Anda di halaman 1dari 50

DIABETES TREATMENT MOBILE (DTM)

Dosen Pengampu :

Disusun Oleh :

1) Viony Ersantyas Rosanery (J210210004)


2) Ira Ayu Ananda (J210210009)
3) Febrian Nur Rahmawati (J210210022)
4) Dyaz Surya Ananta (J210210042)
5) Rosida Nur Aisah (J210210070)
6) Laila Ulfiyana (J210210074)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2022
KATA PENGANTAR

(minta tolong diisi)


DAFTAR ISI

(minta tolong diisi)


DAFTAR GAMBAR

(minta tolong diisi)


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan dan peningkatan jasa pelayanan yang bergerak di bidang kesehatan telah
menjadi sebuah perhatian serius oleh masyarakat. Fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia
memiliki jenis yang beragam, salah satunya Rumah Sakit Indriati yang berlokasi di Solo, Jawa
Tengah. Klinik ini berfokus pada penanganan luka. Rumah Sakit Indriati sejauh ini melayani
pelayanan kesehatan secara luring dimana pasien-pasien yang mendatangi klinik untuk
mendapatkan pelayanan. Tidak jarang pula beberapa pasien yang tidak memiliki fasilitas
kendaraan pribadi diharuskan meminjam kendaraan atau menggunakan transportasi umum untuk
mendapatkan pelayanan pengobatan lukanya.

Jawa tengah memperoleh rerata 1,8 dari 2,0 orang dengan penderita diabetes melitus
(Badan Pusat Statistika, 2017). (tolong carikan data terbaru atau 5 tahun ke belakang) Data ini
menjadi bukti mengapa kasus terbanyak yang ditangani mitra adalah penyakit diabetes. Diabetes
menyerang jutaan orang di seluruh dunia. Kontrol yang buruk sering menyebabkan penyakit
mikrovaskuler dan komplikasi makrovaskuler seperti serangan jantung, gagal ginjal, kebutaan,
meningkatkan kejadian infeksi dan penyakit arteri perifer. Pasien diabetes memiliki kelainan
yang terkait dengan homeostasis kalsium dan vitamin D sehingga saling keterkaitan dengan
peningkatan morbiditas maupun mortalitas. Permasalahan tersebut berdampak bagi Rumah Sakit
Indriati antara lain: 1) kestabilan atau peningkatan jumlah pasien, 2) kesulitan dalam pemantauan
kondisi luka, 3) masalah dalam jangkauan bisnis. Untuk meningkatkan perencanaan dan
keberhasilan implementasi teknologi ini, perancangan yang kreatif dan tepat sasaran dapat
membuka peluang teknologi kesehatan untuk lebih maju kedepannya. Proses diagnostik dan
terapeutik dalam dunia medis dituntut untuk lebih cepat dan efisien hal ini memungkinkan
pengembangan bentuk terapi yang sama sekali baru yakni didapat dari teknologi kesehatan 4.0
(Bernhard, 2018).

Permasalahan tersebut membuat kami tertarik untuk merancang aplikasi diabetes mobile.
Aplikasi dianggap sebagai salah satu bidang pengembangan teknologi yang paling menjanjikan
dalam perawatan kesehatan, maka kami merancang aplikasi Diabetes Treatment Mobile (DTM).
Aplikasi ini dapat memecahkan masalah klinik sehingga membantu meningkatkan pendapatan
dan membantu mobilisasi pasien. Tujuan perencanaan ini untuk membantu masalah yang
dialami Rumah Sakit Indriati dan pasien diabetes sehingga mampu menangani masalah yang
terjadi. Pengembangan sistem dari manual menjadi aplikasi, maka kami menggunakan System
Development Life Cycle (SDLC) model waterfall dan kami implementasikan ke dalam aplikasi
android (pengguna) dan website (admin), bahasa java dan platform react native dan webserver
untuk menyimpan semua instruksi maupun data secara online. Hadirnya aplikasi Diabetes
Treatment Mobile (DTM) diharapkan membantu memiliki kestabilan, penambahan jumlah
pasien, dan menjadi solusi masyarakat sebagai alat mempermudah mengakses pelayanan
kesehatan.

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalahanya adalah…

1.3 Tujuan Aplikasi DTA


1.3.1 Tujuan Umum
(diisi)
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari aplikasi DTM adalah:…
1.4 Manfaat Aplikasi DTM

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:


1. Secara teoritis
(diisi)
2. Secara praktis
(diisi)
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Diabetes Melitus

2.1.1 Pengertian Diabetes Melitus

Penyakit metabolik yang berlangsung kronik progresif (lama dan bertambah parah) yang
ditandai dengan kadar glukosa darah tinggi dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan
protein, yang disebabkan oleh banyak faktor, seperti gangguan pengeluaran insulin gangguan
kerja insulin, atau keduanya.

Diabetes merupakan penyakit kronis yang serius dan terjadi baik saat pangkreas tidak
menghasilkan cukup insulin maupun jika tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang
dihasilkan secara efektif (Nadjibah, 2018).

2.1.2 Patofisiologis

Pengolahan bahan makanan dimulai di mulut kemudian ke lambung dan selanjutnya ke


usus. Di dalam saluran pencernaan makanan dipecah menjadi bahan dasar dari makanan itu.
Karbohidrat menjadi glukosa, protein menjadi asam amino, dan lemak menjadi asam lemak.
Ketiga zat makanan itu akan diserap oleh usus kemudian masuk ke dalam pembuluh darah dan
diedarkan ke seluruh tubuh untuk dipergunakan oleh organ-organ di dalam tubuh sebagai bahan
bakar supaya dapat berfungsi sebagai bahan bakar, zat makanan itu harus masuk ke dalam sel
supaya dapat diolah. Di dalam sel, zat makanan terutama glukosa dibakar melalui proses kimia
yang rumit, yang hasil akhirnya adalah timbulnya energi. Proses ini disebut metabolisme dimana
insulin memegang peran yang sangat penting yaitu, memasukkan glukosa ke dalam sel untuk
selanjutnya digunakan sebagai bahan bakar. Pada kasus diabetes melitus didapatkan jumlah
insulin yang kurang atau pada keadaan kualitas insulin tidak baik (resitensi insulin), meskipun
insulin ada dan reseptor juga ada, tetapi karena ada kelainan di dalam sel itu sendiri pintu masuk
sel tertutup hingga glukosa itu tidak dapat masuk sel untuk dibakar. Akibatnya glukosa tetap
berada di luar sel, hingga kadar glukosa dalam darah meningkat.
2.1.3 Tipe Diabetes Mellitus

Menurut Nadjibah (2018), tiap tipe diabetes memiliki perbedaan penyebab, perjalanan,
dan penanganan, oleh karena itu diabetes dibagi menjadi 3 kelompok, antara lain :

1. Diabetes Melitus Tipe 1


Penyakit diabetes melitus tipe 1 adalah penyakit diabtes yang bergantung pada insulin.
Kasus ini muncul sebagai akibat dari kerusakan organ pankreas. Kerusakan organ pankreas
menyebabkan tubuh tidak memiliki cukup hormon insulin untuk menyalurkan glukosa ke
dalam darah ke seluruh tubuh. Ada beberapa faktor yang memicu kemunculan penyakit
diabtes melitus tipe 1 yang sebaiknya diwaspadai :
a) Memiliki faktor genetik penderita diabetes melitus.
b) Mengalami gangguan pada system imun di dalam tubuh.
c) Kekurangan nutrisi.
d) Serangan virus tertentu yang merusak organ pankreas.
2. Diabetes Melitus Tipe 2
Diabetes melitus tipe 2 adalah tipe penyakit diabetes yang muncul akibat gaya hidup
tidak sehat. Penderita diabetes melitus tipe 2 ini tidak memiliki masalah apapun pada organ
pankreas. Hormon insulin dapat diproduksi sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan oleh
tubuh. Penderita diabetes melitus tipe 2 juga dapat mengalami kerusakan organ pankreas, jika
masalah kepekaan sel di dalam tubuh untuk menerima insulin tidak segera diatasi. Beberapa
faktor pemicu diabetes melitus tipe 2, antara lain :
a) Obesitas.
b) Sangat jarang berolahraga.
c) Tidak mengatur pola makan.
d) Sering mengalami stress akibat pekerjaan
3. Diabetes Melitus Gestasional
Jika diabetes melitus tipe 1 dan diabetes melitus tipe 2 dapat menyerang pria maupun
wanita, diabetes melitus gestasional adalah satu-satunya tipe diabetes melitus yang hanya
menyerang wanita, khususnya wanita hamil. Penyakit diabetes melitus gestasional pada
umumnya lenyap setelah penderita melahirkan. Namun, jika seorang wanita sudah pernah
menderita diabetes melitus gestasional maka ia memiliki resiko yang lebih tinggi untuk
menderita diabetes melitus tipe 2 jika tidak bisa mengatur pola makannya.

