Anda di halaman 1dari 32

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabates Melitus (DM) adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan tingginya

kadar glukosa darah (hyperglikemia) sebagai akibat dari kekurangan sekresi insulin, gangguan

aktivitas insulin atau keduanya (American Diabetes Association (Wulandari, 2019).

Diabetes mellitus dibagi menjadi beberapa tipe. Diabetes mellitus tipe I biasanya

menimbulkan gejala sebelum usia 30 tahun, walaupun gejala dapat muncul kapan saja.

Diabetes mellitus tipe I memerlukan insulin dari luar tubuhnya untuk menjaga kelangsungan

hidup. Diabetes mellitus tipe II biasanya dialami berusia 30 tahun atau lebih, dan pasien tidak

memerlukan insulin, dari luar tubuhnya kecuali dalam kondisi tertentu (Prasetya, 2017)

World Health Organization (WHO) (2019) menyatakan tipe diabetes yang paling

sering terjadi adalah Diabetes Mellitus tipe 2 dan kejadiannya

meningkat secara drastis di negara dengan pendapatan rendah. Badan Kesehatan Dunia (WHO)

memprediksi adanya peningkatan jumlah penyandang Diabetes Mellitus tipe 2 yang menjadi

salah satu ancaman kesehatan global. International Diabetes Federation (IDF) memprediksi

adanya kenaikan jumlah penyandang Diabetes Mellitus tipe 2 di Indonesia dari 9,1 juta pada

tahun 2014 menjadi 14,1 juta pada tahun 2035 (Soelistijo et al., 2015). Angka tersebut

menunjukkan Indonesia menempati urutan ke-6 di dunia pada tahun 2040, atau naik satu

peringkat dibanding data IDF pada tahun 2015 yang menempati peringkat ke-7 di dunia (CDC,

2017).

1
2

Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 menunjukkan bahwa pravalensi diabetes

melitus di Indonesia berdasarkan diagnosis dokter pada umur > 15 tahun sebesar 2%. angka ini

menunjukan peningkatan pravalensi diabetes melitus pada penduduk umur > 15 tahun pada

tahun 2013 sebesar 15%. namun pravalensi diabetes melitus menurut hasil pemeriksaan gula

darah meningkat dari 6,9% pada 2013 menjadi 8,5% pada tahun 2018. angka ini menunjukan

bahwa baru sekitar 25% penderita DM yang mengetahui bahwa dirinya menderita DM

(Kemenkes RI, 2018).

Pada kasus Diabetes Mellitus tipe 2 terdapat dua masalah yang berhubungan dengan insulin yaitu

resistensi dan gangguan restensi. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan

sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu reaksi dalam metabolisme

glukosa di dalam sel. Dengan demikian insulin tidak efektif untuk menstimulas pengambilan glukosa

oleh jaringan (Wijaya & Putri, 2013).

Peran perawat sebagai edukator sangatlah penting karena DM merupakan sakit kronik

yang memerlukan penanganan mandiri. Diet, aktivitas fisik, serta emosional dapat

mempengaruhi pengendalian diabetes. Asuhan keperawatan yang profesional diberikan

melalui pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, penetapan diagnosa,

pembuatan intervensi, impelementasi keperawatan, dan mengevaluasi hasil tindakan

keperawatan.
3

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dari makalah ini yaitu

“bagaimana asuhan keperawatan medikal bedah pada pasien dengan gangguan endokrin :

Diabetes Melitus

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Untuk dapat melakukan asuhan keperawatan pada pasien DM

2. Tujuan Khusus

a. Mampu memahami konsep dasar DM

1) Pengertian DM

2) Anatomi fisiologi

3) Etiologi

4) Patofisiologi

5) Tanda dan gejala

6) Komplikasi

7) Penatalaksanaan

b. Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan DM

c. Mampu merencanakan diagnosa keperawatan pada pasien dengan DM

d. Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan DM

e. Mampu implementasikan tindakan keperawatan pada pasien dengan DM


4

f. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan sesuai dengan tujuan

g. Mampu menganalisis kesenjangan yang terdapat antara teori dan kasus

h. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada pasien dengan DM

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Institusi

Sebagai bahan referensi di perpustakaan Stikes Tri Mandiri Sakti bagi

mahasiswa/i.

