DENGAN DIARE
OLEH : KELOMPOK 8
RIRIN OPU/C1906026
JERNIATI/C1906015
T.A 2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit menular adalah penyakit yang diderita banyak orang Indonesia sejak dulu, termasuk
infeksi usus (diare). Diare adalah gejala klinis gangguan pada pencernaan usus dengan ditandai adanya
peningkatan buang air besar lebih dari biasanya. Secara umum, diare disebabkan makanan dan
minuman yang terpapar virus, bakteri, atau parasit. Diare biasanya terjadi karena kurangnya air bersih
yang memenuhi persyaratan kesehatan. Air minum yang baik harus steril dan bebas dari zat dan bakteri
berbahaya. Namun, banyak masyarakat yang tidak menghiraukan bahaya dari kandungan air yang tidak
steril sehingga dapat menyebabkan penyakit, salah satunya yaitu diare.(Muhammad, 2019).
Berdasarkan WHO 2019 Diare merupakan salah satu penyakit dengan tingkat insidensi dan
mortalitas tertinggi di dunia. Dilaporkan terdapat sekitar 1,7 triliun kasus setiap tahunnya. Penyakit diare
adalah penyebab utama kedua kematian pada anak di bawah lima tahun, dan setiap tahunnya dapat
membunuh sekitar 525.000 anak. Diare dapat berlangsung beberapa hari, dan dapat meninggalkan
tubuh tanpa air dan garam yang diperlukan untuk bertahan hidup (WHO, 2019.)
Penyebab diare pada bayi dan anak-anak berbeda dengan penyebab diare pada orang dewasa.
Kalau pada anak-anak biasanya disebabkan oleh virus,sedangkan pada orang dewasa disebabkan oleh
bakteri. Diare pada orang dewasa dapat dipicu oleh beberapa faktor, misalnya karena salah
makan,gangguan pencernaan makanan, pengaruh obat-obatan dan karena kondisi kejiwaan sedangkan
pada bayi bisa terinfeksi, jika menelan kuman tersebut ketika melewati jalan lahir yang terkena kuman
atau ketika disentuh oleh tangan yang berkuman. Anak-anak juga mudah terinfeksi kuman karena sering
memasukkan tangan dan mainan mereka yang kotor kedalam mulut.(Masyarakat, 2019).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Medis
Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya
ditandai dengan peningkatan volume, keenceran serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada
neonates lebih dari 4 kali sehari dengan tanpa lender darah.
- Diare akut
Yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari tanpa diselang-seling berhenti lebih dari 2 hari.
Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dari tubuh penderita, gradasi penyakit diare akut dapat
dibedakan dalam empat kategori, yaitu:
(2) Diare dengan dehidrasi ringan, apabila cairan yang hilang 2-5% dari berat badan,
(3) Diare dengan dehidrasi sedang, apabila cairan yang hilang berkisar 5-8% dari berat badan,
(4) Diare dengan dehidrasi berat, apabila cairan yang hilang lebih dari 8-10%
- Diare persisten
Diare persisten adalah diare yang berlangsung 15-30 hari, merupakan kelanjutan dari diare akut
atau peralihan antara diare akut dan kronik.
- Diare kronik
Diare kronis adalah diare hilang-timbul, atau berlangsung lama dengan penyebab non-infeksi,
seperti penyakit sensitif terhadap gluten atau gangguan metabolisme yang menurun. Lama diare kronik
lebih dari 30 hari.
2. Etiologi
a. Faktor Infeksi
1) Infeksi enteral
Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada
anak. Infeksi parenteral ini meliputi:
2) Infeksi parenteral
Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan, seperti Otitis Media
akut (OMA), Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia, Ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama
terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.
b. Faktor Malabsorbsi
- Malabsorbsi lemak
- Malabsorbsi protein
d. Faktor psikologis: rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat menimbulkan diare terutama
pada anak yang lebih besar
e. Faktor Pendidikan
f. Faktor pekerjaan
Sebagian besar diare terjadi pada anak dibawah usia 2 tahun. Balita yang berumur 12-24 bulan
mempunyai resiko terjadi diare 2,23 kali dibanding anak umur 25-59 bulan.
h. Faktor lingkungan
i. Faktor Gizi
Diare menyebabkan gizi kurang dan memperberat diarenya. Oleh karena itu, pengobatan
dengan makanan baik merupakan komponen utama penyembuhan diare tersebut. Bayi dan balita yang
gizinya kurang sebagian besar meninggal karena diare. Hal ini disebabkan karena dehidrasi dan
malnutrisi. Faktor gizi dilihat berdasarkan status gizi yaitu baik = 100-90, kurang = <90-70, buruk = <70
dengan BB per TB.
Tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pada pertama kehidupan. Pada bayi yang tidak
diberi ASI resiko untuk menderita diare lebih besar daripada bayi yang diberi ASI penuh dan
kemungkinan menderita dehidrasi berat juga lebih besar. Menggunakan botol susu ini memudahkan
pencemaran oleh kuman sehingga menyebabkan diare. Dalam ASI mengandung antibody yang dapat
melindungi kita terhadap berbagai kuman penyebab diare seperti Sigella dan V. Cholerae.
3. Patofisiologi
Gastroenteritis akut (Diare) adalah masuknya Virus (Rotavirus, Adenovirus enteritis), bakteri
atau toksin (Salmonella. E. colli), dan parasit (Biardia, Lambia). Beberapa mikroorganisme pathogen ini
menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau cytotoksin Penyebab dimana
merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada gastroenteritis akut. Penularan gastroenteritis
bisa melalui fekal oral dari satu klien ke klien lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran pathogen
dikarenakan makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotik (makanan yang tidak
dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare).
Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit
meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan motilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan
hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang
mengakibatkan gangguan asam basa (asidosis metabolik dan hypokalemia), gangguan gizi (intake
kurang, output berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi.
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronis akan terjadi: (a) Kehilangan air dan elektrolit
(dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan asam-basa (asidosis metabolik,
hypokalemia dan sebagainya). (b) Gangguan gizi sebagai akibat kelaparan (masukan makanan kurang,
pengeluaran bertambah). (c) Hipoglikemia, (d) Gangguan sirkulasi darah.
4. Manifestasi Klinis
- Mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu
makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare.
- Tinja cair dan mungkin disertai lendir dan atau darah. Warna tinja makin lama berubah menjadi
kehijau-hijauan karena tercampur dengan empedu.
- Anus dan daerah sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin asam
sebagai akibat makin banyaknya asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak dapat
diabsorbsi usus selama diare.
- Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan oleh lambung
yang turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam-basa dan elektrolit. Bila
penderita telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi makin tampak.
- Berat badan menurun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun membesar menjadi cekung,
selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.
5. Penatalaksaan
Dehidrasi, diare cair membutuhkan pengganti cairan dan elektrolit tanpa melihat etiologinya.
Jumlah cairan yang diberi harus sama dengan jumlah yang telah hilang melalui diare dan atau muntah,
ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang melalui keringat, urin, pernafasan, dan ditambah
dengan banyaknya cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus berlangsung. Jumlah ini
tergantung pada derajat dehidrasi serta berat masing-masing anak atau golongan umur.
Nutrisi. Makanan harus diteruskan bahkan ditingkatkan selama diare untuk menghindari efek
buruk pada status gizi. Agar pemberian diet pada anak dengan diare akut dapat memenuhi tujuannya,
serta memperhatikan faktor yang mempengaruhi gizi anak, maka diperlukan persyaratan diet sebagai
berikut yakni pasien segera diberikan makanan oral setelah rehidrasi yakni 24 jam pertama, makanan
cukup energy dan protein, makanan tidak merangsang, makanan diberikan bertahap mulai dengan yang
mudah dicerna, makanan diberikan dalam porsi kecil dengan frekuensi sering. Pemberian ASI
diutamakan pada bayi, pemberian cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan, pemberian vitamin dan
mineral dalam jumlah yang cukup,
Medikamentosa. Antobiotik dan antiparasit tidak boleh digunakan secara rutin, obat-obat anti
diare meliputi antimotilitas seperti loperamid, difenoksilat, kodein, opium, adsorben seperti norit,
kaolin, attapulgit, anti muntah termasuk prometazin dan kloropomazin.