2.1.4 Penyebab Diabetes Melitus

Berikut adalah penyebab atau pemicu meningkatnya resiko diabetes melitus, antara lain :

1. Keturunan
Orang yang bertalian darah dengan orang yang mengidap diabtes lebih cenderung mengidap
penyakit yang sama ketimbang dengan mereka yang keluarganya tidak memiliki riwayat
penyakit tersebut. Terdapat 5% risiko mengidap diabetes jika orang tua atau saudara kandung
juga mengidap diabetes.
2. Pola makan tidak sehat
Pola makan yang tidak sehat menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya diabetes. Kita
perlu menjaga diri dari makanan yang terlalu banyak mengandung gula dan makanan dengan
indeks glikemik yang tinggi. Selain itu makanan yang mengandung lemak tinggi dan
kolesterol juga dapat memicu diabetes.
3. Obesitas/Kegemukan
Hampir 80% orang yang terjangkit diabetes pada usia lanjut biasanya memiliki kelabihan
berat badan. Kelebihan berat badan akan meningkatkan kebutuhan insulin pada tubuh.
Diyakini, sel-sel lemak yang lebih besar tidak merespon insulin dengan baik.
4. Usia
Risiko diabetes meningkat sejalan dengan bertambahnya usia, terutama setelah usia 40 tahun.
Hal ini terjadi karena sel-sel beta di dalam pankreas yang memproduksi insulin menurun
seiring bertambahnya usia.
5. Jenis kelamin
Baik pria maupun wanita memiliki risiko yang sama besar terkena diabetes hingga usia
dewasa awal. Setelah usia 30 tahun, wanita memiliki risiko yang lebih tinggi terkena diabetes
tipe 2 pada usia lanjut.
6. Infeksi pada kelenjar pankreas
Hormon insulin yang mengatur kadar gula darah dalam darah dihasilkan oleh kelenjar
pankreas. Jika terjadi infeksi dalam tubuh dan menyerang pankreas maka organ tersebut tidak
dapat memproduksi hormon insulin dengan baik sehingga tanda-tanda diabetes akan muncul.
Kecelakaan atau cedera yang merusak pankreas juga bisa merusak sel-sel beta sehingga
menyebabkan diabetes.
7. Kurang aktivitas fisik (olahraga)
Mereka yang melakukan sedikit melakukan aktivitas fisik memiliki risiko obesitas lebih
tinggi dibandingkan dengan mereka yang rajin bersepeda, berjalan kaki, atau aktivitas
lainnya. Mudahnya fasilitas membuat masyarakat makin tidak mempunyai kesempatan untuk
bergerak dan beraktivitas, kondisi ini memungkinkan menjadi penyebab angka terjadinya
diabetes makin meningkat (Nadjibah, 2018)

2.1.5 Komplikasi Diabetes Melitus

1. Gangguan jantung dan pembuluh darah


Diabetes merusak dinding pembuluh darah yang menyebabkan penumpukan lemak di
dinding yang rusak dan menyempitkan pembuluh darah. Akibatnya suplai darah ke otot
jantung berkurang dan tekanan darah meningkat sehingga dapat terjadi kematian mendadak.
2. Gangguan ginjal diabetes (Nefropati)
Ginjal bekerja 24 jam sehari untuk membersihkan darah dari racun yang masuk ke tubuh dan
yang dibentuk oleh tubuh. Jika ada nefropati atau kerusakan ginjal racun tidak dapat
dikeluarkan, sedangkan protein yang seharusnya dipertahankan ginjal bocor keluar.
3. Retinopati diabetic
Kerusakan retina akibat diabetes merupakan penyebab utama kebutaan dan menjadi penyakit
mata diabetes yang paling sering terjadi. Makin lama mengidap diabetes, kemungkinan
kerusakan mata makin besar. Kerusakan retina pada penderita diabetes disebabkan karena
rusaknya pembuluh darah.
4. Neuropati
Sistem saraf akan terganggu jika glukosa darah makin tinggi sehingga tidak terkontrol
dengan baik. Neuropati diabetic dapat mengakibatkan saraf tidak dapat mengirim atau
mengantar pesan-pesan rangsangan impuls saraf ( Nadjibah, 2018).
2.1.6 Komplikasi akut Diabetes Melitus
Ada 2 komplikasi akut diabetes melitus, antara lain :
A. Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah keadaan klinik gangguan syaraf yang disebabkan penurunan
glukosa darah. Gejala ringan berupa gelisah sampai berat berupa koma disertai kejang.
a) Penyebab hipoglikemi
Tanda hipoglikemi mulai muncul bila glukosa darah kurang dai 50 mg/dl, meskipun
reaksi hipoglikemia bisa juga muncul pada kadar glukosa darah yang lebih tinggi. Hal-hal
yang bisa menyebabkan hipoglikemia antara lain :
 Makan kurang dari aturan yang ditentukan
 Berat badan turun
 Sesudah olah raga
 Sesudah melahirkan
 Sembuh dari sakit
 Makan obat yang mempunyai sifat serupa
 Pemberian suntikan insulin yang tidak tepat
b) Tanda-tanda hipoglikemi
1. Stadium parasimpatik : lapar, mual, tekanan darah turun.
2. Stadium gangguan otak ringan : lemah, letih, lesu, sulit bicara, kesulitan minghitung
sederhana.
3. Stadium simpatik : keringat dingin pada muka terutama di hidung, bibir atau tangan,
berdebar-debar.
4. Stadium gangguan otak berat : koma (tidak sadar) dengan atau tanpa kejang.
Keempat stadium hipoglikemi ini dapat ditemukan secara berurutan ataupun meloncat
pada pemakaian obat oral ataupun suntikan. Ada beberapa catatan perbedaan antara
keduanya :
a. Obat oral memberikan tanda hipoglikemi lebiih berat.
b. Obat oral tidak dapat dipastikan waktu serangannya, sedangkan insulin bisa
diperkirakan pada puncak kerjanya, misalnya :
c. Obat oral sedikit memberikan gejala saraf otonom (parasimpatik dan simpatik),
sedangkan akibat kelebihan insulin sangat menonjol. Hipoglikemi dapat berlangsung
lama dengan koma yang dalam terutama akibat OAD kerja lama (clorpropamida dan
glibenclamida).
c) Pencegahan hipoglikemi
Untuk pasien yang menggunakan insulin :
1) Sudahkah tepat dosis insulin
2) Jangan menyuntik terlalu dalam, ingat hanya di bawah kulit, cubit kulit anda, suntik
sejajar bagian dasarnya.
3) Kurangi dosis insulin bila ada perubahan seperti makan agak kurang, olah raga,
sesudah operasi, melahirkan.
d) Pengobatan hipoglikemi
Bila hipoglikemi telah terjadi maka pengobatan harus segera dilaksanakan terutama
gangguan terhadap otak yang paling sensitive terhadap penurunan glukosa darah.
1) Stadium permulaan (sadar) :
Pemberian gula murni ± 30 g (2 sendok makan) atau sirup, permen dan makanan
yang mengandung hidrat arang. Stop obat hipoglikemi, periksa glukosa darah
sewaktu dan pemulihan ulang setiap 4 jam selama 24 jam penderita OAD perlu dikaji
ulang.
2) Stadium lanjut (koma hipoglikemi) :
Penanganan keadaan gawat darurat ini harus cepat dan tepat. Berikan larutan glukosa
40% sebanyak 2 flakon, intravena setiap 10-20 menit hingga pasien sadar disertai
pemberian cairan dextrose 10% per infuse 6 jam per kolf, untuk mempertahankan
glukosa darah dalam nilai normal atau diatas normal.
B. Hiperglikemia
Kelompok hiperglikemi, secara anamnesis ditemukan adanya masukan kalori yang
berlebihan, penghentian obat oral maupun insulin yang didahului oleh stress akut. Tanda khas
adalah kesadaran menurun disertai dehidrasi berat.
a) Ketoasidosis diabetic
Ketoasidosis diabetic (KAD) merupakan defisiensi insulin berat dan akut dari suatu
perjalanan penyakit diabetes melitus. Timbulnya KAD merupakan ancaman kematian
penderita diabetes melitus. Faktor yang mempengaruhi angka kematian tersebut adalah :
 Terlambat ditegakkannya diagnosis karena biasanya penderita diabetes melitus
dibawa setelah koma.
 Pasien belum tahu mengidap diabetes melitus.
 Sering ditemukan bersama-sama dengan komplikasi lain yang berat, misalnya :
sepsis, renjatan, infark miokard.
b) Pengobatan
Pengobatan KAD akan memberikan hasil yang baik bila dilakukan penatalaksanaan yang
intensif.
Tahap kerja pengobatan KAD adalah :
1. Rehidrasi
Rehidrasi cepat merupakan tindakan awal yang harus segera dilakukan. Cairan yang
dipilih adalah NaCl 0,9%. Pemberian cairan sebanyak 1 liter pada 30 menit pertama
kemudian 0,5 liter pada 30 menit kedua, jadi berjumlah 3 liter pada jam pertama.
Setelah itu cairan diberikan sesuai tingkat dehidrasi. Bila kadar glukosa darah < 200
mg/dl, NaCl 0,9% segera diganti dengan dextrose 5%.
2. Insulin
Insulin mulai diberikan pada jam ke 2, dalam bentuk bolus (intravena) dosis 180
mU/Kg BB, dilanjutkan dengan drip insulin 90 mU/Kg BB dalam NaCl 0,9%. Bila
glukosa darah < 200 mg/dl, kecepatan dikurangi menjadi 45 mU/jam/Kg BB. Bila
glukosa darah stabil sekitar 200-300 mg/dl selama 12 jam, dilanjutkan dengan drip
insulin 1-2 unit/jam dan dilakukan penyesuaian kebutuhan insulin setiap 6 jam.
3. Bikarbonas
Koreksi natrium bikarbonat dilakukan bila pH < 7,1. Pemberian bikarbonas
berlebihan dan tidak tepat akan menimbulkan asidosis serebral.
4. Kalium
Pemberian kalium agak penting terutama pada pasien yang tidak mengalami syok.
Suplementasi kalium dapat dilakukan perinfus atau bila pasien sadar dapat diberikan
peroral. Bila pH naik, kalium akan turun,oleh karena itu pemberian Natrium
Bikarbonat disertai dengan pemberian kalium.
5. Antibiotika
Untuk mencegah infeksi atau meluasnya infeksi maka sebaiknya antibiotic adekuat
diberikan pada waktu permulaan. Bila keadaan tidak memungkinkan dapat diberikan
sefalosporin 2-3 g IV per hari atau floxacine sambil menunggu hasil mikroba dan
resistensinya
6. Pengobatan ketoasidosis diabetic dengan infuse insulin dosis rendah.

