Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

DENGAN PENYAKIT DIARE

DOSEN PENGAMPUH
SAFRUDDIN, S. Kep, Ns., M.Kep.

DI SUSUN OLEH

RISMAWATI (A.19.11.063)
WANDA RUKMANA A. (A.19.11.067)

STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
KELAS DOMISILI SELAYAR
T.A. 2022/2023
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit diare saat ini masih merupakan masalah kesehatan yang sering
terjadi pada masyarakat. World Health Organizatin (WHO) (2012),
menyatakan bahwa diare merupakan 10 penyakit penyebab utama kematian.
Tahun 2012 terjadi 1,5 juta kematian akibat diare.
Angka kejadian diare di sebagian besar wilayah Indonesia hingga saat ini
masih tinggi. Dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di
Indonesia, diare merupakan penyebab kematian nomer 2 pada balita dan
nomer 3 bagi bayi serta nomer 5 bagi semua umur. Setiap anak di Indonesia
mengalami episode diare sebanyak 1,6-2 kali per tahun. Selama tahun 2006
sebanyak 41 kabupaten di 162 provinsi melaporkan KLB (Kejadian Luar
Biasa) diare di wilayahnya. Hal tersebut, terutama disebabkan rendahnya
ketersediaan air bersih, sanitasi buruk dan perilaku hidup tidak sehat. Jumlah
penderita diare tertinggi ada di daerah NTT yakni 2194 jiwa, sedangkan di
Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur sebesar 196 jiwa (Marlina, 2011).
Nursalam (2008), mengatakan dampak yang dapat ditimbulkan jika
mengalami gangguan keseimbangan cairan yaitu terjadi hal-hal seperti
dehidrasi pada bayi dan balita, hipoglikemia, mengalami gangguan gizi,
gangguan sirkulasi, hingga terjadi komplikasi pada anak. Berdasarkan hal
tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk membuat makalah dengan judul
“Asuhan Keperawatan Keluarga dengn Diare”.
B. RUMUSAN MASALAH

