Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN KASUS DIARE

DI RUANGAN CATELIA RSUD UNDATA


PROVINSI SULAWESI TENGAH

DI SUSUN OLEH :

NAMA : INDRA SAHID


NIM : 2022031013

CI LAHAN CI INSTITUSI

Sarini, S.Kep.,Ns Ns. Elifa Ihda Rahmawati, S.Kep., M.Kep


NIP. 19811102 200701 2 007 NIK. 20120901025

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS WIDYA NUSANTARA
2022
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Definisi
Diare merupakan pengeluaran feses yang berbentuk tidak normal
dan cair. Bisa juga didefinisikan dengan buang air besar yang tidak
normal dan berbentuk cair dengan frekuensi BAB lebih dari biasanya.
Bayi dapat dikatakan diare bila BAB sudah lebih dari 3 kali sehari buang
air besar, dan sedangkan neonatus dikatakan diare jika sudah buang air
besar sebanyak lebih dari 4 kali dalam sehari. (Lia dewi, 2018).
Diare adalah suatu kondisi buang air besar yang tidak normal
dimana buang air besar >3 kali dalam sehari dengan konsistensi feses
yang encer/cair dapat disertai atau tanpa disertai dengan darah atau
lender yang merupakan akibat dari terjadinya proses implamasi pada
lambung atau usus (Wijayaningsih, 2018).

2. Epidemiologi
Epidemiologi diare dapat diartikan sehagai suatu studi mengenai
kejadian diare, penyebarannya dan faktor-faktor yang menentukan
terjadinya diare pada kelompok penduduk.
a. Penyebaran Diare Menurut Orang
Penyakit diare lebih banyak menyerang golongan umur anak
balita pada daerah endemis, sedangkan pada waktu terjadinya
kejadian luar biasa (KLB) dapat menyerang semua golongan semua
umur. Kejadian diare di Indonesia diperkirakan 40-50 per 100
penduduk per tahun, dimana 70 % - 80 % dari padanya terjadi pada
golongan umur balita. Insiden tertinggi terdapat pada usia dibawah 2
tahun (Suharyono, 2019).
b. Penyebaran Diare Menurut Tempat
Penyebaran diare di suatu ternpat dengan tempat lainnya
berbeda. Perbedaan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi kejadian diare itu diantaranya keadaan
geografis, kebiasaan penduduk, kepadatan penduduk dan pelayanan
kesehatan. Secara teoritis diketahui bahwa penularan diare
dipengaruhi oleh sanitasi dan hygiene perorangan, namun adanya
perbedaan insiden di suatu tempat juga dipengaruhi oleh spesifikasi
tempat tersebut. Misalnya tempat pemukiman kumuh dengan jumlah
penduduk yang padat akan lebih mudah terjadi penularan secara cepat
bila dibandingkan dengan pemukiman lain yang tidak padat
(Suharyono, 2019).
c. Penyebaran Diare Menurut Waktu
Penyebaran diare dapat berada dalam frekuensi dan waktu
tertentu. Variasi kajadian diare rnenurut waktu berbeda antara daerah
satu dengan yang lainnya. WHO pemah mengadakan penelitian
dimana 10 diketahui bahwa insiden diare dipengaruhi oleh iklim.
Sedangkan menurut Winardi Bambang diperkirakan sekitar 10 % dari
kunjungan ke Rumah Sakit, Balai Pengobatan, Puskesmas,
berdasarkan laporan dari seluruh Indonesia adalah penderita penyaklit
diare serta terlihat pula adanya variasi musim hujan (September -
Januari).

3. Etiologi
Menurut Haroen N. S, Suraatmaja dan P. O Asnil dalam
Wijayaningsih ditinjau dari sudut patofisiologi, penyebab diare akut
dapat dibagi dalam dua golongan yaitu sebagai berikut:
a. Diare sekresi (secretory diarrhoe), disebabkan oleh:
1) Infeksi virus, kuman-kuman pathogen dan apatogen seperti shigella,
salmonella, golongan vib-rio, E. Coli, clostridium perfarings, B.
Cereus, stapylococus aureus, comperastaltik usus halus yang
disebabkan bahan-bahan kimia dari makanan (misalnya keracunan
makanan, makanan yang pedas, terlalu asam), gangguan psikis
(ketakuatan, gugup), gangguan saraf, alergi, hawa dingin dan
sebagainya.
2) Defisiensi imun terutama SIGA (secretory imonolbulin A) yang
mengakibatkan terjadinya berlipat gandanya bakteri atau flata usus
dan jamur terutama canalida.

