Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Diabetes Melitus diartikan sebagai gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis

termasuk heterogen dengan manifestasi yaitu berupa hilangnya toleransi karbohidrat (Price &

Wilson, 2014). Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik dimana terjadi gangguan

kapasitas tubuh dalam menggunakan glukosa, lemak dan protein akibat dari kekurangan insulin

atau resistensi insulin (Hasdinah, 2012).

Menurut Guyton & Hall (2014) diabetes melitus tipe 2 lebih sering dijumpai dari diabetes

melitus tipe 1, dan diperkirakan ditemukan sebanyak 90 hingga 95 persen dari seluruh kasus

diabetes mellitus. Soegondo & Sukardji (2008) menyatakan bahwa diabetes melitus tipe 2

umumnya terjadi pada orang dewasa (kadang dapat terjadi pada anak dan remaja), dan

disebabkan oleh adanya kekurangan hormone insulin secara relative. Umumnya terjadi secara

perlahan-lahan dan tanpa gejala serta secara bertahap akan bertambah berat. Diabetes melitus

tipe 2 sering disebut juga dengan insulin requirement (membutuhkan insulin) yang diakibatkan

karena pankreas yang tidak dapat menghasilkan insulin yang cukup sehingga membuat kadar

glukosa darah menjadi tinggi yang dimana disebabkan karena tubuh tidak dapat merespon

insulin (Hasdinah, 2012).

Diabetes mellitus jika tida dikelola dengan baik akan dapat mengakibatkan terjadinya

berbagai penyakit menahun, seperti penyakit serebrovaskular, penyakit jantung coroner, penyakit
pembuluh darah tungkai, penyakit mata, ginjal dan syaraf. Jika kadar glukosa darah dapat selalu

dikendalikan dengan baik, diharapkan semua penyakit menahun tersebut dapt dicegah, atau

setidaknya dihambat. Berbagai factor genetic, lingkungan dan cara hidup berperan dalam

perjalanan penyakit diabetes.

Masalah ketidakpatuhan terhadap penggunaan obat dapat menjadi masalah yang serius

karena dapat mengakibatkan gagalnya terapi dan meningkatkan angka hospitalisasi. Menurut

World Health Organization (2017), sebesar 5,5% pasien 2 masuk rumah sakit akibat

ketidakpatuhan terhadap terapi pengobatan. Kepatuhan (adherence) yang baik merupakan hal

yang penting. Adanya ketidakpatuhan pasien pada terapi penyakit ini dapat memberikan efek

negatif yang sangat besar karena persentase kasus penyakit tersebut di seluruh dunia mencapai

54% dari seluruh penyakit pada tahun 2001. Angka ini bahkan diperkirakan akan meningkat

menjadi lebih dari 65% pada tahun 2020 (WHO, 2017). Internasional Diabetes Federation

( 2015) menyatakan prevalensi diabetes melitus terus meningkat setiap tahunnya. saat ini

terdapat 415 juta orang dewasa berusia 20-79 dengan diabetes di seluruh dunia termasuk 193

juta yang tidak terdiagnosis. Pada akhir tahun 2015 terdapat 5.0 juta kematian, dan jika tidak

dihentikan akan ada 642 juta orang yang akan hidup dengan Diabetes Melitus. Angka kejadian

DM di Indonesia dari tahun ke tahun meningkat. Indonesia merupakan negara menempati urutan

ke 7 dengan penderita DM sejumlah 8,5 juta penderita setelah Cina, India dan Amerika Serikat,

Brazil, Rusia, Mexico. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (2013) menyatakan

angka kejadian Diabetes Melitus di Indonesia terjadi peningkatan dari 1,1 % di tahun 2007

meningkat menjadi 2,1 % di tahun 2013 dari keseluruhan penduduk sebanyak 250 juta jiwa.
1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah “ Bagaimana Tinjauan Penyakit

Diabetes Melitus baik dari segi pengertian, klasifikasi, etiologi, patofisiologi, diagnosis,

komplikasi, dan pemberian obat atau pengobatan pasien Diabetes Melitus?”