2.1.7 Perawatan Rehabilitasi Pasien Diabetes Melitus

1. Edukasi

Edukasi diabetes adalah pendidikan dan pelatihan mengenai pengetahuan dan ketrampilan
bagi penderita diabetes yang bertujuan menunjang perubahan perilaku untuk meningkatkan
pemahaman pasien akan penyakitnya. Edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat, perlu
selalu dilakukan sebagai bagian dari upaya pencegahan dan merupakan bagian yang sangat
penting dari pengelolaan diabetes mellitus secara holistik.

2. Terapi Gizi
Setiap pasien diabetes melitus harus mendapat terapi gizi sesuai dengan kebutuhannya untuk
mencapai sasaran terapi. Pasien diabetes melitus perlu di tekankan pentingnya keteraturan
makan dalam hal jadwal, jenis, serta jumlah makanan terutama pasien yang menggunakan
obat penurun glukosa darah atau insulin. Perencanaan makan hendaknya dengan kandungan
zat gizi yang cukup dan disertai pengurangan total lemak terutama lemak jenuh. Standar yang
dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang baik karbohidrat, protein, dan
lemak sesuai dengan kecukupan gizi : karbohidrat 60-70%, protein 10-15%, lemak 20-25%.
Jumlah kalori disesuaiakan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut, dan kegiatan
fisik untuk mencapai dan mempertahankan berat badan ideal.
3. Aktivitas Jasmani
Aktivitas jasmani atau olahraga dapat menurunkan dan menjaga kadar gula darah tetap
normal. Olahraga yang disarankan adalah yang bersifat CRIPE (Continous, Rhytmical,
Interval, Progressive, Endurance Training). Beberapa contoh olahraga yang disarankan,
antara lain jalan atau lari pagi, bersepeda, berenang, jogging, dan renang. Latihan sebaiknya
dilakukan sesuai umur dan status kesegaran jasmani. Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan
jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit) merupakan hal
penting yang harus dilakukan untuk menjaga kebugaran, menurunkan berat badan,
memperbaiki sensitifitas insulin sehingga dapat mengendalikan kadar glukosa darah
(Sukardji, 2009). Penderita diabetes melitus harus rutin untuk melakukan pemeriksaan atau
konsultasi kepada dokter. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kondisi tubuhnya sehingga
dapat melakukan tindakan untuk pengendalian atau pencegahan secara tepat sebelum kondisi
tubuh semakin parah. Selain itu, penderita juga mendapatkan informasi dari dokter mengenai
obat yang harus dikonsumsi serta pantangan dan anjuran makanan yang dikonsumsi sehari-
sehari.
4. Terapi Medis
Terapi medis biasanya berupa pemberian obat-obat yang mengandung kimia yang bersifat
antidiabetes. Obat antidiabetes yang disebut dengan obat oral antidiabetes (OAD) atau
dengan cara suntikan insulin. Pada umumnya, OAD berbentuk kapsul dan dikonsumsi
dengan cara ditelan. Sedangkan terapi insulin tunggal atau kombinasi disesuaikan dengan
kebutuhan pasien dan respon individu terhadap insulin, yang dapat dinilai dari hasil
pemeriksaan kadar glukosa darah (Oetari, 2019).

2.2 Konsep Mutu Pelayanan Keperawatan

2.2.1 Pengertian

Peningkatan mutu pelayanan adalah derajat memberikan pelayanan secara efisian dan
efektif sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan yang dilaksanakan secara menyeluruh
sesuai dengan kebutuhan pasien, memanfaatkan teknologi tepat guna dan hasil penelitian dalam
pengembangan pelayanan kesehatan atau keperawatan sehingga tercapai derajat kesehatan yang
optimal.

