Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN HOME CARE PADA Tn.

S DENGAN
PASIEN DM DI WILAYAH PUSKESMAS BONTOSUNGGU DUSUN
PADANG SELATAN
DOSEN PEMBIMBNG
HAMDANA S.Kep.Ns.M.Kep

Oleh :

Arya Ari Nugraha

(A.19.11.051)

STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

KELAS DOMISILI SELAYAR

T.A 2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat allah swt atas segala rahmat-nya sehingga askep ini dapat
tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materinya. Penulis sangat berharap semoga askep ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak
kekurangan dalam pembuatan askep ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan askep ini.
A. PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Diabetes mellitus adalah penyakit gangguan metabolik terutama metabolisme
karbohidrat yang disebabkan oleh berkurangnya atau ketiadaan hormon insulin
dari sel beta pankreas, atau akibat gangguan fungsi insulin, atau keduanya
(Sutedjo, 2010). Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang disebabkan oleh adanya peningkatan kadar gula glukosa darah akibat
kekurangan insulin baik absolut maupun relative (Syahbudin, 2009).
Terdapat dua jenis penyakit diabetes mellitus, yaitu Diabetes mellitus tipe I
(insulin-dependent diabetes mellitus) dan diabetes mellitus tipe II (noninsulin-
dependent diabetes mellitus). Diabetes mellitus tipe I yaitu dicirikan dengan
hilangnya sel penghasil insulin pada pulau-pulau langhernas pancreas sehingga
terjadi kekurangan insulin pada tubuh. Diabetes mellitus tipe II, terjadi akibat
ketidakmampuan tubuh untuk merespon dengan wajar terhadap aktivitas insulin
yang dihasilkan pankreas (resistensi insulin), sehingga tidak tercapai kadar
glukosa yang normal dalam darah. Diabetes mellitus tipe II lebih banyak
ditemukan dan meliputi 90% dari semua kasus diabetes di seluruh dunia
(Maulana, 2009).
Menurut WHO tahun 2011, diabetes mellitus termasuk penyakit yang paling
banyak diderita oleh penduduk di seluruh dunia dan merupakan urutan ke empat
dari prioritas penelitian nasional untuk penyakit degeneratif. Prevalensi Diabetes
Mellitus pada populasi dewasa di seluruh dunia iperkirakan akan meningkat
sebesar 35% dalam dua dasawarsa dan menjangkit 300 juta orang dewasa pada
tahun 2025. Bagian terbesar peningkatan angka pravalensi ini akan terjadi di
negara-negara berkembang (Gibney, 2009).
2. Tujuan
a. Tujuan umum
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan keluarga dengan masalah
utama Diabetes Melitus pada keluarga Tn. S di wilayah kerja Puskesmas
Bontosunggu.
b. Tujuan khusus
 Melakukan pengkajian pada keluarga Tn. S khususnya pada Tn. S.
 Merumuskan dan menegakkan diagnose keperawatan pada keluarga
Tn. S khususnya pada Tn. S.
 Menyusun intervensi sesuai dengan diagnose pada keluarga Tn. S
khususnya pada Tn. S.
3. Manfaat
 Bagi Instansi Akademik
Sebagai pengetahuan dalam kegiatan proses belajar tentang asuhan
keperawatan keluarga dengan Diabetes Melitus yang dapat digunakan bagi
praktek mahasiswa keperawatan
 Bagi Keluarga
Sebagai pengetahuan keluarga tentang penyakit diabetes mellitus. Pasien
penderita Diabetes Mellitus bisa menerima perawatan yang maksimal dari
petugas kesehatan. Sehingga keluarga bisa menjaga anggota keluarga yang
lain supaya terhindar dari penyakit Diabetes Mellitus.
B. TUNJAUAN TEORI
1. Konsep Medis
a. Defenisi
Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin atau kedua-duanya.
Menurut PERKENI (2011) seseorang dapat didiagnosa diabetes melitus
apabila mempunyai gejala klasik diabetes melitus seperti poliuria, polidipsi
dan polifagi disertai dengan kadar gula darah sewaktu ≥200 mg/dl dan gula
darah puasa ≥126 mg/dl.
Diabetes melitus adalah penyakit metabolisme yang merupakan suatu
kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya peningkatan kadar
glukosa darah di atas nilai normal. Penyakit ini disebabkan gangguan
metabolisme glukosa akibat kekurangan insulin baik secara absolut maupun
relatif.
b. Etiologi
Menurut Bruner dan Suddarth (2013), diabetes mellitus dibagi menjadi 2, yaitu
diabetes mellitus primer dan diabetes mellitus sekunder.
1) Diabetes Mellitus primer disebablan oleh faktor herediter, obesitas,
kelainan pancreas dan pertambahan usia.
 Insulin Dependent Diabetes Mellitus ( IDDM ) atau diabetes mellitus
tergantung insulin disebabkan oleh destruksi sel beta pulau langerhens
akibat proses auto imun
 Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus ( NIDDM ) atau diabetes
mellitus tidak tergantung insulin disebabkan kegagalan relatif sel beta
tidak mampu mengimbangi resistensi insulin sepenuhnya atau terjadi
defisiasi relative insulin ketidakmampuan ini terlihat dari
berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukosa, maupun pada
rangsangan glukosa bersama dengan bahan terangsang sekresi insulin
lain.
2) Diabetes Mellitus sekunder di sebabkan oleh kelainan hormonal, karena
obat, kelainan insulin dan sindrom genetik. Selain itu juga terdapat faktor
resiko yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes mellitus :
 Usia
Resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun.
 Obesitas dan genetik

