Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
TINJAUAN PUSTAKA
Diare menurut definisi Hippocrates adalah buang air besar dengan frekuensi
yang tidak normal (meningkat), konsistensi tinja menjadi lebih lembek atau cair.
pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya ditandai dengan
peningkatan volume, keenceran serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada
neonates lebih dari 4 kali sehari dengan tanpa lender darah. (Aziz, 2006).Diare
dapat juga didefinisikan sebagai suatu kondisi dimana terjadi perubahan dalam
kepadatan dan karakter tinja, atau tinja cair dikeluarkan tiga kali atau lebih
2003). Jadi diare adalah buang air besar yang frekuensinya lebih dari 3 kali
Diare akut yaitu buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dan
konsistensi tinja yang lembek atau cair dan bersifat mendadak datangnya
penyakit diare akut dapat dibedakan dalam empat kategori, yaitu: (1)
Diare tanpa dehidrasi, (2) Diare dengan dehidrasi ringan, apabila cairan
yang hilang 2-5% dari berat badan, (3) Diare dengan dehidrasi sedang,
apabila cairan yang hilang berkisar 5-8% dari berat badan, (4) Diare
dengan dehidrasi berat, apabila cairan yang hilang lebih dari 8-10%.
b. Diare persisten
kelanjutan dari diare akut atau peralihan antara diare akut dan kronik.
c. Diare kronik
hari. Menurut (Suharyono, 2008), diare kronik adalah diare yang bersifat
a. Faktor Infeksi
1. Infeksi enteral
penyebab utama diare pada anak. Infeksi parenteral ini meliputi: (a)
2. Infeksi parenteral
b. Faktor Malabsorbsi
Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi
laktrosa.
2. Malabsorbsi lemak
3. Malabsorbsi protein
e. Faktor Pendidikan
cairan rehidrasi oral dengan baik pada balita dibanding dengan kelompok
balita. Semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua, semakin baik tingkat
f. Faktor pekerjaan
Ayah dan ibu yang bekerja Pegawai negeri atau Swasta rata-rata
mempunyai pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan ayah dan ibu yang
dengan tingkat pendidikan dan pendapatan. Tetapi ibu yang bekerja harus
Sebagian besar diare terjadi pada anak dibawah usia 2 tahun. Balita
yang berumur 12-24 bulan mempunyai resiko terjadi diare 2,23 kali
h. Faktor lingkungan
berbasisi lingkungan. Dua faktor yang dominan yaitu sarana air bersih
dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi bersama dengan
i. Faktor Gizi
utama penyembuhan diare tersebut. Bayi dan balita yang gizinya kurang
dehidrasi dan malnutrisi. Faktor gizi dilihat berdasarkan status gizi yaitu
kesehatan.
Kontak antara sumber dan host dapat terjadi melalui air, terutama air
minum yang tidak dimasak dapat juga terjadi secara sewaktu mandi dan
dan dapur. Bakteri yang terdapat pada saluran pencernaan adalah bakteri
virus, serta parasite yaitu cacing (Ascaris, Trichuris), dan jamur (Candida
albikan).
kehidupan. Pada bayi yang tidak diberi ASI resiko untuk menderita diare
lebih besar daripada bayi yang diberi ASI penuh dan kemungkinan
menderita dehidrasi berat juga lebih besar. Menggunakan botol susu ini
a. Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus. Isi rongga usus
Mukosa usus halus adalah epitel berpori, yang dapat dilewati air dan
usus dengan cairan ekstraseluler. Diare terjadi jika bahan yang secara
osmotic dan sulit diserap. Bahan tersebut berupa larutan isotonik dan
hipertonik. Larutan isotonik, air dan bahan yang larut didalamnya akan
diabsorbsi berupa larutan hipertonik, air, dan elektronik akan pindah dari
b. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus dan
cepat diobati penderita dapat meninggal. (3) Gangguan gizi yang terjadi
takut bertambahnya muntah dan diare pada anak atau bila makanan tetap
pada anak yang sebelumnya telah menderita malnutrisi atau bayi dengan
2008).
c. Gangguan motilitas usus
Patogenesis diare akut adalah: (a) Masuknya jasad renik yang msih
usus halus. (c) Oleh jasad renik dikeluarkan toksin (toksin Diaregenik).
menimbulkan diare.
dan lain-lain.
2.1.5. Patofisiologi
gastroenteritis bisa melalui fekal oral dari satu klien ke klien lainnya. Beberapa
kasus ditemui penyebaran pathogen dikarenakan makanan dan minuman yang
terkontaminasi.
(makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam
rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam
rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare). Selain itu
air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan motilitas usus
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronis akan terjadi: (a) Kehilangan
Mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya
meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja
cair dan mungkin disertai lendir dan atau darah. Warna tinja makin lama berubah
sebagai akibat makin banyaknya asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak
dapat diabsorbsi usus selama diare. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau
sesudah diare dan dapat disebabkan oleh lambung yang turut meradang atau
banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi makin tampak.
