SEMESTER GENAP
2. EPIDEMIOLOGI
Sekitar lima juta anak diseluruh dunia meninggal karena diare akut. Di
Indonesia tahun 70 sampai 80-an, prevalensi penyakit diare sekitar 200-400 per
1000 penduduk per tahun, dari angka prevalensi tersebut 70-80 % menyerang
anak dibawah usia lima tahun (balita). Golongan umur ini mengalami 2-3 episode
diare per tahun. Diperkirakan kematian anak akibat diare sekitar 200-250 ribu
setiap tahunnya. Menurut Depkes RI (2002), epidemiologi penyakit diare adalah
sebagai berikut :
Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal oral antara lain
melalui makanan/ minuman yang tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan
tinja penderita. Beberapa perilaku yang menyebabkan penyebaran kuman enterik
dan meningkatkan resiko terjadinya diare. Perilaku tersebut antara lain :
a) Tidak memberikan ASI (Air Susu Ibu) secara penuh 4-6 bulan pada
pertama kehidupan. Pada bayi yang tidak diberi ASI resiko untuk
menderita diare lebih besar daripada bayi yang diberi ASI penuh dan
kemungkinan menderita dehidrasi berat juga lebih besar.
b) Menggunakan botol susu, penggunaan botol ini memudahkan pencemaran
oleh kuman, karena botol susah dibersihkan.
c) Menyimpan makanan masak pada suhu kamar. Bila makanan disimpan
beberapa jam pada suhu kamar, makanan akan tercemar dan kuman akan
berkembang biak.
d) Menggunakan air minum yang tercemar. Air mungkin sudah tercemar dari
sumbernya atau pada saat disimpan dirumah. Pencemaran dirumah dapat
terjadi kalau tempat penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan
tercemar menyentuh air pada saat mengambil air dari tempat
penyimpanan.
e) Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang
tinja anak atau sebelum makan dan menyuapi anak.
3. Etiologi
Situasi ini timbul bila seseorang makan berbagai jenis makanan dalam
jumlah besar sekaligus. Misalnya, seseorang yang baru makan durian lalu minum
eskrim dan makan roti yang banyak disertai bistik. Sekaligus beberapa makanan
tersebut masuk ke usus kecil dalam keadaan osmotik yang sangat tinggi dimana
campur aduknya berbagai jenis makanan tersebut masuk ke usus kecil dalam
keadaan osmotik yang sangat tinggi dimana campur aduknya berbagai jenis
makanan tidak menguntungkan untuk suatu proses pencernaan. Keadaan tersebut
diatas akan menimbulkan sekresi air yang berlebihan, sehingga menimbulkan
diare sementara, dikarenakan kondisi hipertonik akibat kandungan disakaridase
yang berlebihan (Daldiyono, 1997).
Sebagai contoh keadaan ini adalah hal yang terjadi pada penyakit seliak
(gluten enterophaty). Akibat reaksi antigen antibodi terhadap protein gandum
(gluten), akan terdapaat kerusakan pada mukosa intestin sebagai akibat proses
absorbsi monosakarid dan oligosakarid yang terganggu yang akan menimbulkan
suasana hipertonik pada intestin lalu timbul diare (Daldiyono, 1997).
4. Defisiensi enzim
Suatu contoh yang terkenal adalah defisiensi enzim laktase. Laktase adalah
enzim yang disekresi oleh intestin untuk mencerna disakarida laktase menjadi
monosakarida glukose dan galaktose. Laktase diproduksi dan disekresi oleh sel
epitel intestin sejak dalam kandungan dan diproduksi maksimum pada waktu lahir
sampai umur masi anak-anak kemudian menurun sejalan dengan usia (Daldiyono,
1997).
Diare osmotik terjadi bila ada bahan yang tidak dapat diserap
meningkatkan osmolaritas dalam lumen yang menarik air dari plasma sehingga
terjadi diare. Contohnya adalah malabsorbsi karbohidrat akibat defisiensi laktase
atau akibat garam magnesium. Sebagai akibat diare baik akut maupun kronis akan
terjadi beberapa hal, antara lain:
Karakteristik dari diare osmotik adalah diare akan berhenti apabila pasien
dipuasakan atau asupan makanan dan minumannya dibatasi (Daldiyono, 1997).
- Minum susu yang tanpa laktosa selama masih diare, pasien dapat
mengkonsumsi susu dengan latosa lagi setelah sembuh
- Hindari makanan berserat tinggi, berlemak , mengandung kafein, alkohol
dan soda.