2.2.2 Pengukuran Mutu Pelayanan

Mutu pelayanan dapat diukur dengan menggunakan tiga variabel, yaitu :

1. Input, adalah segala sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan seperti
tenaga, dana, obat, fasilitas peralatan, teknologi, organisasi, dan informasi.
2. Proses, adalah interaksi professional antara pemberi pelayanan dengan konsumen (pasien dan
masyarakat). Setiap tindakan koreksi dibuat dan meminimalkan risiko terulangnya keluhan
atau ketidakpuasan pada pasien. Program keselamatan pasien bertujuan untuk meningkatkan
keselamatan pasien dan meningkatkan mutu pelayanan.
Interaksi professional selalu memperhatikan asas etika terhadap pasien, antara lain :
a. Berbuat hal-hal yang baik (beneficence) terhadap manusia khususnya pasien, staf klinis
dan nonklinis, masyarakat dan pelanggan secara umum.
b. Tidak menimbulkan kerugian (respect for persons) menghormati hak otonomi, martabat,
kerahasiaan, berlaku jujur, terbuka, empati.
c. Berlaku adil (justice) dalam memberikan layanan.
3. Output/outcome adalah hasil pelayanan kesehatan atau pelayanan keperawatan, yaitu berupa
perubahan yang terjadi padakonsumen termasuk kepuasan dari konsumen. Tanpa mengukur
hasil kinerja rumah sakit atau keperawatn tidak dapat diketahui apakah input dan proses yang
baik telah menghasilkan output yang baik pula.

2.3 Konsep Kualitas Pelayanan

Konsep kualitas layanan adalah suatu pengertian yang kompleks tentang mutu, tentang
memuaskan atau tidak memuaskan. Faktor yang mempengaruhi kualitas layanan antara lain:

1. Komunikas dari mulut ke mulut (word of mounth communication)


Faktor ini sangat menentukan dalam pembentukan harapan pelanggan atas suatu jasa atau
pelayanan. Seseorang puas, maka mereka akan menyebarkan berita positif dari mulut
kemulut, tapi apabila mengeluh tidak puas makan ia akan menyebarkan berita negative dari
mulut ke mulut.
2. Kebutuah pribadi (personal need)
Harapan pelanggan bervariasi tergantung pada karakteristik dan keadaan individu yang
mempengaruhi kebutuhan pribadinya.
3. Pengalaman masa lalu (past experience)
Pengalaman pelanggan merasakan suatu pelayanan jasa tertentu di masa lalu yang
mempengaruhi tingkat harapannya untuk memperoleh pelayanan jasa yang sama di masa kini
dan yang akan dating.
4. Komunikasi eksternal (company’s exsternal communication)
Komunikasi eksternal yang digunakan oleh organisasi jasa sebagai pemberi pelayanan
melalui berbagai bentuk upaya promosi juga memegang peranan dalam pembentukan
harapan pelanggan.
Berdasarkan pengertian diatas terdapat 3 tingkat konsep kualitas layanan, yaitu:
1) Bermutu (quality surprise), bila kenyataan pelayanan yang diterima melebihi pelayanan yang
diharapkan pelanggan.
2) Memuaskan (satisfactory quality), bila kenyataan pelayanan yang diterima sama dengan
pelayanan yang diharapkan pelanggan.
3) Tidak bermutu (unacceptable quality), bila ternyata kenyataan pelayanan yang diterima lebih
rendah dari yang diharapkan pelanggan.

2.3.1 Upaya Peningkatan Mutu

Peningkatan mutu dilakukan dalam berbagai macam cara yang akan dijelaskan sebagai
berikut :

1. Mengembangkan akreditasi dalam meningkatkan mutu rumah sakit dengan indikator


pemenuhan standar pelayanan yang ditetapkan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
2. ISO 9001 : 2000 yaitu suatu standar internasional untuk system manajemen kualitas yang
bertujuan menjamin kesesuaian proses pelayanan terhadap kebutuhan persyaratan yang
dispesifikasikan oelh pelanggan rumah sakit.
3. Memperbarui kilmuan untuk menjamin bahwa tindakan medis/keperawatan yang dilakukan
telah didukung oleh bukti ilmiah yang mutakhir.
4. Good corporate governance yang mengatur aspek institusional dan aspek bisnis dalam
penyelenggaraan sarana pelayanan kesehatan dengan memperhatikan transparansi dan
skuntabilitas sehingga tercapai manajemen yang efisien dan efektif.
5. Clinical governance merupakan bagian dari good corporate governance, yaitu sebuah
kerangka kerja organisasi pelayanan kesehatan yang bertanggung jawab atas peningkatan
mutu secara berkesinambungan. Tujuannya adalah tetap menjaga standar pelayanan yang
tinggi dengan menciptakan lingkungan yang kondusif. Clinical governance menjelaskan hal-
hal penting yang harus dilakukan seorang dokter dalam menangani konsumennya (pasien dan
keluarga).
6. Membangun aliansi strategis dengan rumah sakit lain baik di dalam atau luar negeri.
Kerjasama lintas sektor dan lintas fungsi harus menjadi bagian dari budaya rumah sakit
seperti halnya kerja sama tim yang baik.
7. Melakukan evaluasi terhadap strategi pe,biayaan, sehingga tariff pelayanan bisa bersaing
secara global, misalnya outsourcing investasi, contracting out untuk fungsi tertentu seperti
cleaning service, gizi, laundry dan perparkiran.
8. Orientasi pelayanan. Sering terjadi benturan nilai, di satu pihak masih kuatnya nilai
masyarakat secara umum bahwa rumah sakit adalah institusi yang mengutamakan fungsi
sosial. Sementara itu di pihak lain, etos para pemodal/investor dalam dan luar negeri yang
menganggap rumah sakit adlah industry dan bisnis jasa, sehingga orientasi mancari laba
merupakan sesuatu yang absah.
9. Orientasi bisnis dapat besar dampak positifnya bila potensi negative dapat dikendalikan.
Misalnya, tindakan medis yang berlabihan atau sebenarnya tidak bermanfaat bagi pasien
menciptakan peluang terjadinya manipulasi pasien dmei keuntungan financial bagi pemberi
layanan kesehatan. Perlu mekanisme pembinaan etis yang mengimbangi dua system nilai
yang dapat bertentangan, yaitu antara fungsi sosial dan fungsi bisnis (Nursalam, 2015).

2.4 Konsep Kepuasan

2.4.1 Pengertian

Kepuasan pasien adalah perawaan senang atau puas bahwa produk jasa atau yang
diterima telah sesuai atau melebihi harapan. Kepuasan pasien merupakan salah satu indikator
kualitas pelayanan yang kita berikan dan kepuasan pasien adalah modal untuk mendapatkan
pasien lebih banyak lagi dan untuk mendapatkan pasien yang loyal (setia).

2.4.2 Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien, yaitu sebagai berikut:

1. Kualitas produk atau jasa


Pasien akan merasa puas bila hasil evaluasi mereka menunjukkan bahwa produk atau jasa
yang digunakan berkualitas.
2. Harga
Elemen ini mempengaruhi pasien dari segi biaya yang dikeluarkan, biasanya semakin mahal
harga perawatan maka pasien mempunyai harapan yang lebih besar,
3. Emosional
Pasien memilih institusi pelayanan kesehatan yang sudah mempunyai pandangan cenderung
memiliki tingkat kepuasan yang lebih tinggi.
4. Kinerja
Wujud dari kinerja ini misalnya, kecepatan, kemudahan, dan kenyamanan bagaimana
perawat dalam memberkan jada pengobatan terutama keperawatan pada waktu penyembuhan
yang relative cepat, kemudian dalam memenuhi kebutuhan pasien dan kenyamanan yang
diberikan yaitu dengan memperhatikan kebersihan, keramahan, dan kelengkapan peralatan
rumah sakit.
5. Estetika
Estetika merupakan daya tarik rumah sakit yang dapat ditangkap oleh panca indra. Misalnya,
keramahan perawat, peralatan yang lengkap dan lain sebagainya.
6. Karakteristik produk
Karakteristik produk meliputi penampilan bangunan, kebersihan dan tipe kelas kamar yang
disediakan beserta kelengkapannya.
7. Pelayanan
Institusi pelayanan kesehatan dianggap baik apabila dalam memberikan pelayanan lebih
memperhatikan kepuasan pasien. Kepuasan muncul dari kesan pertama masuk pasien
terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan.
8. Lokasi
Merupakan salah satu aspek yang menentukan pertimbangan dalam memilih institusi
pelayanan kesehatan. Umumnya semakin dekat lokasi dengan pusat perkotaan atau yang
mudah dijangkau, mudahnya trasportasi dan lingkungan yang baik akan semakin menjadi
pilihan bagi pasien.
9. Fasilitas
Kelengkapan fasilitas turut menentukan penilaian kepuasan pasien, misalnya fasilitas
kesehatan baik sarana dan prasarana, tempat parker, ruang tunggu yang nyaman dan ruang
kamar rawat inap. Institusi pelayana kesehatan perlu memberikan perhatian pada fasilitas
dalam penyususnan strategi untuk menarik konsumen.
10. Komunikasi
Tata cara informasi yang diberikan pihak penyedia jasa dan keluhan-kaluhan dari pasien.
Bagaimana keluhan pasien dengan cepat diterima oleh perawat dan segera member bantuan
terhadap keluhan pasien.
11. Suasana
Suasana yang tenang, nyaman, sejuk dan indah akan sangat mempengaruhi kepuasan pasien
dalam proses penyembuhannya.
12. Desain visual
Desain visual, meliputi dekorasi ruangan, bangunan dan desain jalan yang tidak rumit.