Berat badan menurun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun membesar
menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.
ringan, sedang, dan berat, sedangkan berdasarkan tonisitas plasma dapat dibagi
Table 2.1
Penentuan Derajat Dehidrasi WHO
Tanda
Dehidrasi Dehidrasi
No dan Dehidrasi Berat
Ringan Sedang
Gejala
Mengantuk, lemas,
anggota gerak dingin,
1 Keadaan Sadar, Gelisah,
berkeringat, kebiruan,
Umum gelisah, haus mengantuk
mungkin koma, tidak
sadar.
Normal Cepat dan Cepat, haus, kadang-
2 Denyut
kurang dari lemah 120- kadang tak teraba,
nadi
120/menit 140/menit kurang dari 140/menit
3 Dalam,
Pernafasan Normal Dalam dan cepat
mungkin cepat
Sangat cekung
4 Ubun-
Normal Cekung
ubun besar
Tanda
No Dehidrasi Dehidrasi
dan Dehidrasi Berat
Ringan Sedang
Gejala
5 Kelopak
Normal Cekung Sangat cekung
mata
6
Air mata Ada Tidak ada Sangat kering
7 Selaput
Lembab Kering Sangat kering
lendir
Pada
pencubitan
8 Elastisitas kulit secara Sangat lambat (lebih
Lambat
kulit elastis dari 2 detik)
kembali
secara normal
Air seni
9
warnanya Normal Berkurang Tidak kencing
tua
2.1.7. Epidemiologi
Penyebab diare ditinjau dari host, agent dan environment, yang diuraikan
sebagai berikut:
a. Host
Menurut Widjaja (2004), bahwa host yaitu diare lebih banyak terjadi
makanan dengan baik dan kuman tidak dapat dilumpuhkan dan betah
faktor makanan. Aspek yang paling banyak terjadi diare pada balita yaitu
c. Environment
menjadi dua bagian utama yaitu lingkungan biologis (flora dan fauna
makanan, obat, dan lainnya. Dan juga lingkungan fisik, yang bersifat
abiotic: yaitu udara, keadaan tanah, geografi, air dan zat kimia. Keadaaan
termasuk diare.
2.1.8. Cara Penularan
pada balita biasanya melalui jalur fecal oral terutama karena: (1) Menelan
makanan yang terkontaminasi (makanan sapihan dan air). (2) Beberapa faktor
penyediaan air bersih, (b) kekurangan sarana kebersihan dan pencemaran air oleh
penularan penyakit diare adalah Air (water borne disease), makanan (food borne
disease), dan susu (milk borne disease). Menurut Budiarto (2002) bahwa secara
umum faktor resiko diare pada dewasa yang sangat berpengaruh terjadinya
penyakit diare yaitu faktor lingkungan (tersedianya air bersih, jamban keluarga,
pembuangan sampah, pembuangan air limbah), perilaku hidup bersih dan sehat,
bahwa pada balita faktor resiko terjadinya diare selain faktor intrinsic dan
ekstrinsik juga sangat dipengaruhi oleh perilaku ibu dan pengasuh balita karena
balita masih belum bisa menjaga dirinya sendiri dan sangat bergantung pada
lingkungannya. Dengan demikian apabila ibu balita atau ibu pengasuh balita
tidak bisa mengasuh balita dengan baik dan sehat maka kejadian diare pada balita
tidak dapat dihindari. Diakui bahwa faktor-faktor penyebab timbulnya diare tidak
berdiri sendiri, tetapi sangat kompleks dan sangat dipengaruhi oleh berbagai
faktor yang berkaitan satu sama lain, misalnya faktor gizi, sanitasi lingkungan,
keadaan social ekonomi, keadaan social budaya, serta faktor lainnya. Untuk
air yang tercemar, system pencernaan serta faktor infeksi itu sendiri. Kerentanan
tubuh sangat dipengaruhi oleh faktor genetik, status gizi, perumahan padat dan
kemiskinan.
Pengobatan diare dengan upaya rehidrasi oral, angka kesakitan bayi dan
anak balita yang disebabkan diare makin lama makin menurun. Menurut Suharti
(2007), bahwa kesakitan diare masih tetap tinggi ialah sekitar 400 per 1000
kelahiran hidup. Salah satu jalan pintas yang sangat ampuh untuk menurunkan
angka kesakitan suatu penyakit infeksi baik oleh virus maupun bakteri. Untuk
dapat membuat vaksin secara baik, efisien, dan efektif diperlukan pengetahuan
1. Pemberian ASI
ASI adalah makanan paling baik untuk bayi, komponen zat makanan
tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap
secara optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga
pertumbuhan sampai umur 4-6 bulan, tidak ada makanan lain yang
dibutuhkan selama masa ini. Menurut Supariasa dkk (2002), bahwa ASI
adalah makanan bayi yang paling alamiah, sesuai dengan kebutuhan gizi
bayi dan mempunyai nilai proteksi yang tidak bisa ditiru oleh pabrik susu
manapun. Tetapi pada pertengahan abad ke-18 berbagai pernyataan
Pada permulaan abad ke-20 sudah dimulai produksi secara masal susu
kaleng yang berasal dari air susu sapi sebagai pengganti ASI. ASI steril
berbeda dengan sumber susu lain, susu formula, atau cairan lain disiapkan
dengan air atau bahan-bahan yang terkontaminasi dalam botol yang kotor.
