), kolaborasi: pemberian cairan elektrolit intravena,
Tujuan asuhan keperawatan yang telah dibuat peneliti adalah suhu tubuh pasien dalam
batas normal (36-37 ℃) setelah dilakukannya intervensi kompres air hangat selama 4
hari perawatan dengan kriteria hasil: suhu tubuh dalam batas normal, dan kulit terasa
akibat hipertermia
3.3.3 Terapiutik: berikan cairan oral, ganti linen jika mengalami hyperhidrosis,
pemeriksaan laboratorium
yang disukai, identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrisi, monitor asupan makan,
monitor berat badan, sajikan makanan dalam kondisi hangat, Edukasi: anjurkan posisi
duduk jika mampu, ajarkan diet yang diprogramkan. Kolaborasi: pemberian medikasi,
Tujuan Kriteria Hasil: setelah dilakukan perawatan 3x24 jam status nutrisi baik dengan
kriteria terjadi peningkatan berat badan, nafsu makan baik, porsi makan yang disediakan
perdarahan adalah monitor status hidrasi (nadi, akral, kapiler, kelembaban mukosa,
turgor kulit, tekanan darah), monitor hasil laboratorium, monitor jumlah, warna dan berat
jenis urine, catat intake output dan hitung balance cairan 24 jam, berikan asupan cairan,
Tujuan Kriteria Hasil: setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan
tidak terdapat indikasi perdarahan dengan kriteria hasil tidak terdapat indikasi
perdarahan, TTV dalam batas normal, hasil pemeriksaan lab HT, Eritrosit, Trombosit,
Menanyakan kepada pasien saat pasien mengalami demam, apakah pasien sudah
dilakukan tindakan kompres air hangat, kalau sudah dilakukan area mana saja yang
pasien kompres air hangat. Mengajarkan keluarga pasien untuk melakukan kompres pada
daerah kepala, leher, ketiak, perut, atau inguinal. Kemudian melakukan pengukuran suhu
tubuh, menghitung balance cairan termasuk cairan masuk dan cairan keluar. Mengkaji
juga komplikasi yang muncul karena hipertermi seperti kejang atau munculnya ruam
pada sekitar tubuh. Memberikan pasien minum air mineral, mengganti linen bila
diperlukan. Menganjurkan pasien untuk tetap ditempat tidur jika masih terasa lemah,
laboratorium.
3.5 Evaluasi
Evalusi hasil tindakan keperawatan hari pertama perawatan dengan diagnosis keperawatan
hipertermia yaitu pasien mengatakan setelah dilakukan kompres air hangat suhu tubuh terasa
hangat, panas berkurang, pasien mengatakan banyak minum air mineral sesuai yang disarankan,
orang tua pasien mengatakan anaknya tidak ada tanda-tanda kejang ataupun ruam kulit saat
panas, Setelah dilakukan kompres air hangat selama + 10 menit suhu tubuh yang awalnya 38,2
℃ menjadi 37,8 ℃. Tampak terjadi penurunan suhu tubuh + 0,4 ℃ pada An. Z. Untuk
mempercepat mengatasi penurunan suhu tubuh diperlukan kolaborasi dokter dalam pemberian
obat antipiretik (Paracetamol 250 mg peroral masuk), pemantau hasil laboratorium. Assasment
pada masalah keperawatan hipertermi hari pertama perawatan yang timbul dapat teratasi.
Kemudian planning atau rencana keperawatan yang tetap dijalankan yaitu 1-8.
Evaluasi pada hari kedua perawatan terkait efektifitas tindakan kompres air hangat
terhadap penurunan suhu tubuh pasien adalah setelah dilakukan kompres air hangat selama + 10
menit suhu tubuh yang awalnya 38,0 ℃ menjadi 37,6 ℃. Tampak terjadi penurunan suhu tubuh
+ 0,4 ℃. Hari ketiga perawatan tampak juga efektifitas tindakan kompres air hangat terhadap
penurunan suhu tubuh pasien adalah setelah dilakukan kompres air hangat selama + 10 menit
suhu tubuh yang awalnya 38,0 ℃ menjadi 37,2 ℃. Tampak terjadi penurunan suhu tubuh + 0,8
℃. Hari keempat perawatan pasien tidak mengalami peningkatan suhu tubuh. Hari
PEMBAHASAN
kepada An. Z atau keluarga pasien secara menyeluruh. Pembahasan dilakukan dengan
dengan badan terasa hangat, membrane mukosa tampak kering, Suhu 38,2 ℃,
Nadi 104 x/menit, HT 47 (33-45 %), Eritrosit 6,1 (3,8-5,2 10%/UI), Leukosit 10.000
ditandai dengan lemas, mual, dan nafsu makan kurang (makan ½ porsi), Tekanan Darah
An. Z mendapatkan Diagnosis Medis DHF Grade II, menurut WHO (1997)
berdasarkan beratnya penyakit (Wijaya dan Putri, 2013): DHF Derajat 2 (Sedang)
ditandai dengan demam disertai gejala tidak khas perdarahan spontan pada kulit dan atau
perdarahan lainnya yaitu uji tourniquet positif. Pada pemeriksaan pasien tidak dilakukan
uji tourniquet tetapi dilakukan uji Widal Ig G Dengue dengan menunjukan hasil Widal
Ig G Dengue positif.