1.3 Tujuan

Tujuan makalah ini adalah mengetahui tinajauan mengenai penyakit Diabetes melitus baik

dari segi pengertian, klasifikasietiologi, patofisiologi, diagnosis, komplikasi, dan pemberian obat

atau pengobatan pasien Diabetes Melitus.


BAB II

ISI

2.1 Pengertian

Diabetes Melitus dari segi istilah adalah banyak keluar air seni yang manis karena

mengandung gula sehingga sering disebut kencing manis. Sedangkan dari segi medis Diabetes

Melitus adalah suatu kumpulan aspek gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh

adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan insulin baik yang sifatnya absolut

maupun relatif. Diabetes Mellitus adalah suatu kondisi dimana tubuh sudah tidak bisa

mengendalikan kadar gula darah (glukosa) yang normalnya adalah 60-120 mg/dl. Diabetes

Mellitus merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan gula dalam darah

sebagai akibat dari gangguan sistem metabolisme dalam tubuh, dimana pankreas kurang atau

bahkan tidak mampu memproduksi hormon insulin. Dan dapat juga disebabkan oleh ketidak

sensitifan reseptor insulin. Pada dasarnya proses metabolisme glukosa dalam tubuh dimulai dari

karbohidrat dari makanan yang didegradasi dalam usus, glukosa lalu diserap kedalam darah

dan diangkut ke sel-sel tubuh. Untuk penyerapan nya ke dalam sel-sel ini dibutuhkan insulin,

yang dapat diibaratkan sebagai “kunci untuk pintu sel”. Setelah glukosa oleh insulin dibawa

untuk diserap ke dalam sel, lalu masuk kedalam siklus krebs dan diolah menjadi ATP yang

dapat berfungsi sebagai energi dan memperbarui sel. Maka setelah itu glukosa siap untuk

diedarkan ke seluruh tubuh sebagai sumber energi sehingga kadar glukosa dalam darah tidak

menumpuk atau tidak meningkat. Apabila insulin dalam tubuh jumlahnya lebih sedikit

dibandingkan dengan kadar glukosa yang masuk ke dalam darah maka akan terjadi penumpukan

glukosa darah yang dapat mengakibatkan hiperglikemi. Untuk itu dibutuhkan beberapa obat oral
maupun parenteral untuk menambah jumlah insulin dalam tubuh dan meningkatkan sensitivitas

reseptor insulin.

2.1 Klasifikasi

Klasifikasi diabetes mellitus dan penggolongan intoleransi glukosa yang lain :

a. Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)

Yaitu defisiensi insulin karena kerusakan sel – sel langerhans yang berhubungan

dengan tipe HLA (Human Leucocyte Antigen) spesifik, predisposisi pada insulitis

fenomena autoimun (cenderung ketosis dan terjadi pada semua usia muda). Kelainan ini terjadi

karena kerusakan sistem imunitas (kekebalan tubuh) yang kemudian merusak sel – sel pulau

Langerhans di pancreas. Kelainan ini berdampak pada penurunan produksi insulin.

b. Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)

Yaitu diabetes resisten, lebih sering pada dewasa, tapi dapat terjadi pada semua umur.

Kebanyakan penderita kelebihan berat badan, ada kecenderungan familiar, mungkin

perlu insulin pada saat hiperglikemik selama stres.

c. Diabetes mellitus tipe lain

Adalah DM yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom tertentu hiperglikemik

terjadi karena penyakit lain, penyakit prankreas, hormonal, obat atau bahan kimia,

endokrinopati, kelainan reseptor insulin, sindroma genetik tertentu. Penyakit pancreas seperti

pankreatitis akan berdampak pada kerusakan anatomis dan fungsional organ pancreas akibat

aktivitas toksis baik karena bakteri maupun kimia. Kerusakan ini berdampak pada penurunan

insulin.