Diperkirakan terdapat suatu sifat genetik yang belum teridentifikasi


yang menyebabkan pancreas mengeluarkan insulin yang berbeda, atau
reseptor insulin tidak dapat merespon secara adekuat terhadap insulin.
Hal ini diperkirakan ada kaitannya antara genetik dan rangsangan
berkepanjangan reseptor–respektor insulin

 Malnutrisi disertai kekurangan protein yang nyata.


Diduga zat sianida yang terdapat pada cassava atau singkong yang
menjadi sumber karbohidrat di beberapa kawasan asia dan afrika
berperan dalam patogenisnya (Waspadji, 2009).
 Riwayat keluarga.
Keturunan adalah satu faktor yang berperan dalam diabetes mellitus,
bila kedua orang tua menderita penyakit ini, maka semua anaknya juga
menderita penyakit yang sama.
c. Patofisiologi
Menurut Price dan Sylvia (2012), diabetes Mellitus (DM) merupakan
kelainan metabolisme yang disebabkan oleh terjadinya kerusakan pada sel-
sel β pulau Langerhans dalam kelenjar pankreas, sehingga hormon insulin
disekresikan dalam jumlah yang sedikit, bahkan tidak sama sekali.
Diabetes mellitus juga dapat disebabkan oleh terjadinya penurunan
sensitifitas reseptor hormon insulin pada sel.
Metabolisme adalah proses pembentukan energi di dalam tubuh. Dalam
proses metabolisme insulin memegang peranan penting yaitu bertugas
memasukkan glukosa ke dalam sel, untuk selanjutnya dapat digunakan
sebagai bahan bakar. Insulin adalah suatu zat atau hormone yang
disekresikan oleh sel–sel beta yang salah satu dari empat tiap sel dalam
pulau–pulau langerhans pankreas. Insulin diumpamakan sebagai anak
kunci yang dapat membuka pintu masuknya glukosa ke dalam sel, untuk
kemudian di dalam sel glukosa itu dioksidasi menjadi energi atau tenaga
(Julianto Eko, 2011).
Pada diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan
insulin karena sel–sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses
autoimun. Disamping itu, glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat
disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan
menimbulkan hiperglikemia postprandial (sesudah makan) (Brunner and
Suddarth, 2013).
Tidak adanya ins ulin disebabkan oleh reaksi autoimun yang
disebebkan karena adanya peradangan di sel beta pankreas. Ini
menyebabkan timbulnya reaksi antibodi terhadap sel beta yang disebut
ICA (Islet Cell Antibody). Reaksi antigen dengan antibodi yang
ditimbulkan menyebabkan hancurnya sel beta (Julianto Eko, 2011).
Menurut Brunner and Suddarth (2013), apabila konsentrasi glukosa
dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua
glukosa yang tersaring keluar. Akibatnya, glukosa tersebut muncul dalam
urine (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan diekskresikan ke dalam
urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang
berlebihan. Keadaan ini dinamakan diueresis osmotic. Sebagai akibat dari
kehilangan cairan yang berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan
dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia).
Defisiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan lemak
yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami
peningkatan selera makan (polifagia) akibat menurunnya simpanan kalori.
Gejala lainya mencangkup kelelahan dan kelemahan.
Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis
(pemecahan glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis (pembentukan
glukosa baru dari asam–asam amino serta substansi lain). Namun pada
penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan
lebih lanjut turut menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi
pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton
yang merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan keton
merupakan asam yang mengganggu keseimbangan asam–basa (penurunan
pH) tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Keadaan ini disebut asidosis
metabolic yang diakibatkanya dapat menyebabkan tanda–tanda dan gejala
seprti nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton,
dan bila tidak ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran, koma,