- Istirahat yang cukup
- Minum obat dengan teratur dan minum air putih
- Memakan makanan yang bergizi
- Tidak jajan sembarangan, lebih baik pasien diberitahu untuk membawakan
bekal sendiri dari rumah.
6. TERAPI FARMAKOLOGI
a. Terapi Rehidrasi
Terapi terpenting untuk pasien diare akut maupun kronis adalah rehidrasi,
sebagai terapi lini pertama untuk diare dengan pemberian oral rehydration
therapy atau ORT atau oralit, yaitu yang sering disebut terapi suportif.
Oralit berfungsi untuk mencegah dehidrasi yang sangat berbahaya bagi
penderita diare, terutama bayi dan lansia namun lebih baik diberikan
melalui rute parenteral karena memiliki onset kerja yang cepat
(Tjandrawinata, 2009).
b. Adsorben dan obat pembentuk masa
Adsorben seperti kaolin, tidak dianjurkan untuk diare akut. Obat-obat
pembentuk masa seperti isphagula, metil selulosa, dan sterkulia
bermanfaat dalam mengendalikan konsistensi tinja pada ileostomi dan
kolonostomi, serta dalam mengendalikan diare akibat penyakit
divertikular. Contoh obat yang termasuk dalam golongan ini antara lain
kaolin, pectin, dan attalpugit. (Tjandrawinata, 2009).
c. Anti motilitas
Pada diare akut obat-obat anti motilitas perannya sangat terbatas sebagai
tambahan pada terapi penggantian cairan dan elektrolit. Yang termasuk
dalam golongan ini adalah codein fosfat, co-fenotrop, loperamid HCl, dan
morfin. (Tjandrawinata, 2009)
d. Antisekresi
e. Bismut subsalisilat dapat mengurangi gejala diare, mual, dan nyeri
abdomen pada diare wisatawan. Obat ini bekerja melalui efek antisekresi
dari salisilatnya. Bismut subsalisilat 30 ml atau 2 tablet setiap 30 menit
sebanyak 8 dosis bermanfaat pada beberapa pasien. Obat ini paling efektif
untuk pasien dengan gejala muntah yang menonjol, namun tidak boleh
diberikan pada diare inflamasi atau berdarah. Racecadotril merupakan
suatu inhibitor enkephalinase (nonopiat) dengan aktivitas antisekresi,
didapatkan bermanfaat pada anak-anak dengan diare, tetapi tidak pada
orang dewasa dengan kolera. (Tjandrawinata, 2009)
f. Probiotik
probiotik merupakan terapi dengan memberikan mikroorganisme yang
hidup dan tentu saja yang tidak berbahaya dimana ia akan berkompetisi
dengan bakteri patogen pada tempat menempelnya bakteri di mukosa usus
dan memodulasi sistem imun pejamu. Terdapat beberapa spesies yang
telah diteliti dan digunakan sebagai probiotik, yakni Lactobacillus
bulgaricus, Lactobacillus acidophilus, Lactobacillus casei, Lactobacillus
GG, Bifidobacterium bifidum, Bifidobacterium longum, Streptococcus
thermophilus, Enterococcus faecium, dan Saccharomyces boulardi. Yang
umum digunakan adalah kelompok laktobasilus dan bifidobakteria.
(Tjandrawinata, 2009)
Keluhan :
Diare sudah 3 hari ini, feses encer tanpa darah dan nanah. Sehari BAB 3- 6
kali. Kepala pusing, , lemas, tdk bisa bangun dari tempat tidur, mual dan muntah.
Nafsu makan hilang. Diare tidak diketahui penyebabnya, namun berawal dari
minum es campur yang An. Sari beli di lingkungan rumahnya. An. Sari selalu
merasa haus. Ibunya sudah berusaha untuk memberikan Renalit, namun selalu
dimuntahkan. Kulit An. Sari mulai kering dan turgor matanya menurun. Ibunya
langsung membawanya ke klinik. Dokter di puskesmas segera melakukan
pemeriksaan dan di dapatkan data :
Riwayat penyakit :
Typhoid
Riwayat pengobatan :
Ciprofloxacin, Siladex ekspektoran dan Biolysin
Alergi : -
Diagnosa : Diare + Dehidrasi
T= 36,5 oC
RR = 22/ menit
TD = 110/ 80 mmhg
HR = 80/ menit
Data laboratorium :
Na = 40 mEq
K = 43 mEq
Cl = 60 mEq
Imodium, 2 x tablet
Lacto B, 2 x 1 sachet
Pertanyaan :
8. PEMBAHASAN KASUS
8.1 SUBJEKTIF
Nama : An. Sari
Umur : 10 thn
BB : 25 kg
NO. KLASIFIKASI URAIAN
Diare sudah 3 hari ini,
Sehari BAB 3- 6 kali
Kepala pusing, lemas, tdk bisa
bangun dari tempat tidur, mual
1. Keluhan
dan muntah
Nafsu makan hilang
Kulit kering dan turgor matanya
menurun.