2.4.3 Pengukuran Tingkat Kepuasan

Konsep kualitas layanan yang berkaitan dengan kepuasan ditentukan oleh 5 unsur yang
biasanya dikenal dengan istilah kualitas layanan RATER (responsiveness, assurance,
tangible, empathy, dan reability). Bentuk aplikasi kualitas layanan dengan menerapkan
konsep RATER antara lain :

1. Daya tangkap (Responsiveness)


Suatu interpretasi yang banyak dikembangkan dalam suatu organisasi kerja yang
memberikan kualitas layanan yang sesuai dengan daya tanggap atas berbagai pelayanan.
2. Jaminan (Assurance)
Suatu penilaian bagi suatu organisasi dalam menunjukkan kualitas layanan kepada setiap
orang yang diberi pelayanan dan sesuai dengan bentuk-bentuk kepuasan pelayanan yang
diberikan, sehingga menjadi aktualisasi pencerminan prestasi kerja yang dapat dicapai.
3. Bukti fisik (Tangible)
Aktualisasi nyata secara fisik dapat terlihat atau digunakan oleh pegawai sesuai dengan
penggunaan dan pemanfaatannya yang dapat dirasakan membantu pelayanan yang diterima,
sehingga puas atas pelayanan yang dirasakan.
4. Empati (Empathy)
Empati tersebut mempunyai inti mampu memahami orang yang dilayani dengan penuh
perhatian, keseriusan, simpatik, pengertian dan adanya keterlibatan dalam berbagai
permasalahan yang dihadapi orang yang dilayani.
5. Keandalan (Reliability)
Dalam memberikan pelayanan, setiap karyawan diharapkan memiliki kemampuan dalam
pengetahuan, keahlian, kemandirian, penguasaan dan profesionalisme kerja yang tinggi,
sehingga aktivitas kerja yang dikerjakan menghasilkan bentuk pelayanan yang memuaskan.

2.4.4 Klasifikasi Kepuasan

Untuk mengetahui tingkat kepuasan dapat diklasifikasikan dalam beberapa tingkatan


sebagai berikut:

1. Sangat memuaskan
Diartikan sebagai ukuran subyektif hasil penilaian perasaan pasien yang menggambarkan
pelayanan kesehatan sepenuhnya atau sebagian besar sesuai kebutuhan atau keinginan
pasien, seperti sangat bersih (untuk prasarana),sangat ramah (untuk hubungan dengan dokter
atau perawat), atau sangat cepat (untuk proses administrasinya), yang seluruhnya
menggambarkan tingkat kualitas pelayanan yang paling tinggi.
2. Memuaskan
Diartikan sebagai ukuran subyektif hasil penelitian perasaan pasien, yang menggambarkan
pelayanan kesehatan tidak sepenuhnya atau sebagian sesuai kebutuhan. Contoh tidak terlalu
bersih (untuk sarana), agak kurang cepat (proses administrasi), kurang ramah, yang
seluruhnya ini menggambarkan tingkat kualitas yang kategori sedang.
3. Tidak memuaskan
Diartikan sebagai ukuran subyektif hasil penelitian perasaan pasien rendah, yang
menggambarkan pelayanan kesehatan tidak sesuai kebutuhan atau keinginan seperti tidak
terlalu bersih (untuk sarana), agak terkambat (untuk proses adminitrasi), atau tidak ramah.
4. Sangat tidak memuaskan

Diartikan sebagai ukuran subyektif hasil penelitian perasaan pasien yang rendah,
menggambarkan pelayanan kesehatan tidak sesuai kebutuhan atau keinginan seperti tidak
bersih (untuk sarana), lambat (untuk proses administrasi),dan tidak ramah. Hal ini
menggambarkan tingkat kualitas yang kategori rendah.
2.5 Rancangan Aplikasi

Bagan alur pada rancangan sistem dibutuhkan untuk mempermudah


dalam pembangunan sistem manajemen. Pada Gambar 1 memuat :
a. Identifikasi masalah, literature review atau studi kepustakaan merupakan
serangkaian kegiatan penulis untuk mencari, menjelajahi dan
memperdalam sumber-sumber referensi yang relevan agar dihasilkan
luaran yang lengkap, terpercaya dan aplikatif serta memberikan informasi
dalam pengembangan program. studi lapangan yaitu dengan melakukan
analisa langsung melalui wawancara kepada salud wound care dan
beberapa pasien.
b. Perancangan sistem memuat perancangan dengan metode waterfall,
permodelan UML, perancangan database, perancangan user interface.
c. Perancangan program atau sistem informasi manajemen.
d. Pengujian. Meliputi pengujian yang digunakan dan hasil pengujian yang
telah dilakukan.
e. Hasil.

Kesimpulanya sebagai berikut : Tahap pertama, secara komplek


tahap analisis dan pengambilan data, yaitu dengan wawancara kepada
pihak mitra. Tahap kedua, ketiga, keempat yaitu proses perancangan
sistem dengan metode waterfall. Tahap kelima merupakan hasil dari
penelitian tugas akhir.
Gambar. 1 alur penelitian

Hasil pembahasan tersebut, peneliti menarik benang merah


menggunakan metode waterfall. Metode yang di gunakan adalah
waterfall karena menggunakan pendekatan secara sekuensial atau runtut
sehingga sangat bagus jika di terapkan dalam rencana ini dikarenakan
tidak terfokus oleh satu tahapan saja tetapi bertahap. Gambar 2 tersebut
merupakan bagan metode waterfall yang di gunakan peneliti untuk
perancangan sistem.

Gambar. 2
Metode
waterfall

langkah-
langkah dalam metode waterfall sebagai berikut (Pressman, 2014):

a. Analisa Kebutuhan
Tahapan analisa terhadap kebutuhan sistem yang akan di rancang mulai dari
pengumpulan data penelitian melaui, wawancara kepada salud wound care dan survei
kepada masyarakat, maupun studi literature dari jurnal terkait, dengan demikian mampu
mendapatkan informasi yang lengkap, sehingga sistem yang dirancang dapat memenuhi
kebutuhan.
Analisa kebutuhan tidak fungsional merupakan salah satu aspek yang ada pada
perancangan aplikasi. Kebutuhan tidak fungsional adalah kebutuhan yang berkaitan
dengan software dan hardware, adapun software yang digunakan meliputi : Android
Studio, Framework react native, Android Emulator, MySql, Visual code, Microsoft office.
Hardware yang digunakan yaitu : Smartphone berbasis Android dan laptop. Analisa
kebutuhan fungsional merupakan aspek selanjutnya dalam perancangan aplikasi yang
telah dijabarkan pertama kali diatas. Kebutuhan fungsional meliputi : masyarakat sebagai
pengelola, riwayat, profil, biaya perawatan, admin sebagai pengguna yang melakukan
login dan dapat mengakses semua menu melalui web server sehingga dapat memperbarui
data yang ada.
b. Rancangan dan desain
Tahapan perancangan desain sistem dilakukan bertahap dan saling
keterkaian dengan tahap lainya.
c. Usecase Diagram

Diagram usecase diperlukan untuk mengetahui fungsi apa saja yang ada didalam
sebuah sistem dan siapa saja yang berhak mengakses fungsi-fungsi tersebut.
Gambar 3 tersebut merupakan diagram usecase admin dan user.