bahkan kematian.
Penderita Diabetes Mellitus dapat mengalami perubahan
atherosklerotik pada arteri-arteri besar, perubahan-perubahan ini sama
seperti pada orang non diabetik, insulin berperan utama dalam
memetabolisme lemak atau lipida. Pada penderita Diabetes Mellitus sering
terjadi kelainan lipida. Hiperliproteinemia pada Diabetes mellitus
merupakan akibat dari adanya very low density lipoprotein yang
berlebihan. Pengecilan lumen pembuluh-pembuluh darah besar
membahayakan pengiriman oksigen ke jaringan dan dapat menyebabkan
iskemia jaringan, sehingga dapat timbul penyakit vaskuler seperti: penyakit
cerebravaskuler, penyakit arteri koroner, sternosis arteri renalis, vaskuler
perifer dan penyakit ekstermitas seperti gangren.
Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan
dengan insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.
Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan
sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu
reaksi dalam metabolisme glukosa dalam sel. Resistensi insulin pada
diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan
demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan
glukosa oleh jaringan.
Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin, namun masih terdapat
insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak
dan produksi badan keton yang menyertainya. Karena itu ketoasidosis
diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun demikian, diabetes
tipe II yang tidak terkontrol dapat meimbulkan masalah akut lainnyayang
dinamakan sindrom hiperglikemik hiperosmolar nonketotik (HHNK).
Untuk sebagian besar pasien (kurang lebih 75%), penyakit diabetes tipe
II yang didieritanya ditemukan secara tidak sengaja (misalnya, pada saat
pasien menjalani pemeriksaan laboratorium yang rutin). Salah satu
konsekuensi tidak terdeteksinya penyakit diabetes jangka bertahun–tahun
adalah komplikasi diabetes jangka panjang (misalnya, kelainan mata,
neuropati perifer, kelainan vaskuler perifer) mungkin sudah terjadi
sebelum diagnosa ditegakan.
d. Manifestasi Klinik
Beberapa gejala umum yang dapat ditimbulkan oleh penyakit DM
diantaranya:
1) Pengeluaran urin (Poliuria)
Poliuria adalah keadaan dimana volume air kemih dalam 24 jam
meningkat melebihi batas normal. Poliuria timbul sebagai gejala DM
dikarenakan kadar gula dalam tubuh relatif tinggi sehingga tubuh tidak
sanggup untuk mengurainya dan berusaha untuk mengeluarkannya
melalui urin. Gejala pengeluaran urin ini lebih sering terjadi pada
malam hari dan urin yang dikeluarkan mengandung glukosa
2) Timbul rasa haus (Polidipsia)
Poidipsia adalah rasa haus berlebihan yang timbul karena kadar
glukosa terbawa oleh urin sehingga tubuh merespon untuk
meningkatkan asupan cairan (Subekti, 2009).
3) Timbul rasa lapar (Polifagia)
Pasien DM akan merasa cepat lapar dan lemas, hal tersebut disebabkan
karena glukosa dalam tubuh semakin habis sedangkan kadar glukosa
dalam darah cukup tinggi .
4) Peyusutan berat badan
Penyusutan berat badan pada pasien DM disebabkan karena tubuh
terpaksa mengambil dan membakar lemak sebagai cadangan energi
e. Komplikasi
Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit yang dapat menimbulkan
berbagai macam komplikasi, antara lain :
1) Komplikasi metabolik akut
Kompikasi metabolik akut pada penyakit diabetes melitus terdapat tiga
macam yang berhubungan dengan gangguan keseimbangan kadar
glukosa darah jangka pendek, diantaranya:
a) Hipoglikemia
Hipoglikemia (kekurangan glukosa dalam darah) timbul sebagai
komplikasi diabetes yang disebabkan karena pengobatan yang
kurang tepat (Smeltzer & Bare, 2008).
b) Ketoasidosis diabetik
Ketoasidosis diabetik (KAD) disebabkan karena kelebihan kadar
glukosa dalam darah sedangkan kadar insulin dalam tubuh sangat
menurun sehingga mengakibatkan kekacauan metabolik yang
ditandai oleh trias hiperglikemia, asidosis dan ketosis (Soewondo,
2012).
c) Sindrom HHNK (koma hiperglikemia hiperosmoler nonketotik)
Sindrom HHNK adalah komplikasi diabetes melitus yang ditandai