Penanganan Diare yaitu hal pertama yang harus diperhatikan dalam penanggulangan diare
adalah masalah kehilangan cairan yang berlebihan (dehidrasi). Dehidrasi ini bila tidak segera diatasi
dapat membawa bahaya terutama bagi balita dan anak-anak. Bagi penderita diare ringan diberikan
oralit, tetapi bila dehidrasi berat maka perlu dibantu dengan cairan intravena atau infus. Hal yang tidak
kalah penting dalam menanggulangi kehilangan cairan tubuh adalah pemberian makanan kembali
(refeeding) sebab selama diare pemasukan makanan akan sangat kurang karena akan kehilangan nafsu
makan dan kehilangan makanan secara langsung melalui tinja atau muntah dan peningkatan
metabolisme selama sakit. (sitorus, 2008).
6. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan tinja
c. pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinitest, bila diduga terdapat
intoleransi gula.
g. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan fosfor dalam serum
(terutama pada penderita diare yang disertai kejang).
h. Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau parasite secara
kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik.
7. Komplikasi
Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat terjadi berbagai macam
komplikasi seperti:
b. Renjatan hipovolemik
c. Hypokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia, perubahan pada
elektrokardiogram).
d. Hipoglikemia.
e. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim lactase karena kerusakan vili
mukosa usus halus.
g. Malnutrisi energy protein, karena selain diare dan muntah penderita juga mengalami
kelaparan.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
- Identitas
Diare akut lebih sering terjadi pada bayi dari pada anak, frekuensi diare untuk neonatus > 4
kali/hari sedangkan untuk anak > 3 kali/hari dalam sehari. Status ekonomi yang rendah merupakan salah
satu faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya diare pada nak ditinjau dari pola makan, kebersihan
dan perawatan. Tingkat pengetahuan perlu dikaji untuk mengetahui tingkat perlaku kesehatan dan
komunikasi dalam pengumpulan data melalui wawancara atau interview. Alamat berhubungan dengan
epidemiologi (tempat, waktu dan orang)
- Keluhan utama
Yang membuat klien dibawa ke rumah sakit. Manifestasi klnis berupa BAB yang tidak
normal/cair lebih banyak dari biasanya.
Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan buang air cair berkali-kali baik desertai
atau tanpa dengan muntah, tinja dapat bercampur lendir dan atau darah. Keluhan lain yang mungkin
didapatkan adalah napsu makan menurun, suhu badan meningkat, volume diuresis menurun dan gejala
penurunan kesadaran.
Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal, hospitalisasi dan pembedahan yang
pernah dialami, alergi, pola kebiasaan, tumbuh-kembang, imunisasi, status gizi (lebih, baik, kurang,
buruk), psikososial, psikoseksual, interaksi dan lain-lain.
Prenatal
Umur kehamilan, persalinan dengan bantuan alat yang dapat mempengaruhi fungsi dan
maturitas organ vital.
Post natal
Apgar skor <6 berhubungan dengan asfiksia, resusitasi atau hiperbilirubinemia. berat badan dan
panjang badan untuk mengikuti pertumbuhan dan perkembangan anak pada usia sekelompoknya.
Pemberian ASI dan PASI terhadap perkembangan daya tahan tubuh alami dan imunisasi buatan yang
dapat mengurangi pengaruh infeksi pada tubuh.
Pertumbuhan dan perkembangan menjadi bahan pertimbangan yang penting karena setiap
individu mempunyai ciri-ciri struktur dan fungsi yang berbeda, sehingga pendekatan pengkajian fisik
dan tindakan harus disesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan
a. Penyakit
Apakah ada anggota keluarga yang menderita diare atau tetangga yang berhubungan dengan
distribusi penularan.
Lingkungan yang kotor dan kumuh serta personal hygiene yang kurang mudah terkena kuman
penyebab diare.
BAB yang tidak pada tempat (sembarang)/ di sungai dan cara bermain anak yangkurang higienis
dapat mempermudah masuknya kuman lewat Fecal-oral.
d. Persepsi keluarga
Kondisi lemah dan mencret yang berlebihan perlu suatu keputusan untuk penangan awal atau
lanjutan ini bergantung pada tingkat pengetahuan dan penglaman yang dimiliki oleh anggota keluarga
(orang tua).