Gambar. 3 Diagram Use case sistem

Pada diagram usecase Gambar 3 menunjukkan administrator berhak


mengakses semua fungsi. User pengguna hanya memihat dan akses login,
manajemen luka, menejemen penggunaan aplikasi.

2.5.1 Database

Database sistem ini terdiri dari tabel admin, tabel user, tabel
pendaftaran, table perawatan, tabel biaya, table keluhan. Database ini di
desain dengan DBDesigner yang nantinya akan di realisasikan dalam MySql.
Gambar 4 tersebut merupakan rancangan dari database sistem.
Gambar. 4 Basis data sistem

2.5.1 Activity Diagram

Diagram aktivitas dalam penelitian ini menggambarkan urutan


aktivitas masing-masing aktor dalam proses sistemnya kedepan. Gambar 5
tersebut merupakan Desain diagram aktivitas Administrator. Gambar 6
diagram aktivitas pendaftaran akun pengguna, Gambar 7 diagram aktivitas
pengguna dan Gambar 8 lanjutan diagram aktifitas pengguna diabetes
mobile.
Gambar. 5 diagram aktivitas administrator diabetes mobile

Gambar. 6 diagram aktivitas pendaftaran akun pengguna


Gambar 7 diagram aktivitas pengguna
Gambar 8 lanjutan diagram aktivitas pengguna

2.5.2 Desain user interface

Design software dan sistem aplikasi akan dilihat pertama kali oleh
pengguna berupa tampilan beranda yang berisikan profil mitra, data pasien
dan biaya perawatan. Pada profil mitra terdapat visi, misi, jam kerja dan
penghargaan yang diperoleh mitra. Data pasien berisi data pribadi
diantaranya nama, tanggal lahir, alamat, email, dan nomor Handphone.
Konsumen akan melihat tampilan aplikasi berisikan pemilihan lokasi tempat
pemesanan, seperti peta ataupun kolom pencarian alamat. Rancangan
aplikasi kali ini dibuat berbeda karena akan memungkinkan pasien
mengambil gambar luka dan mengetahui estimasi biaya perawatan. Biaya
akan langsung diprogram sesuai dengan klasifikasi luka yang selanjutnya
diverifikasi oleh petugas, setelah itu pesanan akan diproses dan tenaga
kesehatan akan mengunjungi tempat yang diatur oleh pasien sebelumnya.
Disaat pasien menunggu tenaga kesehatan, pasien dapat melihat profil
tenaga kesehatan yang akan datang memberikan pelayanan dan juga
berkomunikasi dengan petugas. Menu pengaturan, pengguna dapat mengedit
data pasien, mengetahui detail aplikasi, mendapatkan bantuan jika terdapat
kendala, serta log out untuk keluar dari aplikasi.

Desain user interface atau tampilan digunakan sebagai gambaran


tampilan dari diabetes mobile, sehingga dapat digunakan sebagai pedoman
awal proses pengerjaan. Desain user interface atau tampilan terdiri dari
desain halaman utama yaitu, berisi menu beranda, Profil, Biaya, Data
pasien , Pendaftaran, Riwayat dan Pengaturan. Selain itu

Gambar. 9 Menu Beranda

tampilan awal juga berisi


menu login dan
pendaftaran. Gambar 9
merupakan Desain user
interface dari halaman
beranda

1 2.5.6 Penulisan kode program

Setelah rancangan dan


desain dari sahabat luka mobile selesai dibuat. Berikutnya
pengimplementasian, mulai dari pembuatan database sistem dengan MySql,
pemrogramannya dengan PHP dan framworfk CodeIgniter pada sisi web
administrator. Das dan Saikia (2016) dalam penelitianya membandingkan
antara PHP tulen dan PHP dengan framework, dan kesimpulannya
penelitian memilih menggunakan framework CodeIgniter yang cukup
mumpuni dan sempurna, sebagai lokal servenya menggunakan Xampp. Sisi
untuk pengguna aplikasi Salud Mobile memanfaatkan react native yang
tidak jauh dari pemrograman java untuk mengkompilasi ke native code
android, node java script untuk menjalankan program supaya beroperasi dan
node package manajer menerjemahkan Bahasa, java development kit
pengembangan java di platform windows. Android software development kit
sebagai pengembangan aplikasi lanjutan.

2.5.7 Pengujian

Pengujian dilakukan untuk mengetahui sejauh mana aplikasi dapat


berjalan dan berfungsi sesuai yang diharapkan. Parameter uji coba adalah
ketika konsumen dapat mengakses aplikasi sampai mendapatkan pelayanan,
variabelnya adalah aplikasi yang lancar dan mudah dimengerti. Uji coba
juga akan melibatkan aspek geografis khususnya jaringan internet karena
keberhasilan uji coba akan dipengaruhi juga oleh keadaan alam disekitar
mitra dan pengguna. Pada tahapan ini peneliti menguji sistem secara teknis
dengan mengunakan Black box testing dan pengujian pengguna. Hal ini
untuk memastikan sistem dapat digunakan sesuai rancangan awal dan
harapan.

2.5.8 Penerapan dan pemeliharaan

Sistem yang selesai rancang atau bangun kemudian diterapkan pada


Rumah Sakit Indriati untuk membantu pasien atau masyarakat yang
mempunyai penyakit diabetes maupun konsultasi. Pemeliharaan sistem
sangat diperlukan demi menjaga sistem agar bekerja semestinya. Sosialisasi
mitra dilakukan kepada perawat atau petugas kesehatan di lapangan untuk
memberikan pengetahuan cara pengoperasian aplikasi ketika ada pesanan,
juga cara perawatan aplikasi atau perbaikan ketika ada masalah. Setelah
sosialisasi, aplikasi akan melalui monitoring untuk memantau kemajuan dari
kegiatan yang dilakukan baik segi teknologi maupun dari segi aksesibilitas
masyarakat terhadap aplikasi.

2.6 Desain Aplikasi

Manifestasi aplikasi yang telah di kembangkan menunjukkan hasil


akhir perancangan diabetes mobile. Adanya tampilan pada aplikasi ini
untuk mengkomunikasikan fitur atau tampilan yang ada supaya mudah di
pahami dan dioperasikan oleh pengguna.

2.6.1 Halaman Login

2.6.1.1 Halaman Login user


Halaman Login user ditunjukkan Gambar 10 bertujuan sebagai
jembatan user masuk ke sistem atau halaman beranda, digunakan untuk
login. Jika belum memiliki akun maka harus memiliki akun dengan cara
klik daftrar, ditunjukkan pada Gambar 11.

Gambar 10. Halaman Login user Gambar 11. Halaman Daftar

2.6.1.2 Halaman Log TREAT in admin


TREAT MENT
Halaman MENT Login
admin ditunjukkan
Gambar 12
bertujuan sebagai
jembatan user
masuk ke sistem atau
halaman
dashboard,
digunakan untuk login.
DTM

DIABETES TRTREATMENT MOBILE

Gambar 12 Halaman Login admin

2.6.1.3 Halaman Admin

Halaman ini merupakan halaman admin, yang dapat diakses admin


setelah melalui login sistem. Halaman ini memiliki fitur yang terdistribusi ke
beberapa submenu, yaitu antrian pendaftaran, perawatan luka, data perawatan
luka, biaya belum terkonfirmasi, biaya terkonfirmasi, keluhan baru, keluhan
sudah direspon, data user, admin. Halaman Admin di tunjukkan pada Gambar
13.