dengan hiperglikemia berat dengan kadar glukosa serum lebih dari
600 mg/dl (Price & Wilson, 2012).
3) Komplikasi metabolik kronik
Komplikasi metabolik kronik pada pasien DM menurut Price & Wilson
(2012) dapat berupa kerusakan pada pembuluh darah kecil (mikrovaskuler)
dan komplikasi pada pembuluh darah besar (makrovaskuler) diantaranya:
a) Komplikasi pembuluh darah kecil (mikrovaskuler)
Komplikasi pada pembuluh darah kecil (mikrovaskuler) yaitu :
(1) Kerusakan retina mata (Retinopati)
Kerusakan retina mata (Retinopati) adalah suatu mikroangiopati
ditandai dengan kerusakan dan sumbatan pembuluh darah kecil
(Pandelaki, 2009).
(2) Kerusakan ginjal (Nefropati diabetik)
Kerusakan ginjal pada pasien DM ditandai dengan albuminuria
menetap (>300 mg/24jam atau >200 ih/menit) minimal 2 kali
pemeriksaan dalam kurun waktu 3-6 bulan. Nefropati diabetik
merupakan penyebab utama terjadinya gagal ginjal terminal.
(3) Kerusakan syaraf (Neuropati diabetik)
Neuropati diabetik merupakan komplikasi yang paling sering
ditemukan pada pasien DM. Neuropati pada DM mengacau pada
sekelompok penyakit yang menyerang semua tipe saraf (Subekti,
2009).
b) Komplikasi pembuluh darah besar (makrovaskuler)
Komplikasi pada pembuluh darah besar pada pasien
diabetes yaitu stroke dan risiko jantung koroner.
(1) Penyakit jantung koroner
Komplikasi penyakit jantung koroner pada pasien DM disebabkan
karena adanya iskemia atau infark miokard yang terkadang tidak
disertai dengan nyeri dada atau disebut dengan SMI (Silent
Myocardial Infarction) (Widiastuti, 2012).
(2) Penyakit serebrovaskuler
Pasien DM berisiko 2 kali lipat dibandingkan dengan pasien non-
DM untuk terkena penyakit serebrovaskuler. Gejala yang
ditimbulkan menyerupai gejala pada komplikasi akut DM, seperti
adanya keluhan pusing atau vertigo, gangguan penglihatan,
kelemahan dan bicara pelo (Smeltzer & Bare, 2008).
(3) Penyakit Ateroskerosis
Pembuluh darah normal memiliki lapisan dalam yang disebut
endotelium. Lapisan dalam pembuluh darah ini membuat sirkulasi
darah mengalir lancar. Untuk mencapai kelancaran ini, endotelium
memproduksi Nitrous Oksida lokal (NO). NO berfungsi untuk
melemaskan otot polos di dinding pembuluh dan mencegah sel-sel
darah menempel ke dinding.
Mekanisme gangguan ini diduga berpusat di jantung, dan
gangguan meningkat dengan pembentukan plak. Gula darah tinggi,
asam lemak tinggi dan trigliserida tinggi pada diabetes
menyebabkan lengket di dinding endotelium, mendorong proses
keterikatan sel yang menghasilkan reaksi jaringan lokal. Reaksi
jaringan lokal menghasilkan partikel dan sel-sel darah yang
berbeda, menyebabkan penumpukan dan pengerasan di dinding
pembuluh (arteri). Reaksi jaringan lokal ini menghasilkan sebuah
plak, disebut plak aterosklerosis.
Pada penderita diabetes, mereka resisten terhadap tindakan
insulin, dengan kata lain tubuh penderita diabetes kurang sensitif
dgn insulin. Akibatnya, efek stimulasi ini hilang dan
mengakibatkan peningkatan kecenderungan terhadap pembentukan
plak aterosklerosis.
Plak pada pembuluh darah ini lah yang nantinya akan
menyumbat pembuluh darah di otak dan mengakibatkan stroke.
f. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang diabetes mellitus tipe 1 berupa pemeriksaan
laboratorium. Pemeriksaan laboratorium utama berupa pemeriksaan kadar
gula darah dan HbA1c untuk diagnosis dan kontrol diabetes mellitus.
1) Pemeriksaan Gula Darah
Diabetes mellitus didiagnosa berdasarkan kadar gula darah
sewaktu > 200 mg/dL atau kadar gula darah puasa di atas 126 mg/dL.
Jika kadar gula darah di bawah angka tersebut tapi pasien memiliki
gejala klasik diabetes (polidipsi, poliuria, polifagia), lakukan
pemeriksaan ulang. Jika hasil tetap di bawah batas di atas, lakukan
pemeriksaan toleransi glukosa.
Pada pasien yang tidak memiliki gejala klasik diabetes, jika
kadar gula darah puasa di antara 100-125 mg/dL atau kadar gula darah
sewaktu antara 140-199 mg/dL, lakukan pemeriksaan toleransi
glukosa. Pasien tanpa gejala klasik dengan kadar gula darah puasa