Diagnosa Keperawatan Hipertermia muncul pada An. Z sesuai dengan teori dimana
manifestasi klinis yang khas pada pasien DHF adalah demam tinggi mendadak dan terus
menerus selama 2-7 hari (tanpa sebab jelas) (Ngastiyah, 2012). DHF/DBD kadang
disertai dengan kejang demam, sakit kepala, anoreksia, muntah, nyeri perut kanan atas,
atau seluruh bagian perut, dan perdarahan, terutama perdarahan kulit walaupun hanya
berupa uji tourniquet positif. (Ambarwati dan Nasution, 2012). Masalah keperawatan
utama yang peneliti angkat adalah Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit.
Analisa Intervensi dalam mengatasi masalah keperawatan yang dilakukan terhadap An.
Z adalah kompres air hangat, monitor suhu tubuh, tekanan darah, nadi, Respirasi Rate
(RR), kolaborasi: pemberian cairan elektrolit intravena, pemberian obat antipiretik, dan
pemeriksaan laboratorium.
(I.15506) adalah: Observasi: identifikasi penyebab hipertermi, monitor suhu tubuh, monitor
kadar elektrolit, monitor haluaran urine, monitor komplikasi akibat hipertermia. Terapiutik:
sediakan lingkungan yang dingfgin, longgarkan atau lepaskan pakaian, lakukan tinda,kan
kompres air hangat, berikan cairan oral, ganti linen setiap hari atau lebih sering jika
mengalami hyperhidrosis, hindari pemberian antipiretik atau aspirin, berikan oksigen jika
perlu. Edukasi: anjurkan tirah baring dan Kolaborasi: pemberian cairan elektrolit intravena.
Menurut Centers for Disease Control and Prevention (2009), Kasus DBD derajat I dan
II apabila terjadi panas pada hari ke-3, 4, dan 5 dianjurkan rawat inap karena penderita ini
mempunyai risiko terjadinya syok. Untuk mengantisipasi kejadian syok tersebut, penderita
disarankan diinfus cairan kritaloid. Pada saat fase panas, penderita dianjurkan banyak minum
air buah atau oralit yang biasa dipakai untuk mengatasi diare. Hematokrit yang meningkat
lebih dari 20% dari harga normal merupakan indikator adanya kebocoran plasma dan
sebaiknya penderita dirawat di ruang observasi di pusat rehidrasi selama kurun waktu 12-24
jam. Sehingga pada pasien DHF perlu pemantauan suhu tubuh dan hasil lab terutama
hematokrit.
Hasil pengamatan peneliti bahwa setelah dilakukan kompres air hangat selama + 10
menit suhu tubuh yang awalnya 38,2 ℃ menjadi 37,8 ℃. Tampak terjadi penurunan suhu
tubuh + 4 ℃ pada An. Z pada hari perawatan. Evaluasi pada hari kedua suhu tubuh yang
awalnya 38,0 ℃ menjadi 37,6 ℃. Tampak terjadi penurunan suhu tubuh + 0,4 ℃. Hari
ketiga suhu tubuh yang awalnya 38,0 ℃ menjadi 37,2 ℃. Tampak terjadi penurunan suhu
tubuh + 0,8 ℃. Hari keempat perawatan pasien tidak mengalami peningkatan suhu tubuh.
Hari kelimaperawatan pasien pulang. Dari pegamatan peneliti dapat disimpulkan bahwa
kompres air hangat terbukti efektif menurunkan suhu tubuh pasien demam.