B. Pemeriksaan Fisik
Sistem Neurologi
a) Subyektif,
b) Inspeksi,
Keadaan umum klien yang diamati mulai pertama kali bertemu dengan klien. Keadaan sakit
diamati apakah berat, sedang, ringan atau tidak tampak sakit. KeSadaran diamati komposmentis, apatis,
somnolen, delirium, stupor dan koma.
Sistem Penginderaan
b) Inspeksi
Kepala, kesemitiras muka, cephal hematoma (-), caput sucedum (-), warna dan distibusi rambut
serta kondisi kulit kepala kering, pada neonatus dan bayi ubun-ubun besar tampak cekung.
Mata, Amati mata conjunctiva adakah anemis, sklera adakah icterus. Reflek mata dan pupil
terhadap cahaya, isokor, miosis atau midriasis. Pada keadaan diare yang lebih lanjut atau syok
hipovolumia reflek pupil (-), mata cowong.
Hidung, pada klien dengan dehidrasi berat dapat menimbulkan asidosis metabolik sehingga
kompensasinya adalah alkalosis respiratorik untuk mengeluarkan CO2 dan mengambil O2,nampak
adanya pernafasan cuping hidung.
Telinga, adakah infeksi telinga (OMA, OMP) berpengaruh pada kemungkinan infeksi parenteal
yang pada akhirnya menyebabkan terjadinya diare
c) Palpasi,
Kepala, Ubun-ubun besar cekung, kulit kepala kering, sedangkan untuk anak-anak ubun-ubun
besar sudah menutup maksimal umur 2 tahun. Mata, tekanan bola mata dapat menurun, Telinga, nyeri
tekan, mastoiditis
Sistem Integumen
c) Palpasi, tidak berkeringat, turgor kulit (kekenyalan kulit kembali dalam 1 detik = dehidrasi
ringan, 1-2 detik = dehidrasi sedang dan > 2 detik = dehidrasi berat
Sistem Kardiovaskuler
a) Subyektif, badan terasa panas tetapi bagian tangan dan kaki terasa dingin
b) Inspeksi,
pucat, tekanan vena jugularis menurun, pulsasi ictus cordis (-), adakah pembesaran jantung,
suhu tubuh meningkat.
c) Palpasi,
suhu akral dingin karena perfusi jaringan menurun, heart rate meningkat karena vasodilatasi
pembuluh darah, tahanan perifer menurun sehingga cardiac output meningkat. Kaji frekuensi, irama dan
kekuatan nadi.
d) Perkusi,
normal redup, ukuran dan bentuk jantung secara kasar pada kasus diare akut masih dalam batas
normal (batas kiri umumnya tidak lebih dari 4-7 dan 10 cm ke arah kiri dari garis midsternal pada ruang
interkostalis ke 4,5 dan 8.
e) Auskultasi,
pada dehidrasi berat dapat terjadi gangguan sirkulasi, auskulatasi bunyi jantung S1, S2, murmur
atau bunyi tambahan lainnya. Kaji tekanan darah.
Sistem Pernafasan
b) Inspeksi,
bentuk simetris, ekspansi , retraksi interkostal atau subcostal. Kaji frekuensi, irama dan tingkat
kedalaman pernafasan, adakah penumpukan sekresi, stridor pernafas inspirasi atau ekspirasi.
c) Palpasi, kajik adanya massa, nyeri tekan , kesemitrisan ekspansi, tacti vremitus (-).
d) Auskultasi,
dengan menggunakan stetoskop kaji suara nafas vesikuler, intensitas, nada dan durasi. Adakah
ronchi, wheezing untuk mendeteksi adanya penyakit penyerta seperti broncho pnemonia atau infeksi
lainnya.
Sistem Pencernaan
b) Inspeksi
BAB, konsistensi (cair, padat, lembek), frekuensi lebih dari 3 kali dalam sehari, adakah bau,
disertai lendi atau darah. Kontur permukaan kulit menurun, retraksi (-) dan kesemitrisan abdomen.
c) Auskultasi,
Bising usus (dengan menggunakan diafragma stetoskope), peristaltik usus meningkat (gurgling)
> 5-20 detik dengan durasi 1 detik.
d) Perkusi,
mendengar aanya gas, cairan atau massa (-), hepar dan lien tidak membesar suara tymphani.
e) Palpasi, adakah nyeri tekan, superfisial pemuluh darah, massa (-). Hepar dan lien tidak teraba.