DIABETES TRTREATMENT

DIABETES TRTREATMENT MOBILE

DTM

Gambar 13 Halaman Admin


2 2.6.1.4 Halaman Beranda User

Halaman beranda dapat diakses setelah melakukan login user,


halaman ini memiliki fitur dalam beberapa sub menu, yaitu profil klinik,
biaya, data pasien dan menu bar, yaitu beranda, pendaftaran, riwayat,
pengaturan. Halaman Beranda User ditunjukkan pada Gambar 14.

TREAT Gambar 14.


Halaman MENT Beranda User

3 2.6.1.5 Halaman Profil

Halaman profil berisi


visi dan missi, alamat salud
wound DTM DTM

care
yang

terintegrasi Google GPS serta


informasi jam kerja.

Gambar 15. Halaman Profil


Gambar 16. Informasi Profil
4 2.6.1.6 Halaman Biaya

Gambar 17
menampilkan halaman
biaya yang dilakukan
oleh user. Halaman ini gununakan user untuk mengunggah foto luka,
setelah berhasil mengunggah maka menunggu admin untuk konfirmasi,
dokter atau klinik dapat menentukan perkisaran biaya perawatan luka.

Gambar 17. Halaman Biaya

5 2.6.1.7 Halaman Data Pasien

Halaman data pasien menampilkan semua informasi dari biodata


pasien yang diinputkan saat proses registrasi dari aplikasi, pada halaman
ini data dapat diperbarui pada sub menu di menu bar pengaturan. Halaman
Data Pasien di tunjukkan pada Gambar 18.

Gambar 18. Halaman


Data Pasien
6 2.6.1.8 Halaman Pendaftaran

Gambar 19 Menunjukkan tampilan dari halaman


pendaftaran perawatan pasien, pasien dapat
menentukan jadwal perawatan .
Halaman ini memiliki fitur riwayat.
Gambar 19. Halaman Pendaftran

Gambar 20. Halaman


Riwayat Pendaftaran

Gambar 20
menunjukkan bahwa di halaman
pendaftaran terdapat fitur riwayat, sehingga pasien mengetahui
perkembangan dari perawatan yang telah dijalani.
7 2.6.1.9 Halaman Riwayat

Halaman riwayat diakses ketika luka yang diunggah pada menu


biaya sudah di konfirmasi oleh dokter atau klinik, sehingga akan muncul
rincian estimasi biaya dan jawaban dari dokter memuat pesan atau saran.
Halaman Riwayat ditunjukkan pada Gambar 21.

Gambar 21. Halaman Riwayat

8 2.6.1.10 Halaman Pengaturan

Halaman ini memiliki


beberapa fitur digunakan
untuk membantu user
memperbarui data diri, informasi
seputar klinik terkoneksi
dengan WhatsApp klinik, dan
bantuan. Halaman Pengaturan
dapat dutunjukkan pada
Gambar 22.

Gambar 22. Halaman Pengaturan

Gambar 23.Sub Halaman Edit Data


Pasien

Gambar 23
menampilkan Sub Halaman Edit Data
Pasien dari halaman Pengaturan yang
digunakan untuk memperbarui data
pengguna diabetes mobile .
Gambar 24. Sub Halaman Tentang

Gambar 24 menampilkan Sub Halaman Tentang dari


Halaman Pengaturan berisi informasi diabetes mobile yang dapat
membantu pengguna terkait kegunaannya.

Gambar 25. Sub


Halaman Bantuan
Gambar 26.
Riwayat Bantuan

Gambar 25
menampilkan Sub
Halaman Bantuan
dari Halaman Pengaturan
dan Gambar 26
menampilkan Riwayat
keluhan dari Sub Halaman Bantuan.Halaman ini digunakan untuk
membantu pengguna diabetes mobile dalam memberikan saran,
pertanyaan, dan kritik yang membangun untuk kemajuan diabetes mobile.

9 2.6.1.11 Halaman Antrian Pendaftran

Halaman antrian pendaftaran berelasi dengan halaman pendaftaran


dari user dan menjelaskan bahwa hanya admin yang mengetahui jumlah
pasien, waktu serta nomor antrian perawatan. Selain itu halaman ini
memiliki fitur search untuk mencari data pasien dan sesi waktu
pendaftaran, sehingga manajemen lebih efisien. Halaman Antrian
Pendaftaran ditunjukkan pada Gambar 27.

DIABETES TRTREATMENT MOBILE

Gambar 27. Halaman Antrian Pendaftaran

10 2.6.1.12 Halaman Perawatan Luka

Halaman berfungsi memberikan respon atau jawaban dari permintaan


user, user menerima tanggapan dan ditampilkan di halaman riwayat, halaman
ini terdapat beberapa fitur untuk memudahkan admin, sehingga tidak perlu
mencari data satu-satu cukup menginputkan kata kunci. Halaman Perawatan
Luka ditunjukkan pada Gambar 28.
DIABETES TRTREATMENT

Gambar 28. Halaman Perawatan Luka

11 2.6.1.13 Halaman Data Perawatan Luka

Halaman ini merupakan halaman admin menampilkan semua data yang


telah melakukan perawatan, beberapa fitur yang ada pada halaman ini yaitu
search data, hapus, ubah. Halaman ini ditunjukkan pada Gambar 29

DIABETES TRTREATMENT MOBILE

Gambar 29. Halaman Data Pendaftaran Luka


12 2.6.1.14 Halaman Kelola Biaya Belum Terkonfirmasi

Gambar 30 menunjukkan bahwa pada halaman ini admin memberikan


tanggapan atas respon user, sehingga ketika belum memberikan tanggapan
maka halaman user dihalaman biaya masih terdapat alert “menunggu
konfirmasi admin”, halaman ini juga memiliki fitur search data. Halaman
Kelola Biaya Belum Terkonfirmasi ditunjukkan pada Gambar 30.

DIABETES TRTREATMENT

Gambar 30. Halaman Kelola Biaya Belum Terkonfirmasi

13 2.6.1.15 Halaman Kelola Biaya Terkonfirmasi

Halaman ini berelasi dengan halaman admin dan halaman biaya user,
sehingga yang di tampilkan pada halaman ini dengan user sama, admin
dapat meperbarui jika di kemudian hari luka korban diluar espektasi.
Kegunaanya untuk menjaga jika ada user yang curang. Halaman Kelola
Biaya Terkonfirmasi ditunjukkan pada Gambar 31.

DIABETES TRTREATMENT
Gambar 31. Halaman Kelola Biaya Terkonfirmasi
14 2.6.1.16 Halaman Keluhan Baru

Halaman Keluhan Baru merupakan hasil pesan yang di sampaikan


user berupa konsultasi kesehatan maupun aplikasi melalui halaman
pengaturan > bantuan, tampil dihalaman ini dan menungu respon dari admin.
Halaman Keluhan Baru ditunjukkan pada Gambar 32.

DIABETES TRTREATMENT

Gambar 32. Halaman Keluhan Baru

15 2.6.1.17 Halaman Keluhan Sudah di Respon

Halaman keluhan sudah direspon merupakan hasil dari tanggapan


admin pada halaman sebelumnya, isi pada halaman ini yaitu respon dari
admin juga tampil di halaman bantuan user. Halaman Keluhan Sudah di
Respon ditunjukkan pada Gambar 33.
DIABETES TRTREATMENT

Gambar 33. Halaman Keluhan Sudah di Respon


16 2.6.1.18
Halaman Data
User

Halaman data user merupakan keseluruhan informasi terkait akun


yang terdaftar dalam sistem, admin dapat mengelola dan mengetahui
password jika pengguna ada yang mengalami lupa password.`Halaman
Data User ditunjukkan pada Gambar 34.