Potter & Perry (2010) menjelaskan bahwa kompres adalah salah satu metode fisik
untuk menurunkan suhu tubuh anak yang mengalami demam. Pemberian kompres pada
daerah pembuluh darah besar merupakan upaya memberikan rangsangan pada area preoptik
hipotalamus agar menurunkan suhu tubuh. Sinyal hangat yang dibawa oleh darah ini akan
oleh afektor. Sinyal ini akan menyebabkan terjadinya pengeluaran panas tubuh yang lebih
Menurut Sodikin (2012) menyatakan bahwa apabila anak mengalami demam sebaiknya
mungkin, dampingi anak selama demam agar anak merasa aman dan nyaman, berikan
mainan yang menjadi kesukaannya, berikan minuman lebih banyak dari biasanya, dan
cairan atau alat yang dapat menimbulkan rasa hangat pada bagian tubuh yang dilakukan
tindakan kompres dan tindakan kompres air hangat ini dapat memperlancar sirkulasi darah,
mengurangi rasa sakit atau nyeri. Kompres air hangat ini merupakan salah satu tindakan
independen perawat dalam mengatasi respon pasien terkait peningkatan suhu tubuh
(Andormoyo, 2013). Menurut Fauiyah (2013), manfaat kompres air hangat antara lain:
melebarkan pembuluh darah dan memperbaiki perdarahan dijaringan tersebut, pada otot
dapat memiliki efek menurunkan ketegangan, dan pada peningkatan sel darah putih secara
total dan fenomenal proses peradangan akibat dilatasi pembuluh darah kompres air hangat
Penelitian Fadli dan Hasan dalam Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah Vol 7 No 2 Bulan
Desember (2018) tentang “Pengaruh Kompres Hangat terhadap Perubahan Suhu Tubuh Pada
Pasien Febris” menunjukan bahwa kompres air hangat berpengaruh terhadap perubahan suhu
tubuh pasien. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa suhu rata-rata pasien sebelum
dilakukan kompres adalah 38,1 ℃, sedangkan setelah dilakukan kompres suhu rata-rata
pasien menjadi 37,5 ℃. Begitu juga dengan penelitian Hartini dan Pertiwi (2015) tentang
“Efektifitas Kompres Air hangat Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Anak Demam di SMC
RS Telogorejo Semarang” menunjukan bahwa sebelum dilakukan kompres air hangat rata-
rata suhu tubuh anak mencapai 38,65 ℃, nilai maksimum 39,5 ℃, dan nilai minimum 37,9
℃, Setelah dilakukan kompres hangat, didapatkan hasil yang baik yaitu adanya penurunan
suhu tubuh rata-rata menjadi 37,27 ℃ dengan nilai maksimum 38,2 ℃, nilai minimum 36,1
℃.
“Perbedaan Efektifitas Kompres Hangat dalam Menurunkan Suhu Tubuh di RSUD Prof. Dr.
H. Aloei Saboe Kota Gorontalo” didapatkan hasil kompres air hangat efektif dalam
menurunkan demam pada anak dengan penurunan sampai 1 ℃. Begitu juga penelitian Anisa
dalam Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan (2019) tentang Efektititas Kompres Hangat Untuk
Menurunkan Suhu Tubuh Pada An. D dengan Hipertermia” menujukan bahwa kompres air
hangat mampu menurunkan suhu tubuh pada anak yang mengalami hipertermia.
Menguatkan hasil penelitian ini pada Publikasi Ilmiah Susilo (2016) tentang “Upaya
Penurunan Suhu Tubuh dengan Kompres Hangat Pada Anak DBD di RSPA Boyolali”
intervensi keperawatan yang dilakukan untuk masalah keperawatan peningkatan suhu tubuh
selama 3x24 jam adalah observasi tanda-tanda vital sebelum melakukan kompres hangat dan
2-3 jam setelah melakukan kompres hangat, beri kompres hangat (30OC-35OC) pada leher,
kedua ketiak, kedua lipatan paha, kedua lutut bagian dalam, anjurkan kepada pasien untuk
memakai pakaian yang tipis, kolaborasi dengan tim medis (Dokter dan Gizi). Hasil
penelitiannya menunjukan bahwa kompres air hangat merupakan salah satu implementasi
keperawatan yang dilakukan pada pasien DBD dengan masalah keperawatan peningkatan
suhu tubuh. Dari hasil pengamatannya setelah melakukan kompres air hangat dengan waslap
denselama 20 menit di leher, kedua ketiak, kedua lipat paha, dann kedua lutut bagian suhu
tubuh pasien turun 0,3 ℃ dimana suhu tubuh pasien sebelum dilakukan kompres air hangat
Pemberian Kompres Hangat dan Tepid Sponge terhadap Penurunan Suhu Tubuh Anak yang
Mengalami Demam di Ruang Amanda RSUD dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung”
juga menunjukan bahwa rata-rata suhu tubuh sebelum diberi tindakan kompres hangat
adalah 38,5°C, nilai minimum serta maksimumnya adalah 37,7°C dan 39,5°C. Sedangkan
suhu tubuh sesudah diberi tindakan kompres hangat adalah 38,0°C, nilai minimum serta
Suhu tubuh pada anak yang mengalami demam dipengaruhi proses penyakit yang
terjadi pada anak. Pola demam bergantung pada pirogen penyebab. Peningkatan atau
penurunan aktivitas pirogen mengakibatkan peningkatan dan penurunan demam pada waktu
yang berbeda. Durasi dan tingkat demam bergantung pada kekuatan pirogen dan kemampuan
dilakukan telah sesuai dengan teori dimana manajemen hipertermia telah dilakukan dengan
Sebagian besar demam pada anak akibat perubahan pada pusat panas (termoregulasi)
dihipotalamus. Penyakit yang ditandai dengan demam dapat menyerang system tubuh,
demam juga berperan dalam meningkatkan imunitas spesifik dan nonspesifik dalam
membantu pemulihan atau pertahanan terhadap infeksi (Sodikin, 2012). Demam tinggi
pada pasien DHF dapat terjadi 2 sampai 7 hari (38-40°C), sehingga anak cenderung akan
rewel. Peran orang tua dalam membuat nyaman anak sangat diperlukan (Wijaya dan Putri,
2013).