Sistem Perkemihan
b) Inspeksi, testis positif pada jenis kelamin laki-laki, pembesaran scrotum (-), rambut(-). BAK
frekuensi, warna dan bau serta cara pengeluaran kencing spontan atau mengunakan alat. Observasi
output tiap 24 jam atau sesuai ketentuan.
Sistem Muskuloskletal
a) Subyektif, lemah
c) Palpasi, hipotoni, kulit kering , elastisitas menurun. Kemudian dilanjutkan dengan pengukuran
berat badan dan tinggi badan , kekuatan otot.
C. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
a) Feces lengkap
Makroskopis dan mikroskopis (bakteri (+) mis. E. Coli, PH dan kadar gula, biakan dan uji
resistensi
Analisa Blood Gas Darah dapat menimbulkan Asidosis metabolik dengan kompensasi alkalosis
respiratorik.
Pada diare dapat terjadi hiponatremia, hipokalsemia yang memungkinkan terjadi penurunan
kesadaran dan kejang.
Terutama untuk diare kronik dapat dideteksi jasad renik atau parasit secara kualitatif dan
kuantitatif.
f) Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi diperlukan kalau ada penyulit atau penyakit penyerta seperti
bronchopnemonia dll seperti foto thorax AP/PA Lateral.
D. Masalah Keperawatan
E. Intervensi Keperawatan
g. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah suatu proses menilai diagnosis keperawatan keluarga yang teratasi, teratasi
sebagian, atau timbul masalah baru. Melalui Melalui kegiatan evaluasi, kita dapat menilai pencapaian
tujuan yang diharapkan dan tujuan yang telah dicapai oleh keluarga. Bila tercapai sebagian atau timbul
masalah keperawatan baru, kita perlu melakukan pengkajian lebih lanjut, memodifikasi rencana atau
mengganti dengan rencana yang lebih sesuai dengan kemampuan keluarga.
Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP yang operasional dengan pengertian S adalah
ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan secara subjektif oleh keluarga setelah diberikan
implementasi keperawatan. O adalah keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat dengan
menggunakan pengamatan yang objektif setelah implementasi keperawatan. A merupakan analisa
perawat setelah mengetahui respon subjektif dan objektif keluarga yang dibandingkan dengan kriteria
dan standar yang telah ditentukan mengacu pada tujuan pada rencana keperawatan keluarga. P adalah
perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis.
Pada tahap ini ada dua evaluasi yang dapat dilaksanakan oleh perawat yaitu evaluasi formatif
yang bertujuan untuk menilai hasil implementasi secara bertahap sesuai dengan kegiatan yang
dilakukan, sesuai dengan kontrak pelaksaan dan evaluasi sumatif yang bertujuan menilai secara
keseluruhan terhadap pencapaian diagnosis keperawatan apakah rencana diteruskan sebagian,
diteruskan dengan perubahan intervensi, atau dihentikan. (Sudiharto, 2007 ; 49).
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya
ditandai dengan peningkatan volume, keenceran serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada
neonates lebih dari 4 kali sehari dengan tanpa lender darah.
Gastroenteritis akut (Diare) adalah masuknya Virus (Rotavirus, Adenovirus enteritis), bakteri
atau toksin (Salmonella. E. colli), dan parasit (Biardia, Lambia). Beberapa mikroorganisme pathogen ini
menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau cytotoksin Penyebab dimana
merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada gastroenteritis akut. Penularan gastroenteritis
bisa melalui fekal oral dari satu klien ke klien lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran pathogen
dikarenakan makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Dehidrasi, diare cair membutuhkan pengganti cairan dan elektrolit tanpa melihat etiologinya.
Jumlah cairan yang diberi harus sama dengan jumlah yang telah hilang melalui diare dan atau muntah,
ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang melalui keringat, urin, pernafasan, dan ditambah
dengan banyaknya cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus berlangsung. Jumlah ini
tergantung pada derajat dehidrasi serta berat masing-masing anak atau golongan umur.