2. Kebiasaan -
3. Riwayat penyakit keluarga -
4. Riwayat penyakit pasien Typhoid
Ciprofloxacin, Siladex ekspektoran dan
5. Riwayat pengobatan
Biolysin
6. Alergi obat -
7. Diagnosa Dehidrasi + diare
NaCl = 28 tts/ menit ( 5 kolf / hari )
Imodium, 2 x tablet
Lacto B, 2 x 1 sachet
8.2 OBJEKTIF
feses encer tanpa darah dan
Gejala
nanah
TD 110/80 mmhg TD Normal
RR 22/min (normal : < 20x/menit) RR normal
T 36,5C Suhu tubuh normal
HR 80/menit Normal
Gerak peristaltik menurun
dikarenakan peradangan dan aktivitas
enzim pada motilitas usus yang
Bising usus menurun
memperberat ketidakseimbangan
cairan
DATA LABORATORIUM :
Na 40 mEq
K 43 mEq
Cl 60 mEq ( nilai normal 98- Menurun
110mEq/L)
8.3 Assessment
DRUG RELATED PROBLEM
No Kriteria DRP Uraian Masalah Tindakan
1 Penggunaan Imodium Pemberian Imodium dapat digunakan untuk Menginfokan pada pasien untuk menghentikan
2x1/2 tablet untuk penyembuhan penyakit diare, Imodium bukan penggunaan Imodium .
menurunkan gerak merupkan obat diare namun merupakan antimotility
peristaltik pada pasien atau antiperistaltik, berguna untuk menurunkan
diare gerak peristaltik, Imodium Kontraindikasi pada
pasien berumur di bawah 12 tahun, sedangkan
pasien saat ini masi berumur 10 tahun, selain itu
Imodium dapat menurunkan clearance bakteri
pathogen karena penurunan gerakan peristaltik dan
dapat menyebabkan kram.
2 Penggunaan Guanistrep Pemberian Guanistrep syr dengan dosis 4 x 2 Menginfokan pada pasien untuk pemberian
Syr 4 X 2 sendok takar sendok takar, lebih dari dosis yang seharusnya Guanistrep syr di ubah menjadi 2-3x 2 sendok.
apabila jika diberikan pada pasien yang masih anak
anak. Guanistrep syr yang terdiri dari kaolin dan
pectin tidak boleh di berikan terlalu banyak.
Sehingga perlu di lakukan pengkajian dosis ulang.
8.4 PLAN
Beberapa tindakan untuk pasien perlu dilakukan dengan tujuan:
1. Menghilangkan gejala diare yang dilihat dari frekuensi feses, warna,
keenceran dan volume menjadi normal
2. Pasien tidak mengalami dehidrasi
3. Mencegah faktor pemicu agar tidak terjadi kekambuhan
4. Memperbaiki kualitas hidup pasien
5. Mengedukasi pasien
Penyebab diare yang dialami oleh An Sari yaitu bisa disebabkan karena es
campur yang dibeli di dekat lingkungan rumah, Dalam es campur terdapat
pemanis buatan yang sulit diabsorbi oleh usus seperti sorbitol, Sorbitol
yang sulit terabsorbsi akan memicu peningkatan tekanan osmotik pada
saluran pencernaan yang kemudian menyebabkan pergerakan air dari
sistemik ke pencernaan dan kemudian menyebabkan diare.
Rehidrasi dan maintenance air dan elektrolit merupakan terapi utama yang
harus dilakukan hingga episode diare berakhir.
Monitor keadaan pasien yaitu gejala dehidrasi seperti lemas, turgor mata
menurun, dan kulit kering
Tambahan :
Daldiyono. 1997. Pendekatan Klinik Diare Kronik pada Orang Dewasa. Dalam :
Gastroenterologi Hepatologi. Jakarta : CV Sagung Seto.