Pemberian ASI saja tanpa cairan atau makanan lain dan tanpa
disusui secara penuh sampai mereka berumur 4-6 bulan, setelah 6 bulan
Pada bayi yang baru lahir, pemberian ASI secara penuh mempunyai daya
(2002) bahwa pda masa tersebut merupakan masa yang berbahaya bagi
bayi sebab perilaku pemberian makanan pendamping ASI dapat
ASI yang baik meliputi perhatian terhadap kapan, apa, dan bagaimana
berumur 6 bulan atau lebih. Berikan makanan lebih sering (4x sehari),
untuk energy. Tambahkan hasil olahan susu, telur, ikan, daging, kacang-
menyuapi anak, suapi anak dengan sendok yang bersih. (4) Masak atau
rebus makanan dengan benar, simpan sisanya pada tempat yang dingin
pola perilaku hidup bersih dan sehat dilakukan beberapa penilaian antara
lain adalah (1) penimbangan balita. Apabila ada balita pertanyaannya
setahun, (2) Gizi, anggota keluarga makan dengan gizi seimbang, (3) Air
yang memenuhi syarat kesehatan, (5) Air yang diminum dimasak terlebih
dahulu, (6) Mandi menggunakan sabun mandi, (7) Selalu cuci tangan
faktor yang tidak baik dapat diawasi sedemikian rupa sehingga tidak
2.1.10. Penatalaksaan
dan elektrolit tanpa melihat etiologinya. Jumlah cairan yang diberi harus sama
dengan jumlah yang telah hilang melalui diare dan atau muntah, ditambah
dengan banyaknya cairan yang hilang melalui keringat, urin, pernafasan, dan
ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang
masih terus berlangsung. Jumlah ini tergantung pada derajat dehidrasi serta berat
masing-masing anak atau golongan umur, (b) Nutrisi. Makanan harus diteruskan
bahkan ditingkatkan selama diare untuk menghindari efek buruk pada status gizi.
Agar pemberian diet pada anak dengan diare akut dapat memenuhi tujuannya,
persyaratan diet sebagai berikut yakni pasien segera diberikan makanan oral
setelah rehidrasi yakni 24 jam pertama, makanan cukup energy dan protein,
mudah dicerna, makanan diberikan dalam porsi kecil dengan frekuensi sering.
Pemberian ASI diutamakan pada bayi, pemberian cairan dan elektrolit sesuai
kebutuhan, pemberian vitamin dan mineral dalam jumlah yang cukup, (c)
berikut:
a. Rencana pengobatan A
anak terkena diare lagi. Cairan rumah tangga yang dianjurkan seperti
oralit, makanan cair, air matang. Gunakanlah larutan untuk anak seperti
Tabel 2.2
kebutuhan Oralit Per Kelompok Umur
Umur 3 jam pertama atau tidak haus Selanjutnya tiap kali
(Tahun) atau sampai tidak gelisah lagi mencret
<1 1 ½ gelas ½ gelas
1-5 3 gelas 1 gelas
>5 6 Gelas 4 Gelas
b. Rencana pengobatan B
sedang dengan cara 3 jam pertama diberikan 75ml/kg BB, berat badan
anak tidak diketahui, berikan oralit paling sedikit sesuai tabel berikut:
Tabel 2.3
Jumlah Oralit yang diberikan pada 3 jam pertama
Umur <1 Tahun 1 – 5 Tahun >5 tahun
Jumlah oralit 300 600 1200
Berikan anak yang menginginkan lebih banyak oralit, dorong juga ibu
untuk meneruskan ASI. Bayi kurang dari 6 bulan yang tidak mendapatkan
ASI, berikan juga 100-200ml air masak. Setelah 3-4 jam, nilai kembali
anak menggunakan bagan penilaian, kemudian pilih rencana A, B, dan C
untuk melanjutkan.
c. Rencana pengobatan C
Jika keadaan anak sudah cukup baik maka berikan oralit. Setelah 1-3 jam
berikutnya nilai ulang anak dan pilihlah rencana pengobatan yang sesuai.
a. Pemeriksaan tinja
c. pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinitest,
fosfor dalam serum (terutama pada penderita diare yang disertai kejang).
h. Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau
masalah kehilangan cairan yang berlebihan (dehidrasi). Dehidrasi ini bila tidak
segera diatasi dapat membawa bahaya terutama bagi balita dan anak-anak. Bagi
penderita diare ringan diberikan oralit, tetapi bila dehidrasi berat maka perlu
dibantu dengan cairan intravena atau infus. Hal yang tidak kalah penting dalam
(refeeding) sebab selama diare pemasukan makanan akan sangat kurang karena
akan kehilangan nafsu makan dan kehilangan makanan secara langsung melalui
tinja atau muntah dan peningkatan metabolisme selama sakit. (sitorus, 2008).
2.1.13. Komplikasi
b. Renjatan hipovolemik
d. Hipoglikemia.
e. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim lactase
g. Malnutrisi energy protein, karena selain diare dan muntah penderita juga
mengalami kelaparan.