Penyakit hormonal seperti kelebihan hormone glukokortikoid (dari korteks adrenal) akan

berdampak pada peningkatan glukosa dalam darah. Peningkatan glukosa darah ini akan

meningkatkan beban kerja dari inulin untuk memfasilitasi glukosa masuk dalam sel. Peningkatan
beban kerja ini akan berakibat pada penurunan produk insulin. Pemberian zat kimia/ obat –

obatan seperti hidrokortison akan berdampak pada peningkatan glukosa dalam darah

karena dampaknya seperti glukokortikoid. Endokrinopati (kematian produksi hormone) seperti

kelenjar hifofisis akan berdampak sistemik bagi tubuh. Karena semua produk hormone

akan dialirkan ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Kelainan ini berdampak pada penurunan

metabolisme baik karbohidrat, protein maupun lemak yang dalam perjalanannya akan

mempengaruhi produksi insulin.

d. Impaired Glukosa Tolerance (Gangguan Toleransi Glukosa)

Kadar glukosa antara normal dan diabetes, dapat menjadi diabetes atau menjadi

normal atau tetap tidak berubah.

e. Gastrointestinal Diabetes Mellitus (GDM)

Intoleransi glukosa yang terjadi selama kehamilan. Dalam kehamilan terjadi perubahan

metabolisme endokrin dan karbohidrat yang menunjangpemanasan makanan bagi janin

serta persiapan menyusui. Menjelang aterm, kebutuhan insulin meningkat sehingga mencapai

3 kali lipat dari keadaan normal. Bila seorang ibu tidak mampu meningkatkan produksi

insulin sehingga relatif hipoinsulin maka mengakibatkan hiperglikemi. Resisten insulin

juga disebabkan oleh adanya hormon estrogen, progresteron, prolactin dan plasenta laktogen.

Hormon tersebut mempengaruhi reseptor insulin pada sel sehingga mengurangi aktivitas insulin.
2.3 Etiologi

Diabetes mellitus disebabkan oleh penurunan prokduksi insulin oleh sel – sel beta

pulau langerhans. Jenis Juvenilis (usia muda) disebabkan oleh predisposisi herediter

terhadap perkembangan antibodi yang merusak sel – selbeta atau degenerasi sel – sel beta.

Diabetes jenis awitan maturitas disebabkan oleh degenerasi sel – sel beta akibat penuaan dan

akibat kegemukan/obesitas. Tipe ini jelas disebabkan oleh degenerasi sel-sel beta sebagai

akibat penuaan yang cepat pada orang yang rentan dan obesitas mempredisposisi

terhadap jenis obesitas ini karena diperlukan insulin dalam jumlah beasar untuk pengolahan

metabolisme pada orang kegemukan dibandingkan orang normal. Penyebab resisten insulin pada

diabetes sebenarnya tidak begitu jelas, tetapi faktor yang banyak berperan antara lain :

1. Kelainan Genetik

Diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap diabetes.

Ini terjadi karena DNA pada orang diabetes mellitus akan ikut diinformasikan

pada gen berikutnya terkait dengan penurunan produksi insulin.

2. Usia

Umumnya manusia mengalami penrunan fisiologis yang secara dramatis menurun

dengan cepat pada usia setelah 40 tahun. Penurunan ini yang akan berisiko pada penurunan

fungsi endokrin pancreas untuk memproduksi insulin.

3. Gaya hidup stress

Stres kronis cenderung membuat seseorang mencari makanan yang cepat saji

yang kaya pengawet, lemak dan gula. Makanan ini berpengaruh besar
terhadap kerja pancreas. Stress juga akan meningkatkan kerja metabolism dan meningkatkan

kebutuhan akan sumber energi yang berakbat padakenaikan kerja pankreas. Beban yang

tinggi membuat pankreas mudah rusak hingga berdampak pada penurunan insulin.

4. Pola makan yang salah

Kurang gizi atau kelebihan berat badan sama – sama meningkatkan risiko terkena diabetes.

Malnutrisi dapat merusak pankreas, sedangkan obesitas meningkatkan gangguan kerja atau

resisten insulin. Pola makan yang tidak teratur dan cenderung terlambat juga akan berperanan

pada ketidakstabian kerja pankreas.

5. Obesitas

Obesitas mengakibatkan sel-sel beta pancreas mengalami hipertropi yang akan

berpengaruh terhadap penurunan produksi insulin. Hipertropi pancreas disebabkan karena

peningkatan beban metabolisme glukoasa pada penderita obesitas untuk mencukupi energi sel

yang terlalu banyak.

6. Infeksi

Masuknya bakteri atau virus ke dalam pancreas akan berakibat rusaknya sel- sel pancreas.

Kerusakan ini berakibat pada penurunan fungsi pancreas.

2.4 Patofisiologis

Sebagai besar patologi diabetes mellitus dapat dihubungkan dengan efek utama

kekurangan insulin, yaitu :

a. Pengurangan penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh, yang mengakibatkan

peningkatan konsentrasi glukosa darah sampai setinggi 300 sampai 1200 mgper 100

ml

b. Peningkatan mobilisasi lemak dan daerah penyimpanan lemak sehingga menyebabkan

kelainan metabolisme lemak maupun pengendapan lipid pada dinding vaskuler.


c. Pengurangan protein dalam jaringan tubuh.

Keadaan patologi tersebut akan berdampak sebagai berikut :

1. Hiperlikemia

Hiperglikemia didefinisikan sebagai kadar glukosa darah yang tinggi pada rentang non

puasa sekitar 140-160 mg/100 ml darah.Dalam keadaan insulin normal asupan glukosa atau

produksi glukosa dalam tubuh akan difasilitasi (oleh insulin) untuk masuk ke dalam sel tubuh.

Glukosa itu kemudian diolah untuk menjadi bahan energi. Apabila bahanenergi yang

dibutuhkan masih ada sisa akan disimpan sebagai glukogen dalam sel-sel hati dan sel-sel

otot (sebagai massa sel otot). Secara rinci proses terjadinya hiperglikemia karena

defisit insulin tergambar pada perubahan metabolik sebagai berikut:

a. Transport glukosa yang melintasi membran sel-sel berkurang.

b. Glukogenesis (pmbentukan glikogen dari glukosa) berkurang danterdapat kelebihan

glukosa dalam darah.

c. Glikolisis (pemecahan glukosa) meningkat, sehingga cadangan glikogen berkurang,

dan glukosa “hati” dicurahkan ke dalam darah secara terus menerus melebihi

kebutuhan.

d. Glukoneogenesis (pembentukan glukosa dari unsur non karbohidrat) meningkat dan

lebih banyak lagi glukosa “hati” yang tercurah ke dalamdarah hasil pemecahan asam amino

dan lemak. Hiperglikemia akan mengakibatkan pertumbuhan berbagai jamr

mikroorganisme dengan cepat seperti jamur dan bakteri. Karena mikroorganisme

tersebut sangat cocok dengan daerah yang kaya glukosa. Setiap kali timbul

peradangan maka akan terjadi mekanisme peningkatan darahpada jaringan yang cidera.

Kondisi itulah yang membuat mikroorganisme mendapat peningkatan pasokan


nutrisi. Kondisi ini akan mengakibatkan penderita diabetes mellitus mudah mengalami

infeksi oleh bakteri dan jamur.

2. Hiperosmolaritas

Hipermolaritas adalah adanya kelebihan tekanan osmotik pada plasma sel karena adanya

peningkatan konsentrasi zat. Sedangkan tekanan osmosismerupakan tekanan yang

dihasilkan karena adanya peningkatan konsentrasilarutan pada zat cair.Pada penderita

diabetes melitus terjadinya hiperosmolaritas karenapeningkatan konsentrasi glukosa

dalam darah (yang notabene komposisiterbanyaknya adalah zat cair). Peningkatan

glukosa dalam darah akan berakibat terjadinya kelebihan ambang pada ginjal untuk

memfiltrasi dan reabsorbsi.

3. Starvasi sellluler

Starvasi selluler merupakan kondisi kelaparan yang dialami oleh sel karena glukosa

sulit masuk padahal di sekeliling sel banyak sekali glukosa. Kalau kita meminjam istilah

peribahasa “kelaparan di tengah lumbung padi.”Ada banyak bahan makanan tetapi tidak bisa di

bawa untuk diolah. Sulitnya glukosa masuk karena tidak ada yang memfasilitasi untuk masuk sel

yaitu insulin. Dampak dari starvasi selluler akan terjadi proses kompensasi selluler

untuk tetap mempertahankan fungsi sel. Proses itu antara lain :

a. Defisiensi insulin gagal untuk melakukan asupan glukosa bagi jaringan- jaringan peripheral

yang tergantung pada insulin (otot rangka dan jaringan lemak). Jika tidak terdapat glukosa,

sel-sel otot memetabolisme cadangan glikogen yang mereka miliki untuk dibongkar menjadi

glukosa dan energy mungkin juga akan menggunakan asam lemak bebas (keton). Kondisi

ini berdampak pada penurunan massa otot, kelemahan otot dan rasa mudah lelah
b. Starvasi selluler juga akan mengakibatkan peningkatan metabolism protein dan asam

amino yang diunakan sebagai substrat yang diperlukan untuk glukoneognesis dalam hati.

Hasil dari glukoneogenesis akan dijadikan untuk proses aktivitas sel tubuh. Protein dan asam

amino yang melalui proses glukoneogenesis akan dirubah menjadi dan O

serta glukosa. Perubahan ini berdampak juga pada penurunan sintesis protein. Proses

glukoneogenesis yang menggunakan asam amino menyebabkan penipisan simpanan protein

tubuh karena unsur nitrogen (sebagai unsur pemecahan protein) tidak digunakan kembali

untuk semua bagian tetapi diubah menjadi urea dalam hepar dan diekskresikan dalam urine.

Ekskresi nitrogen yang banyak akan berakibat pada keseimbangan negative

nitrogen. Depresi protein akan berakibat tubuh menjadi kurus, penurunan resistensi terhadap

infeksi dan sulitnya pengembalian jaringan yang rusak (sulit sembuh kalau ada cidera).

c. Starvasi sel juga berdampak peningkatan mobilisasi dan metabolism lemak

(lipolisis) asam lemak bebas, trigliserida dan gliserol yang meningkat bersirkulasi

dan menyediakan substrat bagi hati untuk proses ketogenesis yang digunakan sel untuk

melakukan aktivitas sel. Ketongenesis mengakibatkan peningkatan kadar asam organik

(keton), sementara keton menggunakan cadangan alkali tubuh untuk buffer PH darah

menurun. Pernafasan kusmaull dirangsang untuk mengkompensasi keadaan asidosis

metabolik. Diuresis osmotik menjadi tambah buruk dengan adanya ketoanemis dan

dari katabolisme protein yang meningkatkan asupan protein ke ginjal sehingga tubuh

banyak kehilangan protein. Adanya starvasi selluler akan meningkatkan mekanisme

penyesuaian tubuh untuk meningkatkan pemasukan dengan munculnya rasa ingin makan

terus (polifagi). Stravasi selluler juga akan memunculkan gejala klinis kelemahan

tubuh karena terjadi penurunan produksi energi. Dan kerusakan berbagai organ reproduksi
yang sakah satunya dapat timbul impotensi dan organ tubuh yang lain seperti persarafan

perifer dan mata (muncul rasa baal dan mata kabur).

2.5 Diagnosis

Untuk memastikan pasien terkena Diabetes mellitus dengan melakukan. Seseorang dapat

dikatakan Diabetes Mellitus dengan melihat kadar gula darah pasien. Kadar gula darah dapat

dibedakan menjadi :

1. Kadar Gula Darah Acak (GDA ) Sebelum melakukan test GDA , pasien tidak perlu

melakukan puasa atau aturan-aturan tertentu. Gula darah pasien langsung diperiksa

tanpa ada persyaratan seperti puasa , beberapa jam setelah makan dan lain lain. Normal :

kadar gula 200 mg/dl ( 11,1 mmol/L)

2. Kadar Gula Darah Puasa (GDP)

Sebelum melakukan test GDP, dilakukan puasa minimal 8 jam. Sebelum melakukan test

GDP, dilakukan puasa minimal 8 jam.

 Normal : kadar gula <100 mg/dl

 Pre Diabates Mellitus : kadar gula 100-126 mg/dl

 Diabetes Mellitus : kadar gula >126 mg/dl (7 mmol/L)

3. Kadar Gula Darah 2 jam Setelah makan (GD2PP)

Tes dilakukan 2 jam setelah makan, hasilnya selalu lebih tinggi dari kadar GDP

Dalam pemeriksaan gula darah, terdapat beberapa test toleransi gula darah yaitu :

a. . Test Toleransi Glukosa Oral (TTGO)

 Normal : kadar gula <100 mg/dl

 Pre Diabates Mellitus : kadar gula 100-126 mg/dl


 Diabetes Mellitus : kadar gula >126 mg/dl (7 mmol/LKadar Gula Darah 2 jam Setelah

makan (GD2PPTest dilakukan 2 jam setelah makan, hasilnya selalu lebih tinggi dari

kada

 Normal : kadar gula <140 mg/dl

 Pre Diabetes Mellitus : kadar gula 140-200 mg/dl Diabetes Mellitus : kadar gula > 200

mg/d Dalam pemeriksaan gula darah, terdapat beberapa test toleransi gula dara Test

Toleransi Glukosa Oral (TTGO) Test ini dilakukan apabila test GDP menunjukkan

keadaan normal tetapi pasien menunjukkan faktor-faktor resiko atau gejala Diabetes

Mellitus. Test ini dilakukan setelah pasien diberikan glukosa sebanyak 75 gram.

b. Test Toleransi Glukosa Terganggu (TTGT) Test ini dilakukan jika hasil test GDP

menunjukkan keadaan normal tetapi begitu makan gula darah langsung meningkat

tinggi.

c. Test Heamoglobin A1c Heamoglobin A1c merupakan heamoglobin yang terikat

dengan glukosa (terglikolasi). Test ini dapat menunjukkan jumlh rata-rata gula dalam

darah selama tiga bulan terakhir. Hasilnya akan menunjukkan apakah tingkat gula

darah terkendali.

2.6 Komplikasi

1. Komplikasi Akut

a. Koma hipoglikemia Hal ini terjadi karena pemakainan obat-obat diabetic yang

melebihi dosis yang dianjurkan sehingga terjadi penurunan glukosa dalam darah.

Glukosa yang ada sebagian besar difasilitasi untuk masuk ke dalam sel.

b. Ketoasidosis Minimnya glukosa di dalam sel akan mengakibatkan sel mencari sumber

alternatif untuk dapat memperoleh energi sel, jika tidak ada glukosa maka benda-

benda keton akan dipakai sel. Kondisi ini akan mengakibatkan penumpukan residu
pembongkaran benda-benda keton yang berlebihan yang dapat mengakibatkan

asidosis.

c. Koma hiperosmolar nonketotik

Dikarenakan penurunan komposisi cairan intrasel dan ekstrasel karena banyak

diekresi lewat urine.

2. Komplikasi Kronik

a. Makroangiopati yang mengenai pembuluh darah besar, pembuluh dara jantung, pembuluh

darah tepih, pembuluh darah otak. Komplikasi makroangiopati adalah penyakit

vaskuler otak, penyakit alterik koronalia dan penyakit vaskuler periver

b. Mikroangiopati yang mengenai pembuluh darah kecil, retinopati diabetika

nefropati deabetic.

c. Neuropati diabetic Akumulasi orbital di dalam jaringan dan perubahan metabolic

mengakibatkan fungsi sinsorik dan motorik saraf menurun kehilangan sensorik

mengakibatkan penurunan persepsi nyeri.

d. Rentan infeksi seperti tuberculosis paru, gingivitis dan infeksi saluran kemih.

e. Kaki diabetic Mikroangiopati dan neurpati menyebabkan perubahan pada ekstremitas

bawah. Komplikasinya dapat terjadi gangguan sirkulasi, terjadi infeksi, gangren,

penurunan sensasi dan hilangnya fungsi saraf sensorik dapat menunjang

terjadinya trauma atau tidak terkontrolnya infeksi yang mengakibatkan gangren


2.7 Pengobatan

Dalam pengobtan diabetes mellitus terdapat beberapa kelompok obat oral

dan obat parenteral sebagai pengobatan secara farmakologi serta terdapat juga

pengobatan secara non farmakologi yang dilakukan untuk penderita Diabetes

Mellitus.

1. Non Farmakologi

a. Diet

Diet dengan pembatasan kalori, terutama pada pasien dengan overweight OBESITAS).

Karena biasanya pada pasien yang gemuk mengalami resistensi insulin, sehingga

dapat mempengaruhi proses penyerapan glukosa oleh sel-sel dan pada akhirnya glukosa

dapat menumpuk pada darah.

b. Olahraga

Olahraga bila terjadi resitensi insulin maka gerak badan atau olah raga dapat

menguranginya. Hasilnya, insulin dapat dipergunakan secara lebih baik oleh sel-sel tubuh.

c. Berhenti merokok

Berhenti merokok karena kandungan nikotin yang terdapat dalam rokok dapat mengaruhi

secara buruk penyerapan glukosa oleh sel-sel.

2. Farmakologi

Pada pengobatan pasien Diabetes Mellitus terdapat dua golongan obat yang dapat

digunakan, yaitu golongan Oral Anti Diabetik (OAD) dan golongan Parenteral

(injeksi insulin). Pada golongan OAD dibedakan menjadi beberapa kelompok, yaitu

antara lain :
a. . GOLONGAN SULFONILUREA

Glibenclamide,Gliklazida, Glipazida, Gliquidon, Glimepirid, Klorpropramdia,

Tolbutamida. Cara kerja : menstimulasi sel-sel beta dalam pankreas , sehingga

sekresi insulin ditingkatkan dan juga memperbaiki kepekaan organ tubuh dengan

tujuan terhadap insulin dan menurunkan absorbsi insulin oleh hati.Aturan pakai :

Diminum 20 – 30 menit sebelum makan Efek samping : hipoglikemia, kenaikan berat

badan (sehingga biasa digunakan pada pasien yang berbadan kurus) dan retensi air.

b. GOLONGAN BIGUANID

Metformin bebas dalam darah menurun, gluconeogenesis dalam darah. Aturan pakai

: sebelum atau sesudah makan. Efek samping : menyebabkan anemia, bila

dikombinasikan dengan OAD yang lain dapat meningkatkan berat badan meski dalam

skala moderat atau normal. Obat ini juga meningkatkan resiko peningkatan cairan

yang dapat memperburuk gagal jantung.

c. GOLONGAN DPP4–Blockers

Sitagliptin, Vildagliptin Cara Kerja : bekerja berdasarkan penurunan efek hormon

incretin. Incretin berperan dalam utama terhadap prosuksi insulin di pankreas. Incretin ini

di uraikan oleh suatu ensim khas DPP4 (dipeptidylpeptidase). Dengan penghambatan

enzim ini, senyawa gliptin mengurangi penguraian dan inaktivasi incretin, sehingga

kadar insulin akan meningkat. Kalium – channel blockers Repaglinida, Nateglinida

Cara kerja : bekerja mencetuskan pelepasan insulin dari pancreas segera sesudah

makan. Insulin yang dilepaskan adalah cukup untuk menurunkan kadar glukosa darah

setelah makan. Aturan pakai : 1 jam sebelum makan Efek samping : gangguan visus,

lambung-usus dan reaksi alergi


d. INSULIN

Insulin di sekresi oleh sel beta pankreas yang dibutuhkan untuk mengubah glukosa pada

proses metabolisme,dan di indikasikan untuk DM tipe I,dan juga

DM tipe II.

 Insulin dibagi menjadi :

 Human insulin :

Insulin yang di ambil dari manusia kemudian di taruh pada bakteri E- Chol,setelah

berkembang biak di ambil dengan proses bakteriologi.

 Analog Insulin :

Insulin yang diambil dari hewan.

Sifat – Sifat Insulin : Insulin tidak dapat digunakan secara per-Oral karena mudah

teruraipepsin lambung.Human insulin dapat menyebabkan Hipoglikemi (Turunnya gula

darah dalam tubuh). Contoh obat - obat yang masuk dalam golongan Analog Insulin :

Insulin Aksi Cepat Actrapid HM, Injeksi 40 UI/ml. Actrapid HMP penfill , injeksi

100UI/ml. Insulin Aksi Menengah :Insulatard, Monotard Human, Humulin- N

 Insulin Aksi Panjang

Lantus Insulin Aksi Campuran Mixtard 30


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari makalah yang kami susun, dapat disimpulkan bahwa Diabetes Mellitus adalah penyakit

yang disebabkan oleh kelainan hormon yang mengakibatkan sel- sel dalam tubuh tidak dapat

menyerap glukosa dari darah. Penyakit ini timbul ketika di dalam darah tidak terdapat cukup

insulin atau ketika sel-sel tubuh kita dapat bereaksi normal terhadap insulin dalam darah. Paling

sedikit terdapat tiga bentuk diabetes mellitus: tipe I, tipe II, dan diabetes gestasional. Gejala awal

dari diabetes adalah merasa lemas, tidak bertenaga, ingin sering makan, dan sering buang air

kecil. Untuk pengobatan dapat dilakukan dengan penyuntikan insulin, pendidikan dan

kepatuhan terhadap diet, dan program olahraga. Diabetes mellitus dapat terjadi komplikasi

akut maupun kronik.

3.2 Saran

Sebaiknya kita sebagai calon perawat harus lebih memahami dan mengerti mengenai

penyakit diabetes mellitus yang semakin lama semakin meningkat dalam dunia

khususnya pada di Negara Indonesia. Beserta kita harus lebih mengenal dengan

gejala – gejala dan bagaimana cara pengobatan penyakit Diabetes Mellitus secara tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Jordan, Sue. 2012. Farmakologi Kebidanan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

EGC.

Manganti, Alisa. 2012. Diabetes. Bantul - Yogyakarta: Araska.

Mansjoer, Arif. 2008. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ke-3 Jilid 1. Jakarta :

Media Aesculapius.

Nugroho, Taufan. 2011. Buku Asuhan Keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medikas.

Sustraini Lanny, Syamsir Alam, Iwan Hadi Broto. 2006. Diabetes. Jakarta:

PT.Gramedia Pustaka Utama.

Wijoyo, Padmiarso. 2011. Rahasia Penyembuhan Diabtes Secara Alami. Bogor: Bee Media

Agro

Anda mungkin juga menyukai