BAB V
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Pengkajian keperawatan terhadap Anak perlu melibatkan keluarga untuk membuat
5.1.2 Diagnosa keperawatan utama yang muncul pada An. Z yaitu hipertermia
5.1.3 Fokus utama tindakan keperawatan untuk masalah hipertermia adalah kompres air
hangat.
5.1.4 Implementasi keperawatan untuk tindakan hipertermi adalah melakukan kompres air
hangat.
5.1.5 Hasil evaluasi pada An. Z adalah masalah hipertermi teratasi dengan tindakan
5.1.6 Kompres air hangat terbukti efektif dalam penurunan suhu tubuh pada An. Z dengan
Diagnosa Medis Dengue Hemoragic Fever (DHF) di Ruang Anak RSUD Budhi
5.2 Saran
Hasil penelitian ini dapat menguatkan dasar tindakan keperawatan yang perawat
berikan kepada pasien, bahwa kompres air hangat efektif dalam menurunkan suhu
tubuh tinggi.
Tindakan kompres air hangat tidak langsung dapat menurunkan suhu tubuh pasien,
untuk memberikan rasa nyaman ke pasien dan menurunkan suhu tubuh yang naik.
Peran orang tua sangat membantu dalam melakukan tindakan kompres air hangat
Ambarwarti, R.P., dan Nasution, N., 2012, Buku Pintar Asuhan Keperawatan Bayi dan Balita,
Andarmoyo, S., 2013, Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri, Ar- Ruzz, Yogyakarta.
Anisa, K., 2019, Efektititas Kompres Hangat Untuk Menurunkan Suhu Tubuh Pada An. D
dengan Hipertermia, Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan, Volume 5 Nomor 2 Januari – DOI:
10.33485/jiik-wk.v5i2.12.
Behrman, R. E., dkk., 2012, Ilmu Kesehatan Anak Nelson, EGC, Jakarta.
Centers for Disease Control (CDC), 2012, Mosquito Life-Cycle. Dengue homepage centers for
Danofan, G., 2017, Antisipasi Penyakit DBD, Dinkes Kupang Sediakan Abate Gratis untuk
(http://www.depkes.go.id/article/view/15011700003/demamberdarah-biasanya-mulai-
Fadli, & Hasan, A., 2018, Pengaruh Kompres Hangat terhadap Perubahan Suhu Tubuh Pada
ISNN:2089-9394.
Hartini, M.A., & Pertiwi, P.P., 2015, Efektifitas Kompres Air hangat terhadap Penurunan Suhu
Semarang.
Hidayat, A. A. A., dan Uliyah, M., 2012, Praktikum Keterampilan Dasar Praktik Klinik:
Hockenberry. dan Wilson.D, 2012, Essensial of pediatriac nursing, Mosby Year Book, St.Louis:
James, S.R., dan Ashwill, J.W., 2013, Nursing Care of Children Principles & Practice (3th ed),
Kemenkes RI., 2016, Pencegahan Dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue, Dirjen
Kozier, Barbara, et al., 2011, Buku Ajar Fundamental Keperawatan Klinis, Edisi : 7, EGC,
Jakarta.
Mohamad, F., 2012, Perbedaan Efektifitas Kompres Hangat dalam Menurunkan Suhu Tubuh
Pada Pasien Thypoid Abdominalis di ruang G1 RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota
Muscari, M. E., et al., 2010, Panduan Belajar Keperawatan Pediatrik, Edisi 3, EGC: Jakarta.
