BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabates Melitus (DM) adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan tingginya
kadar glukosa darah (hyperglikemia) sebagai akibat dari kekurangan sekresi insulin, gangguan
Diabetes mellitus dibagi menjadi beberapa tipe. Diabetes mellitus tipe I biasanya
menimbulkan gejala sebelum usia 30 tahun, walaupun gejala dapat muncul kapan saja.
Diabetes mellitus tipe I memerlukan insulin dari luar tubuhnya untuk menjaga kelangsungan
hidup. Diabetes mellitus tipe II biasanya dialami berusia 30 tahun atau lebih, dan pasien tidak
memerlukan insulin, dari luar tubuhnya kecuali dalam kondisi tertentu (Prasetya, 2017)
World Health Organization (WHO) (2019) menyatakan tipe diabetes yang paling
meningkat secara drastis di negara dengan pendapatan rendah. Badan Kesehatan Dunia (WHO)
memprediksi adanya peningkatan jumlah penyandang Diabetes Mellitus tipe 2 yang menjadi
salah satu ancaman kesehatan global. International Diabetes Federation (IDF) memprediksi
adanya kenaikan jumlah penyandang Diabetes Mellitus tipe 2 di Indonesia dari 9,1 juta pada
tahun 2014 menjadi 14,1 juta pada tahun 2035 (Soelistijo et al., 2015). Angka tersebut
menunjukkan Indonesia menempati urutan ke-6 di dunia pada tahun 2040, atau naik satu
peringkat dibanding data IDF pada tahun 2015 yang menempati peringkat ke-7 di dunia (CDC,
2017).
1
2
Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 menunjukkan bahwa pravalensi diabetes
melitus di Indonesia berdasarkan diagnosis dokter pada umur > 15 tahun sebesar 2%. angka ini
menunjukan peningkatan pravalensi diabetes melitus pada penduduk umur > 15 tahun pada
tahun 2013 sebesar 15%. namun pravalensi diabetes melitus menurut hasil pemeriksaan gula
darah meningkat dari 6,9% pada 2013 menjadi 8,5% pada tahun 2018. angka ini menunjukan
bahwa baru sekitar 25% penderita DM yang mengetahui bahwa dirinya menderita DM
Pada kasus Diabetes Mellitus tipe 2 terdapat dua masalah yang berhubungan dengan insulin yaitu
resistensi dan gangguan restensi. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan
sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu reaksi dalam metabolisme
glukosa di dalam sel. Dengan demikian insulin tidak efektif untuk menstimulas pengambilan glukosa
Peran perawat sebagai edukator sangatlah penting karena DM merupakan sakit kronik
yang memerlukan penanganan mandiri. Diet, aktivitas fisik, serta emosional dapat
melalui pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, penetapan diagnosa,
keperawatan.
3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dari makalah ini yaitu
“bagaimana asuhan keperawatan medikal bedah pada pasien dengan gangguan endokrin :
Diabetes Melitus
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
1) Pengertian DM
2) Anatomi fisiologi
3) Etiologi
4) Patofisiologi
6) Komplikasi
7) Penatalaksanaan
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Institusi
mahasiswa/i.
2. Bagi Penulis
secara langsung.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Pengertian
Diabetes melitus adalalah gangguan metabolisme yang secara genetik dan klinis
termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat, jika telah
berkembang penuh secara klinis maka diabetes mellitus ditandai dengan hiperglikemia
2020).
2. Anatomi Fisiologi
a. Anatomi pankreas
ruang retroperitoneal.
Pancreas oleh leher pankreas yaitu bagian pankreas yang lebarnya biasanya
tidak lebih dari 4 cm, arteri dan vena mesentrika superior berada dileher pankreas
6
bagian kiri bawah kaput pankreas ini disebut processus unsinatis pankreas.