C. TUJUAN
BAB II
KONSEP MEDIS DIARE
A. DEFENISI
Nursalam (2008), mengatakan diare pada dasarnya adalah frekuensi buang
air besar yang lebih sering dari biasanya dengan konsistensi yang lebih encer.
Diare yaitu penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan konsistensi feses.
Seseorang dikatakan menderita diare bila feses lebih berair dari biasanya, dan
bila buang air besar lebih dari tiga kali, atau buang air besar yang berair tetapi
tidak berdarah dalam waktu 24 jam (Dinkes, 2016).
WHO (2009), mengatakan diare adalah suatu keadaan buang air besar
(BAB) dengan konsistensi lembek hingga cair dan frekuensi lebih dari tiga
kali sehari. Diare akut berlangsung selama 3-7 hari, sedangkan diare persisten
terjadi selama ≥ 14 hari.
Definisi diare dari berbagai pengertian diatas, yaitu suatu keadaan dimana
seseorang BAB lebih dari tiga kali sehari, dengan konsistensi lebih cair dari
biasanya.
B. KLASIFIKASI
Pedoman dari Laboratorium/UPF Ilmu Kesehatan Anak, Universitas
Airlangga dalam Nursalam (2008), diare dapat dikelompokkan menjadi:
1. Diare akut, yaitu diare yang terjadi mendadak dan berlangsung paling lama
3-5 hari.
2. Diare berkepanjangan bila diare berlangsung lebih dari 7 hari.
3. Diare kornik bila diare berlangsung lebih dari 14 hari. Diare kronik bukan
suatu kesatuan penyakit, melainkan suatu sindrom yang penyebab dan
patogenesisnya multikompleks. Mengingat banyaknya kemungkinan
penyakit yang dapat mengakibatkan diare kronik dan banyaknya
pemeriksaan yang harus dikerjakan maka dibuat tinjauan pustaka ini untuk
dapat melakukan pemeriksaan lebih terarah.
C. ETIOLOGI
Etiologi atau faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya diare yang
dikutip dari (Marlina, 2011) yaitu antara lain:
1. Faktor Infeksi
a. Infeksi enteral, yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak. Infeksi enteral ini meliputi:
1) Infeksi bakteri: Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella,
Campylobacter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya.
2) Infeksi Virus: Enteroovirus (Virus ECHO, Coxsackie,
Poliomyelitis) Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan lain-lain.
3) Investasi parasit: Cacing, Jamur (Candida Albicans).
b. Infeksi parenteral, yaitu infeksi di bagian tubuh lain diluar alat
pencernaan, seperti Otitis Media Akut (OMA), Tonsilofaringitis,
Bronkopneumonia, Ensefalitis dan sebagainya.
2. Faktor Malabsorbsi
a. Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan
sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa).
Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi
laktosa.
b. Malabsorbsi lemak.
c. Malabsorbsi protein.
3. Faktor makanan: Makanan besi, beracun, alergi terhadap makanan.
4. Faktor psikologis: Rasa takut dan cemas
D. PATOFISIOLOGI
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah :
1. Gangguan Osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga
terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus
yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya
sehingga timbul diare.
2.  Gangguan sekresi
Akibat gangguan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan
selanjutnya diare tidak karena peningkatan isi rongga usus.
3. Gangguan motilitas usus
Hiper akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan, sehingga timbul diare, sebaliknya jika peristaltik usus
menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya
dapat menimbulkan diare pula.
E. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis pada pasien diare berdasarkan klasifikasinya yang dikutip
dari (Nurarif & Kusuma, 2015) diantaranya:
1. Diare akut
a. Akan hilang dalam 72 jam dari onset
b. Onset yang tak terduga dari BAB encer, gas-gas dalam perut, rasa
tidak enak, nyeri perut.
c. Nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram dan bunyi pada perut
d. Demam