Nurarif, A.H., dan Kusuma, H., 2015, APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Persatuan Perawat Indonesia, 2016, Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Persatuan Perawat Indonesia, 2018, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Jakarta.
Persatuan Perawat Indonesia, 2018, Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Potter, Perry, 2010, Fundamental Of Nursing: Consep, Proses and Practice. Edisi 7. Vol. 3,
EGC, Jakarta.
Rokom, 2020, Hingga Juli, Kasus DBD di Indonesia Capai 71 Ribu. Sehat Negeriku Sehat
Sandra, T., et al., 2019, Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Kejdian Demam Berdarah
Dengue Pada Anak Usia 6-12 Tahun di Kecamatan Tembalang. Jurnal Epidemiologi
Santrock, J.W., 2011, Child Development (Perkembangan Anak Edisi 11 Jilid 2, Penerjemah:
Sodikin, 2012, Prinsip Perawatan Demam Pada Anak, Pustaka Pelajar Yogyakarta.
Soedarto, 2012, Demam Berdarah Dengue (Dengue Haemoohagic Fever), Sugeng Seto, Jakarta.
Suhendro, et al., 2010, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 5 Jilid III, Interna Publising,
Jakarta.
Sorena, E., et al., 2018, Efektifitas Pemberian Kompres Hangat terhadap Suhu Tubuh Pada
Anak dengan Peningkatan Suhu Tubuh di Ruang Edelweiz RSUD DR. M. Yunus
Suhendro, et.al., 2014, Demam Berdarah Dengue, Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Susilo, A.S.A. 2016, Upaya Penurunan Suhu Tubuh dengan Kompres hangat Pada Anak DBD di
Suzanne, C., dkk., 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta.
Wardaniyah, A., dkk. 2016. Perbandingan Efektifitas Pemberian Kompres Hangat dan Tepid
Sponge terhadap Penurunan Suhu Tubuh Anak yang Mengalami Demam di Ruang
Amanda RSUD dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Jurnal Kesehatan Holistik,
Wijaya, A.S., dan Putri, Y.M., 2013, Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan Dewasa
Lampiran 1
Lembar Konsultasi/Bimbingan KIAN
Nama : Desi Dasril
NPM : 194291517024
Program Studi : Pendidikan Profesi Ners
Judul KIAN : Analisis Asuhan Keperawatan Melalui Intervensi
Kompres Hangat Pada Klien H dengan Diagnosa
Medis Dengue HemoragicFever (DHF) DI Ruang
Anak RSUD Budhi Asih Jakarta Timur
Dosen Pembimbing : Ns. Susanti Widiastuti, M.Kep
Kegiatan Konsultasi
No Hari/Tanggal Materi Konsultasi Saran/ Masukan Tanda Tangan
Pembimbing
1 12 Juni 2020 Pengajuan judul
KIAN
2 4 Agustus 2020 Bab 1 dab Bab 2
3 23 agustus2020 Revisi pebaikan
judul
4 27 Agus 2020 Revisi bab1,2,3
5 30 Agus 2020 Revisi bab 1-
3,konsul bab 4-5
6
7
8
9
10
Dst
Catatan:
1. Lembar konsultasi ini harus dibawa saat bimbingan
2. Lembar ini wajib disertakan dalam lampiran final KIAN
Lampiran 2
BIODATA PENULIS
Lampiran 3
1. PENGKAJIAN
2. ANALISA DATA
DS:
Ibu ps mengatakan ps deman sejak 5
hari yang lalu, turun naik panas. Hipertermi
DO:
Badan pasien terasa hangat, Suhu 38,2
℃, Nadi 104 x/menit, HT 47 (33-45
%), Eritrosit 6,1 (3,8-5,2 10%/UI),
Leukosit 10.000 (3.800-10.000 /mm3),
Trombosit 17.000 (150.000-440.000
/mm3 ), Widal Ig G Dengue positif.
DS:
Ibu ps mengatakan badan ps lemes,
pasien mengeluh mual, nafsu makan Defisit nutrisi
kurang.
DO:
Ps tampak lemas, mual, dan nafsu
makan kurang (makan ½ porsi),
membran mukosa tampak kering,
membran mukosa tampak kering
DS:-
DO:
Tekanan Darah 60/40 mmHg, Nadi 104 Resti keseimbangan cairan
x/menit, HT 47 (33-45 %), Eritrosit
6,1 (3,8-5,2 10%/UI), Trombosit
17.000 (150.000-440.000 /mm3 ), dan
Widal Ig G Dengue positif
Lampiran 4