<100 mg/dL atau kadar gula darah sewaktu <140 mg/dL dapat
langsung didiagnosis sebagai tidak terkena diabetes mellitus.
2) Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO)
Tes toleransi glukosa oral dilakukan dengan mengukur kadar
gula darah puasa. Pasien kemudian diberikan larutan glukosa oral 75
gram dan kembali diukur kadar gula darahnya 2 jam setelah meminum
larutan glukosa tersebut. Pada diabetes gestasional, pengukuran juga
dilakukan pada 1 jam pasca meminum larutan glukosa.
Hasil tes toleransi glukosa oral sebesar >200 mg/dL
dikategorikan sebagai diabetes mellitus, 140-199 mg/dL toleransi
glukosa terganggu, dan di bawah angka tersebut dikategorikan sebagai
normal.
3) Hemoglobin A1c (HbA1c)
HbA1C merupakan pengukuran gold standard terhadap kontrol
diabetes dalam keberhasilan tata laksana diabetes. Walau demikian,
pemeriksaan ini juga sudah dianjurkan oleh sebagian literatur sebagai
alat diagnostik diabetes mellitus.
Kadar HbA1C menggambarkan perkiraan kadar glukosa selama
tiga bulan yang lalu sehingga tepat digunakan untuk monitor
keberhasilan terapi, dan memprediksi progres komplikasi diabetes
mikrovaskular. Hal inilah yang menjadikannya jauh lebih unggul untuk
kontrol diabetes dibandingkan dengan pemeriksaan kadar gula darah
yang hanya dapat melihat kadar gula darah pada satu waktu dan tidak
dapat memprediksi komplikasi. Nilai rujukan untuk pasien diabetik
adalah HbA1c ≥ 6.5%
Pemeriksaan ini tidak dapat dilakukan pada pasien dengan:
 sel darah merah abnormal seperti pada anemia hemolitik, atau
anemia defisiensi besi
 Anak-anak dengan perkembangan penyakit DM 1 yang cepat
 Diabetes neonatal
g. Penatallaksanaan
Ada empat komponen dalam penatalaksanaan diabetes mellitus :
1) Diet
Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari
penatalaksanaan diabetes. Penatalaksanaan nutrisi pada penderita
diabetes diarahkan untuk mencapai tujuan berikut :
(a) Memberikan semua unsur makanan esensial
(misalnya vitamin dan mineral)
(b) Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai
(c) Memenuhi kebutuhan energi
(d) Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan
mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal melalui
cara-cara yang aman dan praktis
(e) Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat
2) Latihan
Latihan sangat penting dalam penatalaksanaan diabetes karena
efeknya dapat menurunkan kadar glukosa darah dan mengurangi faktor
risiko kardiovaskuler. Latihan akan menurunkan kadar glukosa darah
dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan
memperbaiki pemakaian insulin. Sirkulasi darah dan tonus otot juga
diperbaiki dengan berolahraga. Latihan dengan cara melawan tahanan
(resistance training) dapat meningkatkan lean body mass dan dengan
demikian menambah laju metabolisme istirahat (resting metabolic
rate). Semua efek ini sangat bermanfaat pada diabetes karena dapat
menurunkan berat badan, mengurangi rasa stress dan mempertahankan
kesegaran tubuh. Latihan juga akan mengubah kadar lemak darah yaitu
meningkatkan kadar HDL kolesterol dan menurunkan kadar kolesterol
total serta trigliserida. Semua manfaat ini sangat penting bagi
penyandang diabetes mengingat adanya peningkatan risiko untuk
terkena penyakit kardiovaskuler pada diabetes.
3) Terapi
Pada diabetes tipe II, insulin mungkin diperlukan sebagai terapi
jangka panjang untuk mengendalikan kadar glukosa darah jika diet dan
obat hipoglikemia oral tidak berhasil mengontrolnya. Disamping itu,
sebagian pasien diabetes tipe II yang biasanya mengendalikan kadar
glukosa darah dengan diet atau dengan obat oral kadang membutuhkan
insulin secara temporer selama mengalami sakit, infeksi, kehamilan,
pembedahan atau beberapa kejadian stress lainnya. Penyuntikan insulin
sering dilakukan dua kali per hari (atau bahkan lebih sering lagi) untuk
mengendalikan kenaikan kadar glukosa darah sesudah makan dan
pada malam hari. Karena dosis insulin yang diperlukan masing-
masing pasien ditentukan oleh kadar glukosa darah yang akurat sangat
penting.
h. Pathway
2. Konsep asuhan keperawatan