b. Diare osmotik (osmotic diarrhea) disebabkan oleh:


1) Malabsorbsi makanan: karbohidrat, protein, lemak (LCT), vitamin
dan mineral.
2) Kurang kalori protein.
3) Bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir
Sedangkan menurut Ngastiyah dalam (Wijayaningsih, 2018),
penyebab dari diare dapat dibagi dalam beberapa faktor yaitu:
a. Faktor infeksi
1) Infeksi enternal Merupakan penyebab utama diare pada anak,
yang meliputi: infeksi bakteri, infeksi virus (enteovirus,
poliomyelitis, virus echo coxsackie). Adeno virus, rota virus,
astrovirus, dan lain-lain, dan infeksi parasite: cacing (ascaris,
trichuris, oxyuris, strongxloides), protozoa (Entamoeba
histolytica, giardia lamblia, trichomonas humonis), jamur (canida
albicous).
2) Infeksi parenteral ialah infeksi di luar alat pencernaan makanan
seperti Otitis Media Akut (OMA), Tonsillitis atau
Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia, Ensefalitis dan sebagainya.
Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di
bawah dua tahun.
b. Faktor malabsorbsi
1) Karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, dan
sukrosa) dan monosakarida (intoleransi glukkosa, fruktosa, dan
galaktosa). Pada anak serta bayi yang paling berbahaya adalah
intoleransi laktosa.
2) Protein.
3) Lemak.
c. Faktor makanan, misalnya makanan basi, beracun, serta alergi.
d. Faktor psikologis

4. Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan terjadinya diare ialah yang
pertama gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang
tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga
usus meninggi, sehingga terjadinya pergeseran air dan elektrolit kedalam
rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus
untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
Kedua akibat rangsangan tertentu (misal toksin) pada dinding
usus akan terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga
usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga
usus.
Ketiga gangguan mortalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan
mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus menyerap makanan
sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat
menimbulkan diare pula.
Selain itu diare juga dapat timbul, akibat masuknya
mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati asam
lambung, mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian
mengeluarkan toksin dan akibat dari toksin tersebut terjadi hipersekresi
yang selanjutnya akan menimbulkan diare.

5. Klasifikasi
a. Diare Tanpa Dehidrasi, ciri-cirinya jika pada Balita, ia tetap aktif,
memiliki keinginan untuk minum seperti biasa, mata tidak cekung,
dan turgor kembali segera. Namun, Balita akan kehilangan cairan
<5% dari berat badan.
b. Diare Dehidrasi Ringan/Sedang, biasanya Balita mengalami gelisah
atau rewel, mata cekung, rasa haus meningkat, turgor kembali lambat,
dan kehilangan cairan 5-10% dari berat badan.
c. Diare Dehidrasi Berat, ditandai dengan lesu/lunglai, mata cekung,
malas minum, turgor kembali sangat lambat > 2 detik, dan kehilangan
cairan >10% dari berat badan.
Menurut Simadibrata (2019), diare dapat diklasifikasikan
berdasarkan lama waktu diare, penyakit dibedakan menjadi :
1). Diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 15 hari.
Sedangkan menurut World Gastroenterology Organization
Global Guidelines (2018) diare akut didefinisikan sebagai pasase
tinja yang cair atau lembek dengan jumlah lebih banyak dari
normal, berlangsung kurang dari 14 hari. Diare akut biasanya
sembuh sendiri, lamanya sakit kurang dari 14 hari, dan akan
mereda tanpa terapi yang spesifik jika dehidrasi tidak terjadi.
2). Diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 15 hari.

6. Menifestasi Klinis
Menurut Lia dewi (2019), berikut ini adalah tanda dan gejala anak
yang mengalami diare:
a. Cengeng, rewel.
b. Suhu meningkat.
c. Gelisah.
d. Nafsu makan menurun.
e. Feses cair dan berlendir, kadang juga disertai dengan darahnya.
Kelamaan, feses ini akan berwarna hijau dan asam.
f. Dehidrasi, bila menjadi dehidrasi berat akan terjadi penurunan volume
dan tekanan darah, nadi cepat dan kecil, peningkatan denyut jantung,
penurunan kesadaran, dan diakhiri dengan syok.
g. Anus lecet.
h. Berat badan menurun.
i. Turgon kulit menurun.
j. Mata dan ubun-ubun cekung.
k. Selaput lender dan mulut serta kulit menjadi kering.

7. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
a) Baik, sadar (tanpa dehidrasi).
b) Gelisah, rewel (dehidrasi ringan atau sedang).
c) Lesu, lunglai atau tidak sadar (dehidrasi berat).
2) Berat badan
Menurut S. Partono (Susilaningrum et al, 2015), anak yang diare
dengan dehidrasi biasanya mengalami penurunan berat badan sebagai
berikut:
Tingkat dehidrasi Kehilangan berat badan (%)
Bayi Bayi
Dehidrasi ringan 5% (50 ml/kg) 3% (30
ml/kg)
Dehidrasi sedang 5-10% (50-100 ml/kg 6% (60
ml/kg)
Dehidrasi berat 10-50% (100-500 ml/kg) 9% (90
ml/kg)
(Sumber: Susilaningrum et al, 2015)
Presentase penurunan berat badan tersebut dapat diperkirakan
saat anak dirawat di rumah sakit. Sedangkan di puskesmas/fasilitas
pelayanan dasar dapat digunakan pedoman MTBS,
3) Kulit Untuk mengetahui elastisitas kulit, kita dapat melakukan
pemeriksaan turgor, yaitu dengan cara mencubit daerah perut dengan
kedua ujung jari (bukan kedua kuku). Turgor kembali cepat kurang
dari 2 detik berarti diare tanpa dehidrasi. Turgor kembali lambat bila
cubitan kembali dalam waktu 2 detik dan ini berarti diare dengan
dehidrasi ringan/sedang. Turgor kembali sangat lambat bila cubitan
kembali > 2 detik dan ini termasuk diare dengan dehidrasi berat.
4) Kepala Anak berumur di bawah 2 tahun yang mengalami dehidrasi,
ubun-ubun biasanya cekung.
5) Mata Anak yang diare tanpa dehidrasi, bentuk kelopak mata normal.
Bila dehidrasi ringan atau sedang, kelopak mata cekung (cowong).
Sedangkan dehidrasi berat, kelopak mata sangat cekung.
6) Mulut dan lidah.
a) Mulut dan lidah basah (tanpa dehidrasi).
b) Mulut dan lidah kering (dehidrasi ringan/sedang).
c) Mulut dan lidah sangat kering (dehidrasi berat).
7) Abdomen kemungkinan distensi, kram, bising usu meningkat.
8) Anus, adakah iritasi pada kulitnya.

8. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam
menegakkan diagnosis (kausal) yang tepat, sehingga dapat memberikan
terapi yang tepat pula. Pemeriksaan yang perlu dilakukan pada anak diare
yaitu:
1) Pemeriksaan tinja, baik secara makroskopi maupun mikroskopi
dengan kultur,
2) Tes malabsorbsi yang meliputi karbohidrat (pH, clinic test), lemak,
dan kultur urine.

9. Terapi
Menurut Lia dewi (2018) prinsip perawatan diare adalah sebagai
berikut:
a. Pemberian cairan (rehidrasi awal dan rumatan).
b. Dietetik (pemberian makanan).
c. Obat-obatan.
1) Jumlah cairan yang diberikan adalah 100ml/kgBB/hari sebanyak 1
kali setiap 2 jam, jika diare tanpa dehidrasi. Sebanyak 50% cairan
ini diberikan dalam 4 jam pertama dan sisanya adlibitum.
2) Sesuaikan dengan umur anak:
a) < 2 tahun diberikan ½ gelas,
b) 2-6 tahun diberikan 1 gelas,
c) > 6 tahun diberikan 400 cc (2 gelas).
3) Apabila dehidrasi ringan dan diarenya 4 kali sehari, maka
diberikan cairan 25- 100ml/kg/BB dalam sehari atau setiap 2 jam
sekali.
4) Oralit diberikan sebanyak ±100ml/kgBB setiap 4-6 jam pada kasus
dehidrasi ringan sampai berat. Beberapa cara untuk membuat
cairan rumah tangga (cairan RT):
1) Larutan gula garam (LGG): 1 sendok the gula pasir + ½ sendok
teh garam dapur halus + 1 gelas air hangat atau air the hangat,
2) Air tajin (2 liter + 5g garam).
a) Cara tradisional. 3 liter air + 100 g atau 6 sendok makan beras
dimasak selama 45-60 menit.
b) Cara biasa. 2 liter air + 100 g tepung beras + 5 g garam
dimasak hingga mendidih.
d. Teruskan pemberian ASI karena bisa membantu meningkatkan daya
tahan tubuh anak.

10. Komplikasi
Menurut Wijayaningsih (2018) akibat dari diare terjadi bebrapa
hal yaitu sebagai berikut:
a. Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak
dari pemasukan (output), merupakan penyebab terjadi kematian pada
diare.
b. Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis)
Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama
tinja/feses. Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda kotor
tertimbun didalam tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat karena
adanya anorexia jaringan. Produk metoabolisme yang bersifat asam
meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria
atau anuria) dan terjadinya pemindahan ion Na dari cairan
ekstraseluler ke dalam cairan intraseluler.
c. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi dalam 2 sampai 3% anak yang menderita
diare, lebih sering pada anak yang sebelumnya telah menderita KKP.
Hal ini terjadi karena adanya gangguan penyimpanan atau
penyediaan glikogen dalam hati dan adanya gangguan absorbsi
glukosa. Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah
menurun hingga 40mg% pada bayi dan 50 persen pada anak-anak.
d. Gangguan gizi
Terjadi penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini
disebabkan oleh:
1) Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau
muntah yang bertambah hebat.
2) Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran
dan susu yang encer ini diberikan terlalu lama.
3) Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi
dengan baik karena adanya hiperperistaltik.
e. Gangguan sirkulasi Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock)
hipovolemik, sehingga perfusi jaringan berkurang dan terjadi
hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan
pada otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera diatasi pasien bisa
meninggal.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
Menurut Susilaningrum, Nursalam, & Utami, (2018) asuhan
keperawatan pada anak diare dengan risiko ketidakseimbangan elektrolit
sebagai berikut:
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin,
tanggal lahir, umur, tempat lahir, asal suku bangsa, nama orang tua,
pekerjaan orang tua, penghasilan. Untuk umur dari pasien diare akut,
sebagian besar adalah anak di bawah 2 tahun. Insiden paling tinggi
pada umur 6-11 bulan karena pada masa ini bayi mulai diberikan
makanan pendamping. Kejadian diare akut pada anak laki-laki
hampir sama dengan anak perempuan Depkes RI dalam
(Susilaningrum et al., 2018).
b. Keluhan utama Buang air besar lebih dari 3 kali sehari. BAB kurang
dari 4 kali dengan konsistensi cair (diare tanpa dehidrasi). Buang air
besar 4-10 kali dengan konsistensi encer/cair (dehidrasi
ringan/sedang). Buang air besar lebih dari 10 kali (dehidrasi berat).
Bila diare berlangsung < 14 hari adalah diare akut. Bila berlangsung
14 hari atau lebih adalah diare persisten.
c. Riwayat penyakit sekarang
1) Mula-mula anak/bayi menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin
meningkat. Nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemungkinan
timbul diare.
2) Tinja makin cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah. Warna
tinja berubah menjadi kehijauan karena bercampur empedu.
3) Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan
sifatnya makin lama makin asam.
4) Bila pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, gejala
dehidrasi mulai tampak.
5) Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare.
6) Diuresis, yaitu terjadi oliguri (kurang 1 ml/kg/BB/jam) bila terjadi
dehidrasi. Urine normal pada diare tanpa dehidrasi. Urine sedikit
gelap pada dehidrasi ringan atau sedang. Tidak ada urin dalam waktu
enam jam (dehidrasi berat).
d. Riwayat kesehatan meliputi sebagai berukut:
1) Riwayat riwayat imunisasi terutama anak yang belum imunisasi
campak. Diare ini lebih sering terjadi dan berakibat berat bdan pada
anak-anak dengan campak atau yang menderita campak dalam 4
minggu terakhir, yaitu akibat penurunan kekebalan pada pasien.
2) Riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obatan (antibiotik) karena
faktor ini salah satu kemungkinan penyebab diare menurut Axton
dalam (Susilaningrum et al., 2018).
3) Riwayat penyakit yang sering pada anak berumur di bawah 2 tahun
biasanya batuk, panas, pilek, serta kejang yang terjadi sebelum,
selama, atau setelah terjadinya diare. Hal ini untuk melihat tanda
atau gejala infeksi lain yang menyebabkan diare, seperti OMA,
faringitis, bronko pneumonia, tonsillitis, ensefalitis menurut
Suharyono dalam (Susilaningrum et al., 2018).
e. Riwayat nutrisi menurut Depkes RI dalam (Susilaningrum et al., 2018)
Riwayat pemberian makanan sebelum sakit diare meliputi hal sebagai
berikut,
1) Pemberian ASI penuh pada anak umur 4-6 bulan sangat mengurangi
resiko diare dan infeksi yang serius.
2) Pemberian susu formula, apakah menggunakan air masak, diberikan
dengan botol atau dot, karena botol yang tidak bersih akan mudah
terjadi pencemaran.
3) Perasaan haus. Anak yang diare tanpa dehidrasi tidak merasa haus
(minum biasa), pada dehidrasi ringan atau sedang anak merasa haus,
ingin minum banyak, sedangkan pada dehidrasi berat anaka akan
malah untuk minum atau tidak mau minum.
f. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
a) Baik, sadar (tanpa dehidrasi).
b) Gelisah, rewel (dehidrasi ringan atau sedang).
c) Lesu, lunglai atau tidak sadar (dehidrasi berat).
2) Berat badan
Menurut S. Partono (Susilaningrum et al, 2018), anak yang
diare dengan dehidrasi biasanya mengalami penurunan berat badan
sebagai berikut:
Tingkat dehidrasi Kehilangan berat badan (%)
Bayi Bayi
Dehidrasi ringan 5% (50 ml/kg) 3% (30
ml/kg)
Dehidrasi sedang 5-10% (50-100 ml/kg 6% (60
ml/kg)
Dehidrasi berat 10-50% (100-500 ml/kg) 9% (90
ml/kg)
(Sumber: Susilaningrum et al, 2013)
Presentase penurunan berat badan tersebut dapat diperkirakan saat
anak dirawat di rumah sakit. Sedangkan di puskesmas/fasilitas
pelayanan dasar dapat digunakan pedoman MTBS,
3) Kulit Untuk mengetahui elastisitas kulit, kita dapat melakukan
pemeriksaan turgor, yaitu dengan cara mencubit daerah perut dengan
kedua ujung jari (bukan kedua kuku). Turgor kembali cepat kurang
dari 2 detik berarti diare tanpa dehidrasi. Turgor kembali lambat bila
cubitan kembali dalam waktu 2 detik dan ini berarti diare dengan
dehidrasi ringan/sedang. Turgor kembali sangat lambat bila cubitan
kembali > 2 detik dan ini termasuk diare dengan dehidrasi berat.
4) Kepala Anak berumur di bawah 2 tahun yang mengalami dehidrasi,
ubun-ubun biasanya cekung.
5) Mata Anak yang diare tanpa dehidrasi, bentuk kelopak mata normal.
Bila dehidrasi ringan atau sedang, kelopak mata cekung (cowong).
Sedangkan dehidrasi berat, kelopak mata sangat cekung.
6) Mulut dan lidah.
a) Mulut dan lidah basah (tanpa dehidrasi).
b) Mulut dan lidah kering (dehidrasi ringan/sedang).
c) Mulut dan lidah sangat kering (dehidrasi berat).
7) Abdomen kemungkinan distensi, kram, bising usu meningkat.
8) Anus, adakah iritasi pada kulitnya.
g. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam
menegakkan diagnosis, yang perlu dilakukan pada anak diare yaitu:
1) Pemeriksaan tinja, baik secara makroskopi maupun mikroskopi
dengan kultur,
2) Tes malabsorbsi yang meliputi karbohidrat (pH, clinic test), lemak,
dan kultur urine.

2. Patway

Infeksi Makanan Psikologi

Berkembang di usus Toksik tidak dapat diserap Ansietas

Hiperperistaltik
Isi usus
Penyerapan makanan di usus

Hipersekresi air &


elektrolit

Frekuensi BAB

Diare

Hilang cairan & elektrolit


berlebihan

Kerusakan integritas kulit


Gangguan keseimbangan tensi abdomen
cairan dan elektrolit

Mual muntah

Nafsu makan

(Sumber: Nurarif, Amin & Kusman, H 2018) Ketidakseimbangan


dehidrasi
nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh
3. Diagnosa Keperawatan
a. Diare berhubungan dengan kurang akses pada makanan yang aman
Defisit volume cairan Resiko
b. Kekurangan volume cairan syok
berhubungan dengan output berlebih
(hipovolemik)
c. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake makanan yang tidak adekuat
Dehidrasi
Hilang cairan & elektrolit
berlebihan
Hilang cairan & elektrolit
berlebihan
d. Kerusakan
Kekurangan volume cairan integritas
Kerusakan kulit
Resiko syokintegritasberhubungan
kulit
(hipovolemik) dengan kelembapan
Gangguan keseimbangan
e. Resiko syok (hipovolemik) berhubungan
Kerusakan integritas kulit dengan defisien volume
cairan dan keseimbangan
Gangguan elektrolit
cairan
cairan dan elektrolit
f. Ansietas berhubungan dengan perubahan mayor (lingkungan)

Dehidrasi

Kekurangan volume cairan Resiko syok (hipovolemik)


4. Rencana Asuhan Keperawatan

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1. Diare berhubungan Setelah dilakukan tindakan Diarhea Management a. untuk melanjutkan intervensi
dengan kurang akses pada keperawatan selama ..... jam, a. Evaluasi efek samping dan pemberian obat
makanan yang aman
diharapkan eliminasi usus pengobatan terhadap selanjutnya
Batasan karakteristik
dapat teratasi dengan kriteria gastrointestinal b. untuk membantu dalam
1. Nyeri abdomen hasil: b.  Ajarkan pasien untuk proses penyembuhan
2. Ada dorongan untuk 1. Feses berbentuk, BAB menggunakan obat antidiare c. untuk menentukan intervensi
defekasi sehari sekali c.  Instruksikan pasien / keluarga selanjutnya

3. Kram 2. Menjaga daerah sekitar untuk mencatat warna, jumlah, d. untuk mengetahui tingkat
rectal dari iritasi frekuensi dan konsistensi dari perkembangan klien
4. Bising usus hiperaktif
3. Tidak mengalami diare feses e. mengetahui penyebab diare
5. Defekasi feses cair < 3
4. Menjelaskan penyebab d. Evaluasi intake makanan yang sehingga dapat menentukan
kali dalam 24 jam
diare dan rasional tindakan masuk intervensi selanjutnya
5. Mempertahankan turgor e. Identifikasi faktor penyebab f. untuk menentukan intervensi
kulit dari diare yang akan dilakukan
f. Monitor tanda dan gejala diare g. turgor kulit jelek dapat
g.  Observasi turgor kulit secara menggambarkan keadaan
rutin klien
h. Ukur diare/ keluaran BAB h. mengetahui keadaan klien
i. Hubungi dokter jika ada i. untuk dilakukan intervensi
kenaikan bising usus selanjutnya
j. Instruksikan pasien untuk j. Makanan rendah serat dan
makan rendah serat, tinggi tinggi protein dapat
protein dan tinggi kalori jika membantu mengatasi diare
memungkinkan

2. Defisit volume Setelah dilakukan tindakan Fluide management


1. Membantu dalam perhitungan
cairan keperawatan selama .... jam, 1. Timbang
output
Batasan Karakteristik : diharapkan kebutuhan cairan popok/pembalut jika
1. Kelemahan 2. Untuk mencegah terjadinya
dan elektrolit dalam tubuh diperlukan
2. Haus
pasien dapat teratasi dengan 2. Pertahankan catatan intake 3. Perubahan status hidrasi,
3. Penuruna turgor membran mukosa, turgor kulit
kriteria hasil: dan output yang akurat
kulit/lidah menggambarkan berat
3. Monitor status hidrasi
- Input dan output ringannya kekurangan cairan.
4. Membran mukosa/kulit
(kelembaban membran
kering cairan elektrolit 4. Perubhana tanda vital dapat
mukosa, nadi adekuat,
5. Peningkatan denyut seimbang. menggambarkan keadaan
tekanan ortostatik), jika umum klien
nadi, penurunan tekanan
darah, penurunan - Menunjukkan membran diperlukan
5. Bemberian cairan IV untuk
volume/tekanan nadi mukosa lembab dan 4. Monitor vital sign
memenuhi kebutuhan cairan
6. Pengisian vena menurun turgor jaringan normal. 5. Kolaborasikan cairan IV
6. Untuk mengetahui jumlah
7. Perubahan status mental 6. Monitor status nutrisi
nutrisi
8. Konsentrasi urine 7. Dorong masukan oral
meningkat 8. Kolaborasi dengan dokter. 7. Untuk mempertahankan cairan

9. Temperatur tubuh 8. Untuk mengetahui tindakan


Hypovolemia Management
meningkat selanjutnya
1. Monitor status cairan
10. Hematokrit meninggi
termasuk intake dan output
11. Kehilangan berat
cairan
badan seketika
2. Monitor tingkat HB dan
hematokrit
3. Monitor respon pasien terhadap
penambahan cairan
4. Monitor berat badan
3. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan Nutrition management
1. Mengetahui adanya alergi
nutrisi kurang dari tindakan keperawatan 1. Kaji adanya alergi makanan
pada pasien
kebutuhan tubuh selama... jam, diharapkan 2. Kolaborasi dengan ahli gizi
berhubungan dengan kebutuhan nutrisi pasien untuk menentukan jumlah 2. Membantu dalam proses
intake makanan yang dapat teratasi dengan kalori dan nutrisi yang
tidak adekuat kriteria hasil:
dibutuhkan pasien penyembuhan
- Berat badan ideal 3. Anjurukan pasien untuk
meningkatkan intake IV 3. Untuk memenuhi kebutuhan
sesuai dengan tinggi
4. Anjurkan pasien untuk cairan
badan
- Tidak ada tanda-tanda meningkatkan protein dan
4. Protein dan vitamin C dapat
malnutrisi vitamin C
memenuhi kebutuhan nutrisi.
- Menunjukan 5. Berikan substansi gula
peningkatan 6. Monitor jumlah nutrisi dan 5. Agar tidak terjadi dehidrasi
fungsi kandungan kalori
pengecapan 6. Mengetahui penyebab
7. Berikan informasi tentang
dari menelan pemasukan yang kurang
kebutuhan nutrisi
- Tidak terjadi penurunan sehingga dapat menentukan
Nutrition Monitoring intervensi yang sesuai dan
berat badan yang berarti
1. BB pasien dalam batas normal efektif.
2. Monitor adanya penurunan
berat badan 7. Untuk membantu proses
3. Monitor tipe dan jumlah
dalam pemenuhan kebutuhan
aktivitas yang biasa
nutrisi.
dilakukan
4. Monitor interaksi anak atau
orang tua selama makan
5. Monitor lingkungan selama
makan
6. Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam
makan
7. Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
8. Monitor turgor kulit
9. Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan mudah
patah
10. Monitor kadar albumin,
total protein, HB, dan kadar
HT
11. Monitor
pertumbuhan dan
perkembangan
Monitor pucat, kemerahan,
dan kekeringan jaringan
konjungtiva
4. Kerusakan integritas Setelah dilakukan Pressure Management: 1. Dengan memakai pakaian
kulit berhubungan tindakan keperawatan 1. Anjurkan pasien untuk longgar, memperkecil
dengan kelembapan selama ...... jam, menggunakan pakaian kemungkinan terjadinya luka
diharapkan kerusakan yang longgar pada kulit
integritas kulit pasien 2. Jaga kebersihan kulit agar 2. Kulit bersih dan kering
dapat teratasi dengan tetap bersih dan kering mencegah adanya kuman yang
kriteria hasil: 3. Mobilisasi pasien ( ubah dapat menyebabkan luka pada
posisi pasien) setiap 2 jam kulit
- Integritas kulit
sekali 3. Mencegah terjadinya decubitus
yang baik bisa
4. Oleskan lotion atau 4. Agar kulit menjadi lembab dan
dipertahankan
minyak/baby oil pada tidak kering
(sensasi,
daerah tertekan 5. Mencegah resiko kerusakan
elastisitas,
5. Monitor aktivitas dan kulit
temperatur, mobilisasi pasien
6. Agar klien bersih
hidrasi, 6. Memandikan pasien dengan
pigmentasi) sabun dan air hangat
- Tidak ada luka atau lesi
pada kulit
- Perfusi jaringan baik
- Menunjukkan
pemahaman dalam
proses perbaikan kulit
dan mencegah
terjadinya cidere
berulang
- Mampu melindungi kulit
dan
mempertahankan
kelembaban kulit dan
perawatan alami