DIABETES TRTREATMENT

Gambar 34. Halaman Data User


17 2.6.1.19 Halaman Data Admin

Gambar 35 menunjukkan bahwa admin dapat mengelola atau


memperbarui datanya sendiri serta menambah sub admin baru. Halaman
ini menunjukkan bahwa admin memiliki kewenangan khusus.

DIABETES TRTREATMENT

Gambar 35. Halaman Data Admin

18 2.6.1.20 Pengujian Black Box

Pengujian dengan black box dilakukan untuk memastikan bahwa sistem


berjalan sesuai harapan dan berjalan dengan baik atau tidak dapat ditentukan
di pengujian ini. Pengujian Black box menyatakan bahwa hasil pengujian
sitem berjalan sesuai fungsinya dan fitur-fitur sesuai harapan maupun
rancangan.
19 2.6.1.21 Pengujian SPSS

Pengujian normalitas data untuk melihat nilai residual terdistribusi


dengan normal atau tidak, data terdistribusi dengan normal sangat kecil
peluang terjadinya bias. Setelah diketahui maka data terdistribusi normal
dapat dianalisis. Banyak metode uji normalitas untuk mengetahui data
terdistribusi. Menurut I. Sawant(2017) validitas quisioner dapat tercapai jika
mengginakan unit yang konsisten.
a. Uji Validitas

Variabel X (Aplikasi Salud Mobile )

Tabel 1. Hasil Uji Validitas SPSS


Korela
si

x x x x x x x x x x10 x
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Korel
x1 1 .748** .629** .673** .678** .602** .708** .707** .711** .671** .804**
asi
Pearso
n

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000

N 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37
Korel
x2 .748** 1 .753** .749** .752** .729** .806** .816** .781** .772** .883**
asi
Pearso
n

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000

N 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37
Korel
x3 .629** .753** 1 .821** .708** .723** .766** .822** .761** .775** .861**
asi
Pearso
n

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000

N 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37
Korel
x4 .673** .749** .821** 1 .728** .822** .827** .871** .876** .826** .911**
asi
Pearso
n

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000

N 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37
Korel
x5 .678** .752** .708** .728** 1 .835** .821** .817** .775** .743** .882**
asi
Pearso
n

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000

N 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37
Korel
x6 .602** .729** .723** .822** .835** 1 .815** .870** .812** .828** .896**
asi
Pearso
n

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000

N 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37
Korel
x7 .708** .806** .766** .827** .821** .815** 1 .875** .864** .875** .931**
asi
Pearso
n

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000

N 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37
Korel
x8 .707** .816** .822** .871** .817** .870** .875** 1 .837** .955** .954**
asi
Pearso
n

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000

N 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37
Korel
x9 .711** .781** .761** .876** .775** .812** .864** .837** 1 .837** .919**
asi
Pearso
n
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000

N 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37
Korel
x1 .671** .772** .775** .826** .743** .828** .875** .955** .837** 1 .920**
asi
0
Pearso
n

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000

N 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37
Korel
x .804** .883** .861** .911** .882** .896** .931** .954** .919** .920** 1
asi
Pearso
n

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000

N 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37

**. Korelasi signifikan pada tingkat 0.01 (2-tailed).

Berdasarkan Tabel 1 Hasil Uji Validitas dari hasil pengamatan r Tabel


mendapatkan nilai dari sampel (N) = 37 sebesar 0.2876. Merujuk hasil dari uji
validitas dihasilkan bahwa semua instrument variable Minat Masyarakat (X)
terdiri dari x1, x2, x3, x4, x5, x6, x7, x8, x9, x10, semua menghasilkan nilai
(rHitung) > dari pada rTabel. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semua
instrument dari penelitian ini dapat dikatakan valid.
b. Uji Reabilitas

Gambar No 29. Hasil Uji Realibilitas

Berdasarkan Gambar 29 Hasil Uji Realibilitas didapatkan semua nilai dari


hasil variable x dengan 37 responden menghasilkan nilai alpha cronbach’s >
0.8. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semua instrument dalam penelitian ini
dapat dikatakan reliabel.

20 2.6.1.22 Pengujian SUS

Skala Kegunaan Sistem (System Usability Scale) adalah bagian dari


alat pengujian usability begitu populer. Menurut John Brooke (1986)
pengujian dari survei terdiri dari sepuluh pertanyaan, masing-masing
memiliki lima poin Likert yaitu poin satu Sangat Tidak Setuju (STS) sampai
dengan poin lima Sangat Setuju (SS). Output SUS berupa skor dengan range
dari 0 hingga 100. Penghitungan hasil SUS sebagai berikut :
a. Setiap perhitungan nilai skor memperhatikan angka ganjil dan genap.
b. Setiap item pernyataan memiliki nilai skor kontribusi.
c. Setiap nilai skor kontribusi berkisar antara 0 hingga 4.
d. Pernyataan nomor ganjil dihitung dari nilai jawaban dikurangi satu (X–
1) sedang pernyataan nomor genap (5-X) yaitu dikurangi dengan
pernyataan yang dipilih.
e. Jumlah nilai skor dikalikan 2.5 untuk mendapatkan nilai keseluruhan.
f. Rumus penghitungan SUS sebagai berikut :

𝒙̅ = ∑𝒏 𝒙

𝑥̅ = skor rata-rata

∑ 𝑥 = skor jumlah

𝑛 = jumlah responden
BAB 3

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

(diisi)

3.2 Saran.

1. Tenaga Kesehatan
Diharapkan untuk tenaga kesehatan bisa meningkatkan kemampuan dalam
mengaplikasikan sarana komunikasi yang telah berkembang pesat untuk menghadapi era
society 5.0.
2. Rumah Sakit
Rumah sakit disarankan untuk memanfaatkan jaringan internet yang sudah ada dan
membuat SOP (lanjutkan…)
DAFTAR PUSTAKA

21
A, H., Saryadi, & Reni, S. (2019, November 7). Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap
Kepuasan Pasien di Rumah Sakit Islam Kota Magelang. Retrieved from
http://www.media.neliti/media/publications/188305-ID-pengaruh-kualitas-pelayanan-
terhadap-kep.
Ardi, M. (2019, Oktober 1). Telehomecare Pada Diabetes Mellitus Tipe 2. Retrieved from
http://www.docplayer.info/99236682-telehomecare-pada-diabetes-melitus-tipe-2-html.?
B, K. H. (2019, September 29). Clinical Effectiveness, Accsess to, and Satisfaction with Care
Using a Telehomecare Subtitution Intervention.
B, K. H., & Amy, B. (2019, September 29). Menerapkan Bukti Penelitian Untuk
Mengoptimalkan Telehomecare. Jurnal Cardiovascular Nurse.
B, Y., D, T., & S, S. I. (2019, November 7). Potensi Layanan Homecare di RS UMM Didasarkan
Pada Analisa Kasus, Penyakit, Ekonomi dan Sosial Masyarakat.
Demiris, G., Thompson, H., B, B., J, C. S., & Chung, J. (2019). Older Adults Acceptance of
F, R., R, S., & J, H. A. (2019). Hubungan Kualitas Pelayanan Homecare Dengan Tingkat
Kepuasan Keluarga Pasien Di Wilayah Kerja Puskesmas Batua Kota Makasar. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Vol. 9 No. 1.
Oetari, R. A. (2019). Khasiat Obat Tradisional Sebagai Antioksidan Diabetes. Yogyakarta:
Rapha Publishing.
S, A., & P, O. S. (2018). Telehealth Dalam Pelayanan Keperawatan. Jurnal UPN Veteran
Yogyakarta.
Sudaryanto, A., & Purwanti, O. S. (2019, Oktober 1). Telehealth Dalam Pelayanan
Keperawatan. Retrieved from http://www/media/publications/174598-ID-telehealth-
dalam-pelayanan-keperawatan.pdf.
Y, N. (2018). Hidup Sehat Dengan Diabetes. Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.

Anda mungkin juga menyukai