2. Diare Kronis
a. Serangan lebih sering selama 2-3 periode yang lebih panjang
b. Penurunan BB dan nafsu makan
c. Demam indikasi terjadi infeksi
d. Dehidrasi tanda-tandanya hipotensi takikardia, denyut lemah
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang atau diagnostik yang dapat mendukung
ditegakkannya diagnosis diare dikutip dari (Nurarif & Kusuma, 2015) antara
lain:
1. Pemeriksaan tinja, meliputi:
a. Makroskopis dan mikroskopis
b. pH dan kadar gula dalam tinja
c. biakan dan resistensi feses (colok dubur)
d. Bila perlu diadakan uji bakteri.
2. Analisa gas darah apabila didapatkan tanda-tanda gangguan keseimbangan
asam basa (pernapasan kusmaul)
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal
4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium, dan Posfat
G. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi dari diare akut maupun kronis menurut
Nursalam (2008), yaitu:
1. Kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi)
Kondisi ini dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan asam basa
(asidosis metabolik), karena:
a. Kehilangan narium bicarbonat bersama tinja.
b. Adanya ketosis kelaparan dan metabolisme lemak yang tidak
sempurna, sehingga benda keton tertimbun dalam tubuh.
c. Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan.
d. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat
dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguri dan anuria).
e. Pemindahan ion natrium dan cairan ekstraseluler ke dalam cairan
intraseluler.
Secara klinis, bila pH turun oleh karena akumulasi beberapa asam non-
volatil, maka akan terjadi hiperventilasi yang akan menurunkan pCO2
menyebabkan pernafasan bersifat cepat, teratur, dan dalam (pernapasan
kusmaul) (Suharyono, 2008).
2. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% dari anak-anak yang menderita diare dan
lebih sering terjadi pada anak yang sebelumnya sudah menderita
kekurangan kalori protein (KKP), karena :
a. Penyimpanan persediaan glycogen dalam hati terganggu.
b. Adanya gangguan absorpsi glukosa (walaupun jarang terjadi)
Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun
sampai 40% pada bayi dan 50% pada anak-anak. Hal tersebut dapat berupa
lemas, apatis, peka rangsang, tremor, berkeringat, pucat, syok, kejang
sampai koma.
3. Gangguan gizi
Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi sehingga
terjadi penurunan berat badan. Hal ini disebabkan karena:
a. Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau
muntahnya akan bertambah hebat, sehingga orang tua hanya sering
memberikan air teh saja.
b. Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengenceran
dalam waktu yang terlalu lama.
c. Makanan diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorpsi dengan
baik karena adanya hiperperistaltik.
4. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai muntah, maka dapat terjadi
gangguan sirkulasi darah berupa renjatan atau syok hipovolemik. Akibat
perfusi jaringan berkurang dan terjadinya hipoksia, asidosis bertambah
berat sehingga dapat mengakibatkan perdarahan di dalam otak, kesadaran
menurun, dan bila tidaksegera ditolong maka penderita dapat meninggal.
5. Hiponatremia
Anak dengan diare yang hanya minum air putih atau cairan yang hanya
mengandung sedikit garam, dapat terjadi hiponatremi (Na <130 mol/L).
Hiponatremi sering terjadi pada anak dengan Shigellosis dan pada anak
malnutrisi berat dengan oedema. Oralit aman dan efektif untuk terapi dari
hampir semua anaka dengan hiponatremi. Bila tidak berhasil, koreksi Na
dilakukan bersamaan dengan koreksi cairan rehidrasi yaitu: memakai
Ringer Laktat atau Normal Saline (Juffrie, 2010).
H. PENATALAKSANAAN
1. Pemberian cairan
Pemberian cairan pada pasien diare dan memperhatiakn derajat
dehidrasinya dan keadaan umum.
a. Pemberian cairan
Pasien dengan dehidrasi rignan dan sedang cairan diberikan per oral
berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na HCO3, KCl dan glukosa
untuk diare akut dan karena pada anak di atas umur 6 bulan kadar
natrium 90 ml g/L. pada anak dibawah 6 bulan dehidrasi ringan /
sedang kadar natrium 50-60 mfa/L, formula lengkap sering disebut :
oralit.
b. Cairan parontenal
Sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang diperlukan sesuai engan
kebutuhan pasien, tetapi kesemuanya itu tergantugn tersedianya cairan
stempat. Pada umumnya cairan Ringer laktat (RL) diberikan