a. Pengkajian
I. Data Umum
Nama : Ny.S
Umur : 61 Tahun
Tempat/Tanggal Lahir : Padang 03-10-1960
Jenis Kelamin : laki-laki
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : S1 S.E.
Suku : SELAYAR
Pekerjaan : Kepala Desa
Alamat : Padang Selatan
Telp. : 081241557290
Tanggal Masuk RS :-
Golongan Darah :O
Sumber Info : Klien
II. Riwayat Kesehatan Saat Ini
1. keluhan utama : sakit kepala, lemas, dan lemah.
2. alasan masuk RS : sakit kepala
3. data medik
 saat masuk : Diabetes Melitus
 saat pengkajian : Diabetes Melitus
III. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
1. penyakit yang dialami
 saat kecil / kanak-kanak : demam, flu batuk
 penyebab :-
 riwayat keperawatan :-
 riwayat operasi :-
 riwayat pengobatan :-
2. riwayat alergi :-
3. riwayat immunisasi :campak
IV. Genogram

V. Riwayat Psiko-Sosio-Spiritual
1. Pola koping : berserah diri kepada allah swt.
2. Harapan klien thd keadaan peny.-nya :ingin sembuh dan tidak lagi
kambuh
3. Faktor stressor : -
4. Konsep diri : klien ingin sembuh
5. Pengetahuan klien ttg penyakitnya : -
6. Adaptasi : pasien bisa menerima keadaan dan menyesuaikan diri
dengan keadaan saat ini
7. Hubungan dengan anggota keluarga : sangat baik
8. Hubungan dengan masyarakat : baik
9. Perhatian thd org lain & lawan bicara : baik
10. Aktifitas social : klien jarang melakukan aktivitas sosial karena
penyakit yang di derita
11. Bahasa yang sering digunakan : bahasa Indonesia dan bahasa selayar
12. Keadaan lingkungan : baersih
13. Kegiatan keagamaan / pola ibadah : klien solat dan mengaji seperti
yang lainnya
14. Keyakinan tentang kesehatan : klien yankin dengan berobat pasti akan
sembuh
VI. Keb utuhan Dasar / Pola Kebiasaan Sehari-Hari