2. Bagi Penulis

Memberikan suatu pengalaman dalam memberikan asuhan keperawatan

secara langsung.
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Penyakit

1. Pengertian

Diabetes melitus adalalah gangguan metabolisme yang secara genetik dan klinis

termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat, jika telah

berkembang penuh secara klinis maka diabetes mellitus ditandai dengan hiperglikemia

puasa dan postprandial, aterosklerosis dan penyakit vaskular mikroangiopati (Wardhani,

2020).

2. Anatomi Fisiologi

a. Anatomi pankreas

Pankreas terletak melintang dibagian atas abdomen dibelakang gaster didalam

ruang retroperitoneal.

Pancreas oleh leher pankreas yaitu bagian pankreas yang lebarnya biasanya

tidak lebih dari 4 cm, arteri dan vena mesentrika superior berada dileher pankreas
6

bagian kiri bawah kaput pankreas ini disebut processus unsinatis pankreas.

Pankreas terdiri dari dua jaringan utama yaitu :

a) Asinus, yang mengekskresikan pencernaan ke dalam duodenum.

b) Pulau Langerhans, yang tidak mempunyai alat untuk mengeluarkan getahnya

namun sebaliknya mensekresi insulin dan glukagon langsung kedalam darah.

Pulau langerhans mengandung tiga jenis sel utama, yakni sel- alfa, beta dan

delta.. Pankreas dibagi menurut bentuknya :

1) Kepala (kaput) yang paling lebar terletak di kanan rongga abdomen, masuk

lekukan sebelah kiri duodenum yang praktis melingkarinya.

2) Badan (korpus) menjadi bagian utama terletak dibelakang lambung dan di depan

vertebra lumbalis pertama.

3) Ekor (kauda) adalah bagian runcing di sebelah kiri sampai menyentuh pada limpa

(lien).

b. Fisiologi Pankreas

Pankreas disebut sebagai organ rangkap, mempunyai dua fungsi yaitu sebagai

kelenjar eksokrin dan kelenjar endokrin. Kelenjar eksokrin menghasilkan sekret yang

mengandung enzim yang dapat menghidrolisis protein, lemak, dan karbohidrat;

sedangkan endokrin menghasilkan hormon insulin dan glukagon yang memegang

peranan penting pada metabolisme karbohidrat.


7

Kelenjar pankreas dalam mengatur metabolisme glukosa dalam tubuh

berupa hormon-hormon yang disekresikan oleh sel –sel dipulau langerhans..

Fisiologi Insulin : Hubungan yang erat antara berbagai jenis sel dipulau langerhans

menyebabkan timbulnya pengaturan secara langsung sekresi beberapa jenis

hormon lainnya, contohnya insulin menghambat sekresi glukagon, somatostatin

menghambat sekresi glukagon dan insulin. Pankreas menghasilkan :

1) Garam NaHCO3 : membuat suasana basa.

2) Karbohidrase : amilase ubah amilum → maltosa.

3. Klasifikasi

Diabetes Melitus dibagi menjadi 2 tipe yaitu:

a. Diabetes Melitus tipe 1 (Diabetes tergantung pada insulin)

b. Diabetes Melitus tipe tipe 2 (Diabetes Melitus tidak tergantung pada insulin)

4. Etiologi

Penyebab Diabetes Melitus pada umumnya disebebkan oleh rusaknya sebagian

besar atau kecil sel betha pankreas yang berfungsi sebagai penghasil insulin didalam

tubuh, karena ada kerusakan sel betha maka berakibat tubuh akan kekurangan insulin

(Riyadi, 2012). Selain itu terdapat juga faktor-faktor resiko yang mempengaruhi

terjadinya Diabetes Melitus


8

faktor tersebut ada yang bisa diubah dan tidak dapat diubah Menurut Sholikan (2020),

a. Faktor resiko yang tidak dapat diubah

1) Faktor Genetik

Penyakit Diabetes Melitus dapat diturunkan oleh orangtua kepada anak.

Menurut Hardianah (2012), Diabetes Melitus mengalami peningkatan

pada usia muda dikarenakan meningkatnya kejadian obesitas pada usia muda.

2) Gender

Meskipun sampai saat ini belum ditemukan prevalensi Diabetes Melitus

pada wanita dan pria, namun berbagai study menyatakan bahwa ada perbedaan

prevelensi antara jenis kelamin tersebut, study yang dilakukan pencegahan dan

pengendalian penyakit 2012, menunjukan peningkatan kejadian Diabetes Melitus

pada wanita sebasar 4,8%, dan 3,2% pada pria (Hotma,2014).

3) Diabetes Melitus Gestasiaonal

Adalah suatu kondisi intoleransi terhadap glukosa yang ditemukan pada

ibu hamil dengan gangguan toleransi glukosa.

Berkembangnya GDM pada masa kehamilan menjadi faktor resiko penyebab

Diabetes Melitus (Damayanti, 2015).

b. Faktor resiko yang dapat diubah antara lain :

1) Obesitas

2) Pola hidup
9

5. Patofisiologi

Kombinasi antara faktor genetik faktor lingkungan resistensi insulin dan gangguan

sekresi insulin merupakan penyebab DM. Faktor lingkungan yang mempengaruhi seperti

obesitas, dan pertambahan umur. Gejala awalnya berhubungan dengan efek langsung dari

gula darah yang tinggi. Jika kadar gula darah meningkat yang menyebabkan kerusakan

sel B pancreas

dan defisiensi insulin, maka glukosa akan dikeluarkan melalui air kemih dengan jumlah

yang banyak (poliuri). Sehingga penderita akan sering haus dan akan banyak minum

(polidipsi). Sejumlah kalori akan hilang ikut terbuang didalam air kemih sehingga

penderita akan mengalami penurunan berat badan. Untuk mengkompensasi hal ini

seringkali penderita akan merasakan lapar yang luar biasa sehingga penderita akan banyak

makan dalam jumlah yang banyak (polifagi). Gejala lainya adalah pandangan kabur,

pusing, mual, dan berkurangnya ketahanan tubuh selama beraktifitas atau olahraga.
10

Penderita Diabetes Melitus dengan kadar gula kurang terkontrol lebih peka

terhadap infeksi pada penderita Diabetes Melitus tipe 1 akan menimbulkan keadaan yang

disebut ketoasidosis diabetikum, meskipun kadar glukosa tinggi tetapi sebagian besar sel

tidak dapat menggunakan gula tanpa insulin, sehingga kebutuhan energi sel diambil dari

sumber lain, sumber lain biasanya diambi dari lemak tubuh. Sel lemak dipecah dan akan

menghasilkan keton, yang merupakan senyawa kimia beracun yang mengakibatkan darah

menjadi asam (ketoasidosis). Gejala awal dari ketoadosis diabetikum adalah rasa haus dan

berkemih dengan jumlah yang banyak, mual, muntah, lelah dan nyeri perut. Nafas menjadi

dalam dan cepat karena tubuh berusaha memperbaiki keasaman darah, bau nafas penderita

akan berbau seperti aseton, jika tanpa pengobatan ketoadosis diabetikum bisa berkembang

menjadi koma, biasanya hanya dalam waktu beberapa jam. Bahkan setelah rutin terapi

insulin,

Pada Diabetes Melitus tipe II terdapat dua masalah yang berhubungan dengan

insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Jika pasien mengalami gejala

tersebut bersifat ringan dan mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuri, polidipsia, luka yang

lama proses penyembuhanya, infeksi vagina atau pandangan kabur (jika kadar glukosa

sangat tinggi) (Andra Saferi, 2013).


11

6. WOC

Reaksi autoimun Obesitas


Usia
Diabetes mellitus tipe I
Faktor genetik

Diabetes mellitus tipe II

Sel Beta (β) Pankreas hancur


Defisiensi insulin

Anabolisme protein menurun Katabolisme protein meningkat Liposis meningkat Penurunan pemakaian

Kerusakan pada Merangsang hipotalamus Gliserol asam Hiperglikemia


Lemak bebas meningkat (peningkatan kadar glukosa
antibody Kekebalan tubuh darah)
Pusat lapar Pusat haus
Ketogenesis
menurun Neuropati
Polifagia Polydipsia Glikosuria Viskositas darah
Ketonuria
sensori perifer
MK : Defisit nutrisi Osmotic diuresis Aliran darah
Klien merasa tidak Ketoasidosis terhambat
sakit saat luka Polyuria
Nyeri abdomen
Mual dan muntah Dehidrasi
Nekrosis luka Nafas bau keton

Ganggren MK : MK : Nyeri akutMK : Risiko ketidakseimbangan cairan


Ganggua
MK :
n
Risiko
infeksi integrritas MK :
ar Mikrovaskular
kulit atau Ketidakstabilan kadar glukosa darah
Makrovaskul
jaringan
Serebral
MK : Defisit pengetahuan
Jantung Retina Ginjal
Stroke Retina diabetik Gagal ginjal
12

Manifestasi Klinis

Manifestasi Klinis utama diabetes mellitus menurut Sholikan (2020)

sebagai berikut :

a. Kadar gula darah meningkat

Dikarenakan kerusakan sel betha pankreas yang mengakibatkan

insulin tidak dapat diproduksi dengan demikian gula darah tidak dapat

masuk dalam sel sehingga terjadi penumpukan gula darah atau disebut

juga dengan Hiperglikemia.

b. Poliuria

Disebut juga dengan kencing yang berlebihan disebabkan karena

kadar gula darah tidat dapat masuk dalam sel dan terjadi penumpukan

gula dalam darah (Hiperglikemia). Polifagia (Makan yang berlebihan)

c. Polidipsia (peningkatan rasa haus)

Disebabkan jumlah urin yang sangat besar dan keluarnya air

yang menyebabkan dehidrasi extrasel.

Dehidrasi intrasel merangsang pengeluaran ADH (antidiuretic hormon)

dan menimbulkan rasa haus.


13

7. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang diabetes mellitus menurut Sholikan (2020),

sebagai berikut :

a. Pemeriksaan Laboratorium

Hasil pemeriksaan didapatkan adanya glukosa urine/pemeriksaan

dilakukan dengan cara benedict (reduksi).

b. Kadar glukosa darah

Pemeriksaan darah meliputi : pemeriksaan gula darah sewaktu

(GDS) nilai normal 100-126 mg/dl, gula darah puasa 70-100 mg/dl

c. Pemeriksaan fungsi tiroid

Pemeriksaan aktifitas hormon tiroid meningkatkan glukosa darah

dan kebutuhan insulin

8. Penatalaksanaan Medis

Terapi diabetes melitus merupakan terapi yang bertujuan untuk

menormalkan aktivitas insulin dan kadar gula darah dalam upaya

mengurangi komplikasi vaskuler dan neuropatik.


14

Terdapat lima komponen penatalaksanaan Diabetes Melitus yaitu:

a. Penyuluhan atau edukasi

Edukasi kepada penderita Diabetes Melitus dengan tujuan untuk

memberikan penjelasan tentang cara memperbaiki gaya hidup yang

lebih sehat kususnya dalam pola makan dan olahraga.

b. Terapi gizi

Prinsip pengaturan gizi pada Diabetes Melitus adalah pada gizi

seimbang serta pengaturan jumlah kalori.

c. Farmakoterapi

Digunakan jika dalam upaya-upaya lain tidak dapat

menyeimbangkan kadar gula darah penderita dapat mengguanakan obat-

obatan golongan hipoglikemik dalam mengatur keseimbangan glukosa.

d. Mengontrol gula darah

Dilakukan secara rutin untuk memantau kondisi kesehatan saat

menjalankan diit dan tidak menjalankan diet


15

B. Konsep Dasar Keperawatan

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan yang

dilakukan secara sistematik untuk mengumpulkan data dan menganalisanya,

sehingga dapat mengindentifikasi masalah-masalah keperawatan yang

dialami pasien.Pengumpulan data pada klien dengan DM tipe 2 Anggraini

(2020), adalah:

a. Meliputi nama lengkap nama panggilan, tempat dan tanggal lahir, jenis

kelamin, status, agama, bahasa yang digunakan, suku bangsa,

pendidikan, pekerjaan, alamat, sumber dana/ biaya serta identitas orang

tua.

b. Riwayat kesehatan

1) Riwayat kesehatan masa lalu

Biasanya klien DM mempunyai riwayat hipertensi, penyakit

jantung seperti infark miokard


16
1) Riwayat kesehatan sekarang

Biasanya klien masuk ke Pelayanan kesehatan atau RS dengan

keluhan nyeri, kesemutan pada ekstremitas bawah, luka yang sukar

sembuh, kulit kering, merah, dan bola mata cekung, sakit kepala,

menyatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot,

disorientasi, letargi, koma dan bingung.

2) Riwayat kesehatan keluarga

Biasanya ada riwayat anggota keluarga yang menderita DM.

3) Pola berdasarkan Pola Gordon antara lain :

a) Pola persepsi kesehatan: adakah riwayat infeksi sebelumnya,

persepsi pasien dan keluarga mengenai pentingnya kesehatan

bagi anggota keluarganya.

b) Pola nutrisi dan cairan : pola makan dan minum sehari – hari,

jumlah makanan dan minuman yang dikonsumsi, jenis

makanan dan minuman, waktu berapa kali sehari, nafsu makan

menurun / tidak, jenis makanan yang disukai, penurunan berat

badan.

c) Pola eliminasi : mengkaji pola BAB dan BAK sebelum dan

selama sakit , mencatat konsistensi,warna, bau, dan berapa kali

sehari, konstipasi, besar.

d) Pola aktivitas dan latihan : reaksi setelah beraktivitas (muncul

keringat din gin, kelelahat/ keletihan), perubahan pola nafas


17

setelah aktifitas, kemampuan pasien dalam aktivitas secara

mandiri.

e) Pola tidur dan istirahat : berapa jam sehari, terbiasa tidur siang,

gangguan selama tidur (sering terbangun), nyenyak, nyaman.

f) Pola persepsi kognitif : konsentrasi, daya ingat, dan

kemampuan mengetahui tentang penyakitnya.

g) Pola persepsi dan konsep diri : adakah perasaan terisolasi diri

atau perasaan tidak percaya diri karena sakitnya.

h) Pola reproduksi dan seksual : Adakah kelemahan yang

dirasakan pasien pada saat berhubungan.

i) Pola mekanisme dan koping : emosi, ketakutan terhadap

penyakitnya, kecemasan yang muncul tanpa alasan yang jelas.

j) Pola hubungan : apakah hubungan antar keluarga harmonis,

interaksi , komunikasi, cara berkomunikasi.

k) Pola keyakinan dan spiritual : agama pasien, gangguan

beribadah selama sakit, ketaatan dalam berdoa dan beribadah.


18

l) System integument

Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna

kehitaman bekas luka, kelembaban dan suhu kulit didaerah

sekitar ulkus dan gangrene, kemerahan pada kulit sekitar luka,

tekstur rambut dan kuku.

m) Sistem pernapasan

Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada, pada

penderita DM mudah terjadi infeksi.

n) Sistem kardiovaskuler

Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau

berkurang, takikardi/ bradikardi, hipertensi/ hipotensi, aritmia,

kardiomegalis.

o) Sistem gastrointestinal

Terdapat poliphagi, polidipsi, mual muntah, diare,

konstipasi, dehidrasi, perubahan berat badan, peningkatan

lingkar abdomen, obesitas.

p) Sistem urinaria

Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas

atau sakit saat berkemih.


19

q) Sistem musculoskeletal penyebaran lemak, penyebaran masa

otot, perubahan tinggi badan, cepat lelah, lemah dan nyeri,

adanya gangren di ekstremitas.

r) Sistem neurologis terjadinya penurunan sensoris, parathesia,

anatesia, letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau mental,

disorientasi.

2. Diagnosa Keperawatan

. Diagnosa keperawatan bertujuan untuk mengindetifikasi respons

klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan

dengan kesehatan (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI,

2017).

a. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan resistensi

insulin

b. Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis

c. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan

makanan

d. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik

e. Risiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan peradangan

pankreas
f. Gangguan integritas jaringan kulit berhubungan dengan neuropati

perifer

g. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya terpapar

informasi

3. Intervensi Keperawatan

Standar ini merupakan salah satu komitmen keperawatan dalam

memberikan perlindungan kepada masyarakat sebagai klien asuhan

keperawatan yang dilakukan oleh anggota profesi perawat (SIKI, 2017).


Tabel 2.1
Intervensi Keperawatan

No DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI


HASIL

1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan Manajemen hiperglikemia
Definisi : kadar glukosa dalam darah dalam rentang normal Definisi :
Variasi kadar glukosa darah naik atau turun dari rentang Kestabilan kadar glukosa darah Mengidentifikasi dan mengelola kadar glukosa
normal Data subjektif : Definisi : darah di atas normal
- Klien mengatakan suka mengantuk Kadar glukosa darah berada pada rentag normal Tindakan observasi :
- Klien mengatakan sering pusing a. Tidak mengalami penurunan kesadaran a. Monitor kadar glukosa darah
- Klien mengatakan sering mengeluh b. Tidak ada kelelahan b. Monitor tanda dan gejala hiperglikemia
lapar Data objektif : c. Rasa lapar yang cukup tinggi menjadi (misalnya polyuria, polidipsi, polifagia,
- Klien tampak gemetar menurun. kelemahan, pandangan kabur dan sakit
- Klien tampak berkeringat d. Kadar glukosa darah dalam rentang normal kepala)
- Kesadaran klien tampak menurun Monitor intake dan output cairan
- Kadar glukosa klien dalam darah tinggi / rendah. Tindakan terapeutik :
Berikan asupan cairan oral
Tindakan edukasi :
a. Anjurkan monitor kadar glukosa darah
secara mandiri
b. Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan
olahraga
c. Ajarkan pengobatan diabetes (misalnya
penggunaan insulin, obat oral. Monitor
asupan cairan, pergantian karbohidrat)
Tindakan kolaborasi :
a. Kolaborasi pemberian insulin
b. Kolaborasi pemberian cairan IV

21
No DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI
HASIL

2. Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan Pencegahan infeksi


Definisi : infeksi tidak terjadi. Definisi :
Beresiko mengalami peningkatan terserang organisms Tingkat infeksi Mengidnetifikasi dan menurunkan risiko
patogenik Data subjektif : Definisi : terserang organisme patogemik
- Klien mengatakan demam a. Tidak terjadi demam Tindakan observasi :
- Klien mengatakan kakinya nyeri b. Tidak ada kemerahan Motor dan tanda gejala infeksi dan sistemik
- Klien mengatakan badannya c. Tidaka da nyeri. Tindakan terapeutik :
lemah Data objektif : d. Kadar sel darah putih dalam batas normal a. Batasi jumlah pengunjung
- Klien tampak menggigil b. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
- Klien tampak lemah dengan pasien dan ingkungan pasien
- Tampak kadar sel darah putih tidak stabil Tindakan edukasi :
a. Jelaskan tanda dan gejalan infeksi
b. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
c. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau
luka operasi
d. Anjurkan untuk meningkatan asupan nutrisi
e. Anjurkan untuk meningkatkan asupan
cairan

22
No DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI
HASIL

3. Defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharpak nutris Manajemen nutrisi
Definisi ; tidak terganggu Definisi :
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolism Status nutrisi Mengindentifikasi dan mengelola asupan nutrisi
Data subjektif : Definisi : yang seimbang
- Klien mengatakan cepat kenyang a. Keadekuatan asupan nutrisi untuk memenuhi Tindakan observasi :
- Klien mengatakan nafsu makan menurun kebutuhan metabolism a. Identifikasi status nutrisi
- Klien mengatakan sering nyeri bagian b. Porsi makanan dapat dihabsikan b. Monitor asupan makanan
perut Data objektif : c. Kekuatan otot mengunyah tidak terganggu c. Monitor berat badan
- Klien tampak sariawan d. Kekuatan otot menelan tidak terganggu d. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
- Klien tampak diare e. Hasil laboratorium albumin normal Tindakan terapeutik :
- Berat badan klien tampak menurun f. Nyeri abdomen tidak ada a. Berikan makanan tinggi serat untuk
- Klien tampak tidak menghabiskan makanan dari RS. g. Frekuensi makan meningkat mencegah konstipasi
h. Nafsu makan membaik b. Berikana makanan tinggi kalori dan tinggi
protein
c. Berikan suplemen makanan
Tindakan edukasi :
Anjurkan posisi duduk
Tindakan kolaborasi :
Kolaborasi pemberian sebelum makan (misalnya
pereda nyeri,antimietik)

23
No DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI
HASIL

4. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan Manajemen nyeri


Definisi : nyeri dapat berkurang. Definisi
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan Tingkat nyeri Mengidentifikasi dan mengelola pengalam
kerusakan jaringan actual atau fungsional dengan onset mendadak Definisi sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan kerusakan jaringan atau fungsional dengan onset
kurang dari 3 bulan. dengan kerusakan jaringan actual atau fungsional mendadaka atau lambat berintensitas ringan
Data subjektif : dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas hingga berat dan konstan
- Klien mengatakan nyeri ringan hingga berat dan konstan Tindakan observasi :
- Klien mengatakan susah tidur a. Kemampuan menuntaskan aktivitas a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
- Klien mengatakan tidak nafsu b. Keluhan nyeri tidak ada frekuensi, kualitas intensitas nyeri
makan Data objektif : c. Meringis tidak ada b. Identifikasi skala nyeri
- Klien tampak meringis d. Frekuensi nadi membaik Tindakan terapeutik :
- Klien tampak gelisah e. Pola nafas membaik a. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
- Klien tampak sulit tidur mengurangi nyeri (misalnya TENS,
f. Nafsu makan membaik
- Klien tampak tidak menghabiskan makanan hypnosis, akupresur, terapi music,
Kesulitan tidur tidak ada
biofeddback, terapi pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi, kompres hangat/dingin)
b. Control lingkungan yang memperberat
nyeri (misalnya, suhu, pencahayaan,
kebisingan)
c. Fasilitasi istirahat dan tidur
Tindakan edukasi :
a. Edukasi penyebab, periode dan pemicu
nyeri
b. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
c. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri
Tindakan kolaborasi :
Kolaborasi pemberian analgesic, jika perlu

24
No DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI
HASIL

5. Risiko ketidakseimbangan elektrolit Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharpakan Manajemen cairan
Definisi : ketidakseimbangan cairan tidak terjadi Definisi :
Bereskiko mengalami perubahan kadar serum Keseimbangan cairan Mengidentifikasi dan mengelola keseimbangan
elektrolit. Data subjektif : Definisi : cairan dan mencegaha komplikasi akibat
- Klien mengatakan suka haus Ekuabilirium antara volume cairan di ruang intarseluler keseimbangan cairan
- Klien mengatakan sering dan ekstraseluler tubuh Tindakan observasi :
bak Data objektif : a. Asupan cairan a. Monitor status hidrasi (misalnya
- Urin klien tampak banyak b. Haluarin urine frekuensi nadi, kekeuatan nadi, akral,
- Klien tampak sering minum c. Kelembapan membrane mukosa tidak terganggu pengisian kapiler, kelembapan mukosa,
d. Dehidrasi tidak terganggu turgor kulit dan tekanan darah)
e. Tanda-tanda vital dalam batas normal b. Monitor berat badan harian
c. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
(misalnya hematocrit, NA, K, Cl. Berat
jenis urine, BUN)
Tindakan terapeutik :
a. Catat intake output hitung balance caiaran
24 jam
b. Berikan asupan cairan, jika perlu
c. Berikan cairan intravena, jika perlu
Tindakan kolaborasi :
Kolaborasi pemberian diuretic

25
No DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI
HASIL

6. Gangguan integritas kulit atau jaringan Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan Perawatan integritas kulit
Definisi : tidak terjadi gangguan integritas kulita atau jaringan Mengidentifikasi dan merawat kulit untuk
Kerusakan kulit (dermis atau epidermis) Integritas kulit dan jaringan menajag keutuhan, kelembpana dan mencegah
Atau jaringan (membrane mukosa, kornea, fasia, otot, tendon, Definisi : perkembangan mikoroorganisme
kartilago, kapsul sendi dan ligament) Keutuhan kulit (dermis dan epidermis) atau jaringan Tindakan observasi :
Data subjektif : (membrane mukosa, kornea, fasia, otot, tendon, Mengidentifikasi penyebab gangguan integritas
- Klien mengatakan nyeri kartilago, kapsul sendi dan ligament) kulit (misalnya perubahan sirkulasi, perubahan
- Klien mengatakan susah a. Elastisitas kulit meningkat status mutrisi, penurunan kelembapan, suhu
tidur Data objektif : b. Perfusi jaringan meningkat lingkungan ekstrem dan penurunan mobilitas)
- Klien tampak meringis c. Kerusakan jaringan tidak terjadi Tindakn terapeutik :
- Kaki klien tampak berdarah d. Kerusakan lapisan kulit tidak terjadi a. Ubah posisis 2 jam jika tirah baring
e. Nyeri tidak ada b. Tindakan edukasi :
f. Tidak terjadi perdarahan c. Anjurkan minum air yang cukup
g. Tidak terjadi kemerahan d. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
h. Nekrosis tidak ada e. Anjurkan meningkatkan asupan buah dan
sayur

26
No DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA ITERVENSI
HASIL

7. Defisit pengetahuan Tingkat pengetahuan Edukasi kesehatan


Definisi : Definisi Definisi
Ketiadaan atau kurangnya informa kognitif yang berkaitan dengan Kecukupan informasi kognitif yang berkaitan dengan Mengajarkan pengelolaan faktor risiko
topic tertentu topic tertentu penyakit dan perilaku hidup bersih dan sehat
Data subjektif : a. Perilaku sesuai anjuran Tindakan observasi
- Klien mengatakan tidak tau tentang b. Kemampuan menjelaskan pengetahuan Identifikasi kesiapan dan kemampuan
penyakitnya Data objektif : tentang suatu topic menerima informasi
- Klien tampak selalu bertanya c. Perilaku sesuai dengan pengetahuan Tindakan terapeutik :
- Klien tampak menjalani pemeriksaan yang tidak tepat Berikan kesempatan untuk bertanya
- Klien tampak menunjukkan prilaku tidak sesuai anjuran Tindakan edukasi :
Jelaskan faktor risiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan

Sumber : SDKI, SIKI, dan SLKI, PPNI, 2017).

27
28

4. Impelemetasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah tindakan keperawatan dari


sebuah perencanaan yang langsung diberikan kepada penderita.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah sebuah tindakan keperawatan yang terahir untuk


mengetahui antara intervensi hasil dari asuhan keprawatan yang telah
diberikan (Nikmatur& Saiful, 2012)
29

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis membahas bab demi bab dari kasus asuhan keperawatan

medikal bedah dengan gangguan endokrin : Pada Pasien DM maka penulis dapat

menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Pengkajian dilakukan dengan pengumpulan data secara sistematis, memilah

dan mengatur data yang dikumpulkan dengan format yang telah ditentukan.

2. Diagnosa yang didapatkan disesuaikan dengan hasil analisa data yang telah

ditemukan

3. Intervensi keperawatan dilalukan sesuai dengan diagnosa dan kondisi pasien.

4. Implementasi keperawatan dilakukan sesuai intervensi yang telah disusun

sebelumnya.
30

B. Saran

Perawat hendaknya dapat membuat rencana tindakan keperawatan yang sesuai

dengan kebutuhan klien dan memprioritaskan masalah tersebut.

1. Dalam perencanaan tindakan keperawatan yang diharapkan terjadi kerja

sama yang baik antara perawat dan klien, keluarga klien dan tim kesehatan

lainnya serta tersedianya fasilitas dalam pelaksanaan tindakan.

2. Pentingnya memberikan penjelasan pada klien tentang proses penyakit,

penyebab, pencegahan serta komplikasi yang dapat ditimbulkan sehingga

klien mau untuk melakukan kontrol ulang.

3. Masalah keperawatan yang belum tercapai hasilnya sesuai tujuan diharapkan

kelanjutannya oleh perawat lainnya agar hasil yang telah ditetapkan dapat

dicapai.

4. Perawat hendaknya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan agar dapat

memberikan pelayanan yang professional pada klien.


DAFTAR PUSTAKA

ADA. (2020). Classification and Diagnosis of Diabetes: Standards of Medical


Care in Diabetes-2020. In Diabetes care (Vol. 43, pp. S14–S31).
American Diabetes Association. Prevention or delay of type 2 diabetes. Sec. 5. In
Standards of Medical Care in Diabetes—2017. Diabetes
Care.2017;40(Suppl. 1):S44–S47
Andra Saferi. (2013) Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika.

CDC. (2017). National Diabetes Statistics Report 2017: Estimates of Diabetes


and Its Burden in the United States. United States: CDC.
Damayanti, Sari. (2015). Diabetes Mellitus & Penatalaksanaan
Keperawatan.Yogyakarta: Nuha Medika.
Hasdianah, (2013). Mengenal Diabetes Melitus Pada Orang Dewasa dan Anak –
Anak Dengan solusi Herbal. Yogyakarta : Nuha Medika.
Kementrian Kesehatan RI. 2018. Profil Kesehatan Indonesia 2017. Jakarta:
Kemenkes RI. Diakses pada tanggal 31 Januari 2019 dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan
indonesia/Profil-Kesehatan-Indonesia-tahun-2017.pdf

Soelistijo,et. al, (2015). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus


Tipe 2 di Indonesia 2015
Tarwoto, W. I. (2012). keperawatan medikal bedah gangguan sistem
endokrin.jakarta: CV. Trans Info Medi

Anda mungkin juga menyukai