I. DATA UMUM
1. Identitas Klien
Agama : Islam
Ayah
Ibu
Keluhan utama : Ibu klien mengatakan anaknya BAB encer lebih dari 5 kali dan
konsistensi feses cair dan lembek, nafsu makan menurun,lemah
Riwayat Keluhan Saat ini :
1. Pertumbuhan fisik
a. Berat badan : 23 kg
a. Berguling : 5 bulan
b. Duduk : 5 bulan
c. Merangkak : 6 bulan
d. Berdiri : 11 bulan
e. Berdiri :
f. Berjalan : 14 bulan
g. Berjalan :
V. RIWAYAT KESEHATAN
Penyakit yang pernah dialami : Ibu klien mengatakan anaknya pernah demam di umur 9 bulan
Kecelakaan yang pernah dialami : Ibu klien mengatakan anaknya tidak pernah mengalami
kecelakaan.
- Zinkid 1 x 1 str
- Lbio 2 x 1 saset
Riwayat alergi : Tidak ada
NYERI : ya
- Onset :
- Pencetus : diare
- Durasi : 2 – 3 menit
- Frekuensi : 3 kali
- Risiko Jatuh : Ya
- Skor : 11
Skor :
(Lihat pada skala Barthel Indeks) Khusus diisi untuk pasien umur ≥ 12 tahun.
- Sosial
X. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum
GCS : E: V: M:
b. Tanda-tanda vital :
TD : 90 / 60 mmhg
N : 104 x/i
S : 37,5
P : 24 x/i
a. Sistem respiratory
b. Sistem kardiovaskuler
d. Sistem Eliminasi
f. Sistem Neurosensori
- Pendengaran : Normal
- Penglihatan : Normal
- Pupil Isokor : Ya
h. Ektremitas
f. Dibutuhkan penerjemah
- Diagnosa penyakit
- Obat-obatan
- Diet dan nutrisi
Yang mengkaji,
NIM :
DATA FOKUS
DATA FOKUS
- nyeri/kram abdomen
KLASIFIKASI DATA
Ruang / kamar :
- P :24 x/i
ANALISA DATA
Nama : an. A
Nama : an, A
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama : an, A
EVALUASI KEPERAATAN
Nama : an,A
Sabtu, 09.00 - Hipovolemia b.d kehilangan S : ibu klien mengatakan anaknya lemah
30/1/2021 cairan aktif O:
- klien tampak lemah
- memran mukosa kering
- Td : 90/60mmhg
- S : 37,5
- P : 24 x/i
- N : 104 x/i
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
Sabtu, 09.00 - Resiko deficit nutrisi b.d S : ibu klien mengatakan anaknya tidak
30/1/2021 Ketidakmampuan nafsu makan
mengabsorbsi nutrient O:
- klien tampak lemah
- Td : 90/60mmhg
- S : 37,5
- P : 24 x/i
- N : 104 x/i
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
Minggu, 11.00 - Diare b.d terpapar S : Ibu klien mengatakan anakanya BAB 5
kontaminan dan perubahan
31/1/2021 kali/hari, cair dan lembek
air dan makanan
O:
- Klien tampak BAB cair dan
lembek
- Klien tampak lemah
- Td : 90/60 mmhg
- S : 37,5
- P : 24 x/i
- N : 104 x/i
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
Minggu, 11.00 - Hipovolemia b.d kehilangan S : ibu klien mengatakan anaknya lemah
cairan aktif
31/1/2021 O:
- klien tampak lemah
- memran mukosa kering
- Td : 90/60mmhg
- S : 37,5
- P : 24 x/i
- N : 104 x/i
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
Minggu, 11.00 - Resiko deficit nutrisi b.d S : ibu klien mengatakan anaknya tidak
Ketidakmampuan
31/1/2021 nafsu makan
mengabsorbsi nutrien
O:
- klien tampak lemah
- Td : 90/60mmhg
- S : 37,5
- P : 24 x/i
- N : 104 x/i
1. PENGKAJIAN
1. Keluhan utama
Ibu klien mengatakan anaknya BAB encer lebih dari 5 kali dan konsistensi feses cair dan lembek,nafsu
makan menurun,lemah.