1. Makan

sebelum MRS : makan 3x sehari dan dihabiskan

Setelah MRS : makan 3x sehari

2. Minum

sebelum MRS : 9-12 gelas/hari

Setelah MRS : 9-12 gelas/hari

3. Tidur
sebelum MRS : jam 21:00 pm.

Setelah MRS : jam 21:00 pm

4. Eliminasi fekal/BAB

Sebelum MRS : 2x sehari

Setelah MRS : 2x sehari

5. Eliminasi urine/BAK

Sebelum MRS :-

Setelah MRS : -

6. Aktifitas dan latihan

Sebelum MRS :

Setelah MRS :

7. Personal hygiene

Sebelum MRS :mandi 2x sehari, mencuci rambut ,memotong


kuku

Setelah MRS : mandi 2x sehari, mencuci rambut, memotong kuku

VII. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum : lemah

Kehilangan BB :-

Kelemahan :-

Vital sign :

Tingkat kesadaran :

2. Head to toe

 Kulit/integumen : kilut putih dan tampak bersih, tidak ada


pembengkakan

 Kepala & rambut : simetris kiri-kanan, tidak ada pembengkakan


dan rambut hitam bergelombang
 Kuku : tampak pendek, bersih warna bantalan kuku merah mudah

 Mata/penglihatan : simetris kiri-kanan, bersih tidak ada


pembengkakan

 Hidung/penghiduan : hidung tampak simetris, tidak mancung


dan tidak ada sumbatan

 Telinga/pendengaran : tampak simetris, idak ada peradangan

 Mulut dan gigi : tidak ada pembengkakan, tidak ada luka

 Leher : tampak simetris, tidak ada pembengkakan

 Dada : bentuk dada simetris, tidak ada pembengkakan

 Abdomen : bentuk perut normal,

 Perineum & genitalia : tidak dilakukan pemeriksaan

3. Extremitas atas & bawah : -


VIII. Pathway
FORMAT ANALISA DATA

Tanda dan Gejala Penyebab Masalah


DO :Klien terlihat lemas Tidak mampuan Tidak seimbangan nutrisi :
dan beratbadan menurun mengabsorsi makanan Nutrisi kurang dari
DS : klien mengatakan kebutuhan tubuh
nafsu makannya neburun
dan sering mual dan ingin
muntah
Defisit folume cairan
Perfusi jaringan perfier
tidak efektif
Intervensi keperawatan

Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan


Diagnosa
No Ekspektasi : Manajemen Nutrisi, Promosi berat badan
keperawatan
Observasi Terapeutik Edukasi Kolaborasi
Kriteria Hasil 1 2 3 4 5
1. Nutrisi kurang Setelah  Identifikasi  Lakukan oral  Anjurkan  Kolaborasi
dari kebutuhan dilakukan status hygiene posisi duduk pemberian
tubuh b.d. intake perwatan 1x 24 nutrisi sebelum medikasisebe
 Ajarkan diet
nutrisi tidak jam makan lum makan
 Identifikasi yang
adekuat  Pasien dapat
alergi dan  Fasilitasi diprogramkan  kolaborasi
mencerna intoleransi menentukan dengan ahli
jumlah kalori makanan pedoman diet gizi untuk
 Identifikasi  Sajikan menentukan
atau nutrien jumlah kalori
makanan makan secara
yang tepat
yang menarik dan dan jenis
 Berat badan disukai suhu yang nutrien yang
sesuai dibutuhkan
mulai naikke  Identifikasi
arah rentang kebutuhan  Berikan
kalori dan makanan
biasanya jenis nutrien tinggi serat
 Identifikasi untuk
perlunya mencegah
penggunaan konstipasiber
selang ikan
nasogastrik suplemen
makanan
 Monitor
asupan  Hentikan
makanan pemberian
 Monitor makan
beratbadan melalui
selang
 Monitor nasogatrik
hasil jika asupan
pemeriksaa oral dapat
n ditoleransi
labolatoriu
m
Intervensi pendukung :  identifikasi  Persipkan  Jelaskan tujuan
Eduksi diet kemampuan materi, media kepatuhan diet,
pasien dan dan alat terhadap
keluarga peraga kesehatan
menerima  Jadwalkan  Informasikan
informasi waktu yang makanan yang
 identifikasi tepat untuk diperbolehkan
tingkat memberikan dan dilarang
oengetahua pendidikan  Infoemsikan
n saat ini kesehatan kemungkinan
 identifikasi  Berikan interksi obat
kebiasaan kesempatan dan makanan
pola makan pasien dan jika perlu
daat ini dan keluarga
masalalu bertanya
 identifikasi
presepsi dan
keluarga
tentangdiet
yang
diprogramk
an

pemantauan nutrisi  Identifikasi  Timbang  Jelaskan


faktor yang berat badan tujuan dan
mempenga  Ukur prosedur
ruhi antopometri pemantaun
asupan gizi komposisi  Infoermasikan
 Identifikasi tubuh hasil
perubahan  Hitung pemantaun
berat perubahan jika perlu
badan berat badan
 Identifikasi
pola
makan
 Monitor
asupan
oral
2. Defisit volume
cairan kurang
dari kebutuhan
tubuh

C. PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai