Anda di halaman 1dari 12

DIABETES MELITUS

Mata Kuliah: Keperawatan Medikal Bedah


Dosen pengampu:Sri Siswati SST.S.Pd,M.Psi

Disusun Oleh:
Kelompok 1(2A)

1. Abel Pramusti (P07520122001)


2. Chetlin P Simanjuntak (P07520122006)
3. Dea Sri Rahmat Zega (P07520122008)
4. Joice Priscila Lumban Raja (P07520122017)
5. Nina Marsaulina (P07520122027)
6. Tio Roma Sintauli Sitompul (P07520122039)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN MEDAN


JURUSAN KEPERAWATAN PRODI DIII MEDAN
T.A 2023-2024
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis Panjatkan Kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karen berkat
Rahmatnya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Diabetes Melitus”.

Makalah ini bertujuan untuk mengetahui lebih dalam tentang Diabetes


Melitus.Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah. Selain itu, kami berharap semoga makalah ini dapat dipahami dan bermanfaat bagi
semua pembaca. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya.

Oleh karena itu, kami mengharapkan segala kritik dan saran yang membangun dan
dapat menjadikan makalah ini jauh dan lebih baik lagi. Kami mohon maaf atas kesalahan
maupun kekurangan di dalam penyusunan makalah ini.

Medan, Maret 2024

Penulis
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Penyakit Diabetes Melitus

1. Definisi
Saat ini telah terjadi pergeseran pola penyakit, dari yang sebelumnya kebanyakan
kasus adalah penyakit menular sekarang menjadi penyakit tidak menular (PTM) yang
sedang menjadi masalah serius. Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu PTM yang
banyak menyita perhatian masyarakat dan pemerintah. Selain karena jumlahnya yang
setiap tahunnya mengalami peningkatan, DM juga masuk kedalam 10 penyakit yang
menyumbangkan kematian tertinggi di Indonesia. Bahkan DM menjadi penyebab
kematian tertinggi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada tahun 2017 (Profil
Kesehatan DIY 2017).

DM merupakan penyakit metabolik yang diakibatkan baik oleh adanya disfungsi sel β
pankreas maupun oleh ambilan glukosa perifer atau keduanya pada DM tipe 2
(Askandar, 2015). Sedangkan menurut international diabetes federation (IDF) 2015 DM
atau sering disebut juga kencing manis adalah suatu penyakit yang diakibatkan karena
tubuh tidak bisa memproduksi insulin atau tubuh tidak bisa menggunakan insulin yang
telah diproduksi (resistensi insulin). Insulin merupakan suatu hormon yang diproduksi
oleh pankreas yang sangat berperan dalam pengolahan glukosa dari aliran darah ke sel-
sel untuk digunakan sebagai energi.

Jadi, berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa DM secara umum
adalah suatu gangguan metabolik karena tubuh tidak bisa memproduksi insulin atau
karena kerusakan hormon insulin sehingga menyebabkan glukosa yang telah diproduksi
oleh tubuh tidak bisa masuk kedalam sel dan mengakibatkan glukosa tetap berada dalam
aliran darah yang disebut juga dengan hiperglikemia.

2.Etiologi

Pada diabetes tipe II penyebab pastinya belum diketahui, faktor grenetik diperkirakan
memegang peran penting dalam proses terjadinya resistensi insulin. DM tak tergantung
insulin (NIDDM) mempunyai pola penyakit yang familiar. NIDDM ditandai dengan
kelainan dalam sekresi insulin. Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-sel
sasaran terhadap kerja insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada reseptor-
reseptor permukaan sel tertentu, kemuadian terjadi reaksi intraseluler yang meningkatkan
transport glukosa menembus membran sel. Pada penderita NIDDM terdapat kelainan pada
pengikatan insulin dengan reseptor. Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah
tempat reseptor yang responsif insulin pada membran sel.akibatnya terdapat
penggabungan abnormal antara komplek reseptor insulin dengan sistem transport glukosa.
Kadar glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu yang lama, namun pada
akhirnya sekresi insulin yang beradartidak lagi memadai untuk mempertahankan
euglikemia.

3.Klasifikasi

Sedangkan menurut Maulana (2015), klasifikasi diabetes dibagi menjadi 4 kelas


klinis meliputi:
a. Diabetes Melitus Tipe 1
Diabetes tipe ini terjadi karena kehancuran sel β pankreas pada pulau langerhans,
diabetes tipe ini menyebabkan defisiensi insulin yang absolut.
b.Diabetes Melitus Tipe 2
Diabetes tipe ini terjadi karena gangguan sekresi insulin yang progresif yang
Melatar belakangi terjadinya resistensi insulin.
b. Diabetes Gestasional
Diabetes tipe ini terjadi dengan melibatkan suatu kombinasi dari kemampuan
reaksi dan pengeluaran hormon insulin yang tidak cukup. Diabetes jenis ini
terjadi saat seseorang dalam keadaan hamil.
c.Diabetes tipe spesifik lain
Diabetes tipe ini terjadi karena gangguan genetik fungsi sel β, gangguan genetik
pada kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas (seperti cystic fibrosis) dan dipicu
oleh efek dari pengobatan atau bahan kimia seperti pengobatan HIV/ AIDS atau
setelah melakukan transplantasi organ

4.Patofisiologi

Patofisiologi DM tipe 2 terdapat beberapa keadaan yang berperan yaitu:


a.Resistensi insulin

b.Disfungsi sel β pankreas

Pada awal perkembangan DM tipe 2 sel β menunjukan gangguan pada sekresi


insulin fase pertama, yang artinya sekresi insulin gagal mengkompensasi resistensi
insulin. Apabila keadaan ini tidak tertangani maka akan terjadi kerusakan sel-sel β
pankreas. Kerusakan ini akan terjadi secara progresif dan akan menyebabkan defisiensi
insulin yang akhirnya akan menyebabkan penderita memerlukan insulin. Pada umumnya
memang ditemukan kedua faktor tersebut, yaitu resistensi insulin dan defisiensi insulin
(Fatimah, 2015).

Resistensi insulin pada diabetes tipe 2 disertai dengan penurunan reaksi intrasel.
Resistensi insulin terjadi karena reseptor yang berikatan dengan insulin tidak sensitif
sehingga mengakibatkan menurunnya kemampuan insulin dalam merangsang
pengambilan glukosa dan menghambat produksi glukosa oleh sel hati. Gangguan sekresi
insulin terjadi karena sel beta pankreas tidak mampu mensekresikan insulin sesuai
dengan kebutuhan. Dengan demikian insulin menjadi menjadi tidak efektif untuk
menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan (PERKENI, 2011)
Defisiensi insulin menyebabkan penyerapan insulin kedalam sel tubuh terganggu
dan mengakibatkan glukosa tetap berada dalam darah dan menyebabkan hiperglikemia
(Wijaya 2015). Kadar gula darah yang tinggi, akan menjadikan viskositas atau
kekentalan darah tinggi, sehingga akan menghambat sirkulasi darah dan persyarafan
terutama daerah ujung kaki/ bagian perifer tubuh sebagai tumpuan tubuh utama.
Viskositas yang tinggi ini juga akan meningkatkan kemampuan bakteri untuk merusak
sel-sel tubuh, sehingga kalau terjadi luka cenderung sulit atau lama proses
penyembuhannya (Priyanto, 2013).

Ada beberapa penyebab penderita diabetes sulit untuk sembuh jika terjadi luka,
yang pertama akibat infeksi hebat sehingga kuman atau jamur mudah tumbuh pada
kondisi gula darah tinggi. Kedua karena kerusakan dinding pembuluh darah sehingga
aliran darah menjadi tidak lancar pada kapiler (pembuluh darah kecil) dan menghambat
penyembuhan luka. Ketiga karena kerusakan saraf, luka yang tidak terasa menyebabkan
penderita diabetes tidak menaruh perhatian pada luka dan membiarkannya semakin
memburuk. Hal ini disebut juga dengan ulkus (Tandra, 2016).

5.Manifestasi klinik

Sedangkan menurut Fatimah (2015) manifestasi klinis diabetes melitus dibagi


menjadi 2 yaitu:
a.Gejala akut diabetes melitus meliputi: Poliphagia (banyak makan) polidipsia
(banyak minum), Poliuria (banyak kencing/sering kencing di malam hari), nafsu
makan bertambah namu berat badan turun dengan cepat (5-10 kg dalam waktu 2-4
minggu), serta mudah lelah.

b.Gejala kronik diabetes melitus meliputi : Kesemutan, kulit terasa panas atau seperti
tertusuk tusuk jarum, rasa kebas di kulit, kram, kelelahan, mudah mengantuk,
pandangan mulai kabur, gigi mudah goyah dan mudah lepas, kemampuan seksual
menurun bahkan pada pria bisa terjadi impotensi, pada ibu hamil sering terjadi
keguguran atau kematian janin dalam kandungan atau dengan bayi berat lahir lebih
dari 4kg.

6.Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang untuk diabetes melitus menurut Wijaya (2013) adalah sebagai
berikut:
c. Kadar glukosa
1) Gula darah puasa / nuchter >140 mg/dl
2) Gula darah sewaktu / random > 200mg/dl
3) Gula darah 2 jam PP (post prandial) >200 mg/dl
b.Aseton plasma dengan hasil + mencolok

c.Aseton lemak bebas menunjukan peningkatan lipid dan kolesterol

d.Osmolaritas serum dengan hasil >330 osm / l

e.Urinalisis menunjukan adanya proteinuria, ketonuria, glukosuria

7.Penatalaksanaan

Tujuan utama terapi diabetes melitus adalah mencoba menormalkan aktivitas


insulin dan kadar gula darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta
neuropati. Tujuan terapi terapeutiknya adalah mencapai kadar glukosa darah normal
(Padila, 2012).
Sedangkan menurut Wijaya (2015) penatalaksanaan ini mempunyai dua tujuan
yaitu jangka panjang dan jangka pendek. Tujuan jangka panjang yaitu untuk mencegah
kompilkasi DM sedangkan untuk tujuan pendeknya yaitu untuk menghilangkan
keluhan / gejala DM. Ada beberapa macam penatalaksanaan untuk penderita DM .

8.Komplikasi

Berdasarkan International Classification of Disease (ICD) Coding for Diabetes


menyebutkan bahwa diabetes melitus dapat menimbulkan kerusakan pada berbagai sistem
organ diantaranya hiperosmoralitas, ginjal, pembuluh darah perifer, hipoglikemia,
hiperglikemia, saraf, mata, sendi, dan kulit. Berbanding lurus dengan hasil penelitian oleh
Dugaan dan Shubrook, studi terbaru dari LeMone et.al. (2016) juga mendapatkan
hasil bahwa terdapat beberapa komplikasi yang ditimbulkan akibat diabetes melitus
yang tidak terkontrol, antara lain.
1) Komplikasi Akut Hipoglikemia dan hiperglikemia

2) Komplikasi Neurologis Neuropati somatic, neuropati visera,

retinopati diabetic, katarak, dan

glukoma.

3) Komplikasi Kardiovaskuler Hipotensi ortostalik, percepatan

aterosklerosis, penyakit stroke, penyakit

arteri koroner (MI), penyakit vaskuler

perifer, gangguan viskositas darah dan

trombosit.

4) Komplikasi Ginjal Hipertensi, albuminaria, edema, dan gagal

ginjal kronik.

5) Komplikasi Muskulokeletal Kontraktur sendi

6) Komplikasi Integumen Ulkus, gangrene, dan perubahan atrofik.

Pengkajian
Pengkajian adalah penting untuk periode utama cara paling umum dalam
memberikan asuhan keperawatan, semua informasi yang diperoleh dikumpulkan secara
sengaja untuk menjamin status kesejahteraan klien yang berkelanjutan
1.Data Subjektif
Sakit kepala, kesemutan, mati rasa, kelemahan pada otot. Gamgguan visual atau
penglihatan.Tanda: bingug, disorientasi. Mengantuk, lesu, kesemutan pada
ekstremitas(efek jangka panjang), terdapat luka/ulcer pada kaki dan penyembuhan lama.
2.Data Objektif
Penurunan berat badan, kulit kering dan retak, turgor kulit jelek.
TD : 129/60 mmHg
N : 98x/ menit
R : 22x/menit
S : 36,5 oC
Diagnosa Keperawatan
1.Nyeri Akut b.d agen pencedera fisik d.d mengeluh nyeri (D. 0077)
2. Gangguan Intregritas kulit/ jaringan b.d nekrosis luka d.d kerusakan jaringan kulit (D.
0129)
3. Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d hiperglikemi d.d gangguan
toleransi gula darah (D. 0027)
Perencanaan Keperawatan
No.Diagnosis Keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi
Keperawatan
1. Nyeri Akut (D.0077) Setelah dilakukan tindakanManajemen Nyeri (I.08238)
b.d Agen pencedera fisik d.d keperawatan 3 x 24 jamObservasi:
mengeluh nyeri diharapkan Tingkat NyeriIdentifikasi lokasi,
Gejala dan tanda mayor: menurun (L.08066): karakteristik, durasi,
Subjektif: 1. Keluhan nyeri menurun frekuensi, kualitas,
1. Mengeluh nyeriObjektif: 2.Meringis menurun intensitsa nyeri
Tampak meringis 3.Kesulitan tidur menurun Identifikasi skala nyeri
Bersikap protektif Identifikasi respons nyeri
Gelisah non verbal
Frekuensi nadi meningkat Identifikasi faktor yang
5.Sulit tidur Gejala dan tanda memperberat dan
minor: memperingan nyeri
Subjektif : (Tidak tersedia) Identifikasi pengetahuan
Objektif : dan tentang nyeri
1.Tekanan darahmeningkat Identifikasi pengaruh nyeri
Pola napasberubah pada kualitas hidup
Nafsu makanberubah Monitor
Proses berpikirterganggu keberhasilan taerapi
5.Menarik diri komplementer yang sudah
6.Berfokus padadiri sendiri diberikan
7.Diaforesis Monitor efek samping
penggunaan analgetik.
Terapeutik:
Berikan teknik non
farmakologis
untuk
mengurangi rasa nyeri
Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
Fasilitasi istirahat dan tidur
Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi:
Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan
nyeri
Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
Anjurkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu.
2. Gangguan Integritas kulit/ Setelah dilakukan tindakanPerawatan Luka (I. 14564)
jaringan b.d neuropati perifer keperawatan 3X24 jam,Observasi:
(D.0129) Maka diharapkan Monitor karakteristik luka
Gangguan dan tandamayor : intregritas kulit/ jaringanMonitor tanda-tanda infeksi
Subjektif: (Tidak tersedia) meningkat dengan kriteriaTerapeutik:
Objektif: hasil: Monitor karakteristik luka
Nyeri Kerusakan jaringan Lepaskan balutan dan
Perdarahan menurun plester secara perlahan
Kemerahan Kerusakan lapisan kulitBersihkan dengan NaCl
menurun atau pembersih Nontoksik
Nyeri menurun Bersihkan salep yang
sesuai Pasang balutan
sesuai jenis luka
Jadwalkan perubahan posisi
setiap 2 jam atau sesuai
kondisi pasien
Edukasi:
Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
3. Ketidakstabilan kadar glukosaSetelah dilkaukan tindakanManajemen Hiperglikemia
darah b.d hiperglikemi d.dkeperawatan selama 3X24(I.03115)
gangguan toleransi gula darahjam diharapkan KestabilanObservasi :
(D. 0027) Gejala dan tandakadar glukosa darah (L.Identifikasi kemungkinan
mayor: Hiperglikemia 03022) Meningkat denganpenyebab hiperglikemia.
Subjektif: kriteria hasil: Identifikasi situasi yang
Kadar gula tinggi/urin tinggi Lelah/ Lesu(menurun) menyebabkan kebutuhan
Gejala dan tanda minor: Kadar glukosadalam darah insulin meningkat.
Hiperglikemia Subjektif: (membaik) Monitor kadar glukosa
1.Mulut kering darah, jika perlu.
kadar glukosa dalam darah Monitor tanda dan gejala
(membaik) hiperglikemia
Monitor intake dan output
cairan
Terapeutik:
Berikan asupan cairan orsl.
Anjurkan menghindari
olahraga saat kadar glukosa
darah lebih dari 250mg/ dL.
Edukasi:
Anjurkan monitor kadar
glukosa darah secara
mandiri.
Anjurkan kepatuhan diet
dan olahraga
Ajarkan pengelolaan
diabetes (mis. Penggunaan
insulin, obat oral).
Edukasi: Kolaborasi
pemberian insulin
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Masalah keperawatan ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan


dengan resistensi insulin, nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis,
gangguan integritas kulit berhubungan dengan neurofati perifer, gangguan
mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot, dan keputusasaan
berhubungan dengan penurunan kondisi fisologis. Sedangkan ketidakstabilan kadar
glukosa darah berhubungan dengan resistensi insulin, deficit pengetahuan
berhubungan dengan kurang terpapar informasi, resiko infeksi
berhubungan dengan efek prosedurinvasive

3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

ADA,(2020). Classification and Diagnosis: Standars of Medical Care in Diabetes- 2020.


In Diabetes Care (Vol. 43, pp. S14-S31).
Amaliyah, L. (2022). Hubungan Motivasi Dengan Tingkat Kepatuhan Diet Pada
Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 : Literature Review. Karya Tulis Ilmiah, Universitas
‘Aisyiyah Yogyakarta
Bickley Lynn S & Szilagyi Peter G. (2018). Buku Saku Pemeriksaan Fisik &
Riwayat Kesehatan.
Dinkes Kaltim (2016). Profil Kesehatan Kalimantan Timur.
Dinkes Kota Samarinda (2017). Profil Kesehatan Kalimantan Timur.
Doengoes, M. E, Et. Editor Monica. (2018). Nursing Care Plans Guidelines ForPlanning
And Documenting Patient Care, Edisi 8.

Anda mungkin juga menyukai