Pulau langerhans mengandung tiga jenis sel utama, yakni sel- alfa, beta dan
1) Kepala (kaput) yang paling lebar terletak di kanan rongga abdomen, masuk
2) Badan (korpus) menjadi bagian utama terletak dibelakang lambung dan di depan
3) Ekor (kauda) adalah bagian runcing di sebelah kiri sampai menyentuh pada limpa
(lien).
b. Fisiologi Pankreas
Pankreas disebut sebagai organ rangkap, mempunyai dua fungsi yaitu sebagai
kelenjar eksokrin dan kelenjar endokrin. Kelenjar eksokrin menghasilkan sekret yang
Fisiologi Insulin : Hubungan yang erat antara berbagai jenis sel dipulau langerhans
3. Klasifikasi
b. Diabetes Melitus tipe tipe 2 (Diabetes Melitus tidak tergantung pada insulin)
4. Etiologi
besar atau kecil sel betha pankreas yang berfungsi sebagai penghasil insulin didalam
tubuh, karena ada kerusakan sel betha maka berakibat tubuh akan kekurangan insulin
(Riyadi, 2012). Selain itu terdapat juga faktor-faktor resiko yang mempengaruhi
faktor tersebut ada yang bisa diubah dan tidak dapat diubah Menurut Sholikan (2020),
1) Faktor Genetik
pada usia muda dikarenakan meningkatnya kejadian obesitas pada usia muda.
2) Gender
pada wanita dan pria, namun berbagai study menyatakan bahwa ada perbedaan
prevelensi antara jenis kelamin tersebut, study yang dilakukan pencegahan dan
1) Obesitas
2) Pola hidup
9
5. Patofisiologi
Kombinasi antara faktor genetik faktor lingkungan resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin merupakan penyebab DM. Faktor lingkungan yang mempengaruhi seperti
obesitas, dan pertambahan umur. Gejala awalnya berhubungan dengan efek langsung dari
gula darah yang tinggi. Jika kadar gula darah meningkat yang menyebabkan kerusakan
sel B pancreas
dan defisiensi insulin, maka glukosa akan dikeluarkan melalui air kemih dengan jumlah
yang banyak (poliuri). Sehingga penderita akan sering haus dan akan banyak minum
(polidipsi). Sejumlah kalori akan hilang ikut terbuang didalam air kemih sehingga
penderita akan mengalami penurunan berat badan. Untuk mengkompensasi hal ini
seringkali penderita akan merasakan lapar yang luar biasa sehingga penderita akan banyak
makan dalam jumlah yang banyak (polifagi). Gejala lainya adalah pandangan kabur,
pusing, mual, dan berkurangnya ketahanan tubuh selama beraktifitas atau olahraga.
10
Penderita Diabetes Melitus dengan kadar gula kurang terkontrol lebih peka
terhadap infeksi pada penderita Diabetes Melitus tipe 1 akan menimbulkan keadaan yang
disebut ketoasidosis diabetikum, meskipun kadar glukosa tinggi tetapi sebagian besar sel
tidak dapat menggunakan gula tanpa insulin, sehingga kebutuhan energi sel diambil dari
sumber lain, sumber lain biasanya diambi dari lemak tubuh. Sel lemak dipecah dan akan
menghasilkan keton, yang merupakan senyawa kimia beracun yang mengakibatkan darah
menjadi asam (ketoasidosis). Gejala awal dari ketoadosis diabetikum adalah rasa haus dan
berkemih dengan jumlah yang banyak, mual, muntah, lelah dan nyeri perut. Nafas menjadi
dalam dan cepat karena tubuh berusaha memperbaiki keasaman darah, bau nafas penderita
akan berbau seperti aseton, jika tanpa pengobatan ketoadosis diabetikum bisa berkembang
menjadi koma, biasanya hanya dalam waktu beberapa jam. Bahkan setelah rutin terapi
insulin,
Pada Diabetes Melitus tipe II terdapat dua masalah yang berhubungan dengan
insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Jika pasien mengalami gejala
tersebut bersifat ringan dan mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuri, polidipsia, luka yang
lama proses penyembuhanya, infeksi vagina atau pandangan kabur (jika kadar glukosa
6. WOC
Anabolisme protein menurun Katabolisme protein meningkat Liposis meningkat Penurunan pemakaian
Manifestasi Klinis
sebagai berikut :
insulin tidak dapat diproduksi dengan demikian gula darah tidak dapat
masuk dalam sel sehingga terjadi penumpukan gula darah atau disebut
b. Poliuria
kadar gula darah tidat dapat masuk dalam sel dan terjadi penumpukan
7. Pemeriksaan Penunjang
sebagai berikut :
a. Pemeriksaan Laboratorium
(GDS) nilai normal 100-126 mg/dl, gula darah puasa 70-100 mg/dl
8. Penatalaksanaan Medis
b. Terapi gizi
c. Farmakoterapi
1. Pengkajian Keperawatan
(2020), adalah:
a. Meliputi nama lengkap nama panggilan, tempat dan tanggal lahir, jenis
tua.
b. Riwayat kesehatan
sembuh, kulit kering, merah, dan bola mata cekung, sakit kepala,
b) Pola nutrisi dan cairan : pola makan dan minum sehari – hari,
badan.
mandiri.
e) Pola tidur dan istirahat : berapa jam sehari, terbiasa tidur siang,
l) System integument
m) Sistem pernapasan
n) Sistem kardiovaskuler
kardiomegalis.
o) Sistem gastrointestinal
p) Sistem urinaria
disorientasi.
2. Diagnosa Keperawatan
2017).
insulin
makanan
pankreas
f. Gangguan integritas jaringan kulit berhubungan dengan neuropati
perifer
informasi
3. Intervensi Keperawatan
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan Manajemen hiperglikemia
Definisi : kadar glukosa dalam darah dalam rentang normal Definisi :
Variasi kadar glukosa darah naik atau turun dari rentang Kestabilan kadar glukosa darah Mengidentifikasi dan mengelola kadar glukosa
normal Data subjektif : Definisi : darah di atas normal
- Klien mengatakan suka mengantuk Kadar glukosa darah berada pada rentag normal Tindakan observasi :
- Klien mengatakan sering pusing a. Tidak mengalami penurunan kesadaran a. Monitor kadar glukosa darah
- Klien mengatakan sering mengeluh b. Tidak ada kelelahan b. Monitor tanda dan gejala hiperglikemia
lapar Data objektif : c. Rasa lapar yang cukup tinggi menjadi (misalnya polyuria, polidipsi, polifagia,
- Klien tampak gemetar menurun. kelemahan, pandangan kabur dan sakit
- Klien tampak berkeringat d. Kadar glukosa darah dalam rentang normal kepala)
- Kesadaran klien tampak menurun Monitor intake dan output cairan
- Kadar glukosa klien dalam darah tinggi / rendah. Tindakan terapeutik :
Berikan asupan cairan oral
Tindakan edukasi :
a. Anjurkan monitor kadar glukosa darah
secara mandiri
b. Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan
olahraga
c. Ajarkan pengobatan diabetes (misalnya
penggunaan insulin, obat oral. Monitor
asupan cairan, pergantian karbohidrat)
Tindakan kolaborasi :
a. Kolaborasi pemberian insulin
b. Kolaborasi pemberian cairan IV
21
No DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI
HASIL
22
No DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI
HASIL
3. Defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharpak nutris Manajemen nutrisi
Definisi ; tidak terganggu Definisi :
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolism Status nutrisi Mengindentifikasi dan mengelola asupan nutrisi
Data subjektif : Definisi : yang seimbang
- Klien mengatakan cepat kenyang a. Keadekuatan asupan nutrisi untuk memenuhi Tindakan observasi :
- Klien mengatakan nafsu makan menurun kebutuhan metabolism a. Identifikasi status nutrisi
- Klien mengatakan sering nyeri bagian b. Porsi makanan dapat dihabsikan b. Monitor asupan makanan
perut Data objektif : c. Kekuatan otot mengunyah tidak terganggu c. Monitor berat badan
- Klien tampak sariawan d. Kekuatan otot menelan tidak terganggu d. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
- Klien tampak diare e. Hasil laboratorium albumin normal Tindakan terapeutik :
- Berat badan klien tampak menurun f. Nyeri abdomen tidak ada a. Berikan makanan tinggi serat untuk
- Klien tampak tidak menghabiskan makanan dari RS. g. Frekuensi makan meningkat mencegah konstipasi
h. Nafsu makan membaik b. Berikana makanan tinggi kalori dan tinggi
protein
c. Berikan suplemen makanan
Tindakan edukasi :
Anjurkan posisi duduk
Tindakan kolaborasi :
Kolaborasi pemberian sebelum makan (misalnya
pereda nyeri,antimietik)
23
No DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI
HASIL
24
No DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI
HASIL
5. Risiko ketidakseimbangan elektrolit Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharpakan Manajemen cairan
Definisi : ketidakseimbangan cairan tidak terjadi Definisi :
Bereskiko mengalami perubahan kadar serum Keseimbangan cairan Mengidentifikasi dan mengelola keseimbangan
elektrolit. Data subjektif : Definisi : cairan dan mencegaha komplikasi akibat
- Klien mengatakan suka haus Ekuabilirium antara volume cairan di ruang intarseluler keseimbangan cairan
- Klien mengatakan sering dan ekstraseluler tubuh Tindakan observasi :
bak Data objektif : a. Asupan cairan a. Monitor status hidrasi (misalnya
- Urin klien tampak banyak b. Haluarin urine frekuensi nadi, kekeuatan nadi, akral,
- Klien tampak sering minum c. Kelembapan membrane mukosa tidak terganggu pengisian kapiler, kelembapan mukosa,
d. Dehidrasi tidak terganggu turgor kulit dan tekanan darah)
e. Tanda-tanda vital dalam batas normal b. Monitor berat badan harian
c. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
(misalnya hematocrit, NA, K, Cl. Berat
jenis urine, BUN)
Tindakan terapeutik :
a. Catat intake output hitung balance caiaran
24 jam
b. Berikan asupan cairan, jika perlu
c. Berikan cairan intravena, jika perlu
Tindakan kolaborasi :
Kolaborasi pemberian diuretic
25
No DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI
HASIL
6. Gangguan integritas kulit atau jaringan Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan Perawatan integritas kulit
Definisi : tidak terjadi gangguan integritas kulita atau jaringan Mengidentifikasi dan merawat kulit untuk
Kerusakan kulit (dermis atau epidermis) Integritas kulit dan jaringan menajag keutuhan, kelembpana dan mencegah
Atau jaringan (membrane mukosa, kornea, fasia, otot, tendon, Definisi : perkembangan mikoroorganisme
kartilago, kapsul sendi dan ligament) Keutuhan kulit (dermis dan epidermis) atau jaringan Tindakan observasi :
Data subjektif : (membrane mukosa, kornea, fasia, otot, tendon, Mengidentifikasi penyebab gangguan integritas
- Klien mengatakan nyeri kartilago, kapsul sendi dan ligament) kulit (misalnya perubahan sirkulasi, perubahan
- Klien mengatakan susah a. Elastisitas kulit meningkat status mutrisi, penurunan kelembapan, suhu
tidur Data objektif : b. Perfusi jaringan meningkat lingkungan ekstrem dan penurunan mobilitas)
- Klien tampak meringis c. Kerusakan jaringan tidak terjadi Tindakn terapeutik :
- Kaki klien tampak berdarah d. Kerusakan lapisan kulit tidak terjadi a. Ubah posisis 2 jam jika tirah baring
e. Nyeri tidak ada b. Tindakan edukasi :
f. Tidak terjadi perdarahan c. Anjurkan minum air yang cukup
g. Tidak terjadi kemerahan d. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
h. Nekrosis tidak ada e. Anjurkan meningkatkan asupan buah dan
sayur
26
No DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA ITERVENSI
HASIL
27
28
4. Impelemetasi Keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis membahas bab demi bab dari kasus asuhan keperawatan
medikal bedah dengan gangguan endokrin : Pada Pasien DM maka penulis dapat
dan mengatur data yang dikumpulkan dengan format yang telah ditentukan.
2. Diagnosa yang didapatkan disesuaikan dengan hasil analisa data yang telah
ditemukan
sebelumnya.
30
B. Saran
sama yang baik antara perawat dan klien, keluarga klien dan tim kesehatan
kelanjutannya oleh perawat lainnya agar hasil yang telah ditetapkan dapat
dicapai.