5. Setelah dilakukan Shock management


Resiko syok 1. Untuk mengetahui status
tindakan keperawatan
berhubungan dengan 1. Monitor status kardiopulmonal kardiopulmonal
selama ...... jam,
(hipovolemik) defesien 2. Untuk mengetahui frekuensi
2. Monitor frekuensi nafas
diharapkan kerusakan
volume cairan nafas
integritas kulit pasien 3. Monitor status oksigenasi
3. Untuk mengetahui status
dapat teratasi dengan oksigenasi
4. Monitor status cairan
kriteria hasil: 4. Untuk mengetahui cairan
5. Monitor tingkat kesadaran dan
- Kekuatan nadi tubuh pasien
respon pupil
meningkat 5. Mengetahui tingkat kesadaran
- Frekuensi nafas 6. Berikan oksigen dan respon pupil
membaik 6. Untuk mempertahankan
7. Jelaskan tujuan prosedur
- Tingkat kesadaran saturasi oksigen
pemantauan
meningkat 7. Untuk mengetahui prosedur
8. Jelaskan penyebab faktor resiko
pemantauan syok
syok
8. Mengetahui penyebab dan
faktor resiko syok

Anxiety Reduction (penurunan


6. Ansietas berhubungan Setelah dilakukan 1. Untuk menjalin hubungan
kecemasan)
dengan perubahan mayor tindakan keperawatan saling percaya antara pasien
- Gunakan pendekatan yang
(lingkungan) selama ...... jam, dan perawat
menenangkan
diharapkan kerusakan 2. Agar pasien mengetahui
integritas kulit pasien - Jelaskan semua prosedur tindakan yang akan dilakukan
dapat teratasi dengan dan apa yang dirasakan 3. Agar pasien merasa lebih aman
kriteria hasil: selama prosedur dilakukan 4. Agar pasien tau diagnosis dan
tindakan prognosis
- Mengidentifikasi dan - Temani pasien untuk
5. Untuk mengurangi ketakutan
mengungkapkan memberikan keamanan dan
pasien
gejala cemas mengurangi takut
6. Agar pasien merasa lebih
- Mengidentifikasi
- Berikan informasi faktual
nyaman
mengungkapkan dan
mengenai diagnosis,
7. Untuk mengetahui tingkat
menunjukan tehnik
tindakan prognosis
kecemasan
untuk mengontrol
cemas - Dorang keluarga untuk 8. Agar pasien mengetahui situasi

- Vital sign dalam batas menemani pasien yang menyebabkan kecemasan

normal 9. Untuk mengurangi kecemasan


- Dengarkan dengan penuh
- Pustur tubuh, ekspresi perhatian
wajah, bahasa tubuh
- identifikasi tingkat
dan tingkat
kecemasan
aktivitasmenunjukan
berkurangnya - Bantu pasien untuk

kesemasan mengenal situasi yang


menimbulkan kecemasan

- Berikan obat untuk


mengurangi kecemasan
DAFTAR PUSTAKA

Kowalak-wels-mayor. Buku ajar patofisiologi.2018. buku kedokteran.EGC.


Jakarta.

NANDA International. 2021. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi


Jakarta: EGC.

Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi. 2021. Aplikasi Asuhan Keperwatan
Berdasarkan Diagnose Medis dan NANDA NIC-NOC. Yogyakarta:
Mediaction Publishing.

Herdman, T. H. dan S. K. (2021). Nanda Internasional Diagnosis Keperawatan:


Definisi dan Klasifikasi 2021-2023 (Edisi 11). Jakarta: EGC.

Moorhead, dkk. 2021. Nursing Outcomes Classification (NOC) Pengukuran


Outcomes Kesehatan Edisi keenam. Singapore: Elsevier Icn.

Bulechek, dkk. 2021. Nursing Intervention classification (NIC) Edisi ketujuh.


Singapore: Elsevier Icn.

Anda mungkin juga menyukai