2. TTV
TD: 90/60 mmHg
N:104 x/I
S:37,5
P:24 X/i
2. MASALAH KEPERAWATAN
3. DS : -Ibu klien mengatakan anaknya bab cair dan lembek 5 kali sehari
-Ibu klien mengatakan anaknya tidak nafsu makan
-Kram abdomen
-Ibu klien mengatakan anaknya lemah
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a.Diare b/d terpapar kontaminan dan perubahan air dan makan
b.Hipovolemia b/d kehilangan cairan aktif
c.Resiko deficit nutrisi b/d ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
4 RENCANA KEPERAWATAN
1.Ientifikasi penyebab diare
6 EVALUASI
1.Ibu klien mengatakan anaknya BAB 2 kali sehari,ampas dan lunak
7 PERENCANAAN PULANG
Orang tua klien di beri penjelasan mengenai kebersihan lingkungan di sekitar rumahnya agar selalu
diperhatikan ,sampah di sekeliling rumah di timbung atau di bakar.Dan membiasakan sehat bagi setiap
keluarganya yaitu minum air yang telah dimasak,sayur-sayuran ddn lain-lain di cuci terlebih dahulu sebelum
di masak,serta memperhatikan kebersihan dirisetiap anggota keluarga.
A.RESUME JURNAL
1. Jurnal penelitian
Manejemen diare pada anak oleh perawat di rumah sakit
2. Nama peneliti
Septi Wardani (mahasiswa fakultas ilmu kesehatan universitas muhammadiyag magelang
)
3. Populasi dan sampel
Populasi penelitian ini adalah perawat yang bekerja di bangsal anak dengan kriteria
responden lama bekerja minimal satu tahun,berpendidikan minimal D3 keperawatan dan
tepapar dalam pemberian asuhan keperawatan pada anak dengan diare akut .Sampel
dalam penelitian ini di pilih dengan menggunakan metode purposive sampling dengan
strategi homogeneous sampling
4. Tujuan penelitian
Untuk menggali peran perawat dalam tatalaksana diare akut pada anak
5. Metode penelitian
Metode yang di gunakan adalah studi kualitatif dengan pendekatan studi kasus dengan
pengumpulan data dengan wawancara terhadap lima responden ,dekumen ,dan observasi
partisipatif.Analisa data dilakukan melalui 3 tahap,yaitu reduksi data,model data dan
verivikasi data .Uji validitas dilakukan dengan triangulasi sumber dengan melakukan
wawancara terhadap empat pengasuh atau orang tua anak ,satu kepala ruang dan satu
dokter special anak .
6. Hasil penelitian
Hasil dari penelitian didapatkan kekuatan dan kelemahan dalam tataksana diare akut pada
anak oleh perawat .Kekuatan:perawat sudah melakukan pengkajian umum diare dan
penilaian dehidrasi,perawat melakukan asuhan keperawatan (perumusan diagnosis
keperawatan,intervensi,implementasi,dan evaluasi)Perawat melakukan kolaborasi dengan
tim kesehatan lain ,perawat memberikan edukasi mengenai pemberian rehidrasi
oral,zink,makan dan nasehat,perawat sudah melakukan inform concent.sedangkan untuk
kelemahan di dapatkan :perawat belum melakukan pengkajian riwayat
penyakit ,pendekumentasian perawat belum dilakukan secara integrasi .Masih di berikan
cairan intravena pada semua anak dengan diare akut atas instruksi dokter ,antibiotic dan
prebiotic masih di berikan,belum melakukan dekumentasi dalam pemberian informed
concent ,perawat beluk memberikan edukasi mengenai lama pemberian dan manfaat zink.
7. Saran penelitian
Perawat perlu menambahkan pengkajian mengenai pengetahuan dan keyakinan daan
serta efikasi diri sebagai pengkajian factor psikososial pada pasien.penelitian ini dapat
digunakan sebagai dasar untuk menembangkan penelitian selanjutnya mengenai efekasi
diri .Beberapa masalah yang dapat diteliti antara lain intervensi keperawatan yang dapat
meninggkatkan efekasi diri pasien ,pengaruh pendidikan kesehatan dengan suatu modul
tertentu terhadap efikasi dari pasien,factor yang mempengaruhi efikasi diri pasien.
B.KRITISI JURNAL