tergantung berat / rignan dehidrasi, yang diperhitugnkan dengan
kehilangan cairan sesuai dengan umur dan BB-nya.
2. Pengobatan dietetic
Untuk anak di bawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan BB kurang
dari 7 kg jenis makanan :
a. Susu (ASI adalah susu laktosa yang mengandung laktosa rendah dan
asam lemak tidak jenuh, misalnya LLM, al miron).
b. Makanan setengah padar (bubur) atau makanan padat (nasitim), bila
anak tidak mau minum susu karena di rumah tidak biasa.
c. Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan susu
dengan tidak mengandung laktosa / asam lemak yang berantai sedang /
tidak sejuh.
3. Obat-obatan
Prinsip pengobatan diare adalah mengganti cairan yang hilang melalui
tinja dengan / tanpa muntah dengan cairan yang mengandung elektrolit
dan glukosa / karbohidrat lain (gula, air tajin, tepung beras sbb).
a. Obat anti sekresi
1) Asetosal, dosis 25 mg/ch dengan dosis minimum 30 mg.
2) Klorrpomozin, dosis 0,5 – 1 mg / kg BB / hari
b. Obat spasmolitik, dll umumnya obat spasmolitik seperti papaverin,
ekstrak beladora, opium loperamia tidak digunakan untuk mengatasi
diare akut lagi, obat pengeras tinja seperti kaolin, pektin, charcoal,
tabonal, tidak ada manfaatnya untuk mengatasi diare sehingg tidak
diberikan lagi.
c. Antibiotik
1) Umumnya antibiotik tidak diberikan bila tidak ada penyebab yang
jelas bila penyebabnya kolera, diberiakn tetrasiklin 25-50 mg / kg
BB / hari.
2) Antibiotik juga diberikan bile terdapat penyakit seperti : OMA,
faringitis, bronkitis / bronkopneumonia.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah sekumpulan tindakan yang digunakan oleh perawat
untuk mengukur keadaan klien (keluarga) dengan menangani norma-
norma kesehatan keluarga maupun sosial, yang merupakan system
terintegrasi dan kesanggupan keluarga untuk mengatasinya. (Effendy, 1998).
Pengumpulan data dalam pengkajian dilakukan dengan wawancara,
observasi, dan pemeriksaan fisik dan studi dokumentasi. Pengkajian
asuhan keperawatan keluarga menurut teori/model Family Centre Nursing
Friedman (1988), meliputi 7 komponen pengkajian yaitu :
1.  Data Umum
a. Identitas kepala keluarga
b. Komposisi anggota keluarga
c. Genogram
d. Tipe keluarga
e. Suku bangsa
f. Agama
g. Status sosial ekonomi keluarga
2. Aktifitas rekreasi keluarga
a. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
b. Tahap perkembangan keluarga saat ini
c. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
d. Riwayat keluarga inti
e. Riwayat keluarga sebelumnya
3. Lingkungan
a. Karakteristik rumah
b. Karakteristik tetangga dan komunitas tempat tinggal
c. Mobilitas geografis keluarga
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
e. System pendukung keluarga
4. Struktur keluarga
a. Pola komunikasi keluarga
b. Struktur kekuatan keluarga
c. Struktur peran (formal dan informal)
d. Nilai dan norma keluarga
5. Fungsi keluarga
a. Fungsi afektif
b. Fungsi sosialisasi
c. Fungsi perawatan kesehatan
6. Stress dan koping keluarga
a. Stressor jangka panjang dan stressor jangka pendek serta kekuatan
keluarga.
b. Respon keluarga terhadap stress
c. Strategi koping yang digunakan
d. Strategi adaptasi yang disfungsional
7. Pemeriksaan fisik
a. Tanggal pemeriksaan fisik dilakukan
b. Pemeriksaan kesehatan dilakukan pada seluruh anggota keluarga
c. Kesimpulan dari hasil pemeriksaan fisik
8. Harapan keluarga
a. Terhadap masalah kesehatan keluarga
b. Terhadap petugas kesehatan yang ada
Ada beberapa tahap yang perlu dilakukan saat pengkajian
menurut Supraji (2004), yaitu:
1. Membina hubungan baik
Dalam membina hubungan yang baik, hal yang perlu dilakukan antara
lain, perawat memperkenalkan diri dengan sopan dan ramah tamah,
menjelaskan tujuan kunjungan, meyakinkan keluarga bahwa
kehadiran perawat adalah menyelesaikan masalah kesehatan yang
ada di keluarga, menjelaskan luas kesanggupan bantuan perawat
yang dapat dilakukan, menjelaskan kepada keluarga siapa tim
kesehatan lain yang ada di keluarga.
2.      Pengkajian awal
Pengkajian ini terfokus sesuai data yang diperoleh dari unit pelayanan
kesehatan yang dilakukan.
3.      Pengkajian lanjutan (tahap kedua)
Pengkajian lanjutan adalah tahap pengkajian untuk memperoleh
data yang lebih lengkap sesuai masalah kesehatan keluarga yang
berorientasi pada pengkajian awal. Disini perawat perlu
mengungkapkan keadaan keluarga hingga penyebab dari masalah
kesehatan yang penting dan paling dasar.

Anda